Anda di halaman 1dari 176

RESPONS TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK PERJANJIAN KERJA

PENEPEK ANTARA BURUH ANAK DENGAN MAJIKAN


(Studi di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)

Oleh :

HOIRUMAN
NIM: 170201067

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021

i
RESPONS TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK PERJANJIAN KERJA
PENEPEK ANTARA BURUH ANAK DENGAN MAJIKAN
(Studi di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)

Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram
Untuk Mengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

HOIRUMAN
NIM: 170201067

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNUVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2021

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Hoiruman, NIM: 170201067 dengan judul “Respons Tokoh Agama

Terhadap Praktik Perjanjia Kerja Penepek Antara Buruh Anak Dengan Majikan (Studi

Di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)” telah memenuhi syarat dan

disetujui untuk untuk diuji,.

Disetujui pada tanggal: 30 Desember 2021.

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. H. Musawar, M.Ag. Heru Sunardi, S.H., M.H.


NIP. 196912311998031008 NIP. 197409042000031002

iii
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 30 Desember 2021

Hal : Ujian skripsi

Yang Terhormat
Dekan Fakultas Syariah
Di Mataram

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, tentang
kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Hoiruman

Nim : 170201067

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Judul : Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjian Kerja


Penepek Antara Buruh Anak Dengan Majikan (Studi Di Bagik
Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)

telah memenuhi syarat diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas


Syariah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat
segera diujikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.H. Musawar, M.Ag Heru Sunardi, S.H., MH


NIM.196912311998031008 NIP. 197409042000310002

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hoiruman

Nim : 170201067

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Fakultas : Syariah

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik
Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak Dengan Majikan (Studi Di Desa Bagik
Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)” ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Jika saya terbukti melakukan plagiat tulisan atau karya orang lain, saya menerima sanksi
yang telah ditentukan oleh lembaga.

Mataram, 30 Desember 2021

Saya yang menyatakan,

Hoiruman
170201067

vi
PENGESAHAN

Skripi oleh : Hoiruman NIM : 170201067 dengan judul: “Respons Tokoh Agama

Terhadap Praktik Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak Dengan Majikan (Studi

Di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur) telah di pertahankan di depan

dewan penguji jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah UIN Mataram pada tanggal

Dewan penguji

1. Ketua sidang Dr.H. Musawar, M.Ag


(pembimbing) NIP. 196912311998031008

2. Sekretaris Sidang Heru Sunardi


(pembimbing II) NIP. 1974090420000310002

3.

4.

Mengetahui
Dekan Fakultas Syariah

Dr. Moh. Asyiq Amrulloh. M. Ag


NIP. 197110171995031002

vii
MOTO

‫َّن َم ا َأ ْم َو اُل ُك ْم َو َأ ْو اَل ُد ُك ْم ِف ْتَن ٌة ۚ َو الَّل ُه ِع ْنَد ُه َأ ْج ٌر َع ِظ يٌم‬


‫ِإ‬

Artinya: “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu),

dan di sisi allah-lah pahala yang besar.1

1
Q.S. At-Tagabun (64):15

viii
HALAMAN PERSEMBAHASAN

“Peneliti mempersembahkan skripsi ini untuk

kedua orang tua peneliti, Ayahana Nursalim

dan Ibunda Miswati, yang selalu memotivasi,

dukungan dan doa, sehingga peneliti mampu

memnyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka

dipanjangkan umurnya, dimurahkan rizkinya

oleh Allah swt sehingga peneliti dapat

membahagiakan mereka amin”

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt., karena atas rahmat

dan hidayah-Nya proposal skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis

panjatkan kepada Nabi besar Muhammad saw., yang telah membimbing umat manuia ke

jalan yang benar dan sekaligus menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk ilahi.

Skripsi berjudul: “Respons Tokoh Agama terhadap Praktik Perjanjian Kerja

Penepek Antara Buruh Anak dengan Majikan (Studi di Desa Bagik Payuug Timur

Kabupaten Lombok Timur)”, yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Hukum (SH) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Penulis menyadari dalam setiap proses penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari

segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak khususnya kedua dosen

pembimbing. Oleh karenanya, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. H. Musawar, M.Ag., selaku dosen pembimbing I., dan Bapak Heru

Sunardi S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan

waktu dan tenaganya untuk membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Syariah Univeritas Islam Negeri (UIN) Mataram beserta

jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam memberikan pelayanaan

x
akademik serta bapak dan ibu pegawai perpustakaan yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis untuk mendapatkan literatur atau referensi yang berguna

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah membekali

berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Aparat Desa Bagik Payung Timur, para tokoh agama Desa Bagik Payung Timur,

serta narasumber lainnya yang sudah membantu peneliti dengan membantu

memberikan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi peneliti.

5. Sahabat peneliti dan semua teman-teman kelas B Muamalah angkatan tahun 2017

yang telah berkenan membantu peneliti berfikir, memberikan saran dan motivasi

dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu peneliti berharap adanya kritik dan saran yang konstruktif demi

kesempurnaan ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat kedepannya dan

menjadi acuan untuk skripsi teman-teman yang lain nantinya.

Mataram, 30 Desember 2021


Penulis

Hoiruman
170201067

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data Majikan/Bos Tambang Desa Bagik Payung Timur.....................45

Tabel 2 : Daftar Nama Buruh dari Majikan/Bos Tambang Samsul Hadi............47

Tabel 3 : Daftar Nama Buruh dari Majikan/Bos Tambang Isman Hayadi..........48

Tabel 4 : Daftar Nama Buruh dari Majikan/Bos Tambang Dedi Jauhari............48

Tabel 5 : Daftar Nama Buruh dari Majikan/Bos Tambang Khozaizun Khudzi. .49

Tabel 6 : Daftar Nama Buruh dari Majikan/Bos Tambang Ropi’i......................50

Tabel 7 : Daftar Nama Buruhg Tetap di Desa Bagik Payung Timur...................51

Tabel 8: Daftar Nama Buruh Serabutan di Desa Bagik Payung Timur ..............52

Table 9: Daftar Nama Tokoh Agama di Desa Bagik Payung Timur ..................89

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL................................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................. iii

NOTA DINAS PEMBIMBING.................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................... v

HALAMAN MOTTO................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii

ABSTRAK................................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian................................................ 8
E. Telaah Pustaka .................................................................................... 9
F. Kerangka Teori ................................................................................... 13
G. Metodologi Penelitian ........................................................................ 30
H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 38

xiii
BAB II PRAKTIK PERJANJIAN KERJA PENEPEK ANTARA BURUH
ANAK DENGAN MAJIKAN DI DESA BAGIK PAYUNG TIMUR
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
A. Gambaran Umum Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok
Timur.....................................................................................................39
B. Praktik Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak Dengan Majikan
di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur....................44
1. Gambaran Umum Lokasi Tambang Pasir di Desa Bagik Payung
Timur Kabupaten Lombok Timur...................................................44
2. Praktik Perjanjia Kerja Penepek Antara Buruh Anak dengan
Majikan...........................................................................................54
a. Mekanisme Terjadinya Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh
Anak dengan Majikan Di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten
Lombok Timur…………………………54
b. Bentuk Perjanjian dan Isi Perjanjian Kerja Penepek...............63
c. Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Buruh Penepek Di
Tambang Pasir dan Tanggapan Orang Tua Terkait Perjanjian
Kerja Penepek Antara Anak dengan Majikan.........................75
d. Alasan Majikan/bos di Desa Bagik Payung Timur Memilih
Anak-Anak Menjadi Buruh Penepek......................................82
3. Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjian Kerja Penepek
Antara Buruh Anak dengan Majikan di Desa Bagik Payung Timur
Kabupaten Lombok Timur............................................................88
A. Pengetahuan Tokoh Agama Terhadap Keberadaan Tambang dan
Anak-Anak Yang Menjadi Buruh Penepek...........................89
B. Pengetahuan Dan Pemahaman Tokoh Agama Terhadap Isi Dari
Perjanjian Kerja Penepek Yang Dilakukan Antara Anak dengan
Majikan..................................................................................93
C. Pemahaman Tokoh Agama Terhadap Aturan-Aturan Agama
Yang Membahas Tentang Pekerja Anak................................97

xiv
BAB III ANALISIS RESPONS TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK
PERJANJIAN KERJA PENEPEK ANTARA BURUH ANAK
DENGAN MAJIKAN di DESA BAGIK PAYUNG TIMUR
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
A. Analisis Terhadap Praktik Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak
dengan Majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok
Timur.....................................................................................................99
1. Analisis Terhadap Mekanisme Perjanjian Kerja Penepek Antara
Buruh Anak dengan Majikan ……………………………………102
2. Analisis Terhadap Bentuk Dan Isi Perjanjian Kerja Penepek Antara
Buruh Anak dengan Majikan…………………………………….104
3. Faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Buruh Penepek di
Tambang Pasir dan Tanggapan Orang Tua Terkait Perjanjian Kerja
Penepek Antara Anak Dengan Majikan
…………………………………..118
4. Alasan Majikan/bos di Desa Bagik Payung Timur Memilih Anak-
Anak Menjadi Buruh Penepek……………………………………….120
B. Analisis Terhadap Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjian
Kerja Penepek Antara Buruh Anak dengan Majikan di Desa Bagik
Payung Timur Kabupaten Lombok Timur………………………….148

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................156
B. Saran.....................................................................................156
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
“Respons Tokoh Agama Terhadap Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak
Dengan Majikan”
(Studi di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur)
Oleh:
Hoiruman
Nim.1702010667
Abstrak
Secara bahasa, respons berarti reaksi atau jawaban. Sedangkan menurut
terminoligi, respons berarti rangsangan-rangsangan yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan sikap. Secara umum respons dapat diartikan sebagai hasil atau
kesan yang didapat dari pengamatan tentang subyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana praktik perjanjian kerja
penepek di desa bagik payung timur dan bagaimana respons tokoh agama terhadap
praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik
Payung Timur Kabupaten Lombok Timur.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif
sosiologis, jenis data berupa data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data
yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data
digunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan antara: a) Mekanisme perjanjian
kerja penepek buruh anak dengan majikan terdiri dari empat tahap: Tahap pertama ,
anak-anak hanya hanya bermain di pangkalan dan tambang pasir. Tahap kedua, anak-
anak membantu pekerjaan buruh tetap tanpa dibayar, Tahap ketiga, anak-anak
ditawarkan untuk menjadi penepek, dalam tahap ini cukup beragam, ada yang melalui
ajakan buruh tetap, ketua buruh, majikan/bos tambang dan kemauan sendiri. Tahap
keempat, anak-anak yang telah diterima dan diberikan pekerjaan oleh majikan/bos
tambang dapat langsung bekerja pada hari itu. b) Bentuk dan isi perjanjian kerja
penepek. Bentuk dan isi perjanjia kerja penepek ada yang tertulis dan lisan. c) Faktor
yang menyebabkan anak-anak menjadi buruh penepek . Faktor-faktornyaantara lain:
faktor lingkungan disekitarnya merupakan lokasi penambangan, anak-anak memiliki
waktu luang yang tinggi, dan memiliki rasa iri hati terhadap teman sebaya yang
memiliki banyak uang. d) Alasan majikan/bos memilih anak-anak menjadi buruh
penepek, yaitu: anak-anak memiliki waktu luang yang banyak, pekerjaannya sangat
cocok untuk anak-anak, dan anak-anak itu sangat mudah untuk diajak bekerja sama. e)
Tanggapan orang tua terkait perjanjian kerja penepek, yaitu orang tua mengetahuinya
dan membiarkannya bekerja sebagai penepek. Dalam respons tokoh agama, ada tokoh
agama yang setuju dan ada juga tokoh agama yang tidak setuju jika anak-anak bekerja
menjadi buruh penepek.

Kata kunci: Respons Tokoh Agama, Perjanjian Kerja Penepek,

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang biasanya terdiri atas

ayah, ibu dan anak-anak, sehingga hal ini sering pula disebut sebagai conjugal

family.2 Sosok seorang ayah dalam keluarga sangatlah penting mengingat ayah

merupakan tulang punggung dalam keluarga, sehingga kegiatan mendapatkan

penghasilan atau mencari nafkah sepenuhnya merupakan tanggung jawab dan

dibebankan kepada sosok ayah, sedangkan anak-anak dalam hal ini merupakan

pihak yang diberikan hasil dari penghasilan seorang ayah. Oleh karena itu dalam

ajaran Islam, orangtua yang memiliki anak diwajibkan untuk memelihara anak

dengan sebaik-baiknya dengan cara diberikannya hak-hak anak dengan sebaik-

baiknya sesuai dengan kemampuan orangtua tersebut. Pelaksanaan kewajiban

orangtua terhadap hak-hak anak merupakan landasan pembentukan watak dan

karakter agar sang anak dapat tumbuh dengan kuat dan tidak menjadi anak yang

lemah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an yang berbunyi :


‫َّل ْل ُل‬ ‫ًف َخ ُف َل َف ْل‬ ‫َخ ْل ُذ ًة‬ ‫ْل ْخ َّل َل َت ُك‬
‫َو َي َش ا ِذ يَن ْو َر وا ِم ْن ِف ِه ْم ِّر َّي ِض َع ا ا ا وا َع ْي ِه ْم َي َّتُق وا ال َه َو َي ُق و وا‬
‫َق اًل‬
‫ْو َس ِد يًد ا‬

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

2
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: Uin Press, 2008), Hlm.48.

1
2

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.”3

Firman Allah Q.S At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :


‫ُة َل‬ ‫ْل‬ ‫ُق َأ ُك َأ ُك َن ُق‬ ‫َأ َّل‬
‫َي ا ُّي َه ا ا ِذ يَن آَم ُن وا وا ْنُف َس ْم َو ْه ِل ي ْم اًر ا َو وُد َه ا الَّن اُس َو ا ِح َج اَر َع ْيَه ا‬
‫َم اَل َك ٌة اَل ٌظ َد اٌد اَل َي ْعُص وَن الَّل َه َم ا َأ َم َر ُه ْم َو َي ْف َع ُل وَن َم ا ُي ْؤ َم ُر وَن‬
‫ِش‬ ‫ِئ ِغ‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai

Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan”.4

Ayat di atas memiliki makna kewajiban umum orangtua untuk member

perlindungan terhadap keluarga termasuk di dalamnya anak. Disinilah impilkasi hak

anak untuk mendapatkan kebutuhannya ataupun hak-hak anak kemudian muncul

hubungan balik atas kewajiban orangtua untuk memberikan perlindungan yang baik

terhadap mereka agar anak dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu, seorang

anak berposisi sebagai pihak yang selalu diberikan hak-haknya dari orangtuanya.

Islam telah memberikan rambu-rambu tentang hak-hak anak yang harus

dipenuhi oleh siapapun juga khususnya orangtua yang dikenal dengan lima macam

hak asasi anak atau maqasid al-shariah yaitu pemeliharaan atas hak beragama (hifz

al-din), pemeliharaan atas jiwa (hifz al-nafs), pemeliharaan atas kehormatan dan
3
Q.S. An-Nisa (5): 4
4
Q.S. At-Tahrim (66):6
3

nasab/keturunan (hifz al-nasl), pemeliharaan atas akal (hifz al-aqd) dan

pemeliharaan atas harta (hifz al-mal). Kelima hak asasi ini kemudian tertuang dalam

hak-hak lainnya yang lebih rinci seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,

pengajaran, dan atau pembinaan agama yaitu penanaman nilai-nilai ketuhanan, hak

untuk hidup dan tumbuh berkembang, hak mendapatkan perlindungan dan penjagaan

dari siksa api neraka, hak untuk mendapatkan keadilan dan persamaan derajat, hak

untuk mendapatkan cinta kasih, hak untuk mendapatkan nafkah dan kesejahteraan.5

Berkaitan dengan hak-hak anak di atas, seyogyanya seorang anak mendapatkan

hak-hak tersebut mengingat anak merupakan titipan Allah swt., yang diberikan

kepada orangtuanya. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah seorang anak menikmati

masa kanak-kanaknya dengan berbagai cara seperti bermain dengan teman

sebayanya dan cara-cara lainnya yang memungkinkan terjadinya tumbuh kembang

anak secara maksimal dan bukan dijadikan bahan eksploitasi sebagai pekerja atau

sebagai buruh anak.

Di Indonesia, larangan mempekerjakan anak ini diatur dalam Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya pada Pasal 68

menyatakan bahwa : “pengusaha dilarang mempekerjakan anak”. Namun demikian,

ketentuan Pasal 68 ini dapat dikecualikan berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1),

dimana menyatakan “bagi anak yang berumur antara 13 sampai 15 tahun dapat

menjadi pekerja untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu

perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial”. Pada ayat (2)nya dinyatakan

pula bahwa pengusaha atau majikan yang mempekerjakan anak pada pekerjaan

5
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: Kpai, 2017), Hlm. 23.
4

ringan harus memenuhi persyaratan, diantaranya : i). Adanya ijin tertulis dari

orangtua atau walinya; ii). Adanya perjanjian kerja antara majikan/bos dengan

orangtua atau walinya; iii). Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam kerja; iv).

Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; v). Adanya

keselamatan dan kesehatan kerja; vi). Aadanya hubungan kerja yang jelas; viii)

Menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku.

Berangkat dari ketentuan Pasal 68 dan Pasal 69 ayat (1) dan (2) di atas, sangat

jelas terlihat bahwa pengusaha dilarang memperkejakan anak dibawah umur 13

tahun. Dan membolehkan memperkejakan anak berumur 13 sampai 15 tahun asalkan

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti adanya ijin tertulis dari orangtua

atau wali, adanya perjanjian kerja antara majikan/bos dengan orangtua atau walinya,

serta persyaratan-persyaratan lainnya.

Pasal 69 ayat (2) tersebut di atas, secara gamblang menyatakan harus adanya

ijin dari orangtua dan adanya perjanjian kerja antara majikan/bos dengan orangtua

atau walinya. Dengan demikian, tidak dibolehkan terjadi perjanjian kerja antara anak

secara langsung dengan majikan/bos, apalagi perjanjian kerja yang dilakukan anak

tersebut tanpa sepengetahuan orangtuanya.

Terkait dengan perjanjian kerja ini jika ditelisik lebih jauh merupakan salah

satu syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata,

yang hal ini juga dikenal dalam konsep hukum perjanjian Islam dengan apa yang

disebut dengan rukun dan syarat sahnya perjanjian. Salah satu rukun perjanjian

Islam adalah adanya para pihak yang membuat akad, dimana rukun ini memiliki

syarat sahnya yaitu orang yang melakukan perjanjian memiliki tingkat kecakapan
5

bertindak hukum yang sempurna. Kecakapan bertindak hukum adalah kelayakan

seseorang untuk perkataan dan perbuatannya dianggap sah secara hukum syariah.

Artinya, kemampuan seseorang untuk melahirkan akibat hukum melalui pernyataan

kehendak dan bertanggungjawab atas perbuatannya. Apabila ia membuat perjanjian,

maka perjanjian itu dianggap sah secara hukum syariah. Kecakapan bertindak

hukum sempurna ini dimiliki oleh seseorang sejak ia dewasa dan berlangsung terus

hingga ia meninggal dunia. Jika ia belum dewasa atau dalam periode tamyiz, maka

kecakapan bertindak hukum ini belum sempurna sehingga perjanjian yang dibuat

pada periode ini masih memerlukan persetujuan dari orangtua atau walinya agar

perjanjian yang dibuat oleh mereka pada masa tamyiz ini dapat dikatakan sempurna.6

Berkaitan dengan perjanjian kerja yang dilakukan oleh pekerja anak dalam

kapasitasnya sebagai buruh, terlihat jelas bahwa hukum perjanjian Islam maupun

hukum positif yang berlaku di Indonesia mengharuskan adanya persetujuan dari

orangtua atau wali sang anak serta perjanjian tersebut harus dilakukan baik oleh

orangtua atau wali dengan pengusaha atau majikan atau bisa juga dilakukan oleh si

anak secara langsung dengan pengusaha atau majikan selama dan sepanjang adanya

persetujuan dari orangtua atau wali anak tersebut.

Terkait dengan perjanjian kerja antara pekerja anak dengan pengusaha atau

majikan ini, berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis di Desa Bagik Payung

Timur Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur ternyata sangat jauh dari

peraturan dan norma hukum yang berlaku. Kondisi desa yang berbukit dan memiliki

6
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah : Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), Hlm.110-111..
6

aliran sungai ini secara tidak langsung telah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat

setempat untuk bertindak menjadi pengusaha tambang batu apung dan tambang

pasir. Pengusaha ini mencoba memanfaatkan keberadaan anak-anak desa setempat

untuk menjadi pekerja atau buruh tambang pasir, dimana anak-anak ini dijadikan

sebagai buruh yang bertugas sebagai penepek yaitu buruh yang bertugas merapikan

pasir di atas truk dan terkadang sebagian mereka juga bertugas menaikkan pasir ke

atas truk pengangkut. Mereka bekerja dengan jam kerja mulai jam 08.00 sampai jam

17.00, dengan menggunakan sift. Ada yang bekerja pada sift pagi sampai siang dan

ada yang bekerja pada sift siang sampai sore dengan upah harian berkisar antara

Rp.10.000,- sampai Rp.20.000. Profesi anak-anak Desa Bagik Payung Timur

Kabupaten Lombok Timur sebagai pekerja / buruh penepek terdapat dua sisi, ada

yang diketahui oleh orangtuanya sebagai buruh penepek, namun lebih banyak yang

tidak diketahui oleh orangtuanya. Sehingga pekerjaan mereka sebagai buruh

penepek ini terjadi atas dasar kesepakatan langsung antara pengusaha tambang atau

majikan dengan anak-anak yang menjadi buruh. Kesepakatan ini tidak dilandasi oleh

adanya persetujuan orangtua dan perjanjian yang mereka lakukan juga lebih banyak

dilakukan tanpa adanya keterlibatan orangtuanya masing-masing. 7 Terkait dengan

kondisi tersebut, para pemuka agama atau tokoh agama desa setempat memiliki dua

cara pandang yang berbeda. Pada satu sisi ada tokoh agama yang memandang

keberadaan buruh anak sebagai penepek tersebut sebagai salah satu kegiatan positif

7
Riski, Riduan, Fajri (Buruh Anak) Dan Kenata Putri (Asisten Pengusaha Tambang), Wawancara, Desa
Bagik Payung Timur, Tanggal 12-19 Maret 2021.
7

namun pada sisi lainnya, ada juga tokoh agama yang memandang negatif terhadap

keberadaan buruh anak sebagai penepek ini.

Gambaran kondisi di atas membuat penulis tertarik untuk mengeksplor

menjadi sebuah penelitian yang dituangkan kedalam karya ilmiah dalam bentuk

skripsi dengan judul “Respons Tokoh Agama terhadap Praktik Perjanjian Kerja

Penepek Antara Buruh Anak dengan Majikan (Studi di Desa Bagik Payuug Timur

Kabupaten Lombok Timur)”,

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini memfokuskan masalah

dengan rumusan sebagai berikut :

1. Bagaimana praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan

di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok TImur?

2. Bagaimana respons tokoh agama terhadap praktik perjanjian kerja penepek

antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok TImur?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan praktik perjanjian kerja penepek antara

buruh anak dengan majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok

TImur.
8

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan respons tokoh agama terhadap praktik

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik

Payung Timur Kabupaten Lombok TImur.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dari dua aspek yaitu

manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

keilmuan dalam bidang ke-muamalah-an khususnya yang berkaitan dengan

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik

Payung Timur Kabupaten Lombok Timur serta respon tokoh agama terhadap

praktik tersebut.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

masyarakat Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur terhadap

praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan serta respons

tokoh agama mereka terhadap praktik tersebut, sehingga pemangku kebijakan

dapat membuat rambu-rambu aturan terhadap kegiatan tersebut.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada praktik perjanjian kerja

penepek antara buruh anak dengan majikan serta respons tokoh agama terhadap

praktik perjanjian kerja penepek tersebut.

Setting penelitian dilakukan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok

Timur dengan alasan bahwa di Desa tersebut terdapat lokasi tambang pasir dan

tambang batu apung yang sangat besar, menariknya pekerja-pekerja di tambang

tersebut banyak melibatkan anak-anak sebagai buruhnya yang bertindak selaku


9

penepek. Pada sisi lainnya ternyata tokoh agama desa tersebut sebagian ada yang

keberatan namun ada juga yang menerima kehadiran buruh anak pada lokasi

pertambangan tersebut dengan berbagai alasan dan pertimbangannya masing-

masing.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan salah satu cara penulis untuk mengetahui nilai

kebaruan dari penelitian agar penelitian yang penulis lakukan tidak terjadi plagiasi

dan duplikasi. Hal ini penulis lakukan dengan melakukan pencarian kemudian

melakukan perbandingan terhadap karya terdahulu yang relevan. Berdasarkan hasil

telaah pustaka yang penulis lakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang

mengambil topik yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan,

diantaranya yaitu :

1. Indar Wahyuni, berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak”.

Indar Wahyuni dalam penelitiannya mengangkat masalah seputar tentang

pandangan hukum Islam terhadap pekerja anak dan perlindungan pekerja anak

dalam hukum Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka

dengan pendekatan normatif. Berdasarkan hasil penelitiannya, Indar Wahyuni

menyatakan bahwa pekerja anak dalam persepaktif hukum Islam tidak

diperbolehkan, dengan alasan orangtua si anak tersebut wajib melindungi dan

member nafkah. Jika anak bekerja maka anak tidak memiliki kesempatan untuk

menikmati pendidikan, mendapatkan kasih saying dari orangtua, maupun

bermain menikmati masa-masa kecilnya. Indar Wahyuni mendasari

argumentasinya berdasarkan firman Allah swt., dalam Q.S. an-Nisa (4) : 9. Lebih
10

kanjut Indar Wahyuni menyatakan bahwa perlindungan terhadap pekerja anak

adalah merujuk kepada konsep hadanah yaitu memelihara, menjaga sampai

mereka baligh atau dewasa karena itu merupakan hak anak yang harus dipenuhi

orangtua sebagaimana dinyatakan dalam QS. At-Tahrim (66) : 6. 8

Penelitian Indar Wahyuni memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan. Persamaan, topik inti yang diteliti sama-sama

meneliti pekerja anak. Perbedaannya, jenis penelitian yang dilakukan oleh Indar

Wahyuni berjenis pustaka dengan pendekatan normatif, sedangkan penulis jenis

penelitiannya lapangan dengan pendekatan yuridis sosiologis. Perbedaan

lainnya, penelitian Indar Wahyuni sama sekali tidak melakukan kajian terhadap

praktik perjanjian kerja anak di bawah umur dengan majikan dan respon tokoh

agama setempat terhadap praktik perjanjian kerja pemepek buruh anak dengan

majikan yang justru merupakan konsentrasi dari penelitian penulis.

2. Eko Prasetyo, berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Mempekerjakan Anak

Di Bawah Umur di Desa Wanglukulon Kecamatan Senori Kabupaten Tuban”.

Eko Prasetyo memfokuskan masalahnya seputar pertanyaan tentang

motivasi mempekerjakan anak di bawah umur di Desa Wanglukulon Kecamatan

Senori Kabupaten Tuban serta pandangan hukum Islamnya. Berdasarkan hasil

penelitiannya, Eko Prasetuo menjelaskan bahwa motivasi mempekerjakan anak

di Desa Wanglukulon adalah dalam rangka mendidik anak serta dalam rangka

membantu orangtua dan pekerjaan yang dilakukan anak di desa ini dianggap

8
Indar Wahyuni, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak”, (Skripsi, Fak. Syariah Uin Sunan
Kalijaga. Yogyakarta, 2005), Diunduh Dari Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id Pada Tanggal 28 Pebruari
2021, Pukul 10.00 Wita.
11

sebagai pekerjaan yang tidak berbahaya. Lebih lanjut Eko menyatakan pula

bahwa mempekerjakan anak jika memposisikan si anak dalam keadaan terancam

fisik, jiwa dan mentalnya maka tindakan tersebut jelas bertentangan dengan

maslahah mursalah yang menggunakan prinsip maslahah dharuriyah yaitu

membahayakan jiwa anak di bawah umur. 9

Persamaan penelitian Eko Prasetyo dengan penulis terletak pada topik

intinya yaitu pekerja anak dengan jenis penelitian lapangan. Perbedaannya,

walaupun Eko Prasetyo meneliti tentang pekerja anak, namun Eko Prasteyo tidak

menyinggung sama sekali tentang praktik perjanjian kerja yang dilakukan oleh

anak yang bertindak sebagai buruh tersebut serta sama sekali tidak menyinggung

tentang respons tokoh agama terhadap praktik perjanjian kerja yang dilakukan

oleh buruh anak dengan majikan, hal ini justru merupakan fokus inti

permasalahan dari skripsi yang penulis lakukan.

3. Thoriqotul Azizah, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja

Anak di Bawah Umur (Studi Analisis UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan Perspektif Maslahah)”.

Thoriqul Azizah dalam hasil penelitiannya memaparkan bahwa lahirnya

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah untuk

melindungi nasib dan masa depan dan tenaga kerja, dan melindungi hak-haknya.

Sedangkan untuk menolak kemudharatan adalah dibatasinya kewenang-

wenengan pengusaha dalam menggunakan dan memanfaatkan tenaga kerja.


9
Eko Prasetyo, “Analisis Hukum Islam Terhadap Mempekerjakan Anak Di Bawah Umur Di Desa
Wanglukulon Kecamatan Senori Kabupaten Tuban”, (Skripsi, Fakultas Syariah Institus Agama Negeri
Sunan Ampel, Surabaya, 2009), Diunduh Dari Http://Digilib.Uinsby.Ac.Id/7087 Pada Tanggal 28
Pebruari 2021, Pukul 10.30 Wita.
12

Dengan kata lain, keberadaan Undang-Undang ini maka pengusaha atau majikan

tidak dapar berlaku semena-mena atau sewenang-wenang mengeksploitasi

tenaga pekerjanya. Sehingga Pasal-Pasal yang ada dalam Undang-Undang

ketenagakerjaan termasuk maslahah al dhariyat yaitu kemaslahatan yang

berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akherat. 10

Persamaan penelitian Thoriqul Azizah dengan penulis adalah sama-sama

meneliti tentang pekerja anak. Perbedaannya, terletak pada jenis penelitian dan

fokus kajian penelitian, dimana Thoriqul Azizah jenis penelitiannya adalah

penelitian pustaka dengan pendekatan normatif sedangkan penulis menggunakan

jenis penelitian lapangan dengan pendekatan yuridis sosiologis. Perbedaan

lainnya adalah Thoriqul Azizah konsen meneliti tentang isi ketentuan Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenakerjaan yang mana dicoba dilihat dari

persepktif maslahah mursalahanya. Sedangkan penulis, lebih fokus pada

persoalan tentang praktik perjanjian kerja antara buruh anak dengan majikan,

dimana nak tersebut bekerja sebagai pemepek serta respons tokoh agama

setempat terhadap praktik perjanjian kerja tersebut.

F. Kerangka Teori

1. Konsepsi Umum Tentang Respons

10
Thoriqotul Azizah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak Di Bawah Umur : Studi Analisis
Uu Ri No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Perspektif Maslahah ”, (Skripsi, Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015), Diunduh Dari
Http://Eprint.Walisongo.Ac.Id/Id/Eprint/4752/1/082311070.Pdf Pada Tanggal 1 Maret 2021, Pukul
21.45 Wita.
13

Secara bahasa, respons berarti reaksi atau jawaban.11 Sedangkan menurut

terminologi, respons berarti rangsangan-rangsangan yang menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan sikap.12 Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Jalaludin Rakhmat yang mengatakan respons adalah suatu kegiatan (activity)

dari organisme yang bukan semata-mata suatu gerakan yang positif, namun juga

setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut

dengan respons. Secara umum respons dapat diartikan sebagai hasil atau kesan

yang didapat dari pengamatan tentang subyek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan-pesan.13 Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh M. Dimyadi

Mahmud yang mengatakan respons berarti rangsangan-rangsangan yang

menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sikap.14

Respons dapat terbentuk karena adanya dua faktor yaitu yaitu : Pertama,

faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu sendiri dari

unsur rohani dan jasmani. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan

melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang

melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang

dengan orang lainnya. Unsur jasmani atau fisiologi meliputi keberadaan,

keutuhan, dan cara kerja atau alat indera, alat syaraf dan bagian-bagian tertentu

pada otak. Unsur rohani meliputi keberadaan dan perasaan, akal, fantasi,

11
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Hlm.746.
12
M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Bpfe, 1980), Hlm.58.
13
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm.13.
14
M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Bpfe, 1980), Hlm.58.
14

pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan lain sebagainya; Kedua.faktor

ekternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan, dimana faktor ini merupakan

faktor stimulus.15 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Howlan,

Janis dan Kelley seperti dikutip oleh Efendi yang mengatakan bahwa respons

terbentuk karena adanya unsure stimulus, organisme serta perubahan sikap.

