PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Afek dan Emosi?
2. Bagaimana proses terjadinya perkembangan emosi?
3. Apa saja jenis gangguan Afek dan Emosi?
4. Bagaimana cara mengatasi afek dan emosi?
5. Bagaimana pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
6. Bagaiman hubungan emosi dengan asuhan keperawatan?
7. Sebutkan contoh kasus afek dan emosi?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami makna dari afek dan emosi
2. Untuk memahami bagaimana prosses terjadinya perkembangan emosi
3. Untuk memahami apa saja jenis gangguan afek dan emosi
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi afek dan emosi
5. Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
6. Untuk mengetahui hubungan emosi dengan asuhan keperawatan
7. Untuk mengetahui contoh kasus afek dan emosi
1.4 Manfaat
Pembaca :
1. Dapat mengetahui makna afek dan emosi
2. Dapat mengetauhi apa itu prosses terjadinya perkembangan emosi
3. Dapat mengetauhi apa saja jenis gangguan apek dan emosi
4. Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi afek dan emosi
5. Dapat mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
6. Dapat mengetahui hubungan emosi dengan asuhan keperawatan
7. Dapat mengetahui contoh kasus afek dan emosi
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
b. Perubahan dalam bentuk anggota badan lainnya,seperti tampak pada
perubahan badan yang tengah gemetar, tangan, kepala atau kadang-kadang
kakipun ikut bergerak.
c. Perubahan dalam suara, perubahan dalam bentuk suara ini kadang-kadang
menunjukkan nada suara yang tinggi, kadang pula rendah dan kadang-kadang
pula menunjukkan tekannan suara yang kuat dan merendah.
3. Unsur perubahan bagian-bagian fungsi psikis lain. Dalam suatu peristiwa kadang-
kadang menunjukkan ketidak mampuan menggunakan aspek-aspek psikis yang
lainnya seperti misalnya orang yang sedang dalam situasi ketakutan ia tidak
mampu menggunakan daya pikirnya. Dan juga dalam peristiwa suatu emosi marah,
maka day pikirnya itu pada umumnya terhenti dan tiada berfungsi.
4
c. Pada bulan keenam, dari emosi cemas berkembang pula mengadakan differensiasi
menjadi emosi takut, marah dan jijik.
d. Pada bulan ke dua belas dari emosi nyaman ini berkembang pula menjadi emosi
bangga dan saying.
e. Pada bulan ke delapan belas, dari emosi saying berkembang menjadi emosi saying
pada orang dewasa dan saying pada anak-anak lain. Dan dari emosi cemas
berdeferensiasi menjadi emosi iri hati.
f. Pada bulan ke dua puluh empat dari emosi nyaman berdeferensiasi lagi menjadi
emosi riang. Dan dengan demikian pada usia dua tahun anak-anak telah dapat
mengalami emosi-emosi seperti takut, jijik, maraha, iri hati, cemas, kesenangan,
nyaman, riang, bangga, saying kepada orang dewasa dan kepada anak-anak lain.
Contoh gangguan emosi :
1. Orang yang sedang marah, mengambil , melempar , dan membanting benda dari
sekitarnya, di sertai mukanya merah, TD meningkat, dan gemetar
2. Anak yang tidak lulus ujian,menangis sampai kejang kejang bahkan sampai
pinsang di sertai muka pucat dan keluar keringat dingin.
5
a. Kecemasan yang mengambang(free floating anxiety)—tidak ada
hubungannya dengan pikiran
b. Agitasi—kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motoric yang hebat
c. Panic—serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan ,kebingungan
,dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi
d. Eforia—rasa riang,gembira ,senang ,dan bahagia yang berlebihan
e. Anhedonia—ketidakmampuan merasakan kesenangan
f. Kesepian—merasa dirinyaq ditinggalkan
g. Kedangkalan—kemiskinan afek dan emosi
h. Afek dan emosi yang tak wajar(tak patut atau tak wajar)—tertawa terkikih
kikih waktu wawancara
i. Afek dan emosi yang labil—tiba tiba marah-marah/menangis
j. Variasi afek dan emosi sepanang hari—perubahan afek dan emosi mulai
sejak pagi sampai malam hari,misalnya pada psikosis-manik
depresif,depresinyya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan
pada sore hari
k. Ambivalensi –emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama sama
terhadap suatu objek,hal,atau orang
l. Apatis—berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal ,tergantung seua
hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak perduli. dapat diartikan pula
sebagai menurunnya kesadaran
m. Amarah –kemurkaan atau permusuhan yang ditandai sifat agresif.
6
b. Factor psikologik, misalnya perasaan was was, khawatir, dan bicara
cepat terputus-putus.
2. Neurosis histerik-fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki.
Gejalannya; kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, anesthesia,
analgesia, tuli, buta, stupor, dan twilight state.
3. Neurosis fobik –adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau
keadaan, yang oleh individu di sadari bukan sebagai ancaman
4. Neurosis depresi gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang,
rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.
biasanya berakar pada rasa salah yang disadari.
Gejalannya ;
a. Factor somatic, misalnya perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah,
apatis, dan bicara pelan.
b. Factor psikologi, misalnya pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa,
malas bergaul, dan frekuensi bekerja berkurang, tidak mampu
mengambil keputusan, lekas lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri.
7
perilaku negatif dan menggantikan dengan perilaku yang lebih layak secara
sosial.
4. Pendekatan pendidikan
Jarang ditemukan seseorang dengan gangguan emosional dan tingkah laku
mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka biasanya tidak mampu
berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya penanganan
pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis mungkin
berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik dapat
benar – benar menjadi lingkungan terbaik.
5. Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman seseorang kedalam
konteks kehidupan mereka secara total. Pendekatan ini juga
menekankan perlunya membantu seseorang yang mengalami hambatan harus
dilakukan melalui usaha – usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan
masyarakat (Udayati, 2012).
8
individu mungkin akan mengalami emosi yang serupa dalam berhadapan dengan
obyek yang sama. Dan keadaan yang demikian itu pada umumnya berlaku pada masa
perkembangan ditahun-tahun permulaan. Pada anak-anak yang berusia sekitar dua
atau tiga tahun yang biasanya anak-anak usia demikian takut pada kucing, pada usia
ini reaksi emosi takutnya serupa namun kualitas dan kuantitasnya akan berbeda.
Emosi yang tumbuh karena pengalaman individual ini pada pokoknya
dilatarbelakangi oleh pengalaman-pengalaman emosi sebagai berikut :
a. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang menyenangkan dirinya.
b. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang tidak menyenangkan.
c. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang tidak disadari, artinya bahwa
emosinya berdasarkan motif yang tidak disadari.
d. Karena suatu pengalaman emosi pribadi yang memperoleh perhatian serius dari
orang lain.
Perasaan takut, marah, kasih sayang, kegembiraan, rasa ingin tahu, dan
cemburu berfungsi sebagai kekuatan pendorong. Mereka mendorong seseorang
individu menuju kegiatan kontruktif, mereka berpartisipasi dalam bentuk – bentuk
tingkah laku yang destruktif. Pemilihan kontrol terhadap tingkah laku, karenanya
menjadi sangat penting selama terjadi pengalaman emosional. Akibat emosi terhadap
tingkah laku individu berbeda–beda karena umur dan tingkat perkembangan.
Biasanya individu mengalami situasi–situasi yang memaksa mereka mencapai
kematangan emosional sebelum mencapai kedewasaan. Ada juga beberapa orang yang
tidak pernah mencapai sikap emosional yang matang dalam satu atau lebih hubungan–
hubungan antar pribadi.
Individu yang tumbuh kembang pola hidupnya memuaskan, yang dorongan–
dorongan keinginannya mendapatkan pemuasan, dan yang minat dan kebutuhannya
memperoleh kepuasan, cenderung untuk menikmati hidup dan menunjukkan
kematangan emosional. Sebaliknya, jika dorongan–dorongan , keinginan–keinginan,
minatnya dan kebutuhannya mengalami frustasi, tingkah laku emosionalnya
ditunjukkannya dalam pola – pola penyesuaian yang jelek.
9
pada kemampuan kognitif untuk mencapai kinerja yang luar biasa di semua jenis
pekerjaan, salah satunya dalam bidang keperawatan. Goleman ( 2015 ) mengatakan,
keterampilan emosional mentukan seberapa baik kita mampu menggunakan
keterampilan - keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang
belum terasah. Kecerdasan emosional penting dalam peningkatan kinerja, dimana
kecerdasan emosional menyumbang 58 % keberhasilan kerja semua jenis pekerjaan
(Bradberry dan Greaves 2009 ). Goleman ( 2015 ) pun menyatakan bahwa kesuksesan
seseorang itu hanya ditentukan oleh 20% dari tingkat kecerdasan intelektualnya,
sedangkan yang 80% di tentukan oleh factor lainnya, termasuk kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan seperti kemampuan memotivasi
diri, bertahan terhadap frustasi, mengatur suasana hati agar beban stress tidak
melumpukan kemampuan berpikir, dan berempati. Pelayanan keperawatan
memerlukan sosok perawat yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang mencangkup kebutuhan biologis, psikologis,
sosiologis dan spiritual. Perawat dengan kecerdasan emosional tinggi dapat
berkontribusi untuk kinerja lebih tinggi (Rudyanto, 2010).
10
BAB 3
CONTOH KASUS
Seorang perawat A diminta untuk mengobati pasien dirumah salah satu yang
sedang menderita usus buntu kronis. Setibanya di rumah pasien, perawat melihat ada
anggota keluarga yang sedang dalam keadaan setengah mabuk(persepsi perawat) di
ruang tamu cukup banyak orang dan ribut sehingga perawat meminta kepada istri pasien
untuk mengantarkan pasien ke kamar. Di dalam kamar juga dipenuhi anggota keluarga
yang sedang bercengkrama. Perawat meminta yang berada di dalam kamar untuk keluar
ruangan agar menjaga privasi pasien namun tidak ada tanggapan sehingga perawat
merasa kesal. beruntung ada seorang anggota keluarga yang pengertian sehingga mereka
keluar walau disertai dengan omelan. Selanjutnya perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai prosedur dan perawat menanyakan ke pasien kenapa tidak berobat ke
puskesmas saja tetapi pasien marah menjawab dengan nada tinggi. Setelah semua
prosedur dilakukan, perawat S membuat kesimpulan bahwa pasien menderita usus buntu
kronis dan perawat menyarankan agar pasien segera dibawah kerumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Tetapi pasien menolak sambil marah-marah
(Ranida, 2012).
11
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
12
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jelaskan di atas maka dapat disimpulkan , sebagai
berikut :
1. Afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau
kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai
perasaan sedangkan Afek mencakup pengertian sikap, nilai-nilai (value),
semangat belajar, tanggung jawab, dan keterlibatan emosi siswa.
2. Dalam proses perkembangan emosi yang dialami oleh orang dewasa akan
berbeda dengan peristiwa emosi yang dialami anak-anak, hal ini disebabkan
bahwa bagi orang dewasa sudah banyak dipengaruhi oleh berbagai
pengalaman dalam emosinya sebagai akibat interaksi dengan lingkungan
social.
3. Jenis – jenis gangguan dan emosi : depresi atau melankolis, kecemasan
(Ansietas)
4. Cara Mengatasi Afek Dan Emosi dapat dilakukan dengan cara pendekatan –
pendekatan seperti : pendekatan biomedis, pendekatan psikodinamik,
pendekatan perilaku, pendekatan pendidikan, pendekatan ekologi.
5.2 Saran
Seorang perawat seharusnya memiliki kecerdasan emosinal yang baik agar
dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP. Perawat harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dengan begitu perawat mampu
menyesuaikan emosional dalam mengahadapi berbagai macam pasien. Selain itu
emosional juga di pengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat itu sendiri. Semakin
tinggi pendidikan maka perawat akan lebih mampu mengendalikan dalam hal
emosional.
13
DAFTAR PUSTAKA
14