Anda di halaman 1dari 64

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI POHON JATI

DENGAN SISTEM NYINOM


(Studi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah)

Skripsi

TAUFIQI KHOIRUNNISA
NPM. 1721030435

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Mu’amalah)

FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/ 2021 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI POHON JATI
DENGAN SISTEM NYINOM
(Studi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah)

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Syari’ah

Oleh
TAUFIQI KHOIRUNNISA
NPM. 1721030435

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Mu’amalah)

Pembimbing I : Khoiruddin, M.S.I.


Pembimbing II : Muslim, S.H.I., M.H.I

FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/ 2021 M

i
ABSTRAK
Jual beli merupakan aktivitas ekonomi dalam upaya memenuhi kebutuhan
manusia, diera modern ini kegiatan ekonomi tentunya mengalami perkembangan
yang beraneka ragam. Seperti halnya jual beli pohon jati dengan sistem nyinom
yang terjadi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung
Tengah. Jual beli dengan sistem nyinom adalah jual beli tangguh yaitu jual beli
dengan cara membeli pohon yang belum pantas dipanen (bukan bibit) dengan
pembayaran diawal dan waktu pelaksanaan penebangan ditangguhkan oleh
pembeli sampai pohon siap untuk ditebang. Jual beli ini menimbulkan kerugian
bagi salah satu pihak. Permasalahan dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana
praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur? dan
2) Bagaimana tinjauan Hukum Islam dalam pelaksanaan praktik jual beli pohon
jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur? Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pelaksanaan Praktik Jual Beli Pohon
Jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur dan 2) Untuk Mengetahui
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon Jati dengan sistem
nyinom di Desa Payung Makmur.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif anlisis. Untuk mendapatkan data yang valid, maka sumber data
dalam penelitian ini ada dua yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder.
Metode pengumpulan data didapat dari observasi, interview, dan dokumentasi.
Populasi dan sample yang digunakan yaitu pihak penjual dan pembeli pohon jati.
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, menggunakan metode
kualitatif dan berfikir induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan praktik jual beli pohon
jati dengan sistem nyinom (jual beli sistem tangguh) di Desa Payung Makmur
yaitu penjual/pemilik kebun mendatangi rumah pembeli dan menawarkan pohon
jati miliknya yang belum pantas ditebang. Pemilik kebun akan menyebutkan
spesifikasi pohon jati dan jumlah pohon jati yang akan dijual untuk
memperkirakan harga pohon jati yang akan dibeli. Setelah pembeli sepakat untuk
membeli pohon jati maka, pembeli pohon jati akan menawarkan harga yang sesuai
dengan spesifikasi pohon jati yang disebutkan oleh pemilik kebun dan melakukan
pembayaran diawal transaksi dengan syarat pohon tersebut tetap ditanam di tanah
penjual. Kemudian pembeli akan melakukan survey, untuk melihat keadaan pohon
jati yang akan dibeli dan menandai pohon jati dengan cat atau tali tambang agar
tidak tertukar dengan pohon lain. Jual Beli pohon jati dengan sistem nyinom
dalam Hukum Islam tidak diperbolehkan karena adanya keterpaksaan dalam
proses transaksi. Praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di fiqh
muamalah disebut dengan jual beli mu‟awamah atau bai‟ mudhof lil mustaqbal
dikarenakan akad yang digunakan saat transaksi itu akad ghairu munjiz mudaf lil
mustaqbal yakni objek akad tidak langsung diserahkan melainkan masih
ditangguhkan dengan penangguhan barang (objek) yang diperjualbelikan.
Transaksi ini termasuk jual beli fasid yang di dalamnya terdapat unsur gharar
yang merugikan penjual dari segi ekonomi akibat dari ketidakjelasan dalam proses
penyerahan barang.

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Taufiqi Khoirunnisa

NPM : 1721030435

Jurusab/Prodi : Hukum Ekonomi Syari‟ah (Muamalah)

Fakultas : Syari‟ah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Tentang


Jual Beli Pohon Jati dengan Sistem Nyinom (Studi di Desa Payung Makmur
Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah) adalah benar-benar
merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan dupliksai ataupun saduran dari
karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam
footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya penyimpangan
dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 2021


Penulis,

Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435

iii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Let.Kol. H. Suratmin Suratmin Sukarame 1 Bandar Lampung Telp (0721) 703260

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati
dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung
Makmur Kecamatan Pubian Kabupateng Lampung
Tengah)
Nama : Taufiqi Khoirunnisa
NPM : 1721030435
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalah)
Fakultas : Syari‟ah

MENYETUJUI
Untuk dapat dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam sidang
Munaqosyah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung.

Pembimbing I Pembimbing II

Khoiruddin M.S.I. Muslim, S.H.I., M.H.I.


NIP. 197807252009121002 NIP.

Ketua Program Studi

Khoiruddin M.S.I.
NIP. 197807252009121002

iv
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Let.Kol. H. Suratmin Suratmin Sukarame 1 Bandar Lampung Telp (0721) 703260

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati
dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung Makmur Kecamatan
Pubian Kabupaten Lampung Tengah) disusun oleh Taufiqi Khoirunnisa,
NPM. 1721030435 program studi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Telah di Ujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan
Lampung pada Hari/Tanggal: Kamis, 09 September 2021

Tim Penguji

Ketua : Marwin, S.H., M.H. (………………)

Sekertaris : Abuzar Alghifari, S. Ud., M.Ag. (………………)

Penguji I : Dr. Relit Nur Edi, S.Ag., M.Kom.I. (………………)

Penguji Ii : Khoiruddin, M.S.I. (………………)

Penguji Iii : Muslim, S.H.I., M.H.I. (………………)

Mengetahui
Dekan Fakultas Syari’ah

Dr. H. Khairuddin, MH.


NIP.19620221993031002

v
MOTTO

ٍَْ ٌ‫ع ُي ْف ِس ِذ‬ ۤ َ َُّ‫َٔ ََل تَ ْج َخسُٕا ان‬


ِ ْ‫بس اَ ْشٍَب َءُْ ْى َٔ ََل تَ ْعثَ ْٕا فِى ْاَلَر‬
“Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan
janganlah membuat kerusakan di bumi.” (QS. Asy-Syu‟ara: 183)

vi
PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil „alamin. Dengan menyebut nama Allah SWT tuhan

semesta alam yang menguasai segala kerajaan baik di bumi maupun di langit,

sholawat yang selalu tercurah kepada manusia terbaik yaitu Rasulullah SAW

semoga kita semua mendapat syafaatnya. Puji syukur alhamdulillah, berkah dari

Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dalam

rangka memenuhi tugas dan sebagaimana syarat memperoleh gelar Sarjana

Hukum, skripsi peneliti persembahkan sebagai tanda cinta dan kasih sayang, serta

hormat tak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua yaitu Bapak Ahmad Tusin dan Ibu Santi Arisandi karena

cinta dan kasih sayang beliau, berkat kesabaran beliau, dukungan moril,

spiritual dan materi, serta senandung do‟a yang ikhlas disetiap sujud nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Adik-adikku yang tersayang Ahlul Baiti Sofia, Subhan Qolbi Kalam dan

Amar Maulana Ikhsan yang selalu menebarkan canda tawa, kebahagian,

support positif yang luar biasa, serta yang selalu mengulurkan tangan dan

selalu tersenyum di hadapan penulis sehingga memberi kekuatan kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Guruku tercinta Abah Muhammad Nur Aziz dan Ibu Sawitri yang telah

mendoakan keberhasilan peneliti.

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Taufiqi Khoirunnisa, dilahirkan di Payung Makmur, 06

Oktober 1999, peneliti merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan

Bapak Ahmad Tusin dan Ibu Santi Arisandi. Taufiqi Khoirunnisa memiliki tiga

adik bernama Ahlul Baiti Sofia, Subhan Qolbi Kalam dan Amar Maulana Ikhsan.

Peneliti bertempat tinggal di Desa Payung Makmur Lampung Tengah. Adapun

riwayat pendidikan peneliti adalah sebagai berikut. Pendidikan dimulai dari

Sekolah Dasar di SDN 1 Payung Makmur pada tahun 2004-2011, MTs Nurul

Ulum Payung Rejo pada tahun 2011-2014, MAN 1 Pringsewu pada tahun 2014-

2017 dan mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Syari‟ah

UIN Raden Intan Lampung dimulai pada tahun 2017 dan mengambil Program

Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah, di Fakultas Syariah, UIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, 26 Juli 2021


Penulis,

Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah

serta inayah-Nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon

Jati dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung Makmur Kecamatan

Pubian Kabupaten Lampung Tengah)”. Sholawat serta salam semoga selalu kita

sanjung agungkan kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini ditulis dengan mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan

hati, pada kesempatan kali ini penulis akan mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., Rektor UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. H. Khairuddin, M.H., Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan

Lampung.

3. Bapak Khoiruddin, M.S.I., Ketua program Studi Hukum Ekonomi Syar‟ah

(Mu‟amalah) dan Juhratul Khulwah. M.Si., Sekertaris program Studi Hukum

Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalah) Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan

Lampung.

4. Bapak Khoiruddin, M.S.I., dan Bapak Muslim, S.H.I., M.H.I., Dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang dengan kesabaran dan

keteladanan telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan pemikiran

serta bimbingannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

ix
5. Bapak, dan Ibu dosen Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang

telah memberikan ilmu pengetahuan.

6. Kepala Perpustakaan dan pegawai Akademik Fakultas Syari‟ah UIN Raden

Intan Lampung yang turut memberikan data berupa literature sebagai sumber

data dalam penulisan skripsi ini.

7. Segenap Guru selama penulis menempuh pendidikan baik di SD, MTs, MAN

dan seluruh Dewan Asatidz/Asatidzah di Pondok pesantren Madinatul Ilmi

Pringsewu.

8. Sahabatku Alimaturrosidah, Darlena, Melisa, Nadia Intan Permata Sari, Ihza

Mahendrawan, Agil Suardyana, Ngalifatul Hikmah, Anisatul Ma‟rifah, Ajeng

Mukaromah, Nafisatul Lu‟luatil Faiqoh, Eti Rohayati, Herliana Septa

Handayani, Ratna Martharini, Sekar Lestari dan Rafika Lingga Subagya serta

teman-teman Muamalah 2017 terkhusus kelas MU-C, teman-teman KKN,

PPS, serta seluruh angkatan 2017 terimakasih atas kebahagiaan, dukungan

dan dorongan yang telah diberikan.

9. Almamater tercinta Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang telah

mendidik, mengajarkan dan mendewasakan dalam berfikir dan bertindak

secara baik.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh

karena itu dengan segala hormat penulis meminta maaf atas kekurangan yang

terdapat di dalamnya. Hanya kepada Allah swt penulis serahkan segalanya,

mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya penulis tetapi

x
untuk para pembaca dan semoga allah memberikan segala kebaikannya sebagai

bentuk kasih sayangnya atas hal baik yang telah diberikan kepada penulis.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Aamiin

Bandar Lampung, 26 Juli 2021


Penulis,

Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


ABSTRAK .........................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iii
PERSETUJUAN ................................................................................................iv
PENGESAHAN .................................................................................................v
MOTTO .............................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ......................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah ..........................................................................2
C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian .............................................................5
D. Rumusan Masalah ..................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
F. Manfaat Penelitian...................................................................................6
G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............................................7
H. Metode Penelitian ....................................................................................10
I. Sistematika Pembahasan .........................................................................14

BAB II LANDASAN TEORI


A. Jual Beli Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Jual Beli .........................................................................17
2. Dasar Hukum Jual Beli ....................................................................18
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ..............................................................20
4. Macam-Macam Jual Beli .................................................................23
5. Jual Beli Yang Dilarang ...................................................................28
6. Jual Beli Berjangka Menurut Islam ..................................................33
B. Akad Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Akad ...............................................................................38
2. Rukun dan Syarat Akad....................................................................39
3. Macam-Macam Akad .......................................................................41

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN


A. Gambaran Umum Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian ................45
1. Sejarah Berdirinya Desa Payung Makmur ........................................45

xii
2. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Payung Makmur ..............46
3. Keadaan Sosial Ekonomi Desa Payung Makmur ...............................48
B. Praktik Jual Beli Pohon Jati Dengan Sistem Nyinom di Desa Payung
Makmur ...................................................................................................49

BAB IV ANALISIS PENELITIAN


A. Analisis Praktik Jual Beli Pohon Jati Dengan Sistem Nyinom di Desa
Payung Makmur ......................................................................................55
B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Jual Beli Pohon Jati Dengan
Sistem Nyinom di Desa Payung Makmur ................................................57

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................61
B. Rekomendasi ...........................................................................................62

DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel. 1: Luas Wilayah Desa Payung Makmur ..................................................46

Tabel. 2: Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..........................................48

Tabel. 3: Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ....................................49

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Teks Wawancara dengan Penjual Pohon Jati

Lampiran 2: Teks Wawancara dengan Pembeli Pohon Jati

Lampiran 3: Dokumen Pendukung (Foto Dan Dokumentasi)

Lampiran 4: Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 5: Surat Keterangan Penelitian dari Desa

Lampiran 6: Blanko Bimbingan

Lampiran 8: Pengecekan Turnitin

xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan

memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka perlu adanya uraian

terhadap penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang terkait dengan

skripsi ini. Penegasan tersebut menghindari kesalahpahaman dalam

memahami makna yang terkandung dalam skripsi ini, disamping itu langkah

ini merupakan proses penekanan terhadap pokok permasalahan yang akan

dibahas. Adapun judul skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Tentang Jual Beli Pohon Jati dengan Sistem Nyinom (Studi di Desa

Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah).”

Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan adalah hasil meninjau; pandangan; pendapat (sesudah

menyelidiki, mempelajari, dsb); perbuatan meninjau.1

2. Hukum Islam adalah peraturan yang dibangun berdasarkan pemahaman

manusia atas nash Al-Qur‟an maupun As-Sunnah untuk mengatur

kehidupan manusia yang berlaku secara universal dan relevan pada setiap

zaman (waktu), maupun pada ruang kehidupan manusia.2

3. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011), 1470.
2
Al-Munawar, Said Aqil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, (Jakarta: PT.
Penamadani, 2005), 6.
2

menerima benda-benda dan pihak lain menerimnya sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh Syara‟ dan

disepakati.3

4. Nyinom (Sinoman) Adalah jual beli tangguh yaitu jual beli dengan cara

membeli pohon yang belum pantas dipanen (bukan bibit) dengan

pembayaran diawal dan waktu pelaksanaan penebangan ditangguhkan

oleh pembeli sampai pohon siap untuk ditebang.4

5. Pohon jati adalah tumbuhan yang berbatang keras dan ulet, baik untuk

bahan rumah, meja, kursi dsb. Daunnya besar, bulat, dan berbulu halus

pada bagian bawah dan licin pada bagian atas.5

Berdasarkan uraian dalam penegasan judul di atas dapat dipahami

maksud skripsi ini adalah membahasa secara mendalam praktik jual beli

pohon jati dengan sistem nyinom dalam prespektif Hukum Islam di Desa

Payung Makmur Kec. Pubian Kab. Lampung Tengah.

B. Latar Belakang Masalah

Praktik jual beli yang dilakukan oleh masyarakat saat ini mengalami

perkembangan, Salah satu bentuk dari perkembangan jual beli adalah dengan

sistem nyinom (sinoman). Seperti Praktik jual beli pohon jati yang dilakukan

di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah,

yang biasanya masyarakat menyebutnya dengan sebutan nyinom. Praktik jual

beli nyinom ini sangat diminati masyarakat terutama jika masyarakat dalam

keadaan darurat atau mempunyai kepentingan yang mendesak, seperti untuk


3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 68.
4
Heru, Penjual Pohon Jati, Wawancara, Januari 13, 2021.
5
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2008), 389.
3

biaya sekolah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sekilas praktek jual beli

nyinom dengan jual beli ijon mempunyai kesamaan. Kesamaan antara jual

beli nyinom dengan jual beli ijon adalah sama-sama merugikan salah satu

pihak. Sedangkan perbedaanya adalah jika jual beli ijon merupakan jual beli

dengan objek jual belinya yang belum terlihat dengan jelas, seperti contohnya

jual beli Mangga ketika masih dalam bentuk bunga, kemudian ditaksir

harganya oleh pembeli berdasarkan banyak dan sedikitnya bunga mangga

tersebut, sedangkan jual beli nyinom adalah jual beli yang dilakukan oleh

penjual dan pembeli dimana objek dari jual beli sudah diketahui secara jelas

jumlah dan bentuknya, hanya saja setelah proses transaksi jual beli pohon

yang diperjual belikan tidak langsung ditebang, melainkan ditanam dilahan

milik penjual sampai pohon tersebut siap untuk ditebang.

Praktik jual beli nyinom ini sangatlah mudah dilakukan oleh

masyarakat. Penjual akan menjualkan pohon jatinya yang belum cukup umur

yakni berusia 1-2 tahun dengan cara mendatangi rumah pembeli (pemborong)

untuk melakukan tawar menawar dan melakukan kontrak (perjanjian) jual

beli tersebut, dimana kontrak itu biasanya berlaku selama minimal 8-12 tahun

bahkan lebih, dihitung dari pembeli melakukan transaksi jual beli dengan

penjual. Namun, dalam melakukan tawar menawar dan melakukan kontrak

(perjanjian) pembeli mengajukan syarat yaitu pembeli akan membeli pohon

jati dari penjual dengan syarat pohon jati tersebut tetap ditanam di tanah

penjual sampai pohon jati yang dibelinya benar-benar sudah siap untuk

ditebang (dipanen). Jika penjual tidak menyetujui hal tersebut maka pembeli
4

tidak jadi membeli pohon jati milik penjual. Dalam jual beli pohon jati

dihargai sesuai kemauan si pembeli yang menawar harga yakni Rp. 100.000-

150.000 Setelah melakukan tawar menawar antara penjual dan pembeli

kemudian pembeli mendatangi lahan milik penjual dan memilih-milih pohon

yang sesuai dengan keinginan pembeli. Setelah pembeli melakukan proses

pemilihan pohon jati kemudian penjual menandai pohon tersebut dengan

menggunakan cat yang biasanya berwarna hijau atau merah atau

menggunakan tali tambang agar tidak tertukar dengan pohon yang lainnya.

Penandaan terhadap pohon jati yang sudah dijual tersebut juga bertujuaan

untuk memudahkan proses penebangan pohon jati jika sudah siap ditebang

(panen) agar tidak ada kekeliruan dengan pohon yang lainnya. 6

Jual beli ini tidak berjalan sebagaimana mestinya karna akad tersebut

sangatlah merugikan penjual, Selama pohon tersebut belum ditebang, lahan

yang masih ditumbuhi pohon tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh pemilik

lahan dan saat pohon tersebut ditebang pasti akan merusak tanaman yang

tumbuh di sekitarnya. Meski begitu pembeli sama sekali tidak memberikan

biaya ganti rugi tanaman yang rusak akibat tertimpa pohon yang ditebang.

Untuk itu jual beli ini perlu ditinjau ulang demi tegaknya Hukum Syara' dan

nilai-nilai Islam di dalam masyarakat sekitarnya yang mayoritas beragama

Islam. Dengan melihat praktik jual beli pohon jati dengan sistem Nyinom

yang terdapat di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten

Lampung Tengah, maka penulis mengadakan penelitian lapangan yang

6
Johan, Pembeli Pohon Jati, Wawancara, Januari 13, 2021.
5

berkaitan untuk mengetahui gambaran lebih jauh tentang praktik jual beli

pohon jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian

Kabupaten Lampung Tengah, serta faktor- faktor yang melatarbelakangi dan

bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik jual beli pohon jati

dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian

Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

penulis tertarik melakukan penelitian skripsi dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati dengan Sistem Nyinom

(Studi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten

Lampung Tengah)”.

C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan praktik jual beli pohon jati

dengan sistem nyinom. Dari fokus ini terdapat sub fokus penelitian yaitu:

1. Pelaksanaan praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa

Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah.

2. Tinjauan Hukum Islam dalam pelaksanaan praktik jual beli pohon jati

dengan sistem nyinom.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan dalam beberapa

rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa

Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah?


6

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dalam pelaksanaan praktik jual beli

pohon jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan

Pubian Kabupaten Lampung Tengah?

E. Tujuan Penelitian

Kita tahu bahwa setiap usaha yang kita lakukan memiliki tujuan, sama

halnya dengan karya ilmiah ini memiliki tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Praktik Jual Beli Pohon Jati dengan

sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten

Lampung Tengah.

2. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli

Pohon Jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan

Pubian Kabupaten Lampung Tengah.

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

Dunia Pendidikan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan, khususnya Ilmu

Pengetahuan Sosial mengenai jual beli

b. Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan masalah yang sejenis.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman untuk mengaplikasikan Ilmu

Pengetahuan yang didapat selama kuliah kedalam karya nyata

2) Memberikan pengetahuan mengenai Praktik jual beli dengan

sistem nyinom

b. Bagi Mahasiswa

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi dan menambah wawasan tentang jual beli

pohon jati dengan sistem nyinom dikalangan Mahasiswa

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian yang sejenis.

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Untuk menghindari pengulangan penelitian dengan membahas

permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku ataupun

dalam tulisan yang lain, maka penulis memaparkan karya ilmiah sebelumnya

yang menjadi acuan penelitian ini diantaranya :

1. Skripsi Vember Wahyu Afandi, (NIM: 1123202007) yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam dan Pendapat Para Tokoh Agama Tentang

Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan (Studi Kasus di Desa

Candiwulan Kec.Kutasari Kab. Purbalingga)”, Dengan pokok

pembahasan pendapat tokoh agama tentang praktik jual beli tanaman

secara adol potongan dan tinjauan Hukum Islam mengenai praktik


8

tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pendapat

tokoh agama, ada yang memperbolehkan dengan alasan faktor kebutuhan

perekonomian yang sangat mendesak dan untuk tinjauan hukum islam

melarang praktek jual beli tanaman secara adol potongan dengan alasan

tidak memenuhi syarat dalam jual beli yaitu buah yang menjadi objek

jual beli sangat rentan tidak terpenuhi karena tidak dapat dipastikan

apakah tanaman tersebut akan berbuah atau tidak berbuah.7

2. Skripsi Yusuf Nizar, (NIM: 07380079) yang berjudul “Jual Beli

Mendong Secara Tebasan Perspektif Hukum Islam (Studi di Keluarahan

Margabakti Kecamatan Cibeurem Kota Tasikmalaya)”. Dengan pokok

pembahasan pelaksanaan jual beli medong dengan sistem tebasan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan jual beli medong dengan

sistem tebasan itu diperbolehkan karena sesuai dengan hukum islam yang

bertujuan untuk kemaslahatan serta keadilan bagi kedua belah pihak.8

3. Skripsi Nining Astuti, (NIM: 210212178) yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon di Kecamatan Ngadirejo

Kabupaten Pacitan”. Dengan pokok bahasan akad jual beli pohon dan

tijauan Hukum Islam terhadap kualitas objek jual beli. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa akad jual beli tersebut sudah memenuhi syarat dan

7
Vember Wahyu Afandi, Tinjauan Hukum Islam dan Pendapat Para Tokoh Agama
Tentang Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan, “ (Studi Kasus di Desa Candiwulan
Kec. Kutasari Kab. Purbalingga)”, (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2016).
8
Yuzuf Nizar, Jual Beli Mendong Secara Tebasan Perspektif Hukum Islam, “(Studi di
Keluarahan Margabakti Kecamatan Cibeurem Kota Tasikmalaya)”, (Yogyakarta: UI Sunan
kalijaga, 2012).
9

rukun jual beli dan untuk kualitas objek jual beli belum memenuhi syarat

jual beli.9

4. Skripsi Kholwatul Mujaddadiyah, (NIM: 14220155), yang berjudul

“Tradisi Sinoman di Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang Kabupaten

Demak Studi KUH Perdata dan Hukum Islam”. Dengan pokok bahasan

mengetahui deskripsi dan prespektif Hukum Islam terhadap Tradisi

sistem sinoman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi sinoman ini

menggunakan akad hutang (qard) dimana seseorang memberikan uang

transaksi setengah dan di bayar lunas saat pemberian objek dan sistem

sinoman dalam prespektif Islam sebaiknya tidak dilakukan.10

5. Umi Salamah, (NIM: 98383016), yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

terhadap Jual Beli Kayu Jati di Pengrajin “IDOLA” Jambu Timur

Mlongo Jepara”. Dengan pokok bahasan tinjauan Hukum Islam terhadap

jual beli kayu jati dan penyelesaian wanprestasi tersebut sudah sesuai

dengan Hukum Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik jual

beli penundaan pembayaran tersebut menurut hukum islam itu sah dan

untuk penyelesaian wanprestasi dengan memberikan teguran 1 dengan 3

kali berturut-turut apabila tidak melaksanakan kewajibannya, dan teguran

9
Nining Astuti, Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli Pohon “(Studi Kasus di
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan)”, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2016).
10
Kholwatul mujaddadiyah, Tradisi Sinoman di Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang
Kabupaten Demak Studi KUH Perdata dan Hukum Islam, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2018).
10

2 jika tetap tidak melaksanakan kewajibannya dalam waktu 5 bulan

tersebut penjual berhak menyita barang-barang berharga milik pembeli.11

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian lapangan

(field research), yaitu penelitian yang obyeknya langsung berasal

dari lapangan, yang datanya didapat melalui wawancara secara

langsung dengan responden.12 Penelitian ini dilaksanakan di Desa

Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan serta

menjelaskan dengan menggunakan kondisi obyektif lapangan. 13 Jadi

penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis data yang

diperoleh obyek penelitian, yaitu tentang Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Jual Beli Pohon Jati Dengan Sistem Nyinom Di

Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung

Tengah.

11
Umi Salamah, Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Kayu Jati di Pengrajin
“IDOLA” Jambu Timur Mlongo Jepara, (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2003)
12
Sumardi Suyabrata, Metodologi Penelitian cet. ke-9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995), 22.
13
Prastya, Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Setiawan Pers, 1999), 60.
11

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau

sumber pertama yang secara umum disebut sebagai narasumber.14

Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang

diperoleh dengan wawancara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diproses oleh pihak

tertentu sehingga data tersebut sudah tersedia saat kita

memerlukan.15 Data sekunder dalam hal ini adalah beberapa buku-

buku yang dapat diperoleh dari perpustakaan, maupun dari pihak

lainnya yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang

hendak diteliti.

3. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap, objek atau nilai yang

akan diteliti dalam populasi dapat berupa orang, media dan

sebagainya.16Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 5

orang, 3 orang sebagai penjual dan 2 orang sebagai pembeli. Penelitian

ini merupakan penelitian populasi karena seluruh anggota populasi

digunakan sebagai sampel.

14
Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi, (Jakarta: Elex Media, 2012), 37
15
Ibid., 33.
16
Susiadi, Pedoman Penulisan Skripsi, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan
LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), 95.
12

4. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan

oleh penulis diantaranya adalah dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi agar mampu mendapatkan informasi yang tepat antara teori

yang didapat dengan praktik yang ada di lapangan.

a. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

melalui komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data

(informan).17 Sedangkan menurut Lexy J. Moleong, wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.18 Dalam hal ini penulis

telah menyiapkan daftar pertanyaan spesifik yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas, supaya wawancara yang dilakukan

kepada pihak penjual dan pembeli agar lebih bisa terfokus pada

pokok permasalahan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variable berupa catatan, buku, Al-Qur‟an, Hadist, surat kabar,

17
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 72.
18
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), 186.
13

majalah, agenda dan sebagainya. 19 Teknik dokumentasi berproses

dan berawal dari penghimpunan dokumen sesuai dengan tujuan

penelitian, mencatat dan menerangkan, menafsirkan dan

menghubung-hubungkan dengan fenomena lain. Dan teknik ini

bertujuan untuk memperoleh data sekunder.

5. Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Editing yaitu suatu bentuk kegiatang untuk memeriksa

kelengkapan data yang telah dikumpulkan atau suatu kegiatan untuk

mengadakan pemeriksaan kembali apakan data-data yang terkumpul

sudah cukup lengkap, benar dan relevan dengan data yang di peroleh

dari studi literature yang berhubungan dengan penelitian maupun

data dari lapangan.20

b. Sistemating

Sistemating bertujuan untuk merapihkan dan memposisikan

data-data yang telah diperoleh dalam suatu kerangka sistematika

penulisan atau bahasa berdasarkan urutan masalah dengan cara

melakukan pengelompokan data, yang telah di edit dan kemudian

diberi tanda menurut kategori-kategori dan urutan masalah.21

19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 18.
20
Susiadi, Pedoman Penulisan Skripsi, 82.
21
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 83.
14

6. Teknik Analisa Data

Setelah semua data terkumpul melalui instrumen pengumpulan

data, maka langkah selanjutnya data tersebut akan di analisis. Analisa

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematika data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi,

dengan cara menyusun pola dan memilih yang penting untuk dibahas

untuk membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami secara

pribadi maupun orang lain.22 Sedangkan metode analisa yang digunakan

pada penelitian ini disesuikan dengan kajian penelitian yaitu tinjauan

Hukum Islam terhadap praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom.

Kemudian setelah data di analisa maka hasilnya akan disajikan secara

deskriptif dengan analisis kualitatif yang disusun secara bertahap dan

berlapis, yaitu suatu penjelasan dan penginterprestasian secara logis,

sistematis, dan kemudian akan diambil kesimpulan sebagai jawaban atas

permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini dengan cara berfikir

induktif.23

I. Sistematika Pembahasan

Guna mempermudah pemahaman dan pembahasan terhadap

permasalahan yang dikaji, maka dalam skripsi ini pembahasan disusun secara

sistematis sesuai dengan tata urutan dari permasalahan yang ada. Adapun

bahasan-bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

22
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008), 145.
23
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 74.
15

1. Bagian Pendahuluan, pada bagian ini berisi halaman judul, abstrak,

persetujuan, pengesahan, motto, persembahan, riwayat hidup, kata

pengantar, daftar isi, dan daftar tabel.

2. Bagian isi pada bagian ini terdapat lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Bab ini berisi tentang penegasan judul, latar

belakang masalah, fokus dan sub fokus penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian yang terdahulu

yang relevan, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: Landasan teori mengenai Tinjuan Hukum Islam, bab ini

merupakan serangkaian teori sebagai teori Hukum Islam yang digunakan

untuk menganalisis permasalahan pada BAB III. Dalam bab ini

diungkapkan mengenai pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun

dan syarat jual beli, prinsip-prinsip dalam jual beli, macam-macam jual

beli, jual beli yang dilarang, dan jual beli berjangka menurut Islam

BAB III: Bagian ini memuat tentang hal-hal mengenai gambaran umum

lokasi penelitian yaitu di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian

Kabupaten Lampung Tengah, mengenai jual beli pohon jati dengan

sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten

Lampung Tengah dan penyajian fakta dan data penelitian

BAB IV: Bab ini merupakan analisis praktik jual beli pohon jati dengan

sistem nyinom di Desa Payung Makmur dan mengenai tinjauan hukum

Islam terhadap praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa

Payung Makmur.
16

BAB V: Penutup, bab ini yang berisi kesimpulan dari seluruh

pembahasan dan rekomendasi, selain itu dilengkapi dengan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Jual Beli

Lafadz ‫ ْانجٍَْع‬dalam bahasa arab menunjukkan makna jual dan beli.

َ ‫ْان َّش‬
Ibn Mandzur berkata: ‫ز ِء‬ ِ ‫( انْجَ ٍْ ُع‬lafadz ‫ انْجٍَْع‬yang berarti jual beli
‫ض ُّذ‬

kebalikan dari lafadz ‫ان َّش َزا ُء‬ yang berarti beli). Secara bahasa, lafadz

‫ْانجٍَْع‬ mengandung tiga makna sebagai berikut: ‫ُيجَب َدنَخُ ِث ًَبل‬ (tukar

menukar harta dengan harta), ‫( ُيقَبثَهَخُ َش ًْ ِءثِ َش ًْ ِء‬menukar sesuatu dengan

sesuatu), dan َ ِٕ ‫َد ْف ِع ِع َٕع َٔأَ ْخ ُذ َيب ُع‬


ُُّْ ‫ع َع‬ (menyerahkan kompensasi

dan mengambil sesuatu yang dijadikan sesuatu tersebut).1 Adapun

definisi ْ secara terminologi diungkapkan oleh para ulama sebagai


(‫)انجٍَْع‬

berikut:

a. Ulama Hanafiyah

Menurut Imam Hanafi Jual beli adalah tukar menukar harta

atau barang dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang

disenangi dengan barang yang setara nilai dan manfaatnya nilainya

setara dan membawa manfaat bagi masing-masing pihak.

‫ة ِف ٍْ ِّ ثِ ًِثْ ِه ِخ‬
ِ ُْٔ ‫ُيجَب َدنَخُ َش ًْ ِء َي ْغز‬

1
Neni Sri Imaniyati, Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis:Dilengkapi dengan Kajian
Hukum Bisnis Syariah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2017), 184.
18

“Saling tukar menukar sesuatu yang disenangi dengan yang


semisalnya.”2
b. Imam Zainuddin Al-Malibari

َ ‫ُيقَبثَهَخُ َيبل ثِ ًَبل َع‬


‫هى َٔجْ ِّ َي ْخظ ُْٕص‬
“Menukarkan sejumlah harta dengan harta yang lain dengan cara
khusus”.3
c. Ulama Syafi‟iyah

‫ضخٌُُ ِف ٍْ ُذ ِي ْه ِك َعٍ ٍِْ اَ ْٔ َي ُْفَ َع ِخ َعهَى انتَّجِ ٍْ ِذ‬


َ َٔ ‫َع ْق ُذ ُي َعب‬
“Akad saling tukar menukar yang bertujuan memindahkan
kepemilikan barang atau manfaatnya yang bersifat abadi.”4

d. Jalaluddin Al-Mahally

ُ ‫ضخ‬ َ ‫ُيقَبثَهَخُ َش ًْ ِء ِث َش ًْ ِء َعه َى َٔجْ ِّ ان ًُ َع‬


َ ٔ‫ب‬
“Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu dengan adanya ganti atau
imbalan”.5

Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda

atau barang yang mempunyai nilai manfaat yang dilakukan secara

sukarela atas dasar suka sama suka sesuai dengan ketentuan yang

dibenarkan syara‟ dan disepakati.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Selain sebagai sarana tolong-menolong antara sesama manusia, jual

beli pada dasarnya merupakan akad yang diperbolehkan. Hal ini

2
Pendapat Imam Hanafi Dikutip dari Buku Hukum Perdata Islam di Indonesia Karya
Khumedi Ja‟far.
3
Zainuddin Malibari, Fathul Mu‟in, Moch. Anwar, Terj. “Fathul Mui‟n” Cet. Ke-1,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), 74
4
Pendapat Imam Syafi‟i Dikutip dari Buku Hukum Bisnis:Dilengkapi dengan Kajian
Hukum Bisnis Syariah Karya Neni Sri Imaniyati
5
Jalaluddin Al-Mahally, Qulyubi Wa Amirah, Juz 3, (Mesir: Mustafa Bab Al-Halabi,
1956), 151-152.
19

berdasarkan dalil-dalil yang terdapat di dalam Al-Qur‟an, Hadis, dan

Ijma‟ Ulama. Diantara dalil yang membolehkan praktik akad jual beli

adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an

Firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah (2) 275

‫َّللاُ انْجَ ٍْ َع َٔ َح َّز َو انزِّ ثَب‬


َّ ‫ َٔأَ َح َّم‬....
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. (Q.S Al-Baqarah (2) 275).

Allah SWT berfirman dalam Q.S.An-Nisa‟(4)29

ۤ
ِ َ‫ٌٰـبٌََُّٓب انَّ ِذ ٌۡ ٍَ ٰا َيُُ ٕۡا ََل ت َۡب ُكه ُ ٕۡۤا اَيۡ َٕانَـ ُكىۡ ثَ ٍَُۡ ُكىۡ ثِ ۡبنج‬
‫بط ِم اِ َّ َۤل اَ ٌۡ تَ ُك ٕۡ ٌَ تِ َجب َرحً َع ٍۡ تَ َزاع‬
‫بٌ ِث ُكىۡ َر ِح ٍۡ ًًب‬ ّ ٰ ٌَّ ِ‫ِّي ُۡ ُكىۡ َٔ ََل ت َۡقتُهُ ٕۡۤا اَ َۡـفُ َس ُكىۡ ؕ ا‬
َ ‫َّللاَ َك‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamumembunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S.An-Nisa‟(4)29).

b. Hadis

Hukum jual beli juga dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW

diantaranya ialah hadis Rifa‟ah Ibnu Rafi‟ yang berbunyi:

‫بل َع ًَ ُم ان َّزج ُِم ِثٍَ ِذ ِِ َٔ ُكمُّ ثٍَْع‬ ْ َ‫ت أ‬


َ َ‫طٍَتُ ؟ ق‬ ِ ‫طهَّى َّللا َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسهَّ َى أَيُّ ْان َك ْس‬
َ ًُّ ‫ُس ِئ َم انَُّ ِج‬
‫رٔاِ اانجزار ٔانحبكى َي ْجز ُْٔر‬
“Dari Rifa‟ah Ibnu Rafi‟ bahwa Nabi Muhammad SAW, pernah
ditanya: Apakah profesi yang paling baik? Rasulullah menjawab:
“Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang
diberkati”.(HR.Al-Bazaar dan Al-Hakim)”.6

6
Abi Al-Fadl Ahmad Bin „Ali Bin Hajar Al-„Asqolani, Bulughul Maram, (Dar Al-„Ilmi:
Surabaya, Tt), 798.
20

c. Ijma‟

Ulama‟ muslim sepakat atas kebolehan akad jual beli. Ijma‟ ini

memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan dengan

sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain dan kepemilikan

sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun terdapat

kompensasi yang harus diberikan.7 Berdasarkan landasan hukum di

atas, jual beli diperbolehkan dalam agama Islam karena dapat

mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

asalkan jual beli tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka dan

tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

a. Rukun Jual Beli

Rukun adalah sesuatu yang merupakan unsur pokok pada

sesuatu dan tidak terwujud jika ia tidak ada. 8 Misalnya, penjual dan

pembeli merupakan unsur yang harus ada dalam jual beli. Jika

penjual dan pembeli tidak ada atau hanya salah satu pihak yang ada,

jual beli tidak mungkin terwujud. Adapun rukun-rukun jual beli

adalah sebagai berikut:

1) Penjual

2) Pembeli

3) Uang alat tukar.

4) Barang yang diperjual belikan.

7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 12, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), 20.
8
Githibah, Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2016), 121.
21

5) Ijab qabul atau serah terima antara penjual dan pembeli.

b. Syarat Jual Beli

Pengertian syarat adalah sesuatu yang bukan merupakan unsur

pokok tetapi adalah unsur yang harus ada di dalamnya. Jika ia tidak

ada, maka perbuatan tersebut dipandang tidak sah. Misalnya suka

sama suka tidak ada dalam transaksi tersebut. 9 Adapun syarat jual

beli diantaranya yaitu syarat untuk orang yang melakukan transaksi

jual beli dan syarat untuk objek jual beli. Adapun syarat untuk orang

yang melakukan akad yaitu:

1) Orang yang berakad („Aqidain) yaitu dua orang yang berakad

(penjual dan pembeli). Syarat yang berhubungan dengan

„aqidain yaitu:

a) Mumayyiz,balig dan berakal.

b) Tidak terlarang membelanjakan harta, baik terlarang itu hak

dirinya atau yang lainnya.

c) Tidak dalam keadaan terpaksa ketika melakukan akad

d) Penjual dan pembeli minimal 2 orang tidak bisa sendirian

2) Adapun syarat barang (objek) yang di jual belikan yaitu:

a) Barang yang dijual harus milik sendiri. Tidak sah jual beli

jika barang yang dijualnya bukan miliknya sendiri tetapi

milik orang lain kecuali ada pendelegasian dengan kuasa

kepadanya.

9
Ghazali, Fiqh Muamalat, (Jakarta:Karisma Putra Utama, 2010), 77.
22

b) Suci. Barang najis tidak sah diperjualbelikan, seperti

minuman keras dan kotoran, kecuali kotoran hewan untuk

pupuk tanaman. Barang najis juga tidak boleh dijadikan

uang sebagai alat tukar. Maka kulit binatang yang belum

disamak tidak boleh dijadikan uang.10

c) Barang dapat diserahkan. Tidak sah menjual barang yang

tidak dapat diserahkan kepada pembeli.

d) Milik penuh, Barang yang belum dimiliki secara penuh

tidak boleh dijual.

e) Barang tersebut diketahui oleh kedua belah pihak.

f) Tidak dibatasi waktu. Jual beli dengan pembatasan waktu

tidak sah sebab jual beli merupakan salah satu sebab

kepemilikan secara penuh yang dibatasi apapun kecuali oleh

ketentuan syara‟Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual

barang yang tidak ada manfatnya, seperti kecoak, lalat, dan

sejenisnya.

g) Objek transaksi berupa barang yang bernilai, halal, dapat

dimiliki, dapat disimpan dan barang tersebut tidak

menimbulkan kerusakan/kecacatan.

10
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2012), 77.
23

3) Sighat (Ijab Qobul)

Sighat adalah yaitu ikatan kata antara penjual dan pembeli

pada waktu terjadinya jual beli.11 Hal-hal yang perlu

diperhatikan ketika melakukan ijab qabul adalah:

a) Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan antara

ucapan penjual dan pembeli, atau dilakukan berturut-turut.

b) Antara ijab dan qabul harus ada kesesuaian.

c) Ijab qabul mudah dimengerti kedua belah pihak, artinya ijab

dan qabul tidak menimbulkan kesalapahaman antar kedua

belah pihak

d) Ijab dan qabul dapat diterima kedua belah pihak

4. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dalam Islam terdapat macam-macam yang dikelompokkan

oleh para ulama salah satunya menurut Ulama Hanafiyah, membagi jual

beli menjadi tiga bentuk:

a. Jual Beli Shahih

Jual beli dikatakan shahih apabila jual beli itu disyariatkan

memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain,

dan tidak bergantung pada khiyar lagi.12

11
Muhammad Yunus, dkk, “Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akad Jual Beli dalam
Transaksi Online pada Aplikasi Go-Food”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah, Vol II No. 1,
(Januari 2018), 149.
12
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi dan Fiqh Muamalah di Lembaga-Lembaga Keuangan
dan Bisnis Kontemporer, (Jakarta Timur: Pranadamedia Group, 2019), 68.
24

b. Jual Beli Batal

Jual beli dikatakan batal apabila salah satu atau seluruh

rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan

sifatnya tidak disyariatkan atau barang yang dijual adalah barang-

barang yang diharamkan syara‟. Jenis-jenis jual beli:

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat bahwa

jual beli seperti ini tidak sah atau batil. Misalnya,

memperjualbelikan buah yang putiknya pun belum muncul di

pohon.

2) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan oleh pembeli,

seperti menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang

lepas dan terbang di udara. Hukum ini disepakati oleh ulama

fiqh dan termasuk kategori bai al-gharar (jual beli tipuan).

3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang pada lahirnya

baik, tetapi ternyata dibalik itu semua terdapat unsur tipuan.

4) Jual beli benda-benda najis, seperti khamar, babi, bangkai dan

darah. Karena semuanya itu dalam pandangan islam adalah najis

dan tidak mengandung harta.

5) Jual beli al-arbun yaitu jual beli yang betuknya dilakukan

melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan

uangnya seharga barang yang diserahkan kepada penjual,

dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju maka jual beli

sah. Tetapi apabila pembeli tidak setuju dan barang


25

dikembalikan maka uang yang telah diberikan kepada penjual,

menjadi hubah bagi penjual.

6) Penjual, mempejualbelikan air sungai, air danau, air laut dan air

yang tidak boleh dimiliki seseorang karena air yang tidak

dimiliki seseorang merupakan hak bersama umat manusia, tidak

boleh diperjualbelikan.13

c. Jual Beli Fasid

Jual beli fasid menurut istilah Mazhab Hanafi dalam bukunya

Wahbah Zuhaili Fiqih Islam Wa Adillatuhu adalah, jual beli yang

dilegalkan pada dasarnya, tetapi tidak legal dari segi sifatnya, serta

barang dan harga berhak dimiliki karena terjadinya serah terima.

Sementara selain Hanafi menyatakan bahwa jual beli itu sendiri bisa

sah atau batal. Jual beli yang tidak sah itu tidak bisa melimpahkan

hak milik sama sekali.14 Ulama Hanafiyah dalam Nasrun Harun

membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. Apabila

kerusakan jual beli itu terkait dengan syara‟ asal/pokok (rukun dan

syarat) maka hukumnya batal, Apabila kerusakan pada jual beli itu

menyangkut ketentuan syara‟ pada sifatnya, maka jual beli itu

dinamakan fasid.15 Beberapa contoh jual beli fasid menurut mazhab

Hanafi serta hukum-hukumnya menurut mazhab lainnya adalah:

1) Jual beli (al-Majhul) barang yang tidak diketahui, Hanafi

mengatakan apabila barang atau harga tidak diketahui dan


13
M. Ali Hasan, Berbagai Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Erlangga, 2003), 12.
14
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 123.
15
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007), cet. Ke-2, 125.
26

ketidak jelasannya menonjol sekali, yaitu biasanya

mengakibatkan sengketa.

2) Jual beli yang digantungkan pada syarat dan jual beli yang

disandarkan, adalah jual beli dimana pernyataan ijab

disandarkan pada waktu yang akan datang. Seperti jika seorang

penjual mengatakan kepada pembeli, “Saya jual mobilku ini

kepadamu awal bulan depan dengan harga sekian”.

3) Jual beli barang yang tidak ada di tempat transaksi atau tidak

terlihat, maksudnya adalah barang yang sebenarnya dimiliki

oleh penjual dan ada, tetapi tidak terlihat. Jual beli orang buta,

jual beli ini sebenarnya merupakan cabang dari syarat keharusan

melihat barang sebagaimana yang telah diperselisihkan pada jual

beli barang yang tidak terlihat.

4) Menjual atau barter dengan harga yang haram, yaitu jual beli

barang dengan harga (alat tukar) yang haram, seperti minuman

keras dan babi.

5) Menjual barang secara kredit lalu membelinya dengan Tunai

(Bai‟ Aajaal), seseorang memjual barang kepada orang lain

dengan kesepakatan harga kredit (misalnya lima juta rupiah) lalu

penjual itu membeli lagi barangnya dari pembeli dengan harga

tunai (empat juta rupiah).

6) Menjual anggur kepada orang yang menjual Minuman Keras,

jual beli seperti ini termasuk dalam jual beli yang tidak sah
27

karena hal-hal yang digunakan sebagai sarana yang mewujudkan

sesuatu yang haram itu hukumnya haram meskipun hanya

dengan niat.

7) Dua transaksi jual beli dalam satu jual beli atau dua syarat dalam

satu jual beli, misalnya seseorang mengatakan , “saya jual

barang ini kepadamu dengan harga dua ribu kredit atau dengan

harga seribu dengan tunai maka mana saja yang mau kamu

pilih”.16

8) Menjual barang yang dimiliki sebelum diterima dari pemilik

pertama, jual beli seperti ini mengandung kemungkinan

dibatalkan karena rusaknya barang.

9) Jual beli munjiz yaitu jual beli yang mensyaratkan penundaan

penyerahan barang yang sudah ditentukan dan pembayaran

harus diserahkan saat transaksi.

10) Jual beli buah atau tanaman yang belum sempurna matangnya

untuk dipanen, kasus jual beli ini sering terjadi dalam kehidupan

nyata. Para ulama telah sepakat bahwa jual beli buah atau pohon

yang belum jadi adalah batal, karena jual beli ini termasuk

dalam kategori larangan jual beli sesuatu yang belum ada dan

termasuk jual beli bai‟ sinin atau jual beli bai‟ al-mu‟awamah

(jual beli bertahun-tahun)

16
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 123-152.
28

5. Jual Beli yang Dilarang

Islam adalah agama yang Syamil, yang mencangkup segala

permasalahan manusia, tak terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah

disyariatkan dalam Islam dan hukumnya mubah atau boleh, berdasarkan

Al-Quran, Sunnah, Ijma‟ dan Dalil Aqli. Allah SWT membolehkan jual

beli agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia

ini. Namun dalam melakukan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan

ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.

Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena telah

menyalahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan

salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang. Jual beli terlarang

terbagi menjadi dua: Pertama, jual beli yang dilarang dan hukumnya

tidak sah (batal), yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan

rukunnya. Kedua, jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual

beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa

faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli.

a. Jual beli yang dilarang karena ahliah atau ahli akad (penjual dan

pembeli), antara lain:

1) Jual beli orang gila, jual beli yang dilakukan orang gila tidak

sah, begitu juga jual beli yang dilakukan oleh orang yang mabuk

juga tidak dianggap sah, sebab dipandang tidak berakal.


29

2) Jual beli anak kecil, Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan

anak kecil (belum mumayis) dipandang tidak sah, kecuali dalam

perkara-perkara yang ringan.

3) Jual beli orang buta Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang

dilakukan orang buta tanpa diterangkan sifatnya dipandang tidak

sah, karena ia dianggap tidak bisa membedakan barang yang

jelek dan yang baik, bahkan menurut ulama Syafi'iyah walaupun

diterangkan sifatnya tetap dipandang tidak sah.

4) Jual beli Fudhlul, yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin

pemiliknya, oleh karena itu menurut para ulama jual beli yang

demikian dipandang tidak sah, sebab dianggap mengambil hak

orang lain (mencuri).

5) Jual beli orang yang terhalang (sakit, bodoh atau pemboros)

Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang- orang

yang terhalang baik karena ia sakit maupun kebodohannya

dipandang tidak sah, sebab ia dianggap tidak punya kepandaian

dan ucapannya dipandang tidak dapat dipegang.

6) Jual beli Malja' yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang

sedang sah, karena dipandang tidak ulama tidak normal

sebagaimana yang terjadi pada umumnya.

b. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk

jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:


30

1) Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh

diperjualbelikan. Barang yang najis atau haram dimakan haram

juga untuk diperjual belikan, seperti bangkai, babi, dan khamar

(minuman yang memabukkan).

2) Jual beli munjiz, adalah jual beli yang dikaitkan dengan

syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan datang.

Hukum jual beli ini adalah fasid.

3) Jual beli yang belum jelas, Sesuatu yang bersifat spekulasi atau

samar-samar haram untuk diperjualbelikan, karena dapat

merugikan salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli. Yang

dimaksud dengan samar-samar adalah ketidakjelasan baik

barangnya maupun ketidak jelasan lainnya.

4) Jual beli bersyarat, Jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan

dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan

jual beli atau ada unsur-unsur merugikan yang dilarang agama.

5) Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, Segala sesuatu yang

dapat menimbulkan kemudharatan, kemaksiatan, bakhan

kemusyrikan dilarang untuk diperjual belikan, seperti jual beli

patung, salib, buku-buku bacaan porno.

6) Jual beli yang dilarang karena dianiaya, Segala bentuk jual beli

yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram, seperti

menjual anak binatang yang masih membutuhkan (bergantung)

kepada induknya. Menjual binatang seperti ini selain


31

memisahkan anak dari induknya juga melakukan penganiayaan

terhadap anak binatang ini.

7) Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih

di sawah atau di ladang. Hal ini dilarang karena masih samar-

samar (tidak jelas) dan mengandung tipuan.

8) Jual beli mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang masih

hijau (belum layak dipanen). Seperti menjual duku yang masih

hijau, mangga yang masih kecil-kecil.

9) Jual beli muammassanah, yaitu jual beli secara sentuh

menyentuh. Misalnya, seseorang menyentuh sehelai kain dengan

tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang

menyentuh berarti telah membeli kain ini. Hal ini dilarang

karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan

menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

10) Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan

buah yang kering. Seperti menjual padi yang basah dengan

bayaran padi yang kering sedangkan ukurannya dengan

ditimbang (dikilo) sehingga akan merugikan pemilik padi

kering. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli secara lempar-

melempar. Seperti seseorang berkata: “lemparkan padaku apa

yang ada padamu, nanti kulemparkan pula apa yang ada

padaku”17

17
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), 79.
32

c. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-

pihak terkait.

1) Jual beli dari orang yang masih tawar-menawar Apabila ada dua

orang masih tawar-menawar atas suatu barang maka terlarang

bagi orang lain membeli barang itu, sebelum penawaran pertama

diputuskan.

2) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar Kota atau pasar.

Maksudnya adalah menguasai barang sebelum sampai ke pasar

agar dapat memebelinya dengan harga murah, sehingga ia

kemudian di pasar dengan harga yang juga lebih murah.

3) Membeli barang dengan memborong untuk di timbun, kemudian

akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.

Jual beli seperti ini dilarang karena menyiksa pihak pembeli

disebabkan mereka tidak meperoleh barang keperluannya saat

harga masih standar.

4) Jual beli rampasan atau curian jika si pembeli telah tahu bahwa

barang itu barang curian atau rampasan, maka keduanya telah

bekerja sama dalam perbuatan dosa.

5) Jual beli dengan pengecualian sebagian dari benda yang dijual.

Seperti seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang

dikecualikan salah satu bagiannya, misalnya A menjual seluruh

pohon-pohon yang ada kebunnya, kecuali pohon pisang. Jual


33

beli ini sah sebab yang dikecualikannya jelas. Namun, bila yang

dikecualikannya tidak jelas, jual beli tesebut batal.18

6. Jual Beli Berjangka Menurut Islam

Membahas tentang jual beli berjangka, memang belum ada

referensi yang membahas praktik jual beli ini secara khusus, namun bila

merujuk kepada praktik muamalah maka Jual beli berjangka adalah

sebuah praktik jual beli yang memiliki kesamaan dengan praktik bai‟

mu‟awamah. Adapun bai‟ mu‟awamah adalah jual beli tangguh yaitu jual

beli yang penyerahan barangnya ditangguhkan.19

Bai‟ mu‟awamah ini termasuk kedalam praktik jual beli yang

mengandung unsur gharar karena di dalam jual beli itu tidak jelas wujud

barang yang akan dijual, maksudnya tidak diketahui akan seperti apa

bentuk objek jual beli tersebut setelah beberapa tahun kemudian.

Sedangkan transaksi apapun dalam Islam tidak boleh mengandung unsur

gharar baik dari segi shigat jual beli maupun objek jual beli. Rasulullah

SAW bersabda:

ِ ‫َّللا ث ٍِْ ُع ًَ َز َع ٍْ أَ ِثً ان ِّزََب ِد َع ٍْ ْاْلَ ْع َز‬


‫ج‬ ِ َّ ‫َح َّذثََُب أَث ُٕ ُك َزٌْت أََْجَأَََب أَث ُٕ أُ َسب َيخَ َع ٍْ ُعجَ ٍْ ِذ‬
‫َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسهَّ َى َع ٍْ ثٍَ ِْع انْ َغ َز ِر َٔثٍَ ِْع‬
َّ ‫طهَّى‬ ِ َّ ‫بل َََٓى َرسُٕ ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫َع ٍْ أَ ِثً ُْ َزٌ َْزحَ ق‬
َ ‫ْان َح‬
‫ظب ِح‬
“Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Salamah mengabarkan
kepada kami, dari Ubaidillah bin Umar, dari abu Zinad, Dari A‟raj dari
Abu Hurairah RA,ia berkata, “ Rasulullah SAW melarang jual beli
gharar dan hashaat.” 20

18
Abdul Rahaman Ghazali, dkk, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), 80-87.
19
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 123-152.
20
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits Shahih dari
Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 19.
34

Jual beli yang mengandung gharar adalah jual beli yang

mengandung bahaya (kerugian) bagi salah satu pihak dan bias

mengakibatkan hilangnya harta atau barangnnya. Sedangkan jual beli

hashaat itu seperti seseorang menjual baju-baju tertentu yang terkena

lemparan batu kerikil. Hadist tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah

Saw melarang jual beli dengan (melempar) batu, karena jual beli

semacam ini mengandung spekulasi yang sangat tinggi dan akan

menimbulkan rasa kecewa terhadap salah satu pihak yang ternyata

dikemudian hari merasa dirugikan akibat dari praktik jual beli tersebut.

Berkenaan dengan jual beli gharar, menurut najamudin fuqaha

memerinci gharar menjadi beberapa jenis, yaitu :21

a. Gharar fil wujud, yakni spekulasi keberadaan, seperti menjual

sesuatu anak kambing, padahal induk kambing belum lagi bunting

b. Gharar fil hushul, yakni spekulasi hasil, seperti menjual sesuatu yang

sedang dalam perjalanan, belum sampai ke tangan penjual.

c. Gharar fil miqdar, yakni spekulasi kadar, seperti menjual ikan yang

terjaring dengan sekali jaring sebelum dilakukannya penjaringan.

d. Gharar fil jinsi, yakni spekulasi jenis, seperti menjual barang yang

tidak jelas jenisnya.

e. Gharar fish shifah, spekulasi sifat, seperti menjual barang yang

spesifikasinya tidak jelas.

21
Najamuddin, ”Transaksi Gharar dalam Muamalah Kontemporer”, Jurnal Syari‟ah,
Volume 2 No.1, (April 2014), 26-27.
35

f. Gharar fiz zaman, spekulasi waktu, seperti menjual barang yang

masa penyerahannya tidak jelas.

g. Gharar fil makan, spekulasi tempat, seperti menjual barang yang

tempat penyerahannya tidak jelas.

h. Gharar fit ta‟yin, spekulasi penentuan barang, seperti menjual salah

satu baju dari dua baju, tanpa dijelaskan mana yang hendak dijual.

Bila melihat pada rincian diatas, maka dapat diasumsikan bahwa

praktik jual beli berjangka dan/atau bai‟u mu‟awamah termasuk kedalam

jual beli dengan gharar fiz zaman karena mengandung ketidakjelasan

dalam masa penyerahan barang. Sebagaimana telah dibahas pada sub bab

sebelumnya, bahwa jual beli berjangka bisa saja termasuk kedalam jual

beli yang didalamnya terdapat unsur gharar, maka pandangan ulama

sepakat bahwa hukum bai‟ sinin dan bai‟ mu‟awamah adalah dilarang.

Adapun mengenai jual beli sinin dan mu‟awamah diriwayatkan oleh Jabir

bin Abdullah yang disebutkan oleh Tirmidzi. Hadist yang diriwayatkan

Rasulullah Menurut Riwayat Tirmidzi:

ُّ ً‫ة انثَّقَفِ ًُّ َح َّذثََُب إٌَُّٔةُ َع ٍْ أَ ِث‬


ٍْ ‫انزثٍَ ِْز َع‬ ِ ‫َح َّذثََُب ُي َح ًَّ ُذ ث ٍُْ ثَ َّشبر َح َّذثََُب َع ْج ُذ انْ ََّْٕب‬
‫َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َسهَّ َى َََٓى َع ٍْ ْان ًُ َحبقَهَ ِخ َٔ ْان ًُزَاثََُ ِخ َٔ ْان ًُخَبثَ َز ِح‬
َّ ‫طهَّى‬َ ً َّ ‫َج ِبثز أَ ٌَّ انُ َّ ِج‬
‫ط ِحٍح‬ َ ٍ‫ض فًِ انْ َع َزاٌَب قَب َل أَثُٕ ِعٍ َسى َْ َذا َح ِذٌث َح َس‬ َ ‫َٔانْ ًُ َعب َٔ َي ِخ َٔ َر َّخ‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi, telah
menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Az Zubair dari Jabir bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang muhaqalah, muzabanah,
mukhabarah dan mu'awamah, namun beliau membolehkan 'araya. Abu
Isa berkata; Hadits ini hasan shahih”.( HR. Tirmidzi).22

22
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits Shahih dari
Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), 20.
36

Adapun maksud mu‟awamah, yaitu menjual buah pohon tertentu

selama beberapa tahun berturut-turut. Sedangkan maksud sinin adalah

menjual buah pohon kurma lebih dari satu tahun dengan satu transaksi.

Baik mu‟awamah maupun sinin dianggap jual beli yang mengandung

gharar, karena termasuk menjual sesuatu yang ada ataupun tidak ada

wujudnya namun tidak jelas kualitas dan kuantitasnya di masa yang akan

datang.

Jual beli tanaman adalah tidak sah menurut kesepakatan ulama jika

terjadi sebelum tercipta, karena ia berarti tidak ada. Adapun setelah

tercipta, maka jika terjadi sebelum kemanfaatannya dengan syarat

meninggalkannya atau membiarkannya, maka tidak sah berdasarkan

ijma‟. Jual beli ini fasid menurut ulama Hanafiyah dan batil menurut

mayoritas ulama. Dan jika disyaratkan memotongnya seketika, maka hal

itu sah berdasarkan ijma‟.23 Jual beli berjangka buah atau tanaman

sebelum matang maka perlu ditinjau hal-hal sebagai berikut menurut

ulama Hanafi dalam Wahbah Zuhaili yaitu apabila jual beli mensyaratkan

agar dipetik, maka juah beli sah dan harus dipetik saat itu juga, kecuali

atas izin penjual. Dan apabila jual beli mensyaratkan agar buah/tanaman

dibiarkan tidak dipetik, maka transaksi menjadi fasid. Karena syarat ini

hanya menguntungkan salah satu pihak, yaitu pembeli.24

Mengenai Jual beli yang digantungkan pada syarat dan jual beli

yang disandarkan, para ahli fikih sepakat bahwa jual beli ini tidak sah.

23
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 168.
24
Ibid., 150-151.
37

Namun kedua jenis jual beli ini disebut fasid, menurut istilah mazhab

Hanafi, sedangkan menurut selain mereka disebut jual beli yang

batil.Tidak boleh menggantungkan jual beli atau menyandarkannya pada

waktu yang akan datang, karena jual beli termasuk transaksi pemilikan

yang dilakukan sekarang. Lantas, tidak bisa ditambahkan untuk masa

mendatang sebagaimana tidak bisa digantungkan pada sebuah syarat

karena hal itu mengandung spekulasi, yaitu menggantungkannya pada

sesuatu yang merugikan. Dapat dipahami bahwa sebab rusaknya kedua

jual beli tadi adalah adanya unsur gharar yang terkandung. Kedua belah

pihak masing-masing tidak mengetahui apakah sesuatu yang

digantungkan itu akan terjadi ataukah tidak dan kedua belah pihak tidak

mengetahui bagaimana kondisi barang pada waktu mendatang.25

Praktik seperti ini memberikan peluang kepada penjual atau

pembeli untuk mendapatkan kerugian atau keuntungan yang diluar

perkiraan. Karena terdapat jangka waktu antara pelaksanaan transaksi

dengan penyerahan objek jual beli.26 Spekulasi dalam jual beli ini adalah

memberikan kemungkinan penjual atau pembeli memiliki atau memakan

milik orang lain secara tidak benar. Jika hasil yang di dapatkan setelah

panen jauh lebih baik dari perkiraan semula (waktu transaksi dilakukan),

maka pihak pembeli akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar

sehingga penjual secara tidak langsung akan merasa dirugikan. Begitu

juga sebaliknya, jika hasil panen jauh dibawah perkiraan atau bahkan

25
Ibid., 129.
26
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 155.
38

sangat sedikit, karena hama, musim atau bencana alam, maka pembeli

akan menanggung kerugian dan pemilik akan sangat diuntungkan.

B. Akad Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Akad

Pengertian akad berasal dari bahasa arab, al-aqd yang berarti

perikatan, perjanjian, persetujuan dan pemufakatan. Kata ini juga bisa

diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang

berakad. Secara istilah fiqh, akad didefinisikan dengan pertalian ijab

(pernyataan penerimaan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan

ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek

perikatan.27 Menurut pengertian lain akad adalah suatu perbuatan yang

sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridaan masing-

masing pihak yang melakukan akad dan memiliki akibat hukum baru

bagi mereka yang berakad,28 sedangkan menurut Hasbi ash-shiddieqy

mengutip definisi yang dikemukakan oleh al-sanhury, akad ialah

“perikatan ijab qabul yang dibenarkan syara‟ yang menetapkan kerelaan

kedua belah pihak”. Adapula yang mendefinisikan akad ialah “ikatan,

pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak”.29

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akad

adalah “pertalian ijab (ungkapan tawaran disatu pihak yang mengadakan

27
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, 51.
28
Eka Nuraini Rachmawati dan Ab Mumin Bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli dalam
Prespektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia”, Jurnal Al-Adalah, Vol XII No. 4,
(Desember 2015), 789.
29
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 15.
39

kontrak) dengan qabul (ungkapan penerimaan oleh pihak lain) yang

memberikan pengaruh pada suatu kontrak.

2. Rukun dan Syarat Akad

Sahnya akad dapat ditentukan apabila sudah memenuhi syarat dan

rukun, berikut ini syarat dan rukun akad :

a. Rukun Akad

Akad memiliki tiga rukun yaitu :

1) Orang yang akad (aqid) contoh: penjual dan pembeli.

2) Sesuatu yang diadakan (maqud alaih) contoh : harga atau barang

yang dihargakan

3) Sighat yaitu ijab dan qabul.30

Jika salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi, maka akad yang

dilakukan dianggap batal atau tidak sah. Hal ini dikarenakan rukun

merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam akad.

b. Syarat-Syarat Akad

Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang

wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga

disebut dengan idhofi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-

syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.

Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat wajib

sempurna wujudnya dalam berbagai akad, yaitu :

1) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli).

30
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 45.
40

2) Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya. Ada

lima syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa menjadi objek

akad yaitu :

a) Benda tersebut harus ada pada saat dilakukannya akad.

b) Barang yang dijadikan objek akad harus sesuai dengan

ketentuan syara‟.

c) Barang yang dijadikan objek akad harus bisa diserahkan

pada waktu akad.

d) Barang yang dijadikan objek akad harus jelas diketahui oleh

kedua belah pihak sehingga tidak terjadi perselisihan

diantara keduanya.

e) Barang yang dijadikan objek akad harus suci, tidak najis

dan mutanajis.31

3) Akad itu diizinkan oleh syara‟

4) Janganlah akad itu yang dilarang oleh syara‟

5) Akad dapat memberi faedah,

6) Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadinya Kabul.

7) Ijab dan qabul harus bersambung, jika seseorang berijab sudah

berpisah sebelum adanya Kabul, maka ijab tersebut menjadi

batal.32

8) Tujuan akad itu jelas dan diakui syara‟.

31
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 129.
32
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 50.
41

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa,

syarat-syarat akad dapat dibedakan menjadi dua yaitu syarat

umum dan syarat khusus, syarat khusus adalah syarat yang

wujudnya wajib ada dalam berbagai jenis akad seperti saksi saat

terjadinya akad sedangkan syarat umum adalah syarat yang

wajib sempurna dan terpenuhi dalam setiap akad.33

3. Macam-Macam Akad

Ditinjau dari segi apakah ijab qabul langsung menimbulkan akibat

hukum atau tidak, maka akad dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu.

a. Akad Munjiz

Akad munjiz adalah akad yang dilakukan dengan

menggunakan sighat yang tidak digantungkan pada suatu syarat atau

masa setelah itu. Status akad ini efeknya akan langsung timbul pada

saat itu juga, selama rukun dan syarat-syarat yang dituntut terpenuhi.

Contohnya, “Aku jual padamu rumah ini dengan harga segini” lalu

pihak kedua menerimanya. Jual beli ini akan langsung menimbulkan

efeknya pada saat itu juga, yaitu berpindahnya kepemilikan dua

„iwad (rumah berpindah kepada pembeli dan harga atau uang kepada

penjual). Pada dasarnya, semua akad bersifat munjiz, artinya efek-

efeknya langsung timbul dan terjadi setelah akad isha‟ (pewasiatan),

karena kedua akad tersebut tidak mungkin bersifat munjiz dan akad

33
Ibid., 101-104.
42

itu akan berlaku setelah wafatnya orang yang memberi wasiat (dalam

akad wasiat) dan wafatnya wali (dalam akad isha‟).34

b. Akad Ghairu Munjiz

Akad ghairu munjiz ada dua macam35

1) Akad Mudhaf Lil Mustaqbal

Akad mudhaf lil mustaqbal (yang disandarkan pada masa

yang akan datang), yaitu akad yang muncul dengan sighat yang

ijabnya disandarkan pada masa akan datang atau masa

berikutnya, seperti, “ Aku sewakan padamu rumahku selama

satu tahun sejak awal bulan,”. Status akad ini adalah sah pada

saat itu juga, akan tetapi efeknya belum ada, kecuali diwaktu

yang telah ditentukan dalam sighat tersebut. Adapun akad ini

jika ditinjau dari segi bisa tidaknya desandarkan terbagi tiga

macam.

a) Akad yang tidak mungkin disandarkan secara tabi‟atnya,

yaitu wasiat dan isha‟ sebagaimana dijelaskan di atas, baik

akad itu bersifat munjiz, misalnya seseorang mengatakan, “

Aku wasiatkan ini dan ini (atau sejumlah uang) kepada faqir

miskin atau untuk masjid di kampung ini,” maupun

mu‟allaq (digantungkan), misalnya seseorang mengatakan,

“Jika aku berhasil dalam suatu proyek maka aku wasiatkan

34
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 550.
35
Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Syari‟ah: Mengenal Syari‟ah Islam Lebih
Dalam, (Jakarta: Robbani Press, 2008), 466-468.
43

sejumlah uang ini untuk rumah sakit ini”. Apabila ia

berhasil, hukum wasiat itu belum berlaku sebelum ia wafat.

b) Akad yang tidak menerima penyandaran sama sekali,

melainkan selalu bersifat munjiz yaitu akad-akad

kepemilikan benda seperti jual beli, hibah terhadap suatu

harta, dan ibra‟ (pengguguran) utang, karena semua akad

tersebut secara syari‟ah mengharuskan efeknya timbul saat

itu juga. Seandainya disandarkan pada masa yang akan

datang, berarti efeknya tidak langsung timbul dan itu

bertentangan dengan karakter aslinya di dalam syari‟at. Jual

beli misalnya, akad ini mengharuskan berpindahnya

kepemilikan pada saat itu juga, maka tidak sah kalau efek

dari akad tersebut datang kemudian. Ismail nawawi dalam

bukunya Ekonomi Kelembagaan Syari‟ah dalam Pusaran

Perekonomian Global. mengatakan bahwa akad ghairu

munjiz mudhaf lil mustaqbal tidak boleh digunakan dalam

jual beli dikarenakan jual beli bersifat munjiz yaitu efeknya

langsung timbul saat itu juga, yang akan mengakibatkan

timbulnya unsur gharar karena penundaan waktu saat

menggunakan akad tersebut.

c) Akad yang bisa bersifat munjiz dan bisa pula disandarkan ke

masa yang akan datang, apabila ia munjiz berarti efeknya

berlaku pada saat itu juga, dan jika ia disandarkan pada


44

masa yang akan datang berarti efeknya baru akan berlaku di

masa tersebut.

2) Akad Mu‟allaq„Ala As-Syart

Akad mu‟allaq „ala as-syart (yang digantungkan kepada

syarat), yaitu akad yang keberadaannya bergantung kepada hal

lain dalam bentuk syarat, seperti “jika aku bepergian maka

engkau adalah wakilku”, “jika si Fulan datang dari madinah

maka aku jual sepedaku padamu”. Akad muallaq berbeda

dengan akad mudhaf lil mustaqbal dari segi akad muallaq tidak

akan berlaku atau sah pada saat itu juga, akan tetapi, efeknya

belum akan tampak kecuali di masa akan datang yaitu pada

waktu penyandaran akad.


DAFTAR RUJUKAN

BUKU

Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.

Al-Fadl Ahmad Bin „Ali Bin Hajar Al-„Asqolani, Abi, Bulughul Maram, Dar Al-
„Ilmi: Surabaya, Tt.Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 12, Bandung: PT
Alma‟arif, 1987.

Al-Mahally, Jalaluddin, Qulyubi Wa Amirah, Juz 3, Mesir: Mustafa Bab Al-


Halabi, 1956.

Al-Munawar dan Said Aqil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, Jakarta:
PT. Penamadani, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta, 2006.

Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Aziz Muhammad Azzam, Abdul, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010.

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Enizar, Hadis Ekonomi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Ghazali, Fiqh Muamalat, Jakarta:Karisma Putra Utama, 2010.

Githibah, Fiqh Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016.

Harun, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, cet. Ke-2.

J. Moloeng, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2007.

Karim Zaidan, Abdul, Pengantar Studi Syari‟ah: Mengenal Syari‟ah Islam Lebih
Dalam, Jakarta: Robbani Press, 2008.

M. Ali Hasan, Berbagai Transaksi dalam Islam, Jakarta: Erlangga, 2003.

Malibari, Zainuddin, Fathul Mu‟in, Moch. Anwar, Terj. “Fathul Mui‟n” Cet. Ke-
1, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994.
Nashirudin Al-Albani, Muhammad, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits
Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia


Indonesia, 2012.

Prastya dan Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Setiawan Pers,
1999.

Rahaman Ghazali, Abdul, dkk, Fiqih Muamalah, Jakarta: Kencana, 2010.

Rama K, Tri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2008.

Sarwono, Jonathan, Metode Riset Skripsi, Jakarta: Elex Media, 2012.

Soemitra, Andri, Hukum Ekonomi dan Fiqh Muamalah di Lembaga-Lembaga


Keuangan dan Bisnis Kontemporer, Jakarta Timur: Pranadamedia Group,
2019.

Sri Imaniyati, Neni, dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis:Dilengkapi
dengan Kajian Hukum Bisnis Syariah, Bandung: PT. Refika Aditama, 2017.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Susiadi, Pedoman Penulisan Skripsi, Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan


Penerbitan LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015.

Suyabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian cet. ke-9, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1995.

Syafe‟i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Usman, Husain, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008.

Wardi Muslich, Ahmad, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010.

SKRIPSI DAN JURNAL

Eka Nuraini Rachmawati dan Ab Mumin Bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli dalam
Prespektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia”, Jurnal Al-
Adalah, Vol XII No. 4, Desember 2015.

Kholwatul mujaddadiyah, Tradisi Sinoman di Desa Bonangrejo Kecamatan


Bonang Kabupaten Demak Studi KUH Perdata dan Hukum Islam,
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018.
Muhammad Yunus, dkk, “Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akad Jual Beli
dalam Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food”, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Syariah, Vol II No. 1, Januari 2018.

Najamuddin, ”Transaksi Gharar dalam Muamalah Kontemporer”, Jurnal


Syari‟ah, Volume 2 No.1, April 2014.

Nining Astuti, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon “(Studi
Kasus Di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan)”, Ponorogo: STAIN
Ponorogo, 2016.

Umi Salamah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kayu Jati di Pengrajin
“IDOLA” Jambu Timur Mlongo Jepara, Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta, 2003.

Vember Wahyu Afandi, Tinjauan Hukum Islam dan Pendapat Para Tokoh Agama
Tentang Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan, “ (Studi Kasus
di Desa Candiwulan Kec. Kutasari Kab. Purbalingga)”, Purwokerto:
STAIN Purwokerto, 2016.

Yuzuf Nizar, Jual Beli Mendong Secara Tebasan Perspektif Hukum Islam, “(Studi
di Keluarahan Margabakti Kecamatan Cibeurem Kota Tasikmalaya)”,
Yogyakarta: UI Sunan kalijaga, 2012.

WAWANCARA
Heru, Penjual Pohon Jati, Wawancara, Juni 1, 2021.

Johan, Pembeli Pohon Jati, Wawancara, Juni 2, 2021.

Kaja, Pembeli Pohon Jati, Wawancara, Juni 2, 2021.

Soleh, Sekretaris Desa Payung Makmur, Wawancara, April 29, 2021.

Sumarya, Penjual Pohon Jati, Wawancara, Juni 1, 2021.

Yono, Penjual Pohon Jati, Wawancara, Juni 1, 2021.

Anda mungkin juga menyukai