Disusun Oleh :
PALEMBANG
2022
BAB I
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan emosi?
2. Apa macam-macam emosi?
3. Apa ciri – ciri emosi?
4. ApaPentingnya Pengendalian Emosi?
5. Apa Saja Ekspresi Emosi?
6. Apa Fungsi Emosi?
7. Bagaimana Kematangan Emosi?
i
BAB II
A. Pengertian Emosi
Secara etimologi (asal kata) emosi berasal dari kata ‘emotion’ mouvoir
(Perancis), emovere (latin) yakni e- artinya “keluar” dan movere, artinya
“bergerak” . Dengan demikian emosi berarti “bergerak keluar.
Menurut Abdul Aziz El-Quusy, Salah satu faktor bawaan manusia adalah
naluri, yakni kesediaan jiwa yang terangsang dalam situasi tertentu. Akibat
pengaru rangsangan itu terjadilah emosi dan tindakan yang di kehendaki oleh
situasi tertentu itu. Emosi sebagai kecenderungan yang dipelajari ini memiliki
keragaman: marah, gembira, sedih, cinta dan sebagainya, sesuai dengan
sesuatu yang dihadapinya dengan demikian, naluri sebagai faktor bawaan,
maka emosi adalah pembawaan.
1. Timbulnya emosi
1
demikian, emosi ditimbulkan oleh faktor internal (dalam diri manusia) dan
eksternal (rangsangan diluar diri manusia).1
Mengapa emosi perlu dikaji, dan apa manfaat dari pengetahuan itu,
menjawab pertanyaan ini munculah teori yang bernama Emotional Quotient
(EQ). Menurut teori ini, keberhasilan sesorang dalam hidupnya bukan di
tentukan oleh intelligentia, melainkan Emotional Quetient yang tinggi.
Saat kita jatuh cinta, emosi kita akan meletup – letup. Pada kondisi ini,
kita menjadi pribadi yang periang, dan semangat melakukan sesuatu, apalagi
yang bersinggungan dengan pacar kita.
Cerita – cerita ini adalah gambaran emosi yang sering kita jalani dalam
kehidupan sehari. Emosi tidak hanya membuat kemampuan kita bertambah.
sebaliknya, juga mampu mencabut seluruh kehebatan kita. Emosi yang
kadang mempunyai kekuatan menyembuhkan. Yang kadang pulah menjadi
penyakit yang mematikan. Emosi yang tidak hanya mampu menghadirkan
kenyamanan dan ketenangan, tapi juga menghadirkan keresahan yang luar
biasa
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat
secara emosional, antara satu dengan yang lainya saling menentukan. Daniel
Goleman mengambarkan bahwa otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak
emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan
1
Prof. Dr. Jalaludin, Psikologi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2018.hlm 287-291
2
emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan
intelektual2
2
Hude M. Darwis, EMOSI Penjelajahan Religio - Psikologis Tentang Emosi Manusia Didalam
Alqur’an, PT Gelora Alam Pertama, Jakarta, 2006.
3
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembanganya, Jakarta: Kencana, 2011, h.
35
3
Sedangkan dari segi efek yang ditimbulkannya, emosi dibagi kedalam emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif adalah emosi yang selalu diidamkan
oleh semua orang, seperti bahagia, senang, puas dan sejenisnya. Sebaliknya,
emosi negatif adalah emosi yang tidak diharapkan terjadi pada diri seseorang.
Namun, yang terakhir ini ternyata lebih banyak melilit kehidupan manusia,
dan kebanyakan dipicu oleh konflik dan stres. 4
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, terdapat 4 ciri – ciri emosi dapat terjadi
antara lain:
Dan ada pula ciri – ciri emosi pada anak usia 12 – 15 tahun yaitu:
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya
diri
3. Kemarahan yang biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran pada orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5. Mulai mengamati orang tua dan guru – guru mereka secara objektif
4
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka ataupun
sekolah
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka5
5
Alhamdu, Hamdana Fara, Psikologi Umum, Noerfikri Offset, Palembang, 2017.hlm 165
5
mereka hadapi. Yang mereka butuhkan bukanlah terapi medis, tetapi
sebenarnya mereka membutuhkan terapi psikis. Di kalangan dokter ini
diketahui bahwa saran terbaik bagi para pasien tersebut adalah hendaknya
mereka melepaskan diri dari kegelisahan. Al-Qur’an sejak dini, lebih dini
daripada ilmu kedokteran dan ilmu jiwa modern, telah memberi perhatian
dalam mengarahkan manusia untuk menguasai dan mengendalikan emosi-
emosi mereka, karena pengendalian ini banyak manfaatnya bagi kesehatan.
Dan ini baru diketahui secara ilmiah pada zaman modern ini6
E. Ekspresi Emosi
1. Ekspresi wajah
6
Najati, M. Utsmani, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka Kompas, 2000,hlm 119
6
2. Ekspresi suara
Ekspresi suara saat emosi dikenal secara umum dalam pergaulan sehari-hari,
seperi tertawa, bersenandung, berteriak-teriak, memaki, atau tiba-tiba terenyak
dengan tatapan kosong. Ekspresi suara mungkin tidak segampang diketahui
bila dibandingkan dengan ekspresi wajah dalam mengomunikasikan emosi,
tapi keduanya sangat penting. Para pakar komunikasi menganggap
komunikasi dalam bentuk ekspresi suara lebih mudah dipahami dan lebih
berpengaruh ketimbang berbentuk tulisan. Aksentuasi dalam percakapan
sangat membantu memahami makna yang dimaksud oleh pembicara.
Ekspresi emosi dalam bentuk tingkah laku cakupannya sangat luas, seluas
aktivitas manusia itu sendiri. Namun, dapat dibagi menjadi dua ekspresi sikap
dan tingkah laku yakni: tingkah laku pelibatan diri (attachment) dan pelepasan
diri (withdrawal). Tingkah laku emosi dengan pelibatan diri adalah tingkah
laku dengan upaya bergerak maju mempertahankan suasana yang
menyenangkan pada emosi positif. Tingkah laku agresif dan eksplosif adalah
contoh pelibatan diri dalam menghadapi berbagai ancaman sebagai upaya
mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism). Sedangkan tingkah laku
emosi dalam bentuk pelepasan diri adalah lari atau menghindar dari obyek
yang menimbulkan emosi. contoh dari ekspresi pelepasan diri adalah, lari
terbirit-birit untuk menyelamatkan diri dari sumber yang menakutkan atau
tertunduk malu.
4. Ekspresi lain-lain
Pada kasus-kasus emosi berat dijumpai pula adanya orang yang mengalami
syok berat atau bahkan tak sadarkan diri (pingsan). Demikian juga pada
sebagian orang, ada yang latah dengan menyebut kata-kata tertentu, terutama
ketika kaget. Latah ini banyak terjadi dikalangan masyarakat Indonesia dan
ditengarai tidak dikenal di dunia barat, sehingga istilah itu telah menjadi
istilah ilmiah. Latah ini dapat digolongkan pada ekpresi suara tetapi karena
7
ekspresinya spesifik dan tidak terjadi pada setiap orang, maka dimasukkan
dalam kelompok ekspresi lain-lain.7
F. Fungsi Emosi
Emosi Bagi manusia emosi tidak hanya berfungsi untuk survital atau
sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan, akan tetapi emosi
juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan
kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu emosi juga merupakan
messenger atau pembawa pesan.8
7
Nadhiroh, Y. F. (2017). Pengendalian emosi. SAINTIFIKA ISLAMICA: Jurnal Kajian Keislaman,
2(01), 53-62.
8
Martin, Anthony Dio. EmotionalQuality Management; Revleksi, Revisi, Dan Revitalitas Hidup
Melalui Kekuatan Emosi, 2003, Penerbit Arga, Jakarta.
8
Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu, maka Anda berusaha
menyelesaikan pekerjaan.
Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda akan
bersedih hati. Nah, adanya sedih membuat Anda menyesuaikan diri dengan
reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan.Lalu misalnya Anda sedang
berlayar di lautan dengan kapal laut.Saat itu ada badai besar menerjang.Kapal
Anda digoncang kesana kemari.Boleh jadi karena emosi cemas, Anda jadi
lebih waspada.Anda lalu memakai pelampung, berpegangan erat, atau
melakukan tindakan keamanan lainnya.
Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda tidak ingin
disepelekan.Mungkin Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul orang yang
membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan akan membalas dendam
padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda.
Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada
emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun.
Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang,
kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin
9
erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya
emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu.
G. Kematangan Emosi
9
HM, E. M. (2016). Mengelola kecerdasan emosi. Tadrib, 2(2), 198-213.
1
dewasa belum tentu memiliki kematangan emosional. Kartono (1995: 165)
mengartikan kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi mencapai
tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, oleh karena itu pribadi
yang bersangkutan tidak lagimenampilkan pada emosional seperti pada masa
kanak-kanak. Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi
dapatmengendalikan emosinya. Emosi yangterkendali menyebabkan orang
mampu berpikir secara lebih baik, melihat persoalan secara objektif (Walgito,
2004: 42) Lebih lanjutDavidoff (1991: 49) menerangkan bahwa kematangan
emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat menggunakan
emosinyadengan baik serta dapat menyalurkanemosinya pada hal-hal yang
bermanfaat dan bukan menghilangkan emosi yang ada dalam dirinya.
10
Asih, G. Y., & Pratiwi, M. M. S. (2012). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan
kematangan emosi. Jurnal Psikologi: PITUTUR, 1(1), 33-42.hlm 37
1
BAB III
Kesimpulan:
Dapat diambil kesimpulan dari penjabaran diatas bahwa emosi adalah
respon yang digambar kan melalui perubahan – perubahan yang terjadi dari dalam
diri maupun luar. Emosi ini terdapat 2 yaitu yang bersifat positif dan negarif,
Emosi positif adalah emosi yang selalu diidamkan oleh semua orang, seperti
bahagia, senang, puas dan sejenisnya. Sebaliknya, emosi negatif adalah emosi
yang tidak diharapkan terjadi pada diri seseorang. Namun, yang terakhir ini
ternyata lebih banyak melilit kehidupan manusia, dan kebanyakan dipicu oleh
konflik dan stres. Peran orang tua dan guru dilingkungan sekolah begitu penting
dalam pengembangan emosi anak, memahami apa yang dibuatuhkan dan menjalin
hubungan lebih akrab antara orangtua dan anak, guru dan anak – anak serta
berkomunikasi yang baik. Dan menghargai apa yang anak tersebut sampaikan
atau Sesutu yangtelah dia capai, hal tersebut bisa membuat anak belajar
memahami dan bisa mengontor emosi nya dengan baik.
Beberapa cara mengendalikan emosi efektif bila yang bersangkutan mampu
memaksimalkan kemampuan kongitifnya dengan cara berusaha untuk tetap
membawa pikiran di alam kesadaran oleh karena itu agar pikiran kita dapat
senantiasa berada dialam sadar maka hendakla membiasakan dan memperbanyak
dzikir. Dengan membiasakan dan memperbanyak dzikir, akan lebih mudah
melakukan control terhadap situasi – situasi (internal – eksternal) yang dapat
memicu terjadinya ekspresi emosi yang liar dan merugikan.
i
DAFTAR PUSTAKA
Asih, G. Y., & Pratiwi, M. M. S. (2012). Perilaku prososial ditinjau dari empati
dan kematangan emosi. Jurnal Psikologi: PITUTUR, 1(1), 33-42.