Abstrak
Perusahaan asuransi di Indonesia saat ini terjebak dalam stigma mencari premi setinggi-
tingginya. Banyak agen tidak bekerja sesuai standar dan tidak menjelaskan secara rinci hak
dan kewajiban pihak tertanggung. Penelitian ini bertujuan mengetahui misrepresentasi dan
bentuk-bentuk misrepresentasi yang dilakukan oleh penanggung dalam perkara kontrak
asuransi berdasarkan putusan-putusan pengadilan. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan
metode content analysis. Hasil menunjukkan bahwa penanggung gagal memberikan informasi
mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan dalam kaitannya dengan asuransi jiwa, gagal
menjelaskan hubungan antara kejujuran dalam mengungkapkan keadaan materil secara lengkap
dengan risiko batalnya polis atau konsekuensi penolakan klaim asuransi ditolak, penanggung
memberikan informasi keliru kepada pemegang polis dengan mengesankan selah-olah klaim
bisa dilakukan dengan mudah hanya dengan photocopy bukti pengeluaran biaya rumah sakit,
dan gagal menyajikan informasi bahwa polis hanya dapat ditutup untuk orang lain, jika
calon tertanggungnya memiliki akta kelahiran dan tidak bisa digantikan dengan sebuah surat
pernyataan.
Kata kunci: misrepresentasi, penanggung, kontrak asuransi
59 DOI: https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2022.01501.4
60 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
pengalihan risiko, yang lebih penting adalah Memberikan penjelasan terperinci kepada
dalam rangka mengumpulkan premi sebanyak- calon tertanggung mengenai produk asuransi
banyaknya.3 merupakan kewajiban perusahaan asuransi,
Demi upaya premi demikian juga dengan institusi perantara
mengumpulkan
sebanyak-banyaknya, perusahaan asuransi lainnya seperti agen asuransi dan underwriter.
melalui agen-agennya, melakukan berbagai Namun kewajiban ini terkadang diabaikan
cara untuk menarik minat konsumen demi demi mengejar target pengumpulan premi yang
tercapainya target pengumpulan premi. dihasilkan. Kewajiban ini sangat berkaitan
Menurut Kepala Badan Mediasi dan Arbitrase dengan prinsip dasar dalam perjanjian pada
Asuransi Indonesia (BMAI) Frans Lamury, umumnya, yakni prinsip itikad baik. Selain
saat ini perusahaan asuransi di Indonesia itu, saat ini dikenal asas khusus dalam kontrak
terjebak dalam stigma mencari premi setinggi- asuransi, bahwa penanggung juga wajib
tingginya. Banyak agen perusahaan asuransi tunduk patuh pada aturan hukum asuransi
yang tidak bekerja sesuai standar, tidak yang berkembang secara global yaitu prinsip
menjelaskan secara rinci hak dan kewajiban utmost good faith.
pihak tertanggung (misrepresentasi). Ketua Prinsip utmost good faith berati “the most
Umum Yayasan Lembaga Konsumen abundant good trust; absolute and perfect
Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengkritik candor or openness and honesty; the absence
sistem marketing asuransi. Menurutnya, of any concealment or deception, however
perusahaan asuransi tidak hanya menonjolkan slight (kepercayaan baik yang paling
5
sisi kelebihan produknya, tapi juga mesti berlimpah; keterusterangan dan keterbukaan
1 Terungwa Azende, “Risk Management and Insurance of Small and Medium Scale Enterprises (SMEs) in
Nigeria.” International Journal of finance and Accounting 1, no. 1, (2012) : 8-17
2 D. Suresh Kumar, et al. “An Analysis of Farmers’ Perception and Awareness Towards Crop Insurance as a Tool
for Risk Management in Tamil Nadu,” Agricultural Economics Research Review 24, no. 1, (2011): 37-46.
3 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi, dan Surat Berharga. (Bandung : PT Alumni,
1997), hlm.146.
4 Gabriela Jessica, “Perusahaan Asuransi Harus Ditertibkan”, https://mediaindonesia.com/read/
detail/124954-perusahaan-asuransi-harus-ditertibkan, Diakses 04 November 2020.
5 S. W. Thomas, “Utmost Good Faith in Reinsurance: a Tradition in Need of Adjustment”, Duke LJ, 41, 1991 :
1548.
Mulhadi, Harianto, Misrepresentation Sebagai Fraud Dalam Perkara Kontrak Asuransi Yang... 61
dan kejujuran yang mutlak dan sempurna; berhak memperoleh manfaat; dan bertindak
tidak adanya penyembunyian atau penipuan, dengan integritas, kompetensi, serta utmost
betapapun kecilnya). Prinsip utmost good good faith”. Terakhir dalam Pasal 31 ayat
faith sebagai suatu “kewajiban afirmatif untuk 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
mengungkapkan secara sukarela, akurat dan tentang Perasuransian, bahwa “Agen Asuransi,
menyeluruh, semua fakta material, baik yang Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan
diminta atau tidak.6Walaupun KUHD belum Perusahaan Perasuransian wajib memberikan
mewajibkan prinsip ini pada penanggung, informasi yang benar, tidak palsu, dan/atau
bukan berarti penanggung bebas melakukan tidak menyesatkan kepada Pemegang Polis,
tindakan misrepresentasi atau memanfaatkan Tertanggung, atau Peserta mengenai risiko,
prinsip ini untuk melindungi kepentingannya manfaat, kewajiban dan pembebanan biaya
dengan sengaja memberikan informasi sesat terkait dengan produk asuransi atau produk
kepada tertanggung. Prinsip utmost good faith asuransi syariah yang ditawarkan”. Namun
pada penanggung sudah diwajibkan dalam dalam praktiknya, prinsip utmost good faith
ketentuan di luar KUHD, yakni dalam Pasal ini seolah-olah hanya dibebankan kepada
27 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tertanggung.
Tahun 1992 bahwa agen Asuransi dalam Mangacu pada beberapa putusan
menjalankan kegiatannya harus memberikan pengadilan dalam perkara asuransi,
keterangan yang benar dan jelas kepada misrepresentasi sudah menjadi senjata ampuh
calon tertanggung tentang program asuransi bagi penanggung untuk menolak klaim
yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, asuransi. Kepercayaan diri perusahaan asuransi
termasuk mengenai hak dan kewajiban calon menggunakan pasal misrepresentation atau
tertanggung. Demikian juga dalam Peraturan pun non-disclosure untuk melemahkan klaim
Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggung bukan tanpa alasan, karena aturan
Nomor: 152/PMK.010/2012 tentang Tata hukum memberikan perlindungan kepada
Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan penanggung. Walaupun demikian, pada
Perasuransi, khususnya dalam ketentuan Pasal banyak kasus hukum, penanggung sering
64 ayat (2) huruf c dan d, bahwa “Perusahaan gagal membuktikan tuduhannya, seperti dalam
Asuransi, Perusahaan Reasuransi, perusahaan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 216/
pialang asuransi, perusahaan pialang Pdt.G/2011/PN.Sby, Putusan MA No.241 PK/
reasuransi, dan perusahaan Agen Asuransi, Pdt /2011, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
wajib mengungkapkan informasi yang Selatan No.738/Pdt G/2012/PN.Jkt.Sel., dan
material dan relevan bagi pemegang polis, Putusan MA No.560 K/Pdt.Sus/2012.
tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang Jarang ditemukan kasus hukum dengan
6 Basic Insurance Concept and Principles, Singapore: Singapore College of Insurance Limited, 2002, hlm. 41
62 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
pokok perkara misrepresentasi yang kesempatan dan tidak ada yang membantah
dialamatkan kepada penanggung. Selain bahwa prinsip utmost good faith dalam pasal
karena aturan hukumnya masih baru dengan dimaksud selalu digunakan sebagai tameng
sanksi bersifat administratif, tertanggung untuk melakukan tindakan serupa (insurance
sebagai penggugat merasa lebih nyaman fraud, misrepresentation, non-disclosure),
dan diuntungkan bila menggunakan pasal atau pun dalam rangka menolak berprestasi,
wanprestasi atau perbuatan melawan hukum seperti dalam Putusan No.147 K/PDT/2009,
sebagai dasar hukum untuk mempertahankan Putusan Nomor 1499/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel.,
haknya dengan mengajukan gugatannya ke Putusan No. 2506 K/Pdt/2011, dan Putusan
pengadilan. No. 424 K/Pdt/ antara Erna Dwiningsih vs
Pada beberapa kasus yang dimenangkan Asuransi Jiwa Central Asia Raya.
