Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PENTINGNYA PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metode pengembangan social dan
emosional

Dosen pengampu : m. Ramdani nur m,pd.

OLEH KELOMPOK 4:

1. HUJJATUL MUNAWARAH
2. IRMA SURYANI
3. MISRATUL AINI
4. RAHIMAHULLAH
5. UMINAH
6. YESI CITRA DEWI
7. ZINNURRAINI AULIA

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

INSTITUTE AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR

TA. 2023/2024
PENTINGNYA PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL

ANAK USIA DINI

A. Hakikat Perkembangan Sosial dan Emosional AUD


1. Pengertian Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur


dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil proses pematangan. Hal ini mengyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ- organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Perkembangan anak usia dini merupakan proses perubahan yang berkesinambungan


secara progresif dari masa kelahiran sampai usia 8 tahun.2 Dalam hal ini, anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sangat cepat dari segi fisik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dan
aspek-aspek kepribadian lainnya. Meskipun setiap perkembangan dibahas secara terpisah, harus
dipahami bahwa setiap bidang perkembangan merupakan bagian dari keseluruhan perkembangan
dan suatu unit kesatuan yang terdiri atas banyak aspek perkembangan.

Seseorang, secara genetis, telah lahir dengan organ yang disebut kemampuan umum
suatu (inteligensi) yang bersumber dari otaknya. Apabila struktur otak telah ditentukan secara
biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya.
Manusia yang baru. lahir sudah memiliki potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing.
Potensi tersebut biasanya. merupakan kemampuan umum. Jika potensi-potensi tersebut dilatih
atau diberi respons yang positif oleh lingkungan, akan dapat berkembang dengan optimal.

2. Pengertian Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Kehidupan sosial anak-anak berkembang dengan cara yang relatif dapat diprediksi.
Jaringan sosial tumbuh dari hubungan yang intim dengan orang tua atau pengasuh yang juga
meliputi anggota keluarga lain, orang dewasa yang bukan anggota keluarga, dan teman sebaya.
Interaksi sosial meluas dari rumah ke tetangga dan dari lembaga prasekolah ke penitipan anak
atau ke sekolah formal.

Perkembangan sosial adalah kemampuan belajar dan tingkah laku proses yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Perkembangan
sosial berbeda dengan kemampuan sosial. Kemampuan sosial merupakan kecakapan seorang
anak merespons dan mengikat perasaan positif dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menarik perhatian mereka. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana ia berada. Tuntutan sosial yang
dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap perkembangan dan usianya,
dan cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Anak mengalami perubahan sosial sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.

3. Pengertian Perkembangan Emosional Anak Usia Dini

Emosi berasal dari kata latin motere, adalah suatu kondisi bergerak untuk berbuat (a
stated of being moved, and an impulse to act). Dengan demikian, emosi memiliki beberapa
komponen yaitu gerak untuk bertindak, menghayati perasaan yang bersifat subjektif dan
kesadaran tentang emosi itu atau dengan kata lain, memiliki unsur subjektif, perilaku
(behavioural), dan fisiologis.

Menurut William James dalam Sobur, emosi adalah "kecenderungan untuk memiliki
perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya." Crow & crow
mengartikan emosi sebagai "suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian dalam diri) terhadap lingkungannya untuk mencapai
kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi adalah reaksi subjektif terhadap pengalaman
yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Contohnya sedih, gembira, dan
takut (Sroufe, 1997).8

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada
dalam suatu keadaan atau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya
(Campos, 2004; Saarni dkk., 2006, Santrock, 2007:7). Emosi dapat berbentuk sesuatu yang
spesifik seperti rasa senang, takut, marah, dan seterusnya tergantung dari interaksi yang dialami.
Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan masa lalu. Carles Darwin (1872-1965) dalam
bukunya yang berjudul "The Expression In Man and Animals" menyebutkan bahwa ekspresi
wajah manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan dan bukan hasil pembelajaran.
Perkembangan emosional merupakan proses yang terjadi secara bertahap; emosi yang kompleks
sepertinya berkembang dari emosi yang lebih sederhana. Karakteristik pola reaksi emosional
seseorang mulai berkembang pada masa bayi dan merupakan elemen dasar kepribadian. Namun
demikian, seiring tumbuhnya anak, beberapa respons emosional mungkin berubah. Seorang bayi
berusia 3 bulan tersenyum melihat wajah orang asing, mungkin ketika berusia 8 bulan ia akan
merasa cemas akan kehadiran orang asing. Emosi berkaitan erat dengan berbagai aspek
perkembangan. Tanda-tanda emosi pertama pada bayi yang baru lahir biasanya ditunjukkan
dengan menangis. selanjutnya tersenyum dan tertawa. Tanda- tanda awal ini atau tanda-tanda
perasaan bayi seperti ini merupakan indikator perkembangan yang penting.

Ketika menginginkan atau membutuhkan sesuatu, bayi menangis; ketika mereka tidak
sendirian, mereka tersenyum atau tertawa. Bila pesan mereka mendatangkan respons, rasa
keterikatan mereka tumbuh. Menangis merupakan jalan yang sangat kuat (dan kadang satu-
satunya) bagi bayi untuk mengomunikasikan kebutuhannya. Beberapa penelitian telah
menemukan empat pola menangis (Wolff, 1969), yaitu: tangisan lapar (tangisan ritme, yang
tidak selalu dihubungkan dengan rasa lapar); tangisan marah (variasi tangisan beritme, di mana
banyak udara dipaksakan melewati pita suara); tangisan sakit (tangisan tiba-tiba tanpa didahului
rintihan, kadang diikuti oleh menahan nafas); dan tangisan frustrasi (dua atau tiga tangis, tanpa
menahan napas panjang) (Wood & Gustafson, 2001)."

Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang
paling sukar untuk diklasifikasi adalah perkembangan emosional. Reaksi terhadap emosi pada
dasarnya sangat dipengaruhi kebudayaan, oleh lingkungan, pengalaman, dan sebagainya
sehingga untuk mengukur emosi agaknya hampir tidak mungkin.

Menurut Jersild (1954) dalam Sobur¹4 perkembangan emosi selama masa kanak-kanak
terjalin sangat erat dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Setelah alat-alat indra anak
menjadi lebih tajam, kecakapan anak untuk mengenal pengamatan pun menjadi lebih tajam.
Kecakapan anak untuk mengenal perbedaan-perbedaan dan untuk pengamatan pun menjadi lebih
dewasa, dan setelah ia lebih melangkah ke depan dalam segala aspek perkembangannya, jumlah
peristiwa yang dapat membangkitkan emosinya pun kian bertambah.

Salah satu aspek perkembangan dasar pada anak usia dini yaitu aspek sosial emosional.
Perkembangan aspek sosial emosional sangat penting mengingat pada usia ini anak mulai banyak
berinteraksi dengan lingkungan luar keluarga. Perkembangan sosial emosional dapat
dioptimalkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui permainan. Permainan merupakan
salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan sosial emosional
seperti kerjasama, interaksi, tanggung jawab, kejujuran, dan sportivitas. Masa usia dini
merupakan masa dimana anak menggunakan sebagian waktunya untuk bermain. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Diana Mutiah yang menyatakan bahwa pada dasarnya anak-anak belajar
melalui permainan. Melalui bermain, anak usia dini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek
perkembangan yang ada pada dirinya baik fisik, intelektual, bahasa dan perilakunya. Bermain
juga dapat berfungsi sebagai terapi dalam kehidupan anak karena dengan bermain anak dapat
mengekspresikan hal-hal yang berhubungan dengan ranah afektif, perasaan, emosi, pikiran
maupun kognitifnya.

Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk


berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Perkembangan sosial anak-anak dapat dilihat
dari tingkatan kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota
masyarakat sosial yang produktif. Perkembangan sosial meliputi kompetensi sosial (kemampuan
untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya), kemampuan sosial (perilaku yang digunakan
dalam situasi sosial), pengamatan sosial (memahami pikiran-pikiran, niat, dan perilaku diri
sendiri maupun orang lain), perilaku prososial (sikap berbagi, menolong, bekerjasama, empati,
menghibur, meyakinkan, bertahan, dan menguatkan orang lain) dan perolehan nilai dan moral
(perkembangan standar untuk memutuskan mana yang benar atau salah, kemampuan untuk
memperhatikan keutuhan dan kesejahteraan orang lain), Muthmainnah, dkk, 2016.
KESIMPULAN

Perkembangan social da emosional pada anak kecil sangat penting untuk memastikan
keberhasilan dalam hidup.semua anak perlu terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan
keterampilan social. Anak anak yang tidak kompeten secara social dan emosional beresiko
mengalami prilaku menantang di masa akanak- kanak dan dewasa.
DAFTAR PUSTAKPUSTAKA

Soedjiningsih, 1995.tumbuh kembang anak . Jakarta: EGC

Soegeng santoso, 2004.pendampingan perkembangan anak usia dini menurut pendirinya

Jakarta:depdikbud

Aisyah, siti, 2011.perkembangan dan konsep dasar pengembangan ana usia dini,

Jakarta: universitas teterbuka

Palintan, Tien asmara. 2020. Membangun kecerdasan emosi dan sosial anak usia dini. Jakarta.
Lindan bestasarbestari.

Anda mungkin juga menyukai