Anda di halaman 1dari 17

ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIAONAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah

Dosen Pengampu: Bapak Qosim Khoiri Anwar, M.S.I.

Disusun Oleh:

1. Ahmad Miftachurryan Fathoni (202111162)


2. Muhammadad Ilham M (202111153)
3. Ahmad Nur Faiz (202111182)
4. Angger Bagaskoro (202111174)
5. Falinca Puspita Dewi (202111365)
6. Hilmi Fahrezi (202111211)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi kesempatan pada saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayat-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Qosim Khoiri
Anwar, M.S.I. pada mata kuliah Asuransi Syariah Universitas Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Qosim Khoiri Anwar, M.S.I.
selaku dosen mata kuliah Asuransi Syariah. Tugas yang telah diberikan ini semoga dapat
menambah wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih
pada pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Saya menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
terima demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB 1 .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4

BAB II ................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAAN ............................................................................................................... 5

2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional......................................................... 5

A. Pengertian Asuransi Syariah .................................................................................. 5

B. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional .................................................... 6

2.2 Mekanisme Pengelolahan Asuransi Syariah ............................................................ 10

2.3 Mekanisme Pengelolaan Tabbaru’ Dalam Sistem Asuransi .................................... 12

2.4 BPJS ......................................................................................................................... 14

BAB III .............................................................................................................................. 15

PENUTUP ......................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 15

3.2 Saran ......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, dengan lahirnya bank yang beroperasi pada prinsip syari’ah seperti dalam
bentuk bank muamalat Indonesia dan bank perkereditan rakyat islam, pengetahuan tentang bank
islam ini sangat dibutuhkan baik bagi p[ara ilmuwan maupun masyarakat luas. Lebih-lebih
masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim sehingga minat terhadap lembaga
keuangan syari’ah (asuransi syari’ah) sangat diminati. Tetapi meskipun lembaga-lembaga
keuangan syari’ah mulai menyebar diberbagai pelosok tanah air banyak masyarakat yang belum
mengenal produk-produk asuransi syari’ah. Kajian tentang asuransi sangat menarik sekali diantara
prinsip ekonomi syariah lainya. Kajian mengenai asuransi syari’ah terlahir satu paket dengan
kajian perbankan syari’ah, yaitu sama-sama muncul kepermukaan tatkala dunia islam tertarik
untuk mengkaji secara mendalam apa dan bagaimana cara mengaktualisasikan konsep ekonomi
syari’ah

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbedaan asuransi syariah dengan konvensional?
2. Bagaimana mekanisme pengelolahan sistem asuransi syariah?
3. Bagaimana mekanisme pengelolaan tabbaru’ dalam sistem asuransi?
4. Apa yang dimaksud dengan BPJS?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Guna mengetahui perbedaan asuransi syariah dengan konvensional.
2. Guna mengetahui mekanisme pengelolahan sistem asuransi
3. Guna mengetahui mekanisme pengelolaan abbaru’ dalam sistem asuransi
4. Guna mengetahui tentang BPJS

4
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional.


A. Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling tolong
menolong di antara para pemegang polis (peserta). Asuransi syariah adalah dilakukan
melalui pengumpulan dan pengelolaan dana tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip
syariah. Dengan kata lain, asuransi syariah adalah usaha tolong-menolong dan saling
melindungi diantara para peserta yang penerapan operasional dan prinsip hukumnya sesuai
dengan syariat Islam.
Tanpa bermaksud mendahului takdir, asuransi syariah dapat diniatkan sebagai
ikhtiar persiapan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya risiko. Di Indonesia, asuransi
syariah sudah dijamin halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah
Nasional (DSN) dengan Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari’ah. Pada dasarnya, asuransi syariah adalah menggunakan prinsip sharing of
risk. Risiko dari satu orang atau pihak dibebankan kepada seluruh orang/pihak yang
menjadi pemegang polis.1
Munculnya asuransi syariah pertama kali di Indonesia tak lepas dari nama Asuransi
Takaful, yang dibentuk oleh holding company PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada
tahun 1994. Terbentuknya Asuransi Takaful saat itu memperkuat keberadaan lembaga
perbankan syariah yang sudah ada terlebih dahulu, yakni Bank Muamalat karena
asumsinya Bank Muamalat juga membutuhkan lembaga asuransi yang dijalankan dengan
prinsip yang sama. Pembentukan awal Takaful disponsori oleh, Yayasan Abdi Bangsa,

1
Nur Jamal Shaid "Asuransi Syariah: Pengertian, Jenis, dan Bedanya dengan Konvensional"
https://money.kompas.com/read/2022/03/27/202209026/asuransi-syariah-pengertian-
jenis-dan-bedanya-dengan-konvensional?page=all.

5
Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri. Saat itu para wakil dari tiga
lembaga ini membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau TEPATI.
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia berkembang dengan baik sejak
didirikan tahun 1994 lalu. Perkembangan asuransi syariah di Indonesia tidak lepas dari
tumbuh dan berkembangnya bank syariah. Pertumbuhan asuransi syariah beberapa tahun
ini sangatlah tinggi karena banyak orang yang sadar akan pentingnya mempunyai asuransi
Asuransi syariah sendiri juga mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan
asuransi non-syariah sehingga banyak sekali peminat yang berminat untuk memiliki
asuransi syariah. Asuransi dapat menjadi investasi jangka panjang dan juga proteksi diri
akan hal hal yang tidak diinginkan. Produk keuangan sendiri sudah menjadi kebutuhan
manusia dan dewasa ini orang orang lebih selekif untuk menggunakan produk keuangan
tersebut dengan menghindari hal hal yang berunsur riba.

B. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional


Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tidak mampu mengakomodir perkembangan
perasuransian pada umumnya, hanya mengatur masalah yang bersifat umum yaitu masalah
tata cara pendirian asuransi umum yang kurang menyentuh asuransi syariah, dengan alasan
sebagai berikut:
a. Dari Segi Filosofis keberadaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah,
mempunyai latar belakang yang sangat berbeda. Asuransi Konvensional mendasarkan
murni pada prisip ekonomi yaitu adanya Keuntungan, sedangkan Asuransi Syariah
mendasarkan pada pola hidup kebersamaan, saling tolong menolong.
b. Asuransi Konvensional berdasarkan landasan KUHD, yang bersumber dari Hukum
Barat, sedangkan Asuransi syariah lebih berlandaskan pada ajaran Islam, yaitu Al
Qur‟an dan Hadits.
c. Asuransi Konvensional bermotif saling mencari keuntungan, terdapat unsur
gamblingnya, bersifat untung-untungan, sedangkan Asuransi Syariah bermotif saling
membagi keuntungan atau bagi hasil dan berbagi risiko.
d. Penyelesaian sengketa Asuransi Konvensional diselesaikan melalui Pengadilan
Negeri/Arbitrase sedangkan Asuransi Syariah diselesaikan melalui Basyarnas atau
Pengadilan Agama.

6
NO Perbedaan Konvensional Syariah

1. Konsep Perjanjian anatara dua pihak atau Sekumpulan orang yang saling
lebih, dengan mana pihak membantu, saling menjamin, dan
penanggung mengikatkan diri bekerja sama, dengan cara masing
dengan pihak tertanggung, masing mengeluarkan dana
dengan menerima premi asuransi, tabarru’.
untuk memberikan pergantian
dengan tertanggung.

2. Asal-usul Dari masyarakat Babilonia 4000- Dari Al-Aqidah kebiasaan suku


3000 SMyang dikenal dengan arab jauh sebelum islam datang.
perjanjian hamurabi, dan tahun kemudian disahkan oleh
1968 di Coffe house London Rasullullah SAW sebagai hukum
berdirilah Liyod Of London islam, bahkan tertuang dalam
sebagai cikal bakal konvensional konstitusi pertama di dunia (piagam
madinah) yang di buat langsung
oleh Rasullullah SAW.

3. Sumber Bersumber dari pikiran manusia Bersumber dari wahyu Ilahi dimana
Hukum dan kebudayaan. Berdasarkan sumber hukum dalam syariah islam
hukum posistif, hukum alami dan adalah Al-Qur’an, sunnah, ijma,
contoh sebelumnya. qiyas, dan masih banyak lagi.

4. Meisir, Tidak selaras dengan syariah Bersih dari praktik maisir gharar,
Gharar, Riba islam karena mengandung 3 hal dan riba.
ini.

5. DPS (Dewan Tidak ada. Sehingga dalam Ada, yang berfugsi untuk
Pengawas praktiknya banyak bertentangan mengawasi pelaksanaan
Syariah) dengan kaidah-kaidah syara. operasional perusahaan agar
terbebas dari praktik-praktik

7
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.

6. Akad Akad jual beli (akad Akad tabaru, dan akad tijarah
mu’awadhoh, akad idz’aan, (mudharabah, wakalah)wadiah,
mulzim) syirkah dsb.

7. Risiko Transfer of risk, dimana terjadi Sharing of Risk, dimana terjadi


transfer resiko dari tertanggung proses saling menanggung antara
kepada penanggung. satu peserta dengan peserta lainnya
(ta’awun)

8. Pengelolahan Tidak ada pemisahan dana, yang Pada produk saving (life) terjadi
Dana berakibat terjadinya dana hangus pemisahan dana antara dana tabaru
(untuk produk saving life). (derma) dengan dana peserta
sehingga tidak mengenal dana
hangus. Sedangkan untuk term
insurance (life) dan general
insurance semuanya bersifat
tabarru’

9. Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dalam melakukan investasi sesuai


batas-batas ketentuan perundang dengan ketentuan perundang-
undangan, dan tidak di batasi oleh undangan sepanjang tidak
halal haram objek atau sistem bertentangan engan prinsip-prinsip
investasi yang di gunakan. syariah Islam. Bebas dari Riba dan
dan tempat investasi yang dilarang

10. Kepemilikan Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul dari peserta
Dana peserta seluruhnya menjadi milik dalam bentuk iuran atau kontribusi
perusahaan. Perusahaan bebas merupakan milik peserta (shohibul
menggunakan dan mal), asuransi syariah hanya
menginvestasikan kemana saja. sebagai pemegang amanah

8
(mudharib) dalam mengelola dana
tersebut

11. Sumber Sumber biaya klaim adalah dari Diperoleh dari rekening tabaruu
Pembayaran rekening perusahaan, sebagai dimana peserta saling menanggung
klaim konsekuensi penanggung satu sama lainnya. Jika slah satu
terhadap tertanggung. Murni peserta medapat musibah, maka
bisnis dan tidak ada nuansa peserta lainnya ikut menanggung
spiritual bersama resiko tersebut

12. Sistem Menganut Konsep Accrual basis Menganut konsep akuntansi Cash
Akuntansi yaitu proses akuntansi yang basis, mengakui apa yang benar-
mengakui terjadinya peristiwa benar telah ada sedangkan accrual
atau keadaan non kas. Dan basis dianggap bertentangan
mengakui pendapatan, dengan syariah karena mengakui
peningkatan asset, expenses,
adanya pendapatan yang akan
liabilities dalam jumlah tertentu
terjadi dimasa yang akan datang.
yang baru akan diterima
Sementara apakah itu benar-benar
dalam waktu yang akan datang.
dapat terjadi hanya Allah yang
tahu.

13. Visi Misi Misi ekonomi dan Misi Sosial Misi Aqidah, Misi Ibadah (taawun),
Misi Iqtishodi (ekonomi) dan Misi
Pemberdayaan Ummat (social)

14. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari Profit yang diperoleh dari surplus
Profit surplus undewriting, komisi undewriting, komisi reasuransi, dan
reasuransi, dan hasil investasi, hasil investasi, bukan seluruhnya
bukan seluruhnya menjadi milik menjadi milik perusahaan , tetapi
perusahaan

9
dilakukan bagi hasil (mudharabah)
dengan peserta.2

2.2 Mekanisme Pengelolahan Asuransi Syariah


1. Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seseorang calon peserta yang
dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan premi.
Pada asuransi syariah underwriter berperan :
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh
underwriter dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis
pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.
b. Memutuskan menerima atau tidak risiko-risiko tersebut.
c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta
membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya jumlah
pertanggungan, lamanya waktu asuransi dan plan yang sesuai dengan tingkat risiko
peserta.
d. Mengenakan biaya upah (ujrah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e. Mengamankan profit margin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
g. Menghindari antiseleksi.
h. Underwriter juga harus memerhatikan pasar kompetitif yang ada dalam penentuan
tarif, penyebaran risiko dan volume, dan hasil survei. 23
i. Melakukan reasuransi setelah mengkaji limit retensi (jumlah risiko yang dapat
ditahan oleh perusahaan asuransi.
Dengan demikian, underwriter perusahaan asuransi memiliki sasaran menyetujui dan
menerbitkan polis asuransi yang adil bagi nasabah, dapat diterima oleh calon peserta
dimana polis asuransi menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhannya, premi yang
ditetapkan dalam polis harus berada dalam batas kemampuan keuangannya, dan premi
yang dibebankan harus mampu bersaing di pasar. Di samping itu bagi perusahaan,

2
Diakses dari Kumpulan Makalah : Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional (arsippkuliah.blogspot.com)
pada tanggal 9 Maret 2023, pikul 12.30.

10
underwriter harus mampu membuat keputusan yang memberikan keuntungan kepada
perusahaan yang berlaku bagi semua jenis usaha.
2. Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang
diharamkan di atas kontrak asuransi, maka diberikan beberapa pilihan alternatif dalam
polis asuransi tersebut
3. Premi (Kontribusi) secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan peserta
asuransi, mendapatkan santunan kebijakan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim, menambah investasi pada masa yang berikutnya. Premi
dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:
a. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang
polis yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya 24 akan mendapatkan hak
sesuai dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih.
b. Premi tabarru’ yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan
digunakan untuk tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian yang
akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa
asuransi berakhir.
c. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan
yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam rangka
pengelolaan dana asuransi, termasuk biaya awal, biaya lanjutan, biaya tahun
berjalan, dan biaya yang dikeluarkan pada saat polis berakhir.
Penetapan premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan pada
mekanisme pasar yang berlaku. Pengelolaan Dana Asuransi (Premi) Pengelolaan dana
asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musyarakah,
atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudharabah keuntungan diperoleh dari investasi
(sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal
dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal. Pada
akad mudharabah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang
menyertakan modal atau dananya dalam investasi bersama dana para peserta.
Pengelolaan Dana Asuransi (Premi) Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat
dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah.

11
Pada akad mudharabah keuntungan diperoleh dari investasi (sistem bagi hasil). Para
peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi
syariah berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal. Pada akad mudharabah
musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang menyertakan modal
atau dananya dalam investasi bersama dana para peserta.
4. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai
dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam asuransi syariah adalah :
a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
d. Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan kewajiban perusahaan, sebatas
yang disepakati dalam akad. 3

2.3 Mekanisme Pengelolaan Tabbaru’ Dalam Sistem Asuransi


Tabarru’ merupakan hal yang sangat penting dalam akad asuransi syari’ah. Hal ini karena
dasar akad dari sistem operasional asuransi syariah berpijak pada akad tabarru’.Dalam konteks
akad asuransi syariah, tabarru’ berarti memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan
membantu satu sama lain sesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada di antaranya yang
mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening dana tabarru’ yang sudah
diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana
kebajikan atau dana tolong-menolong. Karena itu dalam akad tabarru’,pihak yang memberi dengan
ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari orang yang
menerima kecuali kebaikan dari Allah SWT.4

Pengelolaan dana tabarru’ yang telah diatur dalam Fatwa DSN MUI yaitu:

1. Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga
yang berfungsi sebagai pemegang amanah
2. Pembukaan tabungan dana tabarru harus terpisah sendiri dari dana lainnya

3
Frianto Pandia, S.E., “Lembaga Keuangan”, Jakarta, Rieneka Cipta
4
Agus Edi Sumanto, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah, (Bandung: PT Salamdani Pustaka Semesta,
2009), hlm. 71

12
3. Hasil investasi dana tabarru akan menjadi hak kolektif bagi peserta dan dibukukan dalam
akun tabarru
4. Dari hasil investasi yang telah dikelola, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah dapat
memperoleh bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau akad mudharabah musytarakah,
atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah (Fatwa DSN-MUI).5

Dalam hal pengelolaan dana tabarru yang telah diatur DSN MUI dapat dipahami bahwa dalam
mengelola dana tabarru di asuransi syariah harus benar-benar diperhatikan dan di manajemen
dengan baik, pengelolaan dana asuransi dan reasuransi hanya boleh dilakukan oleh lembaga yang
sudah legal memegang amanah dan pengelolaannya juga harus terjamin kehalalannya, pembukuan
dana tabarru’ harus benar-benar terpisah dengan dana lainnya, jika dana tabarru diinvestasikan dan
ada keuntungan dari hasil investasi tersebut maka perusahaan asuransi dan reasuransi syariah dapat
memperoleh bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau akad mudharabah musytarakah, atau
memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
Kedudukan perusahaan asuransi dalam transaksi asuransi syariah adalah sebagai mudharib
(pemegang amanah), asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru yang terkumpul dari
kontribusi peserta kepada instrumen yang dibenarkan secara syariah. Dalam mengelola dana
peserta yang terkumpul di dalam dana tabarru, mudharib diawasi secara teknis dan operasional
oleh komisaris, dan secara syra’i diawasi oleh Dewan syariah Nasional. Dana kontribusi peserta
ketika masuk ke perusahaan asuransi syariah terbagi menjadi dua bagian dana tabarru dan ujrah.
Kegiatan operasional oleh perusahaan asuransi syariah akan dibiayai dari hasil perolehan
ujrah atas seberapa besar ujrah yang diperoleh perusahaan untuk mengcover seluruh biaya
operasional yang akan dikeluarkan dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya, dana yang sudah
terkumpul dari peserta asuransi syariah (shahibul maal) maka akan di investasikan oleh pengelola
(mudharib) ke dalam instrumen-instrumen investasi yang tidak boleh bertentangan dengan
syari’at. Apabila dari hasil investasi diperoleh keuntungan (profit), maka setelah dikurangi beban-
beban asuransi, keuntungan tadi akan dibagi antara shahibul maal (peserta) dan mudharib
(pengelola) berdasarkan akad mudharabah (bagi hasil) dengan rasio (nisbah) yang telah disepakati
di muka.

5
Yusuf Qardhawi, Al-halal wal Haram fil Islam, diterjemahkan Abu Sa'id alfalahi dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid,
Halal dan Haram dalam Islam (Cet. I; Jakarta: Rabbani Press, 2000), hlm.317

13
2.4 BPJS
Dunia Asuransi tengah menjadi perbincangan hangat seluruh lapisan masyarakat karena
kasus BPJS, Jiwasraya, dan Asabri. Hari ini didapati di salah satu RSUD bahwa masyarakat yang
berobat menggunakan BPJS Kesehatan berjumlah ratusan. Juga telah diadakan pendataan
Keluarga sehat oleh Puskesmas setempat, salah satu faktornya adalah menjadi Anggota JKN.
Jauh sebelum berbagai permasalahan tersebut menyeruak di tengah-tengah masyarakat,
khususnya terkait BPJS dan fatwa MUI yang menyatakan bahwa BPJS tidak sesuai Syariah, DSN-
MUI sudah mengeluarkan Fatwa NO. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syari’ah, Sistem Syariah dalam Asuransi. Fatwa diterima dan disahkan setelah bertahun-tahun
diperjuangkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Sebagaimana
dual system yang dijalankan oleh Perbankan di Indonesia, yaitu konvensional dan syariah.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuransi syari’ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syari’ah ini tidak
ditemukan dalam asuransi konvensional. Akad pada asuransi syariah adalah akad Tabarru’ (hibah)
untuk hubungan sesama peserta dimana pada dasarnya akad dilakukan atas dasar tolong-menolong
(taawun). Untuk hubungan antara peserta dengan perusahaan asuransi digunakan akad tijarah
(ujrah/fee), mudharabah (bagi hasil), mudharabah musyarakah, wakalah bil ujrah (perwakilan),
wadi’ah (titipan), syirkah (berserikat). Sedangkan asuransi konvensional akad berdasarkan lebih
mirip jual-beli (ta’badduli).
Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (Mudharabah), bersih dari
gharar, maysir dan riba. Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai
landasan perhitungan investasinya.
Kepemilikan dana pada asuransi syari’ah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya
sebagai pemegang amanah untuk pengelolaanya secara syari’ah. Pada asuransi konvensioanal,
dana yang terkumpuldari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas
menentukaan alokasi investasinya.
Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat
pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran
premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang dimasukan
dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecilyang telah diniatkan untuk Tabarru’
(dihibahkan).
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana Tabarru’ (dana kebijakan)
seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai
sebagai dana tolong-menolong diantara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi
konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dan perusahaan.
Pembagian keuntungan pada asuransi syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta
sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi
konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.

15
Asuransi syariah menggunakan sistem sharing of risk dimana terjadi proses saling
menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (Ta’awun) sedangkan pada asuransi
konvensional yang dilakukan adalah transfer of risk, dimana terjadi pengalihan risiko dari
tertanggung (klien) kepada penanggung (perusahaan).
Asuransi syariah menggunakan konsep akuntansi cash basis yang mengakui apa yang telah
ada sedangkan asuransi konvensional menggunakan sistem akuntansi accrual basis yang mengakui
aset, biaya, kewajiban yang sebenarnya belum ada (padahal belum tentu terealisasikan).

3.2 Saran
Setelah memahami isi makalah ini, kita tentu paham tentang Hakim, Mahkum fih, dan
Mahkum Alaih. Maka dari itu dengan kerendahan hati, kami merasakan tulisan ini sangat
sederhana dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan makalah ini agar tulisan ini
menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nur Jamal Shaid "Asuransi Syariah: Pengertian, Jenis, dan Bedanya dengan Konvensional"
https://money.kompas.com/read/2022/03/27/202209026/asuransi-syariah-
pengertian-jenis-dan-bedanya-dengan-konvensional?page=all.

Diakses dari Kumpulan Makalah: Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional


(arsippkuliah.blogspot.com)

Frianto Pandia, S.E., “Lembaga Keuangan”, Jakarta, Rieneka Cipta


Agus Edi Sumanto, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah, (Bandung: PT
Salamdani Pustaka Semesta, 2009).
Yusuf Qardhawi, Al-halal wal Haram fil Islam, diterjemahkan Abu Sa'id alfalahi dan
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Halal dan Haram dalam Islam (Cet. I; Jakarta:
Rabbani Press, 2000).

Achsien, Iggi H, Investasi Syariah di Pasar Modal, Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah, 2003, Gramedia, Jakarta.

Al-„Assal, Ahmad Muhammad dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam, edisi terjemahan, Pustaka Setia, Bandung, 1999.

17

Anda mungkin juga menyukai