Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Implementasi Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) di Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan”
Mata Kuliah Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Dosen Pengajar : Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas, S.H., LL.M.

Disusun oleh :

1. Hernawan Prasetya Winanda NIM: 145010101111085


2. Mansurotun Nisa’ul Farida NIM: 155010101111117
3. Ismi Pratiwi Podungge NIM: 155010100111152

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hak hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya
merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk
Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948
tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak
atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya
termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan
sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat,
menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan
kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan
kewajiban negara untuk memberikan perlindungan social ekonomi kepada masyarakat.
Umumnya, negara berkembang membangun program jaminan sosial berdasarkan funded
social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada
masyarakat pekerja di sektor formal1

Program jaminan sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi
pekerja. Tujuannya untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko – risiko
sosial ekonomi. Program ini merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi
pekerja dan keluarganya dari terjadinya risiko – risiko sosial dengan pembiayaan terjangkau
oleh pengusaha dan pekerja2

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas hanya pada
saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin cacat, hari tua dan meninggal dunia,
yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan atau
membutuhkan perawatan medis.3

1
Agusmidah, 2010, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ghalia Idonesia, Bogor,
hlm. 127
2
Bunyamin Najmi, Jaminan Sosial, http://jamsostek.blogspot.com/2010/10/apa-itujaminan-sosial.html,
diakses pada tanggal 16 Oktober 2014
3 Agusmidah, op.cit.
Pasca kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah sangat memperhatikan perlindungan
terhadap rakyat, termasuk kalangan pekerja yang memang terpinggirkan di masa penjajahan.
Dibidang ketenagakerjaan, pemerintah mengundangkan beberapa aturan yang melindungi
tenaga kerja, diantaranya adalah UU No. 3/1947 jo. UU No. 2/1951 tentang Kecelakaan
Kerja. Dalam undang – undang ini pengusaha harus menanggung biaya atas pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja, hanya saja dalam UU ini cara pengusaha mengalihkan
tanggungjawab tersebut tidak diatur, apakah dapat dilakukan dengan sistem asuransi atau
lainnya.4

Program jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan


minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya. Program ini dilakukan dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau seluruh penghasilan yang hilang akibat resiko sosial.

Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara, sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Secara universal, jaminan sosial
diatur oleh Pasal 22 dan 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB (1948),
dimana Indonesia ikut menandatanganinya. Ratifikasi ini dituangkan ke dalam undang –
undang no 39 tahun 1999 tentang HAM.5 Kesadaran tentang pentingnya jaminan
perlindungan sosial terus berkembang, seperti terbaca pada perubahan UUD 1945 tahun
2002, dalam Pasal 34 ayat (2), menyebutkan “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat...”.

Jaminan sosial pekerja adalah suatu perlindungan bagi pekerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh pekerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia (Pasal 1 angka 1 UU
No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja).6

4 Ibid, hlm. 128

5
Syaldi, “Status Ratifikasi Indonesia Untuk Instrumen Internasional Ham”,http://syaldi.web.id/2008/10/status-
ratifikasi-indonesia-untuk-instrumen-internasionalham/, diakses pada tanggal 17 Oktober 2014.
6 Agusmidah,Op.cit., hlm. 128-129.
Adapun ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Undang –
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 6 ayat (1) adalah :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja ( JKK )


2. Jaminan Kematian ( JKM )
3. Jaminan Hari Tua ( JHT )
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ( JPK )

Dalam menyelenggarakan jaminan sosial tentu perlindungan hokum terhadap pekerja


juga penting demi terciptanya jaminan sosial yang baik. Perlindungan hukum dapat dilakukan
secara privat maupun secara publik. Perlindungan hukum secara publik dilaksanakan dengan
cara memakai fasilitas perlindungan hukum yang disediakan oleh kaidah hukum yang bersifat
publik, seperti peraturan perundang – undangan yang berkaitan ketenagakerjaan. Tentang hal
perlindungan hukum secara privat dilakukan dengan cara membuat kontrak secara teliti dan
hati – hati, terutama oleh pekerja.

Dalam usahanya untuk mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan


dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik – baiknya, serta berusaha mencari
keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat
terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat terdiri dari individu – individu
yang menyebabkan terjadinya interaksi maka akan selalu terjadi konflik atau ketegangan
antara kepentingan perorangan dan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik tersebut dengan sebaik –
baiknya.