Ketiga terbentuknya respons ini dikenal dengan teori SOR singkatan Stimulus-

Organism-Response. Pernyataan dari teori SOR ini bahwa perubahan sikap

tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Dimana stimulus yang

disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya kemungkinan akan diterima

atau ditolak. Penyampaian pesan ini akan berlangsung jika ada perhatian dari si

pemberi pesan, proses berikutnya adalah mengerti. 16 Respons terdiri atas 3 jenis,

yaitu :Pertama, respon kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang

diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Respons ini berkaitan dengan

transmisi pengetahuan, kepercayaan atau informasi; Kedua, respon afektif timbul

bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, dibenci khalayak.

Respon ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai; Ketiga, respons

behavioral merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-

pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.17

2. Konsepsi Umum Tentang Tokoh Agama

15
Bimo Walgito, Pengantar Pisikologi Umum, (Yogyakarta: Ugm, 2006), Hlm.54
16
O.U. Efendi, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2000), Hlm.254-
256.
17
Jalaludin Rakhmat, Metode…, Hlm.118.
15

Tokoh agama dalam pandangan umum sering disebut ulama. Dalam

perspektif al-Quran, ulama dilihat sebagai bagian dari umat yang memegang

peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan umat. Ulama

berasal dari bahas arab‘alima, ya’limu, ‘alim yang artinya orang yang

mengetahui. Kata ‘alim bentuk jamaknya dari ‘alim yang merupakan bentuk

mubalaghah, berarti orang yang sangat mendalam pengetahuannya. 18Tokoh

Agama yang dimaksud adalah orang yang memiliki pengetahuan dalam bidang

hukum Islam khususnya tentang kegiatan muamalah, yang dimana tokoh agama

itu sering disebut sebagai Ustadz, Kyai, atau tuan guru, yang mengerti tentang

hukum Islam.

Tokoh agama adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal

sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia

mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis

dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.

Tokoh agama memiliki beberapa kriteria, antara yaitu: 1). Menyampaikan

ajaran Allah swt.,yang termaksud dalam al-Qur’an dan hadis; 2). Menjelaskan

ajaran-ajaran Allah swt., agar dapat dimengerti masyarakat; 3). Memberikan

keputusan terhadap problem atau permasalahan yang dihadapi masyarakatnya

dengan merujuk kepada ajaran Allah swt; 4). Menjadi teladan umat Islam dalam

memahami dan mengamalkannya.19


18
Khusnul Khatimah, Peran Tokoh Agama Dalam Pembangunan Sosial Agama, (Yogyakarta: Lontar
Mediatama, 2018), Hlm. 17
19
Siti Rosidah, “Pandangan Tokoh Agama Terhadap Simpan Pinjam :Studidi Koperasi Unit Desa Tani
Bahagia Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto” (Skripsi: Fak. Syariah Uin Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2019), Diunduh Dari Http://Etheses.Uin-Malang.Ac.Id/Eprint/15044,Diakses Tanggal 11 Maret
2021, Pukul 15:27 Wita.
16

Selain itu, seseorang dikategorikan sebagai tokoh agama jika memiliki ciri-

ciri sebagai berikut : 1). Keilmuan dan kewajiban yakni seseorang yang

dijadikan tokoh agama itu harus memahami al-Qur‟an dan Sunah Rasul, mampu

memimpin dan membimbing umat dalam melaksanakan kewajiban antara

hablum minalloh, hablum minannas, dan hablum minal alam; 2). Pengabdian

yakni pengabdian seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah swt.,

menjadi pelindung, pembela dan pelayan ummat; 3). Akhlak dan kepribadian

yakni harus berahlak mulia, ikhlas, tawakkal dan istiqomah, berkepribadian

siddiq, amanah, tablig, dan fatonah.20

3. Konsep Umum tentang Perjanjian Kerja menurut Islam

a. Pengertian Perjanjian kerja dalam Islam

Masyarakat seringkali menyamakan antara perjanjian dengan perikatan,

padahal keduanya memiliki arti dan makna yang sedikit berbeda. Dalam

hukum Islam kontemporer dikenal istilah iltizam untuk menyebut perikatan

dan istilah aqd (akad) untuk menyebut perjanjian dan bahkan untuk

menyebut kontrak. Istilah aqd (akad) merupakan istilah tua yang sudah

digunakan sejak zaman klasik sehingga sudah sangat baku. Sedangkan istilah

iltizam merupakan istilah baru untuk menyebut perikatan secara umum,

meskipun istilah itu sendiri juga sudah tua.21

20
Asma Sari Rambe, “Peran Tokoh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remajadi Desa Biru Kecamatan
Aek Bilah Kabupaten Tapanuli Selatan”, (Skripsi: Iain Padang Sidempuan, Sumtaera Utara, 2020),
Diunduh Dari Http://Etd.Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id/Id/Eprint/6385, Diakses Tanggal 11 Maret 2021,
Pukul 19:41 Wita.
21
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian…, Hlm. 47.
17

Semula dalam hukum Islam pra modern, istilah iltizam hanya dipakai

untuk menunjukkan perikatan yang timbul dari kehendak sepihak saja, hanya

kadang-kadang saja dipakai dalam arti perikatan yang timbul dari perjanjian.

Para fukaha apabila berbicara tentang hubungan perutangan antara dua pihak

atau lebih, sering menggunakan ungkapan “terisinya dzimmah dengan suatu

hak dan kewajiban”. Dzimmah secara harfiah berarti tanggungan, sedangkan

secara terminology berarti suatu wadah dalam diri setiap orang tempat

menampung hak dan kewajiban. Apabila pada seseorang terdapat hak orang

lain yang wajib ditunaikannya kepada orang tersebut, maka dikatakan bahwa

dzimmah-nya berisi suatu hak atau suatu kewajiban. Artinya, ada kewajiban

baginya yang menjadi hak orang lain dan yang harus dilaksanakannya untuk

orang lain itu. Apabila ia telah melaksanakan kewajibannya yang menjadi

hak orang lain tersebut dikatakan dzimmah-nya telah kosong atau bebas.

Berangkat dari apa yang ada di atas, maka perikatan (iltizam) dalam hukum

Islam adalah terisinya dzimmah seseorang atau suatu pihak dengan suatu hak

yang wajib ditunaikannya kepada orang atau pihak lainnya. Terkait dengan

hal ini, Mustafa az-Zarqa sebagaimana dikutip oleh Syamsul Anwar

mendefinisikan perikatan (iltizam) sebagai keadaan dimana seseorang

diwajibkan menurut hukum syarak untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu bagi kepentingan orang lain.22

Perikatan (iltizam) secara garis besar dibagi menjadi empat macam

yaitu : pertama, perikatan utang (al-iltizam bi ad-Dain); kedua, perikatan

22
Ibid., Hlm. 48.
18

benda (al-Iltizam bi al-‘Ain); ketiga, perikatan menjamin (al-Iltizam bi at-

Tautsiq); keempat, perikatan kerja (al-Iltizam bi al-‘Amal). 23

Perikatan kerja adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak untuk

melakukan sesuatu. Sumber perikatan kerja di sini adalah akad ijarah yang

berasal dari kata al-ajru yang berarti pengganti/upah, sehingga ijarah

menurut bahasa berarti upah.24 Sedangkan menurut syara sebagaimana

pendapat empat mazhab adalah sebagai berikut : pertama, mazhab Hanafi,

mengatakan ijarah adalah akad yang berisi pemberian kemanfaatan sesuatu

yang jelas dengan ada penukarannya; kedua, mazhab Syafi’i, mengatakan

ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud

tertentu dan mubah serta menerima pengganti atau kebolehan dengan

pengganti tertentu; ketiga, mazhab Hambali, ijarah adalah akad terhadap

pemberian manfaat yang mubah dan jelas yang diambil sedikit demi sedikit

dalam masa tertentu dengan pengganti yang tertentu pula; keempat, mazhab

Maliki mendefinisikan ijarah yaitu menjadikan milik suatu kemanfaatan

yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti. 25

Ijarah sesungguhnya mengandung makna sewa dan upah sekaligus.

Namun yang paling popular adalah makna kedua (upah). 26 Chairuman dan

Suhwardi menjelaskan bahwa ijarah adalah yaitu suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian, yang artinya pengambilan

23
Ibid., Hlm. 51-54..
24
Muslihun Muslim, Fiqh Ekonomi, (Mataram: Lkim Iain Mataram, 2005), Hlm. 218.
25
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa ‘Adilatuh, (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1989), Hlm. 94-98
26
M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah : Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), Hlm.227.
19

manfaat suatu benda, yang berpindah hanya manfaat benda yang

disewakan.27

Menurut Helmi Karim ijarah mempunyai pengertian umum yang

meliputi upah atas pemanfaatkan sesuatu benda atau imbalan sesuatu

kegiatan atau upah karena melakukan sesuatu aktivitas. 28 Ghufron A.

Mas’adi menjelaskan bahwa ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

ijarah yang mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim disebut

penyewaan, dan ijarah yang mentransaksikan manfaat Sumber Daya

Manusia yang lazim disebut perburuhan.29 Menurut Moh Anwar seperti yang

dikutip oleh Sudarsono menjelaskan bahwa ijarah merupakan perikatan,

pemberian, kemanfaatan (jasa) kepada orang lain dengan syarat memakai

iwadl (ganti/balas jasa) berupa uang.30

b. Rukun dan Syarat Sah Perjanjian Kerja (Ijarah)

Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu

itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya,

misalnya: rumah. Rumah terbentuk karena adanya unsur-unsur yang

membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai, dinding, atap,dan seterusnya.

Dalam konsep Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut

rukun.31

27
Chairuman Pasaribu Dan Sahrawardi, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996),
Hlm.52.
28
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hlm.29.
29
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Hlm.182.
30
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Hlm.422.
31
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian…, Hlm. 95.
20

Menurut Ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah hanya satu, yaitu ijab

(ungkapan) dan qabul (persetujuan) dari dua belah pihak yang bertransaksi. 32

Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang

diinginkan, sedangkan qabul adalah pernyataan pihak kedua untuk

menerimanya. Ijab dan qabul ini dilakukan untuk menunjukan adanya

sukarela timbal balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang

bersangkutan.33

Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang berakad

sewa/imbalan dan manfaat, termasuk syarat-syarat ijarah, bukan rukunnya.

Sedangkan, menurut jumhur ulama rukun ijarah ada empat, yaitu : 34

Pertama, dua orang berakad, antara lain ʻȃjir (orang yang

menyewakan) dan mustaʻjir (orang yang menyewa); Kedua, Shighat yaitu

ijab dan qabul, Syarat ijab qabul antara ʻȃjir dan mustajir sama dengan ijab

dan qabul yang dilakukan dalam jual beli, antara lain: pertama, ujrah(upah);

ujrah diisyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak baik

dalam sewa menyewa maupun upah-mengupah; ketiga, Ma‘qud bih (barang

yang menjadi objek). Sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah,

diisyaratkan kepada pekerja yang dikerjakan dengan beberapa syarat.

Adapun salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah bahwa jasa

yang diberikan adalah jasa halal. Jika pekerjaannya haram, maka upahnya

32
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), Hlm.320.
33
Ahmad Azhar Basyir,Asas-Asas Hukum Muamalat: Hukum Perdata Islam (Yogyakarta: Uii Prss, 2000),
Hlm..65.
34
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islȃmī Wa Adilatuhū, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Hlm.387-388.
21

haram pula. Misalnya, jika seseorang diupah untuk melakukan pencurian

atau pembunuhan, maka upah yang nanti diterimanya juga haram karena

pekerjaannya haram.Pekerjaan yang dilakukan untuk mencari ridha Allah,

misalnya: membaca atau mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak,

tidaklayak mendapatkan upah. Namun, seseorang yang berprofesi

mengajarkan Al-Qu’an sebagai sumber penghasilan dapat dan boleh

menetapkan upah dari mengajarkan Al-Qur’an itu. Asal pekerjaan yang

dilakukan itu diperbolehkan dalam Islam dan aqad atau transaksinya

berjalan sesuai dengan aturan Islam Ketiga, Uang sewa atau imbalan,

(ʻujrah), Ujrah dalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai

pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk

mengerjakan sesuatu. Disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah

pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah;

Keempat, Manfaat, manfaat dari objek yang diijarahkan harus sesuatu yang

dibolehkan agama (mutaqawwimah),seperti menyewa buku untuk dibaca dan

menyewarumah untuk didiami. Atas dasar itu, para fuqaha sepakat

menyatakan, tidak boleh melakukan ijarah terhadap perbuatan maksiat,

seperti seseorang yang menggaji orang lain untuk mengerjakan ilmu sihir,

menyewakan rumah untuk prostitusi, dan lain sebagainya yang mengarah

kepada perbuatan maksiat. Manfaat dari objek yang diijarahkan harus

diketahui, sehingga perselisihan dapat dihindari. Manfaat dari objek yang

akan disewakan dapat dipenuhi secara hakiki, maka tidak boleh menyewakan

sesuatu yang tidak dapat dipenuhi secara hakiki, seperti menyewa orang bisu

untuk bicara.
22

Adapun syarat-syarat akad ijarah ada empat, antara lain:

1) Syarat terjadinya akad (Syuruth Al-In‘iqad)

Syarat terjadinya akad adalah syarat yang berkaitan dengan

terjadinya akad. Syarat yang paling utama berkaitan dengan syarat adalah

‘aqid. ‘Aqid (orang yang berakad) disyaratkan berakal dan mumayyiz.

Namun, Syafi‟iyyah dan Hanabillah, ‘aqid itu disyaratkan baligh

(dewasa). Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal,

seperti anak kecil dan orang gila ijarah-nya tidak sah. Akan tetapi, ulama

Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad

itu tidak harus mencapai usia baligh. Oleh karenanya, anak yang baru

mumayyiz pun boleh melakukan akad ijarah, hanya pengesahannya perlu

persetujuan walinya.

2) Syarat berlangsungnya akad (Syuruth Al-Nafadz)

Syarat berlangsungnya akad adalah syarat yang berkaitan dengan

pelaksanaan akad. Dalam syarat ini ditetapkan bahwa barang yang

dijadikan sebagai objek ijarah mesti sesuatu yang dimiliki atau dikuasai

secara penuh. Oleh karena itu, akad ijarah tidak akan terlaksana apabila

dilakukan oleh orang yang tidak memiliki atau menguasai barang.

Apabila akad ijarah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki atau

menguasai barang disebut dengan ijarah al-fudhuli. Maksudnya adalah

tidak sah menyewakan kendaraan yang belum dibeli atau menyewakan

hewan yang lepas dari pemiliknya, lahan tandus untuk pertanian dan lain

sebagainya yang tidak sesuai dengan persetujuan (akad) antara kedua


23

belah pihak. Barang yang akan disewakan harus jelas dandapat langsung

diserahkan kepada pihak penyewa sekaligus dapat diambil kegunaanya.35

Untuk kelangsungan akad ijarah disyaratkan terpenuhinya hak

milik atau wilayah (kekuasaan). Apabila si pelaku (‘ȃqid) tidak

mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan (wilayah), maka akadnya

tidak bisa dilangsungkan, dan menurut Hanafiyah dan Malikiyah

statusnya mauquf (ditangguhkan) menunggu persetujuan si pemilik

barang. Akan tetapi, menurut Syafi‟iyah dan Hanabilah hukumnya batal,

seperti halnya jual beli.36

Terdapat beberapa syarat agar sebuah persetujuan dari pemilik

dapat berlaku pada akad ijarah yang tergantung, diantaranya adanya

wujud objek ijarah. Jika ada seorang fudhuli melakukan akad ijarah lalu

mendapatkan persetujuan dari pemilik, maka perlu diperhatikan hal

berikut, jika persetujuan atas akad tersebut terjadi sebelum manfaat

barang digunakan, maka akad ijarah itu sah dan pemilik barang berhak

atas upahnya karena objek akadnya ada. Sebaliknya, jika persetujuan atas

akad terjadi setelah manfaat barang digunakan, maka akad itu tidak sah

dan upah dikembalikan ke pelaku akad, karena objek akad telah lenyap

sehingga tidak ada pada saat pelaksanaan akad ijarah. Maka akad itu

menjadi tidak ada karena tidak terdapat objek akadnya sehingga akad

ijarah-nya tidak sah sebagaimana yang kita ketahui dalam akad jual beli.

35
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syari’ah, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2015), Hlm. 89.
36
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh…, Hlm. 322.
24

Dengan demikian, pelaku akad fudhuli dianggap sebagai pelaku ghashab

ketika ia mengembalikan barang kepada pemiliknya.37

3) Syarat sahnya akad (Syurūth Al-Shihhah)

Syarat sahnya akad adalah syarat yang berkaitan dengan keabsahan

akad, yaitu syarat-syarat yang berkaitan dengan‘aqid, ma‘qud ‘alaih,

mahal ma‘qud ‘alaih, ujrah, dan nafs al-‘aqd. Dalam konteks ini ada

beberapa syarat keabsahan akad ijarah, antara lain:

a) Ada keridhaan dari kedua belah pihak yang melakukan akad.

b) Ma‘qud ‘alaih (objek akad ijarah) mesti diketahui secara jelas

sehingga menghilangkan pertentangan. Pengetahuan akan Ma‘qud

‘alaih ini dapat dilakukan dengan cara adanya penjelasan manfaat,

penjelasan waktu, dan penjelasan jenis amal atas barang yang disewa.

Seperti halnya tidak boleh menyewa barang dengan manfaat yang

tidak jelas yang dinilai secara kira-kira, sebab dikhawatirkan barang

tersebut tidak mempunyai faedah. Jumhur ulama fiqh berpendapat

bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan

adalah manfaat bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang

pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diperah susunya, sumur

untuk diambil airnya dan lain-lain, karena semua itu bukan

manfaatnya, melainkan barangnya.38

4) Syarat mengikatnya akad (Syurūth Al-Luzūm)

37
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh…, Hlm. 390.
38
Rahmat Syafi‟I, Fikih Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), Hlm 122.
25

Agar akad ijarah itu mengikat, diperlukan dua syarat:

a) Syarat mengikatnya akad ijarah, yaitu objek atau manfaat terhindar

dari cacat yang menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda

yang disewa. Apabila terdapat suatu cacat pada sifat objek atau

manfaat objek, maka orang yang menyewa boleh memilih antara

meneruskan ijarah dengan pengurangan ujrah atau dengan

membatalkannya akad ijarah. Misalnya sebagian rumah yang akan

disewa runtuh, kendaraan yang akan di carter rusak atau mogok.

Apabila rumah yang disewa itu hancur seluruhnya maka akad ijarah

jelas harus fasakh (batal), karena ma‘qud ‘alaih rusak total, dan hal

itu menyebabkan fasakh-nya akad.

b) Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad ijarah.

Misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan akad, atau pada

sesuatu yang disewakan. Apabila terdapat udzur, baik pada pelaku

maupun pada ma‘qud ‘alaih, maka pelaku berhak membatalkan akad.

Menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal karena adanya udzur,

selama objek akad yaitu manfaat tidak hilang sama sekali.

4. Konsep Anak dan Kecakapan Melakukan Perbuatan Perjanjian Menurut

Islam

a. Pengertian Anak

Anak adalah bagian penting dalam islam karena anak merupakan

penerus kelangsungan hidup dan peradaban umat islam. Keberadaannya

merupakan salah satu tujuan dari adanya pernikahan. Sebelum seorang anak
26

dianggap dewasa (mukhallaf) maka anak tersebut dalam tanggung jawab

orang tuanya. Tanggung jawab ini terkait berbagai aspek kehidupan, baik

menjaga, membesarkan dan mendidik anak tersebut agar kelak dapat menjadi

anak yang sholeh dan sholehah.39

Kompilasi Hukum Islam (KHI), pasal 9 ayat (1) menjelaskan, batas

usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah

melangsungkan perkawinan. Kemudian dalam pasal 47 undang-undang ini

dinyatakan, sebagai berikut:

1) Anak yang belum mencapai umut 18 (delapan belas) tahun atau belum

pernah melangsungkan perkawainan ada di bawah kekuasaan orang

tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaanya.

2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di

dalam dan di luar Pengadilan.

Periodisasi umur berkaitan juga dengan kecakapan hukum seseorang

tersebut dapat dinyatakan sebagai manusia dewasa. Dalam Islam dikenal

dengan istilah tamyiz, baligh dan rusyd yang masing-masing memiliki

kriteria dan akibat hukum sendiri.40

Hukum Islam menjelaskan bahwa kecapakan hukum disebut al-

ahliyyah yang berarti kelayakan. Atas dasar itu, kecakapan hukum (al-

ahliyyah) didefinisikan sebagai kelayakan seseorang untuk menerima hukum

39
Zakiyah Daradjat. Dkk, Ilmu Fiqh Ii, (Jakarta: Departemen Agama, 1983), Hlm.171-172
40
Dadan Muttaqien, Cakap Hukum: Bidang Perkawinan Dan Perjanjian, (Yogyakarta: Insania Citra
Press,2006), Hlm.1
27

dan bertindak hukum, atau sebagai kelayakan seseorang untuk menerima hak

dan kewajiban dan untuk diakui tindakan-tindakannya secara hukum

syariah.41

b. Kecakapan Hukum dalam Membuat Akad Menurut Islam

Secara implisit maupun eksplisit Islam sangat menekankan pemahaman

tentang masa-masa perkembangan anak fisik maupun psikis. Di satu sisi Islam

mengekui ke-fitrah-an seorang anak yang akan membawa potensi kea rah

kebaikan, akan tetapi di sisi lain Islam juga menuntut dan menuntun para orang

tua agar dapat mengawal seorang anak menjadi manusia yang mengerti

tugasnya sebagai Khalifatullah dan Abdullah.42

Menurut Abu Zahrah memberikan pengertian anak menjadi empat fase,

yaitu:

1) Ash-Shobiy atau At-Tifl (anak kecil)

2) Mumayyiz (mampu membedakan sesuatu)

3) Murahiq (menjelang usia baligh)

4) Baligh (mempu diberi beban hukum, bagi anak laki-laki ditandai dengan

mimpi basah atau ihtilam sekitar usia 14 tahun, dan darah haid bagi

perempuan sekitar usia 11 tahun).

Sejalan dengan itu, pendapat Tuan Guru dalam menetapkan kriteria anak

sebagai mahkum ‘alai disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan

perkembangan manusia sehingga dapat disebut anak dalam hukum Islam, yaitu
41
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian …, Hlm.109.
42
Moh Faishol Khusni, Fase Perkembangan Anak Dan Pola Pembinaannya Dalam Perspektif Islam,
(Jurnal, Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Yogyakarta, Tt), Hlm. 6-7 Repository.Umy.Ac.Id.
Diakses Pada Tanggal 12 April 2021, Pukul 10.02
28

marhalah janin, marhalah as-sabi’, marhalah at-tamyiz, dan marhalah al-

bulugh.43 Masing-masing dari marhalah itu memiliki batas usia, sehingga

dapat diklaim sebagai seorang anak dan kriterianya.

Pertama, tahap marhalah janin yaitu tahap ini dimulai sejak masa janin

sudah berada dalam kandugan hingga lahir dalam keadaan hidup. Kedua,

marhalah as-sabi’ yaitu dimulai semenjak manusia lahir dalam keadaan hidup

hingga berusia 7 (tujuh) tahun. Ketiga, marhalah al-bulugh, yaitu dimulai

semenjak seorang berusia 7 (tujuh) tahun hingga masa pubertas.

Imam Abdul Qadir Audah sebagaimana Zainuddin Mansyur

menyebutkan hal yang sama bahwa fase anak itu adalah marhalah in’idam al-

Idrak, marhalah idraku dh’if, dan marhalah idrak at-tam. Fase pertama

tersebut dimulai sejak seseorang dilahirkan sampai umur 7 (tujuh) tahun.

Dalam usia ini dapat dipastikan anak itu belum mempunyai kesadaran dalam

bertindak. Dalam bahasa fiqh anak tersebut disebut sebagai mummayiz. Fase

kedua, yaitu marhalah al-Idraku dha’if dimulai sejak anak berusia 7 (tujuh)

tahun sampai 15 (lima belas) tahun. Anak dalam kondisi ini disebut anak

mummayiz. Artinnya anak telah mampu membedakan antara yang baik dan

buruh, tetapi ia belum bisa dimintai pertanggung-jawabannya atas segala

perbuatan yang ia lakukan. Fase ketiga, marhalah al-indrak at-tam dimulai

sejak sesorang berumur 15 (lima belas) tahun sampai meninggal dunia.

Menurut ‘Abdul Qadir ‘Audah fase ini dapat dikatakan sebagai mukallaf atau

43
Zaenudin Mansyur, Pandangan Tuan Guru Tentang Anak Sebagai Mahkum ‘Alaih Dalam Akad
Muamalah Kontemporer Di Kota Mataram, (Jurnal, Fsei Iain Mataram, Mataram, 2015), Hlm. 8-10
29

dewasa. Karena itu segala perbuatannya dapat dipertanggung-jawabkan dengan

penuh baik dalam aspek ibadah, mu’amalah, jinayah, dan siyasah. 44

Mencermati beberapa statemen mayoritas ahli hukum hanfiyah tentang

seorang anak sehingga dapat dikatakan mukallaf dengan usia yang dimilikinya,

seperti usia 17 (tujuh belas) tahun bagi wanita dan 18 (delapan belas) tahun

bagi laki-laki setidaknya menjadi dasar untuk menentukan kriteria seorang

anak. Begitu juga dengan pendapat mayoritas fuquha’ yang menetapkan

kedewasaan itu dengan kondisi seorang anak sudah berusia 15 (lima belas)

tahun serta pernah istilam untuk laki-laki dan sudah mengalami haid bagi

perempuan menjadi sebuah gambaran bahwa anak-anak yang berusia dibawah

15 (lima belas) tahun dapat diklaim sebagai anak-anak apalagai belum ada

tanda-tanda fisik seperti yang telah disebutkan di atas.

Menurut Imam Malik, batasan umur baligh bagi laki-laki dan perempuan

adalah sama yaitu genap 18 tahun atau genap 17 tahun memasuki usia 18

tahun. Sedangkan Mazhab Syaafi’iyyah berpendapat bahwa tumbuhnya rambut

pada organ intim merupakan tanda baligh untuk orang kafir. Adapun bagi

muslimin, maka mereka berbeda pendapat. Satu pendapat mengatakan bahwa

hal tersebut merupakan tanda baligh sebagaimana orang kafir, dan pendapat

lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan tanda baligh.45

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

44
Ibid., Hlm. 12.13
45
Al- Dardiri, Al Syarh Al Kabir Hasiyah Dasuki,(Mesir: Al Babi Al Halabi, T.Thn), Hlm. 393
30

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

menggambarkan sifat-sifat individu, gejala, keadaan, atau kelompok tertentu,

atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada

tidaknya hubunagn antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.46

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dikarenakan peneliti

berupaya memaparkan hasil penelitian yang ada di lapangan sesuai dengan

kondisi objek yang alamiah yaitu kondisi alamiah terhadap pratik perjanjian

kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik Payung Timur

Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur serta respon tokoh agama

setempat terhadap praktik tersebut.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah

normatif sosiologis yaitu sebuah penelitian hukum terfokus pada kaidah-kaidah

hukum dimana hukum dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang bersumber

dari peraturan maupun doktrin hukum.47 Norma hukum yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah norma-norma yang ada dalam hukum perjanjian terkait

dengan konsep perjanjian kerja yang dilakukan oleh anak-anak selaku subyek

perjanjian kerja tersebut yang kemudian dikomunikasikan dengan aspek

sosiologis berupa praktik perjanjian penepek antara buruh anak dengan majikan

di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur serta respon tokoh

agama setempat terhadap praktik tersebut.

2. Sumber dan Jenis Data

46
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), Hlm.25.
47
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Selatan: Unpam Press, 2018), Hlm.57.
31

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer proses pemerolehannya didapatkan langsung dari tangan pertama, atau

sumber utama dari fenomena yang sedang dikaji yang diperoleh dari wawancara,

observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian

penulis selaku peneliti mengolahnya.48 Data primer ini diperoleh peneliti dengan

cara terjun langsung ke lapangan dan tidak diwakilkan oleh pihak lain dalam

penggalian datanya.49 Sedangkan data sekunder, sumber datanya merupakan

data-data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain yang

berbentuk dokumen-dokumen resmi, diantaranya adalah skripsi, tesis, dan buku-

buku atau hasi penelitian yang berwujud laporan yang diperoleh dengan

melakukan kajian pustakan yang menghasilkan buku-buku ilmiah.50

Merujuk pada uraian di atas, maka sumber data primer dalam penelitian ini

peneliti peroleh dari hasil observasi dan wawacara peneiti dengan masyarakat

yang menjadi pelaku atau subyek perjanjian kerja penepek yaitu majikan dan

anak-anak yang menjadi buruh serta orangtua anak-anak tersebut serta tokoh

agama dan tokoh masyarakat Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok

Timur. Sedangkan sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari

berbagai sumber yakni buku, dan kitab-kitab yang berkaitan dengan perjanjian

kerja jurnal ilmiah, hasil penelitian baik skripsi, thesis dan disertasi serta

48
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), Hlm.106.
49
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Insttrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),
Hlm.22.
50
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), Hlm.51-
52.
32

peraturan perundang-undangan yang membahas tentang perjanjian kerja yang

pelakunya adalah anak-anak.

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data,

antara lain sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti melalui proses pengamatan, pencatatan dan pemusatan perhatian

terhadap perilaku atau perbuatan, aktivitas dan gejala yang terjadi terhadap

objek penelitian.51Observasi terdiri atas observasi partisipan dan non

partisipan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non

partisipan. Observasi non partisipan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi dengan mengamati objek

penelitian dan tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan objek penelitian

hanya sebagai pengamat pasif, melihat, mendengar semua aktivitas dan

mengambil kesimpulan dari hasil observasi tersebut.52

Observasi non partisipan dilakukan peneliti dengan cara melakukan

pengamatan kepada para pihak yang terlibat dalam praktik perjanjian kerja

penepek yaitu, anak sebagai buruh, majikan, dan orang tua dari anak yang

menjadi buruh serta tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Hal-hal

yang peneliti observasi adalah aktivitas kegiatan kerja sebagai penepek yang

51
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Hlm.58.
52
Ibid., Hlm.26.
33

dilakukan oleh buruh anak, aktivitas kegiatan antara majikan dan buruh anak

ketika melakukan perjanjian kerja, sikap dan perilaku majikan dan anak yang

menjadi buruh penepek saat menjalankan isi perjanjian kerja, sikap dan

perilaku orangtua atas perjanjian kerja yang dilakukan oleh anak-anaknya

yang menjadi buruh penepek, serta sikap dan perilaku tokoh agama dan

tokoh masyarakat Desa Bagik Payung Kabupaten Lombok Timur atas

perjanjian dan pelaksanaan perjanjian kerja penepek yang dilakukan buruh

anak dengan majikannya.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah cara atau kegiatan untuk memperoleh

informasi dengan bertanya langsung pada informan. Wawancara juga

merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dari data mengenai objek

yang diteliti. Wawancara terdiri atas wawancara terstruktur dan wawancara

tidak terstruktur.53Tehnik wawancara yang peneliti gunakan adalah

wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak menyusun terlebih dahulu

pedoman pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan atau

responden secara rinci. Namun, peneliti hanya menyusun point-point besar

atau umum dari pertanyaan yang diajukan.

53
Sumitro Dan Ronny Hinitiyo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta: Balai Aksara Dan
Saadiyah, 1990), Hlm.57.
34

Peneliti dalam penelitian ini melakukan wawancara dengan pihak yang

bersangkutan yaitu, majikan, orang tua, anak sebagai buruh penepek serta

serta tokoh agama dan tokoh masyarakat Desa Bagik Payung Timur

Kabupaten Lombok Timur. Dalam wawancara ini, data atau informasi yang

peneliti ingin dapatkan yaitu berupa : faktor penyebab terjadinya perjanjian

kerja penepek, mekanisme/prosedur terjadinya praktik perjanjian kerja

penepek, bentuk dan isi perjanjian kerja penepek, sistem dan upah kerja,

risiko atas perjanjian kerja dan tanggungjawab majikan jika terjadi

kecelakaan kerja yang menimpa buruh anak, tanggapan orangtua terhadap

perjanjian kerja yang dilakukan oleh anak-anaknya baik atas sepengetahuan

maupun tanpa sepengetahuannya, pengetahuan dan pemahaman tokoh agama

dan aparat Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur terhadap

perjanjian dan implementasi perjanjian kerja penepek tersebut, serta respons

tokoh agama terhadap perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikannya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dapat berupa buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian

serta dapat berbentuk gambar, seperti foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-

lain.54 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

54
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Hlm.160-161.
35

Data yang diharapkan diperoleh dari metode ini adalah profil Desa

Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur, perjanjian kerja yang dibuat

oleh para pihak jika dilakukan secara tertulis, atau catatan-catatan harian

majikan atas pembayaran upah buruh anak, serta dokumen tertulis lainnya

yang mendukung penelitian.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat yang baik dan

benar, sehingga mudah dibaca dan diberi arti (diinterprestasikan). 55Pada tahap

inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat

menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalan-persoalan yang dilakukan dalam penelitian.

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data kualitatif yaitu

menganalisis data yang terkumpul, dan disimpulkan dengan menggunakan

pendekatan atau cara berfikir induksif, yaitu suatu analisis yang berangkat dari

kasus-kasus yang bersifat khusus ke kesimpulan yang umum.56 Proses analisis

data ini melalui tiga tahap yaitu : a) reduksi data, b) penyajian data, dan c)

penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis data dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas57

Proses analisis data yang peneliti lakukan adalah peneliti terlebih dahulu

melakukan reduksi data yaitu data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,

55
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, (Lampung: Citra Aditya Bakti, 2004), Hlm.
91.
56
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), Hlm.107.
57
Matthew B. Miles Dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-
Metode Baru, Ter. Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: Ui-Press, 1992), Hlm.20.
36

observasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan praktik perjanjian kerja

penepek buruh anak dengan majikan, lalu merangkum, memisahkan mana hal-

hal yang penting untuk mendapatkan gambaran lebih jelas sehingga

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data kedepannya. Setelah

itu peneliti melakukan penyajian data penelitian sedemikian rupa sehingga hasil

penelitian diambil kesimpulan yang disajikan dalam bentuk naratif dan pada

akhirnya dilakukan analisis terkait respons tokoh agama dan perspektif hukum

ekonomi syariahnya.

e. Teknis Validitas Data

Teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah triangulasi, dan

kecukupan referensi.

a. Trianggulasi

Trianggulasi dalam penelitian ini adalah teknik validitas data yang

bersifat membandingkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah

ada. Penelitian ini akan menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi

metode. Pengertian dari trianggulasi sumber yaitu peneliti akan

membandingkan hasil wawancara dengan sumber lainnya. Sedangkan dari

trianggulasi metode yaitu membandingkan hasil wawancara dengan

observasi, hasil observasi dengan dokumentasi atau hasil dokumentasi

dengan wawancara.

b. Kecukupan Refrensi
37

Kecukupan refrensi ini digunakan sebagai alat untuk menampung dan

menyelesaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dalam

penelitian ini hasil wawancara dan pengumpulan data melalui dokumentasi

ataupun data yang diperoleh dari sumber lainya akan dibandingkan dengan

tingkat kesesuaian refrensi yang telah ada.

Refrensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu penelitian

merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di lokasi penelitian.

Kemampuan peneliti didalam membandingkan temuan-temuan di lapangan

dengan refrensi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keabsahan data.

Semakin banyak refrensi yang dimiliki maka semakin cepat memperoleh

bahan pembanding dalam mengkonsultasikan data temuan di lapangan.

Kecukupan refrensi di mana merupakan sebuah keharusan yang

dipandang sangat perlu bagi kesempurnaan hasil penelitian ini. Oleh karna

dianggap sangat penting, penulis berupaya untuk memperbanyak refrensi

agar nantinya data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggung

jawabkan.

f. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setinggan penelitian, telaah

pustaka, kerangka teori, metodelogi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Paparan Data, merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian

berupa gambaran umum Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur,
38

praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa

Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur, serta respons tokoh agama

terhadap praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di

Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur.

Bab III Analisis. Sebuah bab di mana peneliti menganalisis hasil temuan

berdasarkan teori-teori yang relevan.

Bab IV Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan suatu ringkasan dari semua kajian. Sedangkan saran merupakan

rekomendasi peneliti terkait dengan permasalahan yang diteliti.


BAB II
RESPONS TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK PERJANJIAN KERJA
PENEPEK ANTARA BURUH ANAK DENGAN MAJIKAN DI DESA BAGIK
PAYUNG TIMUR KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. Gambaran Umum Desa Bagik Paying Timur Kabupaten Lombok Timur

1. Profil Umum Desa Bagik Payung Timur

Desa Bagik Payung Timur adalah sebuah Desa baru yang dimekarkan pada

akhir 2011 dari Desa Bagik Payung dan baru dapat didefinitifkan pada

pertengahan Tahun 2012 dengan Kepala Desa pertama adalah Nasrun.

Pemekaran Desa Bagik Payung Timur dari Desa Bagik Payung dimaksud untuk

lebih mengintensifkan pelayanan terhadap masyarakat dan supaya pemerataan

program-program pemerintahan khususnya di bidang pembangunan. Dengan

adanya pemekara desa telah dapat dirasakan manfaatnya, dimana jalannya roda

pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya di

Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur. 58 Adapun kepala desa

yang telah menjabat sampai saat ini sebagai berikut:

a. Nasrun sebagai Kepala Desa ( periode pertama dari tahun 2012-2017 dan

periode kedua baru berlangsung 2 tahun masa jabatannya belia wafat)

b. Waridi menjabat sebagai Kepala Desa Sementara ( dari bulan april-juni.)

c. LL. Darmawan menjabat sebagai Kepala Desa ( dari tahun 2019-sekarang)

58
Dokumentasi, Profil Desa Bagik Payung Timur Tahun 2020, Dikutip Tanggal 23 November 2021.

39
40

2. Visi dan Misi

Desa Bagik Payung Timur memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi

“Mewujudkan Masyarakat Desa Bagik Paying Timur Yang Bersatu,

Adil, Sejahtera, Beriman, Aman Tentram Dan Berakhak”

b. Misi

Beberapa misi yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut adalah:

1) Menyelenggarakan pemerintahan yang transparan, akuntabilitas,

partisipasif dan responsive.

2) Membangun sarana dan prasarana berbasis masyarakat.

3) Meningkatkan dan memberdayakan peran wanita dan pemuda serta taraf

hidup masyarakat miskin.

4) Membangun prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peran serta

lembaga masyarakat.

5) Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan agamis.

6) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui multi usaha produktif.

7) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan

keterampilan.

3. Letak dan Kondisi Geografis Desa Bagik Payung Timur

Desa Bagik Payung Timur memiliki luas wilayah yaitu sebesar 250 Ha

terbagi dalam 4 (empat) wilayah kekadusan yaitu Dusun Praida, Dusun Lendang

Bagik, Dusun Keroya, dan Dusun Karang Baru, dengan ketinggian ketinggian

±200 M (200 Mdpl) beriklim tropis curah hujan rata-rata 2000-3000 MM


41

pertahun, terkadang musim kemarau lebih panjang dari pada musim hujan, suhu

udara rata-rata 24ºC.59

Jarak Desa Bagik Payung Timur ke pusat pemerintahan Lombok Timur

±9,3 Km, jarak ke Kecamatan Suralaga ±4,7 Km, dan jarak ke Ibu Kota Popinsi

±67 Km. Batas-batas wilayah Desa Bagik Payung Timur, sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Desa Bagik Payung dan Korleko

2) Sebelah Selatam : Desa Kelayu Utara

3) Sebelah Timur : Kelurahan Ijobat

4) Sebalah Barat : Desa Waringin

Pada sisi sumber daya alam, luas/banyaknya sebagai berikut:

1) Luas baku sawah : 160 Ha

2) Luas Lahan Kering

- Pekarangan : 90 Ha

- Tegal (Kebun) : 17,160 Ha

- Ponpes Kantor, masjid, sekolah : 16,6 Ha

- Mushalla : 20,146 Ha

a. Pembagian Dusun

Desa Bagik Payung Timur terdiri dari 7 dusun diantaranya:

1) Dusun Praida dimekarkan menjadi 3 Dusun:

a) Dusun Praida

b) Dusun Praida Timur

c) Dusun Praida Selatan

2) Dusun Kroya
59
Ibid
42

3) Dusun Lendang Bagik dimekarkan menjadi 2 Dusun:

a) Lendang Bagik

b) Lendang Bagik Utara

4. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Agama Masyarakat Desa Bagik Payung Timur

Desa Bagik Payung Timur merupkan salah satu desa dengan penduduk

mencapai 7.229 jiwa terdiri dari 3.462 jiwa laki-laki dan 3.767 jiwa perempuan

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.764, yang terdiri dari 18 rukun

tetangga.

Masyarakat desa Bagik Payung Timur memegang teguh adat istiadat

yang merupakan salah satu ciri khas di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur. Adapun aspek-aspek yang dapat menggambarkan keadaan sosial

masyarakat setempat adalah:

1. Kondisi Sosial

Masyarakat Desa Bagik Payung Timur ditinjau dari kondisi sosialnya,

terdiri dari masyarakat yang memiliki mata pencaharian di bidang

perkebunan dan bidang pertambangan. Kedua aktivitas tersebut merupakan

pekerjaan sehari-hari yang mereka kerjakan. Dalam bidang perkebunan,

tumbuhan rumput gajah merupakan tanaman wajib yang harus ada di kebun.

Karena, rumput gajah ini akan digunakan untuk pakan sapi yang mereka

punya.

Aktivitas di bidang pertambangan juga merupakan aktivitas yang

setiap hari digeluti oleh masyarakat dari berbagai kalangan di Desa bagik

Payung Timur. ini sangat mempengaruhi timbulnya aktivitas-aktivitas

perburuhan khususnya penepek. Lingkungan sekitar yang dikelilingi oleh


43

kawasan tambang pasir inilah yang membuat hal tersebut menjadi fenomena

yang biasa dikalangan masyarakat setempat.

Kondisi sosial yang dapat dilihat dengan jelas di Desa Bagik Payung

Timur ini yaitu masyarakat Desa Bagik Payung Timur memegang teguh adat

istiadat leluhur. Hal tersebut terbukti dari keseharian mereka yang selalu

mengenakan sarung dan larangan untuk mengenakan celana pendek.

2. Ekonomi

Masyarakat Desa Bagik Payung Timur jika ditinjau dari kondisi

ekonominya merupakan suatu masyarakat yang berkecukupan. Terlepas dari

perkerjaannya, masyarakat di Desa Bagik Payung Timur ini memenuhi

kebutuhan sehari-harinya dengan cara mengambil hasil pangan di kebun

yang ia miliki. Rata-rata masyarakat di Desa Bagik Payung Timur memiliki

perkebunan yang sudah diwariskan turun temurun.

Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Bagik Payung Timur sangat

beragam namun mayoritas petani dan buruh tambang. Terkait dengan

kegiatan ekonomi, Desa Bagik Payung Timur selama ini masih

mengandalkan potensi pertanian dan pertambangan sebagai faktor utama

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, di samping usaha lain di

bidang perdagangan, peternakan, industri kerajinan, dan lainnya.60

3. Kondisi Keagamaan
60
Observasi Lapangan, Di Desa Bagik Payung Timur, Tanggal 14 November 2021, Pukul 12.00 Wita
44

Berkaitan dengan keagamaan, Desa Bagik Payung Timur merupakan

Desa dengan penduduk 100% memeluk agama Islam, hal ini dapat diketahui

dari banyaknya bangunan masjid dan musholla serta selalu saja ada kegiatan

keagamaan yang lain yang pastinya bernuansa islami seperti pengajian dan

hiziban yang diikuti oleh masyarakat Desa Bagik Payung Timur.

B. Praktik Perjanjian Kerja Penepek antara Buruh Anak dengan Majikan di Desa

Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur

Sebelum peneliti menggambarkan praktik perjanjian kerja penepek antara

buruh anak dengan majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupten Lombok Timur,

terlebih dahulu peneliti menggambarkan kondisi tambang pasir yang merupakan

salah satu lokasi yang dijadikan sebagai kegiatan ekonomi masyarakat setempat.

1. Gambaran Umum Lokasi Tambang Pasir di Desa Bagik Payung Timur

Kabupaten Lombok Timur

a. Latar Belakang dan Sejarah Tambang Pasir di Desa Bagik Payung Timur

Tambang pasir di Desa Bagik Payung Timur ini bediri sejak tahun 1990

dengan menggunakan alat tradisional seperti linggis dan pahat beseta loader

untuk menggemburkan tanah kemudian digali menggunakan tenaga manusia.

Tambang pasir ini dimulai pertama kali oleh amak Khudzi yaitu Bapak dari

amak Khozaizun Khudzi yang sekarang juga merupakan pengusaha tambang,

lama-kelamaan tambang pasir itu diikuti dengan pengusaha-pengusaha

lainnya yang terdiri dari berbagai macam kultur yang berbeda-beda.

Tambang pasir di Desa Bagik Payung Timur ini merupakan tambang pasir

pertama dan terbesar di Lombok Timur. Pengusaha tambang pasir di Desa

Bagik Payung Timur saat ini terdiri dari lima pengusaha yang masih aktif
45

hingga saat ini. Berikut data majikan/bos tambang pasir di Desa Bagik

Payung Timur Kabupaten Lombok Timur:

Tabel 1
Nama-nama Majikan/bos Tambang Pasir di Desa Bagik Payung Timur
Kabupaten Lombok Timur
No Nama Majikan Jenis Usaha Menjadi Jenis alat berat
Pengusaha
Sejak
1 Samsul hadi Tambang pasir 10 tahun 2 excavator, dan
3 truk
2 Isman hayadi Tambang pasir 3 tahun 2 excavator, 2
dan batu apung wheel loader, dan
3 truk
3 Dedi jauhari Tambang pasir 10 tahun 2 wheel loader,
dan batu apung dan 2 truk
4 Khozaizun Tambang pasir 5 tahun 2 excavator, dan
khudzi 4 truk
5 Ropi’i Tambang Pasir 15 tahun 2 wheel loader,
dan 4 truk

sumber: Data Primer diolah November 2021


46

Majikan/bos tambang ini memiliki pangkalan buruh yang berbeda-beda

dan disetiap pangkalan buruh tersebut terdapat ketua buruh yang mengatur

dan mengorganisir para buruh yang lain. Ketua buruh dan bawahannya ini

dipekerjakan langsung oleh bos/majikan tambang.

Sopir truk pengangkut pasir ini beberapa diantaranya dipekerjakan oleh

majikan/bos tambang namun ada pula yang tidak, melainkan mereka

membeli pasir di tambang dan pengusaha/bos tambang yang menyediakan

buruh /penepek untuk mengankut pasir tersebut ke dalam truk. Berikut data

majikan/bos tambang yang berada di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur, sebagai berikut:

1) Samsul Hadi memiliki lima belas orang buruh tetap yang terdiri dari lima

orang dewasa dan delapan orang anak-anak. Samsul Hadi juga memiliki

delapan orang buruh serabutan yang berusia dewasa.

2) Isman Hayadi memiliki sepuluh buruh tetap yang terdiri dari orang

dewasa saja dan lima orang buruh serabutan yang berusia dewasa.

3) Dedi Jauhari memiliki tujuh orang buruh tetap yang berusia dewasa.

4) Khozaizun Khudzi memiliki lima belas buruh tetap yang terdiri dari

sepuluh orang buruh dewasa dan lima orang buruh yang masih berusia

anak-anak. Khozaizun Khudzi juga memiliki empat orang buruh

serabutan yang berusia anak-anak dan enam orang buruh serabutan yang

berusia dewasa.

5) Ropi’i memiliki dua buruh tetap yang berusia anak-anak dan enam buruh

tetap yang berusia dewasa. Ropi’i juga memiliki lima orang buruh
47

serabutan yang berusia anak-anak dan sembilan orang buruh serabutan

yang berusia dewasa.


48

Paparan data para buruh yang dimiliki oleh kelima majikan/bos tambang

pasir di Desa Bagik Payun Timur Kecamatan Lombok Timur, sebagai berikut:

Tabel 2
Data Buruh Tetap dan Buruh Tidak Tetap dari Majikan/Bos Samsul Hadi
No Nama Jenis Umur Status
Kelamin
1 Riski Maulana Laki-Laki 25 Tahun Buruh Tetap
2 Lalu Alfian Laki-Laki 30 Tahun Buruh Tetap
3 Jefry Islahudin Laki-Laki 28 Tahun Buruh Tetap
4 Irfan Pratama Laki-Laki 25 Tahun Buruh Tetap
5 Hayadi Laki-Laki 25 Tahun Buruh Tetap
6 Adiyat Fito Laki-Laki 13 Tahun Buruh Tetap
7 Wisnu Aminata Laki-Laki 13 Tahun Buruh Tetap
8 Rifki Saputra Laki-Laki 13 Tahun Buruh Tetap
9 Lalu Sudi Laki-Laki 12 Tahun Buruh Tetap
10 Hadi Laki-Laki 12 Tahun Buruh Tetap
11 Jauhari Laki-Laki 14 Tahun Buruh Tetap
12 Ali Laki-Laki 12 Tahun Buruh Tetap
13 Pendi Laki-Laki 13 Tahun Buruh Tetap
14 Arman Hidayat Laki-Laki 34 Tahun Serabutan
15 Dilga Laki-Laki 30 Tahun Serabutan
16 Lalu Hasbi Laki-Laki 31 Tahun Serabutan
17 Muhammad Rizkian Laki-Laki 30 Tahun Serabutan
18 Selamet Riyadi Laki-Laki 25 Tahun Serabutan
19 Gunawan Laki-Laki 27 Tahun Serabutan
20 Suhartini Perempuan 25 Tahun Serabutan
21 Intan Darmawangsah Perempuan 25 Tahun Serabutan
22 Kiki Rahmi Perempuan 26 Tahun Serabutan
23 Lala Putri Perempuan 23 Tahun Serabutan
Data Primer diolah pada November 2021
49

Tabel 3
Data Buruh Tetap dan Buruh Tidak Tetap dari Majikan/Bos Isman Hayadi
No Nama Jenis Kelamin Umur Status
1 Asep Saputra Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
2 Agus jayadi Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
3 Ilham Hakiki Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
4 Junaedi Laki-laki 25 tahun Buruh tetap
5 Aprian Papoy Laki-laki 23 tahun Buruh tetap
6 Abdul Hafiz Laki-laki 23 tahun Buruh tetap
7 Lukmanul Hakim Laki-laki 20 tahun Buruh tetap
8 Amirudin Laki-laki 21 tahun Buruh tetap
9 Siti aminah Perempuan 23 tahun Buruh tetap
10 Nurlaelah Perempuan 23 tahun Buruh tetap
11 Himam Haroki Laki-laki 20 tahun Serabutan
12 Helmiatun Laki-laki 20 tahun Serabutan
13 Nukmah Perempuan 23 tahun Serabutan
14 Atikah Perempuan 23 tahun Serabutan
15 Muna’ah Perempuan 23 tahun Serabutan
Data primer diolah pada November 2021

Tabel 4
Data Buruh Tetap dan Buruh Tidak Tetap dari Majikan/Bos Dedi Jauhari
No Nama Jenis kelamin umur Status
1 Julian pratama Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
2 Aditya Purnama Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
3 Edi Kurniawan Laki-laki 25 tahun Buruh tetap
4 Hanip Laki-laki 20 tahun Buruh tetap
5 Mutmainah Perempuan 23 tahun Buruh tetap
6 Ummayah Perempuan 24 tahun Buruh tetap
Data primer diolah pada November 2021

Tabel 5
50

Data Buruh Tetap Dan Buruh Tidak Tetap Dari Majikan/Bos Khozaizun
Khudzi
No Nama Jenis Kelamin Umur Status
1 Udin Laki-laki 35 tahun Buruh tetap
2 Umar Laki-laki 32 tahun Buruh tetap
3 Arta Laki-laki 25 tahun Buruh tetap
4 M.Hamdi Laki-laki 27 tahun Buruh tetap
5 Sahdi Laki-laki 27 tahun Buruh tetap
6 Sapoan Laki-laki 35 tahun Buruh tetap
7 Sahrul Laki-laki 22 tahun Buruh tetap
8 Mirasmina Perempuan 22 tahun Buruh tetap
9 Amrina rosyada Perempuan 22 tahun Buruh tetap
10 Emi safitri Perempuan 22 tahun Buruh tetap
11 Sultan aulia Laki-laki 14 tahun Buruh tetap
12 Ahmad hazaini Laki-laki 12 tahun Buruh tetap
13 Wahyu Laki-laki 15 tahun Buruh tetap
14 Jauhari Laki-laki 14 tahun Buruh tetap
15 Suryadi Laki-laki 14 tahun Buruh tetap
16 Fajar Laki-laki 14 tahun Serabutan
17 Haryanto Laki-laki 15 tahun Serabutan
18 Doni alfasya Laki-laki 15 tahun Serabutan
19 Hamidi Laki-laki 16 tahun Serabutan
20 Lia arprilia Perempuan 22 tahun Serabutan
21 Sumiati Perempuan 30 tahun Serabutan
22 Winda Perempuan 23 tahun Serabutan
23 Ica maharani Perempuan 24 tahun Serabutan
24 Septia putri Perempuan 22 tahun Serabutam
Data primer diolah pada November 2021

Tabel 6
Berikut Data Buruh Tetap dan Buruh Tidak Tetap dari Majikan/Bos Ropi’i
51

No Nama Jenis kelamin Umur Status


1 Ajis muliadi Laki-laki 35 tahun Buruh tetap
2 Hermawan Laki-laki 30 tahun Buruh tetap
3 Yulianti Perempuan 27 tahun Buruh tetap
4 Dani Laki-laki 12 tahun Buruh tetap
5 Saepudin Laki-laki 12 tahun Buruh tetap
6 M.Yani Laki-laki 37 tahun Buruh tetap
7 Jumadil Laki-laki 35 tahun Serabutan
8 Sopian mustova Laki-laki 20 tahun Serabutan
9 Mahmudin Laki-laki 30 tahun Serabutan
10 Mustaqin Laki-laki 30 tahun Serabutan
11 Mukminin Laki-laki 28 tahun Serabutan
12 Yana Safitri Perempuan 25 tahun Serabutan
13 Romlah Perempuan 27 tahun Serabutan
14 Febriana Perempuan 22 tahun Serabutan
Data primer diolah pada November 2021

Berdasarkan tabel 2 s/d 6 diatas, banyaknya anak-anak yang menjadi buruh

tetap berjumlah 15 orang dan buruh tidak tetap berjumlah 13 orang. Total anak-

anak di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur yang bekerja

menjadi buruh adalah 26 orang, sebagai berikut:

Tabel 7
52

Data Anak-Anak Sebagai Buruh Penepek Tetap Di Desa Bagik Payung


Timur

N Nama Umur Tempat/Tanggal Mulai Nama Orang


o Penepek Lahir Kerja Tua
Data Primerdaddata primdata dData Primer diolah pada November 2021
1 Adiyat Fito 13 Praida Timur/12- 2013 Sahnim
Tahun 9-2008
2 Wisnu 13 Praida Timur/2-9- 2019 Aminah
Aminata Tahun 2008
3 Rifki 13 Praida Timur/22- 2013 Takhirudin
Saputra Tahun 9-2008
4 Lalu Sudi 12 Praida Timur/16- 2012 Rukyah
Tahun 7-2009
5 Hadi 12 Bagik Payung 2013 Marjiatul
Tahun Timur/2-5-2009
6 Jauhari 14 Bagik Payung 2013 Amirudin
Tahun Timur/31-12-2007
7 Ali 12 Praida Timur/4-7- 2012 Irwan
Tahun 2009
8 Pendi 13 Bagik Payung 2013 Zainal
Tahun Timur/24-5-2008
9 Sultan Aulia 14 Bagik Payung 2012 Ramli
Tahun Timur/10-6-2007
10 Ahmad 13 Praida Timur/20- 2015 Indra
Huzaini Tahun 11-2008
11 Wahyu 12 Paida Timur/17-8- 2015 Khairil
Tahun 2009
12 Jauhari 14 Bagik Payung 2012 Hamdi
Tahun Timur/27-2-2007
13 Suryadi 14 Bagik Payung 2013 Kurniawan
Tahun Timur/20-1-2007
14 Dani 12 Praida Timur/21- 2011 Sofian
Tahun 10-2009
15 Saepudin 12 Praida Timur/12- 2011 Nurdin
Tahun 7-2009 Nursa’ad

Tabel 8
Data Anak-Anak Sebagai Buruh Penepek tidak Tetap Di Desa Bagik Payung
Timur
53

No Nama Umur Tempat/ Mulai Nama


Tanggal Lahir Kerja Orang Tua
1 Arman Hidayat 14 Praida/1-1-2007 2018 Syawaludin
Tahun
2 Dilga 13 Praida/25-3- 2015 Maman
Tahun 2008
3 M. Riskian 14 Bagik Payung 2017 Uswatun
Tahun Timur/20-5-
2007
4 Gunawan 15 Praida 2016 M. Lutfi
Tahun Selatan/21-5-
2006
5 Himam Haroki 13 Praida 2015 Aminudin
Tahun Selatan/28-3-
2008
6 Helmiatun 14 Bagik Payung 2016 Indra
Tahun Timur/5-7-2007 Maulana
7 Fajar 14 Bagik Payung 2017 Engki
Tahun Timur/6-7-2007 Karisma
8 Haryanto 13 Bagik Payung 2017 Harimizia
Tahun Timur/10-11-
2008
9 Doni Alfasya 13 Praida/11/-2- 2017 Andrianto
Tahun 2008
10 Hamidi 16 Praida/3-8-2005 2016 Faris
Tahun Hamidi
11 Sopian Mustava 13 Praida/20-10- 2018 Sahrulloh
Tahun 2008
12 Mustaqin 15 Praida/28-12- 2015 Kharil
Tahun 2006
13 Muhasim 13 Bagik Payung 2018 Sadarudin
Tahun Timur/10-1-
2008
Sumber Data Pimer diolah pada November tahun 2021

b. Kondisi Tambang Pasir di Desa Bagik Payung Timur

Kondisi Tambang Pasir di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur ini memiliki kondisi yang hampir sama disetiap tambang

yang tersebar di Desa Bagik Payung Timur yaitu memiliki suatu lokasi yang

dibuat khusus untuk pembuatan tambang pasir. Lahan yang digunakan

merupakan tanah tandus yang berada didataran tinggi sehingga hanya bisa
54

diairi dengan air hujan saja karena aliran sungai tidak bisa mencapai lahan

tersebut.

Melihat kondisi tersebut beberapa pengusaha berinisiatif untuk

mengelola tanah tandus menjadi sebuah tambang pasir. tambang pasir ini

memiliki luas sekitar ±5 sampai 10 Hektar. Kondisi tanah yang tandus ini

menjadikan tanah tersebut susah untuk digali oleh Karena itu para

majikan/bos tambang membuat alat penyedot air yang terbuat dari mesin

diesel kemudian disambungkan dengan selang berukuran besar yang

dipasangkan di tepian sungai. Untuk mencapai lahan tambang yang tinggi

majikan/bos tambang membuatkannya penyangga dari dua bambu yang di

satukan membentuk segitiga. Untuk mempercepat proses pengairan dan

menggemburkan tanah majikan/bos tambang juga menggunakan alat

excavator.61

Alat excavator berguna juga untuk menggali tanah yang berada di

dataran tinggi untuk menggali pasir yang ada di dalam tanah, ada juga

beberapa pengusaha yang tidak memiliki alat excavator menggunakan tenaga

manual yaitu dengan sekop dan linggis. Ketika proses pengolahan tanah

menjadi pasir ini majikan/bos tambang membuatkan saluran pengairan yang

mengarah ke aliran sungai dan juga saluran tersebut dijadikan sebagai tempat

pembuangan limbah pasir.

2. Praktik Perjanjian Kerja Penepek antara Buruh Anak dengan Majikan

61
Observasi Lapangan, Di Desa Bagik Payung Timur, Pada 14 November 2021, Pukul 08.30.
55

Praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan ini

paling banyak dilakukan di tambang amak zun alias Khozaizun Khudzi, tambang

amak Samsul alias Samsul Hadi dan amak Ropi’i.. Melihat tambang mereka

berada ditempat yang sangat strategis karena tidak terlalu jauh dari pemukiman

warga yang bisa dikatakan sebagai pemukiman padat penduduk.

Tempat menunggu truk atau biasanya dijuluki sebagai pangkalan juga

tidak terlalu jauh dari lokasi tambang yang membuat para buruh khususnya

buruh penepek berlomba-lomba untuk menunggu truk karena ramai dan dekat.

Selain dari letak yang tidak jauh dari pemukiman warga faktor lain ialah lokasi

tambang tidak terlalu jauh dari tempat anak-anak bersekolah oleh karena itu

tambang dari pada amak Zun dan amak Samsul ini menjadi pilihan utama anak-

anak untuk mencari uang dan bekerja sebagai buruh penepek.62

Berkenaan dengan praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak

dengan majikan di Desa Bagik Payung Timur, dalam skripsi ini peneliti

menguraikan beberapak hal terkait dengan hasil temuan yang peneliti lakukan

diantaranya adalah:

a) Mekanisme Terjadinya Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak

Dengan Majikan Di Desa Bagik Payung Timur Kabupeten Lombok

Timur

Praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di

Desa Bagik Payung Timur ini melalui beberapa mekanisme sebelum anak-

anak menjadi pekerja/buruh tetap di tambang pasir. Dari hasil temuan

peneliti di lapangan, tahap mekanisme tersebut adalah:


62
Observasi Lapangan, Desa Bagik Payung Timur, 15 November 2021 Pukul 12.00
56

1) Tahap Pertama

Tahap pertama ini anak-anak hanya bermain-main di sekitar

pangkalan buruh, tambang pasir dan sekitaran posko tambang. 63 Anak-

anak karena waktu senggangnya banyak, lokasi tambang pasir dan

pangkalan buruh tidak begitu jauh dari lingkungan rumahnya sehingga

menjadikan tempat tersebut menjadi tongkrongan. Disini anak-anak

hanya bermain dan melihat-lihat orang dewasa bekerja tanpa membantu

pekerjaan yang dikerjakan orang dewasa tersebut. Sebagaimana

penjelasan Lalu Sudi “laguk sendekman jadi begawean tetap jak awal

jak cume mekedek-kedek doang wah lek tambang gerisak”64 (namun

sebelum saya bekerja menjadi buruh tetap awalnya saya hanya main-

main saja di lokasi tambang pasir.)

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Jauhari:

“Waktu nu aku gitak batur-baturan pade tokol-tokol elek


perempatan, ye pade bekedek elek to, jarine milu aku jok to
bekedek-kedek, sengakn endek arak jak ku gawek elek bale
dengan pade elek to no doang” (waktu itu saya melihat teman-
teman duduk di perempatan (pangkalan buruh), mereka bermain-
main disana, sehingga saya ikut bermain-main disana, soalnya
tidak ada yang saya kerjakan di rumah mereka pada disana
semua)65

Wisnu aminata selaku buruh penepek juga menjelaskan:

“Aok tetu, pangkalan tiakne wah marak taok pe pade nongkrong


jerak sekolah laman laek jangke nengke, endek man pe pade
begawean laguk epe pade tokol-tokol gitak dam liwat elek to.” (ia
benar, pangkalan buruh tersebut sudah seperti tempat nongkrong

63
Observasi Lapangan Di Desa Bagik Payung Timur, 15 November 2021, Pukul 12.00 Wita
64
Lalu Sudi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab. Lombok Timur, 20
November 2021
65
Jauhari(Buruh Penepek), Wawancara Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur, 20 November
2021
57

dari pulang sekolah dari dulu sampai sekarang, belum bekerja


disana hanya duduk-duduk dan melihat truk lewat saja.)66

Amak Zun selaku majikan/bos tambang juga membenarkan hal

tersebut, beliau menjelaskan: “ia benar di perempatan itu anak-anak

pada nongkrong, main-main disana, belum bekerja disana.”67

2) Tahap Kedua

Tahap kedua ini anak-anak sudah mulai membantu pekerjaan

yang dikerjakan orang dewasa namun hanya pekerjaan-pekerjaan ringan

seperti mengambilkan sekop, mengambilkan terpal yang digunakan untuk

menutup bagian atas truk, dan nepek-nepek pasir saja. Di dalam tahap

kedua ini walaupun anak-anak membantu pekerjaan di tambang dan di

pangkalan buruh namun tidak dikategorikan bekerja melainkan hanya

membantu pekerjaan orang dewasa saja oleh karena itu pada tahap kedua

ini anak-anak tidak mendapatkan bayaran/upah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Saepudin “wah ngonek wah

begawean mulai smp kelas 2, nepek nepek laguk” 68 (sudah lama saya

bekerja sejak SMP kelas dua, hanya nepek-nepek saja.)

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Rifki Saputra “aku tulong

batur begawean jari penepek ni.”69(saya hanya membantu teman-teman

saya kerja jadi penepek di tambang pasir ini.)

66
Wisnu Aminata (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur, 21
November 2021
67
Amak Zun (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur, 21
November 2021
68
Saepudin (Buruh Penepek), Wawancara Desa Bagik Payung Timur Kab Lombok Timur, 21 November
2021
69
Rifki Saputra ( Buruh Penepek) Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 21
November 2021
58

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Wisnu Aminata

“awalkan saya bekerja disitu itu, awalnya kan saya hanya bantu orang-

orang disana teman-teman yang dewasa.70

Lalu Sudi selaku buruh penepek juga menjelaskan

“Wah begak laek wah begawean jari buruh jak, laguk sendekman
jadi begawean tetap jak awal jak cume mekedek-kedek doang
wah lek tambang gerisak trus tulong dengan toak begawean lek
pangkalan kance tambang sekedar nepek-nepek gerisak wah.” 71
(sudah lumayan lama saya bekerja jadi buruh, tetapi sebelum saya
menjadi buruh tetap awalnya hanya sekedar main-main saja di
lokasi tambang dan membantu pekerjaan orang yang tua di
pangkalan dan di tambang hanya sekedar nepek-nepek pasir saja.)

Pendapat dari Muhasim juga mengatakan:”awalne aku cuman

tulong pegawean dengan toak marak entan nyekop.” 72(awalnya saya

hanya membantu pekerjaan orang tua saja seperti sekop pasir.)

Amak Samsul membenarkan hal tersebut, beliau mengakatan

”Sebelum bekerja jadi penepek disini, anak-anak kecil ini cuma bantu-

bantu saja, saya tidak memberikannya bayaran karena mereka bukan

buruh tetap dan belum menjalin kontrak disini.”73

3) Tahap Ketiga

Tahap ketika ini merupakan tahap dimana anak-anak yang sudah

lumayan lama membantu pekerjaan orang dewasa baik itu di pangkalan

buruh maupun di tambang pasir akan diajak bekerja, namun ada beberapa

70
Wisnu Aminata (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab. Lombok Timur, 22
November 2021
71
Lalu Sudi (Buruh Penepek), Wawancara ,Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 22
November 2021
72
Muhasim (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab.Lombok Timur, 22 November
2021
73
Amak Samsul (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Di Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok
Timur, 23 November 2021
59

perbedaan/jalur yang ditempuh oleh anak-anak agar bisa menjadi buruh

tetap di tambang pasir di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok

Timur ini, sebagai berikut:

a) Melalui ajakan buruh tetap/buruh dewasa

Anak-anak yang sering membantu pekerjaan orang dewasa

dari mulai menyekop pasir, mengambilkan sekop dan terpal,

memasangkan terpal dan nepek-nepek ini kemudian diajak oleh buruh

tetap tersebut bekerja dan buruh tetap inilah yang memberitahukan

kepada bos/majikan tambang pasir.

sebagaimana ungkapan dari salah satu buruh tetap sekaligus

ketua buruh di pangkalan amak Zun bernama amak Rabik: “kanak

becik sak wah biase lek perempatan kance milu jok tambang gerisak

ni wah aku badak ida jok bos.”74( anak-anak yang sudah biasa di

perempatan (pangkalan buruh) dan sering ikut ke tambang pasir ini

sudah saya beritahu bos.)

sebagaimana pernnyataan tersebut dibenarkan oleh Hamidi:

“te empoh aku sik ketua gerisak niki tebeng surat niki surat

perjanjian kerja”.75(saya dipanggil oleh ketua buruh kemudian

diberikan surat perjanjian kerja.)

Haryanto juga mengatakan bahwa”aku bekedek lek tambang,

kedek gerisak, dengah ku bos ngelek aku, engkat-engkat ne jak tejak

74
Amak Rabik (Ketua Buruh), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 23
November 2021
75
Hamidi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 23 November
2021
60

ne aku jari buruh nepek”(saya bermain di tambang, bermain pasir,

kemudian saya mendengar majikan/bos tambang memanggil saya dan

menyuruh saya untuk menjadi buruh penepek)76

b) Rekomendasi/tawaran dari bos/majikan tambang

Rekomendasi/tawaran dari bos/majikan tambang ini ditujukan

untuk anak-anak yang sudah lumayan lama ikut membantu para

buruh tetap yang bekerja di tambang pasir dan di pangkalan buruh.

Rekomendasi/tawaran ini juga berlaku jika anak-anak tersebut telah

sering dilihat oleh bos/majikan baik itu saat berada di tambang dan di

pangkalan buruh.

Sebagaimana ungkapan dari Rifki Saputra selaku buruh

penepek:

“Aku tulong batur wik lek tambang bos ke ni, nah trus tibe-
tibe te telpon aku, tesuruk begawean jari buruh penepek lek
to, aku jak mele-mele doang.”77(saya membantu teman di
tambang bos tambang ini, lalu kemudia bos/majikan tambang
menelfon saya untuk disuruh kerja sebagai buruh penepek,
saya mau-mau saja.)

Ungkapan serupa juga dijelaskan oleh Wisnu Aminata selaku

buruh penepek di tambang amak Samsul: “

“Awal saya kerja disitu itu awalnya saya bantu orang-orang


dewasa itu bekerja tapi saya dipanggil sama bos tambang trus
disuruh ngisi surat perjanjian kerja tetapi syaratnya itu harus
orang tua.78

76
Haryanto (Buruh Penepek, Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 23 November
2021
77
Rifki Saputra (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 24
November 2021
78
Amak Samsul (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur. 24
November 2021
61

Amak Samsul selaku bos tambang juga membenarkan hal

tersebut, ia mengatakan: “kemudian untuk meyakinkan kembali para

pekerja kita mengadakan kontrak, kita adakan kontrak secara

tertulis.”79

Amak Zun yang merupakan majikan/bos tambang

menjelaskan juga:

”Mereka datang kesini untuk minta pekerjaan, tapi saya tidak


berikan karena mereka masih anak-anak, karena sudah tertalu
sering bantu-bantu ya sudah saya kasih mereka kerja jadi
buruh penepek.”80

c) Anak-anak yang datang sendiri dan menawarkan dirinnya menjadi

penepek

anak-anak yang menawarkan dirinnya sendiri untuk bekerja di

tambang pasir sebagai buruh penepek disana. Anak-anak ini

mmenawarkan dirinya karena tidak adanya ajakan yang ditujukan

untuknya baik itu dari ketua buruh, buruh tetap, maupun bos/majikan

tambang. Sebagaimana yang dikatakan oleh amak Ropi’i: “ngete sak

ngene yen ne denebuik saik pegaawean langsung gaji, Ye sendiri

ngetean dirikne.”81 (jadi begini, jika pekerjaan habis langsung

mendaptkan gaji, dia sendiri datang ke lokasi tambang untuk

bekerja.)

79
Ibid.24 November 2021
80
Amak Zun (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab.Lombok Timur, 24 November
2021
81
Amak Ropi’i (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 25
November 2021
62

Pernyataan serupa juga dijelaskan oleh Dani selaku buruh

penepek:

“Endarak sak tenyak aku lalo nepek, aku sak lalo mesak jok
lokasi sak lek gerisak no,terus bebadak lek bos sak lek
tambang no baruk mulai begawean nepek lek gerisak”82.
(tidak ada yang mengajak saya pergi nepek¸saya sendiri yang
pergi ke lokasi tambang pasir, kemudian memberitahukan
kepada bos tambang dan kemudiann bos tambang menyuruh
saya langsung mulai bekerja.)

Mendukung pertanyataan tersebut, Wahyu juga menjelaskan

bahwa:

”waktu awal saya kerja di tambang itu saya tidak diberikan


perjanjian yang secara resmis tertulis, hanya dari omongan
saja. Saya datang sendiri ke tambang itu bertemu sama bos
untuk minta kerja. Walaupun perjanjiannya tidak resmi
tertulis tetapi maksud dan maknanya sama.”83

Hamidi selaku buruh serabutan juga menjelaskan:

“waktu nu ida dateng doang jok tambang gerisak, ketuan


pegawean, waktu nnu jak ye loek proyek unine, ye ampok aku
tebeng kerjaan jadi buruh elek to no”(waktu itu saya datang
ke tambang pasir, Tanya pekerjaan, waktu itu banyak proyek
yang harus dikerjakan katanya, oleh karena itu saya diberikan
pekerjaan sebagai buruh)

4) Tahap keempat

Tahap keempat ini merupakan tahap penerimaan sekaligus

pelaksanaan kerja, bagi anak-anak yang sudah menyerahkan dan

menandatangani surat perjanjian kerja penepek bagi yang bekerja di

tambang amak Samsul, sedangkan bagi anak-anak yang bekerja di

82
Dani (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 25 November
2021
83
Wahyu (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur, 25 November
2021
63

tambang amak Ropi’i bisa langsung bekerja dihari dimana ia mengujkan

dirinya sebagai buruh penepek.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadi selaku buruh

penepek:”mun penerimaan sih ndek narak, meno entan isik surat

perjanjian kance tanda tangan bos langsung nyuruk ite begawean lek

jelo no langsung jari pegawe tetep.”84(kalau penerimaan sih tidak ada,

begitu mengisi surat perjanjian kerja dan tanda tangan bos langsung

menyuruh saya bekerja dihari itu sebagai buruh tetap.)

Pendi juga membenarkan hal tersebut: “se wah ke isi surat

perjanjian kerja tie suruk ne aku langsung begawean pokok intin

langsung begawean wah ndek narak penerimaan. (setelah saya mengisi

surat penerimaan tersebut langsung sudah saya disuruh bekerja tidak ada

penerimaan langsung menjadi buruh tetap).85

Ungkapan yang dijelaskan oleh amak Rabik selaku ketua buruh

juga mengatakan: “pokokne ye beli sekop mesak tolok ne elek pangkalan

jari wah ye penepek86.(yang penting anak-anak tersebut membeli sekop

sendiri dan menaruhnya di pangkalan langsung sudah jadi buruh

penepek.)

Sebelum menjadi buruh penepek tetap, anak-anak hanya bermain

disekitar pangkalan buruh, posko dan lokasi tambang pasir, kemudian

turut serta membantu pekerjaan buruh tetap disana namun tanpa adanya
84
Hadi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 25 November
2021
85
Pendi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Laombok Timur, 25 November
2021
86
Amak Rabik (Ketua Buruh), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab.Lombok Timur, 25
November 2021
64

bayaran yang diberikan, berulah kemudian anak-anak ini ada yang

diberikan tawaran oleh bos tambang, ada yang diajak oleh buruh tetap

dan ketua buruh disana, adapula yang menawarkan dirinya sendiri untuk

bekerja menjadi buruh penepek di Desa Bagik Payung Timur.

b) Bentuk Perjanjian dan Isi Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa

Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur ini terdiri dari dua bentuk

perjanjian kerja yaitu, perjanjian kerja penepek secara tertulis dan perjanjian

kerja penepek secara lisan.

Berdasarkan hasil temuan peneliti, majikan/bos yang menggunakan

bentuk perjanjian kerja secara tertulis hanya amak Samsul dan sisanya yaitu

amak Isman, amak Dedi, amak Zun, dan amak Ropi’i menggunakan bentuk

perjanjian secara lisan. .

Mekanisme yang diterapkan didalam perjanjian tertulis dan perjanjian

lisan hampir sama yang membedakannya hanya dalam tahap ketiga yaitu

anak-anak yang menawarkan diri untuk bekerja di tambang pasir dan anak-

anak yang ditawarkan langsung oleh bos/ketua buruh tambang untuk bekerja

di tambang pasir sebagai buruh penepek. Berikut pembagian bentuk beserta

isi dari perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan

sebagaimana menurut hasil temuan yang peneliti temukan di Desa Bagik

Payung Timur Kabupaten Lombok Timur.

1) Perjanjian Kerja Tertulis

Dengan adanya perjanjian kerja penepek ini diharapkan mampu

untuk lebih mengorganisir dan lebih bisa memantau baik itu dalam hal
65

kinerja buruh anak sebagai penepek maupun kejelasan anak-anak yang

bekerja sebagai buruh penepek di Tambang Pasir Desa Bagik Payung

Timur Kabupaten Lombok Timur. Berikut peneliti paparkan isi dari

perjanjian kerja tertulis tersebut:

PERJANJIAN KERJA PENEPEK

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Kartu Identitas :

Tgl. Lahir/usia :

Alamat :

Bertindak atas nama dan untuk diri sendiri sebagai Pemberi Kerja, yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

Nama :

Tgl. Lahir/usia :

Alamat :

Bertindak atas nama dan untuk diri sendiri sebagai Buruh Penepek, yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bersepakat untuk membuat
perjanjian kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1

1. Perjanjian kerja ini berlaku selama ...., terhitung sejak tanggal ……


Bulan..…Tahun…. sampai dengan tanggal ……Bulan……Tahun…….
2. Apabila dalam masa perjanjian kerja PIHAK KEDUA berhenti atas
kemauan sendiri, maka:
a. PIHAK KEDUA wajib memberitahukan dahulu paling lambat 2 (dua)
minggu sebelum tanggal pengunduran diri
b. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan upah berdasarkan perhitungan
66

lamanya waktu bekerja dan biaya transport


3.Apabila dalam masa perjanjian kerja PIHAK PERTAMA memberhentikan
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA wajib memberitahukan paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pemberhentian
4. Apabila dalam masa perjanjian kerja PIHAK PERTAMA memberhentikan
PIHAK KEDUA (sebelum masa perjanjian kerja berakhir) maka PIHAK
PERTAMA wajib memberikan pesangon kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 2

1. PIHAK KEDUA berkewajiban menjalankan tugas-tugas/pekerjaan


sebagaimana terurai dalam lampiran uraian tugas perjanjian ini
2. Waktu Kerja PIHAK KEDUA sebagai berikut :
a. Hari Senin sampai dengan Jum’at dari pukul …… sampai dengan pukul
… dengan waktu istirahat selama … jam pada pukul … sampai dengan
pukul ….
b. Hari Sabtu sampai minggu dari pukul ….. sampai dengan pukul ….
Pasal 3

Atas kerja yang diberikan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA
berkewajiban memenuhi hak-hak PIHAK KEDUA sebagai berikut :
1. Upah sebesar Rp……………,- perhari
2. Tunjangan Hari Raya (THR) yang akan dibayarkan sebelum hari raya
3. Waktu istirahat antar jam kerja
4. Upah lembur apabila PIHAK PERTAMA dengan persetujuan
PIHAK KEDUA mempekerjakan PIHAK KEDUA melebihi waktu kerja
5. Hari Libur pada hari Libur Nasional
6. Apabila PIHAK PERTAMA mempekerjakan PIHAK KEDUA pada hari
libur, maka PIHAK KEDUA berhak mendapatkan uang pengganti libur
sebesar Rp ……………….untuk setiap 1 hari libur.
8. Mendapatkan cuti tahunan sebanyak sekurang-kurangnya 12 hari setiap
tahun
9. Jaminan sosial berupa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, Jaminan
Keselamatan dan Kecelakaan Kerja, dan Jaminan Kematian
10. Kebebasan berkumpul, berorganisasi dan berserikat
11. Kenaikan gaji secara periodik setahun sekali minimal sebesar .... dari jumlah
gaji apabila Perjanjian Kerja diperpanjang
Pasal 4

Pihak PERTAMA berkewajiban memberikan informasi kepada Pihak KEDUA


mengenai:
1. Siapa yang menjadi anggota operarator dari pemberi kerja dan berwenang
67

memberi tugas pada Pihak KEDUA sebagaimana lampiran Perjanjian Kerja


ini;
2. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan;
3. Layanan Medis, Kepolisian terdekat untuk Pertolongan Segera;
4. Daftar Telepon Penting dan tata cara menghubunginya
Pasal 5

PIHAK PERTAMA Dan PIHAK KEDUA berkewajiban saling menghargai dan


mentaati kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian kerja
Pasal 6

Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerja ini akan diatur kemudian
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
Pasal 7

1. Apabila kedua belah pihak mengalami perselisihan, atau tidak memenuhi


ketentuan- ketentuan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian kerja ini,
maka akan diselesaikan secara musyawarah terlebih dulu
2. Apabila tahap pertama tidak tercapai penyelesaian, maka berlanjut pada
tahp kedua mediasi dengan melibatkan pihak Dinas Ketenagakerjaan atau
lembaga swadaya masyarakat atau serikat buruh/pekerja di wilayah kerja
sebagai mediator.
3. Apabila jalan musyawarah dan mediasi tidak bisa tercapai kesepakatan,
maka penyelesaian masalah akan dilakukan melalui jalur hukum.
Demikian perjanjian kerja ini dibuat dengan sungguh-sungguh dalam keadaan
sadar dan tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun
Disetujui dan ditandatangani,
Di :
Tanggal :
Oleh :

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

......................................................... ........................................................
SAKSI I SAKSI II

..................................................... ............................................................
68

Lampiran: Uraian Tugas dari Perjanjian Kerja Penepek


Tugas Buruh Penepek meliputi uraian sebagai berikut:
1. Memberitahukan kondisi tambang terhadap supir truk
2. Menyiapkan dan menaikan terpal untuk truk
3. Mengangkut pasir dan merapikannya di atas truk
4. Membereskan perabotan setelah selesai bekerja.
Berdasarkan perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan yang dilakukan secara tertulis yang tertuang di dalam suatu

perjanjian kerja penepek, isi daripada perjanjian kerja penepek antara

buruh anak dengan majikan ini membahas hak dan kewajiban para pihak.

Untuk mendukung hal tersebut beberapa wawancara yang peneliti

lakukan demi mendukung perjanjia kerja penepek, sebagai berikut:

Menurut amak samsul selaku bos/majikan tambang ini

menjelaskan :

“awalnya itu kita meberitaukan itu secara lisan, lalu kemudian


untuk meyakinkan kembali para pekerja kita mengadakan kontrak,
kita adakan kontrak secara tertulis. Untuk orang tua anak
sebelumnya kita itu tidak mengkonfirmasinya dulu ya pak,
awalnya itu kan kita memberitaukan kepada mereka untuk bekerja,
bekerja lalu kita tegaskan untuk memberitaukan langsung kepada
orang tuanya. Namun adapun ada beberapa anak yang tidak
diberikan oleh orang tuanya nah kita langsung yang terjun minta
izin ke orang tuanya. Untuk masalah jam kerja itu sebenarnya
fleksibel tapi untuk kebanyakan anak-anak itu kerja disini setelah
pulang sekolah sampai terbenamnya matahari sekitar jam
enamanlah, biasa kalo hari sabtu minggu atau hari libur itu mereka
bekerja itu dari pagi sampai jam enam juga. Untuk perdam nya
mereka kita berikan 15.000-16.000 ribu tergantung dari ramainya
dam yang masuk kesini.”87

Amak Samsul menjelaskan bahwa bentuk perjanjian kerja penepek

yang diterapkan di Tambang itu secara tertulis agar dapat lebih menjamin

87
Amak Samsul (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur,
November 2021
69

keamanan dan lebih terorganisir antara para buruh penepek anak yang

bekerja di tambangnya. Dan bentuk perjanjian kerja penepek yang amak

Samsul lakukan ini sangat fleksibel mengingat buruh penepek yang

bekerja masih anak yang bersekolah. Ungkapan ini sejalan dibenarkan

juga oleh Wisnu Aminata selaku buruh penepek anak disana, ia

menjelaskan bahwa:

“Saya sudah menjadi buruh penepek sejak kelas 1 SMP kira-kira


selama 3 sampai 4 tahun. Ya kalo orang tua tau ya pasti tau, kalo
diizinkan mungkin tidak diizinkan. Kalo hari-hari biasanya itu
paling kerjanya itu pas pulang sekolah sampek sore sekitaran jam
6 kalo hari libur seperti hari sabtu atau minggu itu biasanya dari
pagi sampai sore. Gajinya itu paling cuma dikasih15.000 per satu
dam88

Wisnu Aminata selaku buruh penepek anak yang telah bekerja dari

SMP memaparkan bahwa awalnya perjanjian kerjanya dilakukan secara

lisan itu sebelum ia menjadi penepek tetap disana, kemudian diterapkan

bentuk perjanjian kerja penepek berubah menjadi tertulis dan sangat

fleksibel untuk waktu kerjanya karena ia juga masih duduk di bangku

sekolah.

Perizinan perjanjian kerja penepek ini pihak dari amak Samsul

yang datang langsung ke kediaman orang tua agar ia diizinkan untuk

bekerja sebagai buruh penepek di tambang amak Samsul. Pendapat

Wisnu Aminata ini dibenarkan oleh Dani selaku buruh penepek anak,

sebagai berikut:

“Aku tulong batur wik lek tambang bos ke ni, nah trus tibe-tibe te
telpon aku, tesuruk begawean jari buruh penepek lek to, aku jak

88
Wisnu Aminata (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 25
November 2021
70

mele-mele doang sengakn ndek arak kepeng sik belanje.” 89(saya


membantu teman di tambang bos tambang ini, lalu kemudia
bos/majikan tambang menelfon saya untuk disuruh kerja sebagai
buruh penepek, saya mau-mau saja soalnya tidak ada uang untuk
belanja sehari-hari.)

Membahas bentuk perjanjian tertulis ini tertuang juga hak dan

kewajiban para pihak, sebagaimana hasil penelusuran peneliti terkait

dokumen tertulis yang membahas hak dan kewajiban buruh penepek dan

majikan/bos tambang sebagai berikut:

Hak anak sebagai buruh penepek:

a) Hak menerima upah

b) Hak menerima Tunjangan Hari Raya

c) Hak atas upah lembur

d) Hak atas libur Hari Nasional

e) Hak atas uang pengganti hari libur jika dipekerjakan

f) Hak atas cuti tahunan sebanyak 12 hari

g) jaminan sosial berupa jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan

keselamatan dan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian

h) hak atas kebebasan berkumpu, berorganisasi dan berserikat

i) hak atas kenaikan gaji

kewajiban anak sebagai buruh penepek

a) saling menghargai dan mentaati kesepakatan-kesepakatan yang

tertuang dalam perjanjian kerja

b) meliputi tugas-tugas yang telah diberikan oleh majikan kepada anak

selaku buruh penepek


89
Dani (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 25 November 2021
71

hak majikan/bos tambang

a) hak mendapatkan pemberitahuan pemberhentian kerja

b) hak untuk menuntuk kewajiban yang harus diselesaikan oleh buruh

anak selaku penepek.

Kewajiban majikan/bos tambang

a) berkewajiban memberikan hak-hak anak selaku buruh penepek

b) berkewajiban memberikan informasi terkait dengan pekerjaan yang

akan dikerjakan.

c) Berkewajiban menghargai dan mentaati kesepakatan-kesepakatan

yang tertuang dalam perjanjia kerja.

Perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan setelah

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terlibat,

sebagai berikut:

Lalu Sudi selaku buruh penepek menjelaskan:

“Goyo dikasih alat keselamatan dikasih sepatu boots aja ndak,


cuman dikasih sekop kita disana. Tanggung jawabnya itu missal
kalo ada truk datang kita harus ngisik penuh truknya, tanggung
jawabnya bos ke kita itu misalnya terjadi kecelakaan misalnya
kita tertindih sama pasir atau ada luka atau keseleo dia yang
tanggung jawab90

Penjelasan yang mendukung pendapat Lalu Sudi ialah dari Sultan

Aulia selaku Buruh penepek yang telah lumayan lama bekerja di tambang

pasir, sebagai berikut:

“wah ngonek wah begawean mulai smp kelas 2, Dengan toak taok
ne ite begawean laguk bos ne ndekn aran badak lek iye.
Keselamatn kerja lek alat berat doang sengkan wahn tegorokan

90
Lalu Sudi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
72

sampi kance bembek91(Artinya: sudah lama saya bekerja jadi


penepek mulai SMP kelas 2. Orang tua mengetahui bahwa ia
bekerja tetapi sebenarnya ia tidak diizinkan untuk bekerja. Untuk
keselamatan kerja diutamakan hanya di alat berat saja.)

Pernyataan dari Sultan Aulia selaku buruh penepek anak ini

semakin membenarkan bahwa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi

para pihak ini sangat minim yang dimana perjanjian yang tertulis tidak

dijalankan dengan nyata oleh pihak bos/majikan tambang. Sebagaimana

dijelaskan pula oleh bos/buruh tambang pasir yaitu amak Samsul, ia

mengatakan bahwa:

“Kalo keselamatan kerja atau alat untuk keselamatan sih kerja ini
kita begitu menyediakan ya karena disini pekerja kita itu tidak
terlalu beresiko untuk terjadinya hal-hal seperti yang tidak
diinginkan tapi kalo adapun kejadian beresiko sepeti itu ya
asuransinya kan sudah tertulis langsung di kontrak kerja”92

Ali selaku buruh penepek juga mengatakan:

“nah pas ku mulai begawean jari buruh penepek nike, ternyate


penok sak ndek ku mauk hak-hak aku meno marak THR kance alat
pelindung alat keselamatan, ndek narak te sediain sik bos, bareh
takut te kan bareh sewaktu-waktu tertimpa kecelakaan kan, hal
hak ndek mele te inginkan no kan.”93(artinya: ketika aku mulai
bekerja menjadi buruh penepek ini, ternyata banyak hak-hak yang
saya tidak dapat seperti THR dan alat pelindung untuk
keselamatan kerja, tidak ada disediakan oleh bos, takutnya kan
nanti tertimpa kecelakaan kan, intinya hal yang tidak diinginkan.)

2) Bentuk Perjanjian Lisan

Perjanjian secara lisan ini rata-rata digunakan disetiap tambang

pasir. Pendapat yang menyatakan bahwa bentuk perjanjian yang

91
Sultan Aulia (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
92
Amak Samsul (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 26
November 2021
93
Ali (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 26 November 2021
73

diterpkan di tambang itu merupakan perjanjian secara lisan yaitu

pernyataan yang diungkapkan oleh amak Ropi’i sebagai berikut:

“Wah ngonek wah ni jari bos tambang, lek tahun 2000. Ndeqne
nentu kirak-kirak pegawean, mun ne luek pegawean jak puluan ye,
sekitar 15-20. secara lisan, ngete sak ngene yen ne denebuik saik
pegaawean langsung gaji, ndekn arak secara tulisan. Ye sendiri
ngetean dirikne, ndekn toaq dengan toakne. Biasene 8 jam kanak
begawean.94(sudah lama saya jadi bos tambang, dari tahun 2000.
Tidak menentu pekerja anak yang bekerja, jika ada pekerjaan
barulah puluhan pekerja yang datang. Sekita 15-20 orang untuk
buruh anak. Perjanjian kerja yang dilakukan disini adalah
perjanjian kerja secara lisan, jika sudah menyelesaikan satu
pekerjaan, buruh anak langsung mendapatkat gaji dan tidak ada
perjanjian secara tulisan. Buruh anak tersebut yang datang sendiri
bekerja dan tanpa sepengetahuan orang tuannya. Biasanya ia
bekerja 8 jam dari jam 8.)

Bentuk perjanjian yang diterapkan di tambang amak Ropi’i adalah

perjanjian secara lisan yang dimana buruh penepek anak itu yang datang

sendiri ke tambangnya dan kerja sendiri jika ada truk pengangkut pasir,

disini juga orang tua daripada buruh penepek ini tidak mengetahui bahwa

anaknya bekerja selaku buruh penepek,

Pernyataan tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahyu

selaku buruh penepek mengatakan:

“Waktu awal saya kerja di tambang itu saya tidak diberikan


perjanjian yang secara resmi tertulis hanya dari omongan saja,
saya datang sendiri ke tambang itu bertemu sama bosnya untuk
meminta bekerja walaupun perjanjiannya tidak resmi secara
tertulis tapi maksud dan maknanya sama.”95

Anak-anak tertarik untuk bekerja dengan kontrak/bentuk

perjanjian kerja secara lisan ini adalah kontrak/perjanjia kerja penepek

94
Amak Ropi’i (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 26
November 2021
95
Wahyu (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur. 26 November
2021
74

yang dilakukan sangat fleksibel dan tidak adanya paksaan jika buruh

penepek anak tidak masuk bekerja. Pendapat yang membenarkan

ungkapan dari amak Ropi’i ini ialah pendapat yang dijelaskan oleh

Ahmad Huzaini selaku buruh penepek, sebagai berikut:

“Wah ngonek wah begawean mulai smp kelas 2, nepek nepek


laguk. Dengan toak taok ne ite begawean laguk bos ne ndekn aran
badak lek iye. Biasene jelo ahad paling luek dating dam.Kance
karobelah nepek secara umum. Dengan tene doang ndekn kanggo
dengan luar.96(sudah lama saya bekerja jadi penepek mulai SMP
kelas 2, hanya nepek-nepek saja. Sekitar seratus lima puluh orang
teman bekerja namun itu umumnya dan tidak dibolehkan orang
luar ikut bekerja)

Ahmad Huzaini selaku buruh penepek yang sudah bekerja mulai

dari SMP kelas 2 mengatakan bahwa ia hanya pergi nepek-nepek saja dan

bos/majikan tidak memberitahukan bahwa ia bekerja di tambangnya

kepada orang tuanya. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh amak

Takhirudin selaku orang tua buruh penepek:

“ndek arak engkat-engkatne bos badak ite kule ye doang kanak nu


ndek arak kadune belanje tetapne bekulik ulek ne sekolah laguk.
Mboi sepen ate be enggakne sik tembadak ye suruk ye apik-apik
doang ngeno adekn ndekn kecelakaan ngeno. Ye mulai begawean
uleq ne sekolah wah kadang jam due, klemaakn ye ulek sekolah
jam sekek Ndeq arak perjanjian ne kole sepakat pade lek penepek
pangkalane doang antih dam nu ngeno”97(tidak ada bos/majikan
tambang memberitahukan saya, anak itu saja saja yang pergi
bekerja karena tidak ada uang belanja namun setelah sekolah dia
pergi menepek. Tidak ada perjanjiannya semua sepakatnya di
pangkalan penepek itu sampai datangnya dam)

Amak Takhirudin menjelaskan bahwa bos/majikan sama sekali

tidak memberitahukan kepadanya bahwa anaknya bekerja sebagai

96
Sultan Aulia (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 26
November 2021
97
Amak Takhirudin (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok
Timur, 26 November 2021
75

penepek di tambangnya, ia hanya mengetahui hal tersebut dari melihat

anaknya disaat bekerja di tambang pasir ataupun ketika naik di atas truk.

Tidak adanya perjanjian yang dilakukan dan konfirmasi bos/majikan

tambang ini menegaskan bahwa bentuk perjanjian yang dilakukan secara

lisan dan hanya diketahui oleh anak dan bos/majikan tambang.

c) Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi Buruh Penepek pada

Tambang Pasir dan tanggapan orang tua terhadap anaknya yang

bekerja sebagai buruh penepek

Faktor yang menyebabkan anak-anak bekerja sebagai buruh penepek

ini cukup beragam sebagaimana temuan peneliti dilapangan, peneliti

menggolongkannya menjadi beberapa faktor antara lain:

1) Faktor lingkungan

Lingkungan sekitar merupakan aspek yang sangat berpengaruh

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Lingkungan di Desa

Bagik Payung Timur merupakan lingkungan yang masyarakat sekitarnya

sebagian besar merupakan buruh tambang dikarenakan lokasi tambang

pasir di Desa Bagik Payung Timur cukup terkenal. Banyaknya orang-

orang yang menjadi buruh ini menjadi pemicu anak-anak ikut menjadi

buruh.

Sebagaimana ungkapan yang dijelaskan oleh Dilga selaku buruh

penepek menjelaskan:”lokasine endah deket kance bale jarine mele ku

milu.”98(lokasinya juga dekat dari rumah jadinya mau saya ikut.)

98
Dilga (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 27 November
2021
76

Rifki Saputra juga mengatakan:

”gare-gare lingkungan nibeng aku begawean jari penepek,


sengak luek tambang gerisak lek tini, jadi tertarik jari penepek ni,
molah ndek maen game kance nongkrong doang, molah arak jari
beli kebutuhan sejelo.”99(gara-gara lingkuangan yang membuat
saya bekerja menjadi penepek soalnya banyak tambang pasir
disini, jadi tertarik saya menjadi penepek, agar tidak main game
dan nongkrong saja, agar bisa membeli kebutuhan sehari-hari.)

Wahyu selaku buruh penepek juga mengatakan:”ye maik

begawean begawean lek tambang ni,endek ulak bis-bisan bensin motor

sengak ne rapet aning bale, luek sak begawean jari penepek endah kan,

sai sak endek mele.”100

2) Waktu luang yang terbuang percuma

Anak-anak yang bekerja sebagai buruh penepek ini rata-rata

masih duduk di bangku sekolahan yang dimana setelah sepulang sekolah

anak-anak ini tidak memiliki kesibukan lain dan hanya bermain saja yang

menjadi alasan dan faktor pendorongnya anak-anak menjadi buruh

penepek, sebagaimana yang dikatakan oleh Ali:”mbe endah ulek sekolah

ndek arak pegawean begelamang arikan sih boyak kepeng jari malem

mingguan.”101(pulang sekolah kan tidak ada kerjaan, hanya jalan-jalan

kesana-sini tidak karuan, mendingan mencari uang untuk malam

mingguan.)
99
Rifki Saputra (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 27
November 2021
100
Wahyu (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 27november
2021
101
Ali (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur. 27 November
2021
77

Hadi juga menjelaskan bahwa:

“sebelum saya menjadi buruh penepek, yang saya lakukan hanya


bermain-main saja setelah pulang sekolah. Menghabiskan waktu
tidak ada dapat uang juga, oleh karena itu melihat teman-teman
yang bekerja menjadi penepek membuat saya tertarik”102

Penejelasan serupa juga dikatakan oleh Wahyu:

“kebetulan saya masih sekolah, pulang sekolah untuk saat ini


sekitar jam 12 sampai jam 1 siang lumayan setelah pulang
sekolah bisa untuk kerja soalnya sekarang kan kebutuhan banyak
bisa pakai nambanh-nambah uang jajan untuk nambah-nambah
kebutuhan sehari-hari.”103

3) Rasa keinginan keras untuk bekerja

Selain faktor lingkungan yang membuat anak-anak tertarik untuk

bekerja faktor yang mendukung adalah kerasnya rasa keinginan anak-

anak untuk bekerja dan sudah merupakan kebiasaan yang ada di Desa

Bagik Payung Timur, sebagian anak-anak yang bekerja sebagai buruh

penepek ini juga tidak memiliki orang tua itulah yang membuat anak-

anak bekerja keras sebagaimana dikatakan oleh , Saepudin selaku buruh

penepek anak sebagai berikut:

“Dengan toak taok ne ite begawean laguk bos ne ndekn aran


badak lek iye. Ndek arak kadu belanje selokah, beli minyak motor
ye adek lalo nepek. Dengan toak mame ndekn wah beng aku
kepeng, pas SMP doang taok girang bolos kana ran maseh kodek
waktunu.104(Orang tua mengetahui bahwa ia bekerja tetapi
sebenarnya ia tidak diizinkan untuk bekerja karena faktor

102
Hadi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 27 November
2021
103
Wahyu (Buruh Penepek). Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab.Lombok Timur, 27 November
2021
104
Saepudin (Buruh Anak Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
Tanggal 28 November 2021
78

ekonomi. ketika SMP dulu barulah bolos sekolah dan memilih


untuk menepek)

Penjelasan ini didukung juga oleh Wisnu Aminata yang dimana ia

juga bekerja sebagai buruh penepek di salah satu tambang pasir, sebagai

berikut:

“Saya sudah menjadi buruh penepek sejak kelas 1 SMP kira-kira


selama 3 sampai 4 tahun. Ya kalo orang tua tau ya pasti tau, kalo
diizinkan mungkin tidak diizinkan. faktor ekonomi yang pastinya,
tidak ada pake belanja ya terpaksa mau ga mau.105

Haryanto selaku buruh penepek juga mengatakan bahwa: “endek

arak kepeng dengan toak ni jarine milu aku begawean molah bau tulung-

tulung sekedik”106

4) Rasa iri terhadap teman yang memiliki uang banyak

Berdasarkan temuan dilapangan dan hasil wawancara, rasa iri

terhadap teman sebaya ini memicu keinginan anak-anak bekerja sebagai

penepek lantaran ingin mengikuti dan tidak ingin kalah dengan temannya

anak-anak ini ikut bekerja. Sebagaimana yang katakan oleh Adiyat fito

selaku buruh penepek:

”Luek batur-baturan aku begawean jari penepek ni, sejelo no


arak doang ye mauk kepeng trus sering ganti-ganti hp jari aku
mele endah begawean marak nie, ye ampok aku milu begawean
jari penepek.”107(artinya: “banyak teman-teman saya bekerja
menjadi penepek, sehari itu ada saja dia mendapatkan uang
kemudian sering gonta-ganti hp, jadinya saya juga ingin bekerja
seperti dia, oleh karena itu saya mau ikut bekerja menjadi
penepek.)

105
Wisnu Aminata (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 28
November 2021
106
Haryanto (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 28
November 2021
107
Adyat Fito (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, Kab. Lombok Timur, November
2021
79

Doni Alfasya juga mengatakan bahwa: “melihat teman-teman

memiliki hp baru dan selalu memiliki uang jajan banyak gara-gara bekerja

menjadi penepek, membuat saya juga tertarik menjadi buruh penepek”108

Tanggapan Orang Tua terkait perjanjian kerja penepek antara Anak

dengan majikan. Berbicara tentang tanggapan orang tua terkait denga

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di Desa Bagik

Payung Timur ini rata-rata orang tua bersikap membolehkan dan acuh tak

acuh terkait dengan anaknya yang bekerja sebagai buruh penepek di

tambang pasir ini. Memandang lumrah hal tersebut membuat orang tua tidak

terlalu memperdulikannya karena mereka juga sadar kebutuhan yang ia

berikan untuk anak-anaknya kurang mencukupi,

sebagaimana yang diungkapkan oleh amak Takhirudin:

“Engkat-engkatne bos badak ite kule ye doang kanak nu ndek arak


kadune belanje tetapne bekulik ulek ne sekolah laguk. Mboi sepen ate
be enggakne sik tembadak ye suruk ye apik-apik doang ngeno adekn
ndekn kecelakaan ngeno. ite doang wah laikne ngeno-ngeni ndek
arak wah urusanne lek bos, lek dam toakn sik ne taek doang sak naok
ye, mun bos ne jak ndekn naok ye kanak sai ngeno. 109(tidak ada
bos/majikan tambang memberitahukan saya, anak itu saja saja yang
pergi bekerja karena tidak ada uang belanja namun setelah sekolah
dia pergi menepek. Ya mau gimana lagi soalnya tidak ada pakai
belanja tetapi tetap sih saya beritahu untuk bagus-bagus caranya
bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja , kita saja sudah yang
sembagai orang tua yang susah, urusannya ke bos tidak ada. Di supir
truk dam saja yang tau kalau bos/majikan tambang tidak
mengetahuinya ini anak siapa.)

108
Doni Alfasya (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 28
November 2021
109
Amak Takhirudin (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 25 November
2021
80

Penjelasan serupa juga diungkapkan oleh inak Sahnim selaku orang

tua buruh penepek yang dimana ia mengetahui anaknya bekerja sebagai

buruh penepek perjanjian kerja yang inak Sahnim ini ketahui sebatas anaknya

menjadi buruh penepek, jam kerja, dan upah yang diterima oleh anaknya,

namun bos/majikan tidak datang langsung menemuinya, sebagai berikut:

“Aku beng ye jari penepek sengakn ndek arak kadune belanje,ndek


arak kadune sekolah, beli minyak motorne, ndek arak bos tambang
bebadak.110(“saya memberikan izin anak saya jadi penepek lantaran
tidak ada uang untuknya belanja, beli bensin motor. Tidak ada bos
tambang memberitahukan kepada saya bahwa anak saya jadi
penepek)
Pernyataan yang lain yang diungkapkan oleh salah satu orang tua dari

buruh penepek anak ini yaitu inak Aminah:

“Saya tau anaknya bekerja sebagai penepek tapi bos tambang tidak
ada kasi tau saya, mungkin karena tidak ada pakenya belanja jadi
terpaksa dia bekerja, tetapi saya tau kalau dia bekerja.111

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh inak Rukyah selaku orang tua

dari buruh penepek anak:

“Endek ku toang ape-ape mun perjanjian kerja ni, toangku ye nepek


doang. Bos endah endek arak bada’ang lek aku, toangku ye milu-
milu nepek, sepen ate ye bahaye endek arak kadune belanje.” 112(tidak
tau apa-apa saya tentang perjanjian kerja ini, yang saya tau anak saya
pergi nepek saja. Bos juga tidak memberitahu saya bahwa anak saya
bekerja sebagai buruhh penepek, mau bagaimana lagi soalnya tidak
ada pakainya belanja.)

Orang tua buruh penepek anak yaitu inak Sahnim juga memaparkan

bahwa:

110
Inak Sahnim (Orang Tua Buruh Penepek), Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur. 25
November 2021
111
Inak Aminah (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lotim. 25
November 2021
112
Inak Rukyah (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur-Kab.Lombok
Timur. 25 November 2021
81

“Aku beng ye jari penepek sengakn ndek arak kadune belanje,ndek


arak kadune sekolah, beli minyak motorne, 113(“saya memberikan izin
anak saya jadi penepek lantaran tidak ada uang untuknya belanja, beli
bensin motor.)

Penjelasan dari inak Sahnim ini dibenarkan oleh orang tua buruh

penepek yaitu amak Takhirudin, ia mengatakan bahwa:

“Kanak nu ndek arak kadune belanje tetapne bekulik ulek ne sekolah


laguk. Mboi sepen ate be enggakne sik tembadak ye suruk ye apik-
apik doang ngeno adekn ndekn kecelakaan ngeno. , ite doang wah
laikne ngeno-ngeni ndek arak wah urusanne lek bos, lek dam toakn
sik ne taek doang sak naok ye, mun bos ne jak ndekn naok ye kanak
sai ngen.114(anak itu saja saja yang pergi bekerja karena tidak ada
uang belanja namun setelah sekolah dia pergi menepek. Ya mau
gimana lagi soalnya tidak ada pakai belanja tetapi tetap sih saya
beritahu untuk bagus-bagus caranya bekerja agar terhindar dari
kecelakaan kerja , kita saja sudah yang sembagai orang tua yang
susah, urusannya ke bos tidak ada)

d) Alasan Majikan/bos di Desa Bagik Payung Timur Memilih Anak

menjadi Buruh Penepek di Tambang Pasir Desa Bagik Payung Timur

Kabupaten Lombok Timur

Majikan/bos tambang pasir di Desa Bagik Payung Timur ini memilih

anak-anak sebagai buruh penepek didasari oleh beberapa alasan. Berdasarkan

hasil temuan peneliti terdapat tiga alasan yang membuat majikan/bos

memilih anak-anak sebagai buruhh penepek, sebagai berikut:

1) Anak-anak memiliki waktu luang yang banyak

Anak-anak di Desa Bagik Payung Timur ini sebagian besar

meripakan anak-anak yang masih bersekolah dari tingkat SD,SMP,

maupun SMA. Waktu bersekolah yang lumayan pendek dan selepas

113
Inak Sahnim (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok
Timur, 26 November 2021
114
Amak Takhirudin (Orang Tua Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 26 November
2021
82

sekolah anak-anak ini masih memiliki waktu yang lumayan leluasa

banyak.

Melihat hal ini majikan/bos tambang mejadi tertarik untuk

mempekerjakan mereka sebagai buruh penepek, sebagaimana yang

dijelaskan oleh bos/majikan tambang amak Ropi’i sebagai berikut:

“Ndeqne nentu kirak-kirak pegawean, mun ne luek pegawean jak


puluan ye, sekitar 15-20. ngete sak ngene yen ne denebuik saik
pegaawean langsung gaji, Mulai bulan enam, bulan tujuh sampai
sebelas ye toakn luek.115 (Tidak menentu pekerja anak yang bekerja,
jika ada pekerjaan barulah puluhan pekerja yang datang. Sekita 15-20
orang untuk buruh anak. jika sudah menyelesaikan satu pekerjaan,
buruh anak langsung mendapatkat gaji. Ramenya dam yang datang
yaitu dari bulan enam,tujuh sampai sebelas)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali:”mbe endah ulek sekolah

ndek arak pegawean begelamang arikan sih boyak kepeng jari malem

mingguan.”116(pulang sekolah kan tidak ada kerjaan, hanya jalan-jalan

kesana-sini tidak karuan, mendingan mencari uang untuk malam

mingguan.)

Penejelasan serupa juga dikatakan oleh Wahyu:

“kebetulan saya masih sekolah, pulang sekolah untuk saat ini


sekitar jam 12 sampai jam 1 siang lumayan setelah pulang
sekolah bisa untuk kerja soalnya sekarang kan kebutuhan banyak
bisa pakai nambanh-nambah uang jajan untuk nambah-nambah
kebutuhan sehari-hari.”117

2) Pekerjaan yang cocok untuk anak-anak

115
Amak Ropi’i (Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur. November
2021
116
Ali (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, November 2021
117
Wahyu (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, November
2021
83

Pekerjaan yang membutuhkan orang yang berbadan kecil dan tidak

terlalu berat ini membuat anak-anak sangat cocok untuk dijadikan

sebagai buruh penepek. berdasarkan hasil wawancara yang peniliti

lakukan, sebagai berikut:

Penjelasan serupa juga dipaparkan oleh Kenata Putri selaku

sekretaris tambang:

“Tidak terlalu beratlah yang tidak harus angkut sendiri pasir, kan
pasirnya sudah diangkut oleh alat berat, ya kalau ada batu besar
barulah meraka buang dari dam truknya kayak gitu lah tugasnya
untuk penepek sama kalau sudah ful pasirnya itu ya di tepuk-tepuk
gitulah yang aku tau pekerjaan mereka”118

Turut membenarkan pernyataan tersebut Lalu Sudi mengatakan:

“Waktu ku ngisik surat perjanjian nojak mene sih unin bos no,
kamu cocok jari penepek soalne awakm kodek trus teganem belek,
intin kamu cocok wah aneh jari penepek aneh.” 119(waktu saya
mengisi surat perjanjian itu begini sih katanya bos itu, kamu cocok
menjadi buruh penepek soalnya badanmu kecil dan tenagamu
besar, intinya kamu cocok sudah.)

Amak Zun juga mengatakan bahwa ”pekerjaan ini memang khusus

untuk anak-anak berbadan kecil soalnya, cocoklah untuk maik ke atas

truk untuk nepek pasir”120

Dedi jauhari selaku bos tambang juga mengatakan hal serupa

yaitu: “anak-anak ini cocok untuk menjadi penepek, melihat mereka

bekerja saja sudah gesit, jadi pekerjaan cepat diselesaikan”121

118
Kenata Putrid (Sekretaris Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
November 2021
119
Lalu Sudi (Buruh Penepek), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 2021
120
Amak Zun (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timut,
November 2021
121
Dedi Jauhari (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur.
2021
84

Pekerjaan yang memang mengharuskan anak-anak inilah yang

membuat bos/majikan menjadi tertarik mempekerjakan anak-anak

sebagai buruh penepek, mereka juga telah terbiasa ikut membantu

pekerjaan orang dewasa jadinya penggunaan alat berat mampu

diminimalisir.

3) Anak-anak lebih mudah untuk diajak bekerjasama

Kerja sama merupakan faktor penting di dalam proses bekerja,

berdasarkan temuan dilapangan dan pengakuan dari bos dan ketua buruh

yaitu anak-anak itu gampang diajak kerja sama, penurut dan jarang sekali

menolak pertakaan mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh

bos/majikan tambang.

Seperti yang dikatakan oleh amak Samsul: “walaupun anak-anak

yang nepek ini masih kecil mereka gesit juga dalam bekerja, anak-anak

ini juga lebih cepat diatur dan diajak bekerjasama daripada buruh

dewasa”122

Amak Ropi’i juga menjelaskan bahwa: “waktu begawean jak sak

paling jelap te tenak kerjasama kance gampang te atur nu kanak-kanak

kodek ni, ye adek ite demen”123(waktu bekerja yang paling cepat dan

mudah diatur yaitu anak-anak kecil ini, kami menjadi suka.)

122
Amak Samsul (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
123
Amak Ropi’i (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
85

Amak Zun turut membenarkan penjelasan tersebut, ia mengatakan:

“seneng juga jika ada anak-anak kerja disini, jadi lebih ceria tambang,

dan anak-anak ini gampang kalau disuruh-suruh sesuatu.124

e) Problematika yang Muncul Pada Buruh anak dengan Majikan

Problematika yang muncul ini merupakan masalah yang sering terjadi

baik itu di tempat kerja, tambang pasir, maupun pangkalan buruh penepek.

biasanya problematika ini berkaitan dengan masalah yang diterima anak-

anak ketika bekerja menjadi buruh penepek. permasalahan tersebut seperti

kecelakaan yang sering dialami anak-anak dan menyebabkan anak-anak yang

bekerja terluka ketika bekerja.

Problematika lain yang juga yaitu kerap terjadinya wanprestasi yang

dilakukan anak-anak terhadap perjanjian kerja penepek dengan majikan.

Hasil temuan yang peneliti dapatkan di lapangan, peneliti

menggolongkannya menjadi wanprestasi yang dilakukan buruh penepek,

kurangnya keseriusan anak-anak ketika bekerja dan kecelakaan yang dialami

anak ketika bekerja, sebagai berikut:

1) Wanprestasi buruh penepek terhadap perjanjian kerja dengan majikan

sebagaimana telah diterangkan dalam isi perjanjian kerja penepek,

anak-anak yang ingin mengundurkan diri harus memberitahukannya

kepada majikan/bos tambang dua minggu sebelum berhenti bekerja,

namun anak-anak ini banyak daripada mereka yang menghilang tanpa

124
Amak Zun (Majikan/Bos Tambang), Wawancaram Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
86

kabar dan tidak mengkofirmasi hal tersebut kepada majikan/bos tambang

ataupun kepada ketua buruh yang berada di pangkalan.

Sebagaimana yang jelaskan oleh amak Samsul:125

“iya jadi begini, anak-anak ini setelah dua sampai tiga minggu
mereka mulai bekerja, minggu-minggu selanjutnya banyak
daripada mereka yang tidak datang untuk bekerja lagi, oleh karena
itu saya sendiri yang pergi untuk mencari-cari mereka, jika ada
nomer hp nya, saya telfon dia,”

Amak Zun juga menjelaskan bahwa: 126

“anak-anak ini ketika bantu-bantu dulu itu saja mereka kerja keras,
ketika sudah diajak untuk bekerja trus jadi buruh tetap mereka
malah males-malesan dan kadang ketua buruh pangkalan yang
mencari mereka ketika tidak datang bekerja.”

2) Kurangnya keseriusan anak-anak dalam bekerja

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan anak-anak yang

bekerja sebagai buruh penepek di tambang pasir Desa Bagik Payung

Timur Kabupaten Lombok Timur sering terjadi problematika yang

dimana hal tersebut dapat merugikan majikan/bos tambang, seperti ketik

bekerja anak-anak ini dirasa kurang serius dan malah bermain-main pasir

dan hal itu kerap mengenai buruh yang lain.

Anak-anak yang notabenenya masih senang bermain-main

memang tidak bisa untuk diajak bekerja secara serius dan kaku seperti di

pertambangan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh amak Samsul selaku

majikan/bos tambang: “nama juga anak-anak, mereka memang masih

125
Amak Samsul (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
126
Amak Zun (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
87

dalam fase bermain, jadi saya disini membiarkannya saja selagi tidak

menggangu kerjaan yang lain.”127

Amak zun juga menjelaskan bahwa:

“saya kan tetap mengawas pekerjaan para buruh melalui posko,


kadang saya jengkel melihat anak-anak yang seharusnya nepek
pasir diatas dam malah main-main diatas dam, nanti jika jatuh kan
berbahaya, kadang saya marah ajak mereka itu”128

C. Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjia Kerja Penepek Antara

Buruh Anak Dengan Majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur

Respons tokoh agama terhadap praktik perjanjian kerja penepek antara

buruh anak dengan majikan ini akan peneliti akan paparkan terlebih dahulu data

tokoh agama di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur. Tokoh agama

di Desa Bagik Payung Timur ini terdiri dari 4 tokoh agama yang memiliki latar

belakang yang berbeda-beda, Sebagai berikut:

Tabel 8
Data Tokoh Agama Desa Bagik Payung Timur
No Nama Umur Pekerjaan
1 Kamaruddin 35 Tahun Ustadz/Guru
2 Satria Atmaja 35 tahun Guru Yayasan Tahfizh
Darussomad
3 Abdullah 40 tahun Guru Ponpes Ibnu Abbas
4 Andar Wijayanto 45 tahun Guru TPQ Bagik Payung Timur
6 Ahyar Sopian 45 tahun Guru TPQ/TPA Nurul Yakin

127
Amak Samsul (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
128
Amak Zun (Majikan/Bos Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur
2021
88

Data Primer diolah pada 2021

Berdasarkan hasil temuan peneliti membaginya menjadi tiga point, sebagai

berikut.

1. Pengetahuan Tokoh Agama Terhadap Keberadaan buruh Anak-anak yang

menjadi buruh penepek dan Pengetahuan Tokoh agama terhadap hukum yang

mengatur tentang perjanjian kerja antara anak dengan majikan

a. Pengetahuan Tokoh Agama Terhadap Keberadaan buruh anak yang menjadi

buruh penepek

Pengetahuan tokoh agama terhadap keberadaan buruh anak-ank yang

menjadi buruh penepek, berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan di

lapangan dan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan tokoh agama

desa bagik payung timur bahwa para tokoh agama di desa bagik payung

timur sudah mengetahui terkait dengan keberadaan anak-anak yang menjadi

buruh penepek ini. Sebagai hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

ustadz Kamarudin, sebagai berikut:

“Di desa Bagik Payung Timur ini memiliki lima tambang yang aktif
sampai sekarang sehingga ketika kita berjalan menyusuri jalan desa
bagik payung timur dan menemui suatu pangkalan buruh terdapat
anak-anak yang bersiap untuk bekerja disana.”129

Ustadz Kamarudin atau yang lebih dikenal dengan amak Kamar juga

menjelaskan tentang latar belakangnya terbentuknya Tambang Pasir di Desa

Bagik Payung Timur, sebagai berikut:

“Tambang Pasir dan Batu Apung di Desa Bagik Payung Timur ini
merupakan tambang yang terbesar. Di Kerleko juga ada dan dari
129
Kamarudin (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
89

Longswak itu juga ada tapi yang pertama itu dari sini di Desa Bagik
Payung Timur ini, kalau tidak salah dari tahun 90an tetapi masih
secara manual, pakai orang tidak pakai alat, pakai pahat itu ,
linggislah. Awalnya itu kan tanah seperti tanah biasa, tetapi dikupas
pakai loader baru orang yang bekerja pakai orang secara manual
jarang lah menggunakan alat karena dulu alat belum ada barulah
dinaikan pakai sekop. Itu ongkosnya itu lima ribu per dam itu dulu,
dua ribu atau tiga ribu dulu itu.130

Penjelasan serupa juga dijelaskan oleh Ustadz Satria yang merupakan

Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Desa Bagik Payung Timur, sebagai

berikut:

“Iya lima yang aktif termasuk pak kadus juga, amak Samsul, Pak Isman,
Pak Kadus, Pak Zun, dan amak Ropi’i kalau tidak salah namanya, itu
yang memiliki tambang besar. Dan sering saya melihat anak-anak nepek
disana”131

Pendapat yang diutarakan oleh Ustadz Abdullah selaku tokoh agama

dan tokoh masyarat adat dari Desa Bagik Payung Timur ini semakin

menguatkan pendapat-pendapat sebelumnya terkait dengan keberadaan

Tambang Pasir yang rata-rata hampir semua orang tau, sebagai berikut:

“Wah laek wah pire tahun age ye arak tambang ni, amak Zun tie
baruk-baruk, pasir aslinya bae amak Isman naok ye, tie wah tanak
arane tie. Ulak te kucak. Tanak te tamak jok aik ampokn te kucak sik
alatnu, jari geres wah ye. Ye tetaekan. Biasene jak kanak-kanak kodek
sak nepek yakn geres ni luek sih endah lek lain lek deket Labuan no,
lek Kerleko. Laguk ye terkenal pertama wah lek Bagik Payung Timur
ni.132(sudah dari dulu, sudah berapa tahun mungkin tambang ini ada.
Kalau amak Zun ini baru-baru dia, pasir aslinya saja hanya ada di
amak Isman. Sekarang sudah tanah saja. Tanpa harus dikucak. Tanah
tersebut di masukan ke air menggunakan alat berat lalu kemudian
dikucak menggunakan alat. Biasanya anak-anak kecil yang bertugas
nepek pasirnya Di Desa Bagik Payung Timur ini merupakan tambang
pasir yang paling besar, banyak tambang pasir seperti di Labuan dan
Kerleko. Tetapi di Desa Bagik Payung Timur ini yang pertama.)

130
Ibid. 2021
131
Ustadz Satria (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 2021
132
Ustadz Abdullah (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 2021
90

Ustadz Dar juga memaparkan bahwa:

“masyarakat disini, mohon maaf sudah bisa kerja sediri sejak kecil,
ngikut orang tuanya ke tambang pasir ada juga yang ke tambang batu
apung, sehingga ketika ia besar menjadi terbiasa dan mulai bekerja.
Ada juga yang lulus SD pergi menepek pasir di tambang untuk uang
jajan.”133

Pengetahuan tokoh agama terhadap keberadaan buruh anak sebagai

penepek ini menjelaskan bahwa sesungguhnya ia mengetahui bahwa banyak

anak-anak yang bekerja sebagai penepek di Desa Bagik Payung Timur. Dari

hasil temuan dan wawancara yang peneliti lakukan hampir rata-rata semua

mengetahuinya karena terlihat jelas bahwa anak-anak itu bekerja di tambang

pasir, menunggu truk di pangkalan buruh yang letaknya sangat strategis dan

terletak di jalan umum. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Andar

alias ustadz Dar:

“Sudah dari dulu, dari awal adanya tambang yang dikerjakan secara
manual, buruh yang bekerja sebagai penepek di tambang ini masih
kecil-kecil. Wahn tak balak laguk sak aran kebiasaan kence endek
arak sik ne belanje jari beng ye jari penepek.”134

Sebagaimana dijelaskan pula oleh ustadz Satria, sebagai berikut:

“Yang namanya sudah kebiasaan itu sudah dirubah, waktu dulu saja,
orang tua yang sekarang jadi buruh penepek ini juga kerja nepek, sama
juga karena kurangnya uang jajan dan juga orang tua dulu-dulu itu
sangat mandiri tanpa adanya bantua orang tuanya, beanja dari uang
sendiri sampai mampu membeli motor dan kawin malah.”135

Pernyataan serupa juga dijelaskan oleh ustadz Kamar, sebagaimana

mendukung dari pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya:

“kalau waktu dulu karena saya juga sering ikut nepek-nepek jadi tau.
Masih-masih di bayar dua ribu sampai lima ribu. Kalau sekarang saya
133
Ustadz Andar (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
134
Ustadz Dar (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
135
Ustadz Satria (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
91

taunya cum dari lihat-lihat pangkalan, lokasi tambang karena banyak


anak-anak yang masih bersekolah disitu jadi tau.136

Berdasarkan dari pendapat para tokoh agama yang ada di Desa Bagik

Payung Timur ini, pengetahuan mereka terhadap anak-anak yang bekerja

sebagai buruh penepek ialah karena pengalamannya waktu masih di bangku

sekolah ikut-ikut nepek-nepek demi mendapatkan uang jajan dan karena

sudah merupakan kebiasan di Desa Bagik Payung Timur ini jika anak-anak

bekerja menjadi buruh penepek.

2. Pemahaman Tokoh Agama Terhadap perkerjaan buruh anak sebagai penepek

dan pemahaman tokoh agama terhadap hukum yang mengatur tentang buruh

Pemahaman tokoh agama yang dimaksud ini ialah pemahaman tokoh

agama terhadap perjanjian kerja penepek yang dipraktikan di Desa Bagik Payung

Timur Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan wawancara yang peneliti

lakukan, ada beragam pendapat yang menjelaskan tentang perjanjian kerja

penepek antara anak dengan majikana/bos tambang. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh ustadz Kamar:

“Waktu dulu itu waktu saya masih ikut nepek-nepek tidak ada itu yang
namanya perjanjian kerja, secara lisan tidak ada, secara tertulis tidak ada.
Sekedar ikut-ikut sama orang yang lebih tua ke tambang. Kalo sekarang
sudah canggih mana ada alat berat ada juga namanya perjanjian kerja
penepek anak-anak, tapi setau saya sabagai tokoh agama disini jarang
anak-anak beritahu orang tuanya itu, jadinya orang tua itu tau karena lihat
anaknya di pangkalan sama di tambang.137

Membenarkan pendapat yang jelaskan oleh ustadz Kamar ini, Ahyar

Sopian selaku Tokoh Agama dan juga tokoh masyarakat menjelaskan:

136
Ustadz Dar (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payunng Timur, 2021
137
Ustadz Kamar (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
92

“Saya taunya Cuma dari cerita-cerita warga saja, kalo bos tambang yang
telfon anak-anak yang sudah lama bantu-bantu pekerjaan orang tua,
masalah perjanjian kerja penepek itu saya kurang begitu paham.138

Pendapat yang dijelaskan ustadz Satria ini turut memperjelas dari

pendapat-pendapat tokoh agama sebelumnya:

“saya tau perjanjian penepek ini dari ceritanya Pak Kadus karena beliau
kan juga pengusahan tambang di Desa Bagik Payung Timur. Beliau
mengatakan bahwa anak-anak itu yang biasa bantu-bantu itu dipanggil
menghadap belai, lalu kemudian dikasih surat perjanjian kerja penepek
bagi yang mau tetapi atas sepengetahuan orang tua.”139

Pengetahuna tokoh agama terhadap perjanjian kerja penepek antara buruh

anak dengan majikan ini masih kurang begitu menegtahui penuh terkait perjanjia

kerja penepek khususnya untuk isi daripada perjanjian kerja tersebut, beeberapa

daripada tokoh agama ini hanya mengetehaui bahwa anak-anak yang bekerja itu

atas keinginan sendiri dan datang sendiri ke tambang, dan mereka hanya

mengetahui bahwa bentuk perjanjianya dilakukan secara tertulis dan lisan saja,

dikarenakan perubahan zaman dan perubahan sistem yang dilalukan sewaktu

dulu mereka ikut menjadi penepek di Desa Bagik Payung Timur, lebih ke faktor

kedekatan tokoh agama dengan bos/majikan tambang yang membuat mereka tau

betul akan perjanjian kerja penepek seperti yang ustadz Satria yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Pemahaman Tokoh Agama Terhadap aturan-aturan agama yang

membahas tentang pekerja anak

138
Ahyar Sopian (Tokoh Agama ), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
139
Ustadz Satria (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, 2021
93

Pemahaman tokoh agama terhadap aturan agama yang mengatur tentang

pekerja anak ini sangat beragam, berdasarkan hasil temuan dan wawancara

peneliti membaginya menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

a. Tokoh agama yang paham

Tokoh agama yang memahami bahwa didalam aturan-aturan islam

anak-anak ini tidak dianjurkan untuk bekerja biasanya merupakan tokoh

agama yang tingkat kemampuannya sudah berada diatas rata-rata dan

biasanya tokoh agama ini memiliki yayasan dan membuka pengajian di Desa

Bagik Payung Timur. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ustadz Abdullah

sebagai berikut:

“Anak-anak ini memang tidak dianjurkan untuk menjadi pekerja


karena mereka masih dikatergorikan belum baligh, menjaga
keselamatan jiwa anak-anak dengan tidak mempekerjakannya
merupakan kebutuhan lahiriyah tertuang jelas di dalam Q.S An-Nisa
ayat 9.”140

Selanjutnya dijelaskan juga oleh ustadz Satria bahwa:

“Mengeksploitasikan anak-anak dengan menggunakannya sebagai


buruh penepek dan yang lainnya sesungguhnya itu merupakan
perbuatan yang dilarang sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat
233 kalau tidak salah menjelaskan para ibu hendaklah menyusukan
anak-anaknya selama dua tahun penuh dan kewajiban ayah
memberikan pakaian dan makanan dengan cara yang ma’ruf”

Ustadz Dar juga menjelaskan bahwa:

“jika anak-anak dipaksa untuk bekerja sedangkan usianya belum


matang ini bisa berdampak kepada psikologi yang dimilikinya dan
generani mendatang akan menjadi rapuh dan tidak berkualitas,
sebagaimana tertuang dalam Q.S An’ayat 151”

b. Tokoh agama yang kurang begitu paham

140
Ustadz Abdullah (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 2021
94

Tokoh agama yang kurang begitu paham mengenai aturan-aturan

islam yang melarang anak-anak ini bekerja, sebenarnya tokoh agama yang

masuk golongan ini paham bahwa anak-anak tidak dianjurkan untuk bekerja

karena masih kecil dan sebaiknya waktunya digunakan untuk bermain

bersama teman sebaya, namun karena unsur kebiasaan di Desa Bagik Payung

Timur ini membuat hal tersebut lumrah. Mereka menganggap anak-anak ini

sudah masuk kategori dewasa secara fisik dan sudah mampu untuk bekerja,

seperti yang di katakana oleh Ustadz Ahyar Sopian selaku tokoh agama

mengatakan:

“Sebenarne jak ndek kanggo laguk kan jak keadaan terpaksa laguk
sejauh ini tidaklah mengganggu sekolah. Tetapi menurut Undang-
undang ndekn kanggo laguk keadaan yang memaksa. Sebaiknya kan
fokus sekolah, tetapi dia merasa ingin memanfaatkan waktu, ada
waktu luang, waktu dia sudah balik sekolah, dia memanfaatkannya
untuk mencari duit. Boleh-boleh saja intinya sekolah tidak
terganggu. Secara umur memang ye masih kodek laguk secara fisik
wah belek.”141(sebenarnya tidak boleh anak itu bekerja namun
keadaan yang memaksanya bekerja, akan tetapi sejauh ini tidak
mengganggu sekolahnya. Tetapi menurut undang-undangnya tetap
tidak dibolehkan namun kembali lagi, keadaan yang memaksa.
Sebaiknya kan fokus sekolah, tetapi dia merasa ingin memanfaatkan
waktu luang yang ada, waktu dai sudah pulang sekolah, dia
memanfaatkannya untuk mencari duit. Boleh-boleh saja intinya
sekolah tidak terganggu. Secara umur memang dia masih kecil namun
secara fisik dia sudah besar.)

Ustadz Kamar juga menjelaskan bahwa:

“Disini di desa ini sudah biasa anak-anak bekerja itu dari kecil mulai
menolong orang tuanya dikebun, mecahin batu apung, dan ngawis.
Saya kurang tau berdasarkan agama bagaimana tetapi saya rasa jika
itu tidak mengganggu kemaslahatan ummat, itu merupakan sesuatu
yang baik-baik saja. Jadi saya rasa tidak ada permasalahan yang
serius dengan anak-anak yang masih kecil bekerja di tambang pasir
sebagai penepek

141
Ustadz Ahyar Sopian (Tokoh Agama), Wawancara. Bagik Payung Timur Kab. Lotim. 2021
95

3. Respons Tokoh Agama Terhadap Keberadaan Buruh Penepek Dan Perjanjian

Kerja Antara Buruh Penepek Dengan Majikan.

Menanggapi perjanjian kerja antara buruh anak dengan majikan ini, tokoh

agama di Desa Bagik Payung Timur memiliki respons yang beragam. Dari hasil

temuan dan wawancara yang peneliti lakukan dilapangan, peneliti

menggolongkan respon tokoh agama di Desa Bagik Payung Timur, sebagai

berikut:

Tokoh agama yang memandang keberadaan anak-anak yang bekerja

sebagai buruh penepek ini merupakan hal yang positif demi membangun mental

dan fisik sejak dini daripada anak-anak tersebut. Biasanya tokoh agama ini

sangat mendukung keberadaan anak-anak yang bekerja sebagai penepek. Tokoh

agama ini hanya berpeganng teguh pada pendapat masyarakat dan kebiasaan

yang timbul didalam lingkup msyarakat tersebut, sebagai yang dijelaskan oleh

ustadz Ahyar Sopian:

“Tetapi dia merasa ingin memanfaatkan waktu, ada waktu luang, waktu
dia sudah balik sekolah, dia memanfaatkannya untuk mencari duit. Boleh-
boleh saja intinya sekolah tidak terganggu. Secara umur memang ye
masih kodek laguk secara fisik wah belek. Tindakan saya saat itu saya
menyarankan anak-anak ini untuk bekerja menjadi penepek karena tidak
terlalu berbahaya”142

Ustadz kamar juga menjelaskan bahwa:

“Saya sangat mengapresiasikan jika anak-anak ini bekerja sebagai buruh


penepek disini, daripada harus keluyuran mabuk-mabukan kesana-kemari,
salah satu bentuk dukunagan saya yaitu, merealisasikan pembuatan
pangkalan buruh di praida selatan demi kenamanan anak-anak dan buruh
penepek lainnya.”143

142
Ustadz Ahyar Sopian (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur,
2021
143
Ustadz Kamar (Tokoh Agama), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab Lombok Timur, 2021
96

Beberapa Tokoh agama juga ada yang menentang jika anak-anak

dipekerjakan. Biasanya tingkat intelektualnya sudah diatas rata-rata daripada

tokoh agama yang lain, biasanya latar belakang daripada tokoh agama ini

merupakan orang yang berpendidikan dan oleh karena itu ia tidak menyetujui

jika anak-anak ini menjadi pekerja/buruh penepek, karena hal itu tidak

seharusnya dilakukan oleh anak-anak yang masih bersekolah, bisa dikatakan

juga hal tearsebut sebagai pengeksploitasian sumber daya anak-anak,

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Abdullah: “anak-anak tidak

diperbolehkan untuk bekerja karena masih belum cukup umur dan baligh, saya

sudah memberitahukan kepada para majikan/bos tambang agar tidak

mempekerjakan anak-anak sebagai buruh penepek disana”

Penjelasan yang mendukung tanggapan diatas sebagaiman dijelaskan oleh

ustadz Dar:

”Sebaiknya anak-anak itu sekolah dulu, kalau menurut kita yang mohon
maaf punya ilmu lebih lah di dalam pendidikan, jalani dulu pendidikan
minimal SMA lah kalau tidak bisa kuliah, saya dan adek saya juga sudah
memulai membuat suatu yayasan TPQ dan Pengajaran Berbahasa Inggris
untuk anak-anak kecil yang berada di Desa Bagik Payung Timur”144

Ustadz Satria menjelaskan bahwa:

“saya membiarkan mereka bekerja malahan saya mendukung karena


mereka beringinan keras untuk bekerja oleh karena itu jika ada rejeki lebih
pasti saya berikan mereka peratan untuk di tambang, mereka bekerja juga
semata-mata untuk membantu perekonomian orang tua, yang merupakan
pekerjaan yang sangat mulia.”145

144
Ustadz Dar (Tokoh Agama), Wawancara. Desa Bagik Payung Timur Kab.Lombok Timur, 2021
145
Ustadz Satria (Tokoh Agama ), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur Kab. Lombok Timur, 2021
BAB III

ANALISIS RESPONS TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK

PERJANJIAN KERJA PENEPEK ANTARA BURUH ANAK DENGAN

MAJIKAN DI DESA BAGIK PAYUNG TIMUR

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. Analisis Praktik Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak dengan

Majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur

Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-undang Ketenaga Kerjaan mengartikan

perjanjian kerja sebagai berikut: ““Perjanjian antara pekerja atau buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban

para pihak”.

Dunia kerja memang sangat rawan terjadi masalah antara para pihak yaitu

pengusaha dan pekerja karena hubungan para pihak bersifat sub ordinatif.

Hubungan yang bersifat sub ordinatif menimbulkan batasan dalam

pelaksanaan perjanjian karena para pihak selalu sebagai atasan dan bawahan.

Kedudukan ini yang memojokkan pekerja sebagai pihak yang tergantung pada

perusahaan selalu menjadi pihak yang kalah. Pengusaha sebagai pihak yang

lebih tinggi secara sosial-ekonomi memberikan perintah kepada pekerja atau

buruh yang scara sosial-ekonomi mempunyai kedudukan yang lebih rendah

untuk melakukan pekerjaan tertentu. Adanya kewenangan yang dimiliki oleh

97
100

pengusaha ini lah yang membedakan perjanjian kerja dengan perjanjian

lainnya.146

Harga tawar yang rendah dalam pelaksanaan perjanjian kerja membuat

banyak pekerja yang tidak mendapatkan haknya sebagaimana mestinya yang

telah diatur dalam Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Dengan demikian perlu peranan dari pemerintah untuk

menegakkan keadilan yang tidak didapatkan oleh pekerja.

Praktik perjanjian kerja yang dilakukan disini juga tanpa adanya wali dari

pada anak yang akan bekerja sebagai buruh penepek. Anak-anak yang

umurnya masih bisa dikatakan sebagai anak dibawah umur dan tidak

seharusnya bekerja malah bekerja tanpa adanya sepengetahuan orang tua/wali.

Majikan/bos mengikat kontrak langsung dengan anak yang dimana dilakukan

secara tertulis.

Islam memandang penting terhadap suatu perjanjian. Hukum Islam juga

menekankan agar perjanjian kerja dibuat secara tertulis yang mudah dipahami

oleh kedua pihak terkait dengan hak dan kewajibannya didalam perjanjian

yang dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas dan menghindari

kemungkinan perselisihan yang akan terjadi di kemudian hari.

146
Lalu Husni.2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 55.

100
101

Dijelaskan pula dalam QS. Al-Baqarah ayat 282:

‫ُم َس ًّم ى َف اْك ُت ُب وُه ۚ َو ْل َي ْك ُت ْب‬ ‫َل ٰى َأ َج‬ ‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل يَن آَم ُن وا َذ ا َت َد اَي ْن ُت ْم َد ْي‬
‫ٍل‬ ‫ِب ٍن ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِذ‬

‫َب ْي َن ُك ْم َك اِت ٌب اْل َع ْد ۚ َو اَل َي ْأ َب َك اِت ٌب َأ ْن َي ْك ُت َب َك َم ا َع َّل َم ُه الَّل ُه ۚ َف ْل َي ْك ُت ْب‬


‫ِل‬ ‫ِب‬

‫َش‬ ‫اَل َخ‬ ‫َّل‬ ‫ْل‬ ‫َل ْل‬ ‫َّل‬ ‫ْل‬


ۚ‫َو ُيْم ِل ِل ا ِذ ي َع ْي ِه ا َح ُّق َو َي َّت ِق ال َه َر َّب ُه َو َيْب ْس ِم ْنُه ْي ًئ ا‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar.

Fiqh Islam sistem kontrak kerja atau perjanjian kerja adalah suatu akad

yang mengharuskan salah satu pihak untuk bekerja, dengan sendirinya dalam

rangka member manfaat (jasa) kepada orang lain dalam waktu yang telah

ditentukan dan pihak lain tersebut harus member upah kepadanya.147

Praktik yang dilakukan oleh majikan/bos tambang berdasarkan pada bab

papara data sebelumnya terkait dengan perjanjian kerja penepek memang ada

beberapa pihak yang melakukan dan menerapkannya dan ada pula pihak yang

belum menerapkannya. Terkait dengan temuan hasil penelitian yang peneliti

dapatkan tentang praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur sebagaimana

147
Ghufron A. Mas’adi. Fiqh Muamalah Konstektual (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002). Hal.
181

101
102

telah di uraikan pada BAB II sebelumnya, maka peneliti dapat menganalisa

sebagai berikut:

A. Analisis Terhadap Praktik Perjanjia Kerja Penepek Antara Buruh

Anak Dengan Majikan Di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur

Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-undang Ketenaga Kerjaan mengartikan

perjanjian kerja sebagai berikut: ““Perjanjian antara pekerja atau buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban

para pihak”.

Dunia kerja memang sangat rawan terjadi masalah antara para pihak yaitu

pengusaha dan pekerja karena hubungan para pihak bersifat sub ordinatif.

Hubungan yang bersifat sub ordinatif menimbulkan batasan dalam

pelaksanaan perjanjian karena para pihak selalu sebagai atasan dan bawahan.

Kedudukan ini yang memojokkan pekerja sebagai pihak yang tergantung pada

perusahaan selalu menjadi pihak yang kalah. Pengusaha sebagai pihak yang

lebih tinggi secara sosial-ekonomi memberikan perintah kepada pekerja atau

buruh yang scara sosial-ekonomi mempunyai kedudukan yang lebih rendah

untuk melakukan pekerjaan tertentu. Adanya kewenangan yang dimiliki oleh

pengusaha ini lah yang membedakan perjanjian kerja dengan perjanjian

lainnya.148

Harga tawar yang rendah dalam pelaksanaan perjanjian kerja membuat

banyak pekerja yang tidak mendapatkan haknya sebagaimana mestinya yang


148
Lalu Husni.2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 55.

102
103

telah diatur dalam Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Dengan demikian perlu peranan dari pemerintah untuk

menegakkan keadilan yang tidak didapatkan oleh pekerja.

Praktik perjanjian kerja yang dilakukan disini juga tanpa adanya wali dari

pada anak yang akan bekerja sebagai buruh penepek. Anak-anak yang

umurnya masih bisa dikatakan sebagai anak dibawah umur dan tidak

seharusnya bekerja malah bekerja tanpa adanya sepengetahuan orang tua/wali.

Majikan/bos mengikat kontrak langsung dengan anak yang dimana dilakukan

secara tertulis.

Islam memandang penting terhadap suatu perjanjian. Hukum Islam juga

menekankan agar perjanjian kerja dibuat secara tertulis yang mudah dipahami

oleh kedua pihak terkait dengan hak dan kewajibannya didalam perjanjian

yang dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas dan menghindari

kemungkinan perselisihan yang akan terjadi di kemudian hari.

Dijelaskan pula dalam QS. Al-Baqarah ayat 282:

‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا َذ ا َتَد اَي ْن ُت ْم َد ْي َل ٰى َأ َج ُم َس ًّم ى َف اْك ُت ُب وُه ۚ َو ْل َي ْك ُت ْب‬
‫ٍل‬ ‫ِب ٍن ِإ‬ ‫ِإ‬

‫َب ْي َن ُك ْم َك اِت ٌب اْل َع ْد ۚ َو اَل َي ْأ َب َك اِت ٌب َأ ْن َي ْك ُت َب َك َم ا َع َّل َم ُه الَّل ُه ۚ َف ْل َي ْك ُت ْب‬


‫ِب ِل‬

‫َش‬ ‫اَل َخ‬ ‫َّل‬ ‫ْل‬ ‫َل ْل‬ ‫َّل‬ ‫ْل‬


ۚ‫َو ُيْم ِل ِل ا ِذ ي َع ْي ِه ا َح ُّق َو َي َّت ِق ال َه َر َّب ُه َو َيْب ْس ِم ْنُه ْي ًئ ا‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

103
104

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar.

Fiqh Islam sistem kontrak kerja atau perjanjian kerja adalah suatu akad

yang mengharuskan salah satu pihak untuk bekerja, dengan sendirinya dalam

rangka member manfaat (jasa) kepada orang lain dalam waktu yang telah

ditentukan dan pihak lain tersebut harus member upah kepadanya.149

Praktik yang dilakukan oleh majikan/bos tambang berdasarkan pada bab

papara data sebelumnya terkait dengan perjanjian kerja penepek memang ada

beberapa pihak yang melakukan dan menerapkannya dan ada pula pihak yang

belum menerapkannya. Terkait dengan temuan hasil penelitian yang peneliti

dapatkan tentang praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten Lombok Timur sebagaimana

telah di uraikan pada BAB II sebelumnya, maka peneliti dapat menganalisa

sebagai berikut:

B. Analisis Terhadap Praktik Perjanjia Kerja Penepek Antara Buruh

Anak Dengan Majikan Di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur

Perjanjian kerja merupakan bagian dari sistem ketenagakerjaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14

mengartikan perjanjian kerja sebagai berikut: “Perjanjian antara pekerja

149
Ghufron A. Mas’adi. Fiqh Muamalah Konstektual (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002). Hal.
181

104
105

atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja memuat syarat-syarat

kerja, hak dan kewajiban para pihak”.

Suatu perjanjian tidak terlepas pula dari hubungan kerja dijelaskan

pada Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

menegaskan: “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur

pekerja, upah dan perintah. dipertegas oleh Pasal 50 yang menegaskan:

“Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha

dan pekerja/buruh”.

Dua pasal ini menegasakan bahwa hubungan kerja hanya terjadi

karena perjanjian kerja. Jika yang melakukan pekerjaan di dalam sutu

hubungan kerja adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun, maka yang

berhubungan kerja dengan pengusaha adalah anak. Unsur yang melekat

pada hubungan kerja adalah (1) hubungan hukum, (2) pengusaha, (3)

pekerja atau buruh, (4) pekerja, (5) upah, dan perintah. Jika lima unsur ini

melekat pada suatu peristiwa hukum, maka peristiwa hukum tersebut

disebut sebagai hubungan kerja. Jika pada unsur pekerja atau buruh

melekat unsur usia di bawah 18 tahun, maka terdapat hubungan kerja

antara pengusaha dengan pekerja anak150.

150
Destya Ade Rahayu, “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Menurut Undang-Undang
Ketenagakerjaan”, (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Palembang, Palembang,
2019), Diunduh Dari Http://Repository.Um-Palembang.Ac.Id . Pada Tanggal 20 Desember
2021, Pukul 10.30

105
106

Peneliti membagi konsep praktik perjanjian kerja penepek menjadi

beberapa bagian diantaranya

1. Mekanisme Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak

Dengan Majikan di Desa Bagik Payung Timur Kabupaten

Lombok Timur

Mekanisme perjanjian kerja penepek ini, majikan/bos melalui

tiga tahapan yakni, tahap pengenalan, pengrekrutan, dan tahapan

penerimaan atau pelaksanaan kerja.

Tahapan-tahapan ini saling berhubungan agar proses dalam

melaksanakan suatu prosedur/mekanisme perjanjian kerja penepek ini

berjalan lancar. Berdasarkan gambaran temuan peneliti di atas,

menurut analisis peneliti terkait dengan prosedur/mekanisme di dalam

suatu perjanjian kerja ini memang harus ada dan terjadi di dalam setiap

pelaksanaan perjanjian kerja agar terhindar dari tumpang tindih suatu

mekanisme agar suatu prosedur perjanjian kerja penepek ini berjalan

dengan lancar.

Dengan adanya prosedur/mekanisme perjanjian kerja penepek

ini, sangat menguntungkan juga bagi para pihak, seperti bagi buruh

anak, mereka dapat mengetahui tatacara menjadi buruh penepek di

tambang pasir, dan untuk majikan/bos tambang mereka bisa lebih

mengawasi dan melihat kinerja daripada anak-anak yang nantinya akan

106
107

dijadikan sebagai buruh penepek. Hal ini juga memberikan efektivitas

pada ketua buruh pangkalan lainya dapat tercapai.

Hukum Islam Menjelaskan tentang rukun akad yaitu: (1) para

pihak yang membuat akad, (2) pernyataan kehendak atau pernyataan

perizinan (yang meliputi ijab dan qobul), (3) objek ajkd, (4) tujuan

akad. Masing-masing rukun ini memerlukan syarat-syarat

terbentuknya akad, yang keseluruhannya meliputi delapan macam,

yaitu:151

1) Tamyiz (berakal)

2) Berbilang pihak, kedua syarat ini merupakan syarat dari rukun

pertama, yaitu para pihak yang membuat akad.

3) Persesuaian ijab dan qobul

4) Kesatuan majelis akad; syarat 3) dan 4) merupakan syarat dari

rukun kedua, yaitu pernyataan kehendak (perizinan, persetujuan,

ar-ridha)

5) Dapat diserahkan

6) Tertentu atau dapat ditentukan

7) Dapat diperdagangkan; dan tiga syarat terakhir ini merupakan

syarat dari rukun ketiga, yaitu objek ajad.

8) Tidak bertentangan dengan syarak

Sebagaimana pula dijelaskan mengenai mekanisme kerja dan

kode disiplin yang ditetapkan perusahaan. Unsur-unsur yang sama


151
Prof. Dr syamsul anwar, m.a. hukum perjanjian syariah, (Jakarta: raja grafindo), Hlm. 153

107
108

dalam perjanjian dan kontrak mengikat kedua belah pihak, ada hak dan

kewajiban untuk memenuhi prestasi, da akibat hukum (wanprestasi).152

Mekanisme perjanjian kerja ini juga bisa batal sebab akad

menjadi maukuf, yaitu ada dua hal yang menyebabkannya. Pertama,

tidak adanya kewenangan yang cukup atas tindakan hukum yang

dilakukan. Dengan kata lain kekurangan kecakapan. Kedua tidak

adanya kewenangan yang cukup atas objek akad karena adanya hak

orang lain pada objek akad.

Pihak-pihak yang akad-nya maukuf karena tidak adanya

kewenangan yang cukup atas tindakan yang mereka lakukan adalah:153

1) Remaja yang belum dewasa yang dalam hukum Islam disebut

mumayyiz, yaitu berusia 7 tahun hingga menjelang ketetapannya

usia baligh.

2) Orang sakit ingatannya, yang kurang akalnya dalam memahami

tindakannya, tetapi tidak mencapai gila: orang gila tindakannya

sama sekali tidak sah karena tidak ada kehendak dan prizinan.

3) Orang pander yang memboroskan harta kekayaannya yang dalam

hukum Islam disebut safih.

152
Lalu Husni, 2000. “Pengantar Hukum Tenaga Kerja Indonesia”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal. 46-47
153
Prof. Dr syamsul anwar, m.a. hukum perjanjian syariah, (Jakarta: raja grafindo), Hlm. 253

108
109

4) Orang yang mengalami cacat kehendak karena paksaan (bagi

pendapat yang menjadikan paksaan sebagai sebab maukuf akad,

bukan sebab fasidnya akad.)

2. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak

Dengan Majikan

Bentuk perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur ini, berdasarkan hasil temuan

peneliti dibagi menjadi 2 yaitu perjanjian secara tertulis dan perjanjia

lisan:

a) Perjanjian secara tertulis

Perjanjian kerja yang dilakukan anatara buruh penepek dan

majikan tambang adalah menandakan adanya ikatan ikatan antara

kedua belah pihak. Hal itu sesuai dengan konsep islam bahwa

perjanjian kerja harus disertai akad yang merupakan rukun

perjanjian. Dalam melaksankan akad dapat dilakukan secara

tulisan, lisan, dan isyarat.

Perjanjian kerja merupakan perjanjian yang memaksa

(dwang contract), karena para pihak tidak dapat menentukan

sendiri keinginannya dalam perjanjian. Kebebasan berkontrak

sebagaimana layaknya dalam hukum perikatan, perbedaan

kedudukan para pihak yang mengadakan perjanjian kerja

menyebabkan para pihak tidak menentukan keinginannya sendiri

109
110

dalam perjanjian, terutama pihak pekerja, namun demikian para

pihak dalam ikatan hubungan kerja tunduk kepada ketentuan

hukum ketenagakerjaan.154

. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa perjanjian kerja

tersebut dibuat untuk dan atas nama majikan/bos tambang dan

penepek buruh anak, maka yang melaksanakan perjanjian kerja

tersebut haruslah orang yang sudah dewasa yakni telah bisa

membedakan antara yang baik dan yang buruk sehingga tidak ada

kekeliruan dan tidak merasa saling dirugikan dengan adanya

perjanjian yang telah disepakati.

Untuk rukun yang kedua para ulama sepakat bahwa kedua

belah pihak yang melakukan akad harus berkemampuan yaitu

harus berakal dan dapat membedakan antara yang baik dan yang

buruk atau antara yang hak dan yang bathil, maka akadnya menjadi

sah jika itu terpenuhi. Jika salah satu yang berakad itu gila atau

anak yang masih yang belum dapat membedakan antara yang hak

dan yang bathil maka akadnya tidak sah.155

Mahzab Hanafi dan Maliki mengatakan, bahwa boleh

melakukan Kontrak kerja asal orang yang melakukan akad sudah

mencapai usia baligh dan adanya kerelaan untuk melakukan akad

ijarah dengan jalan yang baik. Kemudian mahzab Syafi‟i dan

154
Aloysius Uwiyono. Asas-Asas Hukum Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers 2014, Hal. 53
155
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj, Kamaluddin A.Marzuki (Bandung: Pt.Al-Maarif,1998), H. 180

110
111

Hambali, boleh melakukan kontrak kerja asal sudah memenuhi

syarat dan rukunnya yaitu orang yang akan melakukan kontrak

kerja harus berakal sehingga dapat melakukan kontrak kerja

dengan baik.156

Sebagai sebuah transaksi (akad) umum, ijarah baru dianggap

sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya yang salah

satunya yaitu; Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah

baligh dan berakal (Mahzab Syafi‟i dan Hanbali). Dengan

demikian, apabila orang itu belum atau tidak berakal, seperti anak

kecil atau orang gila, menyewakan hartanya, atau diri mereka

sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh disewa), maka ijarahnya

tidak sah. Berbeda dengan mahzab Hanafi dan Maliki mengatakan,

bahwa orang yang melakukan akad, tidak harus mencapai usia

baligh, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan

akad ijarah dengan ketentuan, disetujui oleh walinya.157

Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan asysyaibani (murid

Abu Hanifah), berpendapat, bahwa pekerja itu ikut bertanggung

jawab atas kerusakan tersebut, baik yang sengaja atau tidak.

Berbeda tentu, kalau terjadi kerusakan itu diluar batas

kemampuannya seperti banjir besar atau kebakaran. Menurut

Mahzab Maliki apabila sifat pekerjaan itu membekas pada barang


156
M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Pt Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2003, Hlm 231
157
Ibid, Hlm 231-233

111
112

itu seperti tukang binatu, juru masak dan buruh angkut (kuli), maka

baik sengaja maupun tidak sengaja segala kerusakan menjadi

tanggung jawab pekerja itu dan wajib ganti rugi158

Analisis peneliti terkait hasil temuan tentang praktik

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di

DesaBagik Payung Timr Kabupaten Lombok Timur masih

mengandung kesimpangan antara teori dengan praktiknya yang

dimana anak-anak yang melakukan perjanjian kerja tanpa

sepengatuan orang tua/wali.

Perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan

di Desa Bagik Payung Timur ini juga ada yang dilakukan secara

lisan sebagaimana penjelasan dari Ropi’I yaitu tidak ada perjanjian

secara tertulis, disini perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian

secara lisan, yang jika buruh penepek datang hanya ketika banyak

pekerjaan saja.159

b) Perjanjian secara lisan

Perjanjian kerja secara lisan yang dimaksud ialah perjanjian

kerja yang dimana buruh penepek-nya tidak perlu taken kontrak

dengan majikan/bos tambang ini. Perjanjian seperti ini juga tidak

mengikat antara buruh penepek dengan majikan/bos tambang.

Perjanjian kerja secara lisan ini juga sangat menguntungkan


158
M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2003, Hlm 236-237
159
Ropi’i (Bos Tambang), Wawancara, Bagik Payung Timur-Kab. Lombok Timur, 2021

112
113

penepek buruh anak, lantaran tidak adanya unsur mengikat diantara

kedua belah pihak. Oleh karena itu banyak juga buruh penepek

yang masih sekolah/anak-anak ini mengambil resiko untuk bekerja

karena sangat fleksibel.

Sesuai pendapat Sayid Sabiq: “kesepakatan antara dua orang

(atau lebih) untuk menerima suatu pekerjaan dengan ketentuan

upah kerjanya dibagi di antara mereka sesuai dengan

kesepakatan”.160

Perjanjian kerja secara lisan ini mengharuskan penepek dan

majikan/bos tambang ini saling mempercayai satu sama lain,

karena tidak adanya unsur mengikat di dalam perjanjian yang

dilakukan.

Adapaun allah SWT. Menjelaskan dalam firmannya QS. An-

Nahl ayat 90:


‫َّن الَّل َه َي ْأ ُم ُر اْل َع ْد َو ا ْح َس ا َو يَت ا ي اْل ُق ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع‬
‫ِن‬ ‫ِن ِإ ِء ِذ‬ ‫ِل ِإْل‬ ‫ِب‬ ‫ِإ‬

‫اْل َف ْح َش ا َو اُمْلْن َك َو اْل َب ْغ ۚ َي ُظ ُك ْم َل َع َّلُك ْم َت َذ َّك ُر وَن‬


‫ِي ِع‬ ‫ِر‬ ‫ِء‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku

adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

160
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 125

113
114

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran.”

Ayat di atas menerangkan bahwa para majikan/bos tambang

diperintahkan untuk berlaku adil, berbuat baik, dan dermawan

kepada para penepek buruh anak. Selain itu, majikan/bos tambang

berkewajiban menyejahterakan para penepeknya termasuk upah

yang layak. Majikan/bos tambang dilarang untuk berbuat keji dan

melakukan penindasan.

Hadist Ibu Majah menjelaskan:

‫َأْع ُطوا اَألِج يَر َأْج َرُه َقْبَل َأْن َيِج َّف َع َر ُقُه‬

Artinya:”Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum

keringatnya kering.”

hendaknya seseorang memberikan upahnya dengan segera

setelah dia menyelesaikan pekerjaanya dan jangan menangguh-

nangguhkannya karena tidak sekali- kali ia mau bekerja sebagai

buruh, melainkan karena ia sangat memerlukan upahnya.

Hendaklah seseorang mengadakan persetujuan terlebih dahulu

dengan orang upahannya, sebelum ia menyelesaikan pekerjaanya,

yakni sebelum ia memulai kerjanya agar nanti di belakang tidak

terjadi perselisihan dan sekaligus sebagai pemacu untuknya agar

114
115

pekerjaanya dilakukan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan upah

yang akan diterimanya.161

Pasal 63 undang-undang tentang hukum ketenagakerjaan

membolehkan perjanjian kerja dilakukan secara lisan, dengan

syarat pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja.

Perjanjian secara lisan wajib dilaksanakan oleh para pihak

yang membuatnya, karena para pihak harus mentaati apa yang

telah diperjanjikannya itu, kewajiban itu lahir dari perjanjian itu

sendiri yang berkekuatan sebagai Undang-Undang bagi para pihak

yang membuatnya (rumusan Pasal 1338 KUHPerdata), sepanjang

perjanjian itu dinyatakan sah sesuai dengan rumusan Pasal 1320

KUHPerdata yang menjadi syarat sahnya perjanjian.

Sighot, ijab qobul antara mu’jir dan musta’jir yaitu ijab

qobul mengenai isi perjanjian kerja maupun upah mengupah.

Syarat sighot anatara lain:162

a. Harus terang pengertiannya

b. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul

c. Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.

161
Al- Hasyimi, Sayyid Ahmad, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung, Sinar Baru, 1993, Hlm
604- 605
162
Tm. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqh Muamalah. (Jakarta : Pustaka Rizqi Putra, 1997,
Hlm.29

115
116

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa tidak ada unsur

keharusan jika suatu perjanjian dilakukan secara tertulis.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan akad

merupakan kesepakatan antara dua orang yang didasarkan atas

keridhoan keduanya dan tidak ada unsur paksaan. Sebagaimana

dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa ayat 29:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِإاَّل َأْن َتُك وَن ِتَج اَر ًة َع ْن‬
‫َتَر اٍض ِم ْنُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dijelaskan pula didalam QS. Al-Baqarah ayat 282:


‫َٰذ ُك ْم َأ ْق َس ُط ْن َد الَّل َو َأ ْق َو ُم لَّش َه اَد َو َأ ْد َن ٰى َأ اَّل َت ْر َت اُب واۖ اَّل َأ ْن‬
‫ِإ‬ ‫ِة‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِع‬ ‫ِل‬

‫َت ُك َن َج َر ًة َح َر ًة ُت ُر َن َه َب ْي َن ُك ْم َف َل ْي َع َل ْي ُك ْم ُج َن ٌح َأ اَّل‬
‫ا‬ ‫س‬ ‫ِد ي و ا‬ ‫و ِت ا اِض‬

‫َت ْك ُت ُب وَه اۗ َو َأ ْش ُد وا َذ ا َت َب اَي ْع ُت ْم ۚ َو اَل ُي َض اَّر َك ا ٌب َو اَل َش يٌد ۚ َو ْن‬


‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِت‬ ‫ِه ِإ‬
‫َّل َه َو ُي َع ُم ُك ُم َّل ُه َو َّل ُه ُك‬ ‫َتْف َع ُل وا َف َّن ُه ُف ُس ٌق ُك َو َّتُق‬
‫ال ۗ ال ِب ِّل‬ ‫و ِب ْم ۗ ا وا ال ۖ ِّل‬ ‫ِإ‬

‫َش ْي ٍء َع ِل يٌم‬

116
117

Artinya: “(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika

mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak

menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu

lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

QS. An-Nisa ayat 29 menjelaskan juga asalkan kedua belah

pihak rela/ridho makanya perjanjian tersebut sah walaupun tidak

ada unsur tertulis:


‫اَّل َأ ْن َت ُك وَن‬ ‫ا‬ ‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل يَن آَم ُن وا اَل َت ْأ ُك ُل وا َأ ْم َو اَل ُك ْم َب ْي َن ُك ْم اْل َب‬
‫ِب ِط ِل ِإ‬ ‫ِذ‬

‫ِت َج اَر ًة َع ْن َت َر ا ْن ُك ْم ۚ َو اَل َتْق ُت ُل وا َأ ْنُف َس ُك ْم ۚ َّن الَّل َه َك اَن ُك ْم‬


‫ِب‬ ‫ِإ‬ ‫ٍض ِم‬

‫َر ِح يًم ا‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

117
118

Kedua pihak melakukan akad menyatakan, kerelaannya

untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang di antara

keduanya terpaksa melakukan akad, maka akadnya tidak sah.

Praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur yang dilakukan secara lisan

pun bisa dikatakan sah-sah saja asalkan sesuai dengan rukun dan

syarat daripada perjanjian tersebut yang membuatnya ada

kesenjangan disini ialah buruh penepek yang dipekerjakan

merupakan anak-anak yang dimana anak-anak belum bisa dikatan

baligh atau belum mampu dibebankan hukum.

3. Faktor yang Menyebabkan Anak-anak menjadi buruh penepek

ada tambang pasir dan tanggapan orang tua terhadap anaknya

yang bekerja sebagai buruh penepek

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi

buruh penepek, berdasarkan hasil temuan peniliti di bab dua

memaparkan bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan anak-

anak ini bekerja menjadi buruh penepek yaitu, faktor lingkungan,

faktor waktu luang yang dimiliki, memiliki rasa keinginan keras untuk

bekerja, dan rasa iri terhadap teman.

Keempat faktor diatas sangat berpengaruh bagi anak-anak

tersebut. Dilihat dari lingkungan yang ada disana yaitu terdiri dari

banyaknya tambang dan buruh yang bekerja menjadi minat anak-anak

118
119

untuk ikut bekerja karena ia mengetahui begitu mudahnya mendaptkan

uang, waktu luang yang dimiliki anak-anak begitu leluasa ini akhirnya

memaksa mereka untuk ikut bekerja karena banyak daripada teman

sebayanya bekerja menjadi buruh penepek, dan melihat kondisi budaya

dan adat istiadat yang sangat kental di kalangan masyarakat inilah

yang membuat anak-anak disana sangat mandiri bukan hanya dalam

mengurus sekolah melainkan untuk mencari uang untuk kebutuhan

sehari-harinya.

Sebagaimana dijelaskan pula dalam Islam yang telah menetapkan

syariat yang sempurna tentang anak-anak, yaitu sejak anak dilahirkan,

bahkan sebelum dilahirkan ke dunia dan sebelum diletakkan ke dalam

rahim ibu. Hak-hak sudah ditetapkan, hal ini menyangkut pengasuhan,

perhatian, etika dan pendidikan dan yang lainnya. Hak-hak ini harus

dipenuhi oleh setiap orang yang memegang tanggung jawab, baik

keluarga, masyarakat maupun negara.163

Permasalahan pekerja anak di Indonesia ternyata tidak dapat

disikapi dengan pilihan boleh atau tidak. Kenyataan menunjukan

keluarga miskin sangat membutuhkan pekerjaan bagi anak-anaknya,

baik untuk membantu perekonomian keluarganya maupun untuk

melangsungkan kehidupannya sendiri. Asalkan anak-anak tersebut

masih mempunyai kesempatan untuk sekolah dan juga sebagai pekerja


163
Sulastri. Jurnal. “praktik mempekerjakan anak dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
serta pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak. Prodi Psikologi. UMM Lampung. Diakses
pada Desember 2021

119
120

anak yang mengerjakan pekerjaan yang masih dalam batas

kemampuannya maka hal ini dapat dibenarkan.164

4. Faktor pengusaha/majikan di Desa Bagik Payung Timur Memilih

Anak-anak mejadi Buruh penepek di Tambang Pasir Desa Bagik

Payung Timur

Berdasarkan paparan data di bab dua terdapat tiga alasan yang

membuat pengusaha memilih anak-anak untuk menjadi buruh penepek

yaitu: anak-anak memiliki waktu luang yang banyak, pekerjaan yang

cocok untuk anak-anak, dan anak-anak lebih mudah untuk diajak kerja

sama.

Analisis terhadap tahapan tersbut adalah anak-anak sangat

memiliki peluang untuk menjadi buruh penepek di tambang pasir

karena kriteria yang ditujukan sangat cocok untuk anak-anak,

pekerjaan tersebut memang mengkhususkan anak-anak untuk

mengelutinya.

Dijelaskan dalam Q.S Maryam ayat 17:


‫َف َّث َل َش‬ ‫َف َأ ْل َل‬ ‫َف َخ َذ‬
‫ٱَّت ْت ِم ن ُد وِن ِه ْم ِح َج اًب ا ْر َس َن ٓا ِإ ْيَه ا ُر وَح َن ا َت َم َل َه ا َب ًر ا َس ِو ًّي ا‬

164
Pandji puranto, berbagai upaya penanggulangan pekerja anak, (Jakarta: rajawali press: 1995),
hal 15

120
121

Artinya:”maka ia mengadakan tabir(yang melindunginya)dari

mereka lalu kami mengutus roh kami kepadanya, maka ia menjelma

dihadapannya(dalam bentuk )manusia yang sempura.)

Dijelaskan pula dalam Q.S. Al-Jumuah ayat 10 yang berbunyi:

۟ ‫ُروا ِفى ٱَأْلْر ِض َو ٱْبَتُغ‬


‫وا ِم ن َفْض ِل ٱِهَّلل‬ ۟ ‫َفِإَذ ا ُقِضَيِت ٱلَّص َلوُٰة َفٱنَتِش‬
۟ ‫َو ٱْذ ُك‬
‫ُروا ٱَهَّلل َك ِثيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬
Artinya:” apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi: dan carilah allah dan ingatlah allah banyak-

banyak.

5. Prolematika yang Muncul Pada Buruh Anak dengan Majikan

Problematika yang terjadi antara buruh anak dengan majikan

berdasarkan paparan data yang ada di bab dua, terdapat tiga hal yang

masuk ke dalam kategori problematika anatara buruh anak dengan

majikan yaitu, pertama wanprestasi buruh anak terhadap majikan, dan

kurangnya keseriusan anak-anak dalam bekerja.

Analisis terhadap problematika ini sebagai berikut, wanprestasi

yang terjadi antara buruh anak dengan majikan ini dikarenakan

ketidakseriusan anak-anak dalam hal bekerja, umur yang masih belum

matang dan pikiran yang belum dewasa membuat anak-anak menjadi

menyepelekan pekerjaannya. Begitu pula jika terjadi kecelakaan

bekerja, sikap anak-anak yang hyper aktif inilah kadang yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam bekerja.

121
122

Dijelaskan pula dalam hukum perjanjian Islam, timbulnya hak-

hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dalam rangka

mendukung dan memperkuat akibat hukum pokok akad. agar akad

tersebut terhindar dari adanya wanprestasi

Pandangan hukum islam ini memang tidak membolehkan

adanya pekerja anak, sebab melindungi dan member nafkaf anak

adalah wajin bagi orang tua. Terdapat di dalam Q.S Al-Baqarah ayat

233, yang berbunyi:”kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

kepada para ibu dengan cara ma'ruf.”

Dijelaskan pula dalam Q.S Al-Isra ayat 31 yang berbunyi:


‫َو اَل َتْق ُت ُل ٓو ۟ا َأ ْو َٰل َد ُك ْم َخ ْش َي َة ْم َٰل ۖ َّن ْح ُن َن ْر ُز ُق ُه ْم َو َّي اُك ْم ۚ َّن َق ْت َل ُه ْم َك اَن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ٍق‬
‫ًر‬ ‫ْط ًٔـ َك‬
‫ِخ ا ِب ي ا‬

Artinya:”dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena

takut kemiskinan. Kamilah yang akan member rezeki kepada mereka

dan juga kepadmu sesunggunya membunuh mereka dalah seuatu dosa

besar.

B. Analisis Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjian Kerja

Penepek antara Buruh Anak dengan Majikan

Respon berasal dari kata reponse yang berarti jawaban, menjawab, balasan

atau tanggapan (reaction).165 Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah

suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu

165
Sulistyo Anggoro Dan Chandra A.P, Kamus Besar Lengkap Inggris-Indonesia, (Solo:
Delima,1998) H. 123.

122
123

gerakan yang positif, setiapjenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh

suatu perangsang dapat jugadisebut respon. Secara umum respon atau

tanggapan dapat diartikan sebagaihasil atau kesan yang didapat (ditinggal) dari

pengamatan tentang subjek,peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan 166 sedangkan

tokoh agama adalah orang yang terkemuka dalam lapangan atau agama

sedangkan menurut istilah tokoh agama adalah seorang yang terpercaya dan

dihargai oleh masyarakat untuk menuntut ummat.167

Hasil temuan peneliti terkait dengan Respons Tokoh agama terhadap

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan ini sebagaimana

yang telah di paparkan pada BAB II yaitu, ada yang memandang sudah

sewajarnya anak-anak yang seusia mereka bekerja karena faktor lingkungan

yang mendukung, ada pula yang menjelaskann bahwa anak-anak tidak

seharusnya bekerja, mereka wajib untuk bersekolah dan tidak melalaikan

sekolahnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Tagabun ayat 15:

‫َّن َم ا َأ ْم َو اُل ُك ْم َو َأ ْو اَل ُد ُك ْم ِف ْتَن ٌة ۚ َو الَّل ُه ِع ْنَد ُه َأ ْج ٌر َع ِظ يٌم‬


‫ِإ‬

Artinya: “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan

(bagimu), dan di sisi allah-lah pahala yang besar.

166
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999. Hal. 51.
167
Zakiyah Drajat, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), Hal 99

123
124

Dalil itu juga sebagai penguat bahwa anak adalah merupakan titipan dari

Allah SWT, yang dimana selaku orang tua harus menjaga dan tidak

menelantarkan anak-anaknya.

Secara implisit maupun eksplisit Islam sangat menekankan pemahaman

tentang masa-masa perkembangan anak fisik maupun psikis. Di satu sisi Islam

mengekui ke-fitrah-an seorang anak yang akan membawa potensi kea rah

kebaikan, akan tetapi di sisi lain Islam juga menuntut dan menuntun para

orang tua agar dapat mengawal seorang anak menjadi manusia yang mengerti

tugasnya sebagai Khalifatullah dan Abdullah.168

Menurut Abu Zahrah memberikan pengertian anak menjadi empat fase,

yaitu:

1) Ash-Shobiy atau At-Tifl (anak kecil)

2) Mumayyiz (mampu membedakan sesuatu)

3) Murahiq (menjelang usia baligh)

4) Baligh (mempu diberi beban hukum, bagi anak laki-laki ditandai dengan

mimpi basah atau ihtilam sekitar usia 14 tahun, dan darah haid bagi

perempuan sekitar usia 11 tahun).

Sejalan dengan itu, pendapat Tuan Guru dalam menetapkan kriteria anak

sebagai mahkum ‘alai disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan

perkembangan manusia sehingga dapat disebut anak dalam hukum Islam,

yaitu marhalah janin, marhalah as-sabi’, marhalah at-tamyiz, dan marhalah


168
Moh Faishol Khusni, Fase Perkembangan Anak Dan Pola Pembinaannya Dalam
Perspektif Islam, (Jurnal, Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Yogyakarta, Tt), Hlm. 6-7
Repository.Umy.Ac.Id. Diakses Pada Tanggal 12 April 2021, Pukul 10.02

124
125

al-bulugh.169 Masing-masing dari marhalah itu memiliki batas usia, sehingga

dapat diklaim sebagai seorang anak dan kriterianya.

Pertama, tahap marhalah janin yaitu tahap ini dimulai sejak masa janin

sudah berada dalam kandugan hingga lahir dalam keadaan hidup. Kedua,

marhalah as-sabi’ yaitu dimulai semenjak manusia lahir dalam keadaan hidup

hingga berusia 7 (tujuh) tahun. Ketiga, marhalah al-bulugh, yaitu dimulai

semenjak seorang berusia 7 (tujuh) tahun hingga masa pubertas.

Imam Abdul Qadir Audah sebagaimana Zainuddin Mansyur menyebutkan

hal yang sama bahwa fase anak itu adalah marhalah in’idam al-Idrak,

marhalah idraku dh’if, dan marhalah idrak at-tam. Fase pertama tersebut

dimulai sejak seseorang dilahirkan sampai umur 7 (tujuh) tahun. Dalam usia

ini dapat dipastikan anak itu belum mempunyai kesadaran dalam bertindak.

Dalam bahasa fiqh anak tersebut disebut sebagai mummayiz. Fase kedua, yaitu

marhalah al-Idraku dha’if dimulai sejak anak berusia 7 (tujuh) tahun sampai

15 (lima belas) tahun. Anak dalam kondisi ini disebut anak mummayiz.

Artinnya anak telah mampu membedakan antara yang baik dan buruh, tetapi ia

belum bisa dimintai pertanggung-jawabannya atas segala perbuatan yang ia

lakukan. Fase ketiga, marhalah al-indrak at-tam dimulai sejak sesorang

berumur 15 (lima belas) tahun sampai meninggal dunia. Menurut ‘Abdul

Qadir ‘Audah fase ini dapat dikatakan sebagai mukallaf atau dewasa. Karena

169
Zaenudin Mansyur, Pandangan Tuan Guru Tentang Anak Sebagai Mahkum ‘Alaih Dalam
Akad Muamalah Kontemporer Di Kota Mataram, (Jurnal, Fsei Iain Mataram, Mataram, 2015),
Hlm. 8-10

125
126

itu segala perbuatannya dapat dipertanggung-jawabkan dengan penuh baik

dalam aspek ibadah, mu’amalah, jinayah, dan siyasah. 170

Mencermati beberapa statemen mayoritas ahli hukum hanfiyah tentang

seorang anak sehingga dapat dikatakan mukallaf dengan usia yang

dimilikinya, seperti usia 17 (tujuh belas) tahun bagi wanita dan 18 (delapan

belas) tahun bagi laki-laki setidaknya menjadi dasar untuk menentukan kriteria

seorang anak. Begitu juga dengan pendapat mayoritas fuquha’ yang

menetapkan kedewasaan itu dengan kondisi seorang anak sudah berusia 15

(lima belas) tahun serta pernah istilam untuk laki-laki dan sudah mengalami

haid bagi perempuan menjadi sebuah gambaran bahwa anak-anak yang

berusia dibawah 15 (lima belas) tahun dapat diklaim sebagai anak-anak

apalagai belum ada tanda-tanda fisik seperti yang telah disebutkan di atas.

Menurut Imam Malik, batasan umur baligh bagi laki-laki dan perempuan

adalah sama yaitu genap 18 tahun atau genap 17 tahun memasuki usia 18

tahun. Sedangkan Mazhab Syaafi’iyyah berpendapat bahwa tumbuhnya

rambut pada organ intim merupakan tanda baligh untuk orang kafir. Adapun

bagi muslimin, maka mereka berbeda pendapat. Satu pendapat mengatakan

bahwa hal tersebut merupakan tanda baligh sebagaimana orang kafir, dan

pendapat lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan tanda baligh.171

1) Syarat sahnya akad (Syurūth Al-Shihhah)

170
Ibid., Hlm. 12.13
171
Al- Dardiri, Al Syarh Al Kabir Hasiyah Dasuki,(Mesir: Al Babi Al Halabi, T.Thn), Hlm.
393

126
127

Syarat sahnya akad adalah syarat yang berkaitan dengan keabsahan

akad, yaitu syarat-syarat yang berkaitan dengan‘aqid, ma‘qud ‘alaih,

mahal ma‘qud ‘alaih, ujrah, dan nafs al-‘aqd. Dalam konteks ini ada

beberapa syarat keabsahan akad ijarah, antara lain:

a) Ada keridhaan dari kedua belah pihak yang melakukan akad.

b) Ma‘qud ‘alaih (objek akad ijarah) mesti diketahui secara jelas

sehingga menghilangkan pertentangan. Pengetahuan akan Ma‘qud

‘alaih ini dapat dilakukan dengan cara adanya penjelasan manfaat,

penjelasan waktu, dan penjelasan jenis amal atas barang yang disewa.

Seperti halnya tidak boleh menyewa barang dengan manfaat yang

tidak jelas yang dinilai secara kira-kira, sebab dikhawatirkan barang

tersebut tidak mempunyai faedah. Jumhur ulama fiqh berpendapat

bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan

adalah manfaat bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang

pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diperah susunya, sumur

untuk diambil airnya dan lain-lain, karena semua itu bukan

manfaatnya, melainkan barangnya.172

2) Syarat mengikatnya akad (Syurūth Al-Luzūm)

Agar akad ijarah itu mengikat, diperlukan dua syarat:

a) Syarat mengikatnya akad ijarah, yaitu objek atau manfaat terhindar

dari cacat yang menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda

yang disewa. Apabila terdapat suatu cacat pada sifat objek atau
172
Rahmat Syafi‟I, Fikih Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), Hlm 122.

127
128

manfaat objek, maka orang yang menyewa boleh memilih antara

meneruskan ijarah dengan pengurangan ujrah atau dengan

membatalkannya akad ijarah. Misalnya sebagian rumah yang akan

disewa runtuh, kendaraan yang akan di carter rusak atau mogok.

Apabila rumah yang disewa itu hancur seluruhnya maka akad ijarah

jelas harus fasakh (batal), karena ma‘qud ‘alaih rusak total, dan hal itu

menyebabkan fasakh-nya akad.

b) Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad ijarah.

Misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan akad, atau pada

sesuatu yang disewakan. Apabila terdapat udzur, baik pada pelaku

maupun pada ma‘qud ‘alaih, maka pelaku berhak membatalkan akad.

Menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal karena adanya udzur,

selama objek akad yaitu manfaat tidak hilang sama sekali.

mengacu pada KHA dan Konvensi ILO, maka yang disebut pekerja anak

sesungguhnya adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Selain bekerja

sendiri dan membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya sektor

pertanian, perikanan, dan industri kerajinan sejak kecil anak-anak biasanya

sudah di didik untuk bekerja.173

Islam juga sangat memperdulikan perlindungan bagi umatnya terlebih

perlindungan terhadap buruh yang sangat harus diberikan perlindungan dalam

hal bekerja. Dijelaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 11:

173
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,(Jakarta: Kencana, 2013), Hal.115

128
129

‫َم ا َأ َص اَب ِم ْن ُم ِص يَب ٍة اَّل ْذ الَّل ِه ۗ َو َم ْن ُي ْؤ ِم ْن الَّل ِه َي ْه ِد َق ْل َب ُه ۚ َو الَّل ُه ُك َش ْي ٍء َع ِل يٌم‬


‫ِب ِّل‬ ‫ِب‬ ‫ِإ ِبِإ ِن‬

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali

dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia

akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu.

Abu Hanifah berpendapat bahwa usia baligh bagi anak laki-laki adalah 18

tahun sedangkan bagi perempuan adalah 17 tahun, sementara Abu Yusuf,

Muhammad bin Hasan, dan asy-Syafi’i menyebut usia 15 tahun sebagai tanda

baligh, baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.174

Pendapat diatas dipertegas dalam QS An-Nur ayat 58:

‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا َي ْس َت ْأ ِذ ْن ُك ُم اَّل ِذ يَن َم َلَك ْت َأ ْيَم اُن ُك ْم َو اَّل ِذ يَن َل ْم َيْب ُل ُغ وا اْل ُح ُل َم‬
‫ِل‬

‫ْن َق ْب َص اَل ْل َف ْج َو َن َت َض ُع َن َي َب ُك ْم َن َّظ‬ ‫ْن ُك ْم َثاَل َث َم‬


‫و ِث ا ِم ال ِه يَر ِة‬ ‫ِة ا ِر ِح ي‬ ‫ِل‬ ‫َّر اٍت ۚ ِم‬ ‫ِم‬

‫َو ْن َب ْع َص اَل اْل َش اِء ۚ َثاَل ُث َع ْو َر اٍت َل ُك ْم ۚ َل ْي َس َع َل ْي ُك ْم َو اَل َع َل ْي ْم ُج َن اٌح‬


‫ِه‬ ‫ِة ِع‬ ‫ِد‬ ‫ِم‬

‫َّل َل ُك آْل‬ ‫َك َٰذ‬ ‫ُك َل‬ ‫َل ُك‬ ‫َط ُف‬
ۗ ‫َب ْع َد ُه َّن ۚ َّو ا وَن َع ْي ْم َب ْع ُض ْم َع ٰى َب ْع ٍض ۚ ِل َك ُيَب ِّي ُن ال ُه ُم ا َي اِت‬

‫َو الَّل ُه َع ِل يٌم َح ِك يٌم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki

dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara

174
Habibi, Tinjaun Hukum Islam Dan Psikologi Terhadap Batas Usia Minimal Perkawinan,
(Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010)Hal.16

129
130

kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum

sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah

hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada

dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka

melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang

lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Kompilasi hukum islam batas usia anak telah diatur dalam bab XIV

tentang pemeliharaan anak yaitu pasal (98) yang berbunyi sebagai berikut:175

1. Batas usia anak yang mampu berdiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum

pernah melangsungkan perkawinan.

2. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum

didalam dan diluar pengadilan.

3. Pengadilan agama dapat mengajukan salah seorang kerabat terdekat yang

mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak

mampu.

Namun faktor yang sangat menonjol bagi anak khususnya dipedesaan ini

menjadi buruh penepek adalah faktor ekonomi seperti pendapat dari Bagong

Suryantosebagai berikut: Pekerja anak yang terdapat di pedesaan maupun di

perkotaan tidak terlepas dari keadaan ekonomi rumah tangga, budaya dan

175
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi
Hukum Islam, (Bandung:Citra Umbara, 2015) Hal.352

130
131

faktor lainnya di mana sebagian besar dari mereka terutama dari kelas sosial

yang rendah dan melakukan pekerjaan sebagian dari kegiatan sehari-hari.

Pekerjaan yang mereka lakukan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar, yaitu pekerjaan reproduktif dan pekerjaan yang produktif.176

Pekerjaan reproduktif dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan kerja yang

tidak mempunyai implikasi langsung terhadap penghasilan, tetapi memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan produktif. Pada

dasarnya pekerjaan reproduktif adalah menyangkut kerumahtangga.Sedangkan

pekerjaan produktif adalah pekejaan yang berimplikasi langsung terhadap

penghasilan. Pekerjaan produktif adalah bermacam-macam pekerjaan bila

dilakukan pelakunya akan memperoleh imbalan berupa upah.177

Secara khusus dampak anak-anak yang bekerja sebagai buruh penepek ini

sangat amat terlihat seperti tidak adanya waktu untuk anak-anak bermain,

terganggunya pertumbuhan, kesehatan fisik dan mental anak, dan rentan

mengalami kecelakaan kerja.

Namun Perlindungan hak pendidikan bagi pekerja anak yang seharusnya

hanya dibutuhkan membantu meringankan kebutuhan keluarga, akan tetapi

anak dijadikan sebagai penopang ekonomi keluarga tanpa memperhatikan

faktor lainnya. Hal tersebut karena akan menimbulkan dampak fisik dan

176
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,(Jakarta: Kencana, 2013), Hal.100
177
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalamperspektif Pembangunan,(Jakarta:Pt Jasa
Grafindo Persada, 2003), Hal. 110

131
132

psikologis bagi anak, yang paling penting terhambatnya hak mereka untuk

dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia mereka.178

Sedangkan perlindungan hukum sendiri merupakan suatu gambaran dari

fungsi hukum yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan

keterlibatan kepastian , kemanfaatan dan kedamaian179

Sedangkan dalam pekerjaan tersebut masih ada yang tidak meyertakan

perjanjian kerja yang dilakukan oleh para majikan/bos tambang dengan

penepek buruh anak yang seharusnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan

haruslah ada perjanjian kerja sesuai dengan hukum Islam yang mana

perjanjian kerja tersebut diadakan oleh dua orang (pihak) atau lebih, yang

mana pihak satu berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak yang lain

berjanji untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Perjanjian kerja tersebut haruslah jelas apakah hak dan kewajiban dari para

pekerja tersebut sudah sesuai dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaaan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan dengan ketentuan bahwa setiap pekerja anak

(penepek) haruslah dipekerjakan dalam bidang pekerjaan yang ringan serta

dalam bekerja maksimal waktu bekernya adalah 3 jam kerja serta

dilaksanakan pada siang hari. Selain itu para pekerja juga belum mendapatkan

haknya sebagai pekerja yang mana seharusnya jaminan sosial serta hak untuk

memperoleh jaminan keselamatan saat bekerja .


178
Emmy Sugiyani, Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak Melalui Program Pendidikan Literacy
Class Di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,2009)Hal.26
179
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2000).Hal.42

132
133

Tetapi pada kenyataanya anak-anak yang bekerja sebagai penepek buruh

anak di Desa Bagik Payung Timur Kabupeten Lombok Timur tidaklah

mendapatkan haknya seperti tidak mendapatkan perlindungan atas

keselamatanya, dalam melaksanakan pekerjaan tersebut pekerja anak haruslah

bekerja seharian yaitu dari pagi hingga sore hari dan tanpa adanya perbedaan

jam kerja antara pekerja dewasa dan anak-anak. Hal tersebut tentunya tidak

sesuai dengan Hukum Islam yang berlaku serta undang-undang terkait dengan

pekerja a

Hukum Islam menjelaskan tentang perikatan/perjanjian ini yaitu

terisinya dzimah seseorang atau suatu pihak dengan suatu hak yang wajib

ditunaikannya kepada orang atau pihak lain. Pada sisi lain, Mustafa az-

Zahra mendefinisikan perikatan (ihtizan) sebagai, “keadaan dimana

seseorang diwajibkan melakukan sesuatu bagi kepentingan orang lain180

Peneliti membagi konsep praktik perjanjian kerja penepek menjadi

beberapa bagian diantaranya

6. Prosedur/Mekanisme Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh

Anak Dengan Majikan

Prosedur/ mekanisme perjanjian kerja penepek ini, majikan/bos

melalui 3 tahapan yakni, tahap pengelanan, pengrekrutan, dan tahapan

penerimaan atau pelaksanaan kerja.

180
Prof. Dr. Syamsul Anwar,M. A. Hukum Perjanjian Syariah (Jakarta: Raja Grafindo), 2007

133
134

Tahapan-tahapan ini saling berhubungan agar proses dalam

melaksanakan suatu prosedur/mekanisme perjanjian kerja penepek ini

berjalan lancer. Berdasarkan gambaran temuan peneliti di atas,

menurut analisis peneliti terkait dengan prosedur/mekanisme di dalam

suatu perjanjian kerja ini memang harus ada dan terjadi di dalam setiap

pelaksanaan perjanjian kerja agar terhindar dari tumpang tindih suatu

mekanisme agar suatu prosedur perjanjian kerja penepek ini berjalan

dengan lancar.

Dengan adanya prosedur/mekanisme perjanjian kerja penepek

ini, sangat menguntungkan juga bagi para pihak, seperti bagi buruh

anak, mereka dapat mengetahui tatacara menjadi buruh penepek di

tambang pasir, dan untuk majikan/bos tambang mereka bisa lebih

mengawasi dan melihat kinerja daripada anak-anak yang nantinya akan

dijadikan sebagai buruh penepek. Hal ini juga memberikan efektivitas

pada ketua buruh pangkalan lainya dapat tercapai.

Sebagaimana pula dijelaskan mengenai prosedur kerja dank ode

disiplin yang ditetapkan perusahaan. Unsure-unsur yang sama dalam

perjanjian dan kontrak mengikat kedua belah pihak, ada hak dan

kewajiban untuk memenuhi prestasi, da akibat hukum (wanprestasi).181

7. Bentuk Dan Isi Perjanjian Kerja Penepek Antara Buruh Anak

Dengan Majikan

181
Lalu Husni, 2000. “Pengantar Hukum Tenaga Kerja Indonesia”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hal. 46-47

134
135

Bentuk perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur ini, berdasarkan hasil temuan

peneliti dibagi menjadi 2 yaitu perjanjian secara tertulis dan perjanjia

lisan:

c) Perjanjian secara tertulis

Perjanjian kerja yang dilakukan anatara buruh penepek dan

majikan tambang adalah menandakan adanya ikatan ikatan antara

kedua belah pihak. Hal itu sesuai dengan konsep islam bahwa

perjanjian kerja harus disertai akad yang merupakan rukun

perjanjian. Dalam melaksankan akad dapat dilakukan secara

tulisan, lisan, dan isyarat.

Perjanjian kerja merupakan perjanjian yang memaksa

(dwang contract), karena para pihak tidak dapat menentukan

sendiri keinginannya dalam perjanjian. Kebebasan berkontrak

sebagaimana layaknya dalam hukum perikatan, perbedaan

kedudukan para pihak yang mengadakan perjanjian kerja

menyebabkan para pihak tidak menentukan keinginannya sendiri

dalam perjanjian, terutama pihak pekerja, namun demikian para

pihak dalam ikatan hubungan kerja tunduk kepada ketentuan

hukum ketenagakerjaan.182

. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa perjanjian kerja

tersebut dibuat untuk dan atas nama majikan/bos tambang dan


182
Aloysius Uwiyono. Asas-Asas Hukum Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers 2014, Hal. 53

135
136

penepek buruh anak, maka yang melaksanakan perjanjian kerja

tersebut haruslah orang yang sudah dewasa yakni telah bisa

membedakan antara yang baik dan yang buruk sehingga tidak ada

kekeliruan dan tidak merasa saling dirugikan dengan adanya

perjanjian yang telah disepakati.

Untuk rukun yang kedua para ulama sepakat bahwa kedua

belah pihak yang melakukan akad harus berkemampuan yaitu

harus berakal dan dapat membedakan antara yang baik dan yang

buruk atau antara yang hak dan yang bathil, maka akadnya menjadi

sah jika itu terpenuhi. Jika salah satu yang berakad itu gila atau

anak yang masih yang belum dapat membedakan antara yang hak

dan yang bathil maka akadnya tidak sah.183

Mahzab Hanafi dan Maliki mengatakan, bahwa boleh

melakukan Kontrak kerja asal orang yang melakukan akad sudah

mencapai usia baligh dan adanya kerelaan untuk melakukan akad

ijarah dengan jalan yang baik. Kemudian mahzab Syafi‟i dan

Hambali, boleh melakukan kontrak kerja asal sudah memenuhi

syarat dan rukunnya yaitu orang yang akan melakukan kontrak

kerja harus berakal sehingga dapat melakukan kontrak kerja

dengan baik.184

183
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj, Kamaluddin A.Marzuki (Bandung: Pt.Al-Maarif,1998), H. 180
184
M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Pt Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2003, Hlm 231

136
137

Sebagai sebuah transaksi (akad) umum, ijarah baru dianggap

sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya yang salah

satunya yaitu; Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah

baligh dan berakal (Mahzab Syafi‟i dan Hanbali). Dengan

demikian, apabila orang itu belum atau tidak berakal, seperti anak

kecil atau orang gila, menyewakan hartanya, atau diri mereka

sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh disewa), maka ijarahnya

tidak sah. Berbeda dengan mahzab Hanafi dan Maliki mengatakan,

bahwa orang yang melakukan akad, tidak harus mencapai usia

baligh, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan

akad ijarah dengan ketentuan, disetujui oleh walinya.185

Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan asysyaibani (murid

Abu Hanifah), berpendapat, bahwa pekerja itu ikut bertanggung

jawab atas kerusakan tersebut, baik yang sengaja atau tidak.

Berbeda tentu, kalau terjadi kerusakan itu diluar batas

kemampuannya seperti banjir besar atau kebakaran. Menurut

Mahzab Maliki apabila sifat pekerjaan itu membekas pada barang

itu seperti tukang binatu, juru masak dan buruh angkut (kuli), maka

baik sengaja maupun tidak sengaja segala kerusakan menjadi

tanggung jawab pekerja itu dan wajib ganti rugi186

185
Ibid, Hlm 231-233
186
M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2003, Hlm 236-237

137
138

Analisis peneliti terkait hasil temuan tentang praktik

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di

DesaBagik Payung Timr Kabupaten Lombok Timur masih

mengandung kesimpangan antara teori dengan praktiknya yang

dimana anak-anak yang melakukan perjanjian kerja tanpa

sepengatuan orang tua/wali.

Perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan

di Desa Bagik Payung Timur ini juga ada yang dilakukan secara

lisan sebagaimana penjelasan dari Ropi’I yaitu tidak ada perjanjian

secara tertulis, disini perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian

secara lisan, yang jika buruh penepek datang hanya ketika banyak

pekerjaan saja.187

d) Perjanjian secara lisan

Perjanjian kerja secara lisan yang dimaksud ialah perjanjian

kerja yang dimana buruh penepek-nya tidak perlu taken kontrak

dengan majikan/bos tambang ini. Perjanjian seperti ini juga tidak

mengikat antara buruh penepek dengan majikan/bos tambang.

Perjanjian kerja secara lisan ini juga sangat menguntungkan

penepek buruh anak, lantaran tidak adanya unsur mengikat diantara

kedua belah pihak. Oleh karena itu banyak juga buruh penepek

yang masih sekolah/anak-anak ini mengambil resiko untuk bekerja

karena sangat fleksibel.


187
Ropi’i (Bos Tambang), Wawancara, Bagik Payung Timur-Kab. Lombok Timur, 2021

138
139

Sesuai pendapat Sayid Sabiq: “kesepakatan antara dua orang

(atau lebih) untuk menerima suatu pekerjaan dengan ketentuan

upah kerjanya dibagi di antara mereka sesuai dengan

kesepakatan”.188

Perjanjian kerja secara lisan ini mengharuskan penepek dan

majikan/bos tambang ini saling mempercayai satu sama lain,

karena tidak adanya unsur mengikat di dalam perjanjian yang

dilakukan.

Adapaun allah SWT. Menjelaskan dalam firmannya QS. An-

Nahl ayat 90:


‫َّن الَّل َه َي ْأ ُم ُر اْل َع ْد َو ا ْح َس ا َو يَت ا ي اْل ُق ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع‬
‫ِن‬ ‫ِن ِإ ِء ِذ‬ ‫ِب ِل ِإْل‬ ‫ِإ‬

‫اْل َف ْح َش ا َو اُمْلْن َك َو اْل َب ْغ ۚ َي ُظ ُك ْم َل َع َّلُك ْم َت َذ َّك ُر وَن‬


‫ِي ِع‬ ‫ِر‬ ‫ِء‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil

dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran.”

Ayat di atas menerangkan bahwa para majikan/bos tambang

diperintahkan untuk berlaku adil, berbuat baik, dan dermawan

kepada para penepek buruh anak. Selain itu, majikan/bos tambang

188
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 125

139
140

berkewajiban menyejahterakan para penepeknya termasuk upah

yang layak. Majikan/bos tambang dilarang untuk berbuat keji dan

melakukan penindasan.

Hadist Ibu Majah menjelaskan:

‫َأْع ُطوا اَألِج يَر َأْج َرُه َقْبَل َأْن َيِج َّف َع َر ُقُه‬

Artinya:”Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum

keringatnya kering.”

hendaknya seseorang memberikan upahnya dengan segera

setelah dia menyelesaikan pekerjaanya dan jangan menangguh-

nangguhkannya karena tidak sekali- kali ia mau bekerja sebagai

buruh, melainkan karena ia sangat memerlukan upahnya.

Hendaklah seseorang mengadakan persetujuan terlebih dahulu

dengan orang upahannya, sebelum ia menyelesaikan pekerjaanya,

yakni sebelum ia memulai kerjanya agar nanti di belakang tidak

terjadi perselisihan dan sekaligus sebagai pemacu untuknya agar

pekerjaanya dilakukan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan upah

yang akan diterimanya.189

Pasal 63 undang-undang tentang hukum ketenagakerjaan

membolehkan perjanjian kerja dilakukan secara lisan, dengan

syarat pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja.

189
Al- Hasyimi, Sayyid Ahmad, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung, Sinar Baru, 1993, Hlm
604- 605

140
141

Perjanjian secara lisan wajib dilaksanakan oleh para pihak

yang membuatnya, karena para pihak harus mentaati apa yang

telah diperjanjikannya itu, kewajiban itu lahir dari perjanjian itu

sendiri yang berkekuatan sebagai Undang-Undang bagi para pihak

yang membuatnya (rumusan Pasal 1338 KUHPerdata), sepanjang

perjanjian itu dinyatakan sah sesuai dengan rumusan Pasal 1320

KUHPerdata yang menjadi syarat sahnya perjanjian.

Sighot, ijab qobul antara mu’jir dan musta’jir yaitu ijab

qobul mengenai isi perjanjian kerja maupun upah mengupah.

Syarat sighot anatara lain:190

d. Harus terang pengertiannya

e. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul

f. Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa tidak ada unsur

keharusan jika suatu perjanjian dilakukan secara tertulis.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan akad

merupakan kesepakatan antara dua orang yang didasarkan atas

keridhoan keduanya dan tidak ada unsur paksaan. Sebagaimana

dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa ayat 29:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِإاَّل َأْن َتُك وَن ِتَج اَر ًة َع ْن‬
‫َتَر اٍض ِم ْنُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬
190
Tm. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqh Muamalah. (Jakarta : Pustaka Rizqi Putra, 1997,
Hlm.29

141
142

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dijelaskan pula didalam QS. Al-Baqarah ayat 282:


‫َٰذ ُك ْم َأ ْق َس ُط ْن َد الَّل َو َأ ْق َو ُم لَّش َه اَد َو َأ ْد َن ٰى َأ اَّل َت ْر َت اُب واۖ اَّل َأ ْن‬
‫ِإ‬ ‫ِة‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِع‬ ‫ِل‬

‫َت ُك َن َج َر ًة َح َر ًة ُت ُر َن َه َب ْي َن ُك ْم َف َل ْي َس َع َل ْي ُك ْم ُج َن ٌح َأ اَّل‬
‫ا‬ ‫ِد ي و ا‬ ‫و ِت ا اِض‬

‫َت ْك ُت ُب وَه اۗ َو َأ ْش ُد وا َذ ا َت َب اَي ْع ُت ْم ۚ َو اَل ُي َض اَّر َك ا ٌب َو اَل َش يٌد ۚ َو ْن‬


‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِت‬ ‫ِه ِإ‬
‫َتْف َع ُل َف َّن ُه ُف ُس ٌق ُك ْم َو َّتُق َّل َه َو ُي َع ُم ُك ُم َّل ُه َو َّل ُه ُك‬
‫ال ۗ ال ِب ِّل‬ ‫و ِب ۗ ا وا ال ۖ ِّل‬ ‫وا ِإ‬

‫َش ْي ٍء َع ِل يٌم‬

Artinya: “(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika

mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak

menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu

lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

142
143

QS. An-Nisa ayat 29 menjelaskan juga asalkan kedua belah

pihak rela/ridho makanya perjanjian tersebut sah walaupun tidak

ada unsur tertulis:


‫اَّل َأ ْن َت ُك وَن‬ ‫ا‬ ‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل يَن آَم ُن وا اَل َت ْأ ُك ُل وا َأ ْم َو اَل ُك ْم َب ْي َن ُك ْم اْل َب‬
‫ِب ِط ِل ِإ‬ ‫ِذ‬

‫ِت َج اَر ًة َع ْن َت َر ا ْن ُك ْم ۚ َو اَل َتْق ُت ُل وا َأ ْنُف َس ُك ْم ۚ َّن الَّل َه َك اَن ُك ْم‬


‫ِب‬ ‫ِإ‬ ‫ٍض ِم‬

‫َر ِح يًم ا‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Kedua pihak melakukan akad menyatakan, kerelaannya

untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang di antara

keduanya terpaksa melakukan akad, maka akadnya tidak sah.

Praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan

majikan di Desa Bagik Payung Timur yang dilakukan secara lisan

pun bisa dikatakan sah-sah saja asalkan sesuai dengan rukun dan

syarat daripada perjanjian tersebut yang membuatnya ada

kesenjangan disini ialah buruh penepek yang dipekerjakan

143
144

merupakan anak-anak yang dimana anak-anak belum bisa dikatan

baligh atau belum mampu dibebankan hukum.

8. Faktor yang Menyebabkan Anak-anak menjadi buruh penepek

ada tambang pasir dan tanggapan orang tua terhadap anaknya

yang bekerja sebagai buruh penepek

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak

menjadi buruh penepek, berdasarkan hasil temuan peniliti di bab

dua memaparkan bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan

anak-anak ini bekerja menjadi buruh penepek yaitu, faktor

lingkungan, faktor waktu luang yang dimiliki, memiliki rasa

keinginan keras untuk bekerja, dan rasa iri terhadap teman.

Keempat faktor diatas sangat berpengaruh bagi anak-anak

tersebut. Dilihat dari lingkungan yang ada disana yaitu terdiri dari

banyaknya tambang dan buruh yang bekerja menjadi minat anak-

anak untuk ikut bekerja karena ia mengetahui begitu mudahnya

mendaptkan uang, waktu luang yang dimiliki anak-anak begitu

leluasa ini akhirnya memaksa mereka untuk ikut bekerja karena

banyak daripada teman sebayanya bekerja menjadi buruh penepek,

dan melihat kondisi budaya dan adat istiadat yang sangat kental di

kalangan masyarakat inilah yang membuat anak-anak disana sangat

144
145

mandiri bukan hanya dalam mengurus sekolah melainkan untuk

mencari uang untuk kebutuhan sehari-harinya.

Sebagaimana dijelaskan pula dalam Islam yang telah

menetapkan syariat yang sempurna tentang anak-anak, yaitu sejak

anak dilahirkan, bahkan sebelum dilahirkan ke dunia dan sebelum

diletakkan ke dalam rahim ibu. Hak-hak sudah ditetapkan, hal ini

menyangkut pengasuhan, perhatian, etika dan pendidikan dan yang

lainnya. Hak-hak ini harus dipenuhi oleh setiap orang yang

memegang tanggung jawab, baik keluarga, masyarakat maupun

negara.191

Permasalahan pekerja anak di Indonesia ternyata tidak dapat

di sikapi dengan pilihan boleh atau tidak. Kenyataan menunjukan

keluarga miskin sangat membutuhkan pekerjaan bagi anak-

anaknya, baik untuk membantu perekonomian keluarganya

maupun untuk melangsungkan kehidupannya sendiri. Asalkan

anak-anak tersebut masih mempunyai kesempatan untuk sekolah

dan juga sebagai pekerja anak yang mengerjakan pekerjaan yang

masih dalam batas kemampuannya maka hal ini dapat

dibenarkan.192

191
Sulastri. Jurnal. “Praktik Mempekerjakan Anak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum
Positif Serta Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi Anak. Prodi Psikologi. Umm Lampung.
Diakses Pada Desember 2021
192
Pandji Puranto, Berbagai Upaya Penanggulangan Pekerja Anak, (Jakarta: Rajawali Press:
1995), Hal 15

145
146

9. Alasan pengusaha/majikan di Desa Bagik Payung Timur Memilih

Anak-anak mejadi Buruh penepek di Tambang Pasir Desa Bagik

Payung Timur

Berdasarkan paparan data di bab dua terdapat tiga alasan yang

membuat pengusaha memilih anak-anak untuk menjadi buruh penepek

yaitu: anak-anak memiliki waktu luang yang banyak, pekerjaan yang

cocok untuk anak-anak, dan anak-anak lebih mudah untuk diajak kerja

sama.

Analisis terhadap tahapan tersbut adalah anak-anak sangat

memiliki peluang untuk menjadi buruh penepek di tambang pasir

karena kriteria yang ditujukan sangat cocok untuk anak-anak,

pekerjaan tersebut memang mengkhususkan anak-anak untuk

mengelutinya.

Dijelaskan dalam Q.S Maryam ayat 17:


‫َف َّث َل َش‬ ‫َف َأ ْل َل‬ ‫َف َخ َذ‬
‫ٱَّت ْت ِم ن ُد وِن ِه ْم ِح َج اًب ا ْر َس َن ٓا ِإ ْيَه ا ُر وَح َن ا َت َم َل َه ا َب ًر ا َس ِو ًّي ا‬

Artinya:”maka ia mengadakan tabir(yang melindunginya)dari

mereka lalu kami mengutus roh kami kepadanya, maka ia menjelma

dihadapannya(dalam bentuk )manusia yang sempura.)

Dijelaskan pula dalam Q.S. Al-Jumuah ayat 10 yang berbunyi:

۟ ‫ُروا ِفى ٱَأْلْر ِض َو ٱْبَتُغ‬


‫وا ِم ن َفْض ِل ٱِهَّلل‬ ۟ ‫َفِإَذ ا ُقِضَيِت ٱلَّص َلوُٰة َفٱنَتِش‬
۟ ‫َو ٱْذ ُك‬
‫ُروا ٱَهَّلل َك ِثيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

146
147

Artinya:” apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah

kamu di muka bumi: dan carilah allah dan ingatlah allah banyak-

banyak.

10. Prolematika yang Muncul Pada Buruh Anak dengan Majikan

Problematika yang terjadi antara buruh anak dengan majikan

berdasarkan paparan data yang ada di bab dua, terdapat tiga hal yang

masuk ke dalam kategori problematika anatara buruh anak dengan

majikan yaitu, pertama wanprestasi buruh anak terhadap majikan,

kurangnya keseriusan anak-anak dalam bekerja, dan kecelakaan di

dalam bekerja.

Analisis terhadap problematika ini sebagai berikut, wanprestasi

yang terjadi antara buruh anak dengan majikan ini dikarenakan

ketidakseriusan anak-anak dalam hal bekerja, umur yang masih belum

matang dan pikiran yang belum dewasa membuat anak-anak menjadi

menyepelekan pekerjaannya. Begitu pula jika terjadi kecelakaan

bekerja, sikap anak-anak yang hyper aktif inilah kadang yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam bekerja.

Pandangan hukum islam ini memang tidak membolehkan

adanya pekerja anak, sebab melindungi dan member nafkaf anak

adalah wajin bagi orang tua. Terdapat di dalam Q.S Al-Baqarah ayat

233, yang berbunyi:”kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

kepada para ibu dengan cara ma'ruf.”

147
148

Dijelaskan pula dalam Q.S Al-Isra ayat 31 yang berbunyi:


‫َو اَل َتْق ُت ُل ٓو ۟ا َأ ْو َٰل َد ُك ْم َخ ْش َي َة ْم َٰل ۖ َّن ْح ُن َن ْر ُز ُق ُه ْم َو َّي اُك ْم ۚ َّن َق ْت َل ُه ْم َك اَن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ ٍق‬
‫ًر‬ ‫ْط ًٔـ َك‬
‫ِخ ا ِب ي ا‬

Artinya:”dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena

takut kemiskinan. Kamilah yang akan member rezeki kepada mereka

dan juga kepadmu sesunggunya membunuh mereka dalah seuatu dosa

besar.

C. Analisis Respons Tokoh Agama Terhadap Praktik Perjanjian Kerja

Penepek antara Buruh Anak dengan Majikan

Respon berasal dari kata reponse yang berarti jawaban, menjawab, balasan

atau tanggapan (reaction).193 Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah

suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu

gerakan yang positif, setiapjenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh

suatu perangsang dapat jugadisebut respon. Secara umum respon atau

tanggapan dapat diartikan sebagaihasil atau kesan yang didapat (ditinggal) dari

pengamatan tentang subjek,peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan 194 sedangkan

tokoh agama adalah orang yang terkemuka dalam lapangan atau agama

193
Sulistyo Anggoro Dan Chandra A.P, Kamus Besar Lengkap Inggris-Indonesia, (Solo:
Delima,1998) H. 123.
194
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999. Hal. 51.

148
149

sedangkan menurut istilah tokoh agama adalah seorang yang terpercaya dan

dihargai oleh masyarakat untuk menuntut ummat.195

Hasil temuan peneliti terkait dengan Respons Tokoh agama terhadap

perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan ini sebagaimana

yang telah di paparkan pada BAB II yaitu, ada yang memandang sudah

sewajarnya anak-anak yang seusia mereka bekerja karena faktor lingkungan

yang mendukung, ada pula yang menjelaskann bahwa anak-anak tidak

seharusnya bekerja, mereka wajib untuk bersekolah dan tidak melalaikan

sekolahnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Tagabun ayat 15:

‫َّن َم ا َأ ْم َو اُل ُك ْم َو َأ ْو اَل ُد ُك ْم ِف ْتَن ٌة ۚ َو الَّل ُه ِع ْنَد ُه َأ ْج ٌر َع ِظ يٌم‬


‫ِإ‬

Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan

(bagimu), dan di sisi allah-lah pahala yang besar.

Dalil itu juga sebagai penguat bahwa anak adalah merupakan titipan dari

Allah SWT, yang dimana selaku orang tua harus menjaga dan tidak

menelantarkan anak-anaknya.

mengacu pada KHA dan Konvensi ILO, maka yang disebut pekerja anak

sesungguhnya adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Selain bekerja

sendiri dan membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya sektor

195
Zakiyah Drajat, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), Hal 99

149
150

pertanian, perikanan, dan industri kerajinan sejak kecil anak-anak biasanya

sudah di didik untuk bekerja.196

Islam juga sangat memperdulikan perlindungan bagi umatnya terlebih

perlindungan terhadap buruh yang sangat harus diberikan perlindungan dalam

hal bekerja. Dijelaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 11:

‫َم ا َأ َص اَب ِم ْن ُم ِص يَب ٍة اَّل ْذ الَّل ِه ۗ َو َم ْن ُي ْؤ ِم ْن الَّل ِه َي ْه ِد َق ْل َب ُه ۚ َو الَّل ُه ُك َش ْي ٍء َع ِل يٌم‬


‫ِب ِّل‬ ‫ِب‬ ‫ِإ ِبِإ ِن‬

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali

dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia

akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu.

Abu Hanifah berpendapat bahwa usia baligh bagi anak laki-laki adalah 18

tahun sedangkan bagi perempuan adalah 17 tahun, sementara Abu Yusuf,

Muhammad bin Hasan, dan asy-Syafi’i menyebut usia 15 tahun sebagai tanda

baligh, baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.197

Pendapat diatas dipertegas dalam QS An-Nur ayat 58:

‫َي ا َأ ُّي َه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا َي ْس َت ْأ ِذ ْن ُك ُم اَّل ِذ يَن َم َلَك ْت َأ ْيَم اُن ُك ْم َو اَّل ِذ يَن َل ْم َيْب ُل ُغ وا اْل ُح ُل َم‬
‫ِل‬

‫ْن َق ْب َص اَل ْل َف ْج َو َن َت َض ُع َن َي َب ُك ْم َن َّظ‬ ‫ْن ُك ْم َثاَل َث َم‬


‫و ِث ا ِم ال ِه يَر ِة‬ ‫ِة ا ِر ِح ي‬ ‫ِل‬ ‫َّر اٍت ۚ ِم‬ ‫ِم‬

‫َو ْن َب ْع َص اَل اْل َش اِء ۚ َثاَل ُث َع ْو َر اٍت َل ُك ْم ۚ َل ْي َس َع َل ْي ُك ْم َو اَل َع َل ْي ْم ُج َن اٌح‬


‫ِه‬ ‫ِة ِع‬ ‫ِد‬ ‫ِم‬

196
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,(Jakarta: Kencana, 2013), Hal.115
197
Habibi, Tinjaun Hukum Islam Dan Psikologi Terhadap Batas Usia Minimal Perkawinan,
(Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010)Hal.16

150
151

‫َّل َل ُك آْل‬ ‫َك َٰذ‬ ‫ُك َل‬ ‫َل ُك‬ ‫َط ُف‬
ۗ ‫َب ْع َد ُه َّن ۚ َّو ا وَن َع ْي ْم َب ْع ُض ْم َع ٰى َب ْع ٍض ۚ ِل َك ُيَب ِّي ُن ال ُه ُم ا َي اِت‬

‫َو الَّل ُه َع ِل يٌم َح ِك يٌم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki

dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara

kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum

sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah

hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada

dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka

melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang

lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Kompilasi hukum islam batas usia anak telah diatur dalam bab XIV

tentang pemeliharaan anak yaitu pasal (98) yang berbunyi sebagai berikut:198

4. Batas usia anak yang mampu berdiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum

pernah melangsungkan perkawinan.

5. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum

didalam dan diluar pengadilan.

198
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi
Hukum Islam, (Bandung:Citra Umbara, 2015) Hal.352

151
152

6. Pengadilan agama dapat mengajukan salah seorang kerabat terdekat yang

mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak

mampu.

Namun faktor yang sangat menonjol bagi anak khususnya dipedesaan ini

menjadi buruh penepek adalah faktor ekonomi seperti pendapat dari Bagong

Suryantosebagai berikut: Pekerja anak yang terdapat di pedesaan maupun di

perkotaan tidak terlepas dari keadaan ekonomi rumah tangga, budaya dan

faktor lainnya di mana sebagian besar dari mereka terutama dari kelas sosial

yang rendah dan melakukan pekerjaan sebagian dari kegiatan sehari-hari.

Pekerjaan yang mereka lakukan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar, yaitu pekerjaan reproduktif dan pekerjaan yang produktif.199

Pekerjaan reproduktif dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan kerja yang

tidak mempunyai implikasi langsung terhadap penghasilan, tetapi memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan produktif. Pada

dasarnya pekerjaan reproduktif adalah menyangkut kerumahtangga.Sedangkan

pekerjaan produktif adalah pekejaan yang berimplikasi langsung terhadap

penghasilan. Pekerjaan produktif adalah bermacam-macam pekerjaan bila

dilakukan pelakunya akan memperoleh imbalan berupa upah.200

Secara khusus dampak anak-anak yang bekerja sebagai buruh penepek ini

sangat amat terlihat seperti tidak adanya waktu untuk anak-anak bermain,

199
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,(Jakarta: Kencana, 2013), Hal.100
200
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalamperspektif Pembangunan,(Jakarta:Pt Jasa
Grafindo Persada, 2003), Hal. 110

152
153

terganggunya pertumbuhan, kesehatan fisik dan mental anak, dan rentan

mengalami kecelakaan kerja.

Namun Perlindungan hak pendidikan bagi pekerja anak yang seharusnya

hanya dibutuhkan membantu meringankan kebutuhan keluarga, akan tetapi

anak dijadikan sebagai penopang ekonomi keluarga tanpa memperhatikan

faktor lainnya. Hal tersebut karena akan menimbulkan dampak fisik dan

psikologis bagi anak, yang paling penting terhambatnya hak mereka untuk

dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia mereka.201

Sedangkan perlindungan hukum sendiri merupakan suatu gambaran dari

fungsi hukum yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan

keterlibatan kepastian , kemanfaatan dan kedamaian202

Sedangkan dalam pekerjaan tersebut masih ada yang tidak meyertakan

perjanjian kerja yang dilakukan oleh para majikan/bos tambang dengan

penepek buruh anak yang seharusnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan

haruslah ada perjanjian kerja sesuai dengan hukum Islam yang mana

perjanjian kerja tersebut diadakan oleh dua orang (pihak) atau lebih, yang

mana pihak satu berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak yang lain

berjanji untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Perjanjian kerja tersebut haruslah jelas apakah hak dan kewajiban dari para

pekerja tersebut sudah sesuai dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaaan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk


201
Emmy Sugiyani, Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak Melalui Program Pendidikan Literacy
Class Di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,2009)Hal.26
202
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2000).Hal.42

153
154

memperoleh perlindungan dengan ketentuan bahwa setiap pekerja anak

(penepek) haruslah dipekerjakan dalam bidang pekerjaan yang ringan serta

dalam bekerja maksimal waktu bekernya adalah 3 jam kerja serta

dilaksanakan pada siang hari. Selain itu para pekerja juga belum mendapatkan

haknya sebagai pekerja yang mana seharusnya jaminan sosial serta hak untuk

memperoleh jaminan keselamatan saat bekerja .

Tetapi pada kenyataanya anak-anak yang bekerja sebagai penepek buruh

anak di Desa Bagik Payung Timur Kabupeten Lombok Timur tidaklah

mendapatkan haknya seperti tidak mendapatkan perlindungan atas

keselamatanya, dalam melaksanakan pekerjaan tersebut pekerja anak haruslah

bekerja seharian yaitu dari pagi hingga sore hari dan tanpa adanya perbedaan

jam kerja antara pekerja dewasa dan anak-anak. Hal tersebut tentunya tidak

sesuai dengan Hukum Islam yang berlaku serta undang-undang terkait dengan

pekerja

154
156

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data pada BAB II dan BAB III, maka peneliti dapat

simpulkan:

1. Praktik perjanjian kerja penepek antara buruh anak dengan majikan di

Desa Bagik Payung Timur yakni: a) mekanisme perjanjian kerja penepek

buruh anak dengan majikan terdiri dari empat tahap: tahap pengenalan

lokasi tambang, anak-anak membantu pekerjaan buruh tetap tanpa dibayar,

buruh anak ditawarkan bekerja, penerimaan dan pelaksanaan kerja. b)

bentuk dan isi perjanjian kerja penepek. c) alasan anak-anak menjadi buruh

penepek. d) alasan majikan/bos memilih anak-anak menjadi buruh

penepek. e) tanggapan orang tua terkait perjanjian kerja penepek. Dalam

respons tokoh agama, ada yang setuju dan tidak setuju jika anak-anak

tersebut bekerja menjadi buruh penepek.

2. Respon tokoh agama terhadap praktik perjanjian kerja penepek antara

buruh anak dengan majikan, ada yang setuju dan tidak setuju jika anak-

anak tersebut bekerja menjadi buruh penepek. Perbedaan pengetahuan

yang mereka miliki membuat perspektif dari tokoh agama tersebut

berbeda-beda.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan sara yang

semoga berguna di masa yang akan datang.

156
157

1. Mengingat dalam perjanjian kerja, subyek perjanjian kerja merupakan

orang-orang yang telah cakap/baligh maka kiranya jika yang melakukan

suatu perjanjian kerja tersebut adalah anak-anak sekiranya harus

sepengetahuan walinya.

2. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecelakaan dalam bekerja

sebaiknya pihak majikan/bos menyediakan suata alat keselamatan kerja

yang layak.

157
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Lampung: Citra Aditya

Bakti, 2004

Ahmad Azhar Basyir,Asas-Asas Hukum Muamalat: Hukum Perdata Islam

Yogyakarta: Uii Prss, 2000

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah, Jakarta: Amzah, 2013

Aloysius Uwiyono. Asas-Asas Hukum Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers 2014

Al- Dardiri, Al Syarh Al Kabir Hasiyah Dasuki, Mesir: Al Babi Al Halabi, T.Thn

Al- Hasyimi, Sayyid Ahmad, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Bandung, Sinar Baru,

1993,

Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004

Asma Sari Rambe, “Peran Tokoh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remajadi

Desa Biru Kecamatan Aek Bilah Kabupaten Tapanuli Selatan”, (Skripsi:

Iain Padang Sidempuan, Sumtaera Utara, 2020), Diunduh Dari

Http://Etd.Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id/Id/Eprint/6385, Diakses Tanggal

11 Maret 2021, Pukul 19:41 Wita.

Bimo Walgito, Pengantar Pisikologi Umum, Yogyakarta: Ugm, 2006

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007

Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, Tangerang Selatan: Unpam Press, 2018)

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,Jakarta: Kencana, 2013

Chairuman Pasaribu Dan Sahrawardi, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta:

Sinar Grafika, 1996


Dadan Muttaqien, Cakap Hukum: Bidang Perkawinan Dan Perjanjian,

Yogyakarta: Insania Citra Press,2006

Dalam Akad Muamalah Kontemporer Di Kota Mataram, (Jurnal, Fsei Iain

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989

Destya Ade Rahayu, “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Menurut

Undang-Undang Ketenagakerjaan”, (Skripsi, Fakultas Hukum

Universitas Muhammadyah Palembang, Palembang, 2019), Diunduh Dari

Http://Repository.Um-Palembang.Ac.Id . Pada Tanggal 20 Desember

2021, Pukul 10.30

Dokumentasi, Profil Desa Bagik Payung Timur Tahun 2020, Dikutip Tanggal 23

November 2021.

Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Insttrumen Penelitian, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2014

Eko Prasetyo, “Analisis Hukum Islam Terhadap Mempekerjakan Anak Di Bawah

Umur Di Desa Wanglukulon Kecamatan Senori Kabupaten Tuban”,

(Skripsi, Fakultas Syariah Institus Agama Negeri Sunan Ampel, Surabaya,

2009), Diunduh Dari Http://Digilib.Uinsby.Ac.Id/7087 Pada Tanggal 28

Pebruari 2021, Pukul 10.30 Wita.

Emmy Sugiyani, Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak Melalui Program

Pendidikan Literacy Class Di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta,2009


Ghufron A. Mas’adi. Fiqh Muamalah Konstektual Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2002

Habibi, Tinjaun Hukum Islam Dan Psikologi Terhadap Batas Usia Minimal

Perkawinan,Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

2010

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (akarta: Raja Grafindo Persada, 2007

Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: Kpai, 2017

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Indar Wahyuni, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak”, (Skripsi, Fak.

Syariah Uin Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2005), Diunduh Dari

Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id Pada Tanggal 28 Pebruari 2021, Pukul

10.00 Wita.

Jakarta: Raja grafindo Persada, 2010

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja

Rosdakarya,

2005

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999.

Khusnul Khatimah, Peran Tokoh Agama Dalam Pembangunan Sosial Agama,

Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2018

Lalu Husni.2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo

Persada.
Lalu Husni, 2000. “Pengantar Hukum Tenaga Kerja Indonesia”. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Mataram, Mataram, 2015

Matthew B. Miles Dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Ter. Tjetjep Rohendi Rohidi,

Jakarta: Ui-Press, 1992

Moh Faishol Khusni, Fase Perkembangan Anak Dan Pola Pembinaannya Dalam

Perspektif Islam, (Jurnal, Universitas Muhammadyah Yogyakarta,

Yogyakarta, Tt), Hlm. 6-7 Repository.Umy.Ac.Id. Diakses Pada Tanggal

12 April 2021, Pukul 10.02

Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam, Malang: Uin Press, 2008

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalamperspektif Pembangunan,

(akarta:Pt Jasa Grafindo Persada, 2003

Muslihun Muslim, Fiqh Ekonomi, Mataram: Lkim Iain Mataram, 2005

M. Ali Hasan, Fiqh Muamalah : Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, Yogyakarta: Bpfe, 1980

O.U. Efendi, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bhakti,

2000

Pandji Puranto, Berbagai Upaya Penanggulangan Pekerja Anak, (Jakarta:

Rajawali Press: 1995), Hal 15

Prof. Dr. Syamsul Anwar,M. A. Hukum Perjanjian Syariah Jakarta: Raja

Grafindo, 2007
Q.S. An-Nisa (5): 4

Q.S. At-Tahrim (66):6

Rahmat Syafi‟I, Fikih Muamalat, Bandung: Pustaka Setia, 2006

Riski, Riduan, Fajri (Buruh Anak) Dan Kenata Putri (Asisten Pengusaha

Tambang), Wawancara, Desa Bagik Payung Timur, Tanggal 12-19

Maret 2021.

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj, Kamaluddin A.Marzuki Bandung: Al-

Maarif,1998

Siti Rosidah, “Pandangan Tokoh Agama Terhadap Simpan Pinjam :Studidi

Koperasi Unit Desa Tani Bahagia Kecamatan Gondang Kabupaten

Mojokerto” (Skripsi: Fak. Syariah Uin Maulana Malik Ibrahim Malang,

2019), Diunduh Dari http://Etheses.Uin-Malang.Ac.Id/Eprint/15044,

Diakses Tanggal 11 Maret 2021, Pukul 15:27 Wita.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

2000

Sulastri. Jurnal. “praktik mempekerjakan anak dalam perspektif hukum islam dan

hukum positif serta pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak.

Prodi Psikologi. UMM Lampung. Diakses pada Desember 2021

Sulistyo Anggoro Dan Chandra A.P, Kamus Besar Lengkap Inggris-Indonesia,

Solo: Delima,1998 H.
Sumitro Dan Ronny Hinitiyo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri,

Jakarta: Balai Aksara Dan Saadiyah, 1990)

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah : Studi Tentang Teori Akad Dalam

Fikih Muamalat,

Tm. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta : Pustaka Rizqi

Putra,

1997,

Thoriqotul Azizah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak Di Bawah


Umur : Studi Analisis UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Perspektif Maslahah ”, (Skripsi, Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015), Diunduh Dari
Http://Eprint.Walisongo.Ac.Id/Id/Eprint/ Pada Tanggal 1 Maret 2021,
Pukul 21.45 Wita
Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan

Kompilasi Hukum Islam, Bandung:Citra Umbara, 2015

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy Wa ‘Adilatuh, Damsyik: Dar Al-Fikr,

1989

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islȃmī Wa Adilatuhū, Jakarta: Gema Insani, 2011

Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syari’ah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.

Zaenudin Mansyur, Pandangan Tuan Guru Tentang Anak Sebagai Mahkum

‘Alaih Dalam Akad Muamalah Kontemporer Di Kota Mataram, Jurnal,

Fsei Iain Mataram, Mataram, 2015

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010

Zakiyah Daradjat. Dkk, Ilmu Fiqh Ii, Jakarta: Departemen Agama, 1983

Zakiyah Drajat, Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: Bulan Bintang, 1989

Anda mungkin juga menyukai