Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

HUKUM DAGANG

KELAS D

DOSEN PENGAMPU :

Nuzulia Kumala Sari, S.H., LL.M.

Disusun Oleh :

Zuhrotul Ainiyah (200710101101)/Koordinator

Pusaka Lazuardi (200710101214)

Jasmine Ananda Marhendro (200710101075)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal boto kotak pos 159

Telp (0331)-330224, 336579, 336580, 334267, 339020 Fax (0331)-339029

Jember (6812)
Pengertian Asuransi

Kata asuransi berasal dari Bahasa Inggris yaitu insurance yang dalam Bahasa
Indonesia telah diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata
“pertanggungan”.1 Menurut pandangan Abbas Salim, asuransi dipahami sebagai suatu
kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai
(substansi) kerugian-kerugian yang belum pasti.2 Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya yaitu
Hukum Asuransi di Indonesia memaknai asuransi sebagai suatu persetujuan dimana pihak
yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi
sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari
suatu peristiwa yang belum jelas.3

Di Indonesia saat ini pengertian asuransi tercantum di dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Dagang (KUHD) dan diatur secara khusus di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian. Asuransi merupakan perjanjian sebagaimana dinyatakan
dalam KUHD Pasal 246, bahwa: “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tentu.”.

Ruang lingkup pengaturan dalam KUHD tersebut diatas terlihat sangat sempit sekali.
Ruang perlindungan hanya terhadap risiko kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungann
yang diharapkan mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.padahal
kita tahu bahwa banyak sekali risiko dalam kaitannya dengan kehidupan dan
perkembangannya tidak hanya pada tiga jenis pokok yang ditentukan dalam KUHD. Oleh
karena itu, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian telah
memperluas ruang lingkup perlindungan meliputi pula risiko dari tanggung jawab hokum
terhadap pihak ketiga, asuransi jiwa, dan bunga cagak hidup. Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 menyatakan bahwa: “Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan pengantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 63.
2
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, 2000, h. 1.
3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia (Jakarta: Intermasa, 1987), h. 1.
tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Risiko dalam kehidupan manusia itu selalu melekat pada setiap kehidupan manusia.
Risiko brkaitan dengan ketidakpastian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia. Untuk
mengantisipasi risiko diperlukan ikhtiar untuk mencegah, mengantisipasi, mengurangi, dan
mengalihkan risiko. Asuransi adalah salah satu bentuk manajemen atau pengendalian risiko
dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) atau membagi risiko (distribution of risk)
dari pihak yang memiliki kemungkinan menderita karena adanya risiko kepada pihak lain
(perusahaan asuransi) yang bersedia melindungi dari kemungkinan terjadi risiko pada pihak
pertama. Pengalihan dan membagi risiko tersebut tentu saja didasari dengan aturan-aturan
hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam perjanjian asuransi.

DASAR BERLAKUNYA ASURANSI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG DI


MASYARAKAT

Di dalam Pasal 247 KUHD secara yuridis memberikan peluang terhadap tumbuh dan
berkembangnya asuransi yang tidak diatur dalam KUHD. Pasal 247 KUHD tidak membatasi
atau menghalangi timbulnya jenis-jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan masyarakat.
Hal ini didasarkan pada kata-kata “antara lain” yang terdapat di dalam Pasal 247 KUHD.
Sifat dari Pasal 247 KUHD hanya mengatur dan menyebutkan beberapa contoh saja. Dengan
demikian, para pihak dapat juga memperjanjikan adanya pertanggungan bentuk lain. Jadi
tumbuhnya jenis-jenis baru dibidang asuransi memang tidak dilarang oleh Undang-Undang.
Berdasarkan Pasal 247 KUHP dibuka kemungkinan untuk lahirnya asuransi-asuransi baru
selain disebutkan diatas.4 Selain itu sehubungan asuransi adalah perjanjian, maka ketentuan
dan asas-asas umum yang terdapat dalam KUHPerdata berlaku pula dalam perjanjian
asuransi. Oleh karena itu asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338
Ayat (1) KUHPerdata menjadi dasar hokum untuk pembentukan asuransi yang tumbuh dalam
perkembangan masyarakat (asuransi varia). Tentunya perjanjian asuransi varia akan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat apabila memenuhi ketentuan syarat sahnya
perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

4
Man Suparman, Hukum Asuransi (Bandung: Asuransi, 1993), h. 46.
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.5

KEBUTUHAN TERHADAP ASURANSI DAN MANFAAT ASURANSI

Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut


berhubungan dengan takdir dan nasib manusia yang ditentukan oleh Tuhan. Dalam ilmu
hukum ketentuan tersebut disebut peristiwa hukum. Peristiwa hukum tersebut memiliki
potensi adanya risiko yang mungkin akan terjadi. Peristiwa kematian seseorang mungkin
akan berkaitan dengan istri/suami maupun anak yang masih memiliki masa depan yang
panjang, yang akan menjadi risiko jika tidak dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhannya
kelak. Peristiwa kelahiran memiliki risiko kematian ibu yang melahirkan, kesehatan ibu dan
anak, serta pendidikan anak. Bencana alam dan kerusakan lingkungan menjadi risiko bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu, sering kali pula manusia dihadapkan pada
suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, misalnya kebakaran rumah, kerusakan barang,
ataupun kecelakaan diri. Hal-hal tersebut merupakan risiko yang senantiasa mungkin dialami
oleh setiap manusia dalam kehidupannya.

Musibah atau bencana yang merupakan qadha atau qadhar Allah SWT tidak dapat
dihindari. Namun demikian, manusia wajib berikhtiar memperkecil risiko yang timbul serta
tidak hanya pasrah menerima semuanya. Sudah sejak lama orang mencari cara untuk
mengatasi dan meminimalisir risiko, dan inilah yang sekarang dikenal sebagai lembaga
asuransi atau pertanggungan. Dengan asuransi, kemungkinan dapat dialihkan kepada pihak
penanggung, maka pihak tersebut mengikatkan diri akan mengganti kerugian apabila risiko
itu benar-benar menjadi suatu kenyataan kehilangan atau kerugian.6

Penutupan asuransi akan menjadi suatu kebutuhantan seseorang yang jika melihat
manfaat akan diperolehnya. Asuransi memiliki manfaat utama, yaitu menempatkan posisi
finansial tertanggung (nasabah) kembali kepada saat sebelum terjadi kerugian. Namun selain
itu, asuransi juga dapat mengurangi ketidakpastian risiko, dapat mengurangi beban akibat

5
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 161.
6
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia Cetakan I (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 16.
timbulnya kerugian yang datang tiba-tiba, memberikan solusi dalam bekerja, dan banyak
manfaat lainnya.

Perjanjian asuransi sebagai lembaga pembangunan dan pembagian manfaat memiliki


kegunaan yang positif, baik bagi masyarakat, perusahaan, maupun pembangunan negara.
Mereka yang menutup perjanjian asuransi akan merasa tenteram, karena mendapat
perlindungan dari kemungkinan tertimpa suatu kerugian. Suatu perusahaan yang menjamin
risikonya melalui perjanjian asuransi akan dapat meningkatkan upaya dan berani menggalang
tujuan yang lebih besar. Demikian pula premi-premi yang dikumpulkan oleh suatu
perusahaan asuransi dapat digunakan dan digunakan sebagai sarana untuk pembangunan
sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.7

Manfaat Asuransi

Asuransi memiliki banyak kegunaannya untuk perseorangan (individu), bagi


masyarakat maupun untuk perusahaan. Oleh karena dengan adanya asuransi dapat
menampung sekian risiko yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Manfaat
asuransi yaitu:

- Asuransi menyebabkan atau membuat masyarakat dan perusahaan-perusahaan berada


dalam keadaan aman. Dengan membeli asuransi, para pengusaha atau orang-orang
akan menajdi tenang jiwanya, misalnya agar barang-barangnya dalam sebuah
pengirimannya terhindar dari kerugian yang terjadi (pecah, pencurian, dan
sebagainya). Seseorang akan mempertanggungjawabkan barang-barangnya itu pada
perusahaan asuransi (asuransi pengiriman barang).
- Dengan asuransi efisiensi perusahaan (business efficiency) dapat dipertahankan guna
menjaga kelancaran perusahaan (going concert), maka dengan jalan pertanggungan,
resiko dapat dikurangi. Contoh: si A dan si B mendirikan perusahaan berbentuk
“firma”, kedua firma tersebut membeli asuransi (life insurance), andai kata salahs
eorang meninggal dunia (missal B), demi menjaga “efisiensi dan kelancaran
perusahaan” firma dapat hidup terus tanpa dibubarkan. Caranya dengan si A akan
mengambil alih saham si B disertai pula adanya jaminan sebab si B memiliki asuransi
jiwa.

7
Man Suparman, Hukum Asuransi (Bandung: Alumni, 1993), h. 1.
- Dengan asuransi terdapat suatu kecenderungan, penarikan biaya akan dilakukan seadil
mungkin (the equitable assessment of cost). Maksudnya adalah ongkos-ongkos
asuransi harus adil menurut besar kecilnya risiko yang dipertanggungkan. Misalnya
pada asuransi jiwa seorang yang telah tua sekali, asuransinya lebih besar dari pada
orang yang masih muda dalam kontrak tidak ada pihak yang boleh dirugikan.
- Asuransi sebagai dasar pemberian kredit (insurance serves as a basic of credit).
Contohnya:
1. Dalam asuransi pengangkutan yang berhubungan dengan tata perdagangan
internasional. Bila seorang pedagang meminta kredit kepada bank. Selain
pedagang tersebut memiliki bill of lading, konosemen, dan lain-lain juga harus
mempunyai sertifikat asuransi.
2. Pinjaman hipotek (jangka panjang), dalam hal ini si pemberi kredit (bank)
menghendaki syarat-syarat apakah si peminta kredit mempunyai asuransi. Missal
untuk rumah, kapal, pabrik, dan lain-lain yang dapat digunakan sebagai jaminan
kredit.
- Asuransi merupakan alat penabung (saving). Missal dalam asuransi jiwa, saat ini kita
mengeluarkan uang sedangkan penggunaannya kemudian hari namun pada waktu
sekarang pertanggungan jiwa kurang menarik sebab tidak begitu menguntungkan
masyarakat (pendapatan masyarakat rendah, keadaan ekonomi tidak stabil, terutama
akibat merosotnya nilai uang).8
- Asuransi menjamin ke stabilan perusahaan
Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu
factor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan
karyawan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menydiakan polis secara
berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar
keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Polis tersebut ditulis
sedemikian rupa untuk menekankan nilai dari karyawan-karyawan yang telah
mengabdi cukup lama dalam perusahaan. Adanya usaha seperti itu dari pihak
perusahaan merupakan stabilisator jalannya roda perusahaan.
- Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran.
Fungsi asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpatian. Perusahaan
asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian tak terduga. Akan tetapi
perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian
8
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko ed revisi ke-2, (Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2003), h. 13.
yang tidak pasti itu. Apabila seseorang telah membayar premi asuransi, mereka
terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil
(dalam hal ini berupa premi yang telah dibayar). Kerugian kecil itu sesungguhnya
merupakan bagian yang dipikulnya untuk kerugian kelompok itu. Jadi dengan
membayar premi ia memperoleh kepastian biaya kemungkinan kerugian. Jika tidak
ada asuransi, maka mereka yang menghadapi risiko tidak akan dapat meramalkan
apakah mereka akan tertimpa kerugian besar, kerugian kecil atau tidak. Oleh karena
itu mereka tidak akan sanggup meramalkan biayanya. 9

Berlakunya Asuransi

Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi
walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam prakteknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya
premi. Selanjutnya sesuai kententuan perundang undangan yang berlaku, penanggung atau
perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi. (Pasal 255 KUHD)

9
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 12.

Anda mungkin juga menyukai