dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu
Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada 9 (dua) pihak yang
terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup
menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian
kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa
yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian,
yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
penanggung. 10
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal
5
9
J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
2009, hal. 182.
10
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2001, hal, 217-218
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu,
suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan untung-
asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang
poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari
1) Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran
2) Asuransi jiwa
11
Ibid
3) Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai. 12
Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat
dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh
undang-undang.”
diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan
objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi
objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah
12
Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. hal, 50-54
Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat
Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan
merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi
sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif
dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai
umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni
mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan
melalui Beveridge Plan (1940’s) pernah mencatat situasi di mana hidup seorang
warga negara sejak lahir hingga mati (from cradle to grave) dilindungi oleh sistim
Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang
terhadap perusahaan akan meningkat yang pada gilirannya akan berdampak positif
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan
meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja
Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu
Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari
perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu
Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para
pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai
cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting
penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga
bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses
produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam
pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para
tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan
maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada
Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan
wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992
Agustus 1996.
kerja.
menyatakan bahwa
13
www.jamsostek.com, Sejarah JAMSOSTEK diakses tanggal 21 April 2015
Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem
atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi.
saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS
jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang
mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang
saham menuju nir laba melayani kepentingan publik yang lebih luas untuk
melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-
Indonesia.
menyatakan
bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam
pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya
berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum,
kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,
partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan,
akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 15
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-
Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa
jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja”
dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu,
yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan
pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir (2) yang
berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau
Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga
14
M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
http://www.academia.edu/8652768/(diakses tanggal 1 Juni 2015)
15
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hal 152
keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada
umumnya.
(Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Tenaga Kerja 16
dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan
kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerja/buruh.
dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,
16
Jamsostek.co.id/organisasi (diakses tanggal 23 Mei 2015)
dan buruh/pekerja meninggal. Karena program jaminan hari tua merupakan
jaminan jangka panjang yang akan dibayarkan santunannya apabila terdapat buruh
yang telah berusia 55 tahun. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dengan batas
usia buruh, apabila telah mencapai usia tersebut seorang buruh tidak akan
membayar premi jaminan hari tua. Akan tetapi sebaliknya, buruh tersebut akan
Jaminan Kematian akan berakhir apabila terjadi evenemen dan dilanjutkan dengan
kecelakaan, sakit, atau meninggal dunia. Karena santunan akan dibayarkan oleh
(Jamsostek)
No 3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja
kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua,
dan pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena
yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut
funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap
atau paling tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan
tenaga kerja diatur secara umum dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang
perundangan yang lebih spesifik Jaminan Sosial tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
Nasional
Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan Pembayaran Saldo Jaminan Hari
Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
17
Imam Supomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, PradnyaParamita,
Jakarta, 2003, hal 7
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam
keluarganya
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal
6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja
sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena
dilihat dalam Pasal 1 butir (6) adalah : Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui”. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan
berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar
dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan
sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
18
Sendjun Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta :Rineka
Cipta, 2002, hal 86.
mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak
kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat
pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat
kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat
19
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal 116
pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat
kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun
a. Biaya pengangkutan;
c. Biaya rehabilitasi;
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja,
penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.
2. Jaminan Kematian
ahli waris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat kecelakaan kerja, guna
20
Ibid
21
Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia,
(Bandung: Citra Aditya , 2001), hal 144
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja yang
penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga
yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
santunan uang. Mengenai besarnya jaminan kematian ini, Pasal 22 ayat (1)
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut :
c. Cucu
e. Saudara kandung
f. Mertua
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib. Karena jaminan hari tua sama
dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki rekening
tersendiri pada badan penyelenggara. Besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,7
persen dari upah pekerja/buruh sebulan, dengan perincian 3,7 persen ditanggung
Jaminan hari tua dibayarkan sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan
berkala, kepada pekerja karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total tetap
Apabila pekerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda ata
u duda atau anak yatim-piatu. Sementara itu dalam Pasal 15 ditegaskan bahwa
jaminan hari tua dibayarkan sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun setelah
22
Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press,
2005), hal 244.
Berkaitan dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tersebut,
Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta
hasil pengembangannya (Pasal 24 ayat 1). Jaminan hari tua dibayar kepada
pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total untuk selama-lamanya,
a. Secara sekaligus apabila jumlah jaminan hari tua yang harus dibayarkan
pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus. Dalam hal ini tenaga kerja
Pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus kepada janda atau duda dalam
hal :
b. Pekerja meninggal dunia, apabila janda atau duda tidak ada, maka pembayaran
jaminan hari tua diberikan kepada anak. Janda atau duda atau anak
Pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun tetapi masih tetap bekerja,
dapat memilih untuk menerima pembayaran jaminan hari tuanya pada saat berusia
55 tahun atau pada saat pekerja yang bersangkutan berhenti bekerja. Apabila
pekerja memilih untuk tidak menerima pembayaran jaminan hari tua pada usia 55
tahun, maka pembayaran jaminan hari tua dilakukan sejak pekerja yang
bersangkutan berhenti bekerja. Sementara itu pekerja yang telah mencapai usia 55
tahun dan tidak bekerja lagi mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada
Badan Penyelenggara.
mencapai usia 55 tahun berhak mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada
tua paling lama 30 hari sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun dan
setelah melewati masa tunggu 6 bulan terhitung sejak saat pekerja yang
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 1 butir (9) menyatakan bahwa
tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh jaminan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
karena itu, program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan
pemeliharaan kesehatan.
tingkat pertama.
diberikan kepada pekerja wanita berkeluarga atau istri pekerja peserta program
membahayakan jiwa.
Biaya pengobatan dan perawatan yang dikeluarkan untuk dokter, obat,
Pemerintah Kelas I atau Swasta yang setara, perawatan gigi, mata serta jasa
Maka seluruh biaya yang akan dibayarkan berupa santunan maksimum sebesar Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Sedangkan untuk biaya penggantian gigi
(orthose) dan/atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit
Umum Pemerintah dan ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut
rupiah).
Apabila seorang tenaga kerja atau suami atau isteri atau anak memerlukan
pelayanan rawat inap melebihi ketentuan yang ditetapkan, maka selisih biayanya
b. bagi Perusahaan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari
wajib dandilaksanakan dengan sistem asuransi sosial untuk menjamin hak -hak
23
Lalu Husni, Op.cit., hal 153.
24
Zulaini Wah ab, Op.cit., hal, 147.
sedangkan program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan suatu bentuk program
berikut:
pemeliharaan kesehatan. 27
sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasih orang lain bila dalam
25
Ibid
26
Lalu Husni, Op.cit., hal 153.
27
Ibid., hal 158
hubungan kerja terjadi risiko-risiko seperti kecelakan kerja, sakit, hari tua dan
lainnya. 28
formulir:
b. Setiap tenaga kerja yang telah menjadi peserta program jaminan sosial
setiap bulan serta harus sudah diisi dan disampaikan kembali kepada PT.
28
Ibid., hal 154
Jamsostek dalam tempo paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
sebagai berikut:
mereka terima setiap bulan maka PT. Jamsostek akan menetapkan besarnya
iuran jaminan sosial tenaga kerja yang harus dibayar oleh pihak pengusaha
dan kartu pemeliharaan kesehatan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak formulir
badan penyelenggara
Dengan kata lain setiap tahun bertambah 2.5 juta tenaga kerja. Kalau
tenaga kerja . Untuk itu pihak PT. Jamsostek pada awal Pelita VI menargetkan
diharapkan akhir Pelita VI terdapat 20 juta tenaga kerja yang ikut dalam
hal yang mudah dan tentunya akan mengalami hambatan-hambatan yang lebih
Jamsostek
2) Masih banyak tenaga kerja yang belum mengetahui bahwa program Jamsostek
3) Kepesertaan program, jamsostek selama ini ada 3 macam yang dikenal dengan
pokok saja).
4) Beratnya beban yang ditanggung pengusaha untuk membayar iuran JKK, JHT
JKM dan JPK yang besarnya masing -masing sekitar 0.24-1.74%, 3.70%,
0.30% dan 3-6% dari upah sebulan, sehingga secara langsung menambah
biaya produksi (variable cost). Tidak mengherankan pada bulan Juli 1994
tercatat 20.326 perusahaan yang menunggak dengan total iuran yang belum
kerja terhitung mulai 1 April, 1995 dan di tambah lagi adanya kenaikan UMR
apalagi dalam era globalisasi sekarang ini sudah ada perusahaan asuransi
dan kesejahteraan pekerja. Sikap tegas perlu diambil mengingat masih banyaknya
perusahaan yang belum ikut serta dalam program jamsostek dan bukan hanya
utuh