Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR BEBAN KLAIM, REASURANSI DAN BEBAN

OPERASIONALTERHADAP PROPORSI DANA TABARRU’


PADA ASURANSI JIWA SYARIAH DI INDONESIA

Dosen Pengampu:
Dr. Endang Setyowati, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:
Lucia Arinda Luan
Nim A.111.21.0076

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas dengan mata kuliah
Hukum Asuransi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu
Endang Setyowati sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Asuransi yang telah
memberikan bimbingan penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menamba pengetahuan bagi
para pembacanya.

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini dimana teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat telah
menimbulkan berbagai kebutuhan besar juga Model kehidupan yang berbeda-beda mengikuti
perkembangan zaman yang berbeda untuk setiap orang. Ada juga perbedaan dalam gaya hidup
berbagai berbagai masalah. Selalu ada risiko yang terlibat masing-masing dengan gaya hidup
yang berbeda. Untuk menghadapi risiko tersebut, setiap orang selalu berupaya solusi dari setiap
permasalahan yang muncul. Mereka mencari solusi terhadap risiko yang belum terjadi. Salah
satu risikonya adalah pengaruh gaya hidup masing-masing individu, yaitu kondisi kesehatan
masing-masing individu. Kapan banyak orang membayar penyakitnya melalui sistem asuransi.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk mayoritas umat Islam
mendorong bisnis berbasis syariah untuk terus berkembang.

Orang-orang mengembangkan konsep keuangan berdasarkan Syariah masyarakat beralih


dari sistem keuangan tradisional ke sistem berbasis keuangan syariah Salah satu perusahaan yang
mengalami perkembangan dalam sistem Islam dan banyak orang yang tertarik dengan asuransi
berbasis syariah.Perkembangan perusahaan asuransi berbasis syariah cukup menggembirakan
individu memilih untuk mempertaruhkan hidup mereka dalam sistem asuransi berbasis syariah.
Mereka selalu bisa mengetahui status kehalalan produk sistem keuangan. Selain itu mereka juga
memperhatikan kebaikan dan kemanfaatan sistem keuangan syariah itu sendiri.

Sistem asuransi syariah dan sistem asuransi dalam sistem pengelolanya ada perbedaan
dengan yang tradisional. Perbedaan tersebut menjadikan sistem asuransi syariah lebih baik
dibandingkan sistem sebelumnya dikembangkan sebelumnya. Perbedaan Asuransi Syariah dan
Skema Asuransi tradisional yaitu sistem pengelolaan dana. Dalam sistem asuransi dana syariah
dikelola tersendiri sesuai kesepakatan telah dilaksanakan dan sesuai dengan prinsip syariah.
Sementara itu di dalam sistem Pengelolaan dana asuransi tradisional dilakukan melalui keduanya
bercampur dan masih ada sistem kepentingan yang tidak seperti syariah yang tidak ada memiliki
elemen bunga. Dalam sistem asuransi syariah terdapat berbagai akad dan sistem kendali yang

3
berbeda. Akad tersebut merupakan akad dan akad tabarru wakalah tagihan ujrah. Akad tabarru’
adalah akad hibah dalam arti pertolongan untuk membantu peserta (ta'wun) dan berusaha untuk
tidak mencari keuntungan (non-komersial). Akad wakalah bil ujrah adalah akad yang tujuannya
mencari keuntungan (komersial).

Memilih perusahaan yang manajemennya dapat diandalkan sumber daya keuangan,


sehingga setiap orang selalu memperhatikan kebugaran dan kesehatannya dari keuangan
perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki solvabilitas yang baik
dalam kegiatannya. Kemampuan membayar adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban operasionalnya semakin baik solvabilitasnya, semakin baik pula situasi keuangannya
perusahaan perkembangan yang cepat diperlukan oleh setiap perusahaan meningkat setiap
tahunnya. Perkembangan ini terlihat pada pesawat profitabilitas yang dicapai perusahaan pada
periode tertentu. Juga profitabilitas digunakan untuk menentukan efektivitas tata kelola
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Namun syarat perusahaan asuransi syariah adalah
meraih keuntungan secara optimal mempunyai keterbatasan karena adanya aturan-aturan yang
terkait dengan pelaksanaannya tingkat penyelesaian tabarru bawah.

Perusahaan harus mampu menetapkan rasio menjumlahkan uang tabarru’ dan ujrah dalam
aktivitasnya. Menentukan keuangan Tabarru dan ujra tentunya tidak dilakukan secara kebetulan.
Secara meyakinkan tentunya perusahaan harus memperhatikan proporsi dana tabarru terhadap
dana ujrah faktor yang mempengaruhi. Menentukan proporsi uang tabarru' dan ujrah nanti kami
berharap bisa membuat perhitungan yang akurat menentukan besarnya profitabilitas yang
diharapkan. Perubahan definisi bagian dana tabarru antara perusahaan asuransi jiwa syariah dan
bahkan perubahan proporsi dana tabarru berubah setiap tahunnya pada perusahaan asuransi jiwa
syariah yang sama, dan belum ada literatur yang mengkaji secara utuh determinasi bagian dana
tabarru dan ujrah pada perusahaan asuransi syariah, sehingga permasalahan ini menarik untuk
dibahas.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yan telah dijabarkan diatas, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh faktor beban klaim reasuransi dan beban operasional terhadap
proporsi dana tabbaru’ pada asuransi jiwa syariah di indonesia?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian lembaga asuransi syariah


Lembaga asuransi syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang saat ini banyak
dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagaimana yang tertuang pada Bab III PMK Nomor
18/PMK.010/2010, operator (perusahaan) asuransi syariah melakukan pemisahan kekayaan dan
kewajiban dana tabarru' dari kewajiban dan kekayaan dana perusahaan. Oleh karena itu, operator
asuransi syariah menggunakan sistem pemisahan dana dalam pengelolaan keuangannya untuk
mengakomodasi penggunaan akad tabarru'. Pemisahan dana dalam konteks ini adalah pemisahan
aset dan liabilitas dana Tabarru' dari dana perusahaan. Konsep dasar pada transaksi asuransi
syariah adalah kegiatan tolong menolong (ta'awun) antara peserta asuransi syariah. Kegiatan
tolong menolong diwujudkan dengan menghibahkan sejumlah dana yang dilandasi oleh akad
tabarru' (Hakim 2012). Dana hibah diberikan kepada pihak operator asuransi syariah dalam
wujud pembayaran kontribusi (premi). Kontribusi tersebut merupakan gabungan dana tabarru'.
Dana tabarru' adalah dana atau hibah yang dikumpulkan dari banyak orang atau peserta yang
sukarela membayar iuran setiap bulan. Dalam konteks asuransi, dana tabarru' dikumpulkan dari
seluruh pemegang polis asuransi untuk keperluan tolong menolong melalui bentuk pembayaran
manfaat asuransi selain nilai tunai.

Kontribusi (premi) dipisahkan dalam pencatatannya, dimana dana tabarru’ akan dibukukan
dalam akun kumpulan dana tabarru’ (kumpulan dana peserta) dan ujrah dibukukan dalam akun
kumpulan dana perusahaan. Dana tabarru’ hanya boleh digunakan untuk kegiatan peserta,
sedangkan perusahaan menggunakan ujrah sebagai salah satu sumber utama pembiayaan
operasionalnya. Pemisahan kontribusi menjadi dana tabarru’ dan ujrah dalam praktiknya
membutuhkan sebuah proporsi. Perusahaan asuransi umum syariah dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini untuk pengambilan kebijakan atas perubahan komposisi tabarru’ didasarkan pada
faktor-faktor yang memengaruhinya. Manfaat lain dari penelitian ini adalah bertambahnya
referensi baru pada kajian manajemen keuangan perusahaan asuransi umum syariah yang sampai
saat ini masih sangat terbatas. Kajian manajemen keuangan syariah pada penelitian-penelitian
empiris lebih banyak membahas pada manajemen keuangan perbankan syariah.

6
2.2 Hubungan Klaim dengan Proporsi Dana Tabarru’
Klaim dalam asuransi umum syariah adalah kegiatan memberi santunan kepada peserta
yang sedang mengalami musibah. Pemberian santunan yang diwujudkan dalam bentuk
pembayaran klaim ini diambilkan dari kumpulan dana tabarru’ karena klaim merupakan hak
peserta asuransi, Segala bentuk dana yang terkait dengan kebutuhan peserta dikelompokkan
dalam akun khusus kumpulan dana tabarru’. jika klaim semakin tinggi, maka proporsi tabarru’
yang dibutuhkan mengalami peningkatan. Sebaliknya, semakin rendah klaim, proporsi tabarru’
juga akan rendah. Jika tabarru’ tidak ditingkatkan atau diperbesar, maka perusahaan asuransi
umum syariah akan berpeluang untuk mengelurkan pinjaman. Kondisi ini didukung ketika
peserta mengajukan klaim yang melebihi unsur dana tabarru’ nya, hal ini akan sangat
berpengaruh dalam penentuan kontribusi (premi) yang di dalamnya ada unsur tabarru’pada
periode berikutnya. Kegiatan asuransi umum syariah tidak bisa lepas dari kegiatan reasuransi.
Tujuan dari reasuransi adalah untuk mengurangi dan membagi sebagian risiko itu kepada pihak
lain yang dalam hal ini adalah perusahaan reasuransi. Kegiatan reasuransi menunjukkan bahwa
objek yang diakseptasi oleh perusahaan asuransi syariah memiliki risiko yang tinggi dan ada
kemungkinan perusahaan asuransi syariah kurang mampu mengelola sendiri apabila terjadi
risiko. Kemungkinan risiko yang tinggi tersebut diikuti dengan permintaan proporsi dana
tabarru’ yang tinggi juga.

2.3 Beban Operasional Terhadap Dana Tabarru’

Beban operasional ditanggung oleh pengelola merupakan seluruh pengeluaran yang


menjadi beban perusahaan asuransi, diantaranya terdiri dari biaya komisi, beban pemasaran,
beban umum dan administrasi, serta beban lainnya yang terkait. Seluruh beban operasional
tersebut dianggarkan dari pendapatan utama perusahaan yaitu fee/ujrah yang diterima dari
peserta. Kelompok akun ujrah/fee tersebut bersumber dari dana kontribusi bruto peserta sehingga
menjadi beban ujrah bagi akun dana peserta dan akan mengurangi nilai kontribusi. Sedangkan
fee (ujrah) yang dibayarkan adalah “biaya yang dibebankan dar dana peserta sebagai fee
pengelolaan yang digunakan untuk biaya operasional, komisi, dan lain sebagainya.Beban
operasional pengelola diakui sebagai biaya sebagaimana peruntukannya dan besarnya

7
disesuaikan dengan jumlah yang diatribusikan pada transaksi yang terkait. Beban operasional
disajikan secara terpisah sesuai peruntukannya dalam laporan laba rugi. Semakin tinggi beban,
maka akan diikuti oleh kebutuhan ujrah yang tinggi pula. Jika kebutuhan ujrah yang tinggi maka
akan berakibat pada porsi dana tabarru’ yang semakin rendah.

2.3 Adapun Risiko Klaim

Klaim adalah nilai pertanggungan yang diberikan ke peserta atas kerugian yang
dialaminya. Dalam perusahaan asuransi syariah, klaim bukan merupakan beban pengelola tetapi
merupakan beban asuransi atau underwriting yang diambil dari dana peserta. Perbedaan ini
disebabkan oleh konsep dana tabarru’ dan pembagian risiko yang digunakan oleh perusahaan
asuransi syariah.

klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya
yang tersedia berdasarkan perjanjian. Melalui klaim tersebut peserta dapat memperoleh hak-hak
berdasarkan perjanjian tersebut. Semua usaha yang diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut
dihormati sepenuhnya sebagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi pengelola
asuransi syariah untuk mengatasi klaim secara efisien.

Untuk mengatasi keuangan klaim, maka perusahaan asuransi syariah pada umumnya akan
mengelola risiko klaim dengan melakukan penyisihan dana atau biasa dikenal dengan sebutan
penyisihan teknik (technical provision). Penyisihan teknik ini dalam asuransi syariah telah diatur
dalam PSAK No.108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah refisi efektif 1 Januari 2017.
Penyisihan teknik tersebut terdiri atas 4 kelompok. Keempat jenis penyisihan teknik tersebut
merupakan kelompok penambah nilai risiko klaim, disajikan dalam laporan keuangan surplus
underwriting dana peserta yang termasuk sebagai beban asuransi. jika klaim semakin tinggi,
maka proporsi tabarru’ yang dibutuhkan mengalami peningkatan. Sebaliknya, semakin rendah
klaim, proporsi dana tabarru’ juga akan rendah. Jika tabarru’ tidak ditingkatkan atau diperbesar,
maka perusahaan asuransi Syariah akan berpeluang untuk mengeluarkn qardhul hasan.

8
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
biaya kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap saham dana tabarru". Klaim
merupakan hak peserta asuransi jiwa syariah ketika mereka mengalami bencana. Alat yang
digunakan persyaratan perusahaan asuransi jiwa syariah pihak tertanggung memperoleh
penghasilan dari pengumpulan uang tabarru. Jadi jika beban kompensasi bertambah maka
memerlukan sebagian dana tabarrua besar hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan
kinerjanya bagian dari harta tabarru. Biaya operasional tidak mempengaruhi porsi dana tabarru
perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia. Hal ini terjadi karena pemuatan biaya operasional
adalah pengeluaran perusahaan yang kebutuhan keuangannya tidak diambil dari dana tabarru,
sehingga pada saat terjadinya biaya operasional. Jika perusahaan mengalami pertumbuhan, maka
tidak akan terpengaruh bagian dari harta tabarru.

3.2 Saran

Sebagai dana Tabarru, perusahaan harus benar-benar mampu untuk melihat dan membaca
dalam kondisi apa ia harus tumbuh atau bahkan mengurangi porsi dana tabarru agar tidak
dirugikan kekurangan uang jika beban kompensasi bertambah dalam jangka waktu tertentu.
Ketika beban kompensasi meningkat, perusahaan pun menjadi untuk menambah porsi dana
tabarru pada musim berikutnya. Dalam manajemen risiko, perusahaan dapat melakukan
reasuransi. Meski demikian, perseroan harus tetap konsisten dalam melakukan kegiatan
reasuransi memenuhi kewajiban mereka. Jika risikonya memungkinkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/User/Downloads/266306-analisis-determinan-tingkat-proporsi-dan-8a79a8aa.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/178742-ID-determinan-proporsi-dana-tabarru-pada-le
%20(1).pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/ESA%20TRIANI%20(1)%20(1).pdf

10

Anda mungkin juga menyukai