Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PROPOSAL PLKH 1

TEMA: HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


JUDUL: ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM HUKUM
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA ASURANSI UNIT LINK
Diajukan Oleh:
Nama : Felix Ricardo
NIM : 205180109
Program Peminatan: Konsultan Hukum

Fakultas Hukum
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman diikuti juga dengan berkembangnya
kebutuhan manusia yang juga semakin meningkat. Meningkatnya
kebutuhan manusia dikarenakan sudah tercukupinya kebutuhan-kebutuhan
seperti kebutuhan primer dan sekunder yang semakin terpenuhi yang
memiliki unsur seperti sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder termasuk hal-hal seperti pendidikan dan
kebutuhan lainnya yang dibutuhkan manusia semakin mudah untuk
dipenuhi. Semakin mudah dipenuhinya kebutuhan utama manusia maka
semakin meningkatnya kebutuhan lain yang ingin dipenuhi oleh
seseorang.
Terutama dalam hal untuk melindungi diri dari resiko. Oleh karena itu,
dengan meningkatnya kebutuhan perlindungan terhadap resiko yang akan
datang, munculah berbagai produk yang menawarkan suatu cara
perlindungan resiko kepada seseorang untuk memudahkan finansial
seseorang dan melindungi dari hal yang tidak terduga, produk tersebut
merupakan Asuransi.
Definisi Asuransi dapat ditemukan di dalam Pasal 246 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (“KUHD”) atau Wetboek van Koophandel dan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasurasian masing-
masing memiliki pengertian mengenai Asuransi itu sendiri. Yaitu:
Pasal 246 KUHD menyatakan bahwa:
Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
dideritanya akibat dari suatu evenemen atau peristiwa tidak pasti.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasurasian, menyatakan pengertian Asuransi, yaitu:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi
oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan data.

Terdapat berbagai macam bentuk asuransi, macam-macam


asuransi tersebut meliputi Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa, yang
terbagi menjadi:1

A. Asuransi kerugian, yang terdiri dari:


- Asuransi Kebakaran;
- Asuransi Kehilangan dan Kerusakan;
- Asuransi Laut;
- Asuransi Pengangkutan;dan
- Asuransi Kredit.
B. Asuransi Jiwa, yang terdiri dari:

1
Deny Guntara. “Asuransi dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya.” Jurnal Justisi Ilmu
Hukum. Vol. 1, No.1, 2016, Hal. 29.
- Asuransi Kecelakaan;
- Asuransi Kesehatan; dan
- Asuransi Jiwa Kredit.
Sekarang ini Asuransi merupakan salah satu produk yang menjadi
bagian penting dalam roda ekonomi demi melindungi diri dari resiko yang
tidak terlihat baik oleh suatu perusahaan maupun perorangan. Karena
tujuan untuk memiliki asuransi adalah untuk pengalihan resiko dari pihak
yang mengalami resiko yang dialihkan kepada orang lain. 2 Pada era
sekarang ini setiap perusahaan memberikan suatu jaminan dengan
memberikan Asuransi seperti Asuransi Kesehatan kepada karyawannya.
Sedangkan untuk Asuransi Perorangan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan Asuransi berupa Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan, Asuransi
Pendidikan, maupun tawaran asuransi-asuransi lainnya. Seiiring
berkembangnya zaman sekarang ini sudah banyak tawaran-tawaran
asuransi-asuransi jenis lainnya selain yang disebutkan sebelumnya.
Jumlah perusahaan Asuransi pun sejauh ini berdasarkan dari website
Badan Pusat Statistik (“BPS”) menyatakan terdapat sekitar 229
Perusahaan Asuransi di Indonesia.3 Menunjukkan jumlah yang cukup
banyak untuk perusahaan Asuransi di Indonesia.
Sekarang ini mulai muncul bentuk Asuransi jenis lain yang sudah
lazim dikenal tetapi masih belum terlalu dipahami oleh masyarakat umum
sekarang ini, yaitu Asuransi Unit Link. Asuransi Unit Link merupakan
suatu bentuk asuransi terbaru yang ditawarkan perusahaan-perusahaan
asuransi yang menawarkan tidak hanya asuransi tradisional melainkan
juga asuransi modern.4 Asuransi unit link memberikan banyak manfaat
2
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan (Pokok-Pokok Pertanggungan Kerugian,
Kebakaran, dan Jiwa), Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (Yogyakarta: 1990), hlm. 5.
3
https://www.bps.go.id/indicator/13/1080/1/jumlah-perusahaan-asuransi-dan-perusahaan-penunjang-
asuransi.html, Diakses pada 14 April 2021, pada jam 22:48
4
Dinda Bertha Ivana dan Arif Suyono, “Pelaksanaan Penyelesaian Klaim Asuransi Unit Link
Bancaassurance PT Aviva Life.” Jurnal PRIVAT LAW No. 1 tahun 2018, hal. 167
bagi tertanggung yang dapat memberikan manfaat berupa premi yang
dibayarkan untuk membayar proteksi dan menawarkan kegunaan yang
lainnya yang digunakan untuk melakukan investasi.5 Hal ini merupakan
suatu inovasi baru dalam bidang asuransi sekaligus finansial yang
memberikan prospek dan janji yang bagus bagi para pemegang polis
asuransi.
Tetapi dalam beberapa waktu ini mulai marak terjadi kasus
penggunaan Asuransi Unit Link yang menyatakan bahwa apa yang
ditawarkan oleh agen asuransi unit link tidak sesuai dengan apa yang
dijanjikan di dalam penawaran yang diberikan oleh agen asuransi unit link
tersebut, bahkan sampai-sampai terjadinya suatu tuduhan bahwa adanya
penipuan yang diberikan oleh agen asuransi terhadap para konsumen atau
pengguna asuransi tersebut. Seperti yang dialami oleh perusahaan asuransi
yang cukup terkenal yaitu Prudential dan AXA Mandiri. Nasabah dari
prudential tersebut mengatakan bahwa ia tidak puas terhadap polis
asuransinya yang berupa asuransi unit link kejadian ini terjadi pada tahun
2020 yang berupa kejadian pemegang polis membanting meja karena
merasa tertipu dengan jenis asuransi tersebut.6
Hal lainnya juga dialami oleh dua orang nasabah dari pengguna
asuransi unit link dari perusahaan asuransi AXA Mandiri yang baru
mengetahui menggunakan asuransi unit link karena pegawai bank tersebut
menawarkan Tabungan Berjangka dan mengatakan bahwa tabungan
tersebut dapat meningkatkan prospek keuangannya dalam 10 tahun yang
akan datang.7 Sang pemegang polis pun tidak sadar akan uangnya yang
hilang Rp 1.000.000,00,- (satu juta rupiah) setiap bulan karena telah

5
Ibid.
6
https://www.wartaekonomi.co.id/read313780/nasabah-prudential-ngamuk-gebrak-meja-tukang-
tipu-semua, Diakses pada 15 April 2021, Jam 20:54.
7
https://tirto.id/nelangsa-nasabah-axa-mandiri-tertipu-asuransi-unitlink-f8ht, Diakses pada 15 April
2021, Jam 20:59
mendaftarkannya secara sepihak hampir 2 tahun, pada Maret 2018
pemegang polis mengatakan bahwa tidak menekan persetujuan tersebut
dan sedang berada di luar negeri.8
Kasus lainnya juga dialami oleh korban ketiga yang merupakan
seorang pekerja migran di Taiwan. Korban pun ditawarkan Tabungan
Pendidikan Berjangka tanpa menyebutkan asuransi sebagai produknya
dengan setoran Rp 6.000.000, - (Enam juta rupiah) perbulan dan juga
dengan penawaran rawat inap Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu)
sampai dengn Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Namun terjadi
kejanggalan dari laporan nominal saldo korban malah mengalami kerugian
dari Debit sebesar Rp 30.000.000,00,- (tiga puluh juta rupiah) menjadi Rp
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Namun korban ketika menanyakan
AXA Mandiri bahwa korban pemegang polis tersebut telah dinyatakan
bersedia mengikuti asuransi jiwa.9
Sebagai pengguna Asuransi Unit Link tersebut, para pihak tertanggung
atau pemegang polis ini merupakan konsumen dalam menggunakan
barang berupa asuransi unit link tersebut memiliki hak-hak terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi sebagai
pelaku usaha. Sehingga apabila dilihat dari perspektif pemegang polis
perlu memperhatikan haknya sebagai konsumen dalam permasalahan
asuransi unit link. Terhadap Perlindungan Konsumen diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Selanjutnya akan disebut “UUPK”) Pengertian Perlindungan Konsumen
dicantumkan pada Pasal 1 angka 1 UUPK yang menyatakan bahwa
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

8
Ibid.
9
Ibid.
Sedangkan untuk pengertian Konsumen terdapat di dalam lanjutannya
yaitu Pasal 1 angka 2 UUPK yang menyatakan bahwa
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Sehingga dapat dikatakan berdasarkan undang-undang tersebut bahwa
perlindungan konsumen adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum
tersebut terutama dalam kasus ini terhadap pengguna Asuransi Unit Link
yang merupakan seorang konsumen.
(Masukkin Kewajiban Perusahaan dan Hak konsumen)
Terhadap hal tersebut tidak sesuai dengan hak konsumen yang
tercantum di dalam Pasal 7 UUPK huruf a dan huruf b tersebut
menyaakan bahwa pelaku usaha memiliki kewajiban untuk beritikad baik
dalam melakukan kegiatan usahanya dan memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Sedangkan menurut Pasal 4 huruf c dan g UUPK menyatakan bahwa
dalam Pasal 4 huruf c menyatakan hak seorang konsumen salah satunya
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa. Kemudian di dalam huruf g berupa hak
untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif. Sedangkan menurut peraturan Peraturan Otoritas Jasa
Keunagan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan dalam Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa Pelaku
Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan
informasi mengenai produk dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas
dan tidak menyesatkan. Informasi tersebut menurut Pasal 4 ayat (3)
menyatakan informasi yang wajib disampaikan pada saat memberikan
penjelasan kepada Konsumen mengenai hak dan kewajibannya.
Dengan maraknya agen asuransi yang berusaha melakukan segala cara
untuk mendaftarkan para pihak-pihak yang tidak memiliki suatu intensi
untuk mendaftarkan dirinya di asuransi unit link dan ketidaksesuaian janji-
janji dan informasi yang disampaikan oleh agen asuransi mengenai
asuransi unit link sebagai produk asuransi yang ditawarkan menyebabkan
banyak kesalahpahaman dan ketidaksesuaian antara hak konsumen dan
yang merupakan kewajiban dari pelaku usaha dalam hal ini yaitu
perusahaan asuransi. Oleh karena itu masih banyak terjadi ketidaksesuaian
informasi yang disampaikan oleh agen-agen asuransi kepada konsumen
yang menyebabkan kebingungan dan konsumen pun tidak mengetahui apa
yang akan dilakukannya, sehingga untuk mecegah terjadinya hal yang
sama dan agar konsumen mengetahui haknya penulis ingin mengetahui
lebih dalam mengenai Perlindungan yang diberikan kepada konsumen
terutama dalam hal asuransi yang tidak sesuai informasi.
Sehingga berdasarkan regulasi yang diatur di dalam UUPK dan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.1/POJK.07/2013 mengenai
Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan, maka karena pada kenyataanya
masih banyak agen asuransi yang tidak melakukan tindakan sesuai
peraturan Perlindungan Konsumen, oleh karena itu maka penulis
mengangkat tulisan dengan judul “ANALISIS YURIDIS
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM HUKUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA ASURANSI UNIT LINK”.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini terdiri
dari:
1. Bagaimana bentuk Perlindungan Konsumen terhadap Pengguna
Asuransi Unit Link yang tidak sesuai dengan produk yang
dijanjikan?
2. Siapa yang dapat melakukan Pertanggungjawaban terhadap
missales yang dilakukan oleh agen asuransi terhadap pemegang
polis?

Anda mungkin juga menyukai