TEORI-TEORI EMOSI
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
ciri-ciri emosi ini dapat dibedakan juga antara emosi anak-anak dengan orang dewasa
2
tiba-tiba. dengan lambat.
3
lucu Kebimbangan
kesukaan Cemburu
Cinta Jengkel
ketertarikan Takut
Depresi
Kesedihan
Rasa benci
E. Kematangan emosi
Sebuah kemampuan untuk memikirkan emosi yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan untuk menguasai atau mengendalikan emosi.
mengendalikan emosi bukan berarti menekan atau menghilangkan emosi,
melaikan individu belajar untuk mengendalikan diri dalam menghadapi situasi
yang dapat menimbulkan reaksi emosi yang berlebihan.sebagian para ahli ada
yang menggunakan istilah kestabilan emosi, yang pada intinya sama bahwa
stabilitas emosi adalah kemampuan seseorang dalam menahan diri atau
mempertimbangkan tindakannya jika ada rangsanan emosi. wujudnya adalah
mampu menahan diri untuk tidak lekas marah, tidak cepat tersinggung. menurut
Gustria (2006;55) stabilitas emosi adalah keseimbangan dan kemantapan remaja
dalam memahami mengendalikan mengungkapkan dan menyesuaikan perasaan
secara mandiri dalam rangka memecahkan masalah dengan penuh keramahan
dan sikap hormat terhadapa diri maupun orang lain. kematangan emosi
merupakan hal esensial pada tingkatan usioa manapun. kematangan emosi
berhubugngan dengan kemampuan seseorang unuk bertindak secra etis dan
memperlihatkan kemampuan mengendalikan diri
Ciri-ciri kematangan emosi.
1. mampu mengontrol emosinya (self control) dalam arti mampu
mengendalikan diri dari persaan, keinginan, atau perbuatan yang
apabila diperuntukan akan berdampak kurang bai (baik dirinya atau
orang lain)
2. bersikap optimis dalam menatap masa depan.
4
3. menaruh respek terhapad diri sendiri dan orang lain.
4. mencintai atau menghormati orang tatau aturan secara ikhlas.
5. dapat merespon frustasi secara wajar atau dengan cara yang positif
6. dapat menghindari dari perasaan atau sifat permusuhuan dendam tidak
percaya diri dan mudah putus asa.
F. Teori-Teori Emosi
1. Teori Sentral :Gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami
oleh individu, individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmanian. menurut teori ini orang
menangis karena merasa sedih.teori ini dikenal dengan teori sentral yang
dikemukankan oleh cannon.
2. Teori Periferal: Dalam teori ini orang tidak menangis karena susah tapi
sebaliknya ia susah karena menangis.
3. Teori Kepribadian : Emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi
ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi
yang terpisah.
G. Teori-Terori Emosi Menurut Sigmund Freud
5
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego),
yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
Teori psikoanalisis ini terdiri atas Id, Ego, dan Superego. Freud
menggambarkannya seperti gunung es dimana yang tamak di permukaan adalah Ego
yang prinsipnya adalah kenyataan yang terjadi pada kehidupan manusia. Namun hal
tersebut hanyalah sebagian kecil yang tampak. Hal yang terbesar yang tidak tampak
adalah ketidaksadaran yang bagi Freud disebut Id dan Superego. Freud bagian terbesar
dalam pikiran seseorang adalah alam bawah sadar. Bagian ini seperti nafsu, insting
dan segala sesuatu yang masuk di dalamnya dan sulit dijangkau, seperti kenangan atau
emosi traumatik. Freud menyatakan bahwa alam bawah sadar adalah sumber motivasi
dan dorongan terhadap hasrat seseorang, baik yang sederhana, seperti makan, seks,
maupun kreativitas seperti berkarya (Ahmad, 2017:283).
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas menilai realitas dan berhubungan
dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-
nilai superego. Sedang superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena
ia merupakan filter, alat sensor yang menentukan sesuatu itu baik- buruk, atau salah-
benar (Ahmad, 2017:294). Ego adalah perbedaan antara sensasi dari dalam dan
persepsi dari luar; istilah yang digunakan dalam psikoanalisis adalah bahwa anak telah
belajar untuk ‘menguji realitas’. Dengan demikian hal ini sangat bergantung dominasi
yang terjadi pada alam bawah sadar antara Id dan Superego. Bila Id sudah menjadi hal
biologis manusia dan bersifat bawaan maka tentunya yang diungkapkan oleh Freud
bahwa Superego adalah pengendali das Es (Id) adalah benar adanya. Fungsi Superego
yang utama adalah mengarahkan Id dan Ego ke arah yang lebih bermoral.
Freud juga mengungkapkan bahwa Ego memiliki pertahanan yang dapat mencegah
dorongan kuat Id (nafsu, insting, dan kebutuhan biologis) muncul di permukaa
maupun tekanan Superego sendiri terhadap Ego (Kuntojo, 2015:46). Dalam
praktiknya, hal tersebut dapat terjadi.
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang
hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.Pemahanan
Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan
pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam
literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini
menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya.
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja,
sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa
pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan memilih suatu nama
baru untuk menunjukan ajaran mereka.Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1. suatu metode penelitian dari pikiran.
6
2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional
7
4. Menunjukan bagaimana kepercayaan-kepercayaan ini bekerja dan bagaimana
mereka akan menyebakan gangguan-gangguan behavioral dan emosi.
5. Menggunakan kemustahilan dan rumor untuk menantang ketidakrasionalan
berpikir klien.
6. Menerangkan bagimana ide-ide ini dapat digantikan dengan ide-ide yang lebih
rasional dan lebih empiric
7. Mengajarkan kepada klien bagaimana menggunakan pendekatan ilmiah
berpikir.
8. Menggunakan metode behavior dan emotif untuk membantu klien menangani
secara langsung perasaan mereka dan melawan gangguan- gangguan mereka.
8
Antonuccio, 2002, gangguan obsesif kompulsif (Abramowitz, Taylor, dan McKay,
2005; Whittal dan O'Neill, 2003), gangguan kecemasan menyeluruh (Anderson, 2004).
Teknik CBT membantu seseorang mengetahui pola kognitif atau pikiran dan emosi
yang berkaitan dengan perilakunya. Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir
menentukan bagaimana seseorang merasa dan berbuat (Corsini dan Wedding, 1989).
Perasaan dan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh cara seseorang memandang
hubungan antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Misalkan, jika seseorang
berpikir negatif mengenai karir,maka pikiran negatif akan mempengaruhi perilaku dan
perasaannya sehubungan dengan situasi tersebut.Menurut Antony dan Swinson (2000),
strategi utama dalam CBT adalah mengubah pemikiran dan keyakinan irasional
dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif.Penanganan
CBT mencakup pengembangan kesadaran individu pada dirisendiri, orang lain, cara
menjalin hubungan interpersonal, penyelesaian masalah yang dihadapinya, dan strategi
copingyang efektif(Bedell dan Lennox, 1997). Dengan demikian, mahasiswa yang
menerima CBT diharapkan dapat menurunkan kecemasan karir, karena CBT
membantu mahasiswa menyadari dan memahami proses berpikirnya dengan lebih baik
sehinga meningkatkan kemampuan dalam menghadapi suatu masalah terutama karir
masa depan.
CBT merupakan psikoterapi yang menerapkan teknik cognitive therapy dan
behaviortherapy (Matsumoto, 2009). Berdasarkan pendekatan perilaku, perasaan dan
pikiran seseorang dipengaruhi oleh apa yang dilakukannya. Sedangkan pendekatan
kognitif menekankan pentingnya cara berpikir dalam pembentukan perilaku.
Penerapan teori ini dalam CBT, mengajarkan seseorang untuk modifikasi fungsi
berpikirnya dan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi,sehingga diharapkan
akan menimbulkan perubahan kognitif maupun perubahan perilaku.Terwujudnya
suasana belajar yang menyenangkan di sekolah yang akan menjadi modal dasar bagi
semua siswa dalam mengembangkan potensi dasamya dengan maksimal. Pendidik dan
tenaga kependidikan memiliki kesempatan meningkatkan kapasitas karakter dan
integritasnya. Terwujudnya suasana akademik di lingkungan kerja/pendidikan melalui
peningkatan kreativitas sikap ilmiah, professionalisme, kepedulian untuk membantu
mewujudkan masyarakat Indonesia yang seimbang imtaq dan ipteknya (AQ, SQ,
IQ dan EQ) dan mampu berkontribusi positif di tengah masyarakat yang pada
gilirannya mampu membentuk karaktersiswa yang positif dan memiliki keseimbangan
hidup.
9
3. CBT belum dapat diaplikasikan secara optimal karena keterbatasan biaya,
akses, dan praktisi ahli
4. CBT efektif dalam menurunkan gejala depresidan kecemasan, dan efesien dari
segi biaya.Kemudian Stallard (2004) mengatakan bahwa tujuan
cognitivebehavioral therapy secara keseluruhan adalah meningkatkan
kesadaran diri (self-awareness), meningkatkan pemahaman diri (self-
understanding) agar menjadi lebih baik akan, dan meningkatkan control diri
(self-control) dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan berperilaku
lebih.
J. Teori Emosi Menurut ERICSON
PERILAKU SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
Pendidikan anak usia dini bertugas memberikan upaya untuk membimbing,
menstimulasi, mengasah, dan pemberian kegiatan yang akan menghasilkan anak
dengan kemampuan dan keterampilannya. Suyadi (2012:17) menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselengggarakan dengan tujuan
untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian. Aspek perkembangan anak salah satunya
yaitu perkembangan sosial emosional yang mencakup perilaku anak dalam
lingkungannya. Perkembangan sosial emosional anak merupakan dua aspek yang
berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial anak.
Demikian pula sebaliknya, membahas perkembangan sosial anak harus melibatkan
perkembangan emosional anak. Perilaku sosial sangat erat hubungannya dengan
perilaku emosionalnya walaupun memiliki pola yang berbeda. Anak usia dini disebut
sebagai masa kritis, sebab jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam
hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya
dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. J, Bannet
(Wibowo Agus, 2013:25) menyatakan bahwa usia dini dimulai sejak dalam kandungan
atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Anak usia dini 0-6 tahun
merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak
di masa depannya atau disebut juga masa keemasan (the Golden Age). Anak adalah
individu yang unik dan mengalami perkembangan yang pesat pada setiap aspek
perkembangan yang akan membawanya pada perubahan dalam aspek-aspek
perkembangan.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal
lingkungannya. Hurlock (1978:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan
unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. Anak prasekolah
cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sehingga emosi
10
dapat mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya. Goleman (2002:48) menyatakan bahwa orang yang secara emosionalnya
cakap maka orang tersebut dapat menangani perasaannya sendiri dan mampu
membaca dan memahami perasaan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri, memelihara
dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah, mampu
mengendalikan dan mengatasi stres, mampu menerima kenyataan. Senada dengan
Mayer & Salovey dalam penelitian (Ensari, 2017: 212) yang menyatakan bahwa
individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi memiliki hubungan sosial yang
lebih baik, dapat memecahkan masalah emosional lebih cepat dan lebih mudah, kuat
dalam kecerdasan verbal, sosial, dan kurang terlibat masalah perilaku. Anak terus
belajar untuk mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Sebagian anak terutama
mereka yang telah mengikuti prasekolah sangat percaya diri, ingin ikut serta, dan ingin
serta dapat menerima tanggung jawab. Perkembangan sosial dan emosional anak
berkaitan dengan kapasitas anak untuk mengembangkan self-confidence, trust, dan
empathy. Waltz (Soetjiningsih,2012:) mengatakan bahwa perkembangan sosial dan
emosional anak pada masa kanak-kanak awal atau usia prasekolah dipengaruhi oleh
faktor biologis (temperament, genetic influence), relationship (quality of attachment),
dan lingkungannya (prenatal, family community, quality of child care).
Maka dari itu melalui interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya anak dapat
mengatur emosinya dengan menunjukan beberapa emosi positif. Tetapi jika
lingkungannya tidak memberi kenyamanan kepada anak, maka anak akan menunjukan
perilaku atau emosi marah, sedih, takut, kaget, dan sebagainya. Perilaku emosi
mempengaruhi perilaku sosial anak, jika emosinya terganggu maka perilaku sosial
akan muncul. Interaksi sosial yang baik dengan orang lain akan berdampak baik
terhadap perilaku emosinya. Anak yang memiliki emosi yang baik dan stabil akan
memiliki perilaku sosial yang kompeten. Dengan demikian penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis permasalahan perilaku sosial emosional anak usia 5-6 tahun.
Perkembangan Sosial Emosional Hurlock (1978:250) mengatakan bahwa
perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan
tuntunan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan
dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak
sudah mampu mengenal lingkungannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah, M. A., Rahayu, D., & Prastika, N. D. (2015). Pengaruh Terapi
Berpikir Positif, Cognitive Behavior Therapy (CBT), Mengelola Hidup dan
Merencanakan Masa Depan (MHMMD) terhadap Penurunan Kecemasan
Karir pada Mahasiswa Universitas Mulawarman. Psikoislamika: Jurnal
Psikologi dan Psikologi Islam, 12(2), 41-50.
Fitri, N. F., & Adelya, B. (2017). Kematangan emosi remaja dalam pengentasan
masalah. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(2), 30-39.
12