HUKUM DAGANG
KELAS D
DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
FAKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
Jember (6812)
Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari Bahasa Inggris yaitu insurance yang dalam Bahasa
Indonesia telah diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata
“pertanggungan”.1 Menurut pandangan Abbas Salim, asuransi dipahami sebagai suatu
kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai
(substansi) kerugian-kerugian yang belum pasti.2 Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya yaitu
Hukum Asuransi di Indonesia memaknai asuransi sebagai suatu persetujuan dimana pihak
yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi
sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari
suatu peristiwa yang belum jelas.3
Ruang lingkup pengaturan dalam KUHD tersebut diatas terlihat sangat sempit sekali.
Ruang perlindungan hanya terhadap risiko kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungann
yang diharapkan mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.padahal
kita tahu bahwa banyak sekali risiko dalam kaitannya dengan kehidupan dan
perkembangannya tidak hanya pada tiga jenis pokok yang ditentukan dalam KUHD. Oleh
karena itu, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian telah
memperluas ruang lingkup perlindungan meliputi pula risiko dari tanggung jawab hokum
terhadap pihak ketiga, asuransi jiwa, dan bunga cagak hidup. Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 menyatakan bahwa: “Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan pengantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 63.
2
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, 2000, h. 1.
3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia (Jakarta: Intermasa, 1987), h. 1.
tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Risiko dalam kehidupan manusia itu selalu melekat pada setiap kehidupan manusia.
Risiko brkaitan dengan ketidakpastian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia. Untuk
mengantisipasi risiko diperlukan ikhtiar untuk mencegah, mengantisipasi, mengurangi, dan
mengalihkan risiko. Asuransi adalah salah satu bentuk manajemen atau pengendalian risiko
dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) atau membagi risiko (distribution of risk)
dari pihak yang memiliki kemungkinan menderita karena adanya risiko kepada pihak lain
(perusahaan asuransi) yang bersedia melindungi dari kemungkinan terjadi risiko pada pihak
pertama. Pengalihan dan membagi risiko tersebut tentu saja didasari dengan aturan-aturan
hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam perjanjian asuransi.
Di dalam Pasal 247 KUHD secara yuridis memberikan peluang terhadap tumbuh dan
berkembangnya asuransi yang tidak diatur dalam KUHD. Pasal 247 KUHD tidak membatasi
atau menghalangi timbulnya jenis-jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan masyarakat.
Hal ini didasarkan pada kata-kata “antara lain” yang terdapat di dalam Pasal 247 KUHD.
Sifat dari Pasal 247 KUHD hanya mengatur dan menyebutkan beberapa contoh saja. Dengan
demikian, para pihak dapat juga memperjanjikan adanya pertanggungan bentuk lain. Jadi
tumbuhnya jenis-jenis baru dibidang asuransi memang tidak dilarang oleh Undang-Undang.
Berdasarkan Pasal 247 KUHP dibuka kemungkinan untuk lahirnya asuransi-asuransi baru
selain disebutkan diatas.4 Selain itu sehubungan asuransi adalah perjanjian, maka ketentuan
dan asas-asas umum yang terdapat dalam KUHPerdata berlaku pula dalam perjanjian
asuransi. Oleh karena itu asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338
Ayat (1) KUHPerdata menjadi dasar hokum untuk pembentukan asuransi yang tumbuh dalam
perkembangan masyarakat (asuransi varia). Tentunya perjanjian asuransi varia akan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat apabila memenuhi ketentuan syarat sahnya
perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
4
Man Suparman, Hukum Asuransi (Bandung: Asuransi, 1993), h. 46.
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.5
Musibah atau bencana yang merupakan qadha atau qadhar Allah SWT tidak dapat
dihindari. Namun demikian, manusia wajib berikhtiar memperkecil risiko yang timbul serta
tidak hanya pasrah menerima semuanya. Sudah sejak lama orang mencari cara untuk
mengatasi dan meminimalisir risiko, dan inilah yang sekarang dikenal sebagai lembaga
asuransi atau pertanggungan. Dengan asuransi, kemungkinan dapat dialihkan kepada pihak
penanggung, maka pihak tersebut mengikatkan diri akan mengganti kerugian apabila risiko
itu benar-benar menjadi suatu kenyataan kehilangan atau kerugian.6
Penutupan asuransi akan menjadi suatu kebutuhantan seseorang yang jika melihat
manfaat akan diperolehnya. Asuransi memiliki manfaat utama, yaitu menempatkan posisi
finansial tertanggung (nasabah) kembali kepada saat sebelum terjadi kerugian. Namun selain
itu, asuransi juga dapat mengurangi ketidakpastian risiko, dapat mengurangi beban akibat
5
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 161.
6
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia Cetakan I (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 16.
timbulnya kerugian yang datang tiba-tiba, memberikan solusi dalam bekerja, dan banyak
manfaat lainnya.
Manfaat Asuransi
7
Man Suparman, Hukum Asuransi (Bandung: Alumni, 1993), h. 1.
- Dengan asuransi terdapat suatu kecenderungan, penarikan biaya akan dilakukan seadil
mungkin (the equitable assessment of cost). Maksudnya adalah ongkos-ongkos
asuransi harus adil menurut besar kecilnya risiko yang dipertanggungkan. Misalnya
pada asuransi jiwa seorang yang telah tua sekali, asuransinya lebih besar dari pada
orang yang masih muda dalam kontrak tidak ada pihak yang boleh dirugikan.
- Asuransi sebagai dasar pemberian kredit (insurance serves as a basic of credit).
Contohnya:
1. Dalam asuransi pengangkutan yang berhubungan dengan tata perdagangan
internasional. Bila seorang pedagang meminta kredit kepada bank. Selain
pedagang tersebut memiliki bill of lading, konosemen, dan lain-lain juga harus
mempunyai sertifikat asuransi.
2. Pinjaman hipotek (jangka panjang), dalam hal ini si pemberi kredit (bank)
menghendaki syarat-syarat apakah si peminta kredit mempunyai asuransi. Missal
untuk rumah, kapal, pabrik, dan lain-lain yang dapat digunakan sebagai jaminan
kredit.
- Asuransi merupakan alat penabung (saving). Missal dalam asuransi jiwa, saat ini kita
mengeluarkan uang sedangkan penggunaannya kemudian hari namun pada waktu
sekarang pertanggungan jiwa kurang menarik sebab tidak begitu menguntungkan
masyarakat (pendapatan masyarakat rendah, keadaan ekonomi tidak stabil, terutama
akibat merosotnya nilai uang).8
- Asuransi menjamin ke stabilan perusahaan
Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu
factor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan
karyawan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menydiakan polis secara
berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar
keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Polis tersebut ditulis
sedemikian rupa untuk menekankan nilai dari karyawan-karyawan yang telah
mengabdi cukup lama dalam perusahaan. Adanya usaha seperti itu dari pihak
perusahaan merupakan stabilisator jalannya roda perusahaan.
- Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran.
Fungsi asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpatian. Perusahaan
asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian tak terduga. Akan tetapi
perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian
8
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko ed revisi ke-2, (Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2003), h. 13.
yang tidak pasti itu. Apabila seseorang telah membayar premi asuransi, mereka
terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil
(dalam hal ini berupa premi yang telah dibayar). Kerugian kecil itu sesungguhnya
merupakan bagian yang dipikulnya untuk kerugian kelompok itu. Jadi dengan
membayar premi ia memperoleh kepastian biaya kemungkinan kerugian. Jika tidak
ada asuransi, maka mereka yang menghadapi risiko tidak akan dapat meramalkan
apakah mereka akan tertimpa kerugian besar, kerugian kecil atau tidak. Oleh karena
itu mereka tidak akan sanggup meramalkan biayanya. 9
Berlakunya Asuransi
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi
walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam prakteknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya
premi. Selanjutnya sesuai kententuan perundang undangan yang berlaku, penanggung atau
perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi. (Pasal 255 KUHD)
9
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 12.