Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN ASURANSI DI INDONESIA DAN KASUS ASURANSI

JIWASRAYA

DISUSUN OLEH :

Artanti Zahra Adisa 2010611085 – 2010611085@mahasiswa.upnvj.ac.id


Irischa Aulia Pancarani 2010611097 – 2010611097@mahasiswa.upnvj.ac.id
Gabriela Meinar Regina 2010611098 – 2010611098@mahasiswa.upnvj.ac.id
Debilla Majesa Yuda 2010611055 – 2010611055@mahasiswa.upnvj.ac.id

Kelas A Hukum Dagang

ABSTRAK
Dalam kehidupan masyarakat yang berkembang begitu pesat, dimana kegiatan
perekonomian dan kewaspadaan agar meminimalkan pengeluaran keuangan juga suatu hal yang
memberi rasa aman baik dalam hal kesehatan, pekerjaan, pembelian suatu barang, maupun
kegiatan perekonomian lainnya dibutuhkan suatu asuransi. Asuransi ialah lembaga ekonomi
yang disahkan dengan perjanjian kedua belah pihak dan memiliki tujuan utama bagi yang
menggunakan untuk mengurangi resiko finansial. Asuransi memiliki berbagai manfaat
diantaranya yaitu memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan usaha ataupun
kehidupan sehari-hari. Asuransi memiliki beberapa jenis yaitu asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
asuransi properti, asuransi pendidikan, dan banyak lainnya. Perkembangan asuransi di Indonesia
telah eksis sejak zaman kolonial Belanda, dari perjalanan panjang sejak zaman kolonial Belanda,
Asuransi di Indonesia sudah sangat menjamur dan masyarakat pun cukup memiliki ketertarikan
yang tinggi dalam asuransi. Di Indonesia sendiri sedang terjadi sebuah kasus besar yaitu kasus
Asuransi Jiwasraya yang menelan kerugian sangat besar. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah
menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas
sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu,
Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat. Hampir 13 tahun,
kasus Jiwasraya terus bergulir akhirnya Sesuai Pasal 142 ayat (1) huruf e UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan melihat kondisi keuangan Jiwasraya saat ini, maka perusahaan
dapat dilakukan pembubaran. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara detil mengenai
asuransi, perkembangannya, serta pembahasan kasus asuransi Jiwasraya. Adapun metodelogi
penelitian yang digunakan ialah deskriptif analisis yakni dengan mendeskripsikan dan
menganalisis objek permasalahan berdasarkan studi litelatur.
Kata Kunci : Perekonomian, Asuransi, Perkembangan, Jiwasraya
Latar Belakang
Asuransi (insurance) merupakan usaha yang dilakukan oleh banyak pihak untuk
menghadapi adanya ketidakpastian (uncertainty) pada masa mendatang serta kemungkinan
terjadinya resiko yang memunculkan adanya kerugian baik kerugian berupa kehilangan jiwa
maupun kerugian barang yang dim iliki oleh seseorang. Ketidakpastian pada masa mendatang
sebagai kondisi yang senyatanya akan terjadi hampir seluruhnya merupakan resiko terhadap diri
manusia dan barang yang dimilikinya. Diantara banyak resiko yang akan dihadapi manusia maka
resiko yang memunculkan kerugian jiwa dan kerugian harta benda adalah kerugian yang tidak
diharapkan terjadi oleh siapapun. Asuransi juga merupakan salah satu bentuk lembaga jasa
keuangan seperti yang tertuang di dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011
tentang definisi Lembaga Jasa Keuangan.

Dalam KUHD Pasal 246 menyatakan bahwa : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.

Asuransi memiliki manfaat yang sangat penting dan sangat besar diantaranya : Asuransi
dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan usaha, Asuransi dapat
menaikan efisiensi dan kegiatan perusahan sebab dengan memperalihkan risiko yang lebih besar
kepada perusahaan asuransi, Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian-kerugian, dan
Asuransi merupakan alat pembangunan.

Dalam masyarakat yang sudah maju dan sadar akan nilai kegunaan lembaga asuransi atau
pertanggungan sebagai lembaga pelimpahan risiko, setiap kemungkinan terhadap bahaya
menderita kerugian itu pasti diasuransikan atau dipertanggungkan. Di Indonesia sendiri, asuransi
memiliki banyak jenis dan macamnya, hal ini tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan masyarakat. Mulai dari asuransi kesehatan, asuransi pekerjaan, asuransi barang
elektronik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, asuransi juga ada yang berbasis syariah dimana
ketentuannya disesuaikan dengan yang ada pada agama Islam. Perkembangan asuransi
meningkat cukup signifikan yang dapat dilihat dari jumlah pengguna asuransi yang tiap tahunnya
meningkat. Statistik pengguna asuransi di Indonesia sendiri dapat dijangkau melalui website ojk.

Namun, tidak lepas dari adanya pihak yang memanfaatkan adanya asuransi. Asuransi pun
tetap terlibat dalam kasus baik skala kecil maupun skala besar. Kasus gagal bayar PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) mulai menjadi perhatian publik pada awal Oktober 2018 ketika Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di sektor perasuransian itu mengirimkan surat kepada bank mitra untuk
menunda pembayaran polis jatuh tempo produk JS Saving Plan. Hasil audit investasi terhadap
Jiwasraya di bulan yang sama pun menguak gangguan likuiditas yang menyebabkan penundaan

1
pembayaran klaim sebesar Rp802 miliar pada November 2018, yang kemudian naik menjadi
Rp12,4 triliun pada akhir 2019. Namun demikian lewat laporan ini, diketahui bahwa sebelum
dinyatakan gagal bayar, Jiwasraya memiliki cadangan dana yang mumpuni. Justru Ketika
dinyatakan Gagal Bayar, cadangan dana tersebut mengalami pembekuan, tidak bisa digunakan,
dan akhirnya Nasabah serta pihak ketiga tidak bisa mengakses hak mereka.

Dari telaah laporan ini, terlihat bahwa kasus gagal bayar Jiwasraya berdampak terbatas terhadap
kondisi pasar modal di dalam negeri. Dampak terbesar dari kasus Jiwasraya bukan pada
penurunan nilai IHSG, melainkan pada menyusutnya jumlah transaksi di pasar modal, baik yang
dilakukan oleh investor institusi maupun investor ritel. Begitu juga dengan frekuensi transaksi
harian di bursa yang turut melambat. . PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan
masyarakat. Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas
perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya
membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat. Hampir 13 tahun, kasus
Jiwasraya terus bergulir akhirnya Sesuai Pasal 142 ayat (1) huruf e UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan melihat kondisi keuangan Jiwasraya saat ini, maka perusahaan
dapat dilakukan pembubaran. maka ada beberapa solusi yang dapat dilakukan yaitu: (1)
privatisasi, (2) bailout (dana talangan) dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dari
APBN, dan (3) pembentukan Holding BUMN asuransi. Privatisasi dilakukan dengan tetap
menjaga pemerintah sebagai pemilik saham mayoritas (diatas 50%) dengan kebutuhan dana
Rp32 triliun untuk memenuhi risk based capital (RBC) yang diatur OJK sebesar 120%. Namun
demikian untuk melakukan privatisasi, kondisi keuangan Jiwasraya harus dalam keadaan sehat,
sehingga memiliki nilai jual tinggi untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar.

Besarnya skala kasus jiwasraya yang tentunya sangat merugikan masyarakat serta
keuangan negara. Maka dari itu, kami sebagai mahasiswa akan membahas Asuransi secara
mendalam juga kasus Asuransi Jiwasraya milik BUMN tersebut.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Asuransi, jenis-jenis asuransi, tujuan asuransi ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Asuransi di dunia dan di Indonesia ?
3. Bagaimana awal mula kasus Jiwasraya dan kelanjutan proses penyelesaiannya ?

Metode yang digunakan


Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Metode penelitian yuridis
normatif merupakan suatu penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti

2
bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan pembahasan atau berdasarkan data sekunder saja. 1
Metode penelitian yuridis normatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan statute approach
yang merupakan suatu pendekatan yang beranjak dari suatu peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia yang memecahkan isu hukum yang diajukan sesuai dengan hierarkis dan
asas-asas perundang-undangan. Perundang-undangan yang menjadi dasar penelitian yuridis
normative kami ada pada Undang-Undang No. 2 Tahun 1992; UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas; dan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Ketiga perundang-undangan tersebut berperan sebagai sentral kajian dan
regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang ditangani baik secara vertikal maupun
horizontal.2 Oleh sebab itu, objek pembahasan dianalisis dengan pendekatan yang bersifat
kualitatif, di mana metode penelitian yang dilakukan berdasarkan pada norma-norma hukum
yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan.3

Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui secara detil terkait asuransi.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan Asuransi di dunia dan di Indonesia.
3. Mengetahui awal mula kasus Jiwasraya dan kelanjutan proses penyelesaiannya.

Sejarah Perkembangan Asuransi di Indonesia

Keberadaan asuransi di Indonesia telah eksis sejak zaman kolonial Belanda. Kala itu
Pemerintah Belanda membentuk sebuah perusahaan asuransi kerugiaan bernama Bataviasche
Zee End Brand Asrantie Maatschappij yang didirikan pada 18 Januari 1843 di Kali Besar Timur,
Jakarta. Keberadaan Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatschappij mendorong lahirnya
beberapa perusahaan asuransi, seperti N.V. Assurantie Mij Nederlansche Lloyd, Assurantie Mij
Langeyeld Schroeder, dan Assurantie Mij Blom van der Aa. Setelah itu, lahir beberapa
perusahaan asuransi lainnya yang menginduk pada perusahaan asuransi di Belanda, seperti
misalnya NV Handel, Industrrie en Landbouw Maatschappij Tiedeman & van Kerchem and
Escompto Bank, dan Nederlansch Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij
(NILLMIJ). Namun, semua perusahaan asuransi-asuransi di Indonesia pada zaman itu hanya
menargetkan orang Belanda Keberadaan asuransi pada zaman kolonial Belanda makin
bertambah dengan munculnya perusahaan asuransi lokal, seperti O.L Mij Boemi Poetra, De
Bataviasche Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij, V. Indonesia, dan De Onderlinge
Levensverzekerings Maatschappij Djawa. Sayangnya, pada masa Pemerintah Jepang, banyak
perusahaan asuransi Belanda yang bangkrut. Namun, salah satu dari mereka, PTD Boemi Poetera
selamat dari keterpurukan dan bertahan hingga sekarang. Lepas dari zaman penjajahan,
1
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persaja, 2003), hlm. 27-28
2
Asri Wijayanti, 2002, Strategi Penulisan Hukum Normatif, Lubuk Agung, Bandung. Hlm. 71.
3
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 14

3
Indonesia memasuki babak baru kehidupan dengan status negara merdeka pada 1945. Tentu saja
kondisi ini memaksa banyak perusahaan asuransi untuk melakukan merger atau penggabungan
perusahaan. 4

Pada tahun 1912 RW Dwidjosewojo, seorang anggota Boedi Ooetomo cabang Yogyakarta,
kemudian mempelajari NILLMIJ. Lalu Dwidjosewojo bersama M Karto Hadi Soebroto dan M
Adimidjojo mendirikan perusahaan asuransi yang menyasar pasar orang Indonesia bernama
Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (OL Mij PGHB) pada 12 Februari 1912.
Cermati pada Mei 2017 mencatat OL Mij PGHB ini kemudian beralih nama menjadi OL Mij
Boemi Poetra (1912), dan sekarang dikenal dengan nama Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera.
Contohnya pada tahun 1945 aja NV Assurantie Maatschappij de Nederlandern dan Bloom
Vander EE melakukan penggabungan menjadi PT Asuransi Bendasraya. Selain itu, perusahaan
asuransi De Nederlanden Van (1845) juga dinasionalisasikan menjadi PT Asuransi Jiwasraya.
Kemudian PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional Underwriters (PT UIU)
digabungkan menjadi satu dan berubah menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia yang familier
dengan nama Asuransi Jasindo. Kemudian tahun 1980 di era ini, hadir perusahaan-perusahaan
asuransi modern di Indonesia, seperti Allianz dan perusahaan asuransi nasional maupun joint
venture.

Untuk perkembangan asuransi di Indonesia saat ini, berangkat dari perjalanan panjang di atas,
dunia modern kini mengenal tiga jenis asuransi yakni asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan
asuransi umum. Meski produk asuransi sudah dikenal luas sebagai salah satu sarana mengelola
risiko, namun masyarakat Indonesia belum banyak yang memanfaatkan asuransi. Hal tersebut
bisa dilihat dari tingkat penetrasi asuransi di Tanah Air yang masih rendah. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) seperti dikutip Bisnis Indonesia pada September 2020 mencatat, tingkat
penetrasi asuransi jiwa di Indonesia hingga Juli 2020 lalu hanya mencapai 1,1%. Sementara OJK
mencatat hingga 2018 lalu, tingkat penetrasi seluruh asuransi di Indonesia hanya mencapai 2,7%.
Jumlah ini jauh lebih rendah dari negara tetangga Singapura yang berada di kisaran 6%-7%.
Tingkat literasi masyarakat akan asuransi yang masih rendah menjadi penyebab penetrasi yang
masih minim ini. Tekanan ekonomi di masa pandemi virus corona saat ini pun membuat industri
asuransi menghadapi sejumlah tantangan. OJK seperti dikutip CNN Indonesia menunjukkan,
pertumbuhan premi asuransi jiwa pada kuartal II 2020 sempat turun 10%, sementara premi
asuransi umum dan reasuransi di periode yang sama juga mengalami hal serupa. Meski
menghadapi sejumlah tantangan, OJK memprediksi hal ini hanya bersifat sementara. Artinya,
penetrasi yang rendah masih membuka ruang yang cukup lebar bagi industri asuransi di
Indonesia untuk berkembang. 5

4
Nisrina Salma Alifah, “Perkembangan Asuransi di Indonesia [Plus Daftar Asosiasinya]”,
https://lifepal.co.id/media/data-perkembangan-asuransi-di-indonesia/, diakses 19 September 2021
5
Allianz Indonesia, "Mengenal Sejarah Asuransi di Dunia dan Indonesia”,
https://www.allianz.co.id/explore/mengenal-sejarah-asuransi-di-dunia-dan-indonesia.html, diakses 19
September 2021

4
Jika saat ini kamu belum memiliki produk asuransi, belum terlambat bagi kamu untuk
menikmati manfaatnya. Miliki berbagai beragam proteksi dari Allianz seperti asuransi jiwa,
asuransi kesehatan, dan asuransi umum untuk merasakan manfaat asuransi dalam mengelola
risiko. Dengan punya asuransi, hidup aman, hati pun lebih tenang.

Pengertian Asuransi
Definisi asuransi menurut UU No.2 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 adalah sebagai
berikut, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.6
Menurut Beberapa ahli, berikut adalah pengertian dari asuransi :
- Mark. R. Green menyatakan bahwa asuransi adalah lembaga ekonomi yang memiliki
tujuan untuk mengurangi resiko tertentu.
- Profesor Wirjono Prodjodikoro, S.H. menyatakan bahwa pengertian asuransi adalah persetujuan
antara pihak pemberi jaminan dan yang dijamin. Yang mana pihak yang dijamin akan menerima
sejumlah uang sebagai ganti rugi akibat peristiwa yang belum jelas. 7
- Asuransi adalah lembaga ekonomi yang disahkan dengan perjanjian kedua belah pihak
dan memiliki tujuan utama bagi yang menggunakan untuk mengurangi resiko finansial.

Elemen dalam Asuransi


1. Penanggung dan Tertanggung
Yang biasa disebut penanggung adalah perusahaan asuransi yang tersedia, sedangkan
tertanggung adalah orang yang menggunakan jasa tersebut, yang namanya tertera dalam polis.
2. Polis
Polis adalah kesepakatan antara penanggung dan tertanggung yang tertera dan tersahkan
dalam dokumen dan/atau kertas terkait penerapan dan pertanggungjawaban asuransi tersebut.
3. Premi
Premi adalah sejumlah dana yang akan ditarik oleh pihak perusahaan asuransi. Jumlah
dari penarikan dana tersebut berkaitan dengan produk asuransi yang dipilih dan juga dengan
keadaan kondisi tertanggung yang tertera dalam polis asuransi.
4. Klaim
Klaim adalah jaminan asuransi terhadap kesepakatan yang sudah dituliskan dalam polis
6
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
7
Helda Sihombing, “Pengertian Asuransi Menurut Para Ahli, Jenis, dan Istilahnya”,
https://lifepal.co.id/media/pengertian-asuransi-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/, diakses 19
September 2021

5
asuransi. Bila nasabah ada mengalami kerugian finansial yang tertera dalam polis, maka
dapat dilakukan pengajuan klaim.8

Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia


1. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah asuransi yang memberikan keuntungan finansial kepada
tertanggung atau keluarga sedarah tertanggung atas kematiannya. Ada perusahaan asuransi yang
menyediakan pembayaran setelah kematian dan yang lainnya bisa memungkinkan tertanggung
untuk mengklaim dana sebelum kematiannya. Asuransi jiwa dapat dibeli untuk kepentingan diri
sendiri dan atas nama tertanggung saja atau dibeli untuk kepentingan orang ketiga. Bahkan
asuransi jiwa juga dikenal bisa dibeli pada kehidupan orang lain.
2. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah produk asuransi yang menangani tanggungan biaya proses
perawatan tertanggung apabila sakit dan masuk ke rumah sakit.
3. Asuransi Kendaraan
Asuransi yang menangani tanggungan cedera kepada orang lain atau terhadap kerusakan
kendaraan orang lain yang disebabkan oleh si tertanggung. Asuransi ini juga bisa untuk
membayar kehilangan atau kerusakan kendaraan bermotor tertanggung.
4. Asuransi Kepemilikan Rumah dan Properti
Asuransi ini memberikan proteksi terhadap kehilangan atau kerusakan barang-barang
tertentu milik pribadi tertanggung. Asuransi ini juga memberikan keringanan apabila rumah atau
properti yang didaftarkan pada polis mengalami kerusakan.
5. Asuransi Pendidikan
Asuransi pendidikan adalah produk asuransi yang paling baik untuk menjaga dan
menjamin kelangsungan pendidikan anak. Tingginya biaya pendidikan dan menurunnya kurs
akan sangat berdampak pada pendidikan anak kita kedepannya, Maka tak jarang orang tua
memilih asuransi pendidikan.
6. Asuransi Bisnis
Asuransi bisnis merupakan layanan proteksi terhadap kerusakan, kehilangan, maupun
kerugian dalam jumlah besar yang mungkin terjadi pada bisnis tertanggung.
7. Asuransi Umum
Asuransi ini menangani proteksi terhadap resiko atas kerugian maupun kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum pada pihak ketiga. Jaminan asuransi umum ini sifatnya
jangka pendek. Beberapa jenisnya adalah jaminan sosial atau asuransi sukarela.9

Tujuan Asuransi

8
Raditya Wardana, “Apa Itu Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia”,
https://lifepal.co.id/media/apa-itu-asuransi/#5_Elemen_dalam_asuransi, diakses 19 September 2021
9
Cermati, “Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia”, https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-asuransi-di-
indonesia-apa-saja, diakses 19 September 2021

6
Asuransi memiliki beberapa tujuan yang dapat membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupannya. Seperti yang pertama terdapat tujuan asuransi berupa teori pengalihan asuransi
yang menurut teori itu asuransi digunakan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan beban
risiko yang ditanggung oleh individu (pihak tertanggung). Di dalam dunia bisnis, perusahaan
asuransi akan siap jika mendapatkan tawaran dari pihak tertanggung dalam mengambil alih
beban risiko dengan imbalan pembayaran premi. Pihak tertanggung akan mengadakan asuransi
yang bertujuan untuk mengalihkan beban risiko yang dapat mengancam harta kekayaan hingga
nyawanya. Dengan pihak tertanggung membayar premi kepada perusahaan asuransi, perusahaan
asuransi yang akan menanggung beban risiko yang dimiliki oleh pihak tertanggung. Lalu, jika
tidak terjadi beban risiko yang dikhawatirkan akan terjadi, maka pihak asuransi (pihak
penanggung) akan mendapatkan keuntungan dengan dapat memiliki serta menikmati premi yang
telah dibayarkan oleh pihak tertanggung. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan asuransi jiwa
yang jika tidak terjadi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan jiwa dari pihak tertanggung
seperti kecelakaan, kematian, dan sebagainya, maka tertanggung akan memperoleh kembali
pengembalian uang dari pihak asuransi yang sesuai dengan isi perjanjian dari keduanya. Di
dalam asuransi jiwa, pembayaran premi oleh pihak tertanggung dijadikan sebagai tabungan pada
pihak asuransi dan pelaksanaannya dilakukan berkala, biasanya secara bulanan. Dengan jangka
waktu yang tidak terhitung sebentar itu, pihak tertanggung akan diberikan hak untuk menikmati
hasilnya sampai jangka waktu asuransi berakhir.10

Tujuan asuransi yang kedua yaitu asuransi dapat menjadi pembayaran ganti suatu
kerugian. Maksudnya adalah jika suatu saat terjadi peristiwa yang merugikan pihak tertanggung,
maka pihak asuransi yang bersangkutan akan membayarkan ganti kerugian yang sama atau
seimbang dengan jumlah asuransinya. Oleh karena itu, pihak tertanggung yang menjalin kerja
sama dengan asuransi memiliki tujuan agar dapat memperoleh pembayaran ganti kerugian yang
suatu saat dapat terjadi padanya. Namun, jumlah ganti kerugian yang dibayarkan oleh pihak
asuransi bukanlah jumlah yang begitu besar karena kerugian tersebut hanya diganti sebagian
kecilnya saja dari jumlah premi yang diterima dari seluruh tertanggung. Akan tetapi, berbeda
dengan asuransi kerugian, dalam asuransi jiwa jika terjadi peristiwa yang berhubungan dengan
jiwa menimpa pihak tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah
disepakati sebelumnya seperti yang tercantum di dalam polis. Jumlah yang telah disepati tersebut
digunakan sebagai dasar dalam perhitungan premi yang dapat memudahkan pihak asuransi
membayar sejumlah uang akibat terjadinya peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan jiwa
seperti terjadinya kematian atau kecelakaan dan sebagainya. Pembayaran uang di dalam asuransi
jiwa bukanlah sebagai alat ganti rugi, melainkan karena jiwa setiap individu bukanlah harta
kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.

Lalu yang tujuan asuransi yang ketiga ialah sebagai pembayaran santunan. Kedua
asuransi yaitu asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan didasari dengan perjanjian sukarela
atau bebas antara penanggung dan tertanggung (voluntary insurance). Tetapi, berdasarkan
10
Agoes Parera, Hukum Asuransi di Indonesia, (Sleman: PT Kanisius, 2019), hlm. 20.

7
landasan yuridis sendiri, undang-undang mengatur sifat dari asuransi yang bersifat wajib yang
memiliki makna jika tertanggung terikat dengan penanggung (pihak asuransi) karena perintah
dari undang-undang, bukan dari suatu perjanjian. Asuransi jenis ini disebut juga dengan asuransi
sosial yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari segala ancaman bahaya yang dapat
mengakibatkan kematian atau cacat pada tubuh. Pihak tertanggung memiliki hak untuk
memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya tersebut setelah membayar sejumlah kontribusi
(semacam premi) serta setelah membayar kontribusi tersebut maka pihak tertanggung telah
terikat pada suatu hubungan hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang (misalnya,
hubungan kerja). Jika pihak tertanggung mengalami suatu musibah seperti kecelakaan dalam
pekerjaannya, mereka atau bisa juga ahli warisnya akan mendapatkan pembayaran berupa
santunan dari pihak asuransi atau penanggung (BUMN) yang jumlahnya sendiri sudah ditetapkan
oleh undang-undang yang mengaturnya. Jadi, menurut undang-undang, tujuan dari asuransi
sosial adalah untuk melindungi kepentingan seluruh masyarakat serta yang mengalami musibah
dengan memberikan santunan berupa uang yang telah ditetapkan jumlahnya.

Tujuan asuransi yang keempat atau yang terakhir yaitu untuk sebagai kesejahteraan
anggota. Asuransi kesejahteraan sesuai untuk masyarakat yang melakukan usaha bersama atau
mendirikan suatu koperasi karena sesuai dengan tujuan dari dua badan hukum tersebut. kedua
badan hukum tersebut telah diatur di dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian dan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
tentang Bentuk Badan Hukum Penyelenggara Usaha Perasuransian.

Kasus Asuransi Jiwasraya

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di
Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92
triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun
untuk kembali sehat.

2006: Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya
tercatat negatif Rp3,29 triliun.

2008: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer (tidak menyatakan
pendapat) untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran penyajian informasi cadangan tidak dapat
diyakini kebenarannya. Defisit perseroan semakin lebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008 dan
Rp6,3 triliun pada 2009.

2014: Di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub


sepakbola asal Inggris, Manchester City.

2017: Kondisi keuangan Jiwasraya tampak membaik. Laporan keuangan Jiwasraya pada
2017 positif dengan raihan pendapatan premi dari produk JS Saving Plan mencapai Rp21 triliun.

8
Selain itu, perseroan meraup laba Rp2,4 triliun naik 37,64 persen dari tahun 2016. Perlu
diketahui, sepanjang 2013-2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat karena penjualan
produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun.

2018: Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan
cadangan premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun. Oktober-November 2018, masalah tekanan
likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik. Perseroan mengumumkan tidak dapat membayar
klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan sebesar Rp802 miliar.

Pada November, pemegang saham menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai Direktur Utama
menggantikan Asmawi Syam. Hexana mengungkap Jiwasraya membutuhkan dana sebesar
Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas (RBC) 120 persen. Tak hanya itu, aset
perusahaan tercatat hanya sebesar Rp23,26 triliun, sedangkan kewajibannya mencapai Rp50,5
triliun.

November 2019, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir mengaku


melaporkan indikasi kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hal itu
dilakukan setelah pemerintah melihat secara rinci laporan keuangan perusahaan yang dinilai
tidak transparan. Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di
saham-saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar klaim
Asuransi Jiwasraya. Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta juga menaikkan
status pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus dugaan korupsi.

Desember 2019, Penyidikan Kejaksaan Agung terhadap kasus dugaan korupsi Jiwasraya
menyebut ada pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa Agung ST
Burhanuddin bahkan mengatakan Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana investasi pada aset-
aset berisiko. Imbasnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut memantau perkembangan
penanganan perkara kasus dugaan korupsi di balik defisit anggaran Jiwasraya Selain itu,
Kejagung meminta Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM
mencekal 10 nama yang diduga bertanggung jawab atas kasus Jiwasraya, yaitu: HH, BT, AS,
GLA, ERN, MZ, DW, HR, HP, dan DYA.

Pada Rabu (8/1), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan resmi
terkait skandal Jiwasraya. Salah satunya, laba perseroan sejak 2006 disebut semu karena
melakukan rekayasa akuntansi (window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar
bagi Kejagung mengambil putusan terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi
Jiwasraya. Atas perbuatan itu jaksa mendakwa para korporasi manajer investasi dengan pasal
Pasal 2 Ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan
ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat
(1) ke-1 KUHP; Selain itu, pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

9
Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo.11 Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Kemudian, pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Subsidair pasal 4
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.

Dari contoh kasus Jiwasraya, hal tersebut dapat menurunkan kepercayaan yang dimiliki oleh
masyarakat terhadap perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Sangat perlu
dilakukan pengawasan intensif yang bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,
khususnya industri perasuransian Indonesia. Dari kasus Jiwasraya tersebut pun dapat kita pelajari
jika reformasi Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB), khususnya industri perasuransian perlu
dilakukan. Reformasi mencakup antara lain: (a) pengaturan, (b) pengawasan, dan (c) manajemen
risiko, untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada LKNB khususnya perusahaan
asuransi.12

Penyelesaian Kasus Asuransi Jiwa Sraya

Sesuai Pasal 142 ayat (1) huruf e UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan melihat
kondisi keuangan Jiwasraya saat ini, maka perusahaan dapat dilakukan pembubaran.13
Pembubaran perseroan terjadi karena harta kekayaan perseroan yang telah dinyatakan pailit
berada dalam keadaan insolvensi, sebagaimana diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kondisi keuangan Jiwasraya dalam
keadaan insolvensi terjadi sejak tahun 2002. Jadi, manajemen Jiwasraya sebenarnya dapat
menyatakan pailit sehingga dapat melakukan penundaan kewajiban pembayaran utang.

Alternatif solusi lainnya adalah jika pemerintah akan menyelamatkan Jiwasraya, maka ada
beberapa solusi yang dapat dilakukan yaitu: (1) privatisasi, (2) bailout (dana talangan) dalam
bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dari APBN, dan (3) pembentukan Holding BUMN
asuransi. Privatisasi dilakukan dengan tetap menjaga pemerintah sebagai pemilik saham
mayoritas (diatas 50%) dengan kebutuhan dana Rp32 triliun untuk memenuhi risk based capital
(RBC) yang diatur OJK sebesar 120%. Namun demikian untuk melakukan privatisasi, kondisi
keuangan Jiwasraya harus dalam keadaan sehat, sehingga memiliki nilai jual tinggi untuk
memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar.

11
Irfan Kamil, “Kasus Jiwasraya, 13 Korporasi Didakwa Rugikan Negara Rp 10 Triliun”,
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/31/17464811/kasus-jiwasraya-13-korporasi-didakwa-rugikan-
negara-rp-10-triliun?page=all, diakses 19 September 2021
12
Nidya Waras Sayekti, 2020, “PERMASALAHAN PT ASURANSI JIWASRAYA: PEMBUBARAN ATAU
PENYELAMATAN”, Info Singkat, Vol. XII, No.2/II/Puslit/Januari/2020, hlm. 23.
13
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

10
Upaya penyelamatan Jiwasraya melalui cara bailout dengan PMN, perlu mempertimbangkan
kondisi keuangan negara (APBN) saat ini. Rencana pemindahan IbukotaNegara yang sedang
menjadi fokus pemerintah tentunya membutuhkan biaya besar, sedangkan kondisi penerimaan
negara dari pajak belum optimal. Pemerintah masih membutuhkan dana di luar APBN untuk
merealisasikan program pembangunan. Untuk itu, penyelesaian Jiwasraya melalui bailout PMN
perlu menyertakan alternatif solusi sumber dananya, apakah melalui penerbitan obligasi Surat
Utang Negara atau pinjaman dari luar negeri. Dalam hal ini pemerintah harus hati-hati dalam
memutuskan.

Apabila penyelamatan Jiwasraya dilakukan melalui Holding BUMN asuransi, maka harus
memperhitungkan kemampuan holding BUMN asuransi tersebut untuk menyerap obligasi
Jiwasraya sekitar Rp4-5 triliun. Hal ini mengaburkan tujuan utama holding untuk meningkatkan
daya saing. Ada 7 perusahaan asuransi pemerintah (Perum Jamkrindo, PT Asabri, PT Asuransi
Ekspor Indonesia, PT Askrindo, PT Asuransi Jasa Raharja, PT Asuransi Jasa Indonesia
(Jasindo), dan Jiwasraya) yang dapat terlibat dalam Holding BUMN dan dengan melakukan
restrukturisasi pada keuangan perseroan. Rencananya upaya restrukturisasi Jiwasraya ini akan
dilakukan pada akhir bulan ini atau paling lambat Februari 2020.14

Selain ketiga cara penyelamatan tersebut di atas, strategi keempat adalah dengan menawarkan
Jiwasraya untuk dilakukan akuisisi oleh perusahaan lain. Dari empat alternatif solusi
penyelamatan di atas, pembentukan Holding BUMN asuransi dan akuisisi oleh perusahaan lain
merupakan cara yang paling memungkinkan untuk menyelamatkan Jiwasraya untuk kepentingan
kewajiban membayar polis nasabah yang masih menjadi utang perusahaan. Saat ini, upaya yang
sedang dilakukan pemerintah yaitu melakukan pembentukan Holding BUMN asuransi. Induk
holding BUMN asuransi direncanakan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dan
akan diisi oleh perusahaan BUMN Askrindo, Jasa Raharja, Jasindo. Pembentukan Holding
BUMN asuransi tersebut dilakukan melalui pembuatan Peraturan Pemerintah (PP) yang kini
sedang dalam tahap penyusunan sebagai dasar hukumnya. Holding BUMN asuransi diharapkan
akan terbentuk paling lambat pada Kwartal II tahun 2020. Dengan demikian Jiwasraya akan
mendapatkan suntikan dana dari holding BUMN.

Kesimpulan
Pengertian mengenai asuransi diatur di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Bab 1
Pasal 1 Ayat 1, yaitu asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

14
Giri Hartomo, Langkah Penyelesaian Kasus Jiwasraya,
https://economy.okezone.com/read/2020/01/16/320/2153876/6-langkah-penyelesaian-kasus-jiwasraya,
diakses 3 November 2021

11
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. Dan juga terdapat beberapa pengertian asuransi menurut para ahli yang salah
satunya menurut pendapat Profesor Wirjono Prodjodikoro, S.H. yang menyatakan jika asuransi
adalah persetujuan antara pihak pemberian jaminan dan yang dijamin. Yang mana pihak yang
dijamin akan menerima sejumlah uang sebagai ganti rugi akibat peristiwa yang belum tentu
terjadi atau belum jelas.
Asuransi memiliki beberapa elemen di dalamnya, elemen pertama asuransi adalah
penanggung dan tertanggung yang mana penanggung merupakan pihak perusahaan asuransi dan
tertanggung ialah orang atau perusahaan yang menggunakan jasa perusahaan asuransi. Elemen
kedua asuransi ialah polis yang merupakan kesepakatan antara pihak penanggung dan pihak
tertanggung. Lalu, elemen ketiga ialah premi yang merupakan sejumlah dana yang akan
dibayarkan oleh pihak tertanggung kepada pihak penanggung. Elemen yang terakhir yaitu klaim,
klaim adalah jaminan asuransi terhadap kesepakatan yang tertera di dalam polis.
Terdapat beberapa jenis asuransi, antaranya ialah asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
asuransi kendaraan, asuransi kepemilikan rumah dan properti, asuransi pendidikan, asuransi
bisnis, dan asuransi umum. Selain jenis, asuransi juga memiliki beberapa tujuan yang
diantaranya berdasarkan teori pengalihan asuransi, menjadi pembayaran ganti rugi, pembayaran
santunan, dan sebagai kesejahteraan bersama.
Untuk keberadaan asuransi sendiri di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda karena pada saat itu Pemerintahan Belanda membentuk sebuah perusahaan asuransi
kerugian bernama Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatschappij yang didirikan pada 18
Januari 1843 di Kali Besar Timur, Jakarta. Keberadaan Bataviasche Zee End Brand Asrantie
Maatschappij mendorong lahirnya beberapa perusahaan asuransi, seperti N.V. Assurantie Mij
Nederlansche Lloyd, Assurantie Mij Langeyeld Schroeder, dan Assurantie Mij Blom van der Aa.
Setelah itu, lahir beberapa perusahaan asuransi lainnya yang menginduk pada perusahaan
asuransi di Belanda. Sayangnya, pada masa Pemerintah Jepang, banyak perusahaan asuransi
Belanda yang bangkrut. Namun, salah satu dari mereka, PTD Boemi Poetera selamat dari
keterpurukan dan bertahan hingga sekarang. Lepas dari zaman penjajahan, Indonesia memasuki
babak baru kehidupan dengan status negara merdeka pada 1945. Tentu saja kondisi ini memaksa
banyak perusahaan asuransi untuk melakukan merger atau penggabungan perusahaan. Pada
tahun 1912 RW Dwidjosewojo, seorang anggota Boedi Oetomo cabang Yogyakarta, kemudian
mempelajari NILLMIJ. Lalu Dwidjosewojo bersama M Karto Hadi Soebroto dan M Adimidjojo
mendirikan perusahaan asuransi yang menyasar pasar orang Indonesia bernama Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij PGHB (OL Mij PGHB) pada 12 Februari 1912. Cermati pada
Mei 2017 mencatat OL Mij PGHB ini kemudian beralih nama menjadi OL Mij Boemi Poetra
(1912), dan sekarang dikenal dengan nama Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera. Untuk
perkembangan asuransi di Indonesia sendiri saat ini, berangkat dari perjalanan panjang di atas,
dunia modern kini mengenal tiga jenis asuransi yakni asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan
asuransi umum. Meski produk asuransi sudah dikenal luas sebagai salah satu sarana mengelola
risiko, namun masyarakat Indonesia belum banyak yang memanfaatkan asuransi. Hal tersebut
bisa dilihat dari tingkat penetrasi asuransi di Tanah Air yang masih rendah. Meskipun begitu,
12
OJK memprediksi hal tersebut hanya bersifat sementara, dan masih membuka ruang yang cukup
lebar untuk pembangunan industri asuransi di Indonesia. Dalam perkembangan asuransi di
Indonesia, terdapat suatu kasus terkait salah satu perusahaan asuransi di Indonesia yaitu PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) saat ini tengah menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di
Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92
triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp 32,89 triliun
untuk kembali sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Buku
Parera, Agoes. 2019. Hukum Asuransi di Indonesia. Sleman: PT Kanisius.

Jurnal

13
Suyanto, Heru, Andriyanto Adhi Nugroho, dan Surahmad. (2018). TANGGUNG
JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENANGGULANGAN PENIPUAN
INVESTASI. Journal of Law, Volume 1, No. 1, hlm. 23

Skripsi Thesis
Antonius, Robert. “ANALISIS YURIDIS TENTANG HAK SUBROGASI DALAM
ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI INDONESIA (Studi Kasus Klaim Subrogasi
dari PT. Asuransi AXA Indonesia kepada PT Samudera Shipping Service)”. Skripsi thesis,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2015.

Internet
Allianz Indonesia. "Mengenal Sejarah Asuransi di Dunia dan Indonesia”,
https://www.allianz.co.id/explore/mengenal-sejarah-asuransi-di-dunia-dan-indonesia.html,
diakses 19 September 2021
Cermati, “Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia”, https://www.cermati.com/artikel/jenis-
jenis-asuransi-di-indonesia-apa-saja, diakses 19 September 2021
Kamil, Irfan. “Kasus Jiwasraya, 13 Korporasi Didakwa Rugikan Negara Rp 10 Triliun”,
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/31/17464811/kasus-jiwasraya-13-korporasi-didakwa-
rugikan-negara-rp-10-triliun?page=all, diakses 19 September 2021
Lokataru Foundation. “ Penanganan Kasus Jiwasraya Ancaman Bagi Pasar Modal
Indonesia”, https://lokataru.id/penanganan-kasus-jiwasraya-ancaman-bagi-pasar-modal-
indonesia/, diakses 19 September 2021
Salma Alifah, Nisrina. “Perkembangan Asuransi di Indonesia [Plus Daftar Asosiasinya]”,
https://lifepal.co.id/media/data-perkembangan-asuransi-di-indonesia/, diakses 19 September
2021
Sihombing, Helda. “Pengertian Asuransi Menurut Para Ahli, Jenis, dan Istilahnya”,
https://lifepal.co.id/media/pengertian-asuransi-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/, diakses 19
September 2021
Wardana, Raditya. “Apa Itu Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi di Indonesia”,
https://lifepal.co.id/media/apa-itu-asuransi/#5_Elemen_dalam_asuransi, diakses 19 September
2021

14

Anda mungkin juga menyukai