Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK PARA BURUH WANITA DI INDONESIA

SESUAI UNDANG UNDANG

Paper Ini di susun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir semester tahun ajaran 2021/2022

Mata kuliah : Hukum ketenagakerjaan

Dosen pengampu : Dr. I Wayan Gede Wiryawan ,SH.,MH

OLEH :

NYOMAN AGUS ADHI PRADIPTA

2004742010069

REGULER III B

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2022
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia dalam masa ini sedang melaksanakan pembangunan disegala
bidang. Pembangunan ini mencakup pula pembangunan ketenagakerjaan.
Pembangunan ketenagakerjaan adalah bagian integral menurut pembangunan
nasional dari Pancasila & UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perlindungan terhadap perempuan, adalah hak asasi yg wajib diperoleh.
Sehubungan menggunakan hal ini, Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,
memilih bahwa setiap masyarakat negara bersamaan kedudukannya pada pada
aturan & pemerintahan & harus menjunjung aturan & pemerintahan itu
menggunakan nir terdapat kecualinya. Pernyataan menurut pasal tadi,
memberitahuakn nir terdapat disparitas kedudukan pada pada aturan &
pemerintahan bagi seluruh masyarakat negara, baik wanita, pria, dewasa & anak-
anak pada menerima proteksi aturan terutama pada bidang ketenagakerjaan/waktu,
loka & sifat pekerjaannya. Pentingnya hak asasi insan (HAM) bagi setiap individu
sebagai akibatnya eksistensinya wajib senantiasa diakui, dihargai, & dilindungi
antara lain melalui banyak sekali produk perundang-undangan. Adanya pengakuan
terhadap eksistensinya hak asasi insan eksklusif membawa konsekwensi dalam
perlunya diupayakan proteksi terhadap hak-hak tadi menurut kemungkinan
keluarnya tindakan-tindakan yg bisa merugikan insan itu sendiri, baik dilakukan
sang insan lainnya juga sang pemerintah. Salah satu karakteristik spesial dalam
negara yg dianggap rechstaat atau menjunjung tinggi the rule of law, bagi suatu
negara demokrasi pengakuan & proteksi terhadap hak asasi insan adalah satu
berukuran mengenai baik buruknya suatu pemerintahan.
Meningkatnya jumlah wanita memasuki lapangan kerja dewasa ini, baik dalam
hubungan keJ!ia maupun secara mandiri disatu pihak memang cukup
menggembirkan, sekalipun dilain pihak menimbulkan berbagai masalah, terutama
mengenai penyediaan kesempatan kerja serta perlindungannya yang memadai.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam paper ini adalah
tentang bagaimana perlindungan hukum terhadap buruh atau tenaga kerja
perempuan yang berada di indonesia berdsarkan undang – undang yang berlaku di
indonesia.

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan utama pembahasan tentang
perlindungan hukum terhadap buruh atau tenaga kerja perempuan yang berada di
indonesia berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat meningkatkan
kedisiplinan perusahaan dalam membuat aturan aturan terhadap buruh wanita di
perusahaan nya. Tujuan perlindungan hukum bagi tenaga kerja dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan dari kesewenang-wenangan pengusaha dan untuk
menciptakan suasana yang harmonis di perusahaan yang dapat dilaksanakan sesuai
dengan prinsip yang ada dalam hubungan industrial

D. MANFAAT PENULISAN
Berdasarkan uraian diatas maka manfaat yang nanti diharpkan dapat pula
memenuhi hak hak terhadap apa yang harusnya buruh wanita dapatkan dalam
sebuah pekerjaan.

E. LANDASAN PUSTAKA
1. Tenaga kerja Perempuan
Pengertian Tenaga Kerja Perempuan Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan
”Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.”
Dan di dalam Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah “Setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.” Pengertian tenaga kerja
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut menyempurnakan
pengertian tenaga kerja dalam UndangUndang Nomor 14 tahun 1969 Tentang
Ketentuan Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan yang memberikan pengertian
“Tenaga Kerja adalah Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”1 Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa pengertian tenaga kerja perempuan adalah Seorang
perempuan yang mampu melakukan kegiatan/pekerjaan baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat.

2. Pengerrtian atau ruang lingkup Undang Undang


UU adalah bentuk peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR
dengan persetujuan bersama Presiden .Peraturan–peraturan yang dibuat (oleh
badan yang pelengkapan negara yang berwenang) itu sifatnya tertulis dan
mengikat setiap orang selaku warga Negara dalam waktu tertentu dan dalam
wilayah hukum tertentu pula. Dalam sistem perundangan Eropah Kontinental
(Bld), UU boleh dibahagi kepada10 :
1. UU dalam pengertian objectieve recht (1320 BW)
2. UU dalam pengertian formil (KUHAP)
3. UU dalam pengertian materiil (KUHP).
PEMBAHASAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BURUH WANITA BEKERJA SAAT


MALAM HARI

Mengikutsertakan perempuan dalam dunia kerja merupakan salah satu bentuk


partisipasi dalam pembangunan nasional. Kemajuan industrialisasi memberikan
kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun, nasib buruh perempuan sangat bergantung pada keprihatinan
nasional. Kontroversi mungkin masih ada, termasuk diskriminasi terhadap pekerja
perempuan mengenai upah, menstruasi, cuti hamil, dan pelanggaran hak lainnya.
Bahkan, masih ada keluhan dari pekerja, terutama pekerja perempuan. Salah satu
keluhannya adalah adanya diskriminasi dalam upah yang sama untuk pekerjaan
yang sama. Fakta bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) tampaknya dilupakan.
Hal ini terlihat pada ketentuan upah minimum regional (UMR) yang memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan pekerja perempuan dan yang dijadikan patokan
bagi satu pekerja laki-laki. Semua perempuan memiliki hak-hak tertentu yang harus
dipenuhi dan dilindungi undang-undang, namun pada kenyataannya mereka
menghadapi perempuan pada saat menstruasi, seperti saat sakit dan tetap bekerja
secara normal. Tenaga kerja tidak menjadi masalah. Hal ini diatur dalam Pasal 13,
Pasal 18 (1) UU Ketenagakerjaan 2003. “Buruh yang merasakan sakit saat haid
dan memberitahukan majikannya tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
haid.”
Dalam Pasal 76 UUK menyebutkan bahwa :
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dilarang diperkejakan antara pukul 23.00 s.d 07.00.
(2) Pengusaha dilarang memperkejakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d pukul
07.00.
(3) Pengusaha yang memperkejakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00
s.d pukul 07.00 wajib :
a. Memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d pukul
05.00.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.

Dengan melihat peraturan tentang ketenagakerjaan pekerja (UUK Pasal 76)


Diketahuinya sifat perlindungan hukum terhadap pekerja Perempuan adalah suatu
keharusan. Pekerja dapat dilindungi oleh Memberikan bimbingan dan
mempromosikan kesadaran akan hak asasi manusia Hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan teknis, aspek sosial ekonomi Berlaku untuk lingkungan
kerja.

Dalam pasal 76 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 mengatur
pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun serta pekerja/buruh
perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya, dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00. Artinya pekerja perempuan di atas 18 tahun serta
tidak dalam kondisi hamil yang demikian diperbolehkan bekerja pada jam-jam
tersebut.
Namun bagi pekerja perempuan yang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00, ayat (3) dan (4) pada pasal 76 UU No. 13 tahun 2003
mengatur sejumlah ketentuan, antara lain perusahaan:
1. Wajib memberikan makanan dan minuman bergizi
2. Wajib menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
3. Wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
Peraturan pelaksana dari ketentuan tersebut diatas lebih rinci diatur dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 224 Tahun 2003 tentang
Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 224 Tahun 2003 tentang
Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 menyebut:
Mengenai kewajiban memberikan makanan dan minuman:
1. Bergizi harus sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan diberikan pada
waktu istirahat antara jam kerja.
2. Makanan dan minuman tidak dapat diganti dengan uang.
3. Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak
serta memenuhi syarat higiene dan sanitasi.
4. Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh
harus secara bervariasi.
Mengenai kewajiban menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
1. Menyediakan petugas keamanan di tempat keria
2. Menyediakan kamar mandi/wc yang layak dengan penerangan yang memadai
serta terpisah antara pekerja/buruh perempuan dan laki-laki.
Mengenai kewajiban menyediakan angkutan antar jemput:
1. Antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya
2. Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
3. Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi
yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerja/buruh perempuan.
4. Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di
perusahaan.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi, kesimpulan pada paper yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap
buruh wanita di indonesia tercantum dalam Pasal 13, Pasal 18, pasal 76 UU
Ketenagakerjaan 2003, dan jelas ditegaskan didalam peraturan undang undang
tersebut tentang segala hal yang wajib didapatkan atau sebuah perlindungan hukum
untuk buruh wanita. Walaupun di indonesia masih ada saja bagian perusahaan yang
tidak menerapkan undang undang tentang ketenagakerjaan perempuan, sudah
selayaknya para buruh perempuan untuk meminta keadilan.

B. SARAN
Saran untuk para pendiri atau pemilik sebuah badan usaha yang mepekerjakan
buruh wanita, untuk menerapkan apa apa yang telah di anjurkan oleh undang
undang yang berlaku di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Angga Saputra, SH. MH., 2017. Pengertian undang undang. Jurnal varia hukum. Vol 29
no 38.

Ester Boserup, 1984, Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi, terjemahan Mien
Joebhaar dan Sunarto, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 224 Tahun 2003 tentang
Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00.

Romi Asmara & Laila M. Rasyid, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Perempuan
Korban Kejahatan Kesusilaan”, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau,

Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang - Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Zaeni Asyhadie, 2007. Hukum Kerja(hukum Ketenagakerjaan bidang hubungan kerja).


PT. Raja Grafedo Persada, Jakarta, h.58.Vol. 3 No. 2 Februari-Juli 2013, hlm. 4

Anda mungkin juga menyukai