Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau
kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai perasaan
sedangkan Afek mencakup pengertian sikap, nilai-nilai (value), semangat belajar,
tanggungjawab, dan keterlibatan emosi siswa (Bloom, 1982). Denton dan McKinney
(2004) menunjukkan delapan aspek afektif yg berkorelasi posoitif dengan prestasi
yaitu: (1) merasa mampu (2) menganggap penting (3) komitmen melakukan tugas (4)
Merasa rileks selama ikuti pelajarn (5) merasa sebagai anggota kelas, (6) merasa
diterima dan dihargai oleh guru (7) merasa tertarik dengan pelajaran dan (8) merasa
diterima dan dihargai oleh teman-teman kelas. .
Sementara itu, emosi adalah ungkapan perasaan. Kadang-kadang juga emosi
dianggap sebagai suatu sikap, sehingga sering kita dengar ungkapan ‘ia bersikap
emosi’. Umumnya, yang dikenal selama ini adalah makna sempit dari ‘emosi’ karena
emosi dikonotasikan hanya bermakna marah. Padahal, emosi dibagi menjadi dua,
yakni emosi positif dan negatif. Emosi merupakan jenis khusus dari afek yang
merefleksikan eksistensi tujuan spesifik individu sehingga reaksi emosi lebih jelas dan
lebih kuat dari pada suasana hati yang bersifat umum dan temporer. Pembagian jenis
emosi menurut Lazarus (1991, dalam Prawitasari 2012) membaginya menjadi dua
yaitu (1) kelompok emosi negatif dan kelompok emosi positif. Emosi negatif: marah,
takut, cemas, rasa bersalah, malu, sedih, iri hati dan jijik; (2) Emosi positif: senang,
bahagia dan cinta. Emosi negatif muncul dari anggitan (appraisal) terhadap stimulus
lingkungan yang tidak sesuai dan tidak sama (goal irelevance dan goal incongruence)
dengan tujuan sehingga stimulus dipandang menunda, menghilangkan, menentang,
atau bahkan mengancam tujuan individu. Emosi positif muncul dari anggitan terhadap
stimulus lingkungan yang sesuai dan sama dengan tujuan (goal relevance dan goal
congruence) sehingga stimulus dinilai mendukung pencapaian tujuan individu.
Menurut Lewin (1992) tujuan individu adalah merefleksikan nilai-nilai yang
dianutnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Afek dan Emosi?
2. Bagaimana proses terjadinya perkembangan emosi?
3. Apa saja jenis gangguan Afek dan Emosi?
4. Bagaimana cara mengatasi afek dan emosi?
5. Bagaimana pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
6. Bagaiman hubungan emosi dengan asuhan keperawatan?
7. Sebutkan contoh kasus afek dan emosi?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami makna dari afek dan emosi
2. Untuk memahami bagaimana prosses terjadinya perkembangan emosi
3. Untuk memahami apa saja jenis gangguan afek dan emosi
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi afek dan emosi
5. Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
6. Untuk mengetahui hubungan emosi dengan asuhan keperawatan
7. Untuk mengetahui contoh kasus afek dan emosi

1.4 Manfaat
Pembaca :
1. Dapat mengetahui makna afek dan emosi
2. Dapat mengetauhi apa itu prosses terjadinya perkembangan emosi
3. Dapat mengetauhi apa saja jenis gangguan apek dan emosi
4. Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi afek dan emosi
5. Dapat mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
6. Dapat mengetahui hubungan emosi dengan asuhan keperawatan
7. Dapat mengetahui contoh kasus afek dan emosi

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Afek dan Emosi


Afek adalah perasaan yang menguasahi segenap bentuk jiwa dan tidak bisa di
kontrol serta di kuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmani, yaitu
peredaran darah, denyut jantung, dan pernafasan bisa cepat atau menjadi lemah. Afek
juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan perasaaan yang berlangsung lama, seperti
suka cita, benci, cinta-kasih, dan sebagainya dan tidak atau hanya sedikit disertai
komponen fisiologik (somatic).
Emosi adalah merupakan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam
yang melibatkan hamper keseluruhan diri individu yang berfungsi untuk tercapainya
suatu pemuasan atau perlindungan diri atau kesejahteraan diri pada saat berhadapan
dengan lingkungan atau objek tertentu. Unsur-unsur dari reaksi emosi berbentuk :
1. Perubahan sebagian fungsi-fungsi fisis
Pada saat terjadinya emosi kadang-kaang sebagian fungsi fisis mengalami suatu
perubahan-perubahan tertentu. Perubahan itu nampak pada :
a. Perubahan pada denyut jantung. Dalam suatu peristiwa kadang denyut jantung
menjadi tambah cepat, misalnya waktu marah atau ketakutan.
b. Perubahan pada tekanan darah. Keadaan tekanan darahpun sering-sering
mengalami perubahan mendadak yang mungkin menjadi tinggi ataupun
mungkin menjadi rendah.
c. Perubahan pada fungsi pernapasan. Ketika emosi berlangsung, frekuensi
pernapasan juga mengalami beberapa perubahan dan yang pada umumnya
akan bertambah cepat.
2. Perubahan fisis dalam bentuk ekspresi
Perubahan fisis dalam bentuk ekspresi ini ketika mengalami suatu emosi itu dapat
terjadi pada aspek-aspek :
a. Perubahan dalam bentuk mimik, seperti tampak pada perubahan muka
individu yang bersangkutan umpamanya orang yang cemas Nampak mukanya
sangat pucat, orang yang beremosi senang wajahnya nampak berseri-seri dan
orang yang beremosi marah akan merah pada mukanya.

3
b. Perubahan dalam bentuk anggota badan lainnya,seperti tampak pada
perubahan badan yang tengah gemetar, tangan, kepala atau kadang-kadang
kakipun ikut bergerak.
c. Perubahan dalam suara, perubahan dalam bentuk suara ini kadang-kadang
menunjukkan nada suara yang tinggi, kadang pula rendah dan kadang-kadang
pula menunjukkan tekannan suara yang kuat dan merendah.
3. Unsur perubahan bagian-bagian fungsi psikis lain. Dalam suatu peristiwa kadang-
kadang menunjukkan ketidak mampuan menggunakan aspek-aspek psikis yang
lainnya seperti misalnya orang yang sedang dalam situasi ketakutan ia tidak
mampu menggunakan daya pikirnya. Dan juga dalam peristiwa suatu emosi marah,
maka day pikirnya itu pada umumnya terhenti dan tiada berfungsi.

2.2 Perkembangan Emosi


Emosi sebagai salah satu aspek psikologis mempunyai dua jenis pola
perkembangan. Pola perkembanagn emosi yang pertama adalah perkembangan dari
keadaan sederhana menuju keadaan yang matang. Sedangkan pola perkembangan
yang kedua berkembang dari keadaan yang bersifat umum menuju pada suatu
keadaan yang bersifat khusus. Peristiwa emosi yang dialami oleh orang dewasa akan
berbeda dengan peristiwa emosi yang dialami anak-anak. Dan hal ini disebabkan
bahwa bagi orang dewasa sudah banyak dipengaruhi oleh berbagai pengalaman dalam
emosinya sebagai akibat interaksi dengan lingkungan social. Suatu peristiwa emosi
yang pada waktu sesaat sesudah lahir hanya mengalami satu bentuk, setelah dewasa
menjadi berjenis keramannya melalui proses spesialisasi dan diferensiasi. Mengenai
proses spesialisasi dan differensiasi perkembangan emosi ini dapat diperhatikan pada
perkembangan emosi seperti yang dikemukakan oleh K.M. Bridges sebagai berikut :
a. Bahwa pada saat lahir bayi merasakan suatu kesenangan terhadap benda-benda
disekitarnya, termasuk pula individu-individu lain seperti ibunya sanak
keluarganya, walaupun hanya dalam batas pengamatan yang kabur-kabur.
Termasuk pula suara-suara yang diamati yang masuk melalui penglihatan.
b. Pada bulan ketiga, dari emosi keenangan terhadapa lingkungan berkembang
menjadi timbul emoosi nyaman terhadap suatu keadaan dan kadang-kadang timbul
pula suatu keadaan yang mencemaskan dirinya, sedangkan emosi menyenangkan
tetap terjadi pula.

4
c. Pada bulan keenam, dari emosi cemas berkembang pula mengadakan differensiasi
menjadi emosi takut, marah dan jijik.
d. Pada bulan ke dua belas dari emosi nyaman ini berkembang pula menjadi emosi
bangga dan saying.
e. Pada bulan ke delapan belas, dari emosi saying berkembang menjadi emosi saying
pada orang dewasa dan saying pada anak-anak lain. Dan dari emosi cemas
berdeferensiasi menjadi emosi iri hati.
f. Pada bulan ke dua puluh empat dari emosi nyaman berdeferensiasi lagi menjadi
emosi riang. Dan dengan demikian pada usia dua tahun anak-anak telah dapat
mengalami emosi-emosi seperti takut, jijik, maraha, iri hati, cemas, kesenangan,
nyaman, riang, bangga, saying kepada orang dewasa dan kepada anak-anak lain.
Contoh gangguan emosi :
1. Orang yang sedang marah, mengambil , melempar , dan membanting benda dari
sekitarnya, di sertai mukanya merah, TD meningkat, dan gemetar
2. Anak yang tidak lulus ujian,menangis sampai kejang kejang bahkan sampai
pinsang di sertai muka pucat dan keluar keringat dingin.

2.3 Jenis Gangguan Afek Dan Emosi


Afek dan emosi biasanya di pakai secara bergantian, dengan aspek aspek yang
lain pada manusia (proses berpikir, psikomotor, presepsi, ingatan) saling
mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu.
1. Depresi atau melankolis
a. Ciri ciri psikologik, misalnya : sedih, susah, rasa tak berguna, gagal,
kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan dan patologis
b. Ciri ciri somatik misalnya: anoreksia, konstipasi, kulit lembab atau dingin,
TD, dan polsturun. Ada depresi dengan penarikan diri dan agitasi atau
kegelisaan.
2. Kecemasan (Ansietas)
a. Ciri-ciri psikologik, misalnya : khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak
aman, takut, dan lekas terkejut .
b. Ciri-ciri somatic,misalnya palpitasi (debaran jantung yang
cepat/keras),keringat digin pada telapk tanga ,TD meninggi,peristaltic
bertambah.
Kecemasan dapat berupa ;

5
a. Kecemasan yang mengambang(free floating anxiety)—tidak ada
hubungannya dengan pikiran
b. Agitasi—kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motoric yang hebat
c. Panic—serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan ,kebingungan
,dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi
d. Eforia—rasa riang,gembira ,senang ,dan bahagia yang berlebihan
e. Anhedonia—ketidakmampuan merasakan kesenangan
f. Kesepian—merasa dirinyaq ditinggalkan
g. Kedangkalan—kemiskinan afek dan emosi
h. Afek dan emosi yang tak wajar(tak patut atau tak wajar)—tertawa terkikih
kikih waktu wawancara
i. Afek dan emosi yang labil—tiba tiba marah-marah/menangis
j. Variasi afek dan emosi sepanang hari—perubahan afek dan emosi mulai
sejak pagi sampai malam hari,misalnya pada psikosis-manik
depresif,depresinyya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan
pada sore hari
k. Ambivalensi –emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama sama
terhadap suatu objek,hal,atau orang
l. Apatis—berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal ,tergantung seua
hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak perduli. dapat diartikan pula
sebagai menurunnya kesadaran
m. Amarah –kemurkaan atau permusuhan yang ditandai sifat agresif.

3. Sakit Mental Karna Gangguan Emosi


Biasannya terkait dengan neurois, yaitu kesalahan penyesuaian diri
secara emosional karna tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar .
sakit mental karena gangguan emosi antara lain;
1. Neurosis cemas—kecemasan akan mobilisasi daya pertahanan
individu.kecemasan tidak ada kaitannya dengan benda atau keadaan, tetapi
mengambang bebas.
Gejalanya;
a. Factor somatik, misanya nafas sesak, dada tertekan, kepala seperti
mengambang, linu, lekas capek, keringat dingin, dan palpitasi.

6
b. Factor psikologik, misalnya perasaan was was, khawatir, dan bicara
cepat terputus-putus.
2. Neurosis histerik-fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki.
Gejalannya; kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, anesthesia,
analgesia, tuli, buta, stupor, dan twilight state.
3. Neurosis fobik –adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau
keadaan, yang oleh individu di sadari bukan sebagai ancaman
4. Neurosis depresi gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang,
rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.
biasanya berakar pada rasa salah yang disadari.
Gejalannya ;
a. Factor somatic, misalnya perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah,
apatis, dan bicara pelan.
b. Factor psikologi, misalnya pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa,
malas bergaul, dan frekuensi bekerja berkurang, tidak mampu
mengambil keputusan, lekas lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri.

2.4 Cara Mengatasi Afek Dan Emosi


Bisa dilakukan dengan cara melakukan pendekatan – pendekatan seperti :
1. Pendekatan biomedis,
Pendekatan ini berusaha untuk menerangkan gangguan emosi dan tingkah laku
dari sudut pandang kedokteran. Ketidak normalan neurologis dan cedera
neurologis sebagai penyebab gangguan ini. Strategi penanganannya adalah
penggunaan obat dan penanganan medis lainnya.
2. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan ini menitik beratkan pada kehidupan psikologis seseorang.
Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan – kesulitan yang difokuskan
pada penyebab – penyebab hambatan pendekatan ini juga tercapai untuk merubah
sikap negatif kearah yang lebih positif, ini dilakukan oleh psikiater, psikolog,
konselor dan sejenisnya.
3. Pendekatan perilaku
Pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilkau yang merupakan problematika
secara sosial dan personal bagi seseorang. Tujuannya adalah menghilangkan

7
perilaku negatif dan menggantikan dengan perilaku yang lebih layak secara
sosial.
4. Pendekatan pendidikan
Jarang ditemukan seseorang dengan gangguan emosional dan tingkah laku
mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka biasanya tidak mampu
berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya penanganan
pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis mungkin
berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik dapat
benar – benar menjadi lingkungan terbaik.
5. Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman seseorang kedalam
konteks kehidupan mereka secara total. Pendekatan ini juga
menekankan perlunya membantu seseorang yang mengalami hambatan harus
dilakukan melalui usaha – usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan
masyarakat (Udayati, 2012).

2.5. Pengaruh emosi terhadap tingkah laku


Emosi mempunyai hubungan yang erat dengan motif dari pada tingkah laku
individu yang bersangkutan, sehingga dengan demikian maka emosi itu mempunyai
sasaran kepada tujuan-tujuan tertentu. Dan keadaan yang demikian akan tampak
bentuk-bentuk emosi sebagai berikut :
1. Emosi mengarah pada suatu objek tertentu dan ini berarti menuju kepada
sasaran yang dituju oleh individu yang bersangkutan. Sebagai contoh umpanya
orang yang sedang mengalami emosi senang, maka kesenangannya itu tertuju
dan di arahkan pada suatu situasi tertentu, ataupun kepada benda-benda
tertentu atau kepada individu lain yang tertentu pula.
2. Emosi itu kadang-kadang menghindari suatu objek tertentu dan dengan
demikian sasarannya tertuju kepada suatu situasi diluar obyek tertentu. Dan
dalam hal ini dapat dikemukakan contoh seperti misalnya, dalam situasi emosi
takut atau cemas individu berusaha untuk menghindarkan dirinya dari pada
obyek yang menjadi sasaran kecemasan atau ketakutan tersebut.
Disamping itu emosi tumbuh dari pengalaman-pengalaman emosi pribadi
masing-masing individu secara individual. Dengan demikian tiap orang tidak sama
kualitas dan kuantitasnya terhadap suatu objek yang sama. Walaupun begitu setiap

8
individu mungkin akan mengalami emosi yang serupa dalam berhadapan dengan
obyek yang sama. Dan keadaan yang demikian itu pada umumnya berlaku pada masa
perkembangan ditahun-tahun permulaan. Pada anak-anak yang berusia sekitar dua
atau tiga tahun yang biasanya anak-anak usia demikian takut pada kucing, pada usia
ini reaksi emosi takutnya serupa namun kualitas dan kuantitasnya akan berbeda.
Emosi yang tumbuh karena pengalaman individual ini pada pokoknya
dilatarbelakangi oleh pengalaman-pengalaman emosi sebagai berikut :
a. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang menyenangkan dirinya.
b. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang tidak menyenangkan.
c. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang tidak disadari, artinya bahwa
emosinya berdasarkan motif yang tidak disadari.
d. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang memperoleh perhatian serius dari
orang lain.
Perasaan takut, marah, kasih sayang, kegembiraan, rasa ingin tahu, dan
cemburu berfungsi sebagai kekuatan pendorong. Mereka mendorong seseorang
individu menuju kegiatan kontruktif, mereka berpartisipasi dalam bentuk – bentuk
tingkah laku yang destruktif. Pemilihan kontrol terhadap tingkah laku, karenanya
menjadi sangat penting selama terjadi pengalaman emosional. Akibat emosi terhadap
tingkah laku individu berbeda–beda karena umur dan tingkat perkembangan.
Biasanya individu mengalami situasi–situasi yang memaksa mereka mencapai
kematangan emosional sebelum mencapai kedewasaan. Ada juga beberapa orang yang
tidak pernah mencapai sikap emosional yang matang dalam satu atau lebih hubungan–
hubungan antar pribadi.
Individu yang tumbuh kembang pola hidupnya memuaskan, yang dorongan–
dorongan keinginannya mendapatkan pemuasan, dan yang minat dan kebutuhannya
memperoleh kepuasan, cenderung untuk menikmati hidup dan menunjukkan
kematangan emosional. Sebaliknya, jika dorongan–dorongan , keinginan–keinginan,
minatnya dan kebutuhannya mengalami frustasi, tingkah laku emosionalnya
ditunjukkannya dalam pola – pola penyesuaian yang jelek.

2.6. Hubungan Emosi dengan Asuhan Keperawatan


Dalam hubungan emosi dengan asuhan keperawatan, Goleman (dalam
Nofrianto 2008 ) mengatakan, kompotensi emosional merupakan unsur yang
menentukan kinerja prima. Kompetensi ini lebih mendukung serta lebih penting dari

9
pada kemampuan kognitif untuk mencapai kinerja yang luar biasa di semua jenis
pekerjaan, salah satunya dalam bidang keperawatan. Goleman ( 2015 ) mengatakan,
keterampilan emosional mentukan seberapa baik kita mampu menggunakan
keterampilan - keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang
belum terasah. Kecerdasan emosional penting dalam peningkatan kinerja, dimana
kecerdasan emosional menyumbang 58 % keberhasilan kerja semua jenis pekerjaan
(Bradberry dan Greaves 2009 ). Goleman ( 2015 ) pun menyatakan bahwa kesuksesan
seseorang itu hanya ditentukan oleh 20% dari tingkat kecerdasan intelektualnya,
sedangkan yang 80% di tentukan oleh factor lainnya, termasuk kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan seperti kemampuan memotivasi
diri, bertahan terhadap frustasi, mengatur suasana hati agar beban stress tidak
melumpukan kemampuan berpikir, dan berempati. Pelayanan keperawatan
memerlukan sosok perawat yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang mencangkup kebutuhan biologis, psikologis,
sosiologis dan spiritual. Perawat dengan kecerdasan emosional tinggi dapat
berkontribusi untuk kinerja lebih tinggi (Rudyanto, 2010).

10
BAB 3
CONTOH KASUS

Seorang perawat A diminta untuk mengobati pasien dirumah salah satu yang
sedang menderita usus buntu kronis. Setibanya di rumah pasien, perawat melihat ada
anggota keluarga yang sedang dalam keadaan setengah mabuk(persepsi perawat) di
ruang tamu cukup banyak orang dan ribut sehingga perawat meminta kepada istri pasien
untuk mengantarkan pasien ke kamar. Di dalam kamar juga dipenuhi anggota keluarga
yang sedang bercengkrama. Perawat meminta yang berada di dalam kamar untuk keluar
ruangan agar menjaga privasi pasien namun tidak ada tanggapan sehingga perawat
merasa kesal. beruntung ada seorang anggota keluarga yang pengertian sehingga mereka
keluar walau disertai dengan omelan. Selanjutnya perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai prosedur dan perawat menanyakan ke pasien kenapa tidak berobat ke
puskesmas saja tetapi pasien marah menjawab dengan nada tinggi. Setelah semua
prosedur dilakukan, perawat S membuat kesimpulan bahwa pasien menderita usus buntu
kronis dan perawat menyarankan agar pasien segera dibawah kerumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Tetapi pasien menolak sambil marah-marah
(Ranida, 2012).

11
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

Analisa dari kasus diatas menjelaskan bahwa seorang perawat mengalami


gangguan afek emosi dengan suatu kondisi dimana dari pihak pasien mengalami afek
emosi juga karena merasa cemas, bingung, khawatir dll karena salah satu keluarga ada
yang sakit. Hal tersebut dapat terlihat bahwa si pasien selalu emosi dan marah-marah ke
perawat sehingga apapun yang dikatakan perawat seakan tidak bisa ia terima. Begitu
pula pada keluarga pasien yang juga marah-marah pada perawat. Ini terjadi (mungkin)
karena situasi lingkungannya yang terlalu rame / gaduh ditambah lagi keadaannya
(pasien) yang sedang sakit dan keluarga pasien yang panik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa perawat mengalami kecemasan Ambivalensi, yaitu dimana emosi dan afek yang
berlawanan timbul bersama –sama terhadap suatu objek, hal atau orang. Dan keluarga
mengalami kecemasan Agitasi, yaitu dimana kecemasan yang disertai dengan
kegelisahan, kebingungan,dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi dengan suatu
keadaan yang dialamipada saat itu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
dengan cara mengingat kembali apa peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
edukator yaitu memberikan pengetahuan guna untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan dan kemampuan pasien dalam mengatasi kesehatannya, dan menerapkan
komunikasi terapeutik dengan cara mendengarkan, mengerti dan menghargai kondisi
dari keluarga, dimana perawat harus memberikan penjelasan sekali lagi tentang
kemungkinan terburuk yang bisa tejadi dan membuat surat rujukan dengan
kesabaran serta berbicara dengan nada yang lembut. Dan perawat juga harus menyadari
akan profesinya sebagai tenaga kesehatan yang wajib mengerti akan kondisi klien dan
jangan mementingkan ego sendiri.

12
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jelaskan di atas maka dapat disimpulkan , sebagai
berikut :
1. Afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau
kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai
perasaan sedangkan Afek mencakup pengertian sikap, nilai-nilai (value),
semangat belajar, tanggung jawab, dan keterlibatan emosi siswa.
2. Dalam proses perkembangan emosi yang dialami oleh orang dewasa akan
berbeda dengan peristiwa emosi yang dialami anak-anak, hal ini disebabkan
bahwa bagi orang dewasa sudah banyak dipengaruhi oleh berbagai
pengalaman dalam emosinya sebagai akibat interaksi dengan lingkungan
social.
3. Jenis – jenis gangguan dan emosi : depresi atau melankolis, kecemasan
(Ansietas)
4. Cara Mengatasi Afek Dan Emosi dapat dilakukan dengan cara pendekatan –
pendekatan seperti : pendekatan biomedis, pendekatan psikodinamik,
pendekatan perilaku, pendekatan pendidikan, pendekatan ekologi.

5.2 Saran
Seorang perawat seharusnya memiliki kecerdasan emosinal yang baik agar
dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP. Perawat harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dengan begitu perawat mampu
menyesuaikan emosional dalam mengahadapi berbagai macam pasien. Selain itu
emosional juga di pengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat itu sendiri. Semakin
tinggi pendidikan maka perawat akan lebih mampu mengendalikan dalam hal
emosional.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada
2. Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
3. Maramis W.F.(1980) .Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : UNAIR
4. Purwanto Heri.(1999).Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
5. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai