Disusun Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS HUKUM
2020
Abstrak
Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Jiwasraya Persero. Fakultas
Hukum Universitas Bung karno.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demikian halnya seperti saat ini tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan
pokoknya saja, manusia saat ini juga memikirkan soal kebutuhan dimasa yang akan
datang. Untuk itu mereka mempersiapkannya mulai dari saat ini guna dapat
memenuhi kebutuhannya dihari tua nanti, saat ia tak lagi produktif.
Sebagai contoh dana pensiun, bekal tersebut ditujukan guna dapat memenuhi
kebutuhannya dihari tua ataupun guna memenuhi kebutuhan anak – anaknya agar
tetap dapat tumbuh dan berkembang. Untuk itu sebagaian manusia memerlukan
asuransi, agar dapat memenuhi kebutuhan yang belum pasti tersebut dimasa yang
akan datang.
Asuransi merupakan buah pikiran dan akal budi manusia untuk mencapai suatu
keadaan yang dapat memenuhi kebutuhannya, terutama sekali untuk kebutuhan –
kebutuhannya yang hakiki sifatnya antara lain lebih rasa aman dan terlindungi.1
Manfaat asuransi sangat penting dan besar artinya pada masa sekarang ini,
diantaranya:
1. Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan
usaha. Hal ini karena seseorang akan terlepas dari kekhawatiran akan tertimpa
1
Dr.Hartono, Sri Rejeki.,S.H. 1992. Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Jakarta : Sinar Grafika.Hal.30
kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak diharapkan, sebab walaupun
tertimpa kerugian akan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi.
2. Asuransi dapat menaikan efisiensi dan kegiatan perusahaan, sebab dengan
memperalihkan resiko yang lebih besar kepada perusahaan asuransi,
perusahaan itu akan mencurahkan perhatian dan pikirannya pada peningkatan
usahanya.
3. Asuransi cenderung kearah perkiraan penilaian biaya yang layak. Dengan
adanya perkiraan akan suatu resiko yang jumlahnya dapat dikira-kira
sebelumnya, maka suatu perusahaan akan memperhitungkan adanya ganti rugi
dari asuransi didalam ia menilai biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan.
4. Asuransi merupakan dasar pertimbangan pemberian suatu kredit. Apabila
seseorang meminjam kredit bank, maka biasanya meminta kepada debitur
untuk menutup asuransi benda jaminan,
5. Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian-kerugian. Dengan ditutupnya
perjanjian asuransi, maka resiko yang mungkin dialami seseorang dapat
ditutup oleh perusahaan asuransi.2
6. Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal pendapatan atau untuk
harapan masa depan. Dalam hal ini fungsi menabung dari asuransi terutama
dalam asuransi jiwa.
7. Asuransi merupakan alat pembangunan. Dalam hal ini premi yang terkumpul
dalam perusahaan asuransi dapat dipakai sebagai dana investasi dalam
pembangunan bantuan kredit jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang, bagi usaha-usaha pembangunan. Pada akhirnya dapat memperluas
kesempatan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak.3
2
Santoso Poedjosoebroto, 1996, Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia,
Jakarta: Bharata, Hal 82.
3
Endang, M. Suparman Sastrawidjaja, 1993, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung Asuransi
Deposito Usaha Peransuransian), Bandung: Alumni, Hal 59.
Sementara itu didalam KUHD Pasal 246 menyatakan bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung,dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkinakan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu.
Nasabah atau orang yang mendaftarkan dirinya pada asuransi jiwa menjadi orang
yang berkomitmen dengan perusahaan asuransi melalui surat atau akta perjanjian
asuransi jiwa memiliki bantuan perlindungan hukum di berbagai macam aturan
peraturan undang – undang. Contohnya pada Undang – Undang No. 21 Tahun 2011
mengenai Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 mengenai
Perasuransian, juga pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013
tentang melindungi pembeli Sektor Jasa Keuangan. Perlindungan hukum yang
diberikan terhadap nasabah asuransi dijelaskan dalam Pasal 2 huruf a Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang berbunyi :
“Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang.”
B. Pokok Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Manfaat praktis
E. Metode penelitian
Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah
suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuannya
kini usaha dimana dengan menggunakan metode-metode tertentu. 5
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yang dilakukan dengan cara
menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut
asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang berkaitan dengan penelitian.
5
HadiSutrisno. 1997. MetodologiRiset. Yogjakarta : UGM press. Hal. 3
BAB II
LANDASAN TEORI
Perlindungan Konsumen dan Permasalahan
Ayat (1): Mengatur bahwa Pelaku Usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa
yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau penjanjian
apabila: menyatakan pengalihan tanggung jawab Pelaku Usaha; secara
angsuran;
Ayat (2): Pelaku Usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letaknya
yang pengungkapannya sulit dimengerti;
Ayat (3): Setiap klausula baku yang telah ditetapkan memenuhi ketentuan pada
ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum;
Ayat (4): Pelaku Usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan Undang-undang ini.
Tujuan diberlakukannya UU Perlindungan Konsumen ini memiliki tujuan yang
sangat baik agar pengguna produk dan/atau jasa dapat terlindungi. Akan tetapi
permasalahannya adalah, apakah UU ini lebih menekankan pada pemberian
perlindungan kepada konsumen pengguna produk nyata atau kepada produk nyata
dan jasa. Jika diperhatikan dari aspek larangannya lebih memprioritaskan untuk
Pelaku Usaha yang memproduksi dan menjual barang nyata dan/atau layanannya.
Masalahnya bagaimana bagi pelaku usaha yang menawarkan jasa dan/atau
layanannya, seperti yang diterapkan pada jasa keuangan Asuransi, yang pada
umumnya bersifat adhesif (baku atau standar).
Oleh karena penggunaan klausula ini, sebagai suatu kebutuhan dan tuntutan
dalam masyarakat dunia usaha yang membutuhkan efisiensi di dalam aktivitasnya,
bahkan menunjukkan gejala-gejala peningkatan sebagai dampak globalisasi dunia.
Perlindungan Konsumen (UU No. 40 Tahun 2014) dan permasalahannya.
Perlindungan Konsumen yang diatur dalam POJK. Bentuk perlindungan hukum bagi
konsumen adalah dengan melindungi hak-hak konsumen. Walaupun sangat beragam,
secara garis besar hak-hak konsumen dapat dibagi dalam 3 (tiga) hak yang menjadi
prinsip dasar, yaitu:
Perlindungan Konsumen pada jasa keuangan diatur pada Pasal 31, UU No. 21
Tahun 2011 tentang OJK, yang lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan OJK (POJK).
Adapun yang dimaksud “Konsumen” dalam jasa keuangan adalah pihak – pihak yang
mendapatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di LJK antara
lain nasabah pada perbankan, pemodal di pasar modal, pemegang polis pada
perasuransian, dan peserta pada dana pension, berdasarkan peraturan perundang –
undangan di sektor jasa keuangan (Pasal 1 ayat 2), sedangkan yang dimaksud dengan
“Perlindungan konsumen” adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan
perilaku pelaku usaha Jasa keuangan (Ayat 3). Sedangkan Konsumen Asuransi adalah
pihak-pihak yang membayar premi dan/atau memanfaatkan
Pengertian asuransi juga dirumuskan oleh pasal 246 KUHD, yang menyatakan:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan didentanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.
Dari definisi Pasal 246 KUHD dapat ditentukan beberapa unsur penting dalam
pertanggungan, yaitu:
6
Abdulkadir Muhammad, 2000, Pengantof Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
him. 9
Prinsip indemnitas adalah suatu prinsip utama dalam peranjian asuransi, karena
merupakan prinsip yang mendasari mekanisme kerja dan memberikan arah tujuan
dari perjanjian asuransi itu sendiri (khusus untuk asuransi kerugian). Perjanjian
asuransi mempunyai tujuan utama yang spesifik ialah untuk memberikan suatu ganti
kerugian kepada pihak tertanggung oleh pihak penanggung.7 Kerugian itu tidak boleh
menyebabkan posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan dari
posisi sebelum menderita kerugian. Jadi terbatas sampai pada posisi semula, sehingga
sesuai dengan Pasal 246 KUHD :" seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan pergantian
kepadanya karena suatu kerugaian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan".
Yang ingin dicapai oleh prinsip indemnitas adalah keseimbangan antara resiko
yang dialihkan kepada penanggung dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung
sebagai akibat dari terjadinya peristiwa yang secara wajar tidak diharapkan
terjadinya. Jadi harus ada hubungan antara kepentingan dan prinsip indemnitas.
Tertanggung harus benar-benar mempunyai kepentingan terhadap kemungkinan
menderita kerugian karena terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan.
Dalam Undang – Undang ini yang dimaksud dengan Asuransi adalah perjanjian
antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
Hukum perasuransian di Indonesia sudah cukup lama dikenal dan diatur dalam
sejumlah peraturan perundang-undangan semenjak belum terwujudnya negara
Republik Indonesia. Eksistensi pengaturan asuransi dalam KUHD tetap berlanjut,
karena tidak dicabut oleh peraturan perundang – undangan lainnya. Undang-Undang
No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah peraturan perundangan
pertama sebagai karya bangsa dan negara Republik Indonesia yang merdeka dan
berdaulat, tetapi tidak mencabut keberadaan KUHD di dalam mengatur berbagai
aspek tentang perasuransian, khususnya perlindungan hukum terhadap pemegang
polis asuransi.
Perlindungan hukum bagi pemegang Polis asuransi penting sekali oleh karena,
polis itu merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa
asuransi telah terjadi. Polis asuransi sebagai bukti terjadinya perjanjian asuransi
mengikat melalui perjanjian asuransi yang dibuktikan dengan Polis asuransi telah
terjadi pemindahan resiko misalnya asuransi jiwa atau asuransi kerugian kepada
perusahaan asuransi. Abdul Kadir Muhammad menjelaskan, melalui perjanjian
asuransi resiko kemungkinan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian yang
mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan kepada perusahaan asuransi
kerugian selaku penanggung.10
11
UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (Pasal 26).
12
Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Pasal 28)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Spesifikasi Penelitian
B NYA GA ADA???
C. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
meliputi data sekunder. Data sekunder terdari dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier sebagai berikut :
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2005), hal. 35
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum tersier sebagai penunjang informasi dalam
penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif yaitu dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat yang selanjutnya
diadakan pembahasan terhadap masalah yang diteliti, sehingga dari uraian tersebut
dapat diambil suatu simpulan terhadap pokok bahasan yang diteliti.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika sengketa asuransi pun tidak dapat dihindari agar Pelaku Usaha
Perasuransian dapat memberikan alternatif penyelesaian melalui Badan Mediasi
dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI), sehingga konsumen asuransi terus
mendapatkan pelayanan yang berkesinambungan. Bahwa tujuan perusahaan akan
tercapai jika perusahaan dikelola dengan baik dan sesuai dengan harapan yang
ditetapkannya. Oleh karena itu, sebaiknya Jiwasraya Persero sebagai satu-satunya
perusahaan Asuransi Jiwa milik pemerintah Republik Indonesia (BUMN) yang
saat ini merupakan perusahaan Asuransi Jiwa lokal terbesar di Indonesia , harus
membangun kinerja baik dan memenangkan persaingan, juga merupakan
perusahaan yang berfokus pada kepuasan dan membangun loyalitas
konsumennya. Bagaimana dapat membangun kepuasan dan layolitas konsumen,
salah satunya memperhatikan dan fokus terhadap perlindungan konsumennya
sebagai pengguna produk dan/atau layanannya, dan tidak gegabah dalam
mengambil keputusan-keputusan yang akan merugikan para nasabah.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. Sri Redjeki, 2001, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika. H.M.N.