Anda di halaman 1dari 3

RESUME

TATA KOORDINAT BOLA LANGIT


1. Pengertian Bola Langit
Bola langit merupakan proyeksi untuk mempermudah pengamatan dalam perhitungan ilmu
falak. Bola langit adalah suatu ruangan yang amat terlampau luas yang berbentuk bola yang
merupakan tempat matahari, bulan, dan bintang-bintang yang bergeser setiap saat. Titik pusat bola
langit itu berhimpitan dengan pusat bumi. Dan sebenarnya bola langit itu tidak terlihat kasat mata
akan tetapi para ilmuah menganggap bahwa bola langit itu bisa terlihat. Agar para ilmuan dapat
memberikan konsep-konsep dasar dalam penyelidikan terhadap benda-benda langit (Kurniawan,
2010).
Bola langit digunakan secara geosentrik yaitu pemahaman bahwa bumi sebagai pusat bola yang
berpusat pada pengamat khayal yang berada di pusat bumi serta efek paralaks tidak diperhitungkan
dan juga toposentrik yaitu bola yang berpusat pada pengamat ketika berada di permukaan bumi
serta paralaks horizontal tidak bisa selalu diabaikan. Fungsi dari bola langit digunakan sebagai
pengolahan di bidang astronomi dan geometri (astrometry) (Nurwenda, 2008).
2. Pengertian Titik
Titik dalam pengertian bola langit tidak sama dengan titik pada umumnya. Akan tetapi titik
yang dimaksud merupakan gambaran yang tertera pada bola langit untuk mempermudah dalam
penelitian. Titik terbagi pada beberapa kegunaan yaitu:
a. Titik Pusat Bola Langit
Titik yang terdapat ditengah bulatan bola langit. Sehingga jarak dari titik ke semua arah di
permukaan bola langit sama jauhnya. Titik pusat bola biasanya ditandai angka “0”.
b. Titik Zenith
Titik yang terletak pada puncak bola langit. Titik zenith sangat berkaitan dengan pengamat
dipermukaan bumi. Karena titik zenith yaitu titik yang persis berada diatas kepala seseorang
dipermukaan bumi. Titik zenith biasanya ditandai huruf “Z”.
c. Titik Nadzir
Titik yang terletak pada kaki bola langit. Titik ini sama seperti titik zenith yang sangat
berkaitan dengan pengamat dipermukaan bumi. Titik nadzir merupakan titik yang berada
dibawah kaki seseorang dipermukaan bumi. Titik nadzir biasanya ditandai huruf “N”.
d. Titik Kutub
Titik pada permukaan bola yang merupakan proyeksi dari titik kutub pada permukaan bumi.
Untuk membedakan titik kutub bumi biasanya disebut “Kutub Langit”. Terdapat dua kutub yaitu
kutub utara dan kutub selatan yang terdapat pada titik kutub bumi maupun langit (Muhyiddin,
2004).
3. Pengertian Garis
Garis yang berhubungan dengan garis penelitian astronomi dan ilmu falak. Garis tersebut
digambarkan untuk mempermudah dalam pengamatan secara analitik di dalam sebuah bola langit.
Ada beberapa macam garis, akan tetapi garis ini hanya garis hayal yang tidak bisa dilihat kasat mata.
a. Garis Vertikal
Garis bola langit yang menghubungkan titik pusat bola dengan titik zenith dan titik nadzir.
b. Garis Sumbu atau Poros
Garis pada pola langit yang menghubungkan titik pusat bola langit dengan kedua titik
kutubnya.
c. Garis Horizontal
Garis pada bola yang menghubungkan titik pusat bola langit tersebut dengan titik utara an
titik selatan atau atau menghubungkan titik pusat bola langit dengan titik barat dan timur (Jamil,
2011).
4. Pengengertian Lingkaran Bola Langit
Lingkaran bola langit ini merupakan lingkaran yang membentuk suatu objek yang dijadikan
sebuah ganbaran makro dari alam semesta. Lingkaran ini terbagi dua lingkaran besar dan lingkaran
kecil.
a. Lingkaran Besar
Lingkaran pada permukaan bola langit yang dibuat melalui pasangan titik-titik pada
permukaan bola langit.
b. Lingkaran Kecil
Lingkaran pada permukaan bola langit yang titik pusatnya tidak berhimpitan dengan titik
pusat bola langit (Simamora, 1985).

Dalam astronomi, sistem koordinat langit adalah cara untuk menentukan posisi benda-benda
langit. Mereka sering diimplementasikan dalam koordinat bola. Ada dua sistem koordinat untuk
pemula, sistem koordinat horizon dan sistem koordinat ekuator. (Narjaikaew, 2017)
1. Sistem Koordinat Horizon
Sistem koordinat horizon adalah sistem koordinat langit yang menggunakan cakrawala
lokal pengamat sebagai bidang fundamental, dan arah utama menuju utara. Ini dinyatakan
dalam sudut ketinggian (atau ketinggian) dan azimuth. (Szücs-Csillik, 2015)

Gambar 1 Sistem Koordinat Horizon.Kutub belahan bumi atas adalah zenith.

Dalam sistem koordinat horizon, terdiri dari dua koordinat sudut horizon independen yaitu h
(atau z) dan A:
 h - Ketinggian (Alt) atau elevasi adalah sudut antara objek (dalam kasus kami bintang)
dan horizon lokal pengamat. Ini adalah sudut antara 0 derajat dan 90 derajat. Terkadang
kita menggunakan jarak zenith (z), jarak dari overhead langsung (zenith) ke bintang.
 z - Jarak puncak adalah pelengkap ketinggian (z = 90◦ − jam).
 A - Azimuth (Az) adalah sudut objek di sekitar horizon, biasanya diukur dari utara yang
meningkat ke arah timur. (Szücs-Csillik, 2015)
2. Sistem Koordinat Ekuator
Sistem koordinat ekuator adalah sistem koordinat langit yang menggunakan bidang
khatulistiwa/ ekuator sebagai bidang fundamental dan arah utama menuju titik balik vernal
equinox. Ini dinyatakan dalam sudut deklinasi dan aksensioreta (sudut jam). (Szücs-Csillik,
2015).

Gambar 2 Sistem Koordinat Ekuator

Dalam sistem koordinat ekuator, dua koordinat sudut adalah δ dan α (atau H):
 δ - deklinasi (disingkat: Des) mengukur jarak sudut suatu objek (dalam kasus kami
bintang) tegak lurus terhadap ekuator langit, positif untuk utara, negatif ke selatan.
Sebagai contoh, kutub langit utara P memiliki + 90◦ deklinasi.
 α - aksensioreta mengukur jarak sudut suatu objek ke timur di sepanjang ekuator langit
dari vernal equinox ke lingkaran jam yang melewati objek. Vernal equinox adalah salah
satu dari dua situs ekliptika yang memotong garis ekuator. Peningkatan kanan biasanya
diukur dalam sidereal jam, menit dan detik, bukan derajat, (360 (/ 24 jam) = 15 = dalam
kenaikan satu jam kanan.
 Sudut H-jam sebagai alternatif untuk kenaikan kanan (disingkat HA atau LHA)
mengukur jarak sudut suatu objek ke barat di sepanjang khatulistiwa langit dari
meridian pengamat ke lingkaran jam yang melewati objek. (Szücs-Csillik, 2015)

Referensi

Jamil, A. (2011). Ilmu Falak. Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo.
Kurniawan, T. (2010). Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global. Yogyakarta: MPKSDI Yogyakarta.
Muhyiddin, K. (2004). Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Narjaikaew, P. (2017). Building a simple celestial sphere for understanding the apparent motion of the
stars. International Conference for Science Educators and Teachers (ISET), 1-7.
Nurwenda, C. (2008). Aplikasi Segitiga Bola Langit.
Simamora. (1985). Ilmu Falak Kosmografi. Jakarta: Pejuang Bangsa.
Szücs-Csillik, I. (2015, December). The Astro-Biblio-Student Program. ResearchGate, 101-111.

Anda mungkin juga menyukai