Anda di halaman 1dari 151

Intervensi kelompok dan

komunitas
Fakultas Psikologi
Kasus 1
• Seorang perempuan berusia 19 tahun, sudah menikah punya 2 anak,
pada suatu pagi, dia pergi ke pasar. Tanpa sebab apa-apa, tiba-tiba ia
pingsan di tengah jalan
• Apa penyebabnya
• Jika ternyata dalam satu desa banyak perempuan yang mengalami hal
serupa, program apa yang tepat dilakukan di desa tersebut?
• Penyebab:
1. Stress: layanan konseling
2. Anemia/kurang gizi: pemberian vitamin
• Apa yang terjadi keluarga:
• Apa juga yang terjadi di tingkat desa sehingga banyak perempuan
mengalami anemia dan stress:
Pertanyaan mendasar
• Apa definisi sehat?
Apa arti sehat?
• sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan.
• Aspek kesehatan tidak terbatas pada kesehatan fisik-biologis dan
psikologis semata, namun juga memiliki hak dan akses terhadap segala
sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat individu mendapatkan
standar kehidupan yang layak > konsep keadilan sosial kesetaraan hak
• Health is a state of complete physical, mental and social well-being and
not merely the absence of disease or infirmity (WHO)
• The enjoyment of the highest attainable standard of health is one of
the fundamental rights of every human being without distinction of
race, religion, political belief, economic or social condition (WHO)
Komunitas:
suatu unit sosial yang terdiri dari orang-orang yang tinggal dalam
suatu wilayah geografis yang sama, interdependen, memiliki
keragaman nilai dan latar belakang namun diikat oleh struktur
kemasyarakatan, sistem nilai, sejarah dan kultur budaya yang
sama.

Kelompok:
bagian dari unit sosial, yaitu orang-orang (sekelompok orang)
yang disatukan oleh karakteristik, latar belakang, pencapaian
tujuan atau kegiatan yang sama
Sekumpulan orang yang terdiri dari dua individu atau lebih yang
saling berinteraksi dan terorganisir yang mempunyai kesamaan
kegiatan dan mempunyai tujuan yang sama pula.
• Komunitas: dusun, desa, kelurahan, kecamatan
• Kelompok: kelompok pemuda karang taruna, kelompok pengajian,
kelompok ronda > dapat menjadi entry point atau basis awal
intervensi komunitas
Apa itu Psikologi Komunitas
Psikologi Komunitas
• Mempelajari bagaimana komunitas membawa pengaruh baik positif
maupun negatif terhadap keberfungsian individu dan keluarga di
komunitas tersebut dan juga sebaliknya

Psikologi
• Tiga pendekatan utama dalam psikologi, yaitu Psikoanalisa, Behavioristik
dan Humanistik cenderung menggunakan perspektif individual dalam
memahami persoalan manusia.
• Tiga aliran utama dalam psikologi tersebut juga sebatas melihat pengaruh
keluarga inti terhadap munculnya permasalahan
Individual, kelompok, komunitas, negara
• Psikologi komunitas mencoba memahami keterhubungan yang saling
mempengaruhi antara individu, kelompok, komunitas dan struktur sosial
yang lebih luas lagi seperti, institusi, negara, dan sistem global

Society

Community

Individual
Individual

• Perspektif mikro individual VS Ecological/structural perspective


Mengapa perlu Psikologi Komunitas
Pendekatan medical approach, klinis mikro, psikodinamika, “intra-
psychic, person centered psychology” tidak akan menyumbang pada:
(a) Perubahan transformasi sosial,
(b) Pengembangan program untuk perbaikan seting dan kehidupan
komunitas,
(c) Memajukan pengembangan teori Psikologi dan ilmu lainnya,
terutama yang terkait dengan konteks komunitas;
Contoh kasus
Tunawisma
• Perspektif mikro-individual: Kurang motivasi, stress
• Intervensi: Meyediakan rumah dan lapangan pekerjaan, pelatihan
motivasi, pengelolaan stress

• Perspektif Psikologi komunitas: kurangnya lapangan pekerjaan, akses


pendidikan dan informasi yang minim, keyakinan tentang takdir dan
nasib
• Solusi: advokasi kebijakan, kampanye, pendidikan masyarakat dengan
tujuan mengubah perspektif masyarakat terhadap tunawisma
Contoh kasus klitih
• Perspektif klinis mikro:
• :remaja stress, tertekan di rumah, hubungan orang tua kurang
harmonis, pencarian jati diri remaja, konsekuensi dari tumbuh
kembang remaja
Jika memang demikian, mengapa remaja perempuan yang juga stress,
dan memiliki masalah dengan orang tua tidak terlibat klitih?
Lalu mengapa remaja perempuan yang sama-sama pencarian identitas,
tidak terlibat klitih atau aksi kriminalitas lainnya?

• Perspektif psikologi komunitas:


• Norma maskulintas laki-laki yang merusak
Psikologi Klinis

• Psikodiagnostika diagnosis Intervensi Prevensi

Observasi Konseling dan


Normal/abnormal
Wawancara psikoterapi
Berbasis DSM V
Tes projektif Individu/kelompok
Tes non projektif
Psikologi Komunitas
Banyaknya kasus
Wilayah
Pemetaan Rentang usia
permasalahan & Status pendidikan
penggalian data Status sosial
ekonomi
Jenis kelamin

• assessment analisis & interpretasi intervensi prevensi & promosi

Observasi Semua teori dalam Konseling/psikotera Psikoedukasi,


Wawancara/FGD ilmu psikologi pi kelompok pada penyuluhan,
Survey dengan tinjauan korban, pelaku, sosialisasi,
Studi literatur kerangka ekologi kelompok rentan kampanye
Ciri khas Psikologi Komunitas:
1. Menekankan tanggung jawab bersama / multidisipliner
2. Kolaborasi antar institusi dan disiplin ilmu
3. Fokus terhadap keseluruhan populasi dan sistemnya
4. Menekankan pada prevensi, baik di tingkat individual
maupun komunitas
5. Memperhatikan determinan sosial yang menjadi penyebab
masalah kesehatan masyarakat (Kultur budaya, politik,
ekonomi, pendidikan)
Core values dalam
Psikologi Komunitas
1. Individual wellness
2. Sense of community
3. Social justice
4. Citizen participation
5. Collaboration & community strength
6. Respect for human diversity
7. Empirical grounding
Individual wellness:

sehat secara fisik dan psikis, termasuk adanya kemampuan coping


sosial dan emosional untuk mempertahankan kesehatan itu.
Individu tumbuh dengan konsep diri yang positif, memiliki aspirasi
masa depan dan memiliki keyakinan (spiritualitas).
Sense of community:

Persepsi tentang rasa “dimiliki dan memiliki” antara individu dan


lingkungannya.

Sense of belongingness tersebut tidak hanya di tingkat afeksi,


melainkan juga tercurah dalam komitmen untuk
melakukan/membantu komunitasnya; saling memberi dan menerima.
Social justice:
adalah PEMERATAAN alokasi, kesempatan, akses dan kontrol atas
ketersediaan sumber-sumber daya bagi semua masyarakat.

Citizen participation:
adalah rasa berpartisipasi dan dihormati sebagai anggota masyarakat
karena dapat terlibat dalam merencanakan dan membuat keputusan
publik untuk kesejahteraan bersama.
Collaboration & community strength:
Psikolog bekerja bersama komunitas, dan atau membuka
external link untuk upaya mencapai masyarakat yang sejahtera.

Respect for human diversity:


menghargai perbedaan dan keberagaman yang ada dalam
komunitas dan identitas sosial (ras, usia, pendidikan, dsb.)
Empirical grounding:
menggabungkan riset dan aksi untuk memperbaiki komunitas dalam
mencapai kesejahteraan dan kebaikan bersama → ACTION RESEARCH
Peta Intervensi
Saat permasalahan terjadi
Sebelum Sesudah

Intervensi Primer Intervensi Sekunder Intervensi Tersier

1. Intervensi Primer – pendekatan yang bertujuan mencegah permasalahan sebelum terjadi


2. Intervensi Skunder – pendekatan yang berfokus untuk merespon/menangani segera
permasalahan yang terjadi dengan tujuan mengurangi dampak dan keterulangan kembali
3. Intervensi Tersier – pendekatan yang fokus pada layanan/kepedulian jangka panjang untuk
mengurangi meluasnya dampak permasalahan dan mempromosikan perilaku hidup baru,
fase pemulihan/recovery, prevensi dan promosi
Cakupan / ruang lingkup
Psikologi Komunitas (1)

• Mempromosikan dan pemeliharaan kesehatan (fisik,


mental dan sosial) di tingkat individual hingga tingkat
komunitas (sub sistem dan sistem).
• Mengeksplorasi faktor psikologis dan kultur budaya
yang menyebabkan suatu penyakit (fisik, mental, sosial)
• Mendesain program untuk memperbaiki situasi sosial
masyarakat
• Merekomendasikan perbaikan kebijakan kesehatan

25
• Bagaimana meningkatkan partisipasi pemuda untuk perbaikan sistem
pergaulan remaja di lingkungan RT?
• Bagaimana meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam mengelola
permasalahan hidup? Contoh: Menguatkan resiliensi dan coping?
• Memahamkan tentang pentingnya partisipasi masyarakat untuk
mencapai situasi masyarakat yang sehat secara psikososial
• Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat agar mereka dapat
berperilaku kesehatan yang positif?
Intervensi
• An interaction between a professional and a client that leads to
changes—from a less adaptive state to a more adaptive state—in the
client’s thoughts, feelings, and behaviors.
• Metode yang dapat mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaan
individu, maupun kelompok (Slamet & Markam, 2013)
• kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar
hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang
atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah
memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif maupun
kuratif (Himpsi, 2010)
• Bagaimana dan apa bentuk intervensi yang cocok untuk masing-
masing lingkaran kerangka ekologi? Individu, kelompok dan
komunitas
Tugas kelompok
• Tentukan masalah:
• Bahas lingkup (individual, family, group, community)
• Tuliskan rekomendasi psikoedukasi
Gender dan kesehatan
mental
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2023
Gangguan psikologis laki-laki dan perempuan

Lebih banyak tampil pada Lebih banyak tampil pada


Perempuan: Laki-laki:
• Depresi • Alkoholisme dan obat terlarang
• Gangguan cemas • Tingkah laku antisosial
• Somatisasi • Transeksualisme
• Kepribadian histrionic • Judi patologis
• Kepribadian dependen • Kepribadian paranoid
• Fobia • Kepribadian antisosial
• Bulimia nervosa • Kepribadian kompulsif
• Gangguan makan • Gangguan eksplosif-agresif
Mitos atau fakta?

• Perempuan tiga kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri,


sedangkan laki-laki yang meninggal karena bunuh diri emapt kali lebih
banyak dari perempuan
• Mayoritas pelaku kriminalitas dengan kekerasan adalah laki-laki
• Mayoritas korban kekerasan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan
kekerasan seksual, adalah perempuan
• Lebih banyak perempuan yang datang ke konseling psikologis dibanding
laki-laki
• Perempuan lebih mudah berbagi perasaan dibandingkan laki-laki
• Laki-laki lebih rasional dan perempuan lebih perasa
• Apakah laki-laki terlahir sebagai sosok yang agresif, sedangkan perempuan
dilahirkan sebagai sosok yang punya kelembutan?
• Apakah kodrat laki-laki sebagai pemimpin dan kodrat perempuan mengurus
rumah tangga?
• Apakah kodrat laki-laki itu maskulin dan kodrat perempuan feminin?
• Apakah maskulin dan feminin adalah jenis kelamin biologis yang tidak dapat
diubah atau dipertukarkan?
• Apa perbedaan antara jenis kelamin biologis dan jenis kelamin sosial?
• Apa itu kodrat laki-laki dan perempuan
•Apakah ini kodrat laki-
laki dan perempuan?
•Ayah ke kantor, ibu
menyiapkan makanan?
SEX

Pembagian jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang


merupakan pemberian Tuhan :
1. Bersifat biologis (organ biologis atau fungsi biologis),
2. Tidak bisa dipertukarkan, dimiliki sejak lahir atau kodrati,
3. Tidak bisa diubah dan bersifat universal (dimanapun dan
kapanpun).

Primer : ATRIBUT SEKS Sekunder :


a. Perempuan memiliki a. Perempuan berkulit
alat reproduksi, halus, pinggul lebar
rahim, vagina dan dan buah dada yang
indung telur (ovum) berkembang.
b. LakiLaki-laki b. LakiLaki-laki
memiliki penis, memiliki kumis,
sperma, testis, dan berotot dan bersuara
jakun. rendah.
GENDER
perbedaan laki-laki dan perempuan yang merupakan bentukan sosial,
bersifat non-biologis, bisa berubah dan dapat dipertukarkan, bersifat
kontekstual.
Gender disebut juga sebagai ”jenis kelamin” sosial.

ATRIBUT GENDER

Peran gender maskulin : keberanian, dominasi, tegas, pelindung,


pengayom, bersaing dsb.
Peran gender feminin : penurut, sopan, kelembutan, merawat,
mengasuh, dsb.
Laki-laki sebagai pemimpin, perempuan mengurus rumah tangga
Konstruksi Gender
Maskulin Feminin
Keberanian Kelembutan
Ketegasan Kasih sayang
Bersaing Mengayomi, mengasuh
Pemimpin Kepatuhan
Bekerja di luar rumah Mengurus rumah tangga
TNI/Polri, Ketua Bendahara, sekretaris

• Adakah perempuan yang memiliki keberanian, ketegasan,


mampu bersaing dan menjadi pemimpin?
• Adakah laki-laki yang memiliki kelembutan, kasing sayang,
mengasuh, dan mampu mengurus rumah tangga?
Gender
• Gender berkaitan dengan semua ciri, peran dan kegiatan yang
mempunyai kaitan dengan laki- laki dan perempuan.
• Gender berkaitan dengan bagaimana kita dipahami dan
diharapkan “menjadi laki- laki” dan “menjadi perempuan”.
• Gender berkaitan dengan bagaimana kita diharapkan untuk
berpikir dan bertindak sebagai laki- laki atau sebagai perempuan.
• Gender berkaitan dengan relasi kuasa atau siapa yang memiliki
kekuasaan
Perbedaaan Gender dan Kodrat

Kodrat : Gender :
• Berasal dari Tuhan • Berasal dari manusia-
• Tidak bisa dirubah konstruksi sosial-
budaya
• Tidak bisa ditukar
menurut waktu dan • Bisa dirubah
tempat • Bisa dipertukarkan
Cth : Laki- laki Mimpi menurut waktu dan
basah tempat
Perempuan mestruasi Cth : perempuan lemah
lembut, laki- laki kasar
Permasalahan gender dalam budaya patriarkhi

1. Terjadi pembakuan
• Peran gender maskulin : dianggap hanya pantas dilakukan laki-laki ; ct : menjadi
pemimpin, mencari nafkah, mengayomi,
• Peran gender feminin : dianggap hanya pantas dilakukan perempuan; ct : mengurus
anak, pekerjaan domestik,

2. Dalam Budaya patriarkhi menganggap bahwa peran gender maskulin dianggap lebih
pantas dihargai sehingga lebih banyak diberikan kelebihan dan keistimewaan bagi
pelakunya

Pembedaan inilah yang menimbulkan persoalan ketidakadilan gender


Dampak dari pembakuan peran gender

• Laki-laki berlomba-lomba menjadi maskulin sehingga kehilangan sisi feminin.


