Anda di halaman 1dari 6

Harus dipahami bahwa perkembangan social dan perkembangan emosional tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan emosi harus
bersinggungan dengan perkembangan sosial. Demikian pula sebaliknya, membahas
perkembangan social harus melibatkan emosional. Sebab, keduanya saling terintegrasi

Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta
untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan
kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajarnya anak dalam menyesuaikan diri
dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok. Piaget menunjukkan adanya sifat
egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif
pikiran orang lain. Pada tahapan ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum
mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum mengerti bahwa lingkungan
memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya Anak masih melakukan segala sesuatu
demi dirinya sendiri bukan untuk orang lain.

Awal perkembangan sosial pada anak tumbuh dari hubungan anak dengan orang tua
atau pengasuh dirumah terutama anggota keluarganya. Anak mulai melakukan insteraksi atau
bermain pertama kali dengan orang lain yaitu keluarganya. Tanpa disadari anak mulai belajar
berinteraksi dengan orang diluar dirinya sendiri yaitu dengan orang-orang disekitarnya.
Interaksi sosialnya tersebut kemudian diperluas, tidak hanya dengan keluarga dalam rumah
namun mulai berinteraksi dengan tetangga dan tahapan selanjutnya ke sekolah.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma
dalam masyarakat. Proses ini biasanya disebut dengan sosialisasi. Tingkah laku sosialisasi adalah
sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak
diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari responss
terhadap tingkah laku.
Perkembangan sosial mulai agak komplek ketika anak menginjak usia 4 tahun dimana
anak mulai memasuki ranah pendidikan yang paling dasar yaitu taman kanak-kanak. Pada masa
ini anak belajar bersama teman- teman diluar rumah. Anak sudah mulai bermain bersama
teman sebaya dan hal tersebut tentunya bisa disebut dengan teori belajar sosial anak.

Anak usia TK (4-6 tahun) perkembangan sosial sudah mulai berjalan. Hal ini tampak dari
kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok. Kegiatan bersama seperti
melakukan sebuah permainan. Tanda-tanda perkembangan pada tahap ini adalah:

(1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain,

(2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan,

(3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan

(4) Anak mulai dapat bermain bersama anak- anak lain, atau teman sebaya (peer group).

Perkembangan sosial dapat dipetakan dalam beberapa aspek. Kostelnik, Soderman dan
Waren (Yahro, 2009) menyebutkan bahwa perkembangan sosial meliputi komperensi sosial dan
tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan bagaimana keefektifan kemampuan
anak dalam beradaptasi dengan lingkugan sosialnya. Misalnya mau bergantian dengan teman
lainnya dalam sebuah permainan. Tanggung jawab sosial menunjukkan komitmen anak
terhadap tugasnya, menghargai perbedaan individual, serta anak sudah memperhatikan
lingkungannya.

Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai
respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respons
sosial yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep
diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya
terhadap orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak didominasi oleh guru akan
menghambat perkembangan sosial emosi anak.
Perkembangan Emosional

Campos (dalam Santrock 2007) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang
timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu
tersebut. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknya-
manan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat ber bentuk rasa
senang, takut, marah, dan sebagainya.

Karaktristik emosi pada anak berbeda dengan karakteristik yang terjadi pada orang
dewasa, dimana karekteristik emosi pada anak itu antara lain; (1) Berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba; (2) Terlihat lebih hebat atau kuat; (3) Bersifat sementara ; (4) Lebih sering
terjadi; (5) Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya, dan (6) Reaksi mencerminkan
individualitas.

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
prasekolah maupun pada tahap- tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh
terhadap perilaku anak. Woolfson menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional,
seperti ingin dicintai, dihargai, rasa aman, dan mengoptimalkan kompe- tensinya.

Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi. Pada
usia enam tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti
kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan, tetapi anak-anak masih memiliki
kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada tahapan ini anak memerlukan
pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan
ekspresi emosional, serta menjaga perilaku ketika munculnya emosi-emosi yang kuat.

Emosi seorang anak sangat erat kaitannya dengan control diri. Jadi anak usia pra sekolah
sudah mempunyai Kemampuan untuk menunjukkan kontrol diri terhadap emosi dan mampu
menyesuaikan emosinya terhadap situasi tertentu. Pada beberapa situasi anak diharapkan
mampu menahan diri, tetapi pada situasi yang lain anak-anak dapat berperilaku impulsif dan
ekspresif seperti yang mereka inginkan.
Intinya, anak pra sekolah diharapkan mampu untuk mengekspresikan emosinya dengan baik
dan tanpa merugikan orang lain, serta dapat pula mulai belajar melakukan regulasi emosi.

Ada 3 teori yang mengemukakan ttg emosi

1. Teori sentral, menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang
dialami individu: jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu kemudian mengalami
perubahan2 dalam kejasmanianyya. Contohnya : org menangis karena merasa sedih.
2. Teori peripheral, menurut teori ini justru sebaliknya. Gejala kejasmanian bukanlah
merupakan akibat dari emosi yg dialami oleh individu, tetapi malah sebaliknya bahwa
emosi yg dialami individu merupakan akibat dari kejasmanian.
3. Teori kepribadian, menurut teori ini emosi merupakan suatu aktivitas pribadi dimana
pribadi tidak dapat dipisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai 2 substansi yg terpisah
karena itu emosi meliputi pula perubahan kejasmanian.

Mekanisme Emosi

a. Elicitors, adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Seperti didekati seekor kecoa.
b. Receptors, yaitu aktivitas di pusat system syaraf. Setelah indera menerima rangsangan
dari luar, dalam hal ini mata bisa melihat sesuatu (kecoa terbang). Dalam hal ini mata
berfungsi sebagai indera penerima stimulus atau reseptor awal. Setelah mata
menerima stimulus, informasi tersebut diteruskan ke otak sebagai pusat system saraf.
c. State, yaitu perubahan spesifik yg terjadi dalam aspek fisiologis. Dalam kasus ini setelah
rangangan mencapai otak maka otak menerjemahkan dan mengelola stimulasi ini serta
menyebarkan kembali stimulus yang telah diterjemahkan ke berbagai bagian tubuh lain
yang terkait sehingga terjadi perubahan fisiologis, spserti jantung berdetak kencang,
tekanan darah naik, badan tegang serta terjadi perubahan pada hormon lain.
d. Expression, yaitu terjadinya perubahan padaa daerah yang dapat teramati, seperti
wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh Tindakan fisiologis. Sebagai
contohnya otot wajah akan mengencang, tubuh tegang, mulut terbuka dan suara keras
berteriak atau bahkan lari kencang menjauh.
e. Experience, yaitu persepsi atau interpersepsi individu pada kondisi emosionalnya.
Dengan pengalaman individu dalam menerjemahkan dan merasakan perasaan sebagai
rasa takut, stress, terkejut dan ngeri.

Ciri khas emosi anak usia dini adalah

 Emosi yang kuat, anak kecil bereaksi dengan instensitas yang sama, baik terhadap situasi
remeh maupun serius. Anak praremaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap
hal hal yang tampak sepele bagi orang dewasa. Contohnya ketika anak tidak mendaptkan
keinginannya, maka anak akan menangis atau marah terhadap orang tuanya.
 Emosi sering sekali tampak, anak akan sering kali memperlihatkan emosi mereka
meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional yang sering kali
mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi
dengan cara yang lebih dapat diterima.
 Emosi yang bersifat sementara, perlihan yang cepat pada anak2 kecil dari tertawa
kemudian meningis atau dari marah kemudian tersenyum, atau dari cemburu kemudian ke
rasa sayang.

Macam-macam perasaan tersebut adalah bagian dari emosi. Karena emosi anak-anak
dipusatkan pada dampak emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak-anak.

Dampak yang paling penting dari emosi anak terhadap penyesuaian mereka :

a. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari adalah emosi seperti
kemarahan dan ketakutan juga menambah rasa nikmat bagi kehidupan dengan
memberikan suatu kegembiraan. Semua emosi dapat merangsang dan membangkitkan
gairah anak.
b. Emosi menyiapkan tubuh anak untuk melakukan tindakan, emosi yang semakin kuat
akan semakin mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk persiapan berindak. Jika
persiapan ini tidak berguna makan anak akan gelisah dan tidak tenang.
c. Ketegangan emosi akan mengganggu keterampilan motoric, persiapan tubuh untuk
bertindak ternyata meninbulkan gangguan pada keterampilan motoric sehingga anak
menjadi canggung dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara
tidak jelas dan menggagap.
d. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, melalui perubahan mimik wajah dan fisik
yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada
orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain.
e. Emosi mengganggu kativitas mental, karena kegiatan mental seperti konsentrasi,
pengingatan dan penalaran dan lain-lain sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang
kuat. Anak-anak menghasilkan prestasi di bawah kemampuan intelektual mereka
apabila emosi mereka terganggu.
f. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Orang dewasa menilai anak dari cara
anak mengekspresika emosi dan emosi apa saja yang dominan. Perlakuan orang dewasa
yang didasarkan atas penilaian tersebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan
penilaian diri. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan, bagaimana anak-
anak mamandang peran mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kelompok
sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada mereka seperti malu, takut agresif, ingi
tahu atau Bahagia.

Anda mungkin juga menyukai