Dengan adanya perlindungan hukum bagi pekerja tentu dapat menjamin pekerja
dalam mendapatkan jaminan sosial yang menjadi hak dari pekerja. Hal tersebut harus
didukung dengan peraturan perundang – undangan yang baik dan aparat penyelenggara yang
baik pula demi terciptanya kesejahteraan sosial.
I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kriteria dan jenis penyakit yang dapat ditanggung oleh program Jaminan
Kecelakaan Kerja di BPJS Ketenagakerjaan ?
2. Bagaimana syarat dan tata cara dalam pemberian beasiswa kepada anak apabila
pekerja mengalami kematian dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja ?
3. Bagaimana syarat dan tata cara untuk dapat Return to Work setelah masa
penyembuhan ketika mengalami Kecelakaan Kerja ?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dala kaitan poin-poin pembahasan penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui kriteria dan jenis penyakit yang dapat ditanggung dalam program
Jaminan Kecelakaan Kerja di BPJS Ketenagakerjaan.
2. Mengetahui syarat dan tata cara dalam pemberian beasiswa kepada anak apabila
pekerja mengalami kematian dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja.
3. Mengetahui syarat dan tata cara untuk dapat Return to Work setelah masa
penyembuhan ketika mengalami Kecelakaan Kerja.

1.4. Manfaat Penelitian:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat dan memperkaya khasanah
keilmuan di Indonesia, khususnya dalam kemajuan di bidang hukum untuk lebih
mengetahui program Jaminan Kecelakaan Kerja di BPJS Ketenagakerjaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan sebuah informasi yang objektif atas
pengaturan program Jaminan Kecelakaan Kerja di BPJS Ketenagakerjaan sesuai
dengan norma hukum dalam UU SJSN.
b. Bagi Pemerintah serta para penegak hukum penyusunan penelitian ini dapat
menjadi bahan literasi mengatasi konflik hukum pengaturan antar program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan program lain di BPJS Ketenagakerjaan..
c. Bagi Mahasiswa, penyusunan penelitian ini dapat menginspirasi penelitian-
penelitian lanjutan inovasi solutif dalam pengaturan Jaminan Kecelakaan Kerja di
BPJS Ketenagakerjaan..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Umum Mengenai Tenaga Kerja

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga


kerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan


masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut
adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana
pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya
gunanya. Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994
pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum
wajib mengikuti program jaminan social tenaga kerja karena adanya pentahapan
kepesertaan.

Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap
pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada
perusahaan tersebut harus sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan di maksud diselenggarakan dalam bentuk jaminan social
tenaga kerja yang bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan
bersaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai mana yang
tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan jaminan sebagai upaya penanggulangan


dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan,
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pemeliharaan kesehatan
dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat
melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang
penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak
sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya
diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan social
tenaga kerja. Para pekerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat, dengan
resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada
mereka dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan
peningkatan kesejahteraannya sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja.

2.2. Kajian Umum Mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum BPJS

Istilah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dikenal dalam Undang-undang


Repubik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional .
Pasal 1 ngka 6 UU SJSN memberi pengertian terhadap Badan Penyelenggara Jaminan
osial sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.sedangkan pada pasal 1 angka 1 BPJS mendefiniskan BPJS sebagai bdan
hukum yang idbentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan


memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal
34 ayat (1) dan ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Selain itu, dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional
dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih
menyeluruh dan terpadu7.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional
perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan
prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,

7 Penjelasan Umum UU BPJS.


portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana
Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besarnya kepentingan Peserta8.

2.2.2 Sejarah BPJS

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab


dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti
halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,


dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan
bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan
Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok
Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin
transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,


bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33
tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang
mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti
program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah
penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT
Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program
Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal

8 Ibid.
bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40


Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2,
yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman
kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan


hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat)
program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya
UU No 24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT
Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang
bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan
tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang
meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun
terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan
berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan
keluarganya.

Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS


Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha
saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan
ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia9.

BPJS Ketenagakerjaan menawarkan empat program penting, yaitu Jaminan Kematian


(JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan
Pensiun (JP). Jaminan Kematian (JKM) merupakan Program dari BPJS merupakan
jaminan sosial yang diberikan apabila karyawan meninggal dunia. Program jaminan
kematian ini diberikan kepada ahli waris dalam bentuk uang tunai, ketika karyawan
meninggal dunia tetapi bukan akibat kecelakaan kerja. Jaminan Hari Tua (JHT)
adalah program jaminan sosial dari BPJS yang diberikan kepada karyawan yang
sudah memasuki masa pension. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah jaminan
sosial BPJS yang diberikan apabila terjadi kecelakaan dalam proses hubungan kerja.
Jaminan Pensiun (JP) adalah jaminan sosial yang diberikan BPJS untuk
memepertahankan kehidupan yang layak bagi karyawan atau ahli waris dengan
memberikan penghasilan ketika karyawan memasuki usia pensiun.

