SKRIPSI
Oleh:
HOMSATUN
NIM. 160711100019
NAMA : HOMSATUN
NIM : 160711100019
PROGRAM STUDI : S-1 (STRATA SATU) HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS : KEISLAMAN
JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS
PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA
MELALUI PERSEORANGAN (Study Kasus di Desa Sepulu
Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan)
Dosen Pembimbing
Mengetahui
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
HOMSATUN
NIM 160711100019
Skripsi ini telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keislaman
Universitas Trunojoyo Madura, dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana
Pada tanggal, 23 Juni 2020
DEWAN PENGUJI
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan
ataupun paksaan dari pihak maupun demi menegakkan integritas akademik di institusi ini.
Dibuat di : Bangkalan
Pada Tanggal : 6 Juni 2020
Yang membuat pernyataan
Materai 6000
Ana Rahmawati
NIM. 160711100022
iii
NOTA DINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.,
Dekan Fakutas Keislaman
Universitas Trunojoyo
Assalamu’alaikum wr,wb.
Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan Skripsi yang berjudul
Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan pada Fakultas Keislaman
Universitas Trunojoyo Madura untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Hukum Bisnis Syari’ah
Wassalamu’alaikum wr.wb
iv
MOTTO
فاستبقوا الخيرات
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB-LATIN
DAFTAR TRANSLITERASI
1 ا ’ ط t{
2 ب b ظ z{
3 ت t ع ‘
4 ث th غ gh
5 ج j ف f
6 ح h{ ق q
7 خ kh ك k
8 د d ل l
9 ذ dh م m
10 ر r ن n
viii
11 ز z و w
12 س s ه h
13 ش sh ء ,
14 ص s{ ي y
15 ض d{
dua huruf ay dan aw. Bunyi hidup (vocaliza dan harakah) huruf konsonan akhir
sebuah kata tidak dinyatakan dalam translitrasi. Translitrasi hanya berlaku pada huruf
ix
(ketentuan ini tidak diperlukan pada kata-kata arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki
lafal aslinya) bila diikuti kata sandang“al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis
h.
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, dan dhammah
ditulis t
C. Vokal Pendek
D. Vokal Panjang
x
E. Vokal Rangkap
2 Fathah+wawumati Ditulis Au
قول Ditulis Qaul
F. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
b. Bila diikuti huruf al Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang
mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya
xi
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan Ibu tercinta yang tidak pernah lupa medoakan dalam setiap langkah
ini.
menghibur penulis.
xii
KATA PENGANTAR
Assalamualikum wr.wb
Segala Puji Bagi Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha
kepada penulis, sehingga skripsi yang Berjudul “Analisis Keputusan Bahtsul Masa’il
PWNU Jawa Timur Tentang Mura<bah{ah ala BMT” ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi yang Agung,
Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak maka tidaklah
mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
Truonojoyo Madura.
xiii
5. Bapak Mohammad Hipni, S.H.I., M.H.I, Koordinator Prodi Hukum Bisnis
6. Bapak Ahmad Musadad, S.H.I., M.SI, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini yaitu skripsi.
9. Orang Tua tercinta, Ayahanda Amanudin dan ibunda Masruroh, yang sangat
kesabaran dan pengertian. Serta tiada henti memberikan doa yang paling
terbaik untuk penulis dan dukungan, baik secara moril maupun materil,
xiv
10. Mbak-mbak ku dan adi-adik ku tercinta, Mbak Elis, Mbak Erma, Adek Dani,
Mia, Ara yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Teman-teman Hukum Bisnis Syariah kelas A angkatan 2016 yang baik-baik,
12. Adek tingkat, Mia Efita yang berbesar hati memberikan pinjaman laptop
Tiada gading yang tak retak, ungkapan seperti itulah yang tepat untuk skrpsi ini,
penulis yakin jika penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdo’a semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, dan semoga mereka memperoleh manfaat
Wassalamu’alaikum wr.wb
penulis
Ana Rahmawati
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ -
PENGESAHAN DEKAN........................................................................................ i
DEWAN PENGUJI.................................................................................................. ii
MOTTO.................................................................................................................... v
ABSTRAK................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN.................................................................................................... xi
DAFTAR ISI.............................................................................................................xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 6
D. Kajian Pustaka............................................................................................... 7
E. Metode Penelitian.......................................................................................... 9
F. Sistematika Pembahasan................................................................................ 13
xvi
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG METODE ISTINBATH DAN
MURA<BAH{AH
A. Metode Istinbath............................................................................................ 16
b. Pembagian Ijtihad.................................................................................... 19
d. Tingkatan Mujtahid.................................................................................. 29
B. Mura<bah{ah................................................................................................ 33
a. Pengertian Mura<bah{ah........................................................................ 33
c. Rukun Mura<bah{ah............................................................................... 38
d. Syarat Mura<bah{ah............................................................................... 40
e. Jenis-jenis Mura<bah{ah........................................................................ 41
BMT.............................................................................................................. 60
xvii
BAB IV: ANALISIS TERHADAP HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASA’IL
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 83
B. Saran.............................................................................................................. 83
C. Penutup.......................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang suci ini, Allah telah memberikan aturan hidup melalui Rasul-Nya,
Islam).1
kepada hal baik dan bermanfaat bagi manusia, kapan dan dimanapun tahap-
diterapkan kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Selain itu Islam
adalah agama yang fitrah yang sesuai dengan sifat dasar manusia. Islam juga
1
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), 2.
1
beli untuk memenuhi kebutuhan hidup. Transaksi ini dapat diterapkan antar
adalah semua badan yang kegiatannya dalam bidang keuangan, yang mana
keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya yang berupa bentuk aset
menyalurkan dana sekaligus. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka
bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank dibagi
2
Ibid,.. 104.
3
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2009), 27-28.
2
1. Lembaga keuangan konvensional (Bank Konvensional).
keuangan yang lebih terfokus pada bidang penyaluran dana dan masing-
jenis lembaga keuangan non bank adalah seperti, pegadaian syari’ah, pasar
modal syari’ah, perusahaan asuransi, BMT (Baitul Mal wa Tamwil), dan lain-
lain.
dua istilah yaitu bait al-ma<l dan bait al-tamwi<l. Bait al-ma>l lebih
4
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2015, 12.
5
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta:UPP KYPN), 2005, 1.
6
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah....., 46.
3
adalah sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. BMT
pelayanan bank Islam atau BPR Islam. BMT memiliki pangsa pasar
berhubungan dengan pihak bank. BMT adalah lembaga keuangan mikro yang
ada di BMT (Baitul Mal wa Tamwil) adalah layanan jasa, simpanan, dan
akad mura<bah{ah.7
dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dengan harga jual terdapat
nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi s{a<hibul ma<l dan
nasabah baik di Bank Syari’ah maupun di BMT (Baitul Mal wat Tamwil).
7
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan
Praktis, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), 363.
8
Mardani, Fiqih Ekonomi Syriah: Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 136.
4
diinginkan dengan baik dan sesuai keinginannya, dengan pembayaran secara
praktek yang digunakan baik dalam Bank Syariah maupun BMT yang tidak
Bojonegoro pada tanggal 31 Maret – 01 April 2011, waktu itu dalam kegiatan
5
B. Rumusam Masalah
peneliti kaji dalam penelitian ini terfokus pada dua pembahasan yaitu:
Ushul Fiqih?.
BMT.
Nahdlatul Ulama.
6
c. Mengetahui cara pengambilan hukum NU terkait permasalahan yang
ada di masyarakat.
D. Kajian Pustaka
kegiatan advokat yang tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya, yaitu
jerat hukum, dan haram hukumnya seorang advokat menerima honor dari
klien yang dibelanya9. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian yang
Dalam skripsi yang ditulis Ahmad Hutbi objek penelitian yang digunakan
adalah tentang Advokat, sedangkan objek yang akan penulis teliti adalah
oleh ulama NU dan metode istinbath yang digunakan oleh ajlis tarjih dan
9
Ahmad Hutbi, Analisi Fatwa Lembaga Bahtsul masail Nahdlatul Ulama Tentang Advokat,
Skripsi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
7
tajdid Muhammadiyah untuk menetapkan suatu hukum tentang zakat
pertambakan dan metode istinbath yang digunakan oleh majlis tarjih dan
majlis tarjih dan tajdid menggunakan metode baya<ni<10. Hal ini sangat
terletak pada objek dan juga kajian yang penulis teliti, jika penulis
masa’il dan majlis tarjih dan tajdid dalam memutuskan hukum zakat
peternakan.
tahun 2008. Dalam penulisan skripsi ini Abdul Aziz menjelaskan bahwa
terdapat dua hukum yang dikeluarkan terhadap status gaji yang yang
10
Miftakhul Muslimin, Studi Komparasi Metode Istinbat Hukum Lembaga Bahtsul Masail
Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Tentang Zakat Hasil Pertambakan,
(Skrips, Fakultas Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura, 2019).
8
a. Halal karena tidak ada keterkaitan antara risywah (suap) dengan gaji.
b. Haram, karena ada keterkaitan sebab dan akibat atara risywah (suap)
dan gaji. Bahwa gaji yang diterima tidak termasuk ijarah (upah),
antara skripsi yang ditulis oleh Abdul Aziz dengan penulis adalah
terletak pada objeknya yaitu pada skripsi Abdul Aziz objeknya adalah
BMT.
E. Metode Penelitian
melakukan penelitian atau tata cara dalam meneliti. Dengan adanya metode
11
Abdul Aziz, Study Analisis Terhadap Keputusan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Tahun
2004 Tentang Gaji Pegawai yang Proses Pengankatannya Karena Risywah, Skripsi Institut Agama
Islam Walisongo Semarang, 2008.
9
menggunakan metodologi yang benar atau lazim. Adapun metode yang
1. Jenis Penelitian
data primer maupun data sekunder. Juga suatu riset kepustakaan dengan
2. Sifat Penelitian
12
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:UII Press Yogyakarta), 9.
13
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarata:UI Press, 1986), 102.
14
Munawaroh, Panduan Memahami Metodologi Penelitian, (Malang: Intimedia Anggota
Media IKAPI, 2013), 15.
10
mengorganisasikannya menjadi satu pola, kategori dan satu uraian dasar15.
3. Pendekatan Penelitian
4. Objek Penelitian
5. Sumber Data
a. Data Primer
Adapun sumber data primer yang diambil dari penelitian ini yaitu
15
Lex j. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Badung: Remaja Rosdakarya, 2007),
280.
16
Mathew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1992), 17.
17
Donald R. Cooper dan C.William Emory, Metode Penelitian Bisnis,( Jakarta: Erlangga,
1995), 256.
11
buku yang berjudul “NU Menjawab Problematika Umat Keputusan
b. Data Sekunder
penelitian.
sekunder.
18
Bahdin Nur Tanjung dan Ardial, Penulisan Karya Ilmiyah, (Jakarta:Kencana Media Grup,
2005), 64.
12
Dalam penelitian kualitatif metode analisis data yang digunakan
sebuah kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab dan pada tiap-tiap bab
dalam latar belakang. Ketiga, Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian, yaitu
berisi tentang tujuan yang akan dicapai dan manfaat yang diharapkan
secara literatur yang telah ada sebelumnya dan kaitannya dengan objek
19
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2014), 220.
13
Keenam, Sistematika Penulisan sebagai upaya yang mensistematiskan
pengumpulan.
mura<bah{ah. Bab ini terbagi beberapa sub bab tentang metode istinbath
BAB III: dalam bab ini membahas tentang keputusan Bahtsul Masail
PWNU Jawa Timur tentang Mura<bah{ah ala BMT, yang mana dalam hal
ini berisi tentang Sejarah Nahdlatul Ulama, Sekilas tentang Bahtsul Masa’il,
BAB IV: Dalam bab ini memuat analisis hasil dari Bahtsul Masail
PWNU Jawa Timur tentang Mura<bah{ah ala BMT, yang berisi tentang
14
Masail PWNU Jawa Timur tentang Mura<bah{ah ala BMT dilihat dari
BAB V: Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian.
15
BAB II
MURA<BAH{AH
a. Pengertian Istinbath
nabtun yang artinya “air yang pertama kali muncul pada saat seseorang
“mengeluarkan air dari mata air (dalam tanah)”. Jadi, kata istinbath
ijtihadnya21.
20
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), 1376.
21
Duski Ibrahim, Metode Penetapan Hukum Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 79.
16
Ijtihad berasal dari kata Ijtahada yang berarti bersungguh-sungguh,
syara’ dari dalil-dalil syara’ secara terperinci 22. Di kalangan para ulama
hukum syara’, maupun dalam penerapannya. Oleh karena itu Abu Zahrah
membagi ijtihad menjadi dua macam yaitu yang pertama, ijtihad untuk
untuk bentuk ijtihad yang kedua yaitu ijtihad dalam penerapan hukum
akan selalu ada di setiap masa, selama umat Islam mengamalkan ajaran
22
Faishal Haq, Ushul Fiqih: Kaidah-kaidah Penerapan Hukum Isam, (Surabaya: Citra Media,
2007), 109.
23
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh (Kaito: Dar al-FikrAl-Arabiy,tt), 301.
17
diatas yang dimaksud dengan Ijtihad adalah ijtihad dalam
mengistinbathkan hukum.
Dasar hukum yang digunakan dalam ijtihad adalah terletak pada Q.S
فَاِ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف ْ َس ْي ٍء,الر ُس ْو َل َواُْويِل ْ ااْل َ ْم ِر ِمْن ُك ْم
َّ ياَ اَيُّهاَ الَّ ِذيْ َن اََمُن ْوا اَ ِطْيعُ ْوا اللَّهَ َواَ ِطْيعُ ْوا
ِ ِ ِو َن بQQ Qو ِل ِإ ْن ُكْنتُم ُتْؤ ِمُنQ Q Qر ُّدوه ِإىل اهلل والَّرسQQ Qَف
ُنQ Q Qَأح َس
ْ ر َوQٌ Q Qلِك َخْيَ َذ,وم اآْل خِ ِرQْ Q Qاهلل َوالَْي ْ ْ ْ ُ َ َ َ ُْ ُ
.ًتَْأ ِويْال
hukum Islam yang pasti yaitu al-Quran dan Sunah Rasulullah saw.
baru ada.
b. Pembagian Ijtihad
24
Dearteman Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 87.
18
Ada beberapa sudut pandang yang telah digunakan oleh para ulama
25
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Akksara, 2004), 104-
106.
19
pada suatu cabang di antara cabang-cabang fiqih, sehingga dapat
dilakukannya ijtihad.
ini sulit sekali ditemukan, karena dalam diri mujtahid fardiy harus
26
Ibid.,
20
b) Ijtihad Jama’i (kelompok/ kolektif), yaitu ijtihad yang dilakukan
potensi dan keahlian yang berbeda. Itihad yang seperti ini lebih
21
1) Pembahasan lafaz{ dari segi cakupan maknannya
oleh dalil.
28
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2016), 268-273.
22
3) Pembahasan lafaz{ dari segi kejelasan maknannya
hukum
23
5) Pembahasan lafaz{ dari segi sighat taklif
alasan logis atau hikmah yang ingin dicapainya, sebab Allah tidak
terlebih dahulu.
29
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh...., 384.
24
Jumhur ulama berpendapat bahwasannya alasan yang logis itu
selalu ada, tetapi ada yang tidak terjangkau oleh akal manusia
30
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU..., 115.
25
3) Tah{si<niyyah (penunjang) yaitu sebuah kemaslahatan yang
dibebani oleh hukum, yang populer dengan istilah asas praduga tak
5. Dilihat dari kaitan materi atau objek yang menjadi sasaran kajian
yang paling kuat yang terdapat pada warisan fiqih Islam, yang
26
memilih pendapat baru dalam masalah yang belum pernah didapati
32
Ibid.
33
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2005), 251-
254.
27
dimana hadits-hadits hukum yang dapat dijangkau bila mana
diperlukan.
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Allah dan Rasul-Nya), dan mana
melakukan ijtihad.
d. Tingkatan Mujtahid
28
1. Ijtihad Muthlaq34
29
mujtahid yang tergolong sebagai mujtahid muthlaq diantaranya
2. Ijtihad fi al-Madzhab37
35
Satria Effendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2005), 257.
36
Moh Mufid, Ushul Fiqih Ekonomui dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori ke Aplikasi,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 201.
37
Abdurrahman Dahlan, Ushul Fiqih…, 355.
30
Ijtihad fi al-Madzhab adalah suatu kegiatan ijtihad yang
a) Ijtihad at-Tahrij
b) Ijtihad at-Tarjih
31
Yang dimaksud dengan ijtihad at-tarjih adalah kegiatan ijtihad
mujtahid at-tarjih.
c) Ijtihad al-Futyah
B. Mura<bah{ah
a. Pengertian Mura<bah{ah
32
Salah satu skim yang banyak digunakan dan populer di perbankan
juga pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Secara
menurut Istilah jual beli mura<bah{ah adalah jual beli komoditas yang
Mura<bah{ah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar
dikemudian hari40.
38
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013), 113.
39
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar), 103.
40
Kautsar Rizal Salman, Akuntansi Perbankan Syari’ah Berbasis Psak Syariah, (Jakarta:
Akademia Permata, 2012), 141.
33
Menurut Ulama Hanafiyah, mura<bah{ah adalah “Mengalihkan
“jual beli barang yang disertai dengan besaran harga pembelian dengan
barang kepada orang lain kemudian berkata: “ belikan barang yang seperti
seseorang itu membelikannya, maka jual beli yang seperti ini termasuk
jual beli yang sah. Dan menurut Imam Syafi’i jual beli atau transaksi
disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Akad ini
41
Ensiklopedia Fiqih online diakses pada www.fikihonline.com, diakses pada hari/tanggal,
Senin, 23 Desember 2019, pukul 13:00 WIB.
42
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2001), 102.
34
Karena dalam definisinya disebutkan adanya “keuntungan yang
Para ulama berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang bisa
barang itu.
biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli
dalam keuntungannya.
tersebut harus di bayarkan kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai
35
Secara singkatnya, dapat dikatakn bahwa keempat adzhab tersebut
oleh pihak ke tiga selama pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihka ke
tiga43.
Mura<bah{ah adalah bagian terpenting dari jual beli dan prinsip ini
bank Islam dan lembaga keuangan syariah lainnya. Dalam Islam jual beli
sebagi sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang di ridhoi
1. Al-Qur’an
43
Adiwarman A Karim, Bank Islam …, 114.
36
a) QS. An-Nisa’ [4]: 2944
ِ والَ ُك ْم َبْينَ ُك ْم بِالبَطQَ Qْأ ُكلُ ْوا َْأمQ َوا آلَ تQْ Qا الَّ ِذيْ َن ءَ َامُنQQيَاَيُّ َه
ارةً َع ْنQَ Q َ و َن جِتQْ Qِل ِإالَّ َأ ْن تَ ُك
. ِإ َّن اهللَ َكا َن بِ ُك ْم َر ِحْي ًما. اض ِمْن ُك ْم َوالَ تَكُْتلُ ْوا َأْن ُف َس ُك ْم ٍ َتَر
ِ ِ ِ َا
سِّ ْيطَا ُن م َن الْ َمQهُ ال َّشQُو ُم الَّذ ْي َيتَ َخبَّطQْ ا َي ُقQو َن ِإاَّل َك َمQْ ا اَل َي ُق ْو ُمQَالرب ِّ لذيْ َن يَْأ ُكلُ ْو َن
ٌةQَاءَهُ َم ْو ِعظQجQَ ا فَ َم ْنQQَالرب
ِّ ر َمQَّ حQَ ل اهللُ َوQ ِّ لQُ Qْع ِمثQُ Qا الَْبْيQQَالُْوا ِإمَّنQQَلِك بَِأن َُّه ْم ق
َّ حQَ َا َواQQَالرب َ َذ
اب النَّا ِر ُه ْم َ اد فَُأولَِئQ ِ ِ ِ ِ
ُ َحQصْ َك ا َ رهُ اىَل اهلل َو َم ْن َعQُ ف َو َْأم َ َلQم ْن َربِّه فَا ْنَت َهى َفلَهُ َما َس
.فِْي َها َخالِ ُد ْو َن
44
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, 83.
45
Ibid., 48.
37
2. Hadits
ُ ةQث فِْي ِه َّن الَْبَر َك َ Qَلَّ ْم قQه َو َسQِ Qلَّى اهللُ َعلَْيQص
ٌ َ ثَال: الQ َّ ُهQQي اهللُ َعْنQب َر ِض
َ ُّ َأن النَّيِب َ
ٍ َهْيQص
ُ َع ْن
.(ت الَلِْلَبْي ِع )رواه ابن ماجه ِ ط الْبِّر بِالشَّعِ ِ اِل ْبي
َْ رْي ُ ُ ضةُ َو ُخ ْل َ َأج ٍل َوالْ ُم َق َار ِإ
َ الَْبْي ُع ىَل
“Dari Suaib ar-Rumi r.a Rasulullah saw bersabda, ”Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqorodhoh (mudharabah), dan campuran gamdum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(H.R Ibnu Majah)46.
3. Ijma’
Raulullah47.
c. Rukun-rukun Mura<bah{ah
Rukun adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
kegiata atau lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu elemen tersebut
maka kegiatan tersebut dinyatakan tidak sah atau lembaga tersebt tidak
46
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Kairo: Dar al-Fikr, 2010, Nomor Hadits: 2289, 314.
47
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000), 107.
48
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah¸ (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 70-72.
38
Dengan ini yang dimaksud dengan pelaku akad adalah orang
jual beli dengan orang gila dianggap tidak sah, dan jual beli dengan
anak kecil bisa dianggap sah apabila mendapatkan izin dari walinya.49
2. Objek Akad.
Objek akad adalah barang yang telah diperjual belikan yang memiliki
sifat:
jelas.
Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela
d. Syarat-syarat Mura<bah{ah
49
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 179.
39
Syarat-syarat yang terdapat pada akad mura<bah{ah adalah:50
2. Kontrak pertama harus sah dan sesuai dengan rukun yang telah
ditetapkan.
4. Penjual harus memberi tahu pembeli jika barang yang dijual terdapat
Secara prinsip jika syarat dalam urutan pertama, keempat dan kelima
3. Membatalkan kontrak.
40
2. penyerahan Barang Sekarang
Penjual Pembeli
(Ba’i) 1. Akad Mura<bah{ah (Musytarak)
membeli atau tidak dan ada yang pesan atau tidak. Penyediaan
41
1) Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip mura<bah{ah)
suatu penjualan yana mana dua pihak atau lebih bernegosiasi dan
52
Wiroso, Jual Beli Murabahah,(Yogyakarta:UII Press,2005), 37.
53
Wiroso, Produk Perbankan Syariah Dilengkapi UU Perbankan Syariah dan Kodifikasi
Produk Bank Indonesia, (Jakarta:LPFE Usaki, 2009) 176.
42
1) Apabila pembeli (BMT) menerima nasabah, maka BMT harus
penjualan akad.
43
Sebagian Lembaga Keuangan Syari’ah telah menggunakan
54
Ibid., 177.
44
2) Ketika barang ditawarkan kepada nasabah, nasabah harus
diperolehkan.
menjadi :55
55
Ibid.
45
b) Pembayaran tangguh atau cicilan, yaitu suatu pembayaran yang
tangguh atau cicilan. Pada saat ini belum ada perbankan yang menjalankan
56
Ibid., 178.
46
BAB III
Komisaris Partai Sarikat Islam, dan Hadji Wahab Chasboellah dari Organisasi
Ulama Surabaya. Namun dalam Muktamar Khalifah di Kairo Mesir tidak jadi
47
Sedunia cabang Hindia Timur atau Muktamar Al-Alam Al-Islam Faral Hind
demikian Muktamar Al-Islam Sedunia gagal juga, hal ini menjadi sebab
Saudi Arabia. Tujuannya adalah memohon agar Raja Ibnu Saud memberikan
57
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: CV. Tria Pratama, 2015), 471.
58
Soelaiman Fadeli, M. Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah, (Surabaya:
Khalista, 2007), 1.
48
Latar belakang berdirinya NU sangat erat kaitannya dengan
perkembangan pemikiran keagamaan dan politik Dunia Islam pada waktu itu.
dalam Fiqih Nahdlatul Ulama menganut salah satu dari empat madzhab yaitu
ada, akan tetapi pertumbahannya sangat lambat. Dan sebelum organisasi itu
pemurnian ajaran Islam. Tidak hanya itu penguasa Arab Saudi berkeinginan
untuk menempatkan diri sebagai khilafah tunggal dunia Islam, penguasa Arab
49
yang dialami bangsa Indonesia sebelumnya, dengan latar belakan tradisi
masalah sosial politik, dan kultural yang terjalin dalam suatu keterkaitan. Para
ulama pada umumnya telah memiliki jama’ah (komunitas warga yang menjadi
pesantrennya. Pola hubungan santri – kiai ini telah mampu mewarnai, bahkan
Berdirinya NU tidak bisa lepas dari sosok dua tokoh besar yaitu KH.
Hasyim Asy’ari, seorang kiai dari Jawa Timur yang sangat disegani saat itu,
dan KH. Abdul Wahab Hasbullah, seorang yang sangat dinamis yang pernah
belajar di Makkah dan telah aktif dalam Sarekat Islam (SI) disana, dan
Bisri Samsuri (Jombang), KH. Abdul Halim Leuwi Munding (Cirebon), KH.
Mas Alwi Abdul Aziz dan KH. Ridwan Abdullah (Surabaya), KH. Maksum
dan KH. Kholil (Lasem, Rembang), dan teman-teman pemuda KH. Wahab,
yaitu Abdullah Ubaid (Kawatan, Surabaya), Thohir Bakri dan Abdul Halim,
50
2. Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentuksan kesesuaian dengan
Dengan demikian pengaruh ulama sangat besar dalam NU, dan telah
mendapat konfirmasi dari Khittah NU. Hal ini disebabkan karena dasarnya
51
B. Sekilas tentang Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama’64
keilmuan dengan cara mencari dalil-dalil dari kitab kuning atas suatu
64
Ahmad Zahro, Tradisi…….., 67-73.
52
Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama yang diadakan di Cipasung pada
tersebut kurang efektif sehingga ide itu hilang bagaikan ditelan angin65.
yaitu:
(‘amaliyyah).
dimaksud dengan hukum fiqih adalah hukum agama yang digali dan
65
Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah-Istilah-AmaliahUswah, cet.
ke-2, (Surabaya: Khalista bekerja sama dengan Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN NU) Jawa Timur,
2014), II: 71.
53
mujtahid mutlak, secara individual maupun secara kolektif, melalui
sangat dinamis, demokratis dan memiliki wawasan yang luas. Forum ini
dikatakan dinamis karena persoalan (masa>il) yang dibahas adalah hal yang
masyarakat dewasa ini. Dikatakan demokratis karena dalam forum ini tidak
membedakan antara kiai dan santri baik yang sudah tua maupun masih muda.
Siapapun yang memiliki pendapat paling kuat maka itulah yang diambil. Dan
forum ini tidak memiliki pembatasan mazhab serta selalu sepakat dalam
khilafiah.66
organisasi NU, sebagai forum diskusi alim ulama (syuriah) dalam menetapkan
66
MA. Sahal Mahfudh, “Bahth a l - Masa>il dan Istinba>th Hukum NU: Sebuah Catatan
Pendek”, dalam M. Imdadun Rahmat (ED.), Kritik Nalar Fiqih NU: Transformasi Paradigma Bahtsul
Masail, cet. ke-1 (Jakarta: Lakpesdam, 2002), xii.
54
sebagai bimbingan warga NU dalam mengamalkan agama sesuai dengan
b. Masail Diniyah
ini bertugas mengkaji RUU dan UU baru dari sisi agama, untuk
67
PW NU Jawa Timur, NU Menjawab Problematika Umat Jilid 1: 1979 - 2009, (Surabaya:
PWNU Jawa Timur, 2015), 446.
55
Jefri dan Reni adalah sepasang kekasih yang sama-sama bekerja di
menikah. Namun, karena terkendala oleh kontrak kerja mereka tidak bisa
jefri dan reni tersebut? jawabnnya tidak sah, karena belum memenuhi
al-Kutub al-‘Ilmiyah]
dalam Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama. yaitu qauli<, ilha<qi, dan
56
manhaji<. Hal ini karena Nahdlatul Ulama sangat berhati-hati dalam
dihadapi. Jadi hal yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama adalah menelusuri
mata rantai yang baik dan sah pada setiap generasi. 68 Dibawah ini adalah
rujukan. Cara taqri<r yang demikian hanya menetapkan saja apa yang
sudah ada. Hal ini dilatar belakangi oleh suatu pandangan yang diyakini
68
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU…,115-116.
57
Keputusan Bahtsul Masail mulai dari 1926 hingga 1999, tercatat hanya 4
dalam suatu kitab secara tekstual dengan persoalan yang sudah ada
69
Mulyono Jamal dan Muhammad Abdul Aziz, Metodologi Muhammadiyah dan NU (Kajian
Perbandingan Majlis Tarjih Dan Lajnah Bahtsul Masail), Vol 7 nomor 2, 192.
58
mendapatkan rujukan dari kitab mu’tabar maka digunakanlah metode
penetapan hukum akan merujuk pada al hadits dan begitu seterusnya yang
metode ini, berkat usaha yang dilakukan seperti Halaqah Denanyar dan
empat yang dianggap masih relevan hingga sekarang ini meskipun diluar
70
Ahmad Musadad, Muqaranah Madzahib…, 292
71
Mulyono Jamal & Muhammad Abdul Aziz,” Metodologi Istinbath Muhammadiyah Dan
NU...”, 195.
59
boleh menggunakan madzhab yang lainnya yang sudah termodifikasi agar
madzhab Syafi’i.
Pada saat pertemuan rutinan yang dilakukan oleh Lembaga Bahtsul Masail
2011, waktu itu terdapat persoalan mengenai praktik mura<baha}ah yang ada
di BMT. Bahwasanya praktik yang dilakukan oleh BMT waktu itu tidak
sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak sesuai dengan teori.
yaitu tidak terdapatnya wakil dalam melakukan transaksi tersebut dan barang
membeli kain, maka pihak BMT memberikan uang Rp. 1.000.000,- kepada si
pedagang. Uang ini bukan sebagai pinjaman, akan tetapi uang tersebut
72
PW NU Jawa Timur, NU Menjawab Problematika Umat Keputusan Bahtsul Masail PWNU
Jawa Timur Jilid 2, (Surabaya: PW LBM NU Jawa Timur, 2015), 250.
60
digunakan untuk dibelikan kain atas nama BMT dan sekaligus menjual
praktik yang dilaksanakn di BMT dengan menggunaan sistem seperti itu tidak
(BMT) dan yang seharusnya dilakukan oleh BMT adalah ketika terdapat
nasabah yang membeli barang atas nama BMT harus terlebih dahulu
ِ ا مَل يQQَ وِإمَّن, والَ ولِيَّا, والَ وكِياًل,اQكQً ِو من لَيس مالQQويِل ُّ هQض
َّحQص ِ
َْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ُ ُع فQُ Q ُّح َبْيQ فَاَل يَس: ُهQQَُق ْول
ِ ِ
.ك اه ُ الََبْي َع ِإالَّ فْي َما مَيْل: َُبْيعُه
61
sah penjualannya; karena hadits: “Tidak ada penjualan kecuali dalam
barang yang dimiliki”.
tidak dimiliki oleh penjual maka itu tidak sah, karena sudah dijelaskan juga
dalam sebuah hadits tidak sah penjualan itu kecuali dalam barang yang
dimiliki nya.
Dan merujuk pada kitab Al-Iqna’ fi Hall Alfadz Abi Syuja’, I/468 yang
menjelaskan demikian:
اه ٍQة َو ُهQَ Qو َع ْQق ٌد َبيْىَن الث ََّم َن فِْيQِ Qه َعلَى الْ ِق ْس ُم الثَّايِن :الْ ُمَراحَبَةُ َبْي َع الْ ُمَراحَبَ ِة َQجQأِئٌز ِم ْن َغرْيِ َكَر َQ
ِ ِ مَثَ ِن الْمبِيِ Qع ااْل ََّو ِل مQQع ِزي ٍ Q
مِب
Qك َQه َذا َQQا ا ْشَQتَر ْيتُهُ ي َشْQيَئا مِبِاَئٍة مُثَّ َي ُقQْ Qو ُل لغَرْيِ ه بِ ْعتَُ Q ِ
Qأدة بَِأ ْن يَ ْسQرَت َ
ََ ََ َْ
ضَّ Q Qم اِىَل
Qل َع ْشَQ Qر ٍة َوجَيُ Qْ Qو ُز َأ ْن يَ ُ Qل َع ْشَQ Qر ٍة َْأو يِف ُكِّ Q
ِ
َو ِربْ ًح ِد ْر َه ٍم ِزيَ Qَ Qاد ٍة اَْو بِ ِربْ ٍح ِد ْر َه ٍم ل ُكِّ Q
Qال َش ْQيَئا مُثَّ يَبِْيعُQQهُ ُمَراحَبَ Qةً ِمثْQُ Qل اَ ْن يَ ُكQْ Qو َل ا ْش َQتَرتُهُ مِبِاَئٍة َوقَ ْ Qد بِ ْعتُ َكQQهُ مِبِاَئَتنْي ِ َو َربْ ُحرْأ ِس الْمِ Q
َ َ
ت مِبِاَئ َمنْي ِ َو ِع ْشِ Qريْ َن َو َك َمQا جَيُ ْQو ُز الَْبْي ُQع ُمَراحَبَQةً جَيُ ْو ُزحُمَاطَQةٌ ِمثْQُ Qل ِد ْر َه ٍم ِزيَ َادةٌ َو َكَأنَّهُ قََ Q
Qال بِ ْع ُ
ِ ِ َأ ْن ي ُقو َل بِعت مِب َا ا ْشتريت بِِه وحِ َّ Q
َأح ُQدمُهَاQط د ْر َه ٌم ِزيَQَ Qاد ًة َوىِف الْ َقْ Qد ِر الْ ُم ْحطُQْQوط َو ْج َQهQان َ ََ ْ ٌ َ ُ َْ ْ ُ
Qط ِم ِن ٍ
صُّ Qح ُه َمأ حَيُُّ Q Qل َع ْشَQر ِة َوا ِح د َوَأ َ Qل َع ْش َQر ِة َوا ِح ٌد َك َQمQا ِزيْQَ Qد يِف الْ ُمَراحَبَQِ Qة َعلَى ُكِّ Q ِم ِن ُكِّ Q
Qط َولَْيس يِف َأح ِQد َع ْشQر فَ َكَ Qذا احْلُُّ Q َأِلن الQَّ Qربْ َح يِف الْ َمَراحَبَQِ Qة ُQج ْQزءٌ ِم ْن َQ
َأح َQد َع ْشَQر َوا ِح ٌد َّ Qل َQُQك ِّ
َ َ
اح ٌد ِم ْن َع ْشَر ِة ِر َعايَةً لِلنِّ ْسQبَ ِة فَِQإ َذا َكQا َن قَ ِQد ا ْشَQتَرى مِبِاَئٍة فَQالث ََّم ُن َعلَى الْ َو ْج ِQه َّ
اَأْلو ِل طوِ
ُح ٍّ َ
َأح َQد َع َشَQر َQج ْQزءًا ِم ْن ِد ْر َه ٍم َولَِ Qو ا ْشَQتَرى َأج َQز ٍاء ِم ْن َQتِ ْسQعُ ْو َن َو َعلَى الثَّايِن تِ ْسQعُ ْو َن َو َع ْشَQرةُ ْQ
اَأْلو ِل تِ ْسَ Qعةٌ َوتِ ْسQعُ ْو َن َو َعلَى الثَّايِن ِماَئةٌ َوطَQَQر َد َكثِْQي ٌQر ِم َن مِبِاَئٍة َو َع ْشَر َة فَQالث ََّم ُن َعلَى الْ َو ْQج ِQه َّ
ِ ِ ِ
Qال
Qل َع ْشَQر َة قَ َ Qط ِد ْر َه ٍم ِم ْن ُك ِّ ت حِب َ ٍّ ت َQا ل ْشَQتَريْ ُ
Qال بِع مِب
الْعَراقِّينْي َ َو َغرْيِ ه ُم الْ َو ْج َهنِي ِ فَ َم ْن قَ َ ْ ُ
ٍ ط فَِإ َّن يِف ه ِذ ِه ِّ ِ
Qل َع ْشَQر ٍة فَاَل َو ْQجQهَ Qط َوا ِح د ِم ْن ُكِّ Q صِ Qرحْيًا حِب ٍَّ Q
الصْيغَة تَ ْ َْ ِإ َم ُام احْلََر َمنْي ِ َه َذا َغلَ ٌ
Qط ِد ْر َه ٍم Qال حِب َ ٍّ ي َو َغْQي ُQرهُ َأنَّهُ ِإذَا قَ َ Qاو ْر ِد ُّ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِِ
ل ْلخالَف فْيه َو َه َذا الذ ْي قَالَهُ اِإْل َمام َبنِّي ٌ َوذَ َكَر الْ َQم َ
62
ِ
ِّ Q كQُ ط ِد ْر َه ٍم لQ
َر ٍةQ Q ل َع ْشQ ِّ Q Qَ ال حِبQ ِّ QكQَ الْ َم ْحطُْو ُط ِد ْر َه ٌم ِم ْنQQ Qََر ٍة فQ Q ل َع ْشQ
َ Q Qََر ٍة َوِإ ْن قQ Q ل َع ْشQ ِّ Q كQُ ِم ْن
َأح َد َع َشَر اه ِ ِ
َ فَالْ َم ْحطُْو ُط َواح ٌد م ْن
63
Dalam konteks akad mura<bah}ah terdapat kesepakatan yang
dilakukan oleh penjual bahwa dia membeli barang sesuai dengan harga
64
BAB IV
Metode istinbath hukum dalam hal ini adalah cara yang digunakan ulama NU
untuk menggali dan menetapkan keputusan hukum dalam bahtsul masail. Dalam
bab III sudah dijelaskan bahwa metode penetapan hukum NU dilakukan dengan
fuqoha kepada persoalan yang dicari hukumnya. Berdasarkan hasil temuan yang
dipaparkan pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang sejarah dari bahtsul
masa’il yang merupakan salah satu forum diskusi keagamaan dalam organisasi
Nahdlatul Ulama (NU) untuk merespon dan memberikan sebuah solusi terhadap
banyak memberikan suatu solusi yang rinci. Aturan dan juga hukum yang
terkandung dalam al-Qur’an dirasa masih global. Sehingga para fuqaha masih
merasa perlu untuk melakukan perincian dari hal-hal yang masih global tersebut
tersebut dapat lebih mudah untuk dimengerti dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-sehari.
65
Namun demikian, sebagai masyarakat ilmiah tentu tidak mudah untuk
menerima begitu saja sebuah pendapat yang dilontarkan secara dogmatis, tetapi
perlu menganalisis pendapat yang sudah ada atau fatwa-fatwa yang sudah
keputusan bahtsul masail PWNU jawa timur tetang mura<bah{ah ala BMT yang
2011 yang pada waktu itu sebagai rapat rutinan bahtsul masa’il.
masa’il sebagian besar adalah langsung merujuk pada kitab-kitab mu’tabarah dari
kalangan empat madzhab, terutama Imam Syafi’i. Hal ini berbeda dengan kaum
pembaharu yang lebih banyak merujuk langsung kepada al-Qur’an dan sunnah.
harfiyah (secara tekstual) hukum-hukum fiqih yang telah ditetapkan ulama besar
pada masa lalu. Rifyal Ka’bah menjelaskan bahwa hal ini karena Nahdlatul
pemikiran salaf73.
73
Ahmad Muhtadi Anshor, Bath al-Masail Nahdlatul Ulama: Melacak Dinamika Pemikiran
Kaum Tradisionalis, (Yogyakarta: Teras, 2012), 80-82.
66
a. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarah kitab dan di sana
b. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan di sana
terdapat lebih dari satu qau<l/wajh maka dilakukan taqri<r jama’i untuk
pendapat itu tidak bisa dilaksanakan maka mengambil satu qau<l/wajh yang
wujuh.
c. Dalam kasus dimana tidak ada satu qau<l/wajh sama sekali yang
binadza<riha secara jama’i yaitu mengaitkan masalah baru yang belum ada
ketentuan hukumnya dengan masalah yang lama yang mirip dan telah ada
d. Dalam kasus tidak ada satu qau<l/wajh sama sekali dan tidak dimungkinkan
74
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006).
31-32.
67
sebagai referensi dalam penentuan suatu hukum. NU juga memandang bahwa
kepada salah satu madzhab inilah sebagai bentuk adaptasi terhahadap masyarakat
menyebutkan harga perolehan dan juga margin yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak, dan akad tersebut akan sah jika didalamnya terdapat penjual,
pembeli, barang yang akan diperjual belikan, dan shighat (ijab dan qobul) nya,
prakteknya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam teori, hal tersebut ternyata
bahwa hukum mura<bah{ah ala BMT pada tahun 2011 itu tidak di benarkan
68
dalam akad mura<bah{ah, yaitu menjual barang yang belum menjadi milik
اه ٍQة َو ُهQَ Qو َع ْQق ٌد َبيْىَن الث ََّم َن فِْيQِ Qه َعلَى مَثَ ِن الْ ِق ْس ُم الثَّايِن :الْ ُمَراحَبَةُ َبْي َع الْ ُمَراحَبَ ِة َQجQأِئٌز ِم ْن َغرْيِ َكَر َQ
ِ ِ الْمبِي ِ Qع ااْل ََّو ِل مQQع ِزي ٍ Q
Qك َهَ Qذا مِب َQQا ا ْش َQتَر ْيتُهُ َو ِربْ ًح ي َش ْQيَئا مِبِاَئٍة مُثَّ َي ُقQْ Qو ُل لغَرْيِ ه بِ ْعتَُ Q ِ
Qأدة بَِأ ْن يَ ْس Qرَت َ ََ ََ َْ
Qالض َّ Qم اِىَل رْأ ِس الْ Qم ِ Qل َع ْش َQر ٍة َوجَيُQْ Qو ُز َأ ْن يَ ُ Qل َع ْش َQر ٍة َْأو يِف ُكِّ Q
ِ
ِد ْر َه ٍم ِزيَQَ Qاد ٍة اَْو بِ ِربْ ٍح ِد ْر َه ٍم ل ُQك ِّ
َ َ
ِ مِب مِبِ ٍ ِ
َشْيَئا مُثَّ يَبِْيعُهُ ُمَراحَبَةً مثْ ُل اَ ْن يَ ُك ْو َل ا ْشَتَرتُهُ اَئة َوقَ ْد بِ ْعتُ َQكQهُ ِاَئَتنْي ِ َو َربْ ُح د ْر َه ٍم ِزيَQَ Qادةٌ َو َكَأنَّهُ
ت مِب َ QQا ِ ِ Qال بِع مِب
ت ِاَئ َمنْي ِ َوع ْشِ Q Qريْ َن َو َك َمQQا جَيُ Qْ Qو ُز الَْبْي Qُ Qع ُمَراحَبَQ Qةً جَيُ ْو ُزحُمَاطَQ Qةٌ مثْ Qُ Qل َأ ْن َي ُق Qْ Qو َل بِ ْع ُ قَ ُ ْ َ Q
ا ْشتريت بِِه وحِ َّ Q
Qل َع ْشَQر ِة َوا ِح ٌد َأح ُQدمُهَا ِم ِن ُك ِّ ِ ِ
Qط د ْر َه ٌم ِزيَ َQادةً َوىِف الْ َقْ Qد ِر الْ ُم ْحطُ ْQوط َو ْج َهQان َ ََ ْ ٌ َ ُ
ٍ
َأح َQد َع ْشَQر َوا ِح ٌد َّ
َأِلن Qل َQ Qط ِم ِن ُQك ِّ صُّ Qح ُه َمأ حَيُُّ QQل َع ْشَQر ِة َوا ِح د َوَأ َ َك َQمQا ِزيْQَ Qد يِف الْ ُمَراحَبَQِ Qة َعلَى ُكِّ Q
Qط َوا ِح ٌد ِم ْن َع ْش َQر ِة ِر َعايَ Qةً Qط َولَْيس يِف ُحٍّ Q َأحQِ Qد َع ْش Qر فَ َكَ Qذا احْلُُّ Q ِ ِ
الQَّ Qربْ َح يِف الْ َمَراحَبَQQة ُجQْ Qزءٌ م ْن َ
َ َ
اَأْلو ِل تِ ْسQ Qعُ ْو َن َو َعلَى الثَّايِن تِ ْسQ Qعُ ْو َن لِلنِّ ْسQ Qبَ ِة فَِQ Qإ َذا َكQQا َن قَ Qِ Qد ا ْشَQ Qتَرى مِبِاَئٍة فَ QQالث ََّم ُن َعلَى الْ َو ْجQِ Qه َّ
َأح َQد َع َشَQر َQج ْQزءًا ِم ْن ِد ْر َه ٍم َولَِ Qو ا ْشَQتَرى مِبِاَئٍة َو َع ْشَQر َة فَQQالث ََّم ُن َعلَى الْ َو ْQج ِQه َأج َQز ٍاء ِم ْن َQ َو َع ْشَQرةُ ْQ
Qالاَأْلو ِل تِ ْس َعةٌ َوتِ ْسعُ ْو َن َو َعلَى الثَّايِن ِماَئةٌ َوطََر َد َكثِْيٌر ِم َن الْعَِراقِِّينْي َ َو َغرْيِ ِه ُم الْQَ Qو ْج َهنِي ِ فَ َم ْن قَ َ َّ
ط فَ ِQإ َّن يِف ْ َهQِ Qذ ِه Qام احْلَ Qَ Qر َمنْي ِ َQهَ Qذا َغلٌَ Q QQال ِإ َمُ Q
Qل َع ْشَQ Qر َة قَ َ Q Qط ِد ْر َه ٍم ِم ْن ُكِّ Q ت حِب َ ٍّ Q بِع مِب
ت َ QQا ل ْشَQ Qتَريْ ُ ْ ُ
75
PW NU Jawa Timur, NU Menjawab…, 250.
69
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍّ الصيغَ ِة تَص ِرحْي ا حِب
ٌ ام َبنِّيQِ Qهُ اِإْل َمQQَط َواحد م ْن ُك ِّل َع ْشَر ٍة فَاَل َو ْجهَ ل ْلخالَف فْيه َو َه َذا الَّذ ْي قَال َ ً ْ ْ ِّ
ِّ كQَ الْ َم ْحطُْو ُط ِد ْر َه ٌم ِم ْنQQََر ٍة فQل َع ْشQ
لQ ِّ Qط ِد ْر َه ٍم ِم ْن ُكQ
ٍّ Qَ ال حِبQ
َ Qَرهُ َأنَّهُ ِإذَا قQُ يQْي َو َغُّ او ْر ِدQ
َ مQَ ْر الQَ كQَ ََوذ
ِ ِ ِ ِ ِّ ع ْشر ٍة وِإ ْن قَ َال حِب
َ ط د ْر َه ٍم ل ُك ِّل َع ْشَر ٍة فَالْ َم ْحطُْو ُط َواح ٌد م ْن
َأح َد َع َشَر اه َ َ َ َ
70
ِ Qال الْمَثلّيQ ِ ِ ِ َّ اَأْلو ُل لبعِْل ٍم بِالثَّم ِن الثَّايِن الْعِْلم ب ِ
اتQ َ ُ س الْ َم َ و َن َرْأQْ Qِالرب ِح َأن يَ ُك ُ ْ َ ْ َّ ةQَ ِع الْ ُمَراحَبQُشُر ْو ُط َبْي
ِ ِ َّ ب ِة لِلثَّم ِنQا بِالنِّسQ الرب ِ ِّ و ِالQَ َأمQْ ْ ة يٍفQِ ََّب َعلَى الْ ُمَراحَب
سُ امQQَاَأْلول اخْل َ َ ْ َ ِّ ودQْ Qا َو ُو ُجQَالرب َ رتQَ Qِع َأ ْن الَ َيَت ُ الراب
َّ
َّ ةQِ Q َع الْ ُمَراحَبQُ Q ز َبْيQْ Q ً ًدا مَلْ جَيQ Q ا َن فَا ِسQQِإ ْن َكQ Q َ ِحْي ًحا فQ Qص
عQُ Q ةَ َبْيQ Qََأِلن الْ ُمَراحَب َّ دQُ QقQْ و َن الْ َعQْ Q كQُ ََأ ْن ي
َ اَأْلو ُل
لِه الً بِلث ََّم ِن ِ ْة الْمبِيعَِأو مِبِثQِ مQ ه بِِقيQِ Qك فِيQ ِ ِ ُد يثْبQ ع الْ َفا ِسQQاد ِة رب ِح والْبيQQ ع ِزيQQاَأْلو ِل م
ْ ْ َ َ ْ ْ َ Qت الْم ْل ُ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َّ بِالث ََّم ِن
ِ لَِفس ِاد الت
.َّس ِميَ ِة اه َ
Pada bab III telah dijelaskan tentang metode istinbath hukum bahtsul masail
a. Metode Qauli<,
Pada metode ini bisa juga disebut dengan taqri<r jama<’i, yaitu sebuah
pendapat yang merujuk langsung pada kutub mu’tabarah dari para imam
rujukan dan cara tersebut hanya menetapkan saja apa yang sudah ada.
b. Metode Ilh{a<qi¸
71
Dalam metode ini bisa disebut dengan ilh{aq al-masa<’il bi naz{ariha
secara tekstual dengan persoalan yang sudah ada jawabannya dalam kitab.
c. Metode Manhaji<
Pada metode ini tidak dapat dirujukkan secara langsung pada teks suatu
kitab mu’tabar, juga tidak dapat diilh{a<qkan kepada suatu hukum yang
lalu penetapan hukum akan merujuk pada al-Hadits dan begitu seterusnya
sampai pada jawaban dari kaidah fiqih daf’al mafa<sid muqaddam ‘ala<
hukum yang digunakan oleh lembag bahtsul masa’il, penulis berpendapat bahwa
berdasarkan yang dijadikan rujukan oleh para muktamirin adalah metode ilh{a<qi
sebagai cara penetapan hukumnya. Hal ini ditandai dengan adanya qau<l-qau<l
dari para ulama terdahulu yang terdapat dalam kitab-kitab muktabar dan dijadikan
sebagai ulama. Namun dalam qau<l-qau<l tersebut tidak langsung merujuk pada
72
metode ini merupakan sebuah konsekuensi atas terafiliasinya Lembaga Bahtsul
(mulh{aq).
2. Mencari padanannya yang ada di dalam kitab yang akan diilhaqi (mulh{aq
lain-lain. Maka disinilah permainan nalar dari para ulama penulis kitab yang
dijadikan rujukan mulai digunakan untuk mencari illat antara pendapat dan juga
metode yang digunakan oleh Lembaga Bahtsul Masail tersebut masih berpegang
76
Munawir Abdul Fattah, Hasil-hasil Misyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama
27-30 Juli 2004, Jakarta: Sekjen PBNU, tt., 95.
73
B. Analisis terhadap Penggunaan Metode Istinbath Hukum Hasil Bahtsul
Masa’il NU tentang Mura<bah{ah ala BMT ditinjau dari Ilmu Ushul Fiqih.
dialektika antara teks dengan realita empiris masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
agenda terbesar ushul fiqh adalah analisis teks dan analisis maqa<sid asy-
syari<’ah. Analisis teks diarahkan untuk memahami al-Qur’an dan juga al-Hadits
hukum fiqih dengan meninjau dari segi metode penetapan hukum, klasifikasi
argumentasi serta situasi dan kondisi yang melatar belakangi dalil-dalil tersebut.
Dalam ilmu ushul fiqih tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menerapkan
kaidah-kaidah terhadap dalil-dalil syara’ yang bersifat ‘amali yang ditunjuk oleh
dalil-dalil itu, dengan kaidah ushul yang bahasannya dapat di pahami nash-nash
Ilmu ushul fiqih sangat penting bagi umat Islam, karena di satu pihak
pihak lain, akibat sains dan teknologi, permasalahan yang mereka hadapi kian hari
77
https://elmisbah.wordpress.com/membumikan-fiqih-dengan-bermadzhab-secara-manhaji/ ,
diakses pada tanggal 24 Desember 2019.
78
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), 49.
74
kian bertambah. Kehadiran sains dan teknologi tidak hanya dapat membantu dan
masalah baru yang memerlukan penanganan serius oleh para ahli dengan berbagai
nilai sosial sehingga terjadi modernisasi, secara langsung atau tidak langsung
(Islam).79
syara’ dari dalil-dalil syara’ yang terperinci, dari kalangan ulama’ ushul yang
dimaksud dengan ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli
hukum dalam mencari hukum-hukum syari’at dan orang yang berijtihad atau
79
Mardani, Ushul Fiqih, (Jakarta: Rajawali Press, 2103), 366.
80
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh…, 268-273.
75
b. Metode Ta’li<li<, yaitu metode untuk menetapkan hukum-hukum yang
bertumpu pada dalil-dalil umum, karena tidak ada dalil khusus mengenai
metode ilha<qi sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang
suatu hukum mura<bah{ah ala BMT dapat dilihat dalam perspektif ilmu ushul
fiqh, menurut penulis metode ilha<qi ini digunakan dengan cara penalaran
ta’li<li< yaitu metode dengan cara menetapkan hukum-hukum yang tidak ada
nashnya. Dalam hal ini seorang mujtahid berijtihad untuk menetapkan hukum-
hukum dan menyamakan kepada hukum yang sudah ada nashnya. Penalaran yang
digunakan ini yaitu seorang mujtahid berusaha untuk menemukan illat atau
sebuah alasan dari pensyariatan hukum, dengan tujuan bahwa untuk kemaslahatan
manusia di dunia dan juga di akhirat. Pada setiap mujtahid pasti memiliki alasan
76
hukum, yaitu sebagian ada yang sudah disebutkan dalam al-qur’an dan al-hadits,
dan sebagian lainnya disyariatkan atau bisa juga dengan cara dipikirkan dan
Dalam bab II dijelaskan tentang pembagian ijtihad yang dapat dilihat dari segi
masyarakat.
ta’li<li< pada metode ilha<qi yang digunakan oleh Lembaga Bahtsul Masa’il
adalah dengan cara rasional, karena keputusan yang digunakan oleh Lembaga
Bahtsul Masail didasarkan pada kutub mu’tabar sehingga ulama’ bahtsul masa’il
(NU) menyamakan sesuatu yang belum ada dalam kitab dengan sesuatu yang
sudah ada dalam kitab, juga pada penalaran yang dilakukan secara rasional ini
81
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual…, 104-106.
77
masyarakat, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Dari alasan-alasan logis
yang digunakan oleh para mujtahid itulah yang biasanya digunakan sebagai alat
Selain dapat dilihat dari segi orientasinya pembagian ijtihad juga dapat di lihat
dari segi jumlah pelakunya (kuantitasnya), dalam hal ini terdapat dua kategori
yaitu:82
a. Ijtihad Fardiy, yaitu ijtihad yang dilakukan oleh mujtahid secara mandiri,
baik dalam metode maupun prosedur penetapan sebuah hukum atau dalam
pada masa kini, karena dalam diri mujtahid fardiy harus terdapat beberapa
membuat ijtihad yang seperti ini lebih mungkin dan layak untuk dilakukan
Dilihat dari teori di atas menurut penulis penggunaan penalaran ta’li<li< dari
jama’i, karena dalam Lembaga Bahtsul Masail ulama NU mencari jawaban dari
78
Seorang ahli hukum (mujtahid) dalam melakukan ijtihadnya tentu memiliki
bab sebelumnya bahwa tingkatan mujtahid itu terdapat dua bagian yaitu:
dirumuskannya.
79
difatwakan imam madzhabnya atau murid-murid dari imama
pemecahan yang dilakukan oleh Lembaga Bahtsul Masail yang sebagian bessar
terutama pada madzhab Imam Syafi’i, kemudian dari hasil keputusan yang
masyarakat.
jika ada persoalan-persoalan yang muncul di kehidupan masyarakat baik dari segi
ekonomi, sosial, maupun budaya, perlu adanya sebuah pendapat atau keputusan
80
memberikan jawaban dan mencari solusi terhadap permasalahan tersebut dalam
mungkin untuk menjangkau persoalan pada masa kini, pada pendapat tersebut ada
yang relevan dan ada juga tidak relevan namun, banyak pendapat para ulama yang
pada masa hidup para ulama. Hal inilah yang menjadi pentingnya kaidah
tersebut.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BMT pada tahun 2011 adalah tidak diperbolehkan, artinya dalam keputusan
tersebut praktek mura<bah{ah yang dilakukan di BMT pada waktu itu tidak
dalam akad mura<bah{ah, yaitu menjual barang yang belum menjadi milik
harus sudah menjadi milik BMT. Teknis yang bisa ditawarkan adalah,
nasabah telah membeli barang atas nama BMT harus diserahkan kepada BMT
status hukum pada mura<bah{ah ala BMT, dan dalam perspektif ilmu ushul
82
mengqiyaskan sesuatu yang belum ada dalam kitab dengan sesuatu yang
B. Saran
kontekstual.
kajian hukum Islam agar tidak terjadi kejumudan dan untuk saling memahami
untuk kedepannya.
C. Penutup
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
83
ini masih terdapat banyak sekali kesalahan. Berdasarkan hal tersebut, penulis
mengharapkan saran dan juga kritik konstruktif demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya pada pembaca pada
umunya.
84
DAFTAR PUSTAKA
AL- QUR’AN
HADITS
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Kairo: Dar al-Fikr, 2010, Nomor Hadits: 2289.
BUKU
A Karim, Adiwarman, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013).
Abdullah, Boedi dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2014).
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani, 2001).
Ar-Rifa’I, Ibnu Assayuthi, Korelasi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan & NU,
(Kudus: Al-Haula Press, 2012).
Effendi, Satria dan M.Zein, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group,
2005).
Fadeli, Soelaiman dan M.Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah,
(Surabaya:Khalista, 2007).
Haq, Faishal, Ushul Fiqih: Kaidah-kaidah Penerapan Hukum Isam, (Surabaya: Citra
Media, 2007).
Huda, Nurul dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
dan Praktis, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).
LP Ma’arif NU, Materi Dasar Nahdlatul Ulama, edisi II, (Jawa Tengah: LP. Ma’arif
NU, 2002).
Mufid, Moh, Ushul Fiqih Ekonomui dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori ke
Aplikasi, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2016).
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta:UPP KYPN,
2005).
Nur Tanjung, Bahdin dan Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah, (Jakarta:
Kencana Media Grup, 2005).
Sudiarti, Sri, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Medan: FEBI UIN-SU Press, 2018).
Team FKI 2003, Esensi Pemikiran Mujtahid: Dekontruksi dan Rekonstruksi Khasanah Islam,
(Kediri: PP. Lirboyo, 2003).
Zahro, Ahmad, Tradisi Intelektual NU, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Akksara, 2004).
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Toko
Gunung Agung, 1996).
JURNAL
Hadapi, Ahmad Rizal dan Anwar Chalid, Lajnah Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama
(NU): (Studi Pada Proses Penemuan Hukum), Diktat Mata Kuliah Lembaga
dan Pranata Hukum Islam di Indonesia Pasca Sarjana Universitas Islam
Indonesia (UII) Yogyakarta.
Rokhmadi, Ijtihad dan Taqlid Pada Masa Kemunduran Islam, dalam Buletin Al-
Ahkam, Fak. Syari’ah, Semarang: IAIN WS.
Aziz, Abdul, Study Analisis Terhadap Keputusan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
Tahun 2004 Tentang Gaji Pegawai yang Proses Pengankatannya Karena
Risywah, (Skripsi Institut Agama Islam Walisongo Semarang, 2008).
.
Hutbi, Ahmad, Analisi Fatwa Lembaga Bahtsul masail Nahdlatul Ulama Tentang
Advokat, (Skripsi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).
WEB
https://elmisbah.wordpress.com/membumikan-fiqih-dengan-bermadzhab-secara-
manhaji/, diakses pada tanggal 24 Desember 2019.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Ana Rahmawati
Tempat, Tanggal, Lahir : Gresik, 12 November 1997
NIM : 160711100022
Alamat Rumah : Ds. Sembunganyar Dsn.Gopa’an, Kec. Dukun,
Kab. Gresik
Nama Ayah : Amanudin
Nama Ibu : Masruroh
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
SD/MI : MI YKUI Pon.Pes Maskumambang, 2010
SMP/MTs, Tahun Lulus : MTs. YKUI Pon.Pes Maskumambang, 2013
SMA, MA, Tahun Lulus : MA. YKUI Pon Pes Maskumambang, 2016
Perguruan Tinggi : Universitas Trunojoyo Madura,2016- sekarang
C. Pengalaman organisasi
1. Bendahara Umum IPRI (Ikatan Pelajar Putri) Maskumambang
2. Anggota dept. Kewirausahaan HIMAHISYA
3. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bangkalan
D. Karya ilmiyah
Penelitian Skripsi tentang Analisis Terhadap Hasil Bahtsul Masa’il PWNU
Jawa Timur Tentang Murabahah ala BMT.