Anda di halaman 1dari 11

PERAN HAKIM SEBAGAI PELAKSANA

MAKALAH
KEKUASAAN KEHAKIMAN

DISUSUN OLEH

NURUL HUMAERAH
HUMAERATUL JANNAH
MUSDALIFAH
TENRI TIWI
FAKHRUDDIN
IMRAN ZULFADLI

SMA NEGERI 6 SINJAI | TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua
dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di
samping itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah
banyak membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik
dalam bentuk moril maupun dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana dengan
baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih
banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua
telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping
itu, kami sangatt mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi
tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.

1
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah........................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakim............................................................................................ 5
B. Syarat Menjadi Hakim .................................................................................... 5
C. Peranan Hakim Sebagai Pelaksana Kehakiman ..………………………6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................... 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengadilan, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, adalah salah satu unsur
penting dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat). Hanya pengadilan
yang memenuhi kriteria mandiri (independen), netral (tidak berpihak), dan kompeten
yang dapat menjamin pemenuhan hak asasi manusia. Oleh karena itu, posisi hakim
sebagai aktor utama lembaga peradilan menjadi amat vital, terlebih lagi mengingat segala
kewenangan yang dimilikinya. Melalui putusannya, hakim dapat mengubah,
mengalihkan, atau bahkan mencabut hak dan kebebasan warga negara, dan semua itu
dilakukan dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan. Besarnya kewenangan dan
tingginya tanggung jawab hakim ditunjukkan melalui putusan pengadilan yang selalu
diucapkan dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Hal ini menegaskan bahwa kewajiban menegakkan keadilan tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada sesame manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Pernyataan
tersebut merupakan pengertian kekuasaan kehakiman yang tercantum pula dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Sebagai
konsekuensi dari sistem pembagian kekuasaan yang diterapkan di negara ini, fungsi
kekuasaan kehakiman atau yudikatif dipegang oleh lembaga-lembaga yang telah
ditentukan oleh UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945).
Di Indonesia kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan

3
agama, peradilan TUN, peradilan militer, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Salah
satu inti dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Penelitian tersebut di atas, maka terdapat beberapa
permasalahan yang dapat penulis kemukakan sebagai Identifikasi Masalah yaitu:
1. Apakah pengertian Hakim?
2. Apa Syarat Menjadi Hakim?
3. Bagaimana Peranan Hakim Sebagai Pelaksana Kehakiman?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui pengertian Hakim?
4. Untuk Mengetahui Syarat Menjadi Hakim?
5. Untuk Mengetahui Peranan Hakim Sebagai Pelaksana Kehakiman?

D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan bagi hakim untuk melaksanakan kekuasaan yang bertanggungjawab di
peradilan dalam pengambilan keputusannya.
2. Sebagai referensi bahan ajar selanjutnya.

4
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakim
Hakim adalah isim fa’il dari kata “hakama”, yang artinyaorang yang
menetapkan hukum atau memutuskan hukum atau suatu perkara. Sedang menurut
istilah, hakim adalah orang yang diangkat penguasa untukmenyelesaikan
dakwaan-dakwaan dan persengketaan-persengkatan.Selain kata hakim, digunakan
pula istilah qadhi, yang berarti orangyang memutuskan, mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara.
Hakim memiliki tugas utama, yaitu menyelesaikan perselisihan hukum
secara final dan terbuka, secara tidak langsung hakim menegaskan adanya supremasi
hukum. Hakim sebagai pejabat negara mempunyai wewenang kekuasaan yang signifikan
dalam pemerintahan. Mereka mengawasi prosedur persidangan yang diikuti, dengan
tujuan untuk memastikan konsistens, ketidakberpihakan, dan juga penyalahgunaan
wewenang. Selain itu hakim dapat memberikan perintah pada militer, Polisi, atau pejabat
pengadilan agar proses penyelidikan berjalan dengan lancar. Perintah dapat berupa
penggeledahan, penangkapan, pemenjaraan, gangguan, penyitaan, deportasi, dan tidak
kriminal lainnya. Adapun pengadilan banding dan pengadilan tertinggi yang mempunyai
kekuasaan lebih tinggi dari hakim, mereka dapat meriksa kekuasan seorang hakim.

B. Syarat-syarat Menjadi Hakim

1. Muslim
Muslim merupakan syarat diperbolehkannya persaksian seorang muslim, dan
keahlian mengadili itu ada kaitannya dengan keahlian menjadi saksi.
2. Baligh
Baligh berarti dewasa , baik dewasa jasmani dan rohaninya maupun dewasa
dalam berpikir.
3. Berakal
Berakal disini bukan sekedar “mukallaf”, tetapi benar-benar sehat pikirannya,
cerdas dan dapat memecahkan masalah
4. Adil

5
Adil disini berarti benar dalam berhujjah, dapat menjaga amanah, bersikap jujur
baik dalam keadaan marah atau suka, mampu menjaga diri dari hawa nafsu dan
perbuatan haram serta dapat mengendalikan amarah.
5. Mengetahui / undang-undang
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Dapat membaca dan menulis.

C. Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kehakiman


Kekuasan kehakiman merupakan perangkat negara yang berfungsi sebagai
lembaga yudikatif. Dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa
kekuasaan kehakiman merupakankekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Sehingga
kekuasaan kehakiman bersifat bebas dan tidak tergantung kepada kekuasaan lain
demi menciptakan ketertiban masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, kekuasaan kehakiman terbagi menjadi dua
lembaga yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah agung. Mahkamah agung
merupakan pengadilan negara tertinggi yang membawai 4 peradilan yaitu
peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara dan peradilan
militer. Masing-masing lembaga dijalankan oleh hakim sebagai pelaksana,
penentu dan penegak hukum serta memberikan putusan dalam penyelesaian
perkara maupun sengketa yang diajukan oleh masyarakat.
Istilah hakim merupakan kata serapan dari bahasa arab ahkam yang berarti
hukum. Sedangkan menurut KUHAP, hakim merupakan pejabat peradilan negara
yang diberi wewenang undang-undang untuk mengadili.Dalam sistem
ketatanegaraan dan hukum di Indonesia, hakim mempunyai peran yang penting
sebagai penegak hukum sesuai dengan apa yang di undang-undangkan oleh
lembaga legislatif. Jika lembaga legislatif membentuk undang-undang secara in
abstraco, maka hakim memegang peran dalam penerapan undang-undang secara in
concreto. Hakim bertugas untuk menerapkan apa yang tertulis dalam hukum
untuk penyelesaian sengketa secara tepat sehingga dapat membuahkan kepastian
hukum, rasa keadilan dan kedamaian secara proposional.
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan di dalam negara yang berdasarkan
pancasila, maka seorang hakim harus mengakui dan percaya adanya Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing. Selain itu hakim harus jujur,
berdiri di atas semua pihak yang berkepentingan dalam suatu perkara yang sedang
dihadapi, bebas dari pengaruh siapapun. Hakim juga harus adil, serta bersungguh-
sungguh mencari kedilan dan kebenaran, memutuskan berdasarkan keyakinan
dan sanggup bertanggung jawab kepada Tuhan.

6
Tugas hakim dalam persidangan adalah memeriksa dan mengadili perkara. Tugas
ini diklasifikasikan menjadi 3 tahap: yaitu:

 Konstatiring, pada tahap ini hakim mengkontatir benar atau tidaknya


peristiwa yang diajukan, meliputi:Menemukan fakta,Menemukan sebab-
sebab perkara,M enemukan karakteistik.

 Kualifisir, pada tahap ini hakim kemudian mengkualifikasikan adanya


hubungan hukum, dalam adanya perbuatan melawan hukum atau tidak.

 Konstituiring, pada tahap ini hakim menetapkan hukumnya terhadap yang


bersangkutan (para pihak atau terdakwa).

Sedangkan dalam proses pengambilan keputusan hukum, seorang


hakim pada dasarnya dituntut untuk memiliki dua kemampuan utama, yaitu:
 Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kaidah-kaidah hukum yang
konkrit (perundang-undangan) terhadap tuntutan nyata yang ada di dalam
masyarakat, dengan selalu memperhatikan kebiasaan, pandangan-
pandangan yang berlaku, cita-cita yang hidup di dalam masyarakat, serta
perasaan keadilannya sendiri. Hal ini perlu dilakukan karena peraturan
perundang-undangan pada dasarnya ditetapkan untuk mengatur semua
kejadian yang ada di dalam masyarakat.
 Memiliki kemampuan untuk memberikan penjelasan, penambahan atau
melengkapi peraturan perundang-undangan yang ada, dikaitkan dengan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini perlu dijalankan sebab
ada kalanya pembuat undang-undang tertinggal oleh perkembangan-
perkembangan di dalam masyarakat.
Kekuasaan hakim atau pengadilan menyelesaikan dan memutus perkara
merupakan fungsi konstitusional yang sesuai dengan distribusi atau alokasi
kekuasaan yang digariskan pada pasal 24 UUD 1945. Dalam melaksanakan fungsi
otonom kebebasan hakim mengadili perkara, ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
 Pengadilan sebagai katup penekan.
Setiap pelanggaran apapun bentuknya harus diadili dan dihukum. Tidak
menjadi masalah apakah hukuman yang dijatuhkan menyakitkan atau

7
menyenangkan. Dengan syarat asal putusan yang diambil tidak sewenang-
wenang.
 Pengadilan sebagai pelaksana penegak hukum.
Fungsi pokok yang harus diperankan oleh hakim sebagai penegak hukum
meliputi:
 Sebagai penjaga kemerdekaan anggota masyarakat dengan cara
mengembangkan nilai-nilai hak asasi manusia dalam melaksanakan
penegakan hukum.
 Sebagai wali masyarakat, karenanya hakim harus berperan dan
bentindak sebagai wali yang berbudi luhur kepada setiap anggota
masyarakat pencari pengadilan. Hakim harus berpegang teguh kepada
the rule of law, sehingga benar-benar menempatan hukum diatas segala-
galanya sesuai prinsip supremasi hukum.
 Kebebasan hakim bersifat tidak mutlak.
Sering terjadi salah pemahaman tentang kewenangan hakim yang bebas,
sehingga hakim bisa melanggar batas kewenangan. Sehingga dalam
memutus perkara, putusan dan penyelesaian yang dibuat hakim bukan
menurut hukum melainkan menurut selera dan kemauan.
 Secara fundamental tidak demokratis.
Hakim dalam mengambil putusan terhadap perkara tidak memerlukan
pendapat, saran dan penggarisan dari pihak manapun. Putusan yang
dijatuhkan semata- mata berdasarkan nurani sendiri sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan berdasarkan fakta- fakta yang
ditemukan dalam persidangan.
 Hakim memiliki imunitas personal yang total.
 Secara konstitusional, hakim bukan hanya diberi kebebasan tidak
demokratis, tetapi juga hak imunitas yang total. Hak imunitas tersebut
meliputi:
 Salah atau benar putusan yang dijatuhkan hakim, harus dianggap
benar dan adil apabila putusan tersebut telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

8
 Hakim tidak dapat dituntut dan dipersalahkan atas pelaksanaan
menjalankan fungsi dan kewen angan peradilan.
 Putusan hakim disamakan dengan putusan Tuhan.
Sebagian beranggapan bahwa hakim saat mengambil dan menjatuhkan
putusan yang merupakan salah satu bentuk penyiksaan sehingga putusan
hakim tidak berbeda dengan putusan Tuhan atau judicium dei. Oleh karena
itu, putusan yang dijatuhkan harus benar-benar melalui melalui proses
pemeriksaan peradilan yang jujur dengan pertimbangan yang didasarkan
pada keadilan berdasarkan moral, bukan sekedar berdasarkan pada keadilan
undang- undang.
Namun paradigma tersebut mulai diragukan karena dalam kenyataan
banyak dijumpai putusan hakim yang cacat ataupun memilki kelmahan
karena keterbatasan hakim. Belum lagi untuk menemukan hakim yang
memilki pribadi yang primair yang benar-benar tumbuh meniti karir
melalui perkembangan natural, tetapi kebanyakan tumbuh dengan polesan
pribadi sekunder yang hanya mempertontonkan kelihaian senyum sintesis
untuk memperoleh jabatan dan pengembangan karir.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peran Hakim dalam melaksanakan fungsi dan kewenangan peradilan
perdata guna menegakkan hukum dan keadilan, melalui putusannya
diharapkan mampu menerapkan hukum yang benar dan adil, dapat memberi
pendidikan dan pelajaran kepada yang berperkara dan masyarakat,
memberikan koreksi dengan tegas, memberikan prepensi serta memberi
represip dengan tegas, dapat merekayasa tatanan masyarakat pada masa yang
akan datang, serta harus mampu juga berperan mendamaikan pihak yang
berperkara, yang dalam melakukan peran-peran tersebut tetap berpegang
teguh pada Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Hakim sebagai penegak hukum senantiasa harus memperhatikan dan
mengikuti dinamika masyarakat, sebab dalam kenyataannya hukum yang
tertuang dalam peraturan perundang-undangan sering tidak mampu
menjangkau kebutuhan yang ada. Oleh karena itu hakim dituntut mampu
menguasai sistem hukum dalam penerapannya terhadap persoalan- persoalan
yang timbul dalam masyarakat (law in action). Setiap putusan hakim harus
berorientasi kepada rasa keadilan masyarakat sehingga masyarakat akan
merasa terpelihara dan terlindungi kepentingannya, dan pada gilirannya
lembaga peradilan mendapat simpati masyarakat serta diletakkan dalam
kedudukan yang sangat terhormat.
B. SARAN
Demi tercapainya Keadilan bagi masyarakat hakim harus turut serta
dalam reformasi peradilan dan wajib baginya menemukan hukum melalui
penafsiran peraturan maupun dengan menggali nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat. Sehingga rasa keadilan bagi masyarakat bisa terpenui.

10

Anda mungkin juga menyukai