2.3 Kajian Umum Mengenai Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja

2.3.1 Pengertian Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan Kecelakaan Kerja merupakan salah satu dari jaminan sosial yang
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (yang selanjutnya disebut UU SJSN). UU SJSN tidak
memberikan pengertian khusus terhadap istilah jaminana kecelakaan kerja. UU SJSN
memberikan pengertian atas pengertian dua istilah yang berkaitan langsung dengan
jaminan keceleakaan kerja, yaitu jaminan sosial dan kecelakaan keeja.10

Pasal 1 angka 1 UU SJSN memberikan pengertian atas jaminana sosial sebagai


pengertian atas jaminana sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang ayak,

9 https://www.academia.edu/27146115/MAKALAH_BPJS_TK, di akses pada 16 mei 2018

10 Andika Wijaya, Hukum Jamianan Sosial Indoneisa, Sinar Grafika 2018, hlm. 72
sedangkan kecelakaan kerja diartikan sebagai kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya11.

2.3.2 Kepesertaan Jaminan Kecelakaan Kerja

Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan program jaminan


kecelakaan kerja ter;etak pada persoalan kepersertaan. Sebagaimana diketahui,
primsip jaminan kecelakaan kerja adalah asuransi sosial, yang menyandarkan
programnya pada pembiayaan secara kolektif dan sesuai dengan fitrah manusia
madani yang selalu mengutamakan kepentingan bersama12.

Sesuai dnegan amanat UU SJSN, peyelenggara jaminana kecelakaan kerja dilakukan


secara nasional , dan UU SJSN secara jelas telah mewajibkan setiap orang unttuk ikut
serta dalam program jamiana kecelakaan kerja. Kepesertan yang bersifat wajib
demikian sesaui dnegan bunyi ketentuan pasal 14 Undnag-undang Repbulik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminana Sosial , yang
menyatakan bahwa setiapnorang , termasuk orang asing yang ekerja paling singkat
enam bulan di Indonesia,wajib menjadi peserta program jaminan sosial13.

Pasal 1 angka 8 UU SJSN meberikan pengertian terhadap kata “Peserta” sebagai


setiap orang , termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran. Secara khusus , pasal 30 UU SJSN
memberikan pengertian “Peserta jaminan kecelakaan kerja” sebagai seorang yang
telah membayar iuran. Kepesertaan jamianan kecelakaan kerja memiliki keterkaitam
dengan pembayaran iuran jaminana kecelakaan kerja14.

PP No.44 Tahun 2015 menentukan bahwa setiap pemeberi kerja selain penyelenggara
negara wajib mendaftarakan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam program
jaminan kecelakaan kerja kepada BPJS ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan15.

11 Ibid.
12 Bandingkan dengan pertimbangan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-Xii/2014 tanggal 7 Desember 2015,
hlm.210.
13 Op.cit,, hlm.75

14 Op.cit

15 Op.cit
Ketentuan yang bersifat imperative, yaitu ketentuan yang mewajibkan setiap pemberi
kerja selain penyelenggara negara untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai
peserta dalam program jamina kecelakaan kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan, juga
berlaku bagi setiap orang yang bekerja hal ini tersirat pada ketentuan pasal 4 ayat 2
PP No. 44 Tahun 201516.

16 Op.cit
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pendekatan


Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan metode
pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Undang-Undang Negara Republik Indonesiaan (statute-approach), yaitu
dengan menelaah17 peraturan Undang-undang Negara Republik Indonesia. 18
2. Pendekatan konsep (conseptual approach), yaitu dengan menelaah dan memahami
konsep-konsep.19

3.2 Jenis dan Sumber Bahan Hukum


Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
sebagai data utama, yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, meliputi:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2) Undang - Undang negara republik indonesia Nomor 40 th 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
3) Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2015
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 44 tahun 2015.
b. Bahan Hukum Sekunder, meliputi: literatur - literatur yang terkait dengan
permasalahan yang dikaji yang berasal dari buku-buku, surat kabar, pendapat ahli
hukum dari segi kepustakaan, dan artikel internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses di http://kbbi.web.id/telaah, diakses pada
10 Januari 2016 Pukul 9.47. pengertian menelaah adalah mempelajari; menyelidik; mengkaji; memeriksa;
meniliti. Menelaah disini berarti penulis melakukan penelitan dan pengkajian mengenai Undang-Undang dan
konsep-konsep terkait.
18Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2007, Hal. 96.

