Anda di halaman 1dari 16

2. 2.

Perkembangan Moral
2. 2. 1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang bertambah komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari pematangan. Perkembangan didefinisikan sebagai kemampuan
fungsional anak sebagai hasil maturasi sistem saraf dan reaksi psikologis.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan
organ yang dipengaruhinya. Perkembangan mengikuti rangkaian yang teratur dan
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahap
perkembangan anak memiliki ciri tersendiri.1
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
bersifat Kualitatif dan Kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental
psikologis manusia. Seperti misalnya perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama,
kecerdasan dan sebagainya. Sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan
semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuan nya juga semakin baik
sifat sosial, moral, keyakinan agam dan sebagainya.2
Berkembangnya seseorang itu memiliki beberapa factor, yaitu yang di
kemukakan oleh :

Arthur Schopenhauer (1788-1860) dengan teori Nativisme

FalahFaniyah,
http://eprints.undip.ac.id/46269/3/FalahFaniyah_22010111120005_Lap.KTI_Bab
2.pdf. Html, pada tanggal 8 oktober 2016, pukul 11.45
1

2 Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,

1996), hlm. 11.

Teori ini berpendapat bahwa perkembangan individu sepenuhnya


ditentukan oleh faktor pembawaan atau faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir. Para ahli Nativis biasanya mempertahankan kebenaran konsep ini
dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua

dengan anak-anaknya3
John Locke (1632-1704) dengan teori Empirisme
Disebut juga teori tabularasa dan environmentalisme. Teori ini
berpendapat

bahwa

perkembangan

individu

ditentukan

oleh

lingkungannya dan teori ini menganggap bahwa faktor pembawaan tidak


berperan sama sekali dalam proses perkembangan manusia. John Locke
menyatakan bahwa pada saat dilahirkan, jiwa individu dalam keadaan
kosong (ibarat tabularasa yang belum tertulis), dan lingkunganlah yang

akan mengisi kekosongan tersebut.4


William Stern (1871-1939) dengan Teori Konvergensi
Disebut juga teori interaksionisme. Menurut Stern, perkembangan individu
merupakan hasil perpaduan atau interaksi antara faktor pembawaan
dengan faktor lingkungan. Pembawaan sudah ada pada masing-masing
individu sejak kelahirannya dan pembawaan ini tidak dapat berkembangan
menjadi kecakapan nyata bila tidak mendapat pengaruh dari lingkungan.5

2. 2. 2. Aspek aspek Perkembangan

3 Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Pedoman Ilmu


Jaya, 1996), hlm. 35-36
4 Ibid hlm. 36.
5 Opcid hlm. 37.

Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu,


karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi.
Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk
sekedar membantu mempermudah dalam memepelajari dan memahaminya,
pembahasan aspek demi aspek bisa dilakukan. Secara sederhana kita dapat
membedakan beberapa aspek utama kepribadian, yaitu aspek fisik dan motorik,
aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek emosi, dan aspek moral dan
keagamaan.6
Perkembangan dari setiap aspek kepribadian tidak selalu bersamasama atau
sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga
mengikuti aspek lainnya, tergantung dari faktor lingkungan tumbuh anak.
Demikian uraian singkat dari aspek-aspek perkembangan:
1. Aspek Fisik dan Motorik
Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol adalah pada awal
kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahuntahun pertama
kehidupannya. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi
tumbuh dan berkembangan dari seperduaratus mili meter menjadi 50 cm
panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal
kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa duduk, merangkak, berdiri,
bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan
berbagai benda atau alat pada akhir tahun kedua.
2. Aspek Intelektual
Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya

diawali

dengan

perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan


6 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 114.

masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan


memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada
masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun). Berkembang konstan selama
masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas
(usia 16-17 tahun). Walaupun individu semakin pandai setelah belajar di
perguruan tinggi, namun para ahli berpendapat bahwa setelah usia 17 tahun
atau 18 tahun peningkatan kemampuan terjadi sangat lamban, yang ada
hanyalah pengayaan, pendalaman dan perluasan wawasan.7
3. Aspek Sosial
Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan orangorang di
sekitarnya. Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang
baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal
suarasebagaimana layaknya orang dewasa. Bayi harus diberikan perawatan
dengan penuh kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang konsisten, sebab
pada masa itu bayi sedang belajar tentang kasih sayang dan mempercayai
orang lain. Anak yang merasa diberikan kasih sayang dan keamanan pada
masa awal perkembangannya, maka ia kelak mudah mengembangkan
persahabatan dan kedekatan dengan orang lain.8
Ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk
memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya,
bagaimana mendengar, berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi, dan
mengatasi konflik. Umumnya bayi dan anak kecil dikenalkan oleh keinginan-

7 Ibid. hlm. 115.


8 Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, Kiat Merangsang Kecerdasan Anak:
Panduan Agar Anak Komunikatif dan Berfikir Kreatif, (Jakarta: Puspa
Swara, 2004), cet. 2, hlm. 64.

keinginan dan perasaannya sendiri. Mereka belum dapat melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain. Ia akan berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang ia
rasakan dan inginkan.
4. Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan perabaan.
Perkembangan

selanjutnya

berhubungan

erat

dengan

perkembangan

kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir.


Berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini
tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa.
Perkembangan kedua aspek ini saling menunjang. Bahasa juga merupakan
suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi
berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan
kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan
perkembangan kemampuan sosial.
5. Aspek Emosi
Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan konstan, kecuali
pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16
tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan
dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang
datang silih berganti dengan rasa duka. Gejolak ini berakhir pada masa
remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau pada masa remaja tengah anak
terombang-ambing dalam sikap mendua, ambivalensi, maka pada masa
remaja akhir anak telah memiliki pendirian sikap yang relatif mempunyai
kepercayaan diri.9
6. Aspek Moral dan Keagamaan
9 Nana Syaodih Sukmadinata, Op. cit., hlm. 115.

Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil. Peranan


lingkungan terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini.
Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena
meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan
prakarsa sendiri inipun, pada mulanya dilakukan karena ada kontrol atau
pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontrol dari dalam
dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah
melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa
perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau pujian. Secara potensial
tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi
faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap
pencapaian nya.10
Sebagai realisasi tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak dalam hal
keagamaan, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatiakan
orang tua, yaitu pendidikan ibadah, pendidikan pokokpokok ajaran agama,
pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan aqidah islamiyah.11
Secara umum terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap aspek
maupun keseluruhan aspek perkembangan, tiap individu seringkali ditemukan
kekhususan-kekhususan. Terbentuknya pola khusus ini berkaitan erat dengan
perpaduan antara foktor-faktor yang ada dalam diri individu dengan faktor
luar.
2. 2. 2 Tahap Tahap Perkembangan

10 Ibid., hlm. 116


11 H.M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarata:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 105.

Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase


perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk
kehidupan

tertentu

yang

berbeda

dengan

fase

sebelumnya.

Sekalipun

perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat


dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Kemampuan motorik melibatkan
keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat tubuh di atas kaki, dan keahlian
motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh tangan dan jari.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alat-atal
indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan,
kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan.12
Para

ahli

psikologi

perkembangan

pada

umunya

membagi

periodisasi

perkembangan didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga hal


antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis
dan periodisasi berdasarkan dedaktis.13
Perkembangan pribadi manusia menurut Wasty Soemanto dibagi ke dalam
beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan aspek fisiologis,
perkembangan aspek psikologis, perkembangan aspek sosial, dan perkembangan
aspek didaktis / pedagogis.14 Tahap-tahap perkembangan untuk tiap aspek tersebut

12 ony Buzan, Brain Child: Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar, Terj.
Marselita Harapan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm.
159.
13 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju
Mizan Publika, 2004), hlm. 173.
14 Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 60

tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap perkembangan pada tiap-tiap


aspek secara umum.
1. Tahap-tahap perkembangan fisiologis
Perkembangan fisiologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur
dan fungsi-fungsi fisiologis. Dengan adanya berbagai penelitian tentang
pertumbuhan dan perkembangan biologis manusia, akhirnya orang pun dapat
menemukan pengetahuan tentang tahap-tahap perkembangan fisiologis
manusia secara agak mendetail.
Berikut ini tahap-tahap perkembangan fisiologis yang cukup terperinci sesuai
dengan hasil penelitian dari Gesell dan Amatruda. Menurut mereka tahaptahap perkembangan fisiologis manusia dari awal prenatal sampai usia 5
tahun:
a. Tahap konsepsi (seminggu setelah pembuahan), dalam tahap ini sperma
memasuki ovum dan dalam proses pertumbuhannya terjadi pula
pengorganisasian sel-sel germinal.
b. Tahap embrionik (1 minggu sesudah konsepsi sampai umur 8 minggu
kandungan), dalam tahap ini setelah ovum dimasuki oleh unsur syaraf dari
ibu, terjadilah pertumbuhan sistem syaraf. Dalam proses pertumbuhan
sistem syara ini terjadi pula pembentukan fungsi preneural.
c. Tahap fetal (umur 2 sampai 2,5 bulan kandungan), tahap ini terjadi
pembentukan fungsi informasi dan komunikasi dengan sensitifitas oral.
d. Tahap perluasan fetal (umur 2,5 sampai 3,5 bulan kandungan), dalam
tahap

ini

terjadi

perluasan

pembentukan

fungsi

vetal

dengan

berkembangnya sistem syaraf dan jaringan otak di kepala.


e. Tahap perkembangan reflek (umur 3,5 sampai 4 bulan kandungan), fungsi

reflek mulai berkembang.

f. Tahap perkembangan alat pernafasan (umur 4 sampai 4,5 bulan


kandungan), dalam tahap ini terjadi perkembangan fungsi pernafasan pada
bayi prenatal
g. Perkembangan fungsi tangan (umur 4,5 sampai 5 bulan kandungan), tahap
ini tangan dan jari-jarinya mulai dapat bergerak-gerak.
h. Tahap perkembangan fungsi leher (umur 5 sampai 6 bulan kandungan),
tahap ini terjadi percepatan gerakan dan reflek pada leher.
i. Tahap perkembangan fungsi otonomik (umur 6 bulan sampai lahir),
dengan semakin lengkapnya pertumbuhan material tubuh bayi, maka
dalam tahap ini berkembanglah fungsi sistem otonomik dengan
pengendalian fisiko-kimiawi.
j. Tahap kelahiran (sekitar 9 sampai dengan 10 bulan kandungan); dalam
tahap ini terjadi perkembangan pesat pada fungsi vegetative.
k. Tahap perkembangan fungsi penglihatan (usia 1 bulan), bayi mulai dapat
melihat benda-benda di alam sekitarnya, ini berlangsung sampai usia 4
bulan.
l. Tahap keseimbangan kepala (usia 4 sampai 7 bulan), dalam tahap ini
gerakan kepala semakin seimbang.
m. Tahap perkembangan fungsi tangan (usia 7 sampai 10 bulan), tahap ini
gerakan-gerakan tangan anak semakin terarah dan semakin kuat, sehingga
anak cakap memegang dan menangkap sesuatu dengan tangan.
n. Tahap perkembangan fungsi otot dan anggota badan (usia 10 bulan
sampai 1 tahun), anak mengalami perkembangan berangsur-angsur dalam
hal duduk, merayap, merangkak dan merambat.
o. Tahap perkembangan fungsi kaki (usia 1 sampai 1,4 tahun), anak mulai
dapat berdiri dan belajar berjalan.
p. Tahap perkembangan fungsi verbal (usia 1,5 sampai 2 tahun), anak mulai
dapat menirukan dan mengucapkan kata-kata, dan kemudian pernyataanpernyataan singkat.

q. Tahap perkembangan toilet (umur 2 sampai 3 tahun), anak mulai dapat


belajar kencing dan buang air besar tanpa bantuan orang lain.
r. Tahap perkembangan fungsi bicara (usia 3 sampai 4 tahun), anak mulai
bicara secara jelas dan berarti. Kalimat yang diucapkan anak mulai
semakin baik
s. Tahap belajar matematik (usia 4 sampai 5 tahun), anak mulai dapat belajar
matematik sederhana misalnya, menyebutkan bilangan, menghitung
urutan bilangan dan penguasaan jumlah kecil dari pada benda-benda.
t. Tahap sosialisasi (usia 5 sampai 7 tahun), dalam tahap ini anak mulai
dapat belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Dalam umur ini
anak siap mengikuti pendidikan kanak-kanak. 15
2. Tahap-tahap perkembangan psikologis
Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga
masa dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis, maka
perkembangan psikologis melalui pentahapan tertentu yang berbeda dengan
pentahapan perkembangan fisiologis. Menurut Jean Jacques Rousseau (17121778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung
dalam 5 tahap, sebagai berikut:
a. Perkembangan masa bayi (sejak lahir 2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan.
Perasaan-perasaan senang atau tidak senang menguasai diri anak bayi,
sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat
dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak tumbuh dengan
sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksireaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya.
b. Perkembangan masa kanak-kanak (2 12 tahun)
Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin
berkembangnya

fungsi-fungsi

indera

15 Wasty Soemanto, Op. cit., hlm.61-63.

anak

untuk

mengadakan

pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi


pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan
setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh
pengamatannya.
c. Perkembangan masa pre adolesen (12 15 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak
sangat dominan dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi
pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi suatu ide atau
pengetahuan dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi fisik kuat,
sedangkan kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang berkembang
anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta keinginan-keinginan
yang dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
d. Perkembangan masa adolesen (15 20 tahun)
Dalam tahap perkembangan ini kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh
dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat anak mulai tertarik
kepada lawan jenis. Disamping itu, anak mulai mengembangkan
pengartian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah
laku yang bernilai moral. Ia juga mulai belajar memikirkan kepentingan
sosial serta kepentingan pribadinya. Berhubungan dengan berkembangnya
keinginan dan emosi yang dominan dalam pribadi anak dalam masa ini
Maka anak dalam masa ini sering mengalami kegoncangan serta
ketegangan dalam jiwanya.
e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang
mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu
pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan
pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisir oleh individu

dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya. Dengan kemauannya,


orang melatih diri untuk memilih keinginan-keinginan yang akan
direalisir dalam tindakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini
menggunakan

fungsi

penalaran,

sehingga

orang

dalam

masa

perkembangan ini mulai mampu melakukan "self direction dan self


control". Dengan kemampuan self direction dan self control itu maka
manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.16
3. Tahap perkembangan sosiologis
Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan, dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka
di rumahlah di letakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat
sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial merupakan
sikap bawaan. Penelitian tentang penyesuaian sosial anak menunjukkan
pentingnya peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan
dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang diperlihatkan bayibayi dalam situasi
sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua
mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah, bahwa sekali
terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap sampai anak dewasa. Tentu saja
ini tidak berarti bahwa kondisi tidak dapat diubah dengan bertambah majunya
bayi atau selama masa kanak-kanak. Hal ini jelas bahwa dasar-dasar yang
buruk merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial
yang buruk. Tetapi, mengadakan perubahan setelah pola perilaku menjadi
16 Ibid, hlm. 64-65.

kebiasaan tidaklah mudah, juga tidak ada jaminan bahwa perubahanperubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya mengapa dasar-dasar sosial
yang baik sangat penting selama tahun-tahun masa bayi.
4. Tahap-tahap perkembangan dedaktis/pedagogis
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat
dikemukakan di sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan
teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis
khusus perlakuan pendidikan. Mengenai pentahapan perkembangan pribadi
manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dapat
diambilkan dari John Amos Comenius, mengenai perkembangan pribadi
manusia yang terdiri atas lima tahap :
a. Tahap 6 tahun pertama.
Tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan
anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
b. Tahap 6 tahun kedua
Tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang
memungkinkan
intelektual

anak

dalam

mulai
usaha

mampu

menggunakan

mengenal

dan

fungsi

menganalisa

lingkungannya.
c. Tahap 6 tahun ketiga
Tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan
anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan
hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
d. Tahap 6 tahun keempat
Tahap perkembangan fungsi kemampuan "berdikari" self
direction dan self control.
e. Tahap pematangan pribadi
Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek
kepribadian

menuju

kematangan

pribadi

dimana

manusia

berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia. 17


17 Ibid., hlm. 75.

2. 2. 2. Pengertian Moral
Keraf menyatakan bahwa kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos,
dalam bentuk jamaknya yaitu mores, yang bisa diartikan sebagai kebiasaan atau
adat istiadat. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, dan dalam
bentuk jamaknya yaitu ta etha, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. 18
Berdasarkan pengertian dan penjelasan moral di atas, maka kata moral sebagian
besar menyangkut tentang pengajaran nilai atau penilaian tentang baik buruknya
perlakuan manusia melalui perlakuan yang dilakukannya pada diri sendiri, pada
lingkungan sosial, dan kepada Tuhannya. Penilaian tersebut termasuk semua
perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
2. 2. 2. A. Jenis jenis moral
Menurut Sulistyorin moral bisa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.Moral Individual
Moral individual adalah moral yang menyangkut hubungan manusia
dengan

kehidupan

diri pribadinya

sendiri atau

tentang cara

manusia

memperlakukan dirinya sendiri. Moral individual inimendasari perbuatan manusia


dan menjadi panduan hidup bagi manusia, yang merupakan arah dan aturan yang
perlu dilakukan dalam kehidupan pribadi atau sehari-harinya. Moral individual
mencakup: kepatuhan, pemberani, rela berkorban, jujur, adil bijaksana,
menghormati dan menghargai, bekerja keras, menepati janji, tahu balas budi, baik
budi pekerti, rendah hati, dan hati-hati dalam bertindak
18 Keraf gorys, Diksi dan Bahasa, ( Jakarta;Gramedia Pustaka
Utama.2000 ), hlm. 14.

2. Moral Sosial

Moral sosial menurut Sulistyorini adalah moral yang


hubungan manusia dengan manusia

yang lain dalam

menyangkut tentang
kehidupan dalam

masyarakat atau lingkungan di sekitarnya. Dalam berhubungan dengan


masyarakat, manusia perlu memahami norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat supaya hubungannya dengan manusia lain dapat berjalan dengan
lancar dan tidak terjadi kesalahpahaman diantara manusia-manusia tersebut.
Moral sosial ini mencakup: bekerja sama, suka menolong, kasih sayang,
kerukunan, suka memberi nasihat, peduli nasib orang lain, dan suka menolong
orang lain.

3. Moral Religi
Moral religi adalah moral yang menyangkut tentang h ubungan manusia dengan
Tuhan yang diyakininya. Moral religi mencakup: percaya kuasa Tuhan, percaya
adanya Tuhan, berserah diri kepada Tuhan, dan memohon ampun kepada Tuhan.
(Sulistyorini, 2011, hal. 1) Salam dalam Sulistyorini (2011, hal.7) menyatakan
bahwa moral kepada Tuhan mencakup: beriman dan meyakini bahwa Tuhan itu
ada, Taat menjalankan perintah dan larangan Tuhan, berpasrah kepada Tuhan,
beribadah dan berdoa dengan sungguh-sungguh, berpengharapan bahwa Tuhan
akan melimpahkan rahmatNya, berpikiran baik tentang Tuhan, percaya
sepenuhnya kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, dan bertobat kepada Tuhan.
Menurut Dirgantara (2012, hal.99-105) moral yang mengeratkan hubungan kita

kepada Tuhan adalah: berdoa kepada Tuhan, berserah diri


pengakuan adanya Tuhan, dan bersyukur.
atas rezeki yang diberikan Tuhan.

kepada Tuhan,

Anda mungkin juga menyukai