Anda di halaman 1dari 7

PAPER PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

EMOSI

Disusun oleh :

Nur Athiyyah Amini 131811133126

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
Pendahuluan
Sejak lahir manusia telah dibekali dengan kemampuan untuk merasakan berbagai
macam emosi. Kemampuan ini selanjutnya akan terus berkembang seiring dengan proses
pematangan serta adanya proses belajar melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain
di lingkungan sekitarnya. Bayi yang baru lahir memiliki kemampuan yang terbatas dalam
mengekspresikan emosi yang dirasakannya. Emosi yang ditunjukkan pun terbatas hanya pada
perasaan senang dan tidak senang. Kemudian dengan seiring bertambahnya usia,
perbendaharaan emosi anak juga akan ikut berkembang.

Memasuki usia dua tahun, anak sudah mulai dapat mengekspresikan emosi lain seperti
marah, takut, iri hati, cemburu, sedih, gembira, dan cemas. Pada usia ini, perbendaharaan emosi
yang dimiliki anak sudah sama dengan yang dimiliki oleh orang dewasa. Akan tetapi,
kemampuan anak untuk mengekspresikan emosi-emosi tersebut tentunya berbeda dengan
kemampuan pada orang dewasa. Anak-anak akan cenderung untuk bereaksi secara spontan
sesuai dengan emosi yang mereka rasakan. Namun dalam proses perkembangannya,
lingkungan sosial di sekitar anak akan mengajarkan mereka bagaimana cara mengendalikan
emosi agar dapat diekspresikan sesuai dengan harapan lingkungan.

Namun faktanya, gangguan mental emosional berupa stres, kecemasan dan depresi banyak
dialami baik oleh individu yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Riset kesehatan dasar
(riskesDas) 2013 menyebutkan, 6% masyarakat Indonesia yang berumur lebih dri 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah, sebesar
11,6%.
Seiring dengan bertambahnya usia, emosi seorang individu pun akan berkembang.
Proses perkembangan melewati beberapa fase yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal misalnya usia dan lingkungan keluarga. Sedangkan faktor
eksternal misalnya seperti teman sebaya, lingkungan sekolah dan masyarakat. Pola emosi
seseorang berbeda-beda dan memiliki karakteristik masing-masing.
Pembahasan

1. Pengertian

Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin ‘movere’ yang berarti
‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-’ untuk memberi arti
‘bergerak menjauh’. Makna ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun
semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan
perubahan fisik dari karakter yang luas- dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dan
sebagainya. Dan dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai
adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah
laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual,
tingkat disasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji.
Adapun menurut para ahli yang mendefinisikan konsep teori emosi tercakup dalam tiga
grand theory, yaitu :
a. Teori James-Lange
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari toeri
paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika Wiliam James.
James mengusulkan serangkain kejadian dalam keadaan emosi yaitu kita menerima situasi
yang akan menghasilkan emosi, kita bereaksi ke situasi tersebut dan kita memperhatikan reaksi
kita. Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga
pengalaman emosi atau emosi yang dirasakan terjadi setelah perubahan tubuh memunculkan
pengalam emosional.
b. Teori Cannon-Bard

Teori ini menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang
berdiri sendiri. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari
dunia luar, kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipotalamus diaktifkan. Otak yang lebih
rendah ini kemudian mengirim out put dalam 2 arah yaitu pertama ke organ-organ tubuh dalam dan
otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, kedua ke korteks cerebral diaman pola
buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan.

c. Teori Schachter-Singer (Interpretasi tentang pembangkitan tubuh)

Teori kontemporer ini menyatakan bahwa emosi yang kita rasakan adalah benar dari
interpretasi kita tentang sesuatu yang membangkitkan keadaan tubuh. Schachter dan Singer
berpendapat bahwa keadaan tubuh dari keterbangkitan emosional adalah sama pada hampir
semua emosi yang kita rasakan dan itu terjadi jika perbedaan psikologis dalam pola respon
tubuh. Franken (Baihaqi dkk, 2007) menjelaskan bahwa emosi merupakan hasil interaksi antara
faktor subyektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar), dan faktor biologik (proses
hormonal). Dengan kata lain, emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan
dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Baihaqi dkk, 2007).
Berdasarkan teori-teori diatas, dapat kita ketahui bahwa emosi adalah interpretasi kita
meliputi aspek fisiologi terhadap sesuatu yang membangkitkan keadaan tubuh kita,
menghasilkan sensasi-sensasi organis dan kinestetik sehingga kita bereaksi ke situasi tersebut
dan kita memperhatikan reaksi kita.

