Skripsi
TAUFIQI KHOIRUNNISA
NPM. 1721030435
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/ 2021 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI POHON JATI
DENGAN SISTEM NYINOM
(Studi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Syari’ah
Oleh
TAUFIQI KHOIRUNNISA
NPM. 1721030435
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/ 2021 M
i
ABSTRAK
Jual beli merupakan aktivitas ekonomi dalam upaya memenuhi kebutuhan
manusia, diera modern ini kegiatan ekonomi tentunya mengalami perkembangan
yang beraneka ragam. Seperti halnya jual beli pohon jati dengan sistem nyinom
yang terjadi di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung
Tengah. Jual beli dengan sistem nyinom adalah jual beli tangguh yaitu jual beli
dengan cara membeli pohon yang belum pantas dipanen (bukan bibit) dengan
pembayaran diawal dan waktu pelaksanaan penebangan ditangguhkan oleh
pembeli sampai pohon siap untuk ditebang. Jual beli ini menimbulkan kerugian
bagi salah satu pihak. Permasalahan dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana
praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur? dan
2) Bagaimana tinjauan Hukum Islam dalam pelaksanaan praktik jual beli pohon
jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur? Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pelaksanaan Praktik Jual Beli Pohon
Jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur dan 2) Untuk Mengetahui
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon Jati dengan sistem
nyinom di Desa Payung Makmur.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif anlisis. Untuk mendapatkan data yang valid, maka sumber data
dalam penelitian ini ada dua yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder.
Metode pengumpulan data didapat dari observasi, interview, dan dokumentasi.
Populasi dan sample yang digunakan yaitu pihak penjual dan pembeli pohon jati.
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, menggunakan metode
kualitatif dan berfikir induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan praktik jual beli pohon
jati dengan sistem nyinom (jual beli sistem tangguh) di Desa Payung Makmur
yaitu penjual/pemilik kebun mendatangi rumah pembeli dan menawarkan pohon
jati miliknya yang belum pantas ditebang. Pemilik kebun akan menyebutkan
spesifikasi pohon jati dan jumlah pohon jati yang akan dijual untuk
memperkirakan harga pohon jati yang akan dibeli. Setelah pembeli sepakat untuk
membeli pohon jati maka, pembeli pohon jati akan menawarkan harga yang sesuai
dengan spesifikasi pohon jati yang disebutkan oleh pemilik kebun dan melakukan
pembayaran diawal transaksi dengan syarat pohon tersebut tetap ditanam di tanah
penjual. Kemudian pembeli akan melakukan survey, untuk melihat keadaan pohon
jati yang akan dibeli dan menandai pohon jati dengan cat atau tali tambang agar
tidak tertukar dengan pohon lain. Jual Beli pohon jati dengan sistem nyinom
dalam Hukum Islam tidak diperbolehkan karena adanya keterpaksaan dalam
proses transaksi. Praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di fiqh
muamalah disebut dengan jual beli mu‟awamah atau bai‟ mudhof lil mustaqbal
dikarenakan akad yang digunakan saat transaksi itu akad ghairu munjiz mudaf lil
mustaqbal yakni objek akad tidak langsung diserahkan melainkan masih
ditangguhkan dengan penangguhan barang (objek) yang diperjualbelikan.
Transaksi ini termasuk jual beli fasid yang di dalamnya terdapat unsur gharar
yang merugikan penjual dari segi ekonomi akibat dari ketidakjelasan dalam proses
penyerahan barang.
ii
SURAT PERNYATAAN
NPM : 1721030435
Fakultas : Syari‟ah
Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435
iii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Let.Kol. H. Suratmin Suratmin Sukarame 1 Bandar Lampung Telp (0721) 703260
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati
dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung
Makmur Kecamatan Pubian Kabupateng Lampung
Tengah)
Nama : Taufiqi Khoirunnisa
NPM : 1721030435
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalah)
Fakultas : Syari‟ah
MENYETUJUI
Untuk dapat dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam sidang
Munaqosyah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung.
Pembimbing I Pembimbing II
Khoiruddin M.S.I.
NIP. 197807252009121002
iv
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Let.Kol. H. Suratmin Suratmin Sukarame 1 Bandar Lampung Telp (0721) 703260
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati
dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung Makmur Kecamatan
Pubian Kabupaten Lampung Tengah) disusun oleh Taufiqi Khoirunnisa,
NPM. 1721030435 program studi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Telah di Ujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan
Lampung pada Hari/Tanggal: Kamis, 09 September 2021
Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Syari’ah
v
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
semesta alam yang menguasai segala kerajaan baik di bumi maupun di langit,
sholawat yang selalu tercurah kepada manusia terbaik yaitu Rasulullah SAW
semoga kita semua mendapat syafaatnya. Puji syukur alhamdulillah, berkah dari
Hukum, skripsi peneliti persembahkan sebagai tanda cinta dan kasih sayang, serta
1. Kedua orang tua yaitu Bapak Ahmad Tusin dan Ibu Santi Arisandi karena
cinta dan kasih sayang beliau, berkat kesabaran beliau, dukungan moril,
spiritual dan materi, serta senandung do‟a yang ikhlas disetiap sujud nya
2. Adik-adikku yang tersayang Ahlul Baiti Sofia, Subhan Qolbi Kalam dan
support positif yang luar biasa, serta yang selalu mengulurkan tangan dan
3. Guruku tercinta Abah Muhammad Nur Aziz dan Ibu Sawitri yang telah
vii
RIWAYAT HIDUP
Oktober 1999, peneliti merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan
Bapak Ahmad Tusin dan Ibu Santi Arisandi. Taufiqi Khoirunnisa memiliki tiga
adik bernama Ahlul Baiti Sofia, Subhan Qolbi Kalam dan Amar Maulana Ikhsan.
Sekolah Dasar di SDN 1 Payung Makmur pada tahun 2004-2011, MTs Nurul
Ulum Payung Rejo pada tahun 2011-2014, MAN 1 Pringsewu pada tahun 2014-
2017 dan mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Syari‟ah
UIN Raden Intan Lampung dimulai pada tahun 2017 dan mengambil Program
Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah, di Fakultas Syariah, UIN Raden Intan Lampung.
Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon
Jati dengan Sistem Nyinom (Studi Kasus di Desa Payung Makmur Kecamatan
Pubian Kabupaten Lampung Tengah)”. Sholawat serta salam semoga selalu kita
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan
hati, pada kesempatan kali ini penulis akan mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., Rektor UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. H. Khairuddin, M.H., Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan
Lampung.
Lampung.
ix
5. Bapak, dan Ibu dosen Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang
Intan Lampung yang turut memberikan data berupa literature sebagai sumber
7. Segenap Guru selama penulis menempuh pendidikan baik di SD, MTs, MAN
Pringsewu.
Handayani, Ratna Martharini, Sekar Lestari dan Rafika Lingga Subagya serta
9. Almamater tercinta Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang telah
secara baik.
karena itu dengan segala hormat penulis meminta maaf atas kekurangan yang
mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya penulis tetapi
x
untuk para pembaca dan semoga allah memberikan segala kebaikannya sebagai
bentuk kasih sayangnya atas hal baik yang telah diberikan kepada penulis.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Aamiin
Taufiqi Khoirunnisa
NPM. 1721030435
xi
DAFTAR ISI
xii
2. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Payung Makmur ..............46
3. Keadaan Sosial Ekonomi Desa Payung Makmur ...............................48
B. Praktik Jual Beli Pohon Jati Dengan Sistem Nyinom di Desa Payung
Makmur ...................................................................................................49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................61
B. Rekomendasi ...........................................................................................62
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
terhadap penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang terkait dengan
memahami makna yang terkandung dalam skripsi ini, disamping itu langkah
Tentang Jual Beli Pohon Jati dengan Sistem Nyinom (Studi di Desa
kehidupan manusia yang berlaku secara universal dan relevan pada setiap
3. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011), 1470.
2
Al-Munawar, Said Aqil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, (Jakarta: PT.
Penamadani, 2005), 6.
2
disepakati.3
4. Nyinom (Sinoman) Adalah jual beli tangguh yaitu jual beli dengan cara
5. Pohon jati adalah tumbuhan yang berbatang keras dan ulet, baik untuk
bahan rumah, meja, kursi dsb. Daunnya besar, bulat, dan berbulu halus
maksud skripsi ini adalah membahasa secara mendalam praktik jual beli
pohon jati dengan sistem nyinom dalam prespektif Hukum Islam di Desa
Praktik jual beli yang dilakukan oleh masyarakat saat ini mengalami
perkembangan, Salah satu bentuk dari perkembangan jual beli adalah dengan
sistem nyinom (sinoman). Seperti Praktik jual beli pohon jati yang dilakukan
beli nyinom ini sangat diminati masyarakat terutama jika masyarakat dalam
biaya sekolah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sekilas praktek jual beli
nyinom dengan jual beli ijon mempunyai kesamaan. Kesamaan antara jual
beli nyinom dengan jual beli ijon adalah sama-sama merugikan salah satu
pihak. Sedangkan perbedaanya adalah jika jual beli ijon merupakan jual beli
dengan objek jual belinya yang belum terlihat dengan jelas, seperti contohnya
jual beli Mangga ketika masih dalam bentuk bunga, kemudian ditaksir
tersebut, sedangkan jual beli nyinom adalah jual beli yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli dimana objek dari jual beli sudah diketahui secara jelas
jumlah dan bentuknya, hanya saja setelah proses transaksi jual beli pohon
masyarakat. Penjual akan menjualkan pohon jatinya yang belum cukup umur
yakni berusia 1-2 tahun dengan cara mendatangi rumah pembeli (pemborong)
beli tersebut, dimana kontrak itu biasanya berlaku selama minimal 8-12 tahun
bahkan lebih, dihitung dari pembeli melakukan transaksi jual beli dengan
jati dari penjual dengan syarat pohon jati tersebut tetap ditanam di tanah
penjual sampai pohon jati yang dibelinya benar-benar sudah siap untuk
ditebang (dipanen). Jika penjual tidak menyetujui hal tersebut maka pembeli
4
tidak jadi membeli pohon jati milik penjual. Dalam jual beli pohon jati
dihargai sesuai kemauan si pembeli yang menawar harga yakni Rp. 100.000-
menggunakan tali tambang agar tidak tertukar dengan pohon yang lainnya.
Penandaan terhadap pohon jati yang sudah dijual tersebut juga bertujuaan
untuk memudahkan proses penebangan pohon jati jika sudah siap ditebang
Jual beli ini tidak berjalan sebagaimana mestinya karna akad tersebut
yang masih ditumbuhi pohon tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh pemilik
lahan dan saat pohon tersebut ditebang pasti akan merusak tanaman yang
biaya ganti rugi tanaman yang rusak akibat tertimpa pohon yang ditebang.
Untuk itu jual beli ini perlu ditinjau ulang demi tegaknya Hukum Syara' dan
Islam. Dengan melihat praktik jual beli pohon jati dengan sistem Nyinom
6
Johan, Pembeli Pohon Jati, Wawancara, Januari 13, 2021.
5
berkaitan untuk mengetahui gambaran lebih jauh tentang praktik jual beli
pohon jati dengan sistem nyinom di Desa Payung Makmur Kecamatan Pubian
bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik jual beli pohon jati
Hukum Islam Tentang Jual Beli Pohon Jati dengan Sistem Nyinom
Lampung Tengah)”.
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan praktik jual beli pohon jati
dengan sistem nyinom. Dari fokus ini terdapat sub fokus penelitian yaitu:
1. Pelaksanaan praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa
2. Tinjauan Hukum Islam dalam pelaksanaan praktik jual beli pohon jati
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa
E. Tujuan Penelitian
Kita tahu bahwa setiap usaha yang kita lakukan memiliki tujuan, sama
Lampung Tengah.
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
sistem nyinom
b. Bagi Mahasiswa
permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku ataupun
dalam tulisan yang lain, maka penulis memaparkan karya ilmiah sebelumnya
Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan (Studi Kasus di Desa
melarang praktek jual beli tanaman secara adol potongan dengan alasan
tidak memenuhi syarat dalam jual beli yaitu buah yang menjadi objek
jual beli sangat rentan tidak terpenuhi karena tidak dapat dipastikan
sistem tebasan itu diperbolehkan karena sesuai dengan hukum islam yang
Kabupaten Pacitan”. Dengan pokok bahasan akad jual beli pohon dan
tijauan Hukum Islam terhadap kualitas objek jual beli. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akad jual beli tersebut sudah memenuhi syarat dan
7
Vember Wahyu Afandi, Tinjauan Hukum Islam dan Pendapat Para Tokoh Agama
Tentang Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan, “ (Studi Kasus di Desa Candiwulan
Kec. Kutasari Kab. Purbalingga)”, (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2016).
8
Yuzuf Nizar, Jual Beli Mendong Secara Tebasan Perspektif Hukum Islam, “(Studi di
Keluarahan Margabakti Kecamatan Cibeurem Kota Tasikmalaya)”, (Yogyakarta: UI Sunan
kalijaga, 2012).
9
rukun jual beli dan untuk kualitas objek jual beli belum memenuhi syarat
jual beli.9
Demak Studi KUH Perdata dan Hukum Islam”. Dengan pokok bahasan
transaksi setengah dan di bayar lunas saat pemberian objek dan sistem
jual beli kayu jati dan penyelesaian wanprestasi tersebut sudah sesuai
beli penundaan pembayaran tersebut menurut hukum islam itu sah dan
9
Nining Astuti, Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli Pohon “(Studi Kasus di
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan)”, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2016).
10
Kholwatul mujaddadiyah, Tradisi Sinoman di Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang
Kabupaten Demak Studi KUH Perdata dan Hukum Islam, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2018).
10
H. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
b. Sifat Penelitian
Tengah.
11
Umi Salamah, Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Kayu Jati di Pengrajin
“IDOLA” Jambu Timur Mlongo Jepara, (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2003)
12
Sumardi Suyabrata, Metodologi Penelitian cet. ke-9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995), 22.
13
Prastya, Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Setiawan Pers, 1999), 60.
11
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau
Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang
b. Data Sekunder
hendak diteliti.
3. Populasi
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap, objek atau nilai yang
14
Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi, (Jakarta: Elex Media, 2012), 37
15
Ibid., 33.
16
Susiadi, Pedoman Penulisan Skripsi, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan
LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), 95.
12
a. Wawancara (Interview)
kepada pihak penjual dan pembeli agar lebih bisa terfokus pada
pokok permasalahan.
b. Dokumentasi
17
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 72.
18
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), 186.
13
a. Editing
sudah cukup lengkap, benar dan relevan dengan data yang di peroleh
b. Sistemating
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 18.
20
Susiadi, Pedoman Penulisan Skripsi, 82.
21
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 83.
14
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematika data yang
dengan cara menyusun pola dan memilih yang penting untuk dibahas
Hukum Islam terhadap praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom.
induktif.23
I. Sistematika Pembahasan
permasalahan yang dikaji, maka dalam skripsi ini pembahasan disusun secara
sistematis sesuai dengan tata urutan dari permasalahan yang ada. Adapun
22
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008), 145.
23
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 74.
15
2. Bagian isi pada bagian ini terdapat lima bab yaitu sebagai berikut:
BAB II: Landasan teori mengenai Tinjuan Hukum Islam, bab ini
diungkapkan mengenai pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun
dan syarat jual beli, prinsip-prinsip dalam jual beli, macam-macam jual
beli, jual beli yang dilarang, dan jual beli berjangka menurut Islam
BAB III: Bagian ini memuat tentang hal-hal mengenai gambaran umum
BAB IV: Bab ini merupakan analisis praktik jual beli pohon jati dengan
Islam terhadap praktik jual beli pohon jati dengan sistem nyinom di Desa
Payung Makmur.
16
َ ْان َّش
Ibn Mandzur berkata: ز ِء ِ ( انْجَ ٍْ ُعlafadz انْجٍَْعyang berarti jual beli
ض ُّذ
kebalikan dari lafadz ان َّش َزا ُء yang berarti beli). Secara bahasa, lafadz
ْانجٍَْع mengandung tiga makna sebagai berikut: ُيجَب َدنَخُ ِث ًَبل (tukar
berikut:
a. Ulama Hanafiyah
atau barang dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang
ة ِف ٍْ ِّ ثِ ًِثْ ِه ِخ
ِ ُْٔ ُيجَب َدنَخُ َش ًْ ِء َي ْغز
1
Neni Sri Imaniyati, Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis:Dilengkapi dengan Kajian
Hukum Bisnis Syariah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2017), 184.
18
d. Jalaluddin Al-Mahally
disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda
sukarela atas dasar suka sama suka sesuai dengan ketentuan yang
2
Pendapat Imam Hanafi Dikutip dari Buku Hukum Perdata Islam di Indonesia Karya
Khumedi Ja‟far.
3
Zainuddin Malibari, Fathul Mu‟in, Moch. Anwar, Terj. “Fathul Mui‟n” Cet. Ke-1,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), 74
4
Pendapat Imam Syafi‟i Dikutip dari Buku Hukum Bisnis:Dilengkapi dengan Kajian
Hukum Bisnis Syariah Karya Neni Sri Imaniyati
5
Jalaluddin Al-Mahally, Qulyubi Wa Amirah, Juz 3, (Mesir: Mustafa Bab Al-Halabi,
1956), 151-152.
19
Ijma‟ Ulama. Diantara dalil yang membolehkan praktik akad jual beli
a. Al-Qur‟an
ۤ
ِ ٌَٰـبٌََُّٓب انَّ ِذ ٌۡ ٍَ ٰا َيُُ ٕۡا ََل ت َۡب ُكه ُ ٕۡۤا اَيۡ َٕانَـ ُكىۡ ثَ ٍَُۡ ُكىۡ ثِ ۡبنج
بط ِم اِ َّ َۤل اَ ٌۡ تَ ُك ٕۡ ٌَ تِ َجب َرحً َع ٍۡ تَ َزاع
بٌ ِث ُكىۡ َر ِح ٍۡ ًًب ّ ٰ ٌَّ ِِّي ُۡ ُكىۡ َٔ ََل ت َۡقتُهُ ٕۡۤا اَ َۡـفُ َس ُكىۡ ؕ ا
َ َّللاَ َك
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamumembunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S.An-Nisa‟(4)29).
b. Hadis
6
Abi Al-Fadl Ahmad Bin „Ali Bin Hajar Al-„Asqolani, Bulughul Maram, (Dar Al-„Ilmi:
Surabaya, Tt), 798.
20
c. Ijma‟
Ulama‟ muslim sepakat atas kebolehan akad jual beli. Ijma‟ ini
sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun terdapat
asalkan jual beli tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka dan
sesuatu dan tidak terwujud jika ia tidak ada. 8 Misalnya, penjual dan
pembeli merupakan unsur yang harus ada dalam jual beli. Jika
penjual dan pembeli tidak ada atau hanya salah satu pihak yang ada,
1) Penjual
2) Pembeli
7
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 12, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), 20.
8
Githibah, Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2016), 121.
21
pokok tetapi adalah unsur yang harus ada di dalamnya. Jika ia tidak
sama suka tidak ada dalam transaksi tersebut. 9 Adapun syarat jual
jual beli dan syarat untuk objek jual beli. Adapun syarat untuk orang
„aqidain yaitu:
a) Barang yang dijual harus milik sendiri. Tidak sah jual beli
kepadanya.
9
Ghazali, Fiqh Muamalat, (Jakarta:Karisma Putra Utama, 2010), 77.
22
sejenisnya.
menimbulkan kerusakan/kecacatan.
10
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2012), 77.
23
belah pihak
oleh para ulama salah satunya menurut Ulama Hanafiyah, membagi jual
memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain,
11
Muhammad Yunus, dkk, “Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akad Jual Beli dalam
Transaksi Online pada Aplikasi Go-Food”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah, Vol II No. 1,
(Januari 2018), 149.
12
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi dan Fiqh Muamalah di Lembaga-Lembaga Keuangan
dan Bisnis Kontemporer, (Jakarta Timur: Pranadamedia Group, 2019), 68.
24
rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat bahwa
pohon.
dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju maka jual beli
6) Penjual, mempejualbelikan air sungai, air danau, air laut dan air
boleh diperjualbelikan.13
dilegalkan pada dasarnya, tetapi tidak legal dari segi sifatnya, serta
Sementara selain Hanafi menyatakan bahwa jual beli itu sendiri bisa
sah atau batal. Jual beli yang tidak sah itu tidak bisa melimpahkan
membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. Apabila
kerusakan jual beli itu terkait dengan syara‟ asal/pokok (rukun dan
syarat) maka hukumnya batal, Apabila kerusakan pada jual beli itu
mengakibatkan sengketa.
2) Jual beli yang digantungkan pada syarat dan jual beli yang
3) Jual beli barang yang tidak ada di tempat transaksi atau tidak
oleh penjual dan ada, tetapi tidak terlihat. Jual beli orang buta,
4) Menjual atau barter dengan harga yang haram, yaitu jual beli
jual beli seperti ini termasuk dalam jual beli yang tidak sah
27
dengan niat.
7) Dua transaksi jual beli dalam satu jual beli atau dua syarat dalam
barang ini kepadamu dengan harga dua ribu kredit atau dengan
harga seribu dengan tunai maka mana saja yang mau kamu
pilih”.16
10) Jual beli buah atau tanaman yang belum sempurna matangnya
untuk dipanen, kasus jual beli ini sering terjadi dalam kehidupan
nyata. Para ulama telah sepakat bahwa jual beli buah atau pohon
yang belum jadi adalah batal, karena jual beli ini termasuk
dalam kategori larangan jual beli sesuatu yang belum ada dan
termasuk jual beli bai‟ sinin atau jual beli bai‟ al-mu‟awamah
16
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 123-152.
28
permasalahan manusia, tak terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah
Al-Quran, Sunnah, Ijma‟ dan Dalil Aqli. Allah SWT membolehkan jual
Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena telah
menyalahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan
salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang. Jual beli terlarang
terbagi menjadi dua: Pertama, jual beli yang dilarang dan hukumnya
tidak sah (batal), yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan
rukunnya. Kedua, jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual
beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa
a. Jual beli yang dilarang karena ahliah atau ahli akad (penjual dan
1) Jual beli orang gila, jual beli yang dilakukan orang gila tidak
sah, begitu juga jual beli yang dilakukan oleh orang yang mabuk
2) Jual beli anak kecil, Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan
3) Jual beli orang buta Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang
4) Jual beli Fudhlul, yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya, oleh karena itu menurut para ulama jual beli yang
6) Jual beli Malja' yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang
b. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk
1) Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh
3) Jual beli yang belum jelas, Sesuatu yang bersifat spekulasi atau
6) Jual beli yang dilarang karena dianiaya, Segala bentuk jual beli
10) Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan
padaku”17
17
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), 79.
32
c. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-
pihak terkait.
1) Jual beli dari orang yang masih tawar-menawar Apabila ada dua
diputuskan.
4) Jual beli rampasan atau curian jika si pembeli telah tahu bahwa
beli ini sah sebab yang dikecualikannya jelas. Namun, bila yang
referensi yang membahas praktik jual beli ini secara khusus, namun bila
sebuah praktik jual beli yang memiliki kesamaan dengan praktik bai‟
mu‟awamah. Adapun bai‟ mu‟awamah adalah jual beli tangguh yaitu jual
mengandung unsur gharar karena di dalam jual beli itu tidak jelas wujud
barang yang akan dijual, maksudnya tidak diketahui akan seperti apa
gharar baik dari segi shigat jual beli maupun objek jual beli. Rasulullah
SAW bersabda:
18
Abdul Rahaman Ghazali, dkk, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), 80-87.
19
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 123-152.
20
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits Shahih dari
Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 19.
34
Saw melarang jual beli dengan (melempar) batu, karena jual beli
dikemudian hari merasa dirugikan akibat dari praktik jual beli tersebut.
b. Gharar fil hushul, yakni spekulasi hasil, seperti menjual sesuatu yang
c. Gharar fil miqdar, yakni spekulasi kadar, seperti menjual ikan yang
d. Gharar fil jinsi, yakni spekulasi jenis, seperti menjual barang yang
21
Najamuddin, ”Transaksi Gharar dalam Muamalah Kontemporer”, Jurnal Syari‟ah,
Volume 2 No.1, (April 2014), 26-27.
35
satu baju dari dua baju, tanpa dijelaskan mana yang hendak dijual.
dalam masa penyerahan barang. Sebagaimana telah dibahas pada sub bab
sebelumnya, bahwa jual beli berjangka bisa saja termasuk kedalam jual
sepakat bahwa hukum bai‟ sinin dan bai‟ mu‟awamah adalah dilarang.
Adapun mengenai jual beli sinin dan mu‟awamah diriwayatkan oleh Jabir
22
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits Shahih dari
Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), 20.
36
menjual buah pohon kurma lebih dari satu tahun dengan satu transaksi.
gharar, karena termasuk menjual sesuatu yang ada ataupun tidak ada
wujudnya namun tidak jelas kualitas dan kuantitasnya di masa yang akan
datang.
Jual beli tanaman adalah tidak sah menurut kesepakatan ulama jika
ijma‟. Jual beli ini fasid menurut ulama Hanafiyah dan batil menurut
itu sah berdasarkan ijma‟.23 Jual beli berjangka buah atau tanaman
ulama Hanafi dalam Wahbah Zuhaili yaitu apabila jual beli mensyaratkan
agar dipetik, maka juah beli sah dan harus dipetik saat itu juga, kecuali
atas izin penjual. Dan apabila jual beli mensyaratkan agar buah/tanaman
dibiarkan tidak dipetik, maka transaksi menjadi fasid. Karena syarat ini
Mengenai Jual beli yang digantungkan pada syarat dan jual beli
yang disandarkan, para ahli fikih sepakat bahwa jual beli ini tidak sah.
23
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 168.
24
Ibid., 150-151.
37
Namun kedua jenis jual beli ini disebut fasid, menurut istilah mazhab
waktu yang akan datang, karena jual beli termasuk transaksi pemilikan
jual beli tadi adalah adanya unsur gharar yang terkandung. Kedua belah
digantungkan itu akan terjadi ataukah tidak dan kedua belah pihak tidak
dengan penyerahan objek jual beli.26 Spekulasi dalam jual beli ini adalah
milik orang lain secara tidak benar. Jika hasil yang di dapatkan setelah
panen jauh lebih baik dari perkiraan semula (waktu transaksi dilakukan),
maka pihak pembeli akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar
juga sebaliknya, jika hasil panen jauh dibawah perkiraan atau bahkan
25
Ibid., 129.
26
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 155.
38
sangat sedikit, karena hama, musim atau bencana alam, maka pembeli
1. Pengertian Akad
diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang
sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridaan masing-
masing pihak yang melakukan akad dan memiliki akibat hukum baru
pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak”.29
27
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, 51.
28
Eka Nuraini Rachmawati dan Ab Mumin Bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli dalam
Prespektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia”, Jurnal Al-Adalah, Vol XII No. 4,
(Desember 2015), 789.
29
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 15.
39
a. Rukun Akad
yang dihargakan
Jika salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi, maka akad yang
dilakukan dianggap batal atau tidak sah. Hal ini dikarenakan rukun
b. Syarat-Syarat Akad
wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga
30
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 45.
40
lima syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa menjadi objek
akad yaitu :
ketentuan syara‟.
diantara keduanya.
dan mutanajis.31
batal.32
31
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 129.
32
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 50.
41
wujudnya wajib ada dalam berbagai jenis akad seperti saksi saat
3. Macam-Macam Akad
hukum atau tidak, maka akad dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu.
a. Akad Munjiz
masa setelah itu. Status akad ini efeknya akan langsung timbul pada
saat itu juga, selama rukun dan syarat-syarat yang dituntut terpenuhi.
Contohnya, “Aku jual padamu rumah ini dengan harga segini” lalu
„iwad (rumah berpindah kepada pembeli dan harga atau uang kepada
karena kedua akad tersebut tidak mungkin bersifat munjiz dan akad
33
Ibid., 101-104.
42
itu akan berlaku setelah wafatnya orang yang memberi wasiat (dalam
yang akan datang), yaitu akad yang muncul dengan sighat yang
satu tahun sejak awal bulan,”. Status akad ini adalah sah pada
saat itu juga, akan tetapi efeknya belum ada, kecuali diwaktu
macam.
Aku wasiatkan ini dan ini (atau sejumlah uang) kepada faqir
34
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, 550.
35
Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Syari‟ah: Mengenal Syari‟ah Islam Lebih
Dalam, (Jakarta: Robbani Press, 2008), 466-468.
43
kepemilikan pada saat itu juga, maka tidak sah kalau efek
masa tersebut.
dengan akad mudhaf lil mustaqbal dari segi akad muallaq tidak
akan berlaku atau sah pada saat itu juga, akan tetapi, efeknya
BUKU
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.
Al-Fadl Ahmad Bin „Ali Bin Hajar Al-„Asqolani, Abi, Bulughul Maram, Dar Al-
„Ilmi: Surabaya, Tt.Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 12, Bandung: PT
Alma‟arif, 1987.
Al-Munawar dan Said Aqil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, Jakarta:
PT. Penamadani, 2005.
Harun, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, cet. Ke-2.
Karim Zaidan, Abdul, Pengantar Studi Syari‟ah: Mengenal Syari‟ah Islam Lebih
Dalam, Jakarta: Robbani Press, 2008.
Malibari, Zainuddin, Fathul Mu‟in, Moch. Anwar, Terj. “Fathul Mui‟n” Cet. Ke-
1, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994.
Nashirudin Al-Albani, Muhammad, Shahih Sunan Tirmidzi, (Seleksi Hadits
Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi Buku: 2), Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
Prastya dan Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Setiawan Pers,
1999.
Rama K, Tri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2008.
Sri Imaniyati, Neni, dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis:Dilengkapi
dengan Kajian Hukum Bisnis Syariah, Bandung: PT. Refika Aditama, 2017.
Usman, Husain, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008.
Eka Nuraini Rachmawati dan Ab Mumin Bin Ab Ghani, “Akad Jual Beli dalam
Prespektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia”, Jurnal Al-
Adalah, Vol XII No. 4, Desember 2015.
Nining Astuti, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pohon “(Studi
Kasus Di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan)”, Ponorogo: STAIN
Ponorogo, 2016.
Umi Salamah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kayu Jati di Pengrajin
“IDOLA” Jambu Timur Mlongo Jepara, Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta, 2003.
Vember Wahyu Afandi, Tinjauan Hukum Islam dan Pendapat Para Tokoh Agama
Tentang Praktik Jual Beli Tanaman Secara Adol Potongan, “ (Studi Kasus
di Desa Candiwulan Kec. Kutasari Kab. Purbalingga)”, Purwokerto:
STAIN Purwokerto, 2016.
Yuzuf Nizar, Jual Beli Mendong Secara Tebasan Perspektif Hukum Islam, “(Studi
di Keluarahan Margabakti Kecamatan Cibeurem Kota Tasikmalaya)”,
Yogyakarta: UI Sunan kalijaga, 2012.
WAWANCARA
Heru, Penjual Pohon Jati, Wawancara, Juni 1, 2021.