19
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2007,
Hal. 391.
Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi dan studi pustaka dan wawancara. Dalam pengumpulan data primer perlu
adanya tehnik yang tepat yaitu dengan cara:
1) Studi kepustakaan (library research)
yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan
mempergunakan content analysis20. Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi
dokumen atau bahan pustaka dengan cara mengunjungi perpustakaan, membaca,
mengkaji dan mempelajari buku-buku, literature, peraturan perundang-undangan,
jurnal, penelitian, makalah, internet, dan lain sebagainya guna mengumpulkan dan
merumuskan hasil penelitian.
2) Wawancara
Tehnik wawancara yang digunakan ialah:
a. Wawancara Secara Langsung.
Dalam melakukan wawancara secara langsung dilakukan secara tatap muka tanpa
menggunakan perantara yaitu media komunikasi elektronik maupun media sosial.
Wawancara ini dapat dilakukan dengan menggunakan pembicaraan formal maupun
informal. Dimana pembicaraan tersebut diterapkan sesuai dengan objek yang ada.
b. Wawancara dengan pertanyaan yang terstruktur.
Dalam wawancara ini menggunakan pertanyaan yang sudah terstruktur sehingga
setiap objek yang di wawancara memiliki pertanyaan yang sama sehingga dapat
menghasilkan data yang komperhensif.

3) Populasi dan Sample (Responden Penelitian)


1) Populasi

Di dalam penelitian ini populasi yang dituju ialah setiap individu yang terkait dalam
keikutsertaan BPJS Ketenagakerjaan. Dan yang di maksud populasi adah, seluruh
objek atau seluruh individu/atau seluruh gejala, kejadian yang akan di teliti21

2) Sample
Sample yang digunakan dalam penulisan ini ialah metode Purposive Sampling 22 :
20Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,Rajawali Pers : Jakarta,2008, hlm.
21.

21 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi {enelitian Hukum dan Junimetri, Jakarta:Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990,
Hal.44
ialah pengambilan sample yang tidak dilakukan secara acak namun dilakukan secara
sengaja melalui pertimbangan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akurat,
kriteria korenpondem yang dituju ialah :

a. Peserta BPJS Ketenagakerjaan, khususnya pada program Jaminan Kecelakaan Kerja.


b. Petugas pelaksana BPJS Ketenagakerjaan.
c. Pemerintah terkait.

3.4. Teknik Analisis Bahan Hukum


Seluruh bahan hukum yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya diinventarisasi,
diklasifikasi, dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan
untuk menguraikan berbagai permasalahan hukum yang ada, sehingga didapatkan
solusi yang tepat, guna memberikan formulasi baru dalam memberikan konsep
peradilan yang lebih adil khususnya dalam perihal reformulasi pengawasan jaksa agung
yang sesuai dengan kode etik maupun lembaga pengawas.
Penafsiran terhadap undang-undang yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Penafsiran Gramatikal
Merupakan cara untuk menafsirkan undang-undang menurut arti
perkataan (istilah). Antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan yang erat.
Bahasa merupakan alat satu-satunya yang dipakai pembuat undang-undang
untuk menyatakan kehendaknya, tetapi adakalanya pembuat undang-undang
23
tidak dapat merangkai kata-kata yang tepat. Sehingga penulis diharap
mampu menafsirkan bahasa atau perkataan dari undang-undang sehingga
dapat dipahami lebih jelas dan rinci.
2. Penafsiran Sistematis
Penafsiran sistematis adalah menafsirkan undang-undang dengan
jalan menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu
24
perundang-undangan atau dengan undang-undang lain. Disebabkan dalam
pembentukan undang-undang pasti masih saling berkaitan satu sama lain,

22 Abdul Kadir Muhamma, Hukum Dan Penelitian Hukum,PT. Cotra Adotya Bakti, Bandung, 2004, Hal. 172

23 Yudha Bhakti Ardiwisastra, Penafsiran dan Konstruksi Hukum,PT.Alumni, Bandung, 2012, Hlm. 9.

24Ibid , Hlm. 11
sehingga diperlukannya penafsiran sistematis untuk dapat mengetahui dari
mana dan asal dari peraturan perundang-undangan tersebut. Serta bagian dari
sistem undang-undang satu sama lain yang pastinya akan membentuk
rangkaian sehingga harapannya nanti akan mengungkap norma dalam suatu
permasalahan hukum yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai