Anda di halaman 1dari 7

1.

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Penulisan makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat
memahami dan menghayati pengertian etika yang berhubungan dengan moralitas, dan etika
Kristen. Melalui pemahaman dan penghayatan tersebut diharapakan mahasiswa dapat
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran Kristen.
Makna moral / etika Kristiani sangat penting bagi kehidupan orang Kristen. Manusia seba
gai ciptaan Allah berimplikasi pada eratnya hubungan antara Iman dan Perilaku manusia
dalam rangka tanggung jawab pada Pencipta. Etika Kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi
dan misi yang khusus dalam hidup manusia yakni petunjuk dan
penuntun tentang bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok harus mengambil
keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan Firman Tuhan. Etika Kristen
adalah Ilmu yang meneliti, menilai dan mengatur
tabiat dan tingkah laku manusia dengan memakai norma kehendak dan perintah Allah
sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristus. Sebagaimana kita tahu, kita sebagai orang
beragama haruslah memberi teladan yang baik pada lingkungan sekitar kita. Dilansir dari
banyaknya orang yang mengaku saya Kristen namun kenyataan pada hidupnya sama sekali tidak
mencerminkan sikap, etika, dan moral sebagai orang Kristen.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan disajikan dalam penulisan makalah ini berkaitan dengan moralitas dan
perilaku dalam berkehidupan sebagai mahasiswa Kristen, baik dalam berinteraksi dengan sesama
mahasiswa, dengan dosen, dan dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
1. Apa Pengertian dari Etika dan Moral?
2. Bagaimana Perbedaan dan Persamaan Etika dan Moral?
3. Bagaimana kaitannya dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
1. Memberikan contoh kehidupan yang bermoral dan beretika sesuai ajaran Kristen
2. Menjadi teladan di lingkungan kampus ataupun di tempat tinggalnya
3. Mengaplikasikan pada sikap dan perilaku.

2. Pembahasan
2.1 Pengertian Etika
Untuk memahami pengertian etika, perlu diketahui akar kata dari etika itu sendiri.
Verkuyl menyatakan bahwa kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya kebiasaan,
adat. Kata etos dan ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati
seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan.
Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam. Karena itu juga Etika bukanlah ilmu yang
pengetahuan yang bersifat deskriptif, yang hanya menerangkan dan menguraikan tindakan dan
kelakuan manusia, seperti halnya dengan ilmu bangsa-bangsa( antropologi kultural), yang
menguraikan dan membahas adat-istiadat dan keadaan bangsa-bangsa.
Etika merupakan Ilmu yang mempelajari norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia.
Etika berbicara tentang keharusan yang di lakukan oleh manusia tentang apa yang baik, benar
dan tepat.
Kata ethos yang menjadi etika berarti kebiasaan, baik kebiasaaan individu maupun
kebiasaan masyarakat. Etika tidak hanya berurusan dengan dengan segi lahiriah seperti kelakuan
dan tindakan, tetapi juga berurusan dengan segi batiniah seperti sikap, motif, karakter atau
tabiat.
a.

Etika Dalam Perjanjian Lama

Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika ia dipanggil Allah dalam usianya yang ke
75.Pada saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan
melalui Sikhem dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5). Abraham yang pada waktu itu
bernama Abram pergi hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri tidak
mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut. Ketika ia sampai di Kanaan, ternyata
negri itu sedang mengalami bencana kelaparan, oleh karena itu ia bersama dengan keluarganya
pergi ke Mesir melalui Negep. Peristiwa Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan
beberapa sikap iman dan moralnya, antara lain:

1.Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum
diketahui keadaannya.
2.Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta
ancaman bahaya.
3.Ketika Abraham mencapai tempat yang ia tuju, ada bencana kelaparan disana, namun
Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.
4.Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga
Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi segala bangsa.
Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, ada juga moral buruk yang ia
tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:
1.Ketika ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa
mengambil istrinya.
2.Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sebagai
adik.
3.Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan
membiarkan istrinya rela diambil orang.
4.Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia tenggelam pada
perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.
b.

Etika Dalam Perjanjian Baru

Ajaran etik Yesus Kristus di antaranya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius,
Markus, Lukas), salah satu ajaran tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49).
Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh
pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab
para nabi. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih
benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu

tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan Allah sudah dekat
kepadamu (Luk 10:9.
Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia untuk menjadi seorang
manusia yang bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti menjadi seseorang yang lebih baik dari
yang lain. Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat
jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu,
serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa yang menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).
2.2 Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores, yang merupakan kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral
adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar. Abineno (1996) menuliskan bahwa istilah atau kata mos
mempunyai arti yang kira-kira sama dengan Yunani etos, yaitu kebiasaan adat istiadat.
Kata atau istilah ini lebih banyak digunakan oleh Gereja katolik Roma, kalau
dibandingkan dengan Gereja-gereja Protestan. Dalam gereja Katolik Roma teolog yang
menghususkan diri di bidang moral disebut teolog moral. Dalam gereja-gereja protestan teolog
demikian disebut tetikius, maksudnya: teolog dibidang etika. Kalau kita membaca karya para
teolog katolik Roma kita mendapat kesan, bahwa pada waktu-waktu yang akhir ini istilah atau
pengertian teolog moral makin lama makin kurang digunakan, diganti dengan istilah atau
pengertian etikus.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.

Penilaian terhadap moral diukur dari

kebudayaan atau adat istiadat masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Apabila yang dilakukan seseorang itu
4

sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan segala tindak tanduk tidak
terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu, mahasiswa kristen harus dapat memberikan
contoh yang baik atau panutan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi garam atau pelita bagi
masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan sosial masyarakat menjadi
damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat memberikan cita rasa yang lebih baik. Menjadi
pelita artinya sebagai seorang mahasiswa dapat memberikan contoh atau menjadi terang
sehingga dapat menjadi panutan bagi orang lain agar tidak tersandung dalam permasalahanpermasalahan yang akan merugikan diri sendiri atau orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen, yaitu melakukan
perbuatan untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan didasarkan pada kasih kepada
Tuhan dan kasih kepada sesama.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.

Daftar Pustaka
Abineno Dr.J.L.Ch. (1996), Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia.
Sirait, Drs. Jerry. R.H. dkk (1993), Diktat mata kuliah pendidikan Etika (Kristen), Departemen
Mata Kuliah Dasar Umum Universitas Kristen Indonesia.
Verkuyl, DR. J. (2000), Etika Kristen: Bagian Umum, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai