Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI-TEORI EMOSI

Mata Kuliah: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA DEWASA

Dosen Pengampu : Nurlela M.Pd.

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

1. Anggia Meliza (2021141049)


2. Rona Junita (2021141006)
3. Helti Hepiani (2021141013)
4. Nabila Putri Azhara (2021141022)
5. Alvito Yusuf (2021141021)

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Palembang
2021/2022
A. Pengertian Emosi
Emosi yang berasal dari Bahasa latin Movere, berarti menggerakan atau
bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk
bertinda. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, emosi
dapat berupa perasaan marah,ketakutan,kebahagiaan,cinta, rasa terkejut,jijik, dan
rasa sedih.
Beberapa contoh pengaruh emosi terhadap prilaku individu sebagai berikut:
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagakan
dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbul rasa putus asa/ frustasi
3. Menghambat atau menggangu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa menimbulkan sikap gugup dan
gagap dalam berbicara
4. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
5. Suasana emosional yang di terima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap oranglain,
 Jenis-jenis emosi dan dampaknya dalam perubahan fisik

Jenis emosi Perubahan Fisik

Terpesona Reaksi elektris pada kulit

Marah Peredaran darah bertambah cepat

Terkejut Denyut jantung bertambah cepat

Kecewa Bernapas Panjang

Sakit/marah Pupil mata membesar

Takut/tegang Air liur mengering

Takut Berdiri bulu roma

Tegang Terganggung pencernaan, otot menegang


atau bergetar (tremor)

ciri-ciri emosi ini dapat dibedakan juga antara emosi anak-anak dengan orang dewasa

Emosi anak Emosi dewasa

Berlangsung singkat dan berakhir Berlangsung lama dan berakhir

2
tiba-tiba. dengan lambat.

Terlihat lebih hebat/ kuat Tidak terlihat hebat/ kuat

Bersifat sementara Lebih dalam dan lama

Lebih sering terjadi Jarang terjadi

Dapat diketahui dengan jelas Sulit diketahui karena lebih pandai


tingkah lakunya. menyembunyikannya.

B. Pola perkembangan emosi


1. Perkembangan tempramen : perbedaan kualitas dan intensitas respons
emosional serta pengaturan diri yang memunculkan prilaku individual
yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari waktu ke
waktu dan pada semua situasi yang dipengaruhi oleh interaksi antara
pembawaan, kematangan, pengalaman.
2. Perkembangan kedeketan : Ikatan antara dua individua tau lebih, sifatnya
adalah hubungan psikologis yg diskriminatif dan spesifik serta mengikat
seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang waktu
3. Perkembangan rasa percaya (trust)
4. Perkembangan otonomi :kebebasan individu manusia untuk memilih,
untuk menjadi kesatuan yang dapat memerintah, menguasai, dan
menentukan dirinya sendiri.
C. Pekembangan emosi terbagi jadi 5 fase:
1. Fase bayi (0-2 tahun)
2. Fase prasekolah (4-6tahun)
3. Fase anak sekolah (6-12tahun)
4. Fase dewasa
D. Jenis emosi
Emosi manusia dapat dibedakan dalam dua bagian,
1. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang
menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya,
diantaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.
2. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang
menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya,
diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

EMOSI POSITIF EMOSI NEGATIF

Rela Tidak sabaran

3
lucu Kebimbangan

Kegembiraan / keceriaan Rasa marah

Senang/ kenyamanan kecurigaan

Rasa ingin tau Rasa cemas

kebahagiaan Rasa bersalah

kesukaan Cemburu

Cinta Jengkel

ketertarikan Takut

Depresi

Kesedihan

Rasa benci

E. Kematangan emosi
Sebuah kemampuan untuk memikirkan emosi yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan untuk menguasai atau mengendalikan emosi.
mengendalikan emosi bukan berarti menekan atau menghilangkan emosi,
melaikan individu belajar untuk mengendalikan diri dalam menghadapi situasi
yang dapat menimbulkan reaksi emosi yang berlebihan.sebagian para ahli ada
yang menggunakan istilah kestabilan emosi, yang pada intinya sama bahwa
stabilitas emosi adalah kemampuan seseorang dalam menahan diri atau
mempertimbangkan tindakannya jika ada rangsanan emosi. wujudnya adalah
mampu menahan diri untuk tidak lekas marah, tidak cepat tersinggung. menurut
Gustria (2006;55) stabilitas emosi adalah keseimbangan dan kemantapan remaja
dalam memahami mengendalikan mengungkapkan dan menyesuaikan perasaan
secara mandiri dalam rangka memecahkan masalah dengan penuh keramahan
dan sikap hormat terhadapa diri maupun orang lain. kematangan emosi
merupakan hal esensial pada tingkatan usioa manapun. kematangan emosi
berhubugngan dengan kemampuan seseorang unuk bertindak secra etis dan
memperlihatkan kemampuan mengendalikan diri
 Ciri-ciri kematangan emosi.
1. mampu mengontrol emosinya (self control) dalam arti mampu
mengendalikan diri dari persaan, keinginan, atau perbuatan yang
apabila diperuntukan akan berdampak kurang bai (baik dirinya atau
orang lain)
2. bersikap optimis dalam menatap masa depan.

4
3. menaruh respek terhapad diri sendiri dan orang lain.
4. mencintai atau menghormati orang tatau aturan secara ikhlas.
5. dapat merespon frustasi secara wajar atau dengan cara yang positif
6. dapat menghindari dari perasaan atau sifat permusuhuan dendam tidak
percaya diri dan mudah putus asa.
F. Teori-Teori Emosi
1. Teori Sentral :Gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami
oleh individu, individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmanian. menurut teori ini orang
menangis karena merasa sedih.teori ini dikenal dengan teori sentral yang
dikemukankan oleh cannon.
2. Teori Periferal: Dalam teori ini orang tidak menangis karena susah tapi
sebaliknya ia susah karena menangis.
3. Teori Kepribadian : Emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi
ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi
yang terpisah.
G. Teori-Terori Emosi Menurut Sigmund Freud

Sigmund Freud merupakan seorang sarjana kedokteran yang dilahirkan di Freiburg,


Moravia dan meninggal di London Inggris, (Hall 2017:1). Sepanjang hidupnya, Freud
sendiri merasa lebih nyaman untuk tinggal di Wina hal tersebut dilihat dengan ia tinggal
disana selama 80 tahun. Freud Menciptakan Ilmu Jiwa yang Dinamis Ilmu jiwa yang
dinamis adalah ilmu jiwa yang mempelajari perubahan serta pertukaran energi dalam
kepribadian. Ini adalah karya Freud yang terbesar dan salah satu karya terbesar dalam
ilmu pengetahuan modern. Freud sebagai seorang dokter yang sebelumnya enggan
membuka praktik terpaksa hrus membuka praktek karna desakan ekonomi. Dari praktek
tersebut Sigmund Freud menemukan metode pengobatan baru dan lebih maju yakni
dengan cara mencurahkan hati. Pada metode tersebut pasiennya dibiarkan mencurahkan
segala kesulitannya sedangkan dokter mendengarkannya. Psikoanalisis Freud adalah
teori yang berbicara mengenai kepribadian. Tetapi ada segi lainnya dari ilmu
psikoanalisa merupakan cara pengobatan penyakit dari jiwa. Psikoanalisa terdiri dari
cara-cara untuk mengobati orang-orang yang perasaannya terganggu. (Hall 2017:19).

Sigmund Freud memberikan pandangan yang berbeda tentang manusia dan


perilakunya. Bagi Freud manusia itu adalah makhluk yang berenergi dimana
keseluruhan perilakunya ditentukan oleh zona ketidaksadaran manusia.
Ketidaksadaran itu dikenal sebagai alam bawah sadar. Menurut Freud, kehidupan jiwa
memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan
tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan
hanya melibatkan ketiga unsurtersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini
tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005:17) Freud berpendapat bahwa kepribadian

5
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego),
yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
Teori psikoanalisis ini terdiri atas Id, Ego, dan Superego. Freud
menggambarkannya seperti gunung es dimana yang tamak di permukaan adalah Ego
yang prinsipnya adalah kenyataan yang terjadi pada kehidupan manusia. Namun hal
tersebut hanyalah sebagian kecil yang tampak. Hal yang terbesar yang tidak tampak
adalah ketidaksadaran yang bagi Freud disebut Id dan Superego. Freud bagian terbesar
dalam pikiran seseorang adalah alam bawah sadar. Bagian ini seperti nafsu, insting
dan segala sesuatu yang masuk di dalamnya dan sulit dijangkau, seperti kenangan atau
emosi traumatik. Freud menyatakan bahwa alam bawah sadar adalah sumber motivasi
dan dorongan terhadap hasrat seseorang, baik yang sederhana, seperti makan, seks,
maupun kreativitas seperti berkarya (Ahmad, 2017:283).
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas menilai realitas dan berhubungan
dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-
nilai superego. Sedang superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena
ia merupakan filter, alat sensor yang menentukan sesuatu itu baik- buruk, atau salah-
benar (Ahmad, 2017:294). Ego adalah perbedaan antara sensasi dari dalam dan
persepsi dari luar; istilah yang digunakan dalam psikoanalisis adalah bahwa anak telah
belajar untuk ‘menguji realitas’. Dengan demikian hal ini sangat bergantung dominasi
yang terjadi pada alam bawah sadar antara Id dan Superego. Bila Id sudah menjadi hal
biologis manusia dan bersifat bawaan maka tentunya yang diungkapkan oleh Freud
bahwa Superego adalah pengendali das Es (Id) adalah benar adanya. Fungsi Superego
yang utama adalah mengarahkan Id dan Ego ke arah yang lebih bermoral.
Freud juga mengungkapkan bahwa Ego memiliki pertahanan yang dapat mencegah
dorongan kuat Id (nafsu, insting, dan kebutuhan biologis) muncul di permukaa
maupun tekanan Superego sendiri terhadap Ego (Kuntojo, 2015:46). Dalam
praktiknya, hal tersebut dapat terjadi.
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang
hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.Pemahanan
Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan
pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam
literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini
menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya.
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja,
sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa
pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan memilih suatu nama
baru untuk menunjukan ajaran mereka.Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1. suatu metode penelitian dari pikiran.

6
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional

H. Teori Emosi Menurut RET


Teori RET dikembangkan oleh Albert Ellis pertama kalinya pada tahun 1955
yang mulanya dikenal sebagai Terapi Rasional lalu ia mengubahnya menjadi rational
emotive therapy (RET). Terapi ini memberikan penekanan terhadap hubungan antara
kognisi, emosi dan tingkah laku yang ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu,terapi ini juga mengaitkan antara pemikiran tidak rasional dengan
permasalahan emosi manusia, serta mengetengahkan pendapat bahwa manusia
mempunyai pilihan untuk terus menyumbang kepada permasalahan yang dihadapi atau
mengambil langkah untuk menghentikan proses permasalahan itu (Aina Razlin, 2014)
Karakteristik proses RET adalah aktif-direktif, kognitif-eksperiensial, Emotif-
ekspreriensial, Behavioristik. RET menggunakan berbagai cara yang bersifat kognitif,
efektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi. Adapun teknik yang
dimaksud diantaranya teknik-teknik Emotif (Afektif) yang meliputi Assertive
adaptive, Bermain Peran, Imitasi; teknik-teknik behavioristik meliputi reinforcement,
Social Modeling, Teknik Life Models (model dari kehidupan nyata); Teknik-teknik
Kognitif meliputi Home work assigments, Latihan assertive (Latipun, 2008).
Pendekatan RET dapat dilakukan untuk membantu anak yang kurang percaya
diri karena kurang rasa percaya diri dimulai dari pola pikir yang salah, keragu-ragu
yang muncul karena suatu hal yang ada pada pikiran peserta didik tersebut.
Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti : benci, takut,
rasa bersalah, cemas, was-was, sehingga akibat berpikir yang irasional danmelatih
serta mendidik konseling agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan
mengakibatkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan diri (Willis, 2014). Pada
1993, Ellis mengubah nama rational emotive therapy (RET) menjadi Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT). Rasional disini memiliki maksud kognisi yang efektif
dalam membantu diri daripada kognisi yang sekedar valid secara empiris maupun
logis. Kata kognitif yang ia gunakan sejak awal banyak orang membatasi secara
sempit kata rasional yang mengandung maksud intelektual atau logis-empiris (dalam
Richar Nelson, 2011). Terapi REB sering digunakan oleh para konselor di Amerika
Serikat dalam mengatasi masalah individu. Sejalan dengan hal itu, studi lain yang
dilakukan oleh Albert Ellis sebagai penggagas pendekatan ini menunjukkan
keberhasilan dalam mengatasi masalah- masalah yang dialalmi oleh konselinya
Langkah-langkah dalam menerapkan RET dipaparkan oleh Ellis (1986) sebagai
berikut:
1. Mengajak klien berpikir pada beberapa ide rasional yang mndorong banyak
tingkah laku terganggu.
2. Menggunakan analisis logika untuk meminimalkan kepercayaan irasional
klien.
3. Menunjukan kepada klien hakekat berpikir mereka yang tidak logis.

7
4. Menunjukan bagaimana kepercayaan-kepercayaan ini bekerja dan bagaimana
mereka akan menyebakan gangguan-gangguan behavioral dan emosi.
5. Menggunakan kemustahilan dan rumor untuk menantang ketidakrasionalan
berpikir klien.
6. Menerangkan bagimana ide-ide ini dapat digantikan dengan ide-ide yang lebih
rasional dan lebih empiric
7. Mengajarkan kepada klien bagaimana menggunakan pendekatan ilmiah
berpikir.
8. Menggunakan metode behavior dan emotif untuk membantu klien menangani
secara langsung perasaan mereka dan melawan gangguan- gangguan mereka.

I. Teori Emosi Menurut CBT


Cognitive Behavior Therapy (CBT)Cognitive behavior therapy (CBT)
merupakan terapi yang bertujuan untuk mengubah kognitif atau perilaku klien
terhadap masalah yang dihadapinya, dalam rangka melakukan perubahan emosi dan
tingkah laku klien (Beck, 2011). Sedangkan Stallard (2005) mengatakan bahwa CBT
merupakan suatu intervensi mengenai proses kognitif yang dialami klien dan
bagaimana hubungannya dengan perubahan emosi dan tingkah laku klien. Lebih lanjut
menurut Stallard (2004),
CBT melihat bahwa adanya masalah psikologis disebabkan karena proses kognis
yang terdistorsi. Beck & Weishaar (2011) juga menyatakan hal yang sama, respon-
respon maladaptif disebabkan oleh persepsi dan interpretasi yang salah, serta kognisi
individu yang disfungsional. Oleh sebab itu, CBT merupakan intervensi terhadap
kognisi dan perilaku, yang dapat mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
CBT dapat membetulkan kesalahan dan bias yang terjadi saat memproses informasi
dan mengubah keyakinan utama (core belief) yang dapat memunculkan kesimpulan
yang salah (Beck & Weishaar, 2011). Menurut Stallard (2002), CBT dipengaruhi oleh
komponen-komponen tertentu yang membantu dalam pembuatan formulasi masalah
tiap klien. Oleh sebab itu, CBT dibuat esuai dengan kebutuhan klien untuk
menyelesaikan masalah klien. Hal ini membuat pelaksanaan CBT menjadi fleksibel
dan sifatnya tailor made.
Cognitive Behavior Therapy (CBT) dapat juga membantu seseorang dalam
mengatasi kecemasan karir. Cognitive Behavior Teraphy (CBT) merupakan intervensi
psikologis yang melibatkan nteraksi antara cara berpikir, merasa, dan berperilaku
dalam diri seseorang (Somers dan Queree, 2007). CBT meyakini bahwa perilaku
memiliki dampak kuat terhadap pemikiran dan emosi individu sehingga mengubah
perilaku dapat menjadi cara untuk mengubah pemikiran dan emosi individu. CBTjuga
berpendapat bahwa proses kognisi seperti pikiran, interpretasi, persepsi, maupun
keyajinan individu terhadap kejadian yang mereka alami memiliki pengaruh terhadap
respon, perilaku, dan emosi individu (Westbrook, Kennerly, dan Kirk, 2007).
Efektivitas Cognitive Behavior Teraphy (CBT) dalam mengatasi gangguan kecemasan
tetah dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti serangan panik (McClanahan dan

8
Antonuccio, 2002, gangguan obsesif kompulsif (Abramowitz, Taylor, dan McKay,
2005; Whittal dan O'Neill, 2003), gangguan kecemasan menyeluruh (Anderson, 2004).
Teknik CBT membantu seseorang mengetahui pola kognitif atau pikiran dan emosi
yang berkaitan dengan perilakunya. Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir
menentukan bagaimana seseorang merasa dan berbuat (Corsini dan Wedding, 1989).
Perasaan dan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh cara seseorang memandang
hubungan antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Misalkan, jika seseorang
berpikir negatif mengenai karir,maka pikiran negatif akan mempengaruhi perilaku dan
perasaannya sehubungan dengan situasi tersebut.Menurut Antony dan Swinson (2000),
strategi utama dalam CBT adalah mengubah pemikiran dan keyakinan irasional
dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif.Penanganan
CBT mencakup pengembangan kesadaran individu pada dirisendiri, orang lain, cara
menjalin hubungan interpersonal, penyelesaian masalah yang dihadapinya, dan strategi
copingyang efektif(Bedell dan Lennox, 1997). Dengan demikian, mahasiswa yang
menerima CBT diharapkan dapat menurunkan kecemasan karir, karena CBT
membantu mahasiswa menyadari dan memahami proses berpikirnya dengan lebih baik
sehinga meningkatkan kemampuan dalam menghadapi suatu masalah terutama karir
masa depan.
CBT merupakan psikoterapi yang menerapkan teknik cognitive therapy dan
behaviortherapy (Matsumoto, 2009). Berdasarkan pendekatan perilaku, perasaan dan
pikiran seseorang dipengaruhi oleh apa yang dilakukannya. Sedangkan pendekatan
kognitif menekankan pentingnya cara berpikir dalam pembentukan perilaku.
Penerapan teori ini dalam CBT, mengajarkan seseorang untuk modifikasi fungsi
berpikirnya dan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi,sehingga diharapkan
akan menimbulkan perubahan kognitif maupun perubahan perilaku.Terwujudnya
suasana belajar yang menyenangkan di sekolah yang akan menjadi modal dasar bagi
semua siswa dalam mengembangkan potensi dasamya dengan maksimal. Pendidik dan
tenaga kependidikan memiliki kesempatan meningkatkan kapasitas karakter dan
integritasnya. Terwujudnya suasana akademik di lingkungan kerja/pendidikan melalui
peningkatan kreativitas sikap ilmiah, professionalisme, kepedulian untuk membantu
mewujudkan masyarakat Indonesia yang seimbang imtaq dan ipteknya (AQ, SQ,
IQ dan EQ) dan mampu berkontribusi positif di tengah masyarakat yang pada
gilirannya mampu membentuk karaktersiswa yang positif dan memiliki keseimbangan
hidup.

Hasil penelitian Zakiyah (2014) mendaptkan bahwa:


1. Cognitive Behavioral Theraphy (CBT) merupakan gabungan terapi kognitif
dan terapi perilaku yang dirancang untuk merubah pola pikir negatif menjadi
positif sehingga individu memiliki kemampuan untuk bereaksi secara adaptif
dala menghadapi masalah atau situasi sulitdalam setiap fase kehidupan.
2. CBT efektif dan banyak dilakukan pada pasien-pasien gangguan mental
kecemasan,

9
3. CBT belum dapat diaplikasikan secara optimal karena keterbatasan biaya,
akses, dan praktisi ahli
4. CBT efektif dalam menurunkan gejala depresidan kecemasan, dan efesien dari
segi biaya.Kemudian Stallard (2004) mengatakan bahwa tujuan
cognitivebehavioral therapy secara keseluruhan adalah meningkatkan
kesadaran diri (self-awareness), meningkatkan pemahaman diri (self-
understanding) agar menjadi lebih baik akan, dan meningkatkan control diri
(self-control) dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan berperilaku
lebih.
J. Teori Emosi Menurut ERICSON
PERILAKU SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
Pendidikan anak usia dini bertugas memberikan upaya untuk membimbing,
menstimulasi, mengasah, dan pemberian kegiatan yang akan menghasilkan anak
dengan kemampuan dan keterampilannya. Suyadi (2012:17) menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselengggarakan dengan tujuan
untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian. Aspek perkembangan anak salah satunya
yaitu perkembangan sosial emosional yang mencakup perilaku anak dalam
lingkungannya. Perkembangan sosial emosional anak merupakan dua aspek yang
berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial anak.
Demikian pula sebaliknya, membahas perkembangan sosial anak harus melibatkan
perkembangan emosional anak. Perilaku sosial sangat erat hubungannya dengan
perilaku emosionalnya walaupun memiliki pola yang berbeda. Anak usia dini disebut
sebagai masa kritis, sebab jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam
hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya
dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. J, Bannet
(Wibowo Agus, 2013:25) menyatakan bahwa usia dini dimulai sejak dalam kandungan
atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Anak usia dini 0-6 tahun
merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak
di masa depannya atau disebut juga masa keemasan (the Golden Age). Anak adalah
individu yang unik dan mengalami perkembangan yang pesat pada setiap aspek
perkembangan yang akan membawanya pada perubahan dalam aspek-aspek
perkembangan.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal
lingkungannya. Hurlock (1978:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan
unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. Anak prasekolah
cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sehingga emosi

10
dapat mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya. Goleman (2002:48) menyatakan bahwa orang yang secara emosionalnya
cakap maka orang tersebut dapat menangani perasaannya sendiri dan mampu
membaca dan memahami perasaan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri, memelihara
dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah, mampu
mengendalikan dan mengatasi stres, mampu menerima kenyataan. Senada dengan
Mayer & Salovey dalam penelitian (Ensari, 2017: 212) yang menyatakan bahwa
individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi memiliki hubungan sosial yang
lebih baik, dapat memecahkan masalah emosional lebih cepat dan lebih mudah, kuat
dalam kecerdasan verbal, sosial, dan kurang terlibat masalah perilaku. Anak terus
belajar untuk mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Sebagian anak terutama
mereka yang telah mengikuti prasekolah sangat percaya diri, ingin ikut serta, dan ingin
serta dapat menerima tanggung jawab. Perkembangan sosial dan emosional anak
berkaitan dengan kapasitas anak untuk mengembangkan self-confidence, trust, dan
empathy. Waltz (Soetjiningsih,2012:) mengatakan bahwa perkembangan sosial dan
emosional anak pada masa kanak-kanak awal atau usia prasekolah dipengaruhi oleh
faktor biologis (temperament, genetic influence), relationship (quality of attachment),
dan lingkungannya (prenatal, family community, quality of child care).
Maka dari itu melalui interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya anak dapat
mengatur emosinya dengan menunjukan beberapa emosi positif. Tetapi jika
lingkungannya tidak memberi kenyamanan kepada anak, maka anak akan menunjukan
perilaku atau emosi marah, sedih, takut, kaget, dan sebagainya. Perilaku emosi
mempengaruhi perilaku sosial anak, jika emosinya terganggu maka perilaku sosial
akan muncul. Interaksi sosial yang baik dengan orang lain akan berdampak baik
terhadap perilaku emosinya. Anak yang memiliki emosi yang baik dan stabil akan
memiliki perilaku sosial yang kompeten. Dengan demikian penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis permasalahan perilaku sosial emosional anak usia 5-6 tahun.
Perkembangan Sosial Emosional Hurlock (1978:250) mengatakan bahwa
perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan
tuntunan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan
dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak
sudah mampu mengenal lingkungannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah, M. A., Rahayu, D., & Prastika, N. D. (2015). Pengaruh Terapi
Berpikir Positif, Cognitive Behavior Therapy (CBT), Mengelola Hidup dan
Merencanakan Masa Depan (MHMMD) terhadap Penurunan Kecemasan
Karir pada Mahasiswa Universitas Mulawarman. Psikoislamika: Jurnal
Psikologi dan Psikologi Islam, 12(2), 41-50.

Azmi, N. (2016). Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Sosial Horizon:


Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 36-46.

Dewi, A. R. T., Mayasarokh, M., & Gustiana, E. (2020). Perilaku sosial


emosional anak usia dini. Jurnal Golden Age, 4(01), 181-190.

Fitri, N. F., & Adelya, B. (2017). Kematangan emosi remaja dalam pengentasan
masalah. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(2), 30-39.

Hude, M. D. (2006). Emosi: Penjelalajahan Religio Psikologis. Erlangga.

Jarvis,Matt (2000). Teori-Teori Psikologi.SPA-Teamwork.2017.Penerbit Nusa


Media. Bandung,

Juraman, S. R. (2017). Naluri Kekuasaan dalam Sigmund Freud. Jurnal Studi


Komunikasi, 1(3), 280-287.

Khodijah,Nyayu.(2014). Psikologi Pendidikan.Jakarta;PT RajaGrafindo Persada.

Nadhiroh, Y. F. (2017). Pengendalian Emosi. SAINTIFIKA ISLAMICA: Jurnal


Kajian Keislaman, 2(01), 53-62.

Nurdin, F. S. (2018). Pengaruh Konseling Rasional Emotif Terapi Terhadap


Kepercayaan Diri Anak Sekolah Dasar. Primaria Educationem Journal
(PEJ), 1(1), 44-49.

Susanto,Ahmad.(2018).Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta;


Prenadamedia Group.

Yusuf,Syamsu.(2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung;PT


Remaja Rosdakarya

12

Anda mungkin juga menyukai