Memahami perkembangan aspek afektif peserta didik merupakan salah satu faktor untuk
mencapai hasil yang baik dalam proses pendidikan, tidak hanya dalam hasil akademik tapi juga
dalam hal pembentukan moral.
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga
perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan
afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Setiap peserta didik memiliki emosi
yang berbeda, sehingga rangsangan yang diberikan juga harus berbeda.
Reaksi emosional dapat berkembang menjadi kebiasaan, sehingga mempengaruhi
perkembangan nilai, moral dan sikap individu ataupun peserta didik.
Pada masa perkembangan peserta didik pasti mengalami masa afektif, masa afektif adalah masa yang
melibatkan perasaan dan emosi yang mempengaruhi perkembangan, perkembangan tersebut
berpengaruh pada pembelajaran, Afektif merupakan salah satu dari tiga domain yang menjadi sasaran
dalam proses pembelajaran. Afektif telah menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah selama beberapa
dekade. Dia muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda seperti pendidikan humanis, pengembangan
moral, aktualisasi diri, pendidikan nilai dan lain-lain.
Karakteristik afektif
Manusia memiliki berbagai karakteristik,yaitu kualitas yang menunjukkan cara-cara khusus dalam
berfikir,bertindak, dan merasakan dalam berbagai situasi, karakteristik afektif memiliki beberapa
kriteria. Pertama, harus melibatkan emosi seseorang. Kedua harus bersifat khas. Ketiga merupakan
kriteria yang bersifat spesifik, spesifik berarti harus memiliki intensitas, arah dan target (sasaran)
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap
suatu objek, sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang
positif,kemudianmelalui pengetahuan serta menerima informasi verbal.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
3. Konsep diri
Rogers. Menurutnya konsep diri menggambarkan persepsi individu
tentang dirinya sendiri dan hubungannya dengan obyek atau orang lain dalam
lingkungannya.
4. Nilai
Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan buruk di dalam
masyarakat. Nilai dapat dijadikan dasar pertimbangan setiap individu dalam
menentukan sikap serta mengambil keputusan
5. Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya
mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila.
1. Pengertian Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Emosi
merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah yang
ditunjukan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain (Sitti Hartina: 2008). Emosi
merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (daniel goleman: 1995).
Emosi adalah perasaan-perasaan yang menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih
terarah (Sarlito, 1982:59). Berbagai macam emosi contohnya: gambira, cinta, marah, takut,
cemas dan benci. Pengertian lain dari emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh
perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada
fisik antara lain berupa:
Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.
Peredaran darah menjadi bertambah cepat apabila sedang marah.
Denyut jantung bertambah cepat apabila merasa terkejut.
Bernapas panjang dan kaku apabila merasa kecewa.
Pupil mata membesar apabila sedang marah.
Liur mengering kaku saat merasa takut dan tegang.
Bulu roma berdiri kaku saat merasa takut.
Mengalami gangguan pencernaan atau diare saat merasa tegang.
Otot akan menegang atau bergetar (tremora) apabila dalam kondisi tegang atau ketakutan.
Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar
lebih aktif.
5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral dan Sikap Remaja serta Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap
remaja:
1. Menciptakan komunikasi
Di sekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisifasi untuk mengembangkan
aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga mereka lebih aktif tidak hanya sebagai
pendengar.
2. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi
Para remaja sering bersikap kritis, menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orang tua
dan orang dewasa. Karena itu, orang tua dan para guru serta orang dewasa lainnya perlu
memberi contoh perilaku yang merupakan perwujudan nilia-nilai yang diperjuangkan. Untuk
remaja, moral merupakan kebutuhan tersendiri karena remaja sedang membutuhkan pedoman
dalam menemukan jati diri. Oleh karen itulah, nilai-nilai keagamaan sangatlah penting karena
agama juga mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk.
PENUTUP
KESIMPULAN
Emosi adalah efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Jenis emosi
yang secara normal diantara lain: perasaan cinta, gembira, takut, cemas dan sedih.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi emosi antara lain: tingkat kematangan dan
faktor belajar serta kondisi-kondisi kehidupan atau kultur. Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pendidikan, kita sebagai pendidik dapat melakukan beberapa upaya dalam
pengembangan emosi remaja. Misalnya, konsisten dalam pengelolaan kelas, pengelolaan diskusi
yang baik dan sebagainya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral, dan sikap
adalah menciptakan komunikasi disamping memberi informasi dan remaja diberi kesempatan
untuk berpartisifasi untuk asfek moral, serta menciptakan sistem lingkungan yan seras