Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Perkembangan Kemampuan Berpikir Emosi

PENYUSUN KELOMPOK 3 :

SAVIRA ADINDA H.P (20180810048)

I GEDE BAYU CANDRA SEGARA (20180810018)

NADIA PEBRI SUSANTI (20180810028)

BRAMASTA RIZKI P (20180810034)

ADELIA PRASETYO D (20180810071)

AZIZAH RAHMAWATI P (20180810058)

GEAS SELVARA GERALDA (20180810102)

ALANG RAIHANOE (20180810056)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS HANGTUAH SURABAYA

2019
I. Pengertian Emosi
Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata
ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel
Goleman (2002) menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi
merupakan manifestasi perasaan atau afek keluar yang disertai banyak komponen fisiologis dan
biasanya berlangsung tidak lama (Sunaryo, 2002 ).

Menurut Chaplin (dalam Safaria & Saputra, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahanperubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan
perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku
tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat
mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi ( Walgito dalam Safaria & Saputra,
2009).

Menurut Darwis (2006:18) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala psiko-fisiologis


yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam
bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psikofisik karena terkait langsung dengan jiwa
dan fisik.

II. Macam – Macam Emosi


Menurut Saam & Wahyuni ( 2012 ), macam – macam emosi digolongkan menjadi empat yaitu :

a. Emosi Senang
Emosi senang adalah gambaran rasa senang yang dialami oleh seseorang. Emosi senang
terdiri dari bermacam – macam bentuk misalnya bahagia, riang, gembira, dan cinta.
b. Emosi Sedih
Emosi sedih adalah gambaran rasa tidak senang yang dialami oleh seseorang. Emosi
sedih terdiri dari duka, kecewa, hampa dan putus asa.
c. Emosi Takut
Emosi takut adalah gambaran rasa tidak senang yang dialami oleh seseorang baik
terhadap objek luar diri maupun dalam diri orang tersebut. Objek dari luar misalnya takut
pada hewan buas seperti harimau, sedangkan rasa takut yang objeknya dalam diri orang
tersebut misalnya takut berbuat salah.
d. Emosi Marah
Emosi marah adalah gambaran perasaan tidak senang yang terjadi karena merasa
tersakiti, tidak dihargai, berbeda pandangan dan terdapatnya halangan untuk mencapai
suatu tujuan.
III. Bentuk-Bentuk Emosi

Goleman (2009) menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:

a. Amarah yaitu beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,terganggu,
tersinggung, bermusuhan hingga tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan yaitu pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak
dan depresi berat.
c. Rasa takut yaitu takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak senang, takut sekali, fobia dan panik.
d. Kenikmatan yaitu bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, terpesona, senang sekali
dan manis.
e. Cinta yaitu persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat.
f. Terkejut yaitu terpana dan takjub.
g. Jengkel yaitu hina, jijik, muak, benci.
h. Malu yaitu rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.

IV. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI EMOSI


Emosi merupakan elemen yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Begitu banyak hal
yang dapat mempengaruhi emosi baik dari dalam diri maupun dari luar diri manusia.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi emosi dalam Scherer, Schorr & Johnstone
(2001) adalah sebagai berikut :

a. Kepribadian
Kepribadian yang berbeda akan menghasilkan emosi yang berbeda pula. Seperti contoh :
orang yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih cepat marah. Selain itu, ada
orang-orang yang lebih cepat merasa bersalah dibanding orang lain.
b. Kualitas Tidur
Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki kualitas tidur yang baik seperti 7-8 jam per
hari lebih cenderung memiliki emosi yang lebih positif dan stabil.
c. Stress
Orang yang memiliki kadar stress yang tinggi cenderung mengalami emosi negatif lebih
tinggi.
d. Olahraga
Berdasarkan penelitian, rutin berolahraga akan membuat oksigen lancar mengalir ke
seluruh anggota tubuh terutama otak dan produksi hormon oksitosin lebih banyak
sehingga orang yang berpontensi mengalami emosi-emosi yang bersifat positif atau
menyenangkan.
e. Keadaan hidup sehari-hari selama seminggu ataupun per hari.
Tentunya kondisi dan hal-hal yang dilalui setiap hari mempengaruhi emosi manusia.
Seperti contoh ; pada hari Senin sampai Jumat, A mengalami banyak tekanan dalam
pekerjaan sehingga lebih banyak emosi negatif yang dirasakannya dibanding pada hari
Sabtu dan Minggu karena ia dapat bersantai di rumah.
f. Usia
Berdasarkan teori perkembangan, usia memiliki peran dalam membentuk emosi.
Menurut Papalia (dalam Papalia, Olds & Feldman, 1992) usia remaja dan dewasa awal
pada umumnya memiliki emosi yang belum stabil.

V. Proses Terjadinya Emosi


Menurut Sunaryo, (2004) Proses munculnya emosi melibatkan faktor psikologis maupun
faktor fisiologis. Munculnya emosi pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah
peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh
reseptor melalui otak, kemudian kejadian atau stimulus tersebut diinterpretasikan sesuai dengan
kondisi pengalaman dan kebiasaan seseorang dalam mempersepsikan sebuah kejadian.
Interpretasi yang dibuat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh.

Perubahan tersebut misalnya dalam kondisi stres kelenjar adrenalin mengeluarkan hormon
epineprin dan norepineprin. Kedua hormon ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara
epineprin jantung, sedangkan norepineprin akan menyempitkan pembuluh darah sehingga secara
tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Perubahan yang lain yaitu berupa napas
tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi
suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah. Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi
lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi terhadap sebuah peristiwa. Seseorang dapat
memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak
menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih positif
seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan.
Interpretasi yang dibuat atas sebuah peristiwa yang mengkondisikan dan membentuk perubahan
fisiologis secara internal, ketika seseorang menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka
perubahan fisiologis menjadi lebih positif.

Sedangkan menurut Lewis dan Rose Blum proses terjadinya emosi dalam diri seseorang
terdapat empat tahapan yaitu :

a. Elicitrors yaitu adanya dorongan peristiwa yang terjadi,


b. Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem saraf,
c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi,
d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis.
VI. Teori Emosi
Untuk menjelaskan kondisi timbulnya gejala emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori
tentang emosi sebagai berikut:

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer.

Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada
rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik,
nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya) namun
jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi favorit-
emosi yang ditimbulkan dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya
membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan
takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

2. Teori Emosi James-Lange

William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari
Denmark, telah mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori
tentang emosi yang mirip satu sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan
nama teori James-Lange (Effendi & Praja, 1993; Mahmud, 1990; Dirgagunarsa,
1996).

Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi
psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-loncat setelah melihat
pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah melihat ular.

Selanjutnya menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang


terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap
berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika seserang misalnya melihat
harimau, reaksinya peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin
cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons
tubuh ini kemudin dipersepsikan dan timbulah rasa takut. Mengapa rasa takut
yang timbul?. Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.

Emosi, menurut kedua ahli ini, terjadi karena adanya perubahan pada
sistem vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan
perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata
lain, James-Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia senang
karena tertawa.

3. Teori “Emergency” Cannon


Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang fisiologi
dari Harvard University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena
gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting,
orang-orang primitif yang membuat respons semacam itu bisa survive dalam
hidupnya. Cannon mengatakan, antara lain, bahwa organ tubuh umumnya terlalu
insensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi dasar berkembangnya
dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian cepat.
Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.
Teori ini menyebutkan, emosi (sebagai pengalaman sebjektif psikologik)
timbul bersama-sama dengan fisiologik (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas
bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya).
Teori Cannon ini selanjutnya diperkuat oleh Philip Bard, sehingga
kemudian lebih dikenal teori Cannon-Bard atau teori “emergency”. Teori ini
mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme
dalam situasi emergency (darurat). Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada
antagonisme (fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan
cabang-cabang oranial dan sakral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau
saraf-saraf simpatis aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.
VII. Perkembangan emosi pada anak
Menurut Potter & Perry (2009) perkembangan emosi pada anak melalui

beberapa fase yaitu :

1. Usia bayi kurang 18 bulan


a. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman
dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa
percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain.
Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
b. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan
tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di
sekitarnya.
c. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti
gembira, terkejut, marah dan takut.
d. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan
semakin besar. Bayi akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya.
Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan
orang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.

2. Usia 18 bulan sampai 3 tahun


a. Pada fase ini, anak mulai mencari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya.
Pada usia ini, anak mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak
mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar
membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
b. Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik
dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
c. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan
bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan
prilaku dan menguasai diri.

3. Usia antara 3 sampai 5 tahun


a. Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri.
Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain,
bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
b. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa
menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu
pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.

4. Usia 5 sampai 10 tahun

Perkembangan emosi pada mas ini, anak dapat mengungkapkan konflik emosi yang
dialami dan anak belajar beradaptasi agar ketika emosi muncul dapat dikontrol.

5. Usia 11 – 14 tahun

Pada usia ini mengalami perubahan suasana hati yang sangat fluktuatif dan kemarahan
diekspresikan melalui suasana hati, ledakan tempramental, hinaan lisan, dan memaki.

6. Usia 14 – 17 tahun

Pada uisa ini anak cenderung menarik diri saat merasa kecewa atau terluka, perubahan
emosi dalam waktu dan jangkauan tertentu serta lebih berfokus kepada diri menjadi
introspeksi.

7. Usia 17 – 20 tahun

Pada usia ini emosi menjadi lebih konstan dan cenderung menyimpan kemarahan.
Daftar Pustaka

http://eprints.umm.ac.id/42216/3/jiptummpp-gdl-nurulkhasa-51115-3-babii.pdf

https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/emosidanimplikasinya.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64205/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai