Anda di halaman 1dari 13

LITERATUE REVIEW: COMMUNITY PSYCHOLOGY

LINKING INDIVIDUALS & COMMUNITIES


Reka Rara Pertiwi
Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Pramuka, No. 42, Sidikan, Yogyakarta

Pendahuluan

Pada era ini, kehidupan manusia perlahan menjadi fokus kepada Individu atau diri
sendiri. Semakin majunya teknologi dan informasi menghantarkan kita pada pemikiran
bahwa manusia bisa hidup sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain. Hal ini bisa
kita lihat melalui beberapa postingan di social media seperti Tiktok, Instagram, Twitter dan
sejenisnya yang sering mengemukakan pendapatnya bahwa tidak ada yang lebih penting
dari memikirkan perasaan dan kehidupan diri sendiri. Saat ada postingan video yang
menggambarkan kehidupan seseorang yang susah, baik karena ekonomi, rumah yang tidak
memadai, atau anak yang banyak, memang masih banyak response empati dari masyarakat
dan tidak jarang pula kita temui response yang mempertanyakan dan menyalahakan kenapa
hal tersebut bisa terjadi, kenapa individu yang ada divideo memiliki anak yang banyak
padahal hidup susah dan komentar lainnya. Ini menunjukan bahwa, banyak dari kita yang
berpikir secara kognitif, bukan struktural.

Kenyataannya manusia membutuhkan perhatian yang lebih besar dari berbagai


pihak, terutama dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Hubungan dengan antar
manusia merupakan sentral dari keberadaan manusia, manusia tidak bisa selalu hidup
menyendiri tanpa memerlukan bantuan dari orang lain dalam hal sekecil apapun itu. Dalam
konteks ini, psikologi komunitas menjadi semakin penting dalam memahami dinamika
masyarakat dan menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi berbagai masalah sosial.
Psikologi Komunitas adalah cara berpikir yang dapat diterapkan pada banyak situasi
kehidupan dan komunitas, dan salah satu buku yang membahas mengenai Psikologi
komunitas adalah Community Psychology Linking Individuals & Communities edisi ke 3.
Pada edisi 3 buku ini, penulis dari Community Psychology Linking Individuals &
Communities telah memperluas pembahasannya tentang perspektif psikologi budaya,
feminis, dan komunitas global serta diskusi tentang dimensi sosial kesehatan. Dalam buku
ini kita di dorong untuk menggeser pandangan individualistik mengenai masalah sosial
yang terjadi di masyarakat ke pandangan ekologis atau struktural yang lebih luas lagi. Buku
ini terdiri dari 5 bagian dan pada kesempatan ini, penulis akan membuat literature review
ini yang berfokus pada bagian satu yaitu pengenalan, perkembangan serta praktek
Psikologi Komunitas.

Deskripsi Terjemahan

Halaman 1-35 pada buku Community Psychology Linking Individuals &


Communities terdiri dari beberapa bagian pembahasan sebagai berikut :

1. Memperkenalkan Psikologi Komunitas

Psikologi komunitas berbeda dengan psikologi lainnya dalam dua hal. Pertama,
psikologi komunitas menawarkan cara berpikir yang berbeda tentang perilaku manusia.
Kami fokus pada konteks perilaku masyarakat. Kedua, perluasan definisi topik yang sesuai
untuk studi dan intervensi psikologis. Psikolog komunitas tertarik pada cara efektif untuk
mencegah masalah daripada mengobatinya setelah muncul. Bidang ini menekankan
mempromosikan fungsi yang sehat untuk semua anggota komunitas daripada campur
tangan ketika masalah berkembang untuk beberapa anggota tersebut. Dan mereka
memfokuskan penelitian mereka pada faktor-faktor di tingkat lingkungan, komunitas, dan
masyarakat yang mendukung atau menghambat perkembangan yang sehat daripada proses
psikologis internal atau faktor biologis.Teori dan penelitian psikologi komunitas tercermin
atau langsung dikutip dalam karya pakar kesehatan masyarakat, pekerja sosial, sosiolog,
pejabat publik, dan psikolog lainnya. Snowden (1987) menulis tentang "kesuksesan aneh"
psikologi komunitas; pendekatannya diadopsi secara luas, tetapi sebagai bidang, itu tidak
dikenal.
2. Latihan pembukaan (Kursi Musik)

Pada latihan pembukaan ini, penulis buku Community Psychology Linking


Individuals & Communities memaparkan mengenai situasi seorang tunawisma yang ada di
Amerika Serikat, pembaca diajak untuk berfikir mengenai alasan - alasan penyebab
tunawisama. Dijelaskan Satu-satunya faktor terpenting yang berkontribusi pada masalah
tunawisma di Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan karakter individu yang
menjadi tunawisma. Ini adalah kurangnya perumahan yang terjangkau di komunitas kami.
Prediktor terbaik tingkat tunawisma dalam suatu komunitas adalah rasio unit perumahan
yang tersedia dan terjangkau dengan jumlah orang dan keluarga yang mencarinya (Shinn,
Baumohl, & Hopper, 2001; Shinn, 2009). Temuan ini telah berulang kali didukung oleh
Survei Kelaparan dan Tunawisma yang dilakukan setiap tahun oleh Konferensi Walikota
AS. Kurangnya perumahan yang terjangkau selalu menjadi alasan yang paling sering
dikutip untuk tunawisma keluarga — bahkan di atas kemiskinan (US Conference of Majors,
2009). Melalui latihan pembukaan yang diberikan, mengharuskan untuk berpikir tentang
bagaimana organisasi, lingkungan, komunitas, dan masyarakat disusun sebagai sistem dan
bagaimana sitem tersebut berdampak pada lingkungan individu dan keluarga.

3. Pergeseran Perspektif

Elaine (nama samaran) memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresi


mayor dalam DSM-IV-TR (American Psychiatric Association, 2000). Meskipun masalah
Elaine tampak seperti kasus depresi yang sederhana, memeriksa konteks masalahnya
mengungkapkan penyebab stres, sumber daya, dan jalan intervensi yang penting
(Wandersman, Coyne, Herndon, McKnight, & Morsbach, 2002). Staf mengembangkan
rencana untuk mengatasi berbagai penyebab stres: pengobatan dan konseling untuk Elaine,
kunjungan rumah keluarga, membantu mengidentifikasi dan menggunakan sumber daya
komunitas untuk bantuan keuangan, mendorong komunikasi yang lebih baik dengan sistem
medis yang merawat suaminya, dan mendorong Elaine untuk mencari sumber dukungan
yang lebih luas.
Bagaimana psikolog dapat mengatasi masalah seperti ini?

a) Program pencegahan/promosi mengurangi kemungkinan masalah di masa depan—


misalnya, dengan memperkuat faktor pelindung dan mengurangi faktor risiko pada
individu, keluarga, sekolah, organisasi, dan masyarakat.

b) Konsultasi berfokus pada peran, pengambilan keputusan, komunikasi, dan konflik


dalam organisasi untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan atau keefektifan
layanan manusia, organisasi perubahan sosial, atau sekolah.

c) Pengaturan alternatif muncul ketika layanan tradisional tidak memenuhi kebutuhan


beberapa populasi (misalnya, pusat wanita, pusat krisis pemerkosaan, dan organisasi
swadaya untuk orang dengan masalah khusus). Dalam situasi Elaine, pusat wanita dan
kelompok swadaya untuk orang-orang dalam pemulihan dari kecanduan atau
mengatasi kecacatan akan sangat membantu. Misalnya, Liang, Glenn, dan Goodman
(2005) membahas Reaching Out About Depression, sebuah program komunitas untuk
perempuan berdasarkan model feminis. Ini memasangkan advokat wanita dengan
wanita berpenghasilan rendah yang mengatasi depresi, memberikan dukungan dan
advokasi pribadi berdasarkan konsep feminis dan berbagi kekuatan dalam hubungan.

d) Pengorganisasian komunitas di tingkat akar rumput membantu warga berorganisasi


untuk mengidentifikasi isu-isu lokal dan memutuskan cara mengatasinya. Koalisi
masyarakat menyatukan warga dan lembaga masyarakat (misalnya, jemaat agama,
sekolah, polisi, bisnis, layanan manusia, pemerintah) untuk mengatasi masalah
masyarakat bersamasama bukan dengan upaya yang terpisah dan tidak terkoordinasi.

e) Penelitian partisipatif, di mana peneliti masyarakat dan masyarakat bekerja sama,


memberikan informasi yang berguna untuk tindakan terhadap isu-isu masyarakat.
Evaluasi program membantu untuk menentukan apakah program masyarakat secara
efektif mencapai tujuan mereka dan bagaimana mereka dapat ditingkatkan.

f) Penelitian dan advokasi kebijakan mencakup penelitian tentang masyarakat dan isu-
isu sosial, upaya untuk menginformasikan para pembuat keputusan (misalnya, pejabat
pemerintah, pemimpin sektor swasta, media massa, publik) tentang arah tindakan, dan
evaluasi dampak kebijakan sosial. Psikolog komunitas terlibat dalam advokasi
mengenai tunawisma, perdamaian, penyalahgunaan narkoba, perkembangan anak dan
keluarga yang positif, dan masalah lainnya. Salah satu tujuan buku ini adalah untuk
memperkenalkan Anda pada alat-alat advokasi, sebagai warga negara atau profesional,
di tingkat lokal hingga internasional.

4. Orang, konteks dan perubahan

Pergeseran perspektif yang telah dijelaskan melibatkan asumsi dasar tentang dua
pertanyaan. Bagaimana masalah muncul ? Bagaimana perubahan bisa terjadi. Beberapa
asumsi kita yang paling penting tentang masalah berkaitan dengan pentingnya orang dan
konteks. Shinn dan Toohey (2003) menciptakan istilah kesalahan minimisasi konteks untuk
menunjukkan pengabaian atau pengurangan pentingnya konteks dalam kehidupan individu.
Konteks mengacu pada lingkungan yang merangkum dimana seorang individu hidup,
bersama-sama ini membentuk kekuatan struktural yang membentuk kehidupan individu.
Kesalahan minimisasi konteks mengarah pada teori psikologis dan temuan penelitian yang
cacat atau yang benar hanya dalam keadaan terbatas. Kesalahan ini juga dapat
menyebabkan intervensi terapi atau program sosial gagal karena mereka berusaha untuk
mereformasi individu tanpa memahami atau mengubah konteks di mana individu tersebut
hidup.

Psikolog komunitas berusaha untuk memahami orang-orang dalam konteks sosial


kehidupan mereka dan mengubah konteks untuk meningkatkan kualitas hidup orang.
Psikologi komunitas adalah tentang hubungan orang dan konteks, sebab orang dan konteks
saling mempengaruhi. Ini bukan jalan satu arah Konteks memengaruhi kehidupan pribadi,
sementara orang, terutama ketika bertindak bersama dengan orang lain, memengaruhi dan
mengubah konteks. Riger (2001) menyerukan psikologi komunitas untuk menghargai
bagaimana orang menanggapi konteks dan bagaimana mereka dapat menggunakan
kekuatan untuk mengubah konteks tersebut.

5. Definisi Psikologi Komunitas

Psikologi komunitas menyangkut berbagai hubungan antara individu, komunitas,


dan masyarakat. Kami mendefinisikan komunitas secara luas. Seorang individu hidup
dalam banyak komunitas dan pada berbagai tingkatan: keluarga, jaringan pertemanan,
tempat kerja, sekolah, asosiasi sukarela, lingkungan bertetangga, dan lokalitas yang lebih
luas—bahkan budaya. Semua ini ada dalam masyarakat yang lebih besar dan pada akhirnya
dalam konteks global. Individu harus dipahami dalam kaitannya dengan hubungan ini,
bukan dalam isolasi. Ini berarti bahwa psikologi komunitas sebenarnya bersifat
interdisipliner, berdasarkan konsep dan metode banyak orang disiplin lain, termasuk
kesehatan masyarakat, pengembangan masyarakat, pembangunan manusia, antropologi,
sosiologi, pekerjaan sosial, geografi, dan bidang lainnya. Masyarakat profesional utama
untuk bidang ini di Amerika Serikat adalah Masyarakat untuk Penelitian dan Aksi
Komunitas, sebagai pengakuan atas fokus interdisipliner ini. Psikologi komunitas juga
berkomitmen untuk mengembangkan pengetahuan psikologis yang valid yang berguna
dalam kehidupan masyarakat. Dalam perspektif psikologi komunitas, pengetahuan
dibangun melalui tindakan. Penelitian psikologi komunitas terkait dengan komunitas dan
aksi sosial. Temuan dari penelitian digunakan untuk membangun teori dan untuk memandu
tindakan

6. Perspektif Struktural

Salah satu studi besar pertama yang menunjukkan pentingnya kekuatan struktural
adalah studi tentang kejahatan dan kenakalan remaja di Chicago pada paruh pertama abad
ke-20. Duasosiolog, Clifford Shaw dan Henry McKay, melihat sumber resmi tingkat
kenakalan remaja (penangkapan, keputusan pengadilan, dll.) di lingkungan Chicago
selama tiga periode waktu: 1900–1906, 1917–1923, dan 1927–1933. Ini adalah periode
perubahan cepat di Chicago: gelombang imigrasi berturut-turut oleh kelompok etnis yang
berbeda, industrialisasi yang meningkat, kepadatan penduduk yang meningkat tajam, dan
tingkat mobilitas yang tinggi. Apa yang mereka temukan adalah, dari waktu ke waktu,
tingkat kenakalan remaja tetap tinggi di lingkungan dalam kota, meskipun hampir seluruh
populasi lingkungan telah berubah. Bahkan ketika susunan etnis suatu lingkungan benar-
benar berubah (karena kelompok imigran yang ada pindah ke lingkungan yang lebih
diinginkan dan kelompok imigran baru pindah), tingkat kenakalan remaja yang tinggi tetap
ada. Shaw dan McKay menyimpulkan bahwa itu adalah faktor struktural di lingkungan
(kemiskinan, kepadatan penduduk, dan disorganisasi sosial yang menyertai perubahan
cepat) yang menyebabkan tingkat kejahatan yang tinggi, bukan karakteristik individu yang
tinggal di sana (Shaw dan McKay, 1969 ). Teori yang mereka kembangkan, Teori
Disorganisasi Sosial, masih merupakan teori yang berpengaruh di bidang kriminologi,
tetapi poin umum tentang pentingnya kekuatan struktural memiliki implikasi penting jauh
di luar bidang itu.

Penelitian mereka juga mengilustrasikan perbedaan antara perubahan orde pertama


dan orde kedua. Menulis keluarga sebagai sistem sosial, Watzlawick et al. (1974)
membedakan dua macam perubahan. Perubahan orde pertama mengubah, mengatur ulang,
atau mengganti anggota individu dari suatu kelompok (lingkungan dalam penelitian Shaw
dan McKay). Ini dapat menyelesaikan beberapa aspek masalah. Namun, dalam jangka
panjang, masalah yang sama sering terulang dengan pemeran karakter baru, yang mengarah
pada kesimpulan bahwa semakin banyak hal berubah, semakin mereka tetap sama.
Mencoba untuk mengatasi tunawisma dengan konseling individu tunawisma tanpa
mengatasi pasokan perumahan yang terjangkau merupakan perubahan urutan pertama.
Anda dapat membantu individu itu, tetapi masalah sosial akan tetap ada karena Anda belum
mengatasi semua alasan mengapa tunawisma itu ada.

7. Tingkat analisis ekologi di Psikologi Komunitas

GAMBAR 1.1 Tingkat Analisis Ekologi untuk Psikologi Komunitas


Berikut tingkat analisis ekologi Psikologi komunitas
a) Individu

b) Mikrosistem

c) Organisasi

d) Daerah

e) Makrosistem

f) Tingkat intervensi

8. Ada Tujuh Nilai dalam Psikologi Komunitas

a) Kesehatan Individu dan keluarga

b) Rasa kebersamaan

c) Menghormati keberagaman manusia

d) Keadilan sosial

e) Pemberdayaan dan partisipasi warga

f) Kolaborasi dan kekuatan komunitas

g) Landasan empiris

Pembahasan
Community Psychology Linking Individuals & Communities, adalah Edisi ke 3
yang ditulis oleh Breet Kloos, Jean Hill, Elizabeth Thomas, Abraham Wandersman,
Maurice J. Elias, and James H. Dalton. Buku ini mencerminkan perspektif kepada cara
berpikir yang diterapkan pada banyak situasi kehidupan dan komunitas. Penelitian ini
berfokus pada konteks sosial dan budaya untuk pembelajaran, keterlibatan remaja dalam
pengaturan berbasis komunitas, dan peran seni dalam aksi dan penelitian komunitas. Buku
ini terdiri dari 5 bab, dan pembahasan ini akan berfokus pada Bab 1 terlebih dahulu. Bab 1
menjelaskan pengenalan psikologi komunitas yang memuat dua bagian, yaitu pengenalan
psikologi komunitas dan perkembangan serta praktek psikologi komunitas.

Sebelum itu, mari kita mengenal apa itu Psikologi Komunitas, asal terbentuknya
psikologi komunitas diawali dengan adanya usaha akan kebebasan dan adanya gerakan
kesehatan mental komunitas (dalam Widiningsih Yuli dkk, 2018). Didirikan pada 5 Mei
1965 pada konferensi psikologi klinis di Swamscott, Massachusetts, di Boston. Didalam
konferensi tersebut psikologi klinis membicarakan pembaharuan pendekatan kesehatan
mental yang lebih memberi tekanan pada preverensi daripada treatment dan mentargetkan
pada sistem sosial tempat individu berpartisipasi dalam usaha perubahan sosial ( dalam
Widiningsih Yuli dkk, 2018). Dalam perspektif psikologi komunitas, pengetahuan
dibangun melalui tindakan. Peran psikolog komunitas sering dideskripsikan sebagai
partisipanpengkonseptualisasi (Bennett dalam Bret Kloss dkk, 2014).

Tujuan utama Bab 1 adalah membuat siswa atau pembaca menegosiasikan


pergeseran kognitif ke perspektif psikologi komunitas, dengan memberikan beberapa
latihan salah satunya mengenai tunawisma, melalui latihan ini pembaca didorong untuk
beralih dari pandangan Individualistik tentang penyebab tunawisma ke pandangan
ekologis/struktural. Pergeseran perspektif ini kemudian diperkuat melalui contoh kasus
Elaine yang ceritanya mengilustrasikan bagaimana kehidupan individu terjalin dengan
proses komunitas dan sistem makro dan bagaimana perawatan klinis dapat diperkuat
dengan memahami tingkat analisis ekologis dan mengidentifikasi komunitas, sumber daya.
Hal serupa pernah dibahas pada buku Community Psychology and Community Mental
Health (2014). Terlalu sering, kemiskinan, miskin kualitas perumahan, kurangnya
kesempatan kerja, diskriminasi, isolasi sosial, dan keterasingan “menyapa” orang-orang di
Amerika Utara, Australia, dan Eropa yang meninggalkan institusi besar untuk hidup di
masyarakat (Carling, dkk dalam Brett kloos, dkk 2014)

Di Amerika Serikat, beban kasus untuk profesi kesehatan mental juga telah
meningkat sementara sumber daya untuk layanan kesehatan mental telah dipotong (Burns,
2004). Ketika masyarakat dan pemerintah menjadi lebih konservatif, lembaga pendanaan
menyerukan penelitian psikologis tentang penyebab biomedis penyakit mental daripada
penyebab sosial, dan minat peneliti mengikuti (Humphreys & Rappaport, 1993). Rappaport
menjelaskan bahwa Psikologi komunitas telah lama menekankan peran yang dimainkan
oleh nilai-nilai dan kerangka kerja konseptual dalam memandu definisi masalah, intervensi,
dan penelitian (dalam Nelson, Kloos, Ornelas, 2014).

Setelah diberikan latihan melalui study case mengenai tunawisma dan Elaine,
membuat kita sadar bahwa masih belum ada kesetaran. Ketidaksetaraan kekayaan dan
kesempatan tumbuh di banyak masyarakat, termasuk Amerika Serikat. Ketidaksetaraan ini
dikaitkan dengan kesehatan yang lebih buruk dan hasil negatif lainnya untuk semua orang,
bukan hanya mereka yang berpenghasilan rendah (American Psychological Association,
2010; Kawachi & Kennedy, 2006; Lott & Bullock, 2001). Konsultasi Individu yang
awalnya dilakukan pada case Elaine di buat lebih luas lagi dengan melibatkan
lingkungannya, didukung oleh pernyataan dalam Handbook of Community Psychology
(2000), bahwa konsultasi dapat berfungsi untuk memancarkan perubahan melalui dua
proses yang berbeda, yaitu,: (1) meningkatkan perilaku efektif dari masing-masing
konsultan di seluruh pengaturan dan dari waktu ke waktu, dan (2) mendemonstrasikan
sistem dampak konsultasi dari waktu ke waktu.

Sehubungan dengan proses yang pertama, konsultasi bisa dikatakan memancarkan


perubahan jika orang yang dikonsultasikan menggeneralisasi pembelajaran seputar
masalah atau isu tertentu ke situasi masa depan. Sehubungan dengan proses yang kedua,
konsultasi akan terlihat membawa perubahan, jika kebijakan organisasi baru diterapkan,
struktur atau proses baru dibuat, atau masalah organisasi masa depan diantisipasi dan
ditangani dengan lebih efektif (Rapport. J., Seidman. S., 2000).
Setiap pembaca buku ini kemungkinan besar akan berpartisipasi dalam inisiatif
komunitas seperti ini di masa mendatang, baik sebagai psikolog komunitas, psikolog
konseling klinis, atau profesional kesehatan lainnya, pendidik, peneliti, orang tua, atau
warga negara. Salah satu tujuan buku ini adalah membantu kita melihat dari berbagai
perspektif yang lain.

Community Psychology Linking Individuals & Communities menerangkan bahwa


Orang dan Konteks Saling Mempengaruhi Psikologi komunitas adalah tentang hubungan
orang dan konteks. Konteks memengaruhi kehidupan pribadi, sementara orang, terutama
ketika bertindak bersama dengan orang lain, memengaruhi dan mengubah konteks. Riger
(2001) menyerukan psikologi komunitas untuk menghargai bagaimana orang menanggapi
konteks dan bagaimana mereka dapat menggunakan kekuatan untuk mengubah konteks
tersebut. Fokus psikologi komunitas bukan pada individu atau komunitas itu sendiri tetapi
pada keterkaitannya.

Kemudian buku ini membahas mengenai Tingkat Analisis Ekologi dalam Psikologi
Komunitas menggunakan pendekatan pendekatan Bronfenbrenner. Harkonen (2007)
mencatat bahwa teori ini dipengaruhi oleh teori sosio-kultural Vygotsky dan teori
behaviorisme Lewin. Tingkat analisis ini didalam nya mencakup Individu, mikrosistem,
organisasi dan lokalitas yang semuanya dipengaruhi oleh banyak sistem makro.
Makrosistem menjalankan pengaruh melalui kebijakan dan keputusan tertentu, seperti
undang - undang dan keputusan pengadilan dan melalui proses ideologi dan norma sosial.

Tingkat analisis ekologi adalah alat yang berguna dalam mengubah perspektif
tentang “ke mana harus mencari” untuk mempromosikan perubahan. Memeriksa masalah
secara sistematis di seluruh tingkat analisis dapat mengungkap banyak faktor yang
berkontribusi terhadap masalah tersebut. Salah satu cara di mana tingkat analisis dapat
membantu menyarankan poin intervensi yang tepat adalah melalui konsep struktur mediasi.
Peter Berger dan John Neuhaus (1977) adalah sosiolog yang mengembangkan strategi
untuk mempromosikan kesejahteraan individu dan komunitas melalui pengembangan
struktur mediasi. Inti dari teori ini adalah bahwa masyarakat dapat memaksakan kondisi
stres pada individu, beberapa di antaranya mengalami kesulitan mengatasi stresor tersebut.
Terakhir, pada bab 1 membahas Tujuh Nilai dalam psikologi komunitas, nilai-nilai
pribadi tentang hubungan, akuntabilitas, prioritas perubahan sosial, dan pandangan dunia
politik pribadi kita semuanya membentuk prioritas dan agenda kita untuk kerja komunitas.
Tujuh nilai tersebut adalah ; Kesehatan Individu dan Keluarga, Rasa Kebersamaan,
menghormati keberagaman manusia, keadilan sosial, pemberdayaan dan partisipasi warga,
kolaborasi dan komunitas, landasan empiris. Menurut Dalton, sense of community meliputi
4 elemen, yaitu ; Keanggotaan (membership), Pengaruh (influence), Integrasi dan
pemenuhan kebutuhan, Hubungan emosional.

Kesimpulan

Psikologi komunitas berimplikasi pada banyak bidang yang menyentuh layanan


manusia, termasuk psikologi klinis, konseling dan sosial, administrasi pendidikan,
kesehatan dan pekerjaan sosial. Psikologi komunitas menyangkut hubungan individu
dengan komunitas dan masyarakat, berupaya memahami dan meningkatkan kualitas hidup
individu, komunitas, dan masyarakat. Psikologi komunitas menekankan kolaborasi dengan
komunitas
Daftar Pustaka

Geoffrey, N., Bret, K. & Jose. O. (2014). Community Psychology and Community Mental
Health. United States of America by Oxford University Press.

Harkonen, U. (2007). The Bronfenbrenner ecological systems theory of human


development, Scientific Articles of V International Conference, pp. 1-17

Kloos, B., Hill, J., Thomas, E., Wandersman, A., J. Elias, M., & Dalton, J. H. (2019).
Community Psychology: Linking Individuals And Communities. Cengage Learning.
https://doi.org/10.4324/9781315178028-16

Rappaport, J. & Seidman, E. (Eds.). (2000). Buku pegangan psikologi komunitas. New
York: Kluwer/Plenum.

Yuli, W., Anggia, K, E, M., Hirmaningsih. (2018). Psikologi Komunitas. Pekanbaru Riau.

Anda mungkin juga menyukai