Banyak laki-laki yang menolak berbagi peran dalam rumah tangga karena hal itu
dianggap pekerjaan feminin yang pantas dilakukan perempuan.
• Banyak laki-laki menjadi hypermaskulin sehingga melakukan hal-hal yang
beresiko atas nama keberanian
• Perempuan kehilangan sisi maskulin, terutama keberanian dan ketegasan
sehingga tumbuh menjadi sosok yang pasif, penurut, tergantung, dan tidak
mampu memutuskan yang terbaik untuk dirinya sendiri
Kecenderungan gangguan/
masalah psikolog
Kecenderungan gangguan/ masalah psikologis
(lanjutan)
Bias gender dalam intervensi psikologi
Bias gender yang biasa dilakukan oleh
konselor dalam konseling psikologi

• Bias dalam ekspektansi dan devaluasi perempuan. Minat yang


sama namun diberikan label berbeda. Ketika menemukan klien
laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja maka
akan dinilai positif (tanggung jawab, aktualisasi diri), sementara
itu jika pada klien perempuan akan dinilai negatif (ambisius,
pelarian, mengabaikan keluarga, tidak laku, belum dapat pacar)
• Dalam konseling keluarga misalnya, konselor memiliki harapan
agar istri lebih sering melayani suami dan keluarga meskipun ia
juga pencari nafkah utama (beban ganda), mewajarkan perilaku
selingkuh suami ketika istri tidak memiliki waktu melayani
KETIMPANGAN GENDER

• Ada situasi dan kondisi


ketidaksetaraan dimana laki-laki LAKI-
diposisikan lebih tinggi dari
perempuan sehingga timbul LAKI
kesenjangan terhadap AKSES,
PARTISIPASI, MANFAAT, dan KONTROL
antara laki-laki dan perempuan PEREM
PUAN

ANAK

3/20/2023
KETIMPANGAN GENDER

• AKSES --> pendidikan, fasilitas kesehatan, informasi hukum, dan


sebagainya
• PARTISIPASI --> keterlibatan perempuan dalam proses
pengambilan keputusan
• MANFAAT --> dirasakannya hasil dari suatu
keputusan/program/kebijakan bagi perempuan
• KONTROL --> kekuatan untuk mengontrol sumberdaya

3/20/2023
Bentuk ketidakadilan gender
Stereotipe: Pada perempuan dilekatkan sifat negatif yang
merugikan: emosional, tidak rasional, sedangkan laki-
laki sebaliknya
Beban Ganda: Banyak perempuan yang bekerja di dalam rumah dan
di luar rumah (mencari nafkah), dianggap sebagai
sebuah kewajaran. Jam kerja perempuan lebih banyak
dari laki – laki
Marginalisasi/ peminggiran: Marginalisasi lebih bersifat ekonomis,
misalkan dalam pembagian harta warisan laki- laki
didahulukan dari perempuan, Pekerjaan ibu rumah
tidak dihargai uang
Sub ordinasi/ penomorduaan

• Pendidikan perempuan dinomor duakan > pernikahan anak


perempuan
contoh kondisi NTT tamat SD perempuan 33 %, laki- laki 30,11 .
Tamat SLTA perempuan 1,02%, Laki- laki 2,52 %
• Perempuan yang menjadi pemimipin sedikit. Jabatan struktural,
Esalon II sebanyak 44 orang, laki- laki 40 orang (91 %), perempuan
4 orang (9 %)
Beban Ganda/ Majemuk

• Bekerja didalam rumah dan diluar rumah (mencari nafkah),


dianggap sebagai sebuah kewajaran. Jam kerja perempuan lebih
banyak/ tinggi dari laki - laki
Kekerasan terhadap perempuan

• Kekerasan fisik dan psikis


• Pelecehan dan Perkosaan
• Incest
• Penganiayaan
• Penelantaran
COMMUNITY ASSESSMENT
PSIKOLOGI KOMUNITAS
Banyaknya kasus
Wilayah
Pemetaan Rentang usia
permasalahan & Status pendidikan
penggalian data Status sosial
ekonomi
Jenis kelamin

assessment analisis & interpretasi intervensi + prevensi &


promosi

Observasi Semua teori dalam Konseling/psikotera Psikoedukasi,


Wawancara ilmu psikologi pi kelompok pada penyuluhan,
FGD dengan tinjauan korban, pelaku, sosialisasi,
Survey kerangka ekologi kelompok rentan kampanye
PRA Advokasi
COMMUNITY NEED ASSESSMENT
To facilitate the work of community leaders, agency staff, and university practitioners, in
identifying the concerns and strengths of a community
To develop initiatives to address the needs brought forth by the assessment process
PLANNING AND ORGANIZING
Pengumpulan informasi awal, termasuk data kasus tentang suatu permasalahan kesehatan
mental dalam suatu wilayah, kultur budaya > studi literatur
Pemetaan besaran permasalahan yang sedang terjadi
Pemetaan data demografi terkait permasalahan kesmen, meliputi:
Wilayah mana saja yang terdampak paling serius
Kelompok usia
Kelas sosial ekonomi
Jenis kelamin
Prioritas wilayah intervensi dan Identifikasi stakeholders
NEED ASSESSMENT
Menentukan metode yang akan dipakai dalam need assessment, ct; survey
wawancara personal
diskusi kelompok terarah
konsultasi publik
Menentukan kontak awal di komunitas, ct: ketua RT/RW, ketua pemuda
Siapa saja yang akan dilibatkan dari komunitas
Data atau permasalahan apa saja yang akan digali atau dikonfirmasi dengan
komunitas
Kekuatan yang dimiliki komunitas (ct: sdm, sda, kultur budaya, dll)
CARA PANDANG POSITIVISME
Pengetahuan dibangun secara ekslusif oleh civitas akademika berdasarkan kajian
empiris
Menguji hipotesis
Menekankan objektivitas dan netralitas
Generalisasi
Menekankan pentingnya ukuran yang standar dalam mengkaji permasalahan
(pendekatan kuantitatif) > masyarakat menjadi subjek pengujian hipotesis yang pasif
Perencanaan, pelaksanaan dan kesimpulan akhir penelitian dilakukan oleh peneliti >
peneliti memegang kendali penuh
CONSTRUCTIVISM
Pengetahuan dibangun secara kolaboratif antara peneliti dan partisipan penelitian
(masyarakat)
Pengetahuan adalah hasil interaksi sosial antara peneliti dan partisipan melalui
hubungan timbal balik saling memahami (Mutual understanding)
Memahami permasalahan berdasarkan konteks sosialnya dan melalui sudut pandang
masyarakat (bagaimana masyarakat memaknai diri dan lingkungannya) >
fenomenologi
PARTISIPASI MASYARAKAT
Suatu proses pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
diri mereka sendiri dan lingkungan tempat tinggalnya (K. Heller et al., 1984, p. 339)
CARA BELAJAR ORANG DEWASA
Orang dewasa ingin tahu terlebih dahulu alasan mengapa mereka harus mempelajari hal-
hal baru sebelum memutuskan untuk mempelajari atau mencari informasi baru.
Orang dewasa cenderung menganggap pengalaman hidupnya adalah hal yang berharga
yang akan mereka gunakan dalam menyaring informasi baru.
Orang dewasa akan merasa siap untuk mempelajari hal-hal baru ketika mereka merasa
butuh untuk mengetahuinya.
Orang dewasa lebih memilih metode belajar yang berbasis kemandirian, yang memberikan
kebebasan bagi mereka untuk mencari sendiri.
Orang dewasa cenderung menolak nasehat dan arahan untuk mengikuti nilai dan norma
baru. Oleh karena itu tidak perlu mengajak mereka berdebat, melainkan mengajak mereka
merenungkan kembali tentang apa nilai dan tujuan hidup yang mereka yakini sudah sesuai
dengan hasil dan fakta yang terjadi.
FOCUS GROUP DISCUSSION (DISKUSI KELOMPOK
TERARAH)
Exploration : Menggunakan pertanyaan terbuka untuk menggali nilai, norma dan cara
pandang atau perspektif para peserta dalam melihat data suatu
permasalahan
Mini-lecturing and information giving: Memaparkan informasi dari hasil kajian atau penelitian
terkait permasalahan yang sedang dibincangkan dengan masyarakat
Clarification: Menanyakan kembali pernyataan yang ambigu
Building gap: Membangun diskrepansi antara tujuan, nilai, norma, perilaku dan dampaknya
Summarizing: Menyimpulkan dan merefleksikan kembali semua pernyataan kepada para
peserta sekaligus meminta pendapat mereka
DISKUSI KELOMPOK TERARAH
Menentukan hal apa yang akan dibicarakan atau digali lebih dalam
Peserta homogen atau heterogen
Ada fasilitator dan note taker
Waktu maksimal 2 jam
Peserta terbatas
DISKUSI KELOMPOK TERARAH
Perkenalan antara fasilitator dan anggota tim serta para partisipan
Jelaskan maksud dan tujuan diadakannya diskusi kelompok terarah
Jelaskan bagaimana proses yang akan dilalui oleh peserta selama diskusi
Jelaskan mengenai manfaat diskusi dan prinsip-prinsip kerahasiaan jika ada
Jelaskan juga mengenai hak para partisipan selama atau setelah mengikuti diskusi
Di akhir sesi, fasilitator memberikan kesimpulan kepada para peserta dan meminta
komentar mereka jika ada tambahan atau sanggahan
Mengenal stress
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2023
Stress

 Merupakan reaksi biologis dan psikologis ketika individu mengalami situasi yang
membebani atau menekan, misalnya ketika merasa terancam
 Semua orang mengalami stress, tak terkecuali bayi
 Tubuh manusia akan bereaksi ketika merespon hal-hal yang tidak menyenangkan
disekitarnya.
 Reaksi tersebut terjadi secara biofisiologis yang melibatkan susunan syaraf pusat
dan hormon-hormon yang bertujuan menyiapkan manusia untuk segera
mengambil tindakan atas situasi yang tidak menyenangkan tersebut > fight or
flight
Overview of the Stress Process
Adrenalin
 Menyiapkan respon flight, fight, freeze ketika berada dalam situasi yang
dianggap mengancam
 Merangsang jantung untuk berdetak lebih cepat dan bekerja lebih keras,
 membuat kewaspadaan meningkat, meningkatkan aliran darah ke otot,
 meningkatkan metabolisme gula,
 membuat perubahan lain guna mempersiapkan tubuh menghadapi keadaan
darurat.
Kortisol
 Di saat stres, tubuh menghasilkan lebih banyak hormon kortisol sebagai bentuk
kompensasi
 Kortisol merupakan hormon yang berperan dalam mengatur kekebalan tubuh,
mengkonversi protein menjadi glukosa, memelihara tekanan darah
 tingkat hormon kortisol tinggi bisa memengaruhi bagian hippocampus di otak,
bagian yang berperan penting dalam kemampuan berpikir dan mengingat.
 mereka yang memiliki kadar kortisol tinggi juga memiliki volume otak yang lebih kecil
dibanding mereka yang kadar kortisolnya lebih rendah.
 kemampuan seseorang dengan kadar kortisol tinggi dalam mengingat dan
menyelesaikan ujian yang diberikan lebih buruk dibanding mereka yang kadar
kortisolnya normal.
 http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/hubungan-antara-kortisol-depresi-dan-gangguan-berpikir
Norepinephrine

 Fungsi hormon Norephnephryne adalah untuk membuat individu


tetap terjaga selama mengalami stres agar menjadi lebih
waspada, dan fokus pada masalah.
 Norepinephrine membantu mengalihkan aliran darah pada tempat
yang tak terlalu membutuhkan untuk bagian tubuh lain yang lebih
penting, misalkan otot atau otak yang membuat individu bisa
menghadapi bahaya dengan baik.
Stress, emosi dan Amygdala
 Amygdala merupakan bagian dari otak yang memiliki peran penting dan sangat
menentukan dalam emosi, terutama emosi negatif seperti takut, sedih, kecewa.
 Amygdala berfungsi mengevaluasi informasi sensorik yang diterima, dan kemudian
dengan cepat menentukan kepentingan emosionalnya, dan membuat keputusan
untuk mendekati atau menjauhi suatu objek atau situasi
 Di saat otak melihat ada “ancaman”, amygdala akan membajak mekanisme berpikir
rasional dan menyiapkan respon super cepat yang hanya terdiri dari tiga
pilihan: Flight, Fight, Freeze.
Stress adalah normal, namun…
 Stress adalah hal yang normal.
 Stress menunjukkan bahwa ada beberapa situasi dalam hidup yang membutuhkan
perhatian untuk segera diselesaikan atau dipecahkan
 Stress yang terkendali akan membuat kita termotivasi untuk bergerak memecahkan
persoalan sehingga kehidupan individu menjadi berkembang
 Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres yang terus menerus dapat
merusak hippocampus. Ketika kita mengalami stres, tubuh melepaskan hormon kortisol dan
adrenalin, yang memobilisasi tubuh untuk merespon peristiwa yang membuat stress.
 Kelebihan hormon kortisol ketika stress tidak terkendali dapat menghambat pertumbuhan
immune system
 Hormon stress tersebut akan memacu jantung dan peredaran darah lainnya untuk bekerja
lebih cepat. Dan jika terus menerus maka beresiko mengalami permasalahan jantung dan
peredaran darah >serangan jantung, imunitas tubuh melemah sehingga mudah sakit
 Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa kadar kortisol yang tinggi dapat
merusak atau menghancurkan sel di hippocampus.
Contoh respon perilaku terhadap stress

 Behavioral Responses
 Frustration-aggression hypothesis
 catharsis
 defense mechanisms
 Coping
 Reappraisal
 Confronting problems
 Using humor
 Expressing emotions
 Managing hostility
Sumber stress

 Fisiologis: semua hal yang berhubungan dengan kondisi dan kualitas fisik
seseorang
 Psikologis: Persepsi individu atas sesuatu yang kemudian memunculkan emosi
negatif seperti; sedih, kecewa, marah
 Natural disasster
 Proses adaptasi individu terhadap situasi dan kondisi lingkungkan yang
menyebabkan individu merasa tertekan
 Kultur budaya: Masing-masing kultur budaya memiliki pengaruh yang signifikan
tentang bagaimana stress terbentuk. Kultur budaya juga mempengaruhi
bagaimana cara seseorang menghadapi sumber stress
Stress dan Budaya
Budaya
 serangkaian nilai, keyakinan, cara pandang, ritual dan institusi darisebuah kelompok
atau populasi (Morris, 1969; dalam Brooks, 2011)
 Cara hidup yang ada pada sekelompok manusia, yang berkembang dan kemudian
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya
 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sejarah, agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
14

Cultural Cultural reaction


definition of or
display rules
event Outcome :
Antecedent
Inner state Facial expression,
event other acts

Heider (1997)
 Faktor budaya mempengaruhi terbentuknya stress
dan kualitas kesehatan mental melalui sejumlah
faktor

1. Budaya menentukan tipe dan parameter fisik dan stressor psikososial


2. Budaya menentukan tipe dan parameter mekanisme koping dan sumber yang
digunakan memediasi stessor
3. Budaya menentukan dasar kepribadian, termasuk, namun tidak terbatas, struktur
diri, konsep diri, dan kebutuhan/sistem motivasi
4. Budaya menentukan sistem bahasa individu, dan bahasa membantu kita dalam
mempersepsikan, mengklasifikasikan, dan mengorganisasikan respon kenyataan

(Leighton & Murphy, 1961; Marsella, 1982, 1987; dalam Kitayama &Cohen, 2007)
Lanjutan…

4. Budaya menentukan standar normal, penyimpangan, dan


kesehatan individu dan masyarakat. Ini berpengaruh terhadap
kesehatan dan sikap, seperti treatment dan praktik.
5. Budaya menentukan pengklasifikasian berbagai gangguan dan
penyakit. Seluruh gangguan mental merupakan spesifikasi
budaya, dan tidak sesederhana didesign oleh para profesional
Barat sebagai gangguan eksotis
6. Budaya menentukan pola pengalaman dan pengekspresian
psikopatologi,termasuk faktor kemunculan, manifestasi,
perjalanan, dan hasilnya
Effects of Stress: Physical

 Psikosomatis
 Penyakit jantung
 Type A behavior - 3
elements
 strong competitiveness
 impatience and time
urgency
 anger and hostility
 Emotional reactions and
depression
 Stress and immune
functioning
 Reduced immune
activity
Dampak stress: Perilaku dan psikologis

 Impaired task performance


 Burnout
 Psychological problems and disorders
 Positive effects
Psikologi Positif

 Dari perspektif psikologi positif, dampak stress tidak selalu negatif.


Stress dapat meningkatkan pertumbuhan personal atau
peningkatan kualitas pribadi, mendorong individu untuk
mengembangkan keterampilan baru, mengevaluasi prioritas dalam
hidup, mendapatkan insights tentang kehidupan dan membangun
kekuatan diri.
 Keberhasilan seseorang dalam menghadapi stressor akan
menyebabkan seseorang memiliki kemampuan coping yang baik
dan meningkatkan self-esteem
Factors Moderating the Impact of
Stress
 Social support
 Increased immune functioning
 Optimism
 More adaptive coping
 Pessimistic explanatory style
 Conscientiousness
 Fostering better health habits
 Autonomic reactivity
 Cardiovascular reactivity to stress
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2023
Jenis kelamin mana yang:
▪ Memiliki usia harapan hidup lebih pendek?
▪ Lebih sering meninggal dunia karena kecelakaan di jalan raya?
▪ Lebih sering meninggal karena bunuh diri atau pembunuhan?
▪ Lebih sering terlibat perkelahian, kekerasan dan gangster?
▪ Lebih sering mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras?
▪ Lebih sering meninggal karena over dosis penggunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain)?

▪ Apakah hal tersebut berhubungan dengan bagaimana menjadi laki-


laki/perempuan?
https://badungkab.go.i
d/instansi/disdukkbppp
a/baca-
berita/1867/Perbanding
an-Angka-Harapan-
Hidup-Antara-Laki--
Laki-dan-Perempuan-
▪ Maskulinitas adalah cara hidup menjadi seorang laki-laki sejati
▪ Maskulinitas adalah seperangkat nilai, norma dan karakteristik kepribadian yang
diciptakan masyarakat secara khusus hanya kepada laki-laki melalui berbagai
institusi sosial dan tradisi sehingga mempengaruhi pembentukan jati diri dan
keyakinannya tentang sosok laki-laki ideal (Connell, 1995)
▪ Keyakinan tentang laki-laki ideal ini mempengaruhi perilaku laki-laki sehari-hari
▪ Maskulinitas tidak bersifat tunggal (masculinity), melainkan bersifat jamak
(masculinities) karena banyak cara untuk menjadi seorang laki-laki, berikut pula
identitas para laki-laki yang juga tidak tunggal
▪ Namun ada maskulinitas yang bersifat dominan dan diidealkan oleh mayoritas
laki-laki dalam suatu masyarakat, dan ada maskulinitas yang bersifat subordinat
atau tidak populer namun dipraktekkan oleh sedikit laki-laki.
▪ maskulinitas yang dominan ini bersifat hegemonik (hegemonic masculinity), yaitu
dibakukan dan menjadi standar tunggal identitas kelelakian dan ukuran normal
tidaknya seorang laki-laki.
▪ Karakteristik maskulinitas dominan yang hegemonik tersebut cenderung
mengagungkan keberanian, kekuatan fisik, agresifitas, kekerasan, dominasi dan
superioritas laki-laki atas laki-laki lain, terutama terhadap perempuan dan anak.
▪ Maskulinitas dominan yang hegemonik cenderung diperlawankan dengan karakteristik
atau hal-hal yang bersifat feminin, seperti kelembutan, kasih sayang, keuletan, perasaan
atau emosi, dan kehangatan.
▪ Akibatnya banyak laki-laki yang berusaha menekan karakteristik feminin dirinya. Hal
ini karena feminintas dianggap sebagai milik perempuan
▪ Misalnya, keberanian laki-laki diterjemahkan dengan
berani melakukan perilaku beresiko tinggi (risk taking
behaviours) bagi kesehatan dan terkadang melanggar
hukum
▪ Mayoritas remaja laki-laki percaya bahwa “kejantanan
sebagai laki-laki” akan terbukti apabila seseorang
berani melakukan tindakan ‘maskulin’ tertentu seperti
misalnya merokok, minum, dan ‘menaklukan
perempuan’.
▪ dalam kehidupan laki-laki muncul istilah “mari kita
selesaikan secara laki-laki”, yaitu suatu cara
penyelesaian masalah dengan cara kekerasan fisik
▪ Atas nama keberanian, banyak laki-laki
yang terlibat perkelahian jalanan hingga
ada korban jiwa
▪ Banyak laki-laki yang melakukan
kekerasan terhadap perempuan
▪ Banyak laki-laki terlibat tindak
kriminalitas kekerasan
▪ Banyak remaja laki-laki yang melakukan
perilaku seksual beresiko
▪ Pada akhirnya maskulinitas menjadi doktrin kejantanan bagi laki-laki jika ingin
mendapatkan predikat sebagai laki-laki sejati
▪ munculnya derajat kelelakian seorang laki-laki secara sosial berdasarkan
seberapa mampu ia mengadopsi maskulinitas dominan yang hegemonik tersebut.
▪ remaja laki-laki yang tidak punya pacar, masih perjaka, tidak memiliki geng, tidak
tawuran, tidak merokok, tidak terlibat penyalahgunaan obat-obatan terlarang akan
dilecehkan kelompok sebayanya atau dipandang sebagai cowok yang feminin atau
lemah
▪ Laki-laki jenis ini sering menjadi korban bullying
▪ Norma kelompok ini berlanjut dalam pergaulan psiko-
sosio-kultural yang lebih luas lagi dimana ada toleransi
yang besar dan menganggap normal terhadap laki-laki
yang melakukan hal-hal beresiko, kasar, nakal,
dominan, dsb.

▪ Terlebih lagi dalam keluarga, dimana anak mencontoh


dan menjadikan orang tuanya (Ayah dan kakak laki-
laki) sebagai model yang ia tiru tindakannya (role-
model).
ANALISIS KONTEKS DALAM Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana
INTERVENSI KOMUNITAS Yogyakarta
INTERVENSI KOMUNITAS
Creating healthy community environments through broad systemic changes in public
policy and community-wide institutions and services.
Membangun lingkungan yang sehat melalui perubahan yang sistemik pada ranah
budaya, sistem nilai, kebijakan dan pelayanan
Fokus pada upaya pencegahan dengan promosi Kesehatan
Dalam intervensi komunitas, selain menggunakan kerangka ekologi dalam memahami
konteks permasalahan, maka dapat juga menggunakan analisis resiko, distal,
proximal, dan protective
RISK FACTORS
Karakteristik individu (biologis dan psikologis) maupun situasi yang dapat meningkatkan
probabilitas (kemungkinan) seseorang untuk mengalami permasalahan perilaku dan
kesehatan mental
Hal ini termasuk faktor bawaan yang bersifat genetis, misalnya anak yang orang tuanya
menderita diabetes, maka ia memiliki resiko tinggi mengalami diabtes meskipun belum tentu.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh kekerasan, bahkan menjadi korban kekerasan
maka memiliki resiko permasalahan psikologis di kemudian hari
DISTAL FACTORS
Segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan yang dialami namun
justru yang melatarbelakangi, mendasari dan memelihara faktor resiko individu, keluarga maupun
komunitas untuk secara terus menerus mengalami permasalahan kesehatan mental
Distal factors membawa pengaruh yang bersifat makro terhadap permasalahan Kesehatan mental
individu ataupun komunitas
Contohnya adalah kemiskinan, situasi sosial politik dan keamanan, resesi ekonomi, kultur budaya,
norma sosial, konstruksi gender, mitos
Semua contoh di atas secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang individu yang
selanjutnya mempengaruhi perilakunya
PROXIMAL FACTORS
Segala sesuatu yang menjadi pemicu langsung (trigger) permasalahan perilaku dan
kesehatan mental terjadi
Misalnya konflik interpersonal dengan orang lain atau konflik suami istri > langsung memicu
permasalahan perilaku beresiko sebagai bentuk coping
Ajakan teman untuk pesta miras dapat memicu langsung permasalahan yang lain
Melihat content pornografi > langsung memicu kekerasan seksual
PROTECTIVE FACTORS
Segala hal yang dapat dikategorikan sebagai sumber kekuatan yang berasal dari
individu, keluarga maupun komunitas dalam mencegah dan mengatasi suatu
permasalahan kesehatan mental (life skills, kepribadian yang kokoh, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai hidup, religiusitas, sahabat, keluarga, dukungan sosial)

Sumber daya personal (hal-hal positif dalam diri individu)


Sumber daya interpersonal (dukungan keluarga dan teman-teman)
Sumber daya komunitas (sistem sosial, kebijakan, norma sosial yang positif)
PENYAKIT JANTUNG
Risk factors Protective factors
-alkoholik - Perhatian teman-teman yang tinggi
-perokok - Memiliki pengetahuan tentang penyakit jantung
-keluarga perokok - Tinggal di komunitas yang religious
Teman-teman perokok dan alkoholik
-keluarga dengan riwayat penyakit jantung
-pola makan buruk
-pola hidup tidak sehat

Distal factors Proximal factors


-norma maskulinitas/kejantanan yang abai - Kelelahan
terhadap gaya hidup sehat - Tekanan kehidupan
-Tidak ada aturan tentang iklan rokok
-
Individu yang alkoholik, perokok berat, dan berasal dari keluarga yang memiliki
penyakit jantung maka ia memiliki resiko menderita penyakit jantung (Risk factors).
Namun hal ini belum tentu membuat ia mati karena serangan jantung, tergantung
faktor yang lain.
Misalnya, jika ia adalah laki-laki yang menganut norma maskulinitas bahwa laki-laki
sejati harus merokok, harus macho, maka hal ini semakin membuat ia menjadi
perokok berat dan abai dengan gaya hidup sehat karena dianggap mengurangi
derajat kelelakiannya (Distal factors)
Maka laki-laki jenis ini tinggal menunggu faktor pemicu saja, misalnya suatu saat ia
mengalami kelelahan karena kurang tidur, maka kelelahan ini menjadi pemicu
serangan jantung yang berakibat kematian (proximal factors),
BUNUH DIRI
Risk factors Protective factors
- Sakit berkepanjangan - Religiusitas
- Minim akses informasi kesehatan - Kepedulian keluarga dan tetangga tinggi
- Pribadi yang tertutup - Ada program peningkatan kualitas hidup dari
- Tidak memiliki keterampilan dalam mengelola pemerintah desa
permasalahan
- Kemampuan regulasi emosi buruk
- Memiliki keluarga dengan riwayat ODGJ

Distal factors Proximal factors


- Kemiskinan - Sakit kambuh
- Kondisi geografis buruk - Konflik interpersonal/rumah tangga
- Mitos
Individu yang berkepribadian tertutup dan ia punya sakit yang sudah lama tidak
sembuh. Dia juga tidak memiliki keterampilan dalam mengelola emosi negatif (Risk
factors). Maka individu ini beresiko mengalami stress akut dan depresi atas situasi
yang dihadapi, namun belum tentu.
Jika ternyata dia tinggal di daerah terpencil, jarang dijamah program pemerintah,
dan tingkat kemiskinan di tempat itu tinggi (Distal factors) maka resiko ia mengalami
permasalahan Kesehatan mental yang lebih buruk semakin tinggi
Jika suatu saat sakitnya kambuh atau dia mengalami konflik dengan orang lain,
maka hal ini dapat memicu langsung ia bunuh diri (proximal factors)
GENG MOTOR
Risk factors Protective factors
-keluarga tidak berfungsi optimal - Religius
-perhatian orang tua terhadap anak kurang - kepedulian guru dan teman-teman
-permasalahan eksistensi diri - Patuh dan hormat pada orang tua
-permasalahan biopsikologi tumbuh kembang remaja

Distal factors Proximal factors


-budaya maskulin/norma maskulinitas yang abai terhadap - Ajakan teman
gaya hidup sehat - Stress di sekolah dan di rumah
-tayangan kekerasan di televisi
-
PERNIKAHAN USIA DINI
Risk Factors Protective Factors
- Kehamilan tidak dikendaki - Punya cita-cita tinggi
- Permasalahan seputar tumbih kembang remaja: - Religius
dorongan biologis, rasa ingin tahu yang tinggu
- Pola asuh orang tua yang permisif atau otoriter
dengan kekerasan
- Pacaran

Distal Factors Proximal Factors


- Kemiskinan - Menonton konten porno
- Seksualitas dianggap hal yang tabu - Keluarga terlilit hutang atau kebutuhan hidup yang
- Tidak ada kebijakan tentang program pendidikan mendesak
seksualitas dan kespro sejak dini - Anjuran teman/tokoh masyarakat
- Pemahaman bahwa menikah adalah
solusi/menghindari zina
- Norma gender tradisional
- UU No.1/1974 batas minimal usia menikah 16
tahun (perempuan) dan 19 tahun (laki-laki)
Remaja belia putri yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki, maka beresiko
dinikahkan untuk menutupi aib, namun belum tentu (risk factors)
Jika ia tinggal di lingkungan yang miskin dan menganggap bahwa perempuan tidak
perlu sekolah tinggi karena kodratnya di dapur (distal factors), maka besar
kemungkinan ia akan dinikahkan pada usia belia
Dan jika ternyata keluarganya pada saat itu terlilit hutang maka hal ini akan
menjadi pemicu langsung ia segera dinikahkan (proximal factors)
Remaja belia laki-laki tidak pernah mendapatkan pendidikan seksual dan Kesehatan
reproduksi, sementara itu fase tumbuh kembang remaja membawa konsekuensi
munculnya rasa tertarik dengan lawan jenis dan dorongan biologis (Risk factors),
maka ia beresiko menyalurkan rasa ketertarikan dan hasrat biologisnya dengan cara
yang beresiko > hubungan seksual sebelum menikah
Sementara itu ia tumbuh di lingkungan yang meyakini bahwa seksualitas adalah hal
yang tabu untuk dibicarakan (distal factors). Hal ini membuat ia tidak berani
bertanya tentang yang ia rasakan dan alami terkait tumbuh kembang dirinya
Jika suatu saat ia menonton content pornografi (proximal factors), hal ini dapat
memicu langsung perilaku bermasalah
INFEKSI COVID-19
Orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes, asthma, gangguan ginjal, dan gaya
hidup yang abai dengan kesehatan akan memiliki resiko tinggi mengalami dampak
buruk dari covid 19 hingga ke kematian > risk factors
Hal tersebut diperparah jika ia tinggal dalam suatu kultur budaya yang abai
dengan kebiasaan cuci tangan dan memakai masker jika sakit, atau hidup dalam
keterbatasan ekonomi sehingga gaya hidup sehat belum menjadi prioritas utama
dibandingkan aktivitas mencari nafkah > distal factors
Jika ke dua faktor tersebut tinggi, maka tinggal menunggu pemicunya, misalnya ia
memutuskan pulang kampung, atau bepergian di wilayah pusat infeksi covid 19 dan
berinteraksi dengan orang yang sudah terinfeksi > proximal factors
MEMANFAATKAN PROTECTIVE FACTORS DALAM
PROMOSI KESEHATAN
Dalam kampanye hidup sehat, maka kita bisa memanfaatkan protective factors untuk
memunculkan kesadaran individu
Yaitu dengan memanfaatkan nilai-nilai positif yang ada pada diri individu atau komunitas
untuk mengubah perilakunya
Hal ini penting dilakukan agar kampanye Kesehatan yang dilakukan tidak melulu
menggunakan bahasa medis yang sulit dimengerti oleh orang awam
Contoh penggunaan protective factors dalam kampanye Kesehatan:
Pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat > orang Indonesia sangat religius
(faktor kekuatan) sehingga himbauan dari tokoh agama terkadang lebih didengar
daripada pemerintah
Kampanye dilakukan dengan pendekatan keagamaan, dengan mengutip ayat atau
hadist
Masyarakat Indonesia sangat menyayangi keluarganya, maka himbauan hendaknya
dikaitkan dengan keluarga di rumah, misalnya “jaga keluarga anda di rumah dengan
menunda mudik”
JENIS INTERVENSI KOMUNITAS
Penyuluhan
Psikoedukasi
Kampanye
Pelatihan keterampilan
Pelibatan tokoh masyarakat/agama
Diskusi kelompok terarah
Diskusi public
Workshop
Seminar
Advokasi kebijakan
MEDIA DAN FORUM INTERVENSI KOMUNITAS
Iklan layanan masyarakat
Rembug desa
Arisan RT/RW
Pengajian keagamaan
Penyebaran leaflet/poster
Iklan surat kabar, majalah dinding, dll
Siaran radio dan televisi
Social media/internet
Kesenian dan kebudayaan
SASARAN INTERVENSI KOMUNITAS
Kelompok
Keluarga
Tokoh masyarakat/agama
Perangkat desa/dusun
Pekerja seni
Institusi pendidikan
Institusi agama
Pemerintah
LATIHAN!
https://www.youtube.com/watch?v=jG1VNSCsP5Q
Intervensi
Kelompok

Fakultas Psikologi

Universitas Mercu Buana Yogyakarta


Intervensi kelompok

– Tujuan dari intervensi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri dan
pengetahuan para pesertanya agar mereka mampu membuat perubahan
– Hal ini dilakukan melalui proses pemberian umpan balik yang dilakukan oleh
sesama peserta dengan difasilitasi oleh terapis atau konselor kelompok
– The power is in the social power of the group. (kekuatan untuk mengubah
kelompok berada pada dinamika kelompok)
Bentuk-bentuk Intervensi
Kelompok
– Konseling kelompok (termasuk konseling keluarga dan pasangan)
– Psikoterapi kelompok (Ct: kelompok terapi CBT, anonymous group therapy)
– Psikoedukasi kelompok
– Penyuluhan kelompok
– Dynamic Group Therapy.
– Relapse Prevention Groups.
– Mutual Self-Help Groups.
– Network Therapy.
Mengapa intervensi
kelompok penting?
– Keterampilan baru dapat dicapai lebih efisien dan efektif dengan bantuan orang
lain dalam suatu kelompok
– Biasanya "lebih mudah" mengubah seseorang ketika ia dimasukkan dalam
kelompok daripada mengubah mereka secara individual dalam konseling
– Kelompok memiliki kekuatan pengaruh untuk membantu individu mengubah
cara berpikirnya sehingga para individu mau belajar keterampilan interpersonal
baru yang penting dalam kehidupan mereka.
Mengapa intervensi
kelompok penting?
– Kekuatan teman sebaya dalam kelompok intervensi membuat orang fokus pada
masalah yang perlu mereka selesaikan.
– Kelompok memberikan suara kepada individu dalam mendefinisikan diri mereka
sendiri.
– Kelompok mempromosikan kekompakan dan kerja tim.
– Kelompok dapat membantu orang belajar dan mempraktikkan keterampilan
dan perilaku baru yang penting dalam lingkungan yang aman.
– Kelompok memberikan jalan bagi sebagian orang untuk bertahan hidup atau
beradaptasi di tengah kesulitan.
Tugas utama fasilitator dalam
intervensi kelompok
– Membentuk dan memelihara dinamika kelompok
– Membangun budaya atau kebiasaan yang positif dalam kelompok
– Memunculkan harapan baru dan menjaga kesadaran here and now
– Menggali pengalaman hidup yang berharga dari para peserta agar menjadi
pengetahuan yang berharga bagi peserta yang lain
Membentuk dan memelihara
dinamika kelompok
– Menyeleksi dan merekrut anggota kelompok berdasarkan kriteria tertentu
sesuai tujuan intervensi
– Menyiapkan modul beserta materi intervensi kelompok
– Merancang strategi intervensi kelompok agar terbangun kohesivitas antar
anggota/partispan
Membangun budaya yang positif
dalam kelompok
– Membangun norma atau atau aturan tertulis agar proses diskusi berjalan
lancar
– Membangun an unwritten code of behavioural rules (norma perilaku tak
tertulis)
– Menciptakan ruang dan membuka kesempatan bagi semua
anggota/partisipan untuk dapat menjadi agent of change dalam kelompok
terapi yang sedang diikuti
– Menciptakan strategi untuk menggali pengalaman hidup partisipan dan
menjadikan pengalaman hidup tersebut sebagai pengetahuan bersama di
dalam kelompok > mendorong semua partisipan untuk berbicara dan
menjadi actor perubahan di dalam kelompok terapi
Norma dalam kelompok terapi

– Acceptance and support, universality, advice, interpersonal learning,


altruism and hope
– Keterlibatan aktif dari seluruh partisipan
– Penerimaan dan tidak menghakimi (non-judgmental)
– Terbuka dengan pemikiran dan informasi baru
– Bersedia menceritakan sikap dan pengalaman diri sendiri
– Inklusif dan mau membuka diri (self-disclosure)
Contoh aturan tertulis dalam
intervensi kelompok
– Wajib menjaga kerahasian semua hal yang diceritakan dalam diskusi
– Saling menghormati, jika ada peserta yang berbicara, yang lain mendengarkan
– Tidak boleh memotong pembicaraan
– Tidak merokok
– Semua harus aktif bercerita dan menganggapi
– Menghindari segala bentuk kekerasan, baik verbal dan non verbal
Memunculkan harapan baru
dan menjaga kesadaran here
and now
• Membawa semua hal yang dibicarakan dalam intervensi kelompok
untuk selalu dihubungkan dengan situasi saat ini dan permasalahan
yang menjadi tujuan terapi kelompok
• Fasilitator harus mampu membangun kesan bahwa perubahan itu
adalah hal yang dapat terjadi dan dapat diupayakan. Mungkin para
peserta berpikir bahwa permasalahan yang dihadapi cukup sulit seolah
–olah tidak ada jalan keluar
Menggali pengalaman hidup
peserta

– Fasilitator harus mampu menggali pengalaman hidup yang berharga dari


para peserta agar menjadi pengetahuan yang berharga bagi peserta yang
lain
– Hal ini dilakukan dengan Teknik eksplorasi yang biasa digunakan dalam
konseling psikologi, yaitu dengan bertanya seputar pengalaman-
pengalaman keberdayaan bangkit dari permasalahan
Perbedaan intervensi kelompok dan
intervensi individu
Aspek Intervensi kelompok Intervensi individu
Hubungan antar pribadi Antar partisipan dan atara partisipan dan fasilitator Antara klien dan konselor
dalam proses konseling
Fokus perhatian Partisipan memusatkan perhatian pada pengalaman- Klien memusatkan perhatian pada
pengalaman peserta lain dan semua hal yang terjadi di perbincangan dirinya dengan konselor
dalam kelompok
Terbentuknya insight Partisipan melemparkan opini, ide atau pengalaman Kemungkinan klien mengadakan reality
mereka untuk di uji atau diperbandingkan dengan testing hanya terbatas pada konselor
pengalaman partisipan lain
Insight muncul karena terjadi dari diskusi dan curah Insight muncul karena diskusi dua arah
gagasan antar peserta sehingga muncul pengalaman- antara klien dan konselor
pengalaman hidup para peserta yang berharga bagi
peserta yang lain
PSIKOEDUKASI
MASYARAKAT DI
KOMUNITAS I
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Pengertian
◦ Pada awalnya, Psikoedukasi dikembangkan dalam konteks terapi keluarga, yaitu upaya
memberikan pemahaman tentang permasalahan yang dialami klien dan jenis terapi yang
dijalaninya untuk meningkatkan komitmen dan motivasi klien mengikuti rangkaian treatment.
◦ Dalam perkembangannya, psikoedukasi tidak hanya melibatkan klien saja, namun juga
keluarganya
◦ Intervensi psikoedukasi dilakukan dengan memberikan informasi dan pelatihan kepada klien dan
keluarganya melalui aktivitas seperti konseling, pelatihan keterampilan, dan diskusi curah gagasan.
◦ Dalam perkembangannya, psikoedukasi digunakan dalam intervensi komunitas dengan tujuan
mendidik masyarakat agar terjadi perubahan pola pikir, perilaku, dan kebiasaan yang maladaptive
di komunitas
Kata kunci dalam psikoedukasi
- Pendidikan (termasuk penyampaian informasi)
- Pelatihan keterampilan (contoh: regulasi emosi, komunikasi asertif)
- Meningkatkan keterampilan atau pengetahuan tertentu
- Sebagai upaya penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan
Aktivitas dalam psikoedukasi
◦ Penyampaian informasi melalui presentasi (data kasus, kajian ilmiah terkait permasalahan di
komunitas, dll)
◦ Eksplorasi dan Curah gagasan (brainstorming)
◦ Pelatihan
◦ Role play
◦ Games
◦ Ice breaking
Tantangan dalam psikoedukasi
masyarakat
◦ Dalam intervensi komunitas, hal yang paling sering dihadapi adalah resistensi
masyarakat atas informasi dan pemikiran baru yang diberikan melalui psikoedukasi
◦ Resistensi (resistence) adalah segala macam sikap dan perilaku yang menunjukkan
penolakan terhadap proses konseling dan psikoedukasi beserta informasi baru yang
datang
◦ Resistensi tersebut berasal dari cara pandang, pola pikir atau kebiasaan lama yang
telah berurat akar dari kultur dan adat istiadat setempat
◦ Resistensi ini sama dengan yang dihadapi konselor dalam proses konseling individual
Bentuk-bentuk resistensi di masyarakat

◦ Enggan bekerja sama dalam bentuk apapun dan mengambil sikap yang berseberangan
◦ Meremehkan informasi baru yang datang
◦ Diam, tidak terbuka, menutup diri
◦ manipulatif
◦ Tidak jujur atas apa yang sudah terjadi di komunitas
◦ Bertahan dengan keyakinan, pola pikir lama, dan kebiasaan
◦ Menggunakan segala argumen untuk membenarkan keyakinan dan pola pikir yang lama
tersebut
◦ Berdebat dan menguji kemampuan konselor komunitas di forum-forum pertemuan
Sumber resistensi
◦ Kepercayaan yang belum terbentuk kuat antara masyarakat dengan konselor komunitas
◦ Kekhawatiran atau malu dirinya atau desanya mendapatkan label negatif sehingga tidak jujur
dengan yang terjadi
◦ Ragu dengan kemampuan konselor komunitas
◦ Khawatir kehilangan zona nyaman atau sumber kenyamanan. Hal ini karena kebiasaan atau
budaya yang sudah ada sudah memberikan kenyamanan meskipun berdampak negatif
◦ Contoh: selama ini masyarakat sudah sangat nyaman bepergian dengan bebas, bertemu dan
berkumpul dengan siapapun tanpa penghalang. Jika tiba-tiba diminta mengubah kebiasaan ini,
dibatasi aktivitasnya tentu banyak penolakan
PENDEKATAN DALAM
PSIKOEDUKASI DALAM
MENGATASI RESISTENSI
Pendekatan reflektif
◦ Pendekatan reflektif berupaya menjadikan pengalaman hidup masyarakat sebagai guru dan
sumber pengetahuan untuk mendorong perubahan.
◦ Kunci pendekatan ini adalah kemampuan fasilitator dalam membuat pertanyaan-pertanyaan
panduan untuk mengarahkan pemahaman peserta, dan selanjutnya mendekonstruksi
pengaruh dari norma dan perilaku di masyarakat yang berkontribusi terhadap permasalahan.
◦ Proses dekonstruksi adalah proses mengevaluasi bersama mengapa suatu norma atau
kebiasaan dilakukan selama ini dan selanjutnya memetakan apa saja dampak yang terjadi
terhadap kesehatan mental individu, keluarga dan komunitas
◦ Pendekatan ini dilakukan dengan dialog interaktif dua arah, atau curah gagasan dan bukan
penasehatan/ceramah satu arah
Membangun diskrepansi
◦ Membantu individu masyarakat menyadari adanya jarak atau kesenjangan antara nilai,
harapan cita-cita atau kehidupan yang ia idealkan sebagai anggota masyarakat dengan
kenyataan yang terjadi, beserta dampak yang sudah terjadi akibat dari norma atau
kebiasaan yang bermasalah
◦ Pendekatan ini menggantikan metode penasehatan yang justru memicu resistensi, yaitu
semakin anggota masyarakat dinasehati, semakin mereka menolak
Contoh penerapan
◦ Fasilitator: Jadi bagi bapak dan ibu sekalian, apa yang terpenting saat ini bagi bapak ibu?
◦ Peserta: Kesehatan dan keselamatan keluarga lah
◦ Fasilitator: baik, jika demikian dengan kita tetap keluar rumah, berkumpul-kumpul seperti
biasa, apa saja resikonya?
◦ Peserta: tertular
◦ Fasilitator: jadi dengan tetap keluar rumah, dan kumpul-kumpul apakah sesuai dengan
keinginan penting bapak ibu bahwa Kesehatan dan keselamatan keluarga adalah hal
terpenting?
◦ Peserta:….(diam dan berefleksi)
Bersambung….
PSIKOEDUKASI
MASYARAKAT DI
KOMUNITAS II
Pendekatan dalam psikoedukasi dalam mengatasi resistensi
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2023
Tahapan psikoedukasi kelompok
◦ Tahap pembentukan (rekrutmen dan seleksi peserta)
◦ Tahap perkenalan dan membangun kenyamanan (termasuk pre-test dan kontrak
belajar)
◦ Tahap dekonstruksi (pemaparan data permasalahan dan mendiskusikan penyebab
munculnya masalah)
◦ Tahap membangun kesadaran (pemaparan informasi baru)
◦ Tahap kesimpulan dan rencana perubahan (termasuk post-test)
◦ Tahap implementasi (di luar aktivitas kelompok)
◦ Tahap evaluasi (di dalam kelompok)
The Transtheoretical model of behavior
change
• Perubahan sikap dan perilaku masyarakat di
komunitas terjadi secara bertahap dan tidak
dapat dipaksakan secara instan.
• Tugas fasilitator adalah mendorong partisipan
melewati tiap tahap perubahan, atau setidaknya
dari tahap penolakan ke tahap contemplation Action

(ambivalensi) Partisipan mulai


menjalankan
Preparation
rencana
Partisipan bersedia menerima perubahan
informasi baru dan bersiap untuk
berubah
Contemplation
Tahap Ambivalensi
Partisipan mulai mempertimbangkan perubahan
namun masih ragu, khawatir kehilangan zona
nyaman dari kebiasaan lama
Pre contemplation
Partisipan menolak perubahan. Pada
tahap ini fasilitator perlu
memaparkan semua jenis data kasus
atau data dampak dari kebiasaan
lama yang dilakukan masyarakat
Ambivalensi
◦ Tahap ambivalensi adalah tahap paling penting dalam mendorong perubahan
◦ Ambivalensi terjasi ketika partisipan merasa bimbang atas 2 hal yang saling
bertentangan (Ct: informasi lama vs informasi baru)
◦ Ambivalensi merupakan kewajaran
◦ Tidak ada keputusan dalam hidup yang tidak melewati ambivalensi
◦ Tidak ada individu yang pada awalnya 100% memiliki keyakinan penuh untuk
memutuskan sesuatu, terutama untuk berubah
Cara membangun ambivalensi
◦ Membantu partisipan mengeksplorasi konsekuensi positif dan negatif dari 2 pilihan yang
membuat bimbang dengan berpedoman pada tujuan hidupnya yang paling utama, nilai-
nilai, keyakinan tentang tatanan kehidupan yang baik
✓ Apa yang positif dari menikah usia dini, dan apa negatifnya?
✓ Bagaimana kualitas jantung anda dahulu sebelum anda merokok dan sekarang?
✓ Bagaimana hidup anda dahulu sebelum merokok dan saat ini setelah anda merokok?
Apa yang berbeda.
✓ Apa saja yang mungkin terjadi ke depan ketika anda tidak berhenti merokok
Membangun diskrepansi
Membantu para peserta menyadari adanya jarak atau perbedaan antara nilai,
harapan dan cita-cita tentang diri atau kehidupan yang ia idealkan sebagai anggota
masyarakat dengan kenyataan yang terjadi, beserta dampak yang sudah terjadi

what are the good things about drinking the way you do and drinking what you do and
drinking how you do?
What would be some of the things that, that might be less good about it, that are not so
flash in terms of . . .

Anda mungkin juga menyukai