tertanggung, walaupun hakim tidak Kontrak asuransi sebagai kontrak utmost
menegaskan penanggung melakukan good faith digambarkan sebagai sangat rumit
misrepresentasi atau kecurangan asuransi dalam karakter dan sangat rentan terhadap
(insurance fraud), namun melalui kasus penyalahgunaannya oleh penanggung.7
hukum tersebut, ditemukan adanya fakta Apalagi alat ukurnya tidak jelas diatur
hukum dalam posita gugatan yang diajukan dalam KUHD dan semuanya diserahkan
pemegang polis atau tertanggung bahwa pada penilaian majelis hakim pengadilan.
penanggung dalam memasarkan polis Penelitian ini penting dilakukan untuk
asuransi miliknya cenderung memberikan memberi bukti bahwa perilaku misrepresentasi
janji-janji palsu, bohong dan menyesatkan atau pernyataan keliru yang dikhawatirkan
(misrepresentation), dengan tujuan menarik dilakukan oleh tertanggung justru lebih
minat calon tertanggung, dan hal ini juga banyak dilakukan oleh penanggung dengan
menjadi salah satu pemicu munculnya memanfaatkan ketentuan Pasal 251 KUHD
sengketa di kemudian hari. atau prinsip utmost good faith.
Selama ini tertanggung selalu disudutkan Chumaidah, melalui penelitian yang
dan diposisikan sebagai pelaku kecurangan dilakukannya menyatakan bahwa itikad baik
asuransi (insurance fraud), misrepresentation, dalam perjanjian asuransi seharusnya bukan
atau pun non-disclosure, padahal dengan hanya dibebankan kepada pihak tertanggung,
posisinya yang kuat ditambah dengan namun penanggung juga harus beritikad baik
regulasi hukum asuransi yang memihak dalam melaksakan perjanjian, sehingga terjadi
pada penanggung, seperti diatur dalam Pasal keseimbangan.8
251 KUHD, penanggung punya banyak Berdasarkan latar belakang tersebut di
7 Henry T. Kramer, The Nature of Reinsurance, in REINSURANCE 1, 9 (Robert W. Strain ed., 1980), dalam
Thomas, S. W. “Utmost Good Faith in Reinsurance: a Tradition in Need of Adjustment”. Duke LJ, 41, 1991,
hlm. 1551.
8 Zahry Vandawati Chumaida, “Menciptakan Itikad Baik Yang Berkeadilan Dalam Kontrak Asuransi
Mulhadi, Harianto, Misrepresentation Sebagai Fraud Dalam Perkara Kontrak Asuransi Yang... 63
atas, mendorong penulis untuk mengetahui risiko, asuransi juga bisa digunakan sebagai
mengenai pengertian misrepresentasi dan insentif untuk menghindari risiko.10
bentuk-bentuk misrepresentasi yang dilakukan Asuransi itu sendiri diciptakan untuk
oleh penanggung dalam perkara kontrak melindungi orang, kelompok, atau aktivitas
asuransi. usaha terhadap risiko kerugian finansial
Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan cara membagi atau menyebarkan
yuridis normatif dengan mengandalkan bahan risiko melalui pembayaran sejumlah premi.
hukum sekunder dengan sampel berupa Namun demikian, janji penanggung berupa
empat putusan pengadilan. Penelitian ini imbalan ganti rugi atau sejumlah uang hanya
dimulai dengan membaca ketentuan peraturan akan jadi mimpi bila pada awal kontrak
perundangan dan putusan-putusan pengadilan calon pemegang polis tidak memenuhi
berkenaan dengan perkara kontrak asuransi. prinsip utmost good faith. Carter menyatakan
Setelah kedua tindakan itu dilakukan, kewajiban untuk beritikad baik sempurna itu
maka akan teridentifikasi bentuk-bentuk lebih utama dibebankan kepada tertanggung,
misrepresentasi yang cenderung dilakukan karena penanggung memiliki posisi yang
oleh penanggung. Data disajikan secara relatif lebih pasif, dan pada kenyataannya
deskriptif dengan analisa kualitatif. Pasal 251 KUHD menganut konsep bahwa
hanya tertanggung yang wajib beritikad baik
Pembahasan sempurna,11 sedangkan perusahaan asuransi
dibebaskan untuk hal demikian. Prinsip
A. Misrepresentation sebagai fraud
utmost good faith meliputi dua hal, yakni
dalam Kontrak Asuransi
kewajiban untuk mengungkapkan fakta
Kontrak asuransi telah didefinisikan
atau keadaan materil (duty of disclosure)
sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih
dan larangan memberikan informasi keliru
di mana satu pihak, tertanggung (the insured)
(misrepresentation). Dalam Hukum Asuransi
membayar jumlah tertentu kepada perusahaan
Indonesia, Pasal 251 KUHD, dengan tegas
asuransi (the insurer), sebagai imbalan
mengatur prinsip ini, sebagai berikut:
ganti rugi atas kerugian yang terjadi sebagai
“Setiap keterangan yang keliru atau
akibat dari risiko-risiko, kontinjensi (segala tidak benar (misrepresentation), atau
kemungkinan) atau kejadian-kejadian tertentu setiap tidak memberitahukan hal-hal
yang ditentukan dalam kontrak.9 Selain yang diketahui oleh tertanggung
(non-disclosure), betapapun itikad
berfungsi sebagai sarana untuk menghadapi
Jiwa.” Yuridika 29, no. 2 (2014) : 257
9 Emeric Fischer, “The Rule of Insurable Interest and the Principle of Indemnity: Are They Measures of Damages
in Property Insurance,” Ind. LJ 56, (1980): 445
10 Johannes Spinnewijn, “Unemployed but Optimistic: Optimal Insurance Design with Biased Beliefs,” Journal
of the European Economic Association 13, no. 1, (2015): 130-167.
11 R.L. Carter, Reinsurance, (London : Kluwer Publishing Limited,1979), p.123.
64 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
baik ada padanya, yang demikian tentang sesuatu dengan maksud untuk
sifatnya, sehingga seandainya menipu (with the intent to deceive), biasanya
penanggung telah mengetahui
keadaan yang sebenarnya, perjanjian berbentuk lisan atau kata-kata tertulis, disebut
itu tidak akan ditutup, atau bila sudah juga representasi palsu (false representation).
ditutup dengan syarat yang sama, Penyembunyian (concealment) atau bahkan
mengakibatkan batalnya perjanjian
pertanggungan”. non-disclosure mungkin memiliki efek sama
sebagai misrepresentasi.13
Bila penerapan prinsip utmost good
Garner mengatakan misrepresentation
faith secara tidak adil ini (duty of disclosure
sebagai kecurangan (fraudulent) memiliki ciri-
dan larangan misrepresentation) hanya
ciri bahwa pembuatnya (a) tahu atau percaya
kepada tertanggung, bukan tidak mungkin
bahwa pernyataan atau keterangan yang
penanggung menjadikan prinsip ini sebagai
disampaikannya tersebut tidak sesuai dengan
sarana spekulasi untuk menguntungkan diri
fakta, atau (b) tidak memiliki keyakinan bahwa
sendiri dan merugikan pihak tertanggung
ia menyatakan atau menyiratkan kebenaran
atau pemegang polis. Pada tahap pra-kontrak
dari pernyataan tersebut, atau (c) mengetahui
misalnya, kesempatan penanggung untuk
bahwa dia tidak memiliki dasar (pengetahuan)
melakukan misrepresentasi terbuka lebar
tentang apa yang dia nyatakan atau implikasi
dalam rangka menarik minat calon tertanggung,
atas pernyataan tersebut“).14
sehingga calon tertanggung atau pemegang
Pernyataan keliru (misrepresentation)
polis tidak mendapatkan informasi lengkap
tidak bisa dipisahkan dari fraud (kecurangan),
(materil) mengenai produk asuransi yang
bahkan misrepresentasi ini diakui sebagai
ditawarkan kepadanya, dan jika ini dilakukan
bagian dari fraud. Hal ini bisa dipahami dari
menjadi sebuah tindakan kecurangan (fraud),
penjelasan Garner dalam bukunya “Black’s
dan misrepresentasi merupakan salah satu
Law Dictionary”, sebagai berikut:
unsur dari fraud itu sendiri.
“Fraud is (1) A knowing
Misrepresentasi adalah pernyataan misrepresentation of the truth or
tentang sesuatu sebagai fakta yang sebenarnya concealment of a material fact to
tidak benar, dan tertanggung/penanggung induce another to act to his or her
detriment; is usual a tort, but in
yang menyatakan, mengetahui bahwa itu some cases (esp. when the conduct
tidak benar, dengan maksud untuk menipu is willful) it may be a crime, (2) A
penjamin emisi (underwriter)12atau tindakan misrepresentation made recklessly
without belief in its truth to induce
membuat pernyataan salah atau menyesatkan, another person to act”.15
pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta
12 Salzman Gary I, “Misrepresentation and Concealment in Insurance,” Am. Bus. LJ 8, (1970) : 119
13 Bryan A. Garner, (Editor), Black’s Law Dictionary, 8th ed., (U.S.A: Thomson West, 2004), p.3169
14 Ibid., p.3170
15 Ibid., p.1950
Mulhadi, Harianto, Misrepresentation Sebagai Fraud Dalam Perkara Kontrak Asuransi Yang... 65
cek up kesehatan. Baru setelah Tertanggung yang benar mengenai pentingnya pemeriksaan
meninggal, pihak asuransi mencari alasan kesehatan dalam kaitannya dengan asuransi
melakukan investigasi atas kesehatan jiwa, padahal pemeriksaan kesehatan
Tertanggung, hal ini sekedar akal-akalan merupakan bagian penting dan tidak bisa
dari pihak asuransi untuk tidak memenuhi dipisahkan dalam pembukaan polis asuransi
kewajibannya, apalagi dengan keluarnya jiwa, tetapi perusahaan malah membebaskan
polis asuransi atas nama Tertanggung, berarti calon tertanggung untuk tidak melakukan
semua persyaratan telah terpenuhi. Hal medical check-up. Kedua, karena tidak ada
ini dipandang sebagai kecerobohan pihak kewajiban pemeriksaaan kesehatan, AJBBP
asuransi, sehingga penanggung tidak dapat sebagai penanggung kemudian memberikan
melepaskan diri dari tanggung jawab untuk informasi mengenai tidak pentingnya
memenuhi kewajibannya. mengisi kolom khusus dalam formulir SPAJ
Menurut penulis, walaupun hakim dalam (halaman 2 putusan), sehingga tertanggung
perkara ini tidak menyinggung dasar hukum mengabaikan dengan membiarkan kolom
misrepresentasi dalam putusannya, namun informasi kesehatan dalam keadaan
dalam pertimbangannya, terlihat bahwa kosong, padahal informasi kesehatan sangat
sesungguhnya pihak penanggung sudah diperlukan untuk menentukan besarnya premi
melanggar ketentuan misrepresentasi dan dan penting bagi penanggung apakah akan
bahkan doktrin penyalahgunaan keadaan pada mengambil alih risiko atau tidak sesuai dengan
saat bersamaan. AJBBP dalam persyaratan informasi kesehatan yang diperolehnya dari
polis tidak mewajibkan adanya pemeriksaan tertanggung. Ketiga, penanggung gagal dalam
kesehatan, padahal polis ini menanggung jiwa menjelaskan hubungan antara kejujuran dalam
seseorang yang salah satu persyaratannya mengungkapkan informasi kesehatan secara
menghendaki adanya informasi atau fakta lengkap dengan risiko batalnya polis atau klaim
materil mengenai kesehatan calon tertanggung. asuransi ditolak sesuai dengan ketentuan Pasal
Kelaziman dalam praktik asuransi jiwa telah 251 KUHD. Penanggung memberikan kesan
dengan sengaja dibaikan oleh AJBBP dengan pada tertanggung seolah-olah polis asuransi
berlindung pada asas kebebasan berkontrak. jiwa tetap berlaku, tidak akan dibatalkan atau
Padahal asas kebebasan berkontrak pada manfaatnya tetap bisa diklaim / dinikmati
intinya tidak boleh dilakukan sebebas- tertanggung (ahli waris) walaupun tidak ada
bebasnya sehingga merugikan salah satu pihak medical check-up. Bahwa informasi kesehatan
dalam kontrak. yang tidak dijelaskan tertanggung dengan cara
Dalam perkara ini, tindakan membiarkan kolom formulir dalam keadaan
misrepresentasi pertama yang dilakukan kosong (karena tidak ada medical check-up)
AJBBP adalah tidak memberikan informasi seolah-olah tidak berdampak hukum dan tidak
68 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
178 (3) HIR dan Pasal 189 (3) Rbg, dimana Jasa Indonesia (Persero) Tarakan dan PT.
Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas Asuransi Jasa Indonesia (Persero) vs. Yosep
perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan dan Pimpinan Cabang PT. BNI (Persero)
lebih daripada yang dituntut.18Hakim hanya Tbk Tarakan, dimana Majelis Hakim PK MA
menimbang hal-hal yang diajukan para dalam pertimbangan hukum III dan IV hlm.
pihak dan tuntutan hukum yang didasarkan 27-32, sebagai berikut:
kepadanya (iudex non ultra petita atau ultra “Putusan Kasasi Mahkamah
petita non cognoscitur).19Prinsip hukum ini Agung juncto Putusan Pengadilan
Tinggi Samarinda juncto Putusan
juga berkaitan dengan salah satu asas dalam Pengadilan Negeri Tarakan harus
hukum acara perdata yakni asas “hakim dibatalkan karena mengabulkan
bersifat pasif,” artinya hakim dalam memeriksa bunga yang tidak dituntut oleh
termohon Peninjauan Kembali
perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata atau mengabulkan lebih dari yang
ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang dituntut (ultra Petitum)”.22
diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada
Pada Perkara No.147 K/PDT/2009 ini,
asasnya ditentukan oleh para pihak bukan
hakim menyatakan bahwa tindakan yang
oleh hakim, 20
sehingga sangat rasional bila
dilakukan Tergugat (AJBBP) tersebut
hakim tidak akan memutus perkara yang
bukanlah penyalahgunaan keadaan atau cacat
tidak dituntut oleh penggugat. Bila hakim
kehendak, melainkan sebagai kecerobohan
memutus melebihi apa yang dituntut oleh
pihak asuransi, dan oleh karenanya tidak dapat
penggugat, hakim dipandang telah melampaui
melepaskan diri dari tanggung jawab untuk
batas wewenangnya (ultra vires), dan putusan
memenuhi kewajibannya, sehingga pada
hakim seperti ini berakibat dibatalkan oleh
akhirnya hakim memenangkan tertanggung
hakim pada tingkat kasasi Mahkamah Agung
dan membebani perusahaan untuk membayar
Republik Indonesia, seperti dalam Perkara
21
ganti kerugian kepada tertanggung secara
Nomor 530/PK/Pdt/2017, dalam perkara
tunai dan sekaligus berupa ganti rugi atas
antara Pimpinan Cabang PT. Asuransi
bunga bank.
18 B. S. A. Subagyono, et al, Kajian Penerapan Asas Ultra Petita Pada Petitum Ex Aequo Et Bono, Yuridika, 29
(1), (2014) : 103.
19 Ibid., hlm.104
20 Hazar Kusmayanti, Eidy Sandra, dan Ria Novianti. “Sidang Keliling dan Prinsip-Prinsip Hukum Acara
Perdata: Studi Pengamatan Sidang Keliling di Pengadilan Agama Tasikmalaya.” ADHAPER: Jurnal Hukum
Acara Perdata 1, no. 2, (2015): 103.
21 Pasal 30 (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, menyatakan bahwa Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan
putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena: a. tidak berwenang
atau melampaui batas wewenang; b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; c. lalai memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan.
22 Bandingkan dengan: Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No: 1321 K/Sip/1973 tanggal 13 Mei 1975,
menyatakan bahwa tuntutan mengenai bunga uang, karena tidak diperjanjikan dengan tegas, tidak dapat
dikabulkan.
70 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
Jiwa Mega Life (AJML) Jkt c.q. AJML tergugat/penanggung telah melakukan
Pontianak, tindakan misrepresentasi itu perbuatan ingkar janji/ wanprestasi, dan
dilakukan oleh penanggung melalui informasi wajib untuk membayar kerugian kepada
keliru yang disampaikan oleh agen dan penggugat/pemegang polis sebesar Rp.300
kepala cabang AJML, bahwa “polis AJML juta secara tunai, seketika dan sekaligus.
dapat ditutup untuk orang lain, walaupun Namun sayangnya, pada tingkat banding,
calon tertanggung (keponakan) tersebut tidak melalui putusan No. 59/PDT/2010/PT.PTK,
memiliki akta kelahiran, dan bisa digantikan putusan Pengadilan Negeri Pontianak tanggal
dengan sebuah surat pernyataan saja”. Dengan 26 Juli 2010 dibatalkan dan menyatakan
informasi keliru itu mendorong pemegang menolak gugatan pemegang polis/terbanding
polis terperdaya dan akhirnya menutup polis seluruhnya. Hakim Pengadilan Tinggi
dengan nilai pertanggungan 300 juta dengan Pontianak dalam pertimbangannya memberi
kwitansi premi pertama 16 September 2009. alasan bahwa “Penggugat/Terbanding tidak
Pada tanggal 30 September 2009, dapat membuktikan dipersidangan bahwa
tertanggung (bernama Sisilia) meninggal polis sudah terbit, dan kenyataannya memang
dunia karena demam berdarah. Pada tanggal polis belum diterima oleh pemegang polis/
17 Oktober 2009, penggugat/pemegang polis penggugat. Dengan alasan itu, Hakim
mengajukan permohonan klaim asuransi. menyatakan perjanjian pertanggungan dalam
Baru pada tanggal 30 Oktober 2009 tergugat/ perkara ini belum sempurna dan dianggap
penanggung memberikan jawaban jika belum ada”.
klaim asuransi tetapi ditolak dengan alasan Perkara ini kemudian dilanjutkan
dengan alasan bahwa SPAJ yang dimohonkan pada tingkat kasasi MA dengan register
Penggugat tidak dapat dikabulkan karena perkara No.2506 K/Pdt/2011. Dalam
kurang persyaratan, dan tertanggung (bernama pertimbangannya, Hakim kasasi menyatakan
Sisilia) bukan anak kandung penggugat/ hahwa persyaratan/dokumen pendukung
pemegang polis. Karena tergugat/penanggung pengajuan asuransi telah diterima oleh pihak
menolak klaim yang diajukan oleh penggugat/ Tergugat, dan pembayaran premi semesteran
pemegang polis, pada tanggal 15 Januari sebesar Rp. 6.525.000,- juga telah masuk ke
2010, tergugat/penanggung melalui suratnya, rekening Tergugat pada tanggal 16 September
berjanji akan mengembalikan uang premi 2009, sehingga telah lahir hubungan hukum
yang sudah terlanjur diterima oleh tergugat/ perjanjian pertanggungan antara Penggugat
penanggung. dan Tergugat sekalipun polis belum ditanda
Melalui putusan dengan perkara No. 20/ tangani oleh Tergugat.
Pdt.G/2010/PN.PTK, 26 Juli 2010, hakim
4. Perkara No. 424 K/Pdt/2012 antara
memberikan keputusan dan menyatakan
Erna Dwiningsih vs Asuransi Jiwa
74 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
melalui agennya tentunya merupakan strategi menyatakan bahwa suami Penggugat telah
marketing untuk meraup keuntungan dengan memberikan keterangan yang tidak benar,
mengabaikan prinsip itikad baik agar mampu yakni menyatakan tidak menderita suatu
mengumpulkan premi sebanyak-banyaknya, penyakit, sedangkan fakta dipersidangan
namun mengabaikan kepentingan tertanggung menunjukkan bahwa 7 (tujuh) bulan atau
untuk bisa menikmati haknya dalam bentuk dalam periode 2 (dua) tahun sebelum tanggal
klaim asuransi. pengisian formulir tersebut, suami Penggugat
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi telah mengidap penyakit tumor buli-buli,
Samarinda dalam Putusannya atas perkara sehingga suami Penggugat telah melakukan
No. 130/Pdt/2009/PT.KT.Smda, tanggal 18 fraud sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Januari 2010 telah memberikan pertimbangan Pasal 251 KUHD, dan Hakim Kasasi
yang cukup adil, menyatakan bahwa menyimpulkan perjanjian penutupan asuransi
“Seharusnya hasil medical ceck-up dari jiwa kredit antara suami Penggugat dengan
Laboratorium Klinik Khatulistiwa tertanggal Tergugat II (AJCAR) adalah tidak sah.
06 Januari 2007 diserahkan kepada Pemohon Misrepresentasi dalam asuransi semestinya
Kasasi (AJCAR), karena secara hukum tidak akan terjadi bila prinsip utmost good
Penanggunglah yang mempunyai kepentingan faith diterapkan secara seimbang, baik kepada
untuk meneliti riwayat kesehatan Tertanggung tertanggung maupun kepada penanggung.
(suami Termohon Kasasi), guna menentukan Dalam penegakan hukum asuransi di
besaran resiko di dalam penutupan asuransi”. pengadilan, prinsip utmost good faith bagi
Kemudian pada pertimbangan hukum penanggung yang sudah diatur dalam
berikutnya, Majelis Hakim menyatakan ketentuan di luar KUHD (sebagaimana sudah
bahwa “dalam proses Perjanjian asuransi dijelaskan dalam paragraph 4) harus benar-
bukan hanya Tertanggung yang harus jujur, benar diterapkan oleh hakim sehingga tercipta
Penanggung juga harus jujur”. kepastian dan keseimbangan hukum, terutama
Menurut pandangan Hakim Kasasi MA, dalam upaya melindungi pihak tertanggung.
pertimbangan Majelis Hakim PT Samarinda
dianggap keliru, dan menyatakan bahwa Simpulan
“Judex Facti/Pengadilan Tinggi Kalimantan Dalam perkara-perkara asuransi yang
Timur tidak memberikan pertimbangan menjadi obyek penelitian ini, diidentifikasi
yang cukup terhadap fakta persidangan yang beberapa tindakan misrepresentasi yang
menunjukkan bahwa ketika mengisi formulir diakukan penanggung, Pertama, penanggung
permintaan asuransi jiwa kredit Kepada gagal memberikan informasi yang benar
Tergugat II (AJCAR) untuk hutangnya pada mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan
Tergugat I (BBP). Hakim Kasasi lebuh lanjut dalam kaitannya dengan asuransi jiwa. Sebagai
76 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 1, April 2022, Halaman 59-78
DAFTAR PUSTAKA
Buku Jurnal
Basic Insurance Concept and Principles, Azende, Terungwa. “Risk management
Singapore : Singapore College of and insurance of small and medium
Insurance Limited, 2002 scale enterprises (SMEs) in
Carter, R.L. Reinsurance. London : Kluwer Nigeria.” International Journal of
Publishing Limited,1979. finance and Accounting 1, no. 1, (2012) :
Garner, Bryan A. (Editor). Black’s Law 8-17
Dictionary. 8th ed. U.S.A : Thomson Chumaida, Zahry Vandawati. “Menciptakan
West, 2004. Itikad Baik Yang Berkeadilan Dalam
Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-aspek Kontrak Asuransi Jiwa.” Yuridika 29,
Hukum Asuransi, dan Surat Berharga. no. 2 (2014) : 257
Bandung : PT Alumni, 1997. Fischer, Emeric. “The Rule of Insurable
Mulhadi, Harianto, Misrepresentation Sebagai Fraud Dalam Perkara Kontrak Asuransi Yang... 77
tentang Perasuransian
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
Nomor 23 /POJK.05/2015 tentang
Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi.