KECERDASAN EMOSIONAL
Dosen: Ya’Julianto,M.Psi.
Nama:
Lapis Sendawasih
E872120002
KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA
KALIMANTAN WILAYAH XI SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP
MELAWI KAMPUS WILAYAH PERBATASAN
ENTIKONG 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah.
Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan
dengan gangguan pada proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut
tidak segera diatasi maka akan berlanjut pada fase perkembangan
berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah. Pada gilirannya,
gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak yang
optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk
memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan
kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan
upaya bantuan yang tepat.
B. Rumusan masalah
2. Pengertian Emosional
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri seseorang, dapat berupa perasaan
senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. didefinisikan sebagai
“berbagai perasaan yang kuat”. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang dan
kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi.
Goleman (1995:441) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu perasaan
atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta
seraikaian kecenderungan untuk bertindak”.
state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau
sesudah terjadnya perilaku”.
a. Maladjustment
Individu yang penyesuaian dirinya buruk disebut maladjustment.
Anak yang demikian sering disebut sebagai anak yang bermasalah.
Ada dua jenis maladjustment, yaitu sebagai berikut:
1) Anak puas terhadap tingkah lakunya, tetapi
lingkungan sosial tidak dapat menerima. Misalnya saja anak
bersikap sangat bossy, sok kuasa. Si anak sendiri tidak merasa
ada yang salah pada dirinya, sementara lingkungan tidak bisa
menerima itu.
2) Tingkah laku diterima lingkungan sosial, tetapi
menimbulkan konflik yang berkepanjangan pada anak misalnya
anak berpenampilan sopan, ramah, dan memiliki segala perilaku
yang dapat diterima oleh lingkungan, padahal itu bukan tingkah
laku yang sebenarnya ingin ia tampilkan. Anak melakukan hal
itu karena terpaksa (atau bisa juga karena takut).
b. Egosentrisme
Seseorang dikatakan egosentris bila lebih
peduli terhadap dirinya sendiri daripada
orang lain. Mereka lebih banyak berpikir dan
bicara mengenai diri sendiri dan aksi mereka semata-mata untuk kepentingan
pribadi.
Umumnya, anak-anak masih egosentris dalam berpikir dan berbicara.
e. Negativisme
Negativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk
berperilaku tertentu. Perilaku ini biasanya dimulai pada anak usia dua tahun dan
mencapai puncaknya antara usia tiga sampai enam tahun. Ekspresi fisiknya mirip
dengan ledakan kemarahan, namun secara bertahap berubah menjadi penolakan
secara lisan untuk menuruti perintah. Masa ini biasa juga disebut sebagai masa
“berkata tidak” karena hampir semua hampir semua permintaan dijawab anak
dengan berkata “tidak”.
f. Pertengkaran
Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan.
Perilaku ini umumnya dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan
terhadap orang lain yang tidak beralasan.
i. Prasangka
Menurut Hurlock (1991:11.13) prasangka ini terbentuk pada masa kanak-kanak
tatkala anak melihat adanya perbedaan sikap dan penampilan di antara mereka,
dan perbedaan ini dianggap sebagai tanda kerendahan. Pada perkembangan
selanjutnya prasangka muncul karena individu tidak berpikir positif terhadap
kejadian yang dialaminya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran