Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSI ANAK USIA DINI

Written By rizal pribadi on Rabu, 01 Mei 2013 | 17.05

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang

Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada

diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang

bersangkutan baik mencakup ranah-ranah efektif, kognitif dan psikomotor (Bloom, 1974)

Dalam pembahasan makalah ini, untuk mencapai pemahaman tentang dasar teoritis

perkembangan sosial dan emosi pada masing-masing (individu) anak usia dini, maka diharapkan

mampu mendeskripsikan secara singkat pengertian sosial dan emosi, serta menggambarkan

mekanisme terjadinya berbagai emosi dalam diri manusia, serta memahami penahapan

perkembangan sosial.

1.2.       Rumusan Masalah

Rumusan masalah model pembelajaran difokuskan agar pendidik mampu memahami

perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.

1.3.       Tujuan

Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu menjelaskan tentang

perkembangan emosi dan sosial anak usia dini.


1.4.       Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini bagi :

a.       Pendidik (Guru)

Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam usahanya memahami perkembangan sosial dan emosi

anak usia dini.

b.      Sekolah

Mampu menerapkan dan memahami metode perkembangan sosial dan emosi pada anak usia
dini.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang

dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah.

Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (Belajar Tuntas) (Depdiknas 2004:4). Selanjutnya

dijelaskan bahwa, Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan

berbagai potensi baik pisik maupun psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai- nilai

agama, sosial , emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian, dan seni untuk siap

memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2004:4). Model pembelajaran ini diharapkan dapat

menjadi inspirasi dan referensi bagi semua pihak yang memberikan layanan pendidikan pada

anak usia dini.

Perkembangan sosial dan emosi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

memahami dasar teoritis tentang emosi dan sosial yang dimiliki anak usia dini.

Pengembangan sosial dan emosi ini meliputi :

a.       Pembahasan tentang perkembangan/ pengertian sosial dan emosi anak usia dini.

b.      Proses perkembangan sosial.

c.       Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak usia dini.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1.       Pengertian Tentang Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini

a.      Perkembangan Sosial

Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon

politicori). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar

untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (1970:86) "sosialisasi merupakan

suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-

rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar

bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya".

Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses

pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya,

bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial

merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi

adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial".

b.      Perkembangan Emosi

Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah

merasakannya, setiap orang bereaksi terhadap keberadaannya. Hidup manusia sangat kaya akan

pengalaman emosional. Hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya, adapula yang sangat

samar sehingga ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang

usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik itu laki-Iaki ataupun perempuan. Sebagai contoh,

seorang anak tertawa kegirangan ketika ayahnya melambungkan tubuhnya ke udara atau kita

meiihat seorang anak yang berusia satu tahun sedang menangis karena mainannya direbut oleh
kakaknya. Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih*mudah diekspresikan rnelalui kondisi

fisiknya. Sebagai contoh seorang anak akan iangsung menangis apabila ia merasa sakit atau

merasa tidak nyaman. Namun, apabiia seorang anak ditanya tentang "bagaimana perasaannya"

atau "mengapa ia merasa sakit?", anak akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan

perasaannya dalam bahasa verbal.

Contoh-contoh perilaku di atas menunjukkan gambaran emosi seseorang. Jadi, apa

sebetulnya yang dimaksud dengan emosi itu? Untuk mengetahui hai itu lebih jelas, Anda dapat

mengikuti pembahasan berikut ini.

Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan v senang atau

tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary (1994: 690) emosi

didefinisikan sebagai "berbagai perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang,

dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman

(1995:411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran

khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk

bertindak".

Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang

kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul

sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita dapat

memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan

ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya

suatu perilaku.

3.2.       Proses Perkembangan Sosial Anak Usia Dini


Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi.

Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama

lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu sebagai berikut.

1.      Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.

2.      Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.

3.      Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di

masyarakat.

Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi

ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok

individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi.

Mereka mampu untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota

kelompok. Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian

apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada

dengan orang lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak

berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa

yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan

sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu individu yang

mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya

individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial.

Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yang

introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari

lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan

pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan


introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala

kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk

mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan

yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-

orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli

menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan

seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi

kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan

bahwa suatu kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini.

Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan

akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan.

Ada dua puluh karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan penyesuaian

diri baik, yaitu sebagai berikut.

1.        Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya.

2.        Menikmati pengalamannya.

3.        Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya. Apakah itu peran sebagai anggota

kelompok, murid di sekolah atau sekadar peran kakak terhadap adiknya.

4.        Mampu memecahkan masalah dengan segera.

5.        Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk merasa bahagia.

6.        Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum.

7.        Tetap pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya itu salah.

8.        Merasa puas dengan kenyataan.

9.        Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk melarikan diri.
10.    Belajar dari kegagalan tidak mencari alasan untuk kegagalannya.

11.    Tahu bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main.

12.    Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya.

13.    Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya.

14.    Dapat menunjukkan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya terganggu.

15.    Dapat menunjukkan kasih sayang.

16.    Dapat menahan sakit dan frustrasi bila diperlukan.

17.    Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan.

18.    Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan.

19.    Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya.

20.    Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak harus merasa bahagia

dan mampu menerima dirinya. Untuk itu, sejak dini anak perlu diajak bersikap realistis terhadap

diri dan kemampuannya.

3.3.       Fungsi dan Peranan Emosi Pada Perkembangan Anak Usia Dini

Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya emosi pada individu,

selanjutnya kita akan membahas tentang tungsi atau peranan emosi pada perkembangan anak.

Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a.       Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan

perasaannya pada orang lain. Sebagai contoh, anak yang merasakan sakit atau marah biasanya

mengekspresikan emosinya dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi anak

dengan lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk
bahasa verbal. Demikian pula halnya ekspresi tertawa terbahak-bahak ataupun memeluk ibunya

dengan erat. Ini merupakan contoh bentuk komunikasi anak yang bermuatan emosional.

b.      Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan

sosialnya, antara lain berikut ini.

1)      Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial

terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan menjadi dasar individu dalam menilai

dirinya sendiri. Penilaian ini akan menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang

anak, sekaligus membentuk konsep diri anak berdasarkan perlakuan tersebut. Sebagai contoh,

seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis, lingkungan

sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang "cengeng". Anak akan diperlakukan sesuai dengan

penilaiannya tersebut, misalnya entah sering mengolok-olok anak, mengucilkannya atau bisa

juga menjadi over protective. Penilaian dan perlakuan terhadap anak yang disebut "cengeng" ini

akan mempengaruhi kepribadian

dan penilaian diri anak.

2)      Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak

melalui reaksi-reaksi yang

ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial, anak

dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat

diterima lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari

lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang kurang menyenangkan

ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar dapat diterima di lingkungan

masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak
yang empati dan suka berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Anak

akan tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya.

3)      Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku emosi anak yang

ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan. Artinya, apabila ada seorang anak

yang pemarah dalam suatu kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis

lingkungannya saat itu, misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran

atau malah bubar.

4)      Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan. Artinya,

apabila seorang anak yang ramah dan suka menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut

dan lingkungan pun menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut berulang-ulang

hingga akhirnya menjadi kebiasaan.

5)      Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik

dan mental anak. Seorang anak yang mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi,

dapat menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya, seorang anak akan

menolak bermain finger painting (melukis dengan jari tangan) karena takut akan mengotori

bajunya dan dimarahi orang tuanya. Aktivitas finger painting ini sangat baik untuk melatih

motorik halus dan indra perabaannya. Namun, hambatan emosional (takut dimarahi orang

tuanya) anak menjadi kehilangan keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan

pengembangan dirinya.
BAB IV

PENUTUP

4.1.       Kesimpulan

Melalui metode perkembangan sosial dan emosi anak usia dini penulis mampu menarik

kesimpulan bahwa perkembangan sosial dan emosi berperan penting dalam kehidupan anak,

selain itu juga berpengaruh pada dimensi 2 aspek perkembangan yang lainnya.

Agar pengaruhnya dapat dikenali dan ditanggapi secara positif, maka kita perlu

meningkatkan pelayanan dan selalu peka terhadap perkembangan sosial dan emosi anak didik

kita, baik secara pribadi maupun menyeluruh.

