Dalam astronomi, sistem koordinat langit adalah cara untuk menentukan posisi benda-benda
langit. Mereka sering diimplementasikan dalam koordinat bola. Ada dua sistem koordinat untuk
pemula, sistem koordinat horizon dan sistem koordinat ekuator. (Narjaikaew, 2017)
1. Sistem Koordinat Horizon
Sistem koordinat horizon adalah sistem koordinat langit yang menggunakan cakrawala
lokal pengamat sebagai bidang fundamental, dan arah utama menuju utara. Ini dinyatakan
dalam sudut ketinggian (atau ketinggian) dan azimuth. (Szücs-Csillik, 2015)
Dalam sistem koordinat horizon, terdiri dari dua koordinat sudut horizon independen yaitu h
(atau z) dan A:
h - Ketinggian (Alt) atau elevasi adalah sudut antara objek (dalam kasus kami bintang)
dan horizon lokal pengamat. Ini adalah sudut antara 0 derajat dan 90 derajat. Terkadang
kita menggunakan jarak zenith (z), jarak dari overhead langsung (zenith) ke bintang.
z - Jarak puncak adalah pelengkap ketinggian (z = 90◦ − jam).
A - Azimuth (Az) adalah sudut objek di sekitar horizon, biasanya diukur dari utara yang
meningkat ke arah timur. (Szücs-Csillik, 2015)
2. Sistem Koordinat Ekuator
Sistem koordinat ekuator adalah sistem koordinat langit yang menggunakan bidang
khatulistiwa/ ekuator sebagai bidang fundamental dan arah utama menuju titik balik vernal
equinox. Ini dinyatakan dalam sudut deklinasi dan aksensioreta (sudut jam). (Szücs-Csillik,
2015).
Dalam sistem koordinat ekuator, dua koordinat sudut adalah δ dan α (atau H):
δ - deklinasi (disingkat: Des) mengukur jarak sudut suatu objek (dalam kasus kami
bintang) tegak lurus terhadap ekuator langit, positif untuk utara, negatif ke selatan.
Sebagai contoh, kutub langit utara P memiliki + 90◦ deklinasi.
α - aksensioreta mengukur jarak sudut suatu objek ke timur di sepanjang ekuator langit
dari vernal equinox ke lingkaran jam yang melewati objek. Vernal equinox adalah salah
satu dari dua situs ekliptika yang memotong garis ekuator. Peningkatan kanan biasanya
diukur dalam sidereal jam, menit dan detik, bukan derajat, (360 (/ 24 jam) = 15 = dalam
kenaikan satu jam kanan.
Sudut H-jam sebagai alternatif untuk kenaikan kanan (disingkat HA atau LHA)
mengukur jarak sudut suatu objek ke barat di sepanjang khatulistiwa langit dari
meridian pengamat ke lingkaran jam yang melewati objek. (Szücs-Csillik, 2015)
Referensi
Jamil, A. (2011). Ilmu Falak. Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo.
Kurniawan, T. (2010). Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global. Yogyakarta: MPKSDI Yogyakarta.
Muhyiddin, K. (2004). Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Narjaikaew, P. (2017). Building a simple celestial sphere for understanding the apparent motion of the
stars. International Conference for Science Educators and Teachers (ISET), 1-7.
Nurwenda, C. (2008). Aplikasi Segitiga Bola Langit.
Simamora. (1985). Ilmu Falak Kosmografi. Jakarta: Pejuang Bangsa.
Szücs-Csillik, I. (2015, December). The Astro-Biblio-Student Program. ResearchGate, 101-111.