2. Bentuk-Bentuk Emosi

Goleman (2009) menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:

a. Amarah yaitu beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
tersinggung, bermusuhan, hingga tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan yaitu pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak,
dan depresi berat.
c. Rasa takut yaitu takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspara, tidak
senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panic.
d. Kenikmatan yaitu bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang
sekali dan manis.
e. Cinta yaitu persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat.
f. Terkejut yaitu terpana dan takjub.
g. Jengkel yaitu hina, jijik, muak, benci.
h. Malu yaitu rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

3. Macam-Macam Emosi

Goleman (2009) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu amarah, kesedihan, rasa
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Dia juga menyatakan bahwa perilaku
individu yang muncul sangat banyak diwarnai emosi. Emosi dasar individu mencakup emosi
positif dan emosi negatif. Emosi negatif yaitu perasaan-perasaan yang tidak diinginkan dan
menjadikan kondisi psikologis yang tidak nyaman. Menurut Lazarus (1991) emosi-emosi yang
terdapat pada seorang individu, yaitu: anger (marah), anxiety (cemas), fright (takut), jealously
(perasaan bersalah), shame (malu), disgust (jijik), happiness (gembira), pride (bangga), relief
(lega), hope (harapan), love (kasih sayang), compassion (kasihan).

Sedangkan menurut Descrates (Gunarsa, 2003), ada 6 emosi dasar pada setiap individu,
terbagi atas : desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran atau ingin tahu),
love (cinta) dan joy (kegembiraan).

Jadi, berdasarkan uraian para ahli diatas disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam
emosi yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, terkejut, cemas, perasaan bersalah, malu, jijik,
hasrat, benci, gembira, bangga, lega, harapan, kasih sayang, dan mengasihi.

4. Proses Terjadinya Emosi

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis.


Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa,
yang bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor
kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi
pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita
buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut
misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut
wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita. PandanganPandangan
teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap
sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam
persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan,
mengecewakan. Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu
yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa
mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai
sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.

Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil
interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan
sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan,
menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang
indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas
sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal,
ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun
menjadi lebih positif.

5. Fungsi Emosi

Bagi manusia, dalam teori Coleman dan Hammen dalam Syukur (2011), emosi tidak
hanya berfungsi untuk mempertahankan diri atau sekedar mempertahankan hidup. Emosi pada
manusia seperti yang dikemukakan oleh Martin dalam buku Psikologi Belajar, juga
memberikan fungsi sebagai pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam hidup
manusia. Emosi juga berfungsi sebagai messenger artinya adalah emosi yang terjadi dalam diri
seseorang dapat membawa pesan atau informasi. Emosi memberitahukan kita bagaimana
keadaan orang-orang yang berada di sekitar kita, terutama orang yang kita cintai dan sayangi,
sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut.

Dalam konteks ini, emosi bukan hanya pembawa informasi (messenger) dalam
komunikasi intrapersonal, tetapi juga dalam komunikasi interpersonal. Lebih dari itu, emosi
juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Setiap emosi yang ada dalam diri
kita memberikan rangsangan terhadap pemikiran, khayalan baru dan tingkah laku yang baru.
Jawaban Quiz

1. B. Teori Drive

2. B. Motivasi Ekstrinsik

3. B. Bertanggung jawab memonitor asupan makanan

4. A. Mendorong terjadi penolakan makan dan kelaparan

5. C. Menyebabkan asupan makanan yang sangat banyak dan ekstrim

7. A. Motif

8. B. Instinct

9. C. Drive Reduction

10. D. Homeostasis

11. E. Internal

12. I. Teori Insentif

13. H. Salah

14. A. Benar

15. A. James Lange

16. B. Cannon-Bard
Daftar Pustaka

Goleman, Daniel. 2009. Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih penting

daripada IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Martin, Anthony. 2003 . Emotional Quality Management, Refleksi,Revisi, dan

Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta : Arga

Meyer, Henry R. 2008 . Manajemen Dengan Kecerdasan Emosional. Bandung:

Nuansa Cendikia.

Anda mungkin juga menyukai