Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN KE-3

POKOK BAHASAN :
PENDEKATAN TEORITIS
TEORI-TEORI TENTANG LANJUT USIA
 Kegunaan Teori
Sebagai pedoman dalam
menginterpretasikan dan menjelaskan
pengalaman, informasi serta hasil-hasil
pengamatan yang berkaitan dengan :
 Proses menjadi tua.
 Jaringan dinamika psikologis, sosial, ekonomis,
fisik dan politis yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya pendayagunaan Lanjut
Usia.
 Nilai-nilai sebagai acuan untuk menangkal
tanggapan negatif terhadap Lanjut Usia dan
mengembangkan kegiatan dan kemandirian Lanjut
Usia.
 Pengkajian, penyaluran dan pendayagunaan
sumber-sumber dalam penanganan masalah Lanjut
Usia dan pendayagunaan Lanjut Usia dalam
pembangunan nasional.
TEORI-TEORI LANJUT USIA YANG BERASAL
DARI GERONTOLOGI SOSIAL
A. TEORI PENGUNDURAN DIRI (DISENGGEMENT
THEORY)
Menurut Cummins dan Henry
 Lanjut Usia :

1. Pengunduran diri secara timbal balik.


2. Penurunan interaksi antara lanjut usia dengan
lingkungan sosialnya (orang-orang lain di
lingkungan sosial)
Pengunduran Diri; Benarkah pengunduran diri
Lanjut Usia bersifat universal dan tidak dapat
dihindarkan) ?
 Tidak semua/tidak dapat digeneralisasikan apalagi
diterapkan di masyarakat yang nilai sosial
budayanya menempatkan Lanjut Usia sebagai
sesepuh/dihormati.
 Tidak merupakan gejala umum Lanjut Usia namun,
merupakan gejala penyimpangan perilaku
individual.
 Tidak semua mengalami (sama dengan kelompok
usia lain, anak-anak, remaja, orang dewasa).
B. TEORI KEGIATAN
(ACTIVITY THEORY)
Lanjut Usia :
 Tetap mempunyai kebutuhan dan keinginan
yang sama seperti masa-masa sebelumnya.
 Tidak ingin mengundurkan diri dari
lingkungan sosialnya.
Menurut Quadagno (1980)
Usia Lanjut Optimal :
Aktif melaksanakan peranan-peranannya di
dalam masyarakat sehingga semangatnya
tetap tinggi. Teori ini baik karena :
 Adanya kesinambungan pekerjaan atau
kegiatan dari tahap sebelumnya.
 Persiapan-persiapan usia lanjut

Usia/pensiun (kegiatan-kegiatan positif,


untuk mencegah terjadinya masalah)
Tidak hanya dilakukan oleh pemerintah
(keluarga, masyarakat)
C. TEORI KELOMPOK MINORITAS
(MINORITY GROUP THEORY)
1. Lanjut usia diperlakukan sama seperti
dialami oleh kelompok minoritas yang
lain (status sosial ekonomi rendah,
diskriminasi dan prasangka); (Barron,
1983).
2. Tidak dapat digeneralisasikan/tidak
dapat diterapkan di masyarakat yang
sangat menghormati lanjut usia),
(bersifat kasuistik).
3. Status sosial ekonomi lanjut usia
tergantung dari pencapaian masa
sebelumnya serta kondisi sosial
ekonomi lingkungan sosial keluarga.
Sistem nilai sosial budaya yang ada di
masyarakat.
4. Diskriminasi dan prasangka
tergantung dari perilaku lanjut usia
sendiri dan pengertian dari
masyarakat.
D. TEORI SUB KULTUR (SUB CULTURE THEORY)
Lanjut Usia merupakan kelompok budaya/subkultur
sendiri di masyarakat dengan ciri-ciri:
1. Antar Lanjut Usia terdapat saling hubungan yang
sangat erat.
2. Hubungan Lanjut Usia dengan kelompok umur yang
lain kurang erat.

Menurut teori ini:


1. Adanya pengelompokan Lanjut Usia di masyarakat:
- Tidak, karena keinginan untuk membentuk
kelompok sendiri.
- Tetapi karena kesempatan fasilitas atau
pelayanan yang khusus bagi Lanjut Usia.
2. Perlu adanya peluang-peluang, hubungan/interaksi
yang harmonis antara anak, orang dewasa dan
Lanjut Usia.
3. Hubungan-hubungan tadi (anak, dewasa, Lanjut
Usia) sangat diperlukan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat agar mengetahui
kebutuhan, kemampuan dan permasalahan Lanjut
Usia.
Dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan
rasa kesetiakawanan sosial masyarakat, mampu
mengembangkan bentuk pelayanan yang berbasiskan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan
Lanjut Usia.
E. TEORI STRATIFIKASI UMUR
(AGE STRATIFICATION THEORY)
Dalam masyarakat, terbagi kelas-kelas umur, sosial,
yang mempunyai ciri termasuk kelas Lanjut Usia
(Riley, 1973).

Menurut teori ini:


1. Mengklasifikasikan kelas penduduk tidak
berdasarkan umur kronologis tetapi alur
kehidupan dan dimensi historis masing-
masing.
2. Mengkaji tentang alur dan pengalaman Lanjut
Usia, diharapkan dapat mengetahui tentang
persepsi, kebutuhan, nilai sosial, perasaan,
kemampuan, harapan, permasalahan Lanjut
Usia.
Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengetahui:
1. Fasilitas kesempatan, pelayanan yang sesuai
untuk kepentingan pada Lanjut Usia
(perorangan/kelompok).
2. Bimbingan dan penyuluhan sosial bagi
keluarga dan masyarakat dalam membantu
meningkatkan kehidupan Lanjut Usia
(materi-materi apa yang diperlukan).
F. TEORI PERTUKARAN SOSIAL
(SOCIAL EXCHANGE THEORY)

Menurut teori ini :


1. Interaksi lanjut usia dan masyarakat
harus dipertahankan karena saling
menguntungkan (Dowd, 1975).
2. Hubungan-hubungan antara lanjut usia
dan masyarakat dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan ekonomis, politis,
dan sosial. Kalau kekuatan lemah,
terjadi masalah.
3. Perlu keterpaduan untuk menangani
lanjut usia (baik secara ekonomis,
politis, sosial), sehingga dapat
diciptakan suasana harmonis di
masyarakat (interaksi yang saling
menguntungkan antara lanjut usia dan
masyarakat).
LANSIA DAN PERSPEKTIF BIOPSIKOSIAL-RELIGIUS
DIMENSI BIOLOGI/FISIOLOGI
 Hooyman dan Kiyak (1999) mengatakan :
Proses penuaan secara biologi merupakan perubahan fisik yang
menyebabkan berkurangnya efesiensi system organ tubuh manusia
seperti jantung dan system sirkulasi. Perubahan-perubahan dalam
wujud fisik seperti: lambatnya tanggapan,kehilangan keberfungsian
motorik dan sensorik, kecenderungan pada keletihan yang lebih
cepat, penurunan tenaga.
 Dimensi Psikologi
Hooyman dan Kiyak(1999) mengatakan proses penuaan psikologi
merujuk kepada perubahan dalam hal proses sensori, proses
persepsi dan keberfungsian mental ( seperti memori, pembelajaran
dan intelegensi),kapasitas penyesuaian dan kepribadian.
 Dimensi Sosial
Hooyman dan Kiyak (1999) mengatakan bahwa proses penuaan sosial
(social aging) merupakan perubahan peranan dan hubungan individu
dalam struktur sosial,misalnya dengan keluarga dan kawan-kawan,
dalam peranan yang berbayar dan tak berbayar, dan dengan
organisasi termasuk kumpulan keagamaan dan politik.
 Dimensi Religius
Perubahan-perubahan fisiologis , psikologis dan sosial turut memberi
pengaruh pada perubahan pada dimensi religius. Lanjut usia yang
dapat menerima hakekat penuaan mereka menganggap hari tua
merupakan peluang untuk pengisian dengan kehidupan beragama.

Anda mungkin juga menyukai