4.2.       Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mempunyai beberapa saran antara lain :

a.       Diharapkan guru-guru pendidikan anak usia dini dapat memahami perkembangan sosial dan

emosi anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b.      Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan

perkembangan sosial dan emosi anak.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Bloom. (1974). Hakikat Pembelajaran


2.      Goleman, D. (1995). Emotional Intellegence. Jakarta : Gramedia.
3.      Hurlock, E.B. (1978). Chiled Development. 6th Ed. Tokyo : Mc. Graw Hill. Inc., International
Studend Ed.
4.      Muhibin, S. (1999). Psikologi Belajar. Ciputat : Logos.
5.      Syamsuddin, A. (1990). Psikologi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung : Remaja Rosyada Karya.
6. http://rizaladriene.blogspot.com/2013/05/makalah-perkembangan-sosial-dan-emosi.html
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK MENURUT HURLOCK
DAFTAR  PERTANYAAN DAN PEMBAHASAN

BERDASARKAN BUKU WAJIB

E. B. Hurlock, E. B. (1988). Perkembangan Anak.Jilid 1.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

BAB 9: Perkembangan Sosial

1. Orang yang bagaimanakah oranag yang disebut: a. introvert? b. Ekstrovert?

    Pembahasan:

    a. Orang introvert adalah orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada
bersama-sama dengan orang lain.

    b. Orang ekstrovert adalah orang yang bersifat sosial dan yang pikirannya lebih banyak tertuju pada
hal-hal di luar dirinya.

2. Setujukah Anda kalau dikatakan bahwa “ orang dilahirkan dalam keadaan sudah bersifat sosial, tidak
sosial, atau antisosial”? Jelaskan alasannya!

    Pembahasan:

     Tidak setuju, sebab orang bersifat sosial, tidak sosial, atau antisosial bukan pembawaan sejak lahir,
melainkan karena hasil belajar.

3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?

     Pembahasan:

     Perkembangan sosial adalah kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

4. Menjadi orang yang bermasyarakat (socialized) memerlukan tiga proses, yang meskipun terpisah dan
dapat dibedakan satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan
merendahkan tingkat sosialisasi individu. Jelaskanlah ketiga proses yang dimaksudkan!

     Pembahasan:

     Ketiga proses itu disebut proses sosialisasi. Adapun tiga proses sosialisasi tersebut yaitu sebagai
berikut:

     a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial


        Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat
diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat
diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.

   b. Memainkan peranan sosial yang dapat diterima.

        Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para
anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Ebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama
bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan murid.

    c. Perkembangan sikap sosial.

        Untuk bermasyarakat/ bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial.
Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan
diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.   

5. Berikanlah definisi dari:

     a. Orang yang sosial!

     b. Orang yang suka hidup berkelompok (gregarious)!

     c. Orang yang nonsosial (nonsocial)!

     d. Orang yang tidak Sosial (unsosial)!

     e. Orang yang antisosial (antisocial)!

Pembahasan:

a. Orang sosial ialah mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses
sosialisasi, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan
diterima sebagai anggota kelompok.

b. Orang yang suka hidup berkelompok (gregarious) adalah orang yang menghasratkan kehadiran
orang lain dan merasa kesepian jika berada seorang diri. Mereka puas semata-mata karena berada
bersama orang lain, terlepas dari sifat hubungannya.

c. Orang yang nonsosial adalah orang perilakuknya tidak mencerminkan keberhasilan dalam ketiga
yang menjadi ciri khas seorang yang mempunyai sifat sosial.

d. Orang yang tidak sosial (unsocial) adalah orang nonsosial yang tidak mengetahui apa yang dituntut
oleh kelompok sosial sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial. Oleh karena itu,
mereka tidak diterima oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagaian besar waktu mereka
untuk berada seorang diri.
e. Orang yang antisosial adalah orang nonsosial yang mengetahui hal-hal yang dituntut kelompok,
tetapi karena sikap permusuhan terhadap orang lain maka mereka melawan norma kelompok.
Akibatnya mereka diabaikan dan ditolak oleh kelompok.

6. Apakah anak akan belajar menysuaikan diri dengan tuntutan sosial (harapan sosial) dan menjadi
pribadi yang dapat bermasyarakat bergantung pada empat faktor. Jelaskanlah faktor-faktor yang
dimaksud!

     Pembahasan:

     Empat faktor itu disebut esensi sosialisasi (Essential of socialization). Keempat faktor yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

a.       Kesempatan yang penuh untuk sosialisasi adalah penting karena anak-anak tidak dapat belajar
hidup bermasyarakat dengan orang lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan seorang
diri. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan kesempatan untuk bergaul tidak hanya
dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa
yang umur dan lingkungannya berbeda.

b.      Dalam keadaan bersama-sama anak-anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-
kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang
dapa dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan yang bersifat sosial, merupakan
penunjang yang penting bagi sosialisasi, tetapi pembicaraan yang egosentrik menghalangi
sosialisasi.

c.       Anak akan belajar sosialisasi hanya apabila mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya.
Motivasi sebagian besar bergantung pada timgkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas
sosial kepada anak.Jika mereka memperoleh kesenangan dari hubungan dengan orang lain,
mereka akan mengulangi hubungan tersebut. Sebaliknya, jika hubungan sosial hanya
memberikan kegembiraan sedikit, mereka akan menghindarinya apabila mungkin.

d.      Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting. Dengan metode coba alat anak
mempelajari beberapa beberapa pola perilaku yang penting bagi penyesuaian sosial yang baik.
Mereka juga belajar dengan mempraktikkan peran yaitu dengan menirukan orang yang dijadikan
tujuan identifikasi dirinya. Akan tetapi mereka akan belajar lebih cepat dengan hasil akhir yang
lebih baik jika mereka diajar oleh seseorang yang dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar dan memilih teman sejawat sehingga mereka akan mempunyai contoh yang baik untuk
ditiru.      

7. a. Ketika anak memasuki sekolah dasar (SD), siapakah yang lebih berpengaruh pada keputusan anak:
orang tua, guru atau temansebaya?

     b. Apa sebabnya pengaruh teman sebaya pada masa kanak-kanak kuat?

     Pembahasan:
    a. Ketika anak memasuki sekolah dasar (SD), yang lebih berpengaruh pada keputusan anak adalah
teman sebaya. Dengan meningkatnya umur anak, jika nasihat orang tua dan guru berbeda maka
anak cenderung lebih terpengaruh oleh teman sebaya.

     b. Pengaruh teman sebaya pada masa kanak-kanak kuat karena:

         1. dari keinginan anak itu sendiri untuk dapat diterima oleh kelompok;

        2. dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih banyak dengan       teman sebaya. 

8. Pengaruh kelompok sosial poada anak berbeda-beda (bervariasi). Jelaskanlah faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi adanya variasi dalam pengaruh kelompok sosial!

     Pembahasan:

     Faktor yang ikut mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok sosial adalah:

     a. Kemampuan untuk dapat diterima kelompok.

        Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan kelompok lebih
dipengaruhi kelompok dan kurang dipengaruhi keluarga dibandingkan dibandingkan dengan anak-
anak yang pergaulannya dengan kelompok tidak begitu akrab. Anak-anak yang hanya melihat
adanya kesempatan kecil untuk dapat diterima kelompok mempunyai motivasi yang kecil pula
untuk menyesuaikan diri denganstandar kelompok.

     b. Keamanan karena status dalam kelompok.

        Anak-anak yang merasa aman di dalam kelompok akan merasa bebas mengekspresikan
ketidakcocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak
aman akan menyesuaikan diri sebaik mungkin dan akan mengikuti anggota lainnya.

     c. Tipe kelompok.

    Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang di antara para
anggota kelompok. Pada kelompok primer (antara lain keluarga atau teman sebaya) ikatan
hubungan dalam kelompok lebih kuat dibandingkan dengan pada kelompok sekunder (antara lain
kelompok bermain yang diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tertier
(antara lain orang-orang yang behubungan dengan anak di dalam bus, kereta api, dan sebagainya).
Akibatnya kelompok primer mempunyai pengaruh terkuat terhadap anak-anak.

     d. Perbedaan anggota dalam kelompok.

    Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pimpinan kelompok dan
pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak populer.

     e. Kepribadian.
    Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok
dibandingkan dengan mereka yang memilih kiepercayaan pada diri sendiri yang besar dan yang
lebih menerima diri sendiri. Anak dengan pola kepribadian otoriter paling dipengaruhi kelompok
karena mereka selalu mersa takut kalau-kalau tidak disukai teman sebaya.

     f. Motif menggabingkan diri.

Semakin kuat motif  anak-anak untuk menggabungkan diri (affiliation motive) yaitu keinginan
untuk diterima semakin rentan mereka terhadap pengaruh dari mereka yang mempunyai status
tinggio dalam kelompok. Semakin menarik kelompok itu bagi anak, semakin ingin mereka diterima
dan bersedia dipengaruhi oleh kelomjpok tersebut.

9. Pengaruh kelompok terhadap perkembangan sosial anak terutama kuat dalam tiga bidang, yang
berperanan penting dalam penyesuaian pribadi dan sosial. Jelaskanlah ketiga bidang yang
dimaksudkan!

     Pembahasan:

     Ketiga bidang yang dimaksud adalah:

     a. Keinginan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial

    Penyesuaian diri adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini
mencerminkan kemauan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap dan nilanya sesuai dengan
tuntutan kelompok. Sebagian orang hanya menyesuaikan diri di depan umum dan berbuat
sesukanya sendiri pada waktu sendirian. Sebagian lainnya menyesuaikan diri, baik di epan umum
maupun ketika sendirian. Sebagian anak menyesuaikan diri lebih disebabkan oleh kebutuhan
daripada karena memilih. Mereka menghendaki popularitas dan kasih sayang dari teman sebaya,
terutama jika mereka merasa tidak mendapatkan kasih sayang di rumah. Untuk mencapai tujuan
ini mereka bersedia menyesuaikan diri walaupun dengan pengorbanan. Kemauan untuk
menyesuaikan diri pada anak-anak adalah kuat terutama pada masa kanak-kanak ketika keinginan
untuk diterima secara sosial mencapai puncaknya.   

    b. Dengan membantu anak-anak mencapai kemandirian dari orang tua dan   menjadi dirinya sendiri.

         Melalui hubungan dengan teman sebaya anak-anak belajar berpikir secara mandiri, mengambil
keputusan sendiri, menerima pandangan dan nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka,
dan mempelajari pola perliaku yang diterima kelompok.

     c. Terhadap konsep diri anak.

         Meskipun anak belum mengetahui mengapa orang lain menerima atau menolaknya, anak menduga
pendapat orang lain menyenangkan, anak juga akan menganggap dirinya sendiri menyenangkan;
jika pendapat orang lain tidak menyenangkan, anak akan tidak menyukai dan menolak dirinya
sendiri.
10. Jelskanlah salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi anak dalam mempelajari perilaku sosial yang
dapat diterima! (Ingat perbedaan atau variasi dalam harapan sosial)

       Pembahasan:

       Salah satu kesulitan tersebut adalah bahwa setiap sub-budaya dalam masyarakat mempunyai
ketentuan masing-masing tentang hal-hal yang dapat diterima. Sebagai contoh, perilaku agresif
diterima oleh sementara sub-budaya tetapi ditolak oleh sub-budaya yang lain.

11. Jelaskanlah kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam usaha memenuhi harapan sosial!

      Pembahasan:

      Kesulitan dalam penyesuaian terhadap harapan sosial, yaitu:

      a. Kecenderungan bawaan dapat meni,bulkan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan harapan
sosial. Seorang anak laki-laki dengan tubuh yang kecil dan otot yang lemah tidak akan mampu
menyesuaikan diri dalam suatu budaya yang menganggap ideal tubuh yang sempurna seperti
atlet.

b. Seorang anak yang telah dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan suatu    kelompok budaya
mungkin mengalami kesulitan apabila berpindah ke kelompok lain. Seorang anak dari keluarga
imigran atau keluarga yang sering berpindah tempat tinggal mungkin menghadapi masalah.

      c. Penyesuaian diri dengan harapan sosial menjadi sulit bila anak tidak menyetujui cita-cita
kelompok.

      d. Anak yang telah mempelajari perilaku yang sesuai bagi suatu tingkatan umur mungkin
menemukan kesulitan untuk menyesuaika diri dengan pola yang diterima untuk tingkatan umur
yang lebih tua.

      e. Anak mungkin bingung tentang makna pola perilaku yang diterima secara sosial. Sebagai contoh,
seorang anak perempuan mungkin tidak mengetahui bahwa ia dianggap kelompok “terlalu tua”
untuk menjadi gadis yang berperilaku kelaki-lakian (tomboy)]

      f. Anak mungkin terlantar dari kesempatan mempelajari perilaku yang diterima secara sosial.
Seorang laki-laki tanpa ayah mungkin tidak mempunyai contoh pria untuk ditiru.

      g. Anak yang dianggap bahwa penerimaan sosial kurang penting dibandingkan dengan memiliki
kebebasan sebagai individu akan mempunyai motivasi yang kecil untuk mengikuti pola yang
diterima secara sosial.   

12. Jelaskanlah beberapa aspek kehidupan keluarga yang mempengaruhi sosialisasi anak!

      Pembahasan:

      Aspek kehidupan keluarga yang mempengaruhi sosialisasi anak yaitu:


      a. Lingkungan rumah.

          Jika lingkungan keluiarga secara keseluruhan memupuk perkembangan sikap sosial yang baik,
kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang sosial dan sebaliknya.

      b. Hubungan antara ayah dan ibu, anak dengan saudaranya, dan anak dengan orang tua, mempunyai
pengaruh yang sangat kuat.

  c. Posisi anak dalam keluarga. Anak yang lebih tua atau yang jarak umurnya dengan saudaranya
terlalu jauh, atau satu-satunya anak yang jenis kelaminnya lain dari saudara-saudaranya,
cenderung lebih banyak menyendiri ketika berada bersama anak-anak lain. Anak yang jenis
kelaminnya sama dengan saudara-saudaranya menemukan kesukaran dalam bergaul dengan
teman yang jenis kelaminnya berlainan tetapi mudah membina pergaulan dengan anak yang jenis
kelaminnya sama.

      d. Ukuran keluarga

      Contoh, anak tunggal sering mendapatkan perhatian yang lebih dari semestinya. Akibatnya
mereka mengharapkan perlakuan yang sama dari orang luar dan jengkel jika mereka tidaki
mendapatkannya.

e. Perilaku sosial dan sikap anak mencerminkan perlakuan yang diterima di rumah. Anak yang
merasa ditolak oleh orang tua, atau saudara kandungnya mungkin menganut sikap kesyahidan
(attitude of martyrdom) di luar rumah dan membawa sikap ini sampai dewasa. Anak semacam
itu mungkin akan suka menyendiri dan menjadi introvert. Sebaliknya penerimaan dan sikap
orang tua yang poenuh cinta kasih mendorong anak bersifat ekstrovert.

f. Harapan orang tua memotivasi anak untuk belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Sebagai contoh, engan meningkatnya umur anak, mereka harus belajar mengatasi dorongan
agresif dan  pelbagai pola perilaku tidak sosial lainnya jika mereka ingin diterima oleh orang tua
mereka.

g. Cara pendidikan anak yang digunakan orang tua. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang demokratis mungkin melakukan penyesuaian sosiaql yang paling baik. Mereka
aktif secara sosial dan mudah bergaul. Sebaliknya, mereka yang dimanjakan cenderung menjadi
tidak aktif dan menyendiri. Anak-anak yang dididik dengan cara otoriter cenderung menjadi
pendiam dan tidak suka melawan, dan keingintahuan serta kreativitas mereka terhambat oleh
tekanan orang tua.

13. “ Rumah merupakan tempat mempelajari keterampilan sosial .” Setujukah Anda akan maksud
pernyataan ini? “ Jelaskan alasanmu!”

      Pembahasan:
      Setuju, karena jika anak mempunyai hubungan sosial yang memuaskan dengan anggota keluarga,
mereka dapat menikmati sepenuhnya hubungan sosial dengan orang-orang di luar rumah,
mengembangkan sikap sehat terhadap orang lain, dan belajar berfungsi dengan sukses di dalam
kelompok teman sebaya.

14. Jelaskanlah beberapa efek/ pengaruh pengalaman sosial awal!

      Pembahasan:

      Beberapa pengaruh pengalaman sosial awal, yaitu:

      a. Perilaku sosial yang menetap.

         Karena perilaku yang dipelajari pada usia dini cenderung menetap, hal ini mempengaruhi perilaku
dalam situasi sosial pada usia selanjutnya. Jika pola ini menghasilkan penyesuaian sosial yang baik,
hal ini merupakan suatu keuntungan; tetapi jika tidak, hal ini akan menimbulkan kerugian sosial.

      b. Sikap sosial yang menetap.

Sekali sikap terbentuk, lebih sukar mengubahnya dibandingkan engan mengubah perilaku. Oleh
karena itu, anak-anak yang lebih memilih interaksi dengan manusia daripada dengan benda akan
mengembangkan keterampilan sosial sehingga lebih populer di kalangan teman sebaya
dibandingkan dengan anak yang mempunyai sikap kurang baik terhadap aktivitas sosial.

      c. Pengaruh terhadap partisipasi sosial.

          Pengalaman sosial awal mempengaruhi tingkat partisipasi sosial individu di masa kanak-kanak dan
di kemudian hari. Jika pengalaman sosialnya menyenangkan, individu mungkin akan lebih aktif
dibandingkan engan jika pengalaman sosialnya tidak menyenangkan.

      d. Pengaruh terhadap penerimaan sosial.

          Ada hubungan yang erat antara sikap menyukai aktivitas sosial dan penerimaan sosial. Semakin
baik sikap anak terhadap aktivitas sosial, semakin besar kemungkinan untuk menjadi populer.

      e. Pengaruh terhadap pola khas perilaku.

          Pengalaman sosial awal menentukan apakah anak akan menjadi cenderung sosial, tidak sosial,
atau antisosial; dan apakah anak akan menjadi seorang pemimpin atau seorang pengikut.

      f. Pengaruh terhadap kepribadian

         Pengalaman sosial awal meninggalkan kesan pada kepribadian anak, kesan yang mungkin akan
menetap sepanjang hidup. Sikap yang positif terhadap diri sendiri lebih sering dijumpai pada
orang yang yang pengalaman sosial awalnya menyenangkan.

15. Variasi dalam pola perkembangan sosial adalah kecil. Apa sebabnya?
      Pembahasan:

      Variasi dalam pola perkembangan sosial kecil, karena:

      a. Pola perkembangan fisik dan mental sama pada semua anak, meskipun mungkin ada perbedaan
sedikit yang disebabkan oleh kecerdasan, kesehatan, dan sejumlah faktor lainnya. Akibatnya
anak siap menguasai tugas perkembangan pada umur yang hampir sama.

     b. Dalam suatu kelompok budaya, tekan harapan sosial menimbulkan pengalaman belajar yang sama
pada semua anak. Apabila perilaku sosial pada seorang anak sangat berbeda apada perilaku
sosial anak lain yang umurnya sebaya, umumnya hal itu berarti bahwa anak telah melakukan
penyesuaian sosial yang kurang baik. Jika anak telah melakukan penyesuaian sosial yang kurang
baik, kesulitan ini umumnya merupakan akibat dari kurangnya kesempatan untuk belajar
bermasyarakat atau kurang motivasi untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

16. Apa manfaat / untungnya mengetahui pola perkembangan sosial?

      Pembahasan:

      Manfaat mengetahui pola perkembangan sosial yaitu:

      a. Akan memungkinkan kita untuk meramalkan perilaku sosial yang normal pada umur tertentu,
sehingga orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya tidak akan segera menganggap seorang anak
sebagai anak yang terlambat, atau terlalu cepat matang, atau antisosial.

      b. Akan memungkinkan perencanaan jadwal waktu pendidikan, anak-anak dapat didorong
mengembangkan keterampilan dan sikap sosial yang diharapkan dari mereka jika mereka ingin
memperoleh penerimaan kelompok. Sebagai contoh, apabila anak mencapai usia sekolah, mereka
diharapkan mampu melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya tanpa campur tangan orang
dewasa.  

17. Apa yang dipandang sebagai awal perkembangan sosial?

      Pembahasan:

      Reaksi sosial pertama bayi adalah terhadap orang dewasa karena secara normal orang dewasa
merupakan hubungan sosial pertama bayi. Pada masa bayi menginjak usia 3 bulan mereka
memalingkan muka ke arah suara manusia dan tersenyum membalas senyuman atau suara
berketuk. Bayi mengekspresikan kegembiraan terhadap kehadiran orang lain dengan senyuman,
menyepakkan kaki, atau melambaikan tangan. Senyuman sosial atau senyuman sebagai reaksi
terhadap orang yang dibedakan dari senyuman reflek yang timbul oleh rabaan pada pipi atau bibir
bayi.       

18. Jelaskanlah dasar-dasar perilaku sosial (respons-respons sosial) yang diletakkan pada masa bayi!
(Atas dasar respons-respons sosial awal inilah dikembangkan perilaku sosial yang selanjutnya)
      Pembahasan:

      Dasar bagi prerilaku sosial yang diletakkan pada masa bayi yaitu:

a. Meniru
b. Rasa malu
c. Perilaku kelekatan (attachment behavio)
d. Ketergantungan
e. Menerima otoritas
f. Persaingan
g. Mencari perhatian
h. Kerjasama sosial
i. Perilaku melawan.

https://abdulhafi.wordpress.com/2008/12/01/perkembangan-sosial-anak-menurut-hurlock/

Anda mungkin juga menyukai