Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Sosial Dan Emosi Anak

Nama : Ridwan
Kelas/Nim : 3B/1202080043
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen : Dra. Hj. Yuyun Yulianingsih, M.Pd.

A. Makna Perkembangan Sosial Anak


Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. (Syamsu Yusuf, 2007)
  Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa : Hubungan sosial (sosialisasi)
merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian
tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka
semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang
lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu
hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan
kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

B. Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial


Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-
bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme) Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini mulai
muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai
menurun pada usia empat hingga enam tahun.sebaiknya orang tua mau memahami sebagai
proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression) yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-
kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa
karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Mengurangi agresifitas anak dengan
cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang
agresif maka egretifitas anak akan semakin meningkat.
3. Berselisih (Bertengkar) ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh
sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing) menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam
bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang
yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly) rasa ingin melebihi orang lain dan dapat dorongan . Sikap ini mulai
terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun
semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation) Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat
tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior) menguasai situasi sosial, mendominasi
atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh,
mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness) yaitu sikap egosentris dalam memenuhi
interest atau keinginannya
9. Simpati (Sympaty) yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial 


1. Keluarga Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh
keluarga.
2. Kematangan Anak Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi biasanya anak akan memandang dia siapa, turunan keluarga mana,
gmana status nya, anak golongan elit akan membuat kelompok dengan anak elit pula.
Karena hal itu sebagaimana yang telah di terapkan daam keluarganya.
4. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena
itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial
anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku


Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi
anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa
dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah
sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

E. Kelainan Psikososial
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berhubungan dengan pemahaman
seorang individu atas situasi sosial di lingkungannya. Dengan demikian yang dimaksud
dengan kelainan psikososial adalah kelainan-kelainan yang berhubungan dengan fungsi
emosi, dan perhatian terhadap sekitarnya. Beberapa penyimpangan atau kelainan perilaku
yang muncul berkaitan dengan fungsi-fungsi ini antara lain adalah :
 Gangguan emosi gangguan emosi tampak melalui perilaku ekstrim seperti terlalu agresif,
terlalu menarik diri, berteriak, diam seribu bahasa, terlalu gembira atau terlalu sedih.
 Gangguan perhatian gangguan perhatian tampak sebagai kesulitan seorang anak dalam
memberikan perhatian terhadap objek disekitarnya, sekalipun dalam waktu tidak lama.
Termasuk dalam kelainan ini adalah hiperaktif, sulit memusatkan perhatian (adhd) dan
autism.
Deteksi kelainan perkembangan dapat dilakukan oleh orang tua sejak dini. Semakin
cepat orang tua menemukan kelainan-kelainan pada anaknya akan semakin baik dan mudah
penanganannya. Sebagaimana dikatakan para pakar bahwa ada tidaknya perubahan kwalitas
perkembangan anak sedikit banyak adalah hasil dari pembiasaan yang diterapkan oleh orang
tuanya. H.Erikson (dalam Gunarsa, l980), mengatakan bahwa kuncinya adalah pada fungsi
pengindraan sebagai alat pertama untuk melakukan hubungan dan pengalaman sosial yang
pada muaranya mempengaruhi reaksi dan sikap seseorang di kemudian hari. Karena anak
atau bayi paling sering memperoleh makanan melalui mulut, maka ia berhadapan pertama
kali dengan lingkungan sosialnya melalui mulut. Anak akan merasakan hubungan-2 sosial
yang pertama ini melalui hal-hal yang kualitatis daripada hal-hal yang kuantitatif, seperti
seringnya memperoleh makanan.

F. Perkembangan Emosi
Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi
biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi
terhadap situasi. Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan perubahan.
Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa
marah karena adanya perubahan.
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama tetapi dia sering marah dan cenderung
cemburu ketika dia merasakan kasih sayangnya berkurang, baik terhadap situasi yang remeh
maupun yang serius.
1. Gejala-Gejala yang akan dihadapi:
 Ditandai dengan rasa bosan
 Takut
 Menangis
 Marah
 Kebiasaan berbohong
 Berbuat kasar kepada teman
 Bereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang kecil, dan perubahan yang drastis
terhadap penampilan akademik.
2. Penyebabnya
Penyebab emosi pada anak ada 2 penyebab emosi pada anak yaitu emosi umum dan
kondisi sekitar anak :
1) Pola emosi  yang umum pada anak-anak adalah :
 Rasa Takut rangsangan takut bayi biasanya berupa suara keras, binatang,tempat
gelap, rasa sakit dan sebagainya.
 Rasa Marah Rasa marah sering diekspresikan oleh anak-anak daripada rasa takut.
Alasannya karena anak-anak mengetahui bahwa kemarahan adalah cara untuk
mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
 Rasa Cemburu Rasa cemburu adalah reaksi yang normal terhadap kehilangan rasa
kasih sayang dari orang-orang disekeliling anak tersebut. Pola rasa cemburu
dikombinasikan dengan rasa takut dan amarah.
 Rasa Gembira Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan. Anak merasa
gembira mengekspresikannya dengan tertawa riang, bertepuk tangan atau berlompat-
lompat .
2) Kondisi sekitar anak yang mempengaruhi emosi dominan
 Kondisi kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi
dominan, sebaliknya kondisi kesehatan yang buruk mendorong emosi yang tidak
menyenangkan menjadi dominan.
 Suasana rumah Jika anak tumbuh didalam keluarga yang penuh dengan kebahagiaan
maka hal tersebut mendorong emosi yang menyenangkan untuk anak, sebaliknya juga
apabila  anak tumbuh dilingkungan keluarga yang penuh dengan pertengkaran,
dendam, kecemburuan maka hal itu akan mendorong emosi yang tidak menyenangkan
untuk anak.

REFERENSI:

Yusuf L.N, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Depok: Raja
Grafindo Persada.
Nurihsan Juntika. 2007. Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik . Bandung: Sekolah
Pasca Sarjana (UPI).
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).
Wahyu, Rendra. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik. 17
Maret 2015. http://saranaprasarana.blogspot.com/2012/12/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html
Chiira. Perkembangan Emosi Pada Anak. 17 Maret 2015. http://debu-
community.blogspot.com/2012/04/perkembangan-emosi-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai