Anda di halaman 1dari 80

TANGGAPAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SAUMI DI DESA

KETANGGA KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh

SriWahyuni

NIM 160202102

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020

i
TANGGAPAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI DI DESA
KETANGGA KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Serjana Hukum

Oleh

SriWahyuni

NIM 160202102

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh; Sriwahyuni, NIM: 160202102 dengna judul “Tanggapan tokoh


agama tentang nusyuz suami di Desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten
Lombok Timur” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag.


NIP. 197508272003121002 NIP. 197407162005012003

iii
NOTA DINAS PEMBIMBIG

Mataram,

Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat
Dekan Fakultas Syari`ah
Di Mataram

Assalamu`alaikum,Wr,Wb.
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi, kami
berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Sriwahyuni
Nim : 160202102
Jurusan/Prodi : Hukum Keluarga Islam
Judul :Tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami di
Desa Ketangga Kecamatan suela Kabupaten
Lombok Timur.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah skripsi


Fakultas Syari`ah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi
ini dapat segera di-Munaqasyah-kan.

Wasallammu`alaikum,Wr,Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag.


NIP. 197508272003121002 NIP. 197407162005012003

iv
vi
MOTTO

“dan jika seorang prempuan khawatir akan nusyuz atau bersikap tak acuh, maka
keduannya dapat mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan
perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walapun manusia itu menurut
tabiayatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur`an Hafalan, (Jakarta: Almahira, 2012). Hlm.99.

vii
PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Ahyani


dan Bapakku M. Zaenur, almamaterku, semua
guruku, dosenku dan para sahat yang telah ikut
andil dalam menyelesaikkan skripsi ini”

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya bagi Allah Ta`alla dengan segala
kelimpahan karunia dan hidayah-Nya kepada kita, dengan begitu kita bisa
menikmati indahnya Mentari di pagi hari dan sejuknya senja di sore hari,
alhamdulillah. Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat beserta salam kepada
jujungan Nabi Muhammad Shallalahu `alaih Wasallam yang atas perjuangan
beliau dalam menyebar luaskan agama Islam yang dengan beliau juga kaum
perempuan bisa sangat di istimewakan, Alhamdulillah. Dan dengan ajaran-ajaran
beliau juga kita sebagai ummatnya Inshaa Allah dapat meneruskan sunnah-sunnah
dengan sesuai tuntunan yang baik, dan mengenal penuh dalam kebenaran sesuai
dengan agama Islam dan Iman yang kokoh.
Setelah melalui peroses yang cukup panjang. Adalah merupakan karunia
yang sangat besar bagi penyusun yang telah menyelesaikan skripsi ini, meskipun
masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya penyusunan skripsi ini tentu saja tidak merupakan hasil usaha
penyusun sendiri, sebab keterlibatan berbagai pihak sangat memberi arti penting
dalam rangka terselesaikannya usaha penyusun ini. Baik itu yang berupa motivasi,
bantuan pikiran, materil dan moril serta spiritual. Untuk itu sangat kerendahan hati
penyusun ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag dan Hj. Ani Wafioh, M.Ag selaku dosen
pembimbing yang selalu senantiasa sabar dan selalu meluangkan
waktunya dalam peroses penyelesaian skripsi ini.
2. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. sebagai ketua jurusan sekaligus sebagai dosen
pembimbing II peneliti dan Nunung Susfta, M.S.I. selaku sekjur.
3. Dr. H. Musawar, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari`ah.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi
bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa
pernah selesai.

ix
5. Ustadz Hizbullah, QH. S.Pdi selaku tokoh agama yang sudah membantu.
6. Lalu safta, selaku staf Desa Ketangga yang juga ikut membantu.
Inshaa Allah, amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan
pahala yang berlipat-ganda dari Allah Ta`alla. Dan semoga karya ilmiah
ini bermanfaat bagi semesta. Aamiinn.

Mataram
Penulis,

Sriwahyuni

x
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBIG ........................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................................ v

PENGESAHAN ...................................................................Error! Bookmark not defined.

MOTTO ........................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................................... xi

ABSTRAK ...................................................................................................................... xiii

BAB I .................................................................................................................................1

PENDAHULUAN .............................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................................5

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................................................6

E. Telaah Pustaka .......................................................................................................7

F. Kerangka Teori ....................................................................................................10

G. Metode penelitiaan ...............................................................................................17

H. Sistematika Pembahasan ......................................................................................23

BAB II .............................................................................................................................26

xi
PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI DI DESA
KETANGGA KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR ...................26

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................................26

B. Tanggapan Tokoh Agama tentang Nusyuz Suamidi Desa Ketangga Kecamatan


Suela Kabupaten Lombok Timur .................................................................................32

C. Nusyuz Suami di Desa Ketangga Tinjauan Hukum Keluarga Islam.....................42

BAB III ............................................................................................................................45

ANALISIS TANGGAPAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI DI DESA


KETANGGA KECAMATAN SUELA KAB. LOMBOK TIMUR ..................................45

A. Analisis Tanggapan Tokoh Agama tentang Nusyuz Suami ..................................45

B. Analisis Hukum Keluarga Islam tentang Nusyuz Suami ......................................51

BAB IV ............................................................................................................................64

PENUTUP .......................................................................................................................64

A. Kesimpulan ..........................................................................................................64

B. Saran ....................................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................66

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................................68

xii
TANGGAPAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI DI DESA
KETANGGA KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh:
Sriwahyuni
160202102

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh suami yang melakukan nusyuz di


jelaskan dalam surat An-Nisa ayat 128. Dalam masyarakat sudah sangat sering
terjadinya kesewenangan dalam rumah tangga, sering terjadinya kekerasan yang
dilakukan oleh suami. Namun adanya konsep nusyuz suami tersebut, terdapat
perbedaan pendapat dengan tokoh agama yang satu dengan yang lainnya. Fokus
yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana tanggapan tokoh agama tentang
nusyuz suami di Desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur?
dan Bagaiamana analisis hukum keluarga Islam tentang nusyuz suami di Desa
Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur?
jenis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif-deskriftif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan motede analisi yang
digunakan pengumpulan data, reduksi data dan mengambil kesimpulan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nusyus bukan hanya bisa terjadi
kepada istri saja melainkan suami lebih rentan akan melakukan nusyuz. Landasan
hukum dari nusyuz suami tersebut juga terdapat di dalam Q.S an-Nisa` ayat 128
dan cara penyelesaian terbaik dari suami yang melakukan nusyuz adalah istri
harus menasehati suaminya dan berdamilah dengannya.

Kata Kunci: Tokoh Agama, Nusyuz Suami

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang memberikan perhatian

sangat serius dalam segala urusan yang menjadi kebutuhan dasar manusia,

mulai dari masalah aqidah, ibadah, muamalah, dan lain-lainnya. Adapun

dalam berbagai urusan kaum muslimin yang masuk ke dalam ruang lingkup

bidang muamalah, maka pernikahan adalah bagian terpenting dalam

pembahasannya. Karena ia merupakan bagian dari sebuah proses dalam siklus

kelangsungan hidup umat manusia, sehingga agama menempatkan bagian

dari urusan yang menjadi kebutuhan dasar manusia itu sendiri.

Dalam Islam juga telah menetapkan bahwa suatu pernikahan tidak

semata-mata untuk menghubungkan antara kedua belah pihak saja, namun

terdapat didalamnya ada tujuan yang sangat mulia diantaranya, membina

keluarga yang bahagia, kekal, abadi, berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa 2,

maka perlu diatur hakdan kewajiban antara suami dan istri tersebut. Apabila

hak dan kewajiban meraka terpenuhi,maka dambaan berumah tangga dengan

didasari rasa cinta, kasih dan sayang yang akan terwujud.3

Namun realita dalam kehidupan sehari-hari tujuan pernikahan tersebut

sangat jauh dari yang diharapkan, begitu banyak perselisihan yang akan

2
Irwan Gesmi dan Yum Hendri, Ajaran Pendidikan Pancasila, (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2018). Hlm 1.
3
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.III (Jakarta: PT Raja Grafindo perada,
1998), hlm. 181.

1
mengakibatkan perceraian yang dilakukan langsung oleh suami istri,

dikarenakan ada problematika yang tidak bisa diselesaikan dengan cara baik-

baik, juga dalam Islam disebut dengan nusyuz yang dapat diartikan dengan

kedurhakaan.

Secara Lughawi (Bahasa) nusyuz berarti durhaka (al-`Ishyan). Dalam

terminologi syara`, banyak sekali pemaknaannya. Abu Manshur al- Laghawi

mengatakan, nusyuz adalah rasa bencinya masing-masing suami istri terhadap

pasangannya. Istri timbul rasa benci pada suaminya dan juga sebaliknya,

suami timbul rasa benci terhadap istrinya. 4 Jadi tidak hanya berlaku bagi

perempuan saja. Pada pihak laki-laki juga ada nusyuz. Hal senada juga

dikatan oleh Abu Ishaq bahwa nusyuz itu identik dengan durhaka dan

maksiat. Ekpresi dari rasa benci ini bisa melalui perkataan, seperti saat tidak

patuh, dipanggil pura-pura mau padahal setelah itu berontak, dan bisa juga

melalui perbuatan seperti berlaku tidak baik dihadapan pasangannya.

Jadi persoalan nusyuz tidak seharusnya selalu dilihat sebagai persoalan

yang dilakukan oleh salah satu pihak saja, akan tetapi harus dilihat dari protes

yang dilakukan salah satu pihak terdapat kesewenangan-wenangan

pasangannya.

Selama ini memang persoalan nusyuz terlalu dipandang sebelah mata.

Artinya, nusyuz selalu saja diartikan dengan istri, dengan anggapan bahwa

nusyuz merupakan sikap ketidakpatuhan atau kedurhakaan istri terhadap

suami, sehingga dalam hal ini istri selalu saja menjadi pihak yang

4
Abu Yasid, Fiqh Realita, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).h. 333.

2
diperselisihkan. Sedangkan dalam surat An-Nisa ayat 128 menyatakan bahwa

tidak hanya seorang istri yang dikhawatirkan nusyuznya, suami juga

diakhawatirkan nusyuznya, nusyuz suami terjadi apabila suami tidak

melaksanakan kewajiban terhadap istrinya baik yang bersifat materi maupun

non materi.5

Secara sosial permasalahan nusyuz dikalangan masyarakat sudah sering

tejadi, salah satu yaitu terjadi pada pasangan suami istri yang bertempat

tinggal di Desa Ketangga Kec. Suela. Kab. Lombok Timur, di dalam

perkawinan tersebut dikaruniai 3 seorang anak yaitu satu perempuan dan 2

laki-laki, selama perkawinan suami melakukan perbuatan dikategorikan

sebagai pebuatan nusyuz terhadap pasangannya, karena selama pasanagan

suami istri membina rumah tangga.Suami selalu meninggalkan kewajiban

yang seharusnya, salah satu perbuatan suami yaitu suami tidak memberikan

nafkah lahir kepada istrinya. Hal ini diketahui dari perbuatan suami yang

mengambil uang hasil tani bersama dan mengambil uang jerih payah istrinya.

Selain itu, suami juga tidak memberikan kebutuhan untuk anaknya seperti

pakaian.Suami juga sering keluar malam yang tidak jarang diketahui oleh istri

karena suami memakai uang dari istrinya, serta suami juga pernah kepergok

langsung oleh anaknya yang sedang berduaan dengan wanita lain yang

diketahui oleh anak dari wanita tersebut.6

Beberapa kasus dalam rumah tangga yang berkaitan dengan nusyuz

suami yaitu kasus kekerasan dalam rumah tangga, hal ini dibuktikan dengan
5
Wati Rahmi Ria dan Zulfikar, Ilmu Hukum Islam. (Bandar Lampung: Gunung Pesagi,
2015). Hlm.64.
6
Observasi Awal, 24 Januari 2020.

3
banyaknya pemberitahuan pada media seperti media elektronik, media cetak

dan artikel online mengenai kekerasan yang dialami perempuan (istri) dalam

rumah tangga.

Berkaitan dengan nusyuz suami dalam rumah tangga, hal ini dapat

dikarenakan kekeliruan dalam mengartikan dan memahami isi dari QS. An-

Nisa` ayat 34 yang menyebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum

perempuan dan membolehkan pemukulan terhadap istri yang berbuat nusyuz.

Akibatnya para laki-laki (suami) dan khususnya para tokoh agama sebagian

besar merasa dirinya pemimpin dalam rumah tangga dan telah menafkahi

keluarganya, sehingga dalam adanya konsep nusyuz dan sudah sangat jelas

bahwa landasan hukumnya dari Al-Qur`an tetap saja ada beberapa tokoh

agama yang tidak mengindahkan akan adanya nusyuz suami.

Seperti ketika peneliti melangsungkan penelitian awal pada tanggal 24

Januari dan tanggal 04-7 Februari tahun 2020 lalu dengan beberapa tokoh

agama yang berada pada Desa Ketangga dengan melakukan observasi serta

melakukan wawancara langsung dengan beberapa tokoh agama.7 Salah

satunya adalah Ustadz Zainuddin, beliau memaparkan nusyuz itu tidak akan

ada jika salah satu antara pasangan suami istri yang menjalin hubungan

dengan baik, contoh kecilnya dengan cara saling memahami.8 Dan juga ada

salah satu tokoh agama yang berpendapat bahwa, beliau terlebih dahulu

memaparkan pengertian dari nusyuz tersebut, kemudian beliau memaparkan

beberapa istilah mengenai nusyuz, setelah itu peneliti kemudian memasukkan

7
Observasi Awal, 04 Februari 2020.
8
Zainuddin, (Tokoh Agama), Wawancara, 05Februari 2020.

4
pertanyaan yang terkait dengan nusyuz suami dan beliau menjawab

“sebenarnya mengenai nusyuz suami itu tidak ada dalam istilah, dikarenakan

dalam Islam suami itu adalah pemimpin dan jika suami tidak memberikan

nafkah ataupun KDRT itu juga bukan termasuk nusyuz” 9, ujar beliau (tokoh

agama).

Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan

riset dalam menelusuri mengenai “Tanggapan Tokoh Agama tentang Nusyuz

Suami di Desa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, sangat penting menentukan

rumusan masalah untuk memberikan arahan yang tepat supaya tidak keluar

dari permasalahan inti. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami di Desa

KetanggaKec. Suela Keb. Lombok Timur?

2. Bagaimana analisis Hukum Keluarga Islam tentang nusyuz suami di Desa

Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami di

Desa Ketangga Kec. Suela Keb. Lombok Timur?

9
Hisbullah, (Tokoh Agama), Wawancara, 07 Februari 2020.

5
b. Untuk mengetahui analisis hukum keluarga islam tentang nusyuz suami

di Desa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur?

2. Manfaat peneliti

Dalam mengadakan penelitian, manfaat penelitian dalam karya

ilmiah sangat penting hal ini dapat dilihat dari dua aspek :

a. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

salah satu masukan bagi tokoh masyarakat terkait masalah nusyuz

suami dan juga dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa fakultas syariah

yang ingin mengembangkan penelitian ini dan menambah wawasan.

b. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi serta wawasan tambahan bagi masyarakat dan tidak lupa juga

bagi mahasiswa dan para ilmuan yang berhubungan dengan penelitian

ini, serta diharapkan dapat berguna untuk para penegak hukum yang

dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap suami yang

melakukan nusyuz dalam rumah tangganya, selain itu diharapkan dapat

berguna bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian

mengenai nusyuz suami.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian


1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bidang ilmu ini adalah hukum perdata khususnya

hukum perkawinan. Kajian penelitian ini adalah mengkaji tentang

6
tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami yang berada di Desa

Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

Agar peneliti tidak terlalu meluas pada pokok permasalahan yang

tidak disajikan oleh penelitimaka, penulis membatasi ruang lingkup

penelitian yaitu, tanggapan tokoh agama mengenai nusyuz suami

dananalisis hukum keluarga Islam tentang nusyuz suami di Desa Ketangga

Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

Penelitian ini penulis lakukan di Desa Ketangga Kec. Suela Kab.

Lombok Timur dengan alasan penulis mengetahui Desa yang mayoritas

peduduknya beragama Islam, dan hasil observasi awal menunjukkan

bahwa diDesa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur merupakan

tempat yang strategis sebagai sentral banyak kalangan Ustadz dan banyak

para ahli dalam hadist ahkam.

Kemudian menurut pengetahuan penulis masalah ini belum pernah

dikaji dan diteliti baik dari segi substansi dan tempat, oleh karena itu

penulis termotivasi dan terdorong untuk mengangkat masalah yang

berjudul tanggapan tokoh agama mengenai nusyuz suami di Desa

KetanggaKec. Suela Kab. Lombok Timur.

E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang

akan dilaksanakan diantara hasil-hasil peneliti terdahulu yang bertaufik

senada. Tujuannya untuk menegaskan keabsahan, dan urgensinya bagi

pengembangan keilmuan.

7
Untuk mendapatkan gambaran umum secara jelas tentang data yang

berkaitan dengan tanggapan tokoh agama mengenai nusyuz suami, serta

untuk mendapatkan hasil yang baru dalam penelitian ini akan di paparkan

beberapa skripsi lain sebagai sumber perbandingan dalam melihat masalah

ini, diantaranya yang dapat disebutkan disini adalah:

1. Konsep Nusyuz Suami dalam Perspektif Hukum Islam10.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang konsep Nusyuz dalam

perspektif hukum Islam. Kemudian dari hasil penelitiannya dapat di

simpulkan bahwa, “nusyuz yang terdapat dalam Q.S An-Nisa`: 34 dan 128

serta beberapa hadist yang dikenal dalam hukum perkawinan Islam

dasarnya tidak melaksakan atau meninggalkan hak dan kewajiban yang

dilakukan oleh suami maupun istri.

Dalam perspektif Islam, nusyuz berimplikasi terhadap pelanggaran

shighat talik talak yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang

merupakan ikrar suami terhadap istri yang ditujukan guna melindungi hak

istri dari tindakan yang sewenang-wenangan. Sedangkan yang sedang

peneliti kaji yaitu tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami di Desa

Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

2. Konsep Nusyuz dalam Kompilasi Hukum Islam (Tinjuan Perspektif

Keadilan Gender).11

10
Fatma Novida Matodeng, “Konsep Nusyuz Suami dalam Perspektif Hukum Perkawinan
Islam”, (Tesis, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009).
11
Nur Faizah,“Konsep Nusyuz dalam Kompilasi Hukum Islam (Tinjauan Perspektif
Keadilan Gender)”, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2005).

8
Dalam skripsi ini juga membahas atau mengkaji ulang konsep

nusyuz dalam kompilasi hukum Islam yang dilihat dari keadilan gender.

Dapat dilihat dari hasil penelitian Nur Faizah menyimpulkan bahwa,

kemandirian perempuan (istri) sebagai subjek yang berelasi dengan suami

yang dinafikan bukan dalam akad nikah saja, tetapi juga pasca akad nikah,

relasi yang tidak seimbang. Islam hadir sebagai agama yang membawa

rahmat bagi semesta alam, yang telah menawarkan banyak hal dalam

rangka membangun masyarakat yang adil, egaliter dan demokratis,

diantaranya yang menyangkut ajaran kesetraan laki-laki dan perempuan

termasuk dalam hukum perkawinan. Sedangkan dalam penelitian yang

sedang diteliti penulis dalam objeknya ialah tanggapan tokoh agama

tentang Nusyuz suami di Desa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

3. Kekerasan Perempuan dalam Rumah Tangga (Kajian dari Perspektisf

Hukum dan Gender.12

Dari penelitian diatas yang menjadi objeknya adalah bahwa

kekerasan dalam rumah tangga ini semakin tahun semakin meningkat.

Kekerasan yang terjadi dilingkungan rumah tangga dan juga diluar, mulai

di dunia kerja sampai di pinggiran jalan. Namun dalam penelitian ini

menitikberatkan pada kekerasan dalam rumah tangga, faktor penyebab dan

perlindungan pada korban KDRT. Sedangkan yang sedang penulis teliti

adalah tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami di Desa Ketangga

Kec. Suela Kab. Lombok Timur.

12
Ni Nyoman Sukerti, “KekerasanPerempuan dalam Rumah Tangga (Kajian dari
Perspektif Hukum dan Gender)”, (Tesis Universitas Udayana, 2005).

9
F. Kerangka Teori
1. Tokoh Agama

a. Pengertian tokoh agama

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Tokoh diartikan sebagai

orang yang terkemka/terkenal, atau panutan.13Tokoh adalah orang yang

berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya

monumental dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.

Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita bisa melihat karya

dan aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari

segi menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat

regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan

kontribusi pada masyarakat regional, dengan pemikiran dan karya-karya

yang nyata yang semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan

bagi peningkatan kualitas masyarakat regional.

Disamping itu juga ia harus mempunyai keistimewaan tertentu

yang berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional,

terutama pada perbedaan keahlian di bidangnya. Dengan kualifikasi

seperti itu, maka ketokohan seseorang dapat di pertanggung jawabkan

secara ilmiah.14

Tokoh agama juga bisa disebut dengan, Ulama, Kyai dan Ustadz,

dan Tuan Guru disini peneliti juga akan memaparkan sedikit mengenai

Ulama, Kyai, Ustadz dan Tuan Guru.

13
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 1997). Hlm. 68.
14
Arief Furchan dan Agus Mainum, Studi Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1997).
Hlm.68.

10
1) Ulama

Ulama` berasal dari bahasa Arab (Ulama`), tunggal (`Alim)

yaitu, pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk

mengayomi, membina dan membimbing umat Islam, baik dalam

masalah-masalah agama, maupun masalah sehari-hari yang di

perlakukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.

Makna yang sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuan atau

peneliti, kemudian arti Ulama` tersebut berubah ketika di serap

kedalam bahasa Indonesia yang maknanya adalah sebagai orang

yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam.

2) Kyai

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Kyai adalah orang yang

dipandang alim, pandai dalam bidang agama Islam. Menurut

Abdullah Ibnu Abbas, Kyai merupakan orang-orang yang

mengetahui bahwa Allah ta`alla adalah Dzat yang berkuasa atas

segala sesuatu.15

Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “Kyai adalah

sebutan untuk tokoh Ulama’atau tokoh yang memimpin pondok

pesantren.”16

Kyai juga merupakan elemen yang paling esensial dari suatu

pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah

15
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama Kepada Umara dan Umat, (Jakarta:Pustaka
Beta,2007). Hlm.18.
16
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan,
(Jakarta: PT Raja Grafinda Persada, 2008). Hlm. 55.

11
sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren tergantung

kemampuan kepribadian Kyainya.

3) Ustadz

Selain mengenal sebutan-sebutan bagi tokoh agama seperti

Kyai atau Ulama’, dikalangan masyarakat juga dikenal dengan

adanya Ustadz atau seseorang yang dikenal dengan membaca Al-

Qur`an dengan baik dan benar (mengaji) kepada anak-anak. Namun

sesungguhnya harus dapat kita pahami bahwa kedudukan seorang

Ustadz bukanlah hanya sekedar sebagai guru mengaji semata,

seorang Ustadz-pun mampu mengayomi masyarakat untuk menuju

hal-hal yang berbau kebaikan. Ustadz yang dalam pesantren yang

lebih besar termasuk dalam kelompok khusus dan sebagian besar

tinggal di asrama, yang terpisah dari pondok murid.

Menurut paham tradisional mereka hanyalah guru agama

didalam Pesantren atau Madrasah. Dalam pesantren modern yang

lebih besar mereka sering juga memiliki suatu pendidikan ilmu

mengajar dan karenanya bekerja dalam semua bidang spektrum

pelajaran.Ustadz dipercaya oleh masyarakat menjadi panutan karena

ketokohannya sebagai pegur pendakwah yang memilki pengetahuan

luas dan mendalam mengenai ajaran agama Islam.

4) Tuan Guru

Tuan guru adalah tokoh yang memilki ilmu pengetahuan

agama dalam penyebaranIslam di Pulau Lombok. Tuan artinya haji

12
dan guru adalah tokoh tempat menimba ilmu atau tokoh yang

mendakwahkan agama Islam.17

Istilah tuan guru memang akrab dengan Pulau Lombok, Nusa

Tenggara Barat. Tuan Guru merupakan sebutan, panggilan, sekaligus

gelar dari masyarakat untuk ulama di daerah Pulau Lombok ini.

Posisi tuan Guru setara dengan Kyai di tanah jawa.18

Tuan Guru dalam masyarakat Sasak, Kyai dalam masyarakat

Jawa, Ajengan dalam masyarakat Sunda, Bendere untuk masyarakat

Madura, Buya untuk masyarakat Sumatera Barat, Topanrita untuk

masyarakat Sulawesi Selatan dan lainnya. Secara Etnografis

merupakan istilah lokal, tetapi secara Ertimologis dan kultural sama

sebagai sebutan Ulama’. Istilah lokal ini muncul, ada yang

mengatakan bahwa strategi Belanda pada waktu penjajahan, dengan

tujuan menjadikan Islam sebagai fenomena budaya lokal yang

menyatu dengan tradisi kerajaan. Dengan sterategi itu, penyiaran

agama Islam, dapat diisolasi dan ditutup kemungkinannya untuk

menjadi gerakan Islam secara Nasional.

Dalam masyarakat Sasak, untuk menjadi tokoh yang mendapat

gelar sebagai Tuan Guru, sebagai orang yang berpengaruh di

masyarakat Sasak, ada beberapa syarat, meskipun antara daerah yang

satu dengan daerah yang lainmemiliki persamaan, akan tetapi ada

beberapa hal yang membedakan yang diantaranya, telah menunaikan


17
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuan/-Guru. Diakses tanggal 25 Desember 2020.
18
Http://www.nu.or.id/post/read/58732/tuan-guru-sebutan-ulama-khas-lombok. diakses
tanggal 25 Desember 2020.

13
ibadah haji ke tanah suci mekkah, menguasai kitab suci Al-Qur`an,

Hadist dan Kitab Kuning, mengenyam pendidikan di Timur Tengah,

biasanya memiliki pondok pesantren.

2. Nusyuz

a. Pengertian Nusyuz

Secara bahasa, nusyuaz dari akar kata an-ansyz atau an-nasyaaz

yang berarti tempat tinggi atau sikap tidak patuh dari salah satu di

antara pasangan suami dan istri. Dalam pemakaiannya, arti kata an-

nusyuuz ini kemudian berkembang menjadi al-`ishyaan yang berarti

durhaka atau tidak patuh. Kenapa bisa disebut nusyuz karena pelakunya

merasa lebih tinggi sehingga dia tidak merasa perlu utuk patuh dan

nurut. Ibnu Manzur dalam kitabnya mendefinisikan an-nasyuuz sebagai

rasa kebencian salah satu pihak suami ataupun istri terhadap

pasangannya. Sementara itu, Wahbah az-Zuhaili mengartikan an-

nusyuuz sebagaisalah satu bentuk tidak patuhnya salah satu pasangan

suami istri tersebut terhadap apa yang seharunya dipenuhi dan rasa

bencinya terhadap pasangannya. 19

Nusyuz dari pihak suami kepada istri lebih banyak berupa

kebencian atau ketidak senangan suami kepada istri sehingga suami

menjauh atau tidak memperhatikan istrinya lagi. Selain istilah nusyuz

dari pihak suami ada juga istilah i`rad(berpaling). Perbedaan antara

keduanya adalah jika nusyuz maka suami akan menjauhi istrinya

19
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove, 1996).
H. 1353.

14
sedangkan i`radialah suami tidak menjauhi istri hanya tida mau

berbicara dan tidak menunjukkan kasih sayangnya kepada istrinya.

Dengan demikian maka setiap nusyuz pasti i`rad belum tentu nusyuz.20

Sedangkan Nahas memberikan perbedaan arti dari kata nusyuz dan

i`rad. Ia menterjemakannya nusyuz dengan menjauhkan dirinya dan

i`rad dengan tidak mencampurinya. 21

Dalam praktek nusyuz suami juga bisa berbentuk perktaan,

perbuatan atupun kedua-duanya. Misalnya yang berbentuk perkataan

ialah suka memaki-maki istrinya atau menghina istrinya. Sedangkan

yang berbentuk perbuatan ialah suami mengabaikan hak istri atas

dirinya, berfoya-foya dengan perempuan lain, dan menganggap bahwa

istrinya tidak ada.22

Nusyuz adalah kedurhakaan. Jadi, nusyuz suami adalah yang

telah meninggalkan kewajiban-kewajibannya, yang bertindak keras

kepada istri, tidak menggauli istrinya dengan baik, tidak pula

memberikan nafkah dan sikap acuh tak acuh kepada isrinya. 23

b. Dasar Hukum Nusyuz Suami

Dasar hukum nusyuz yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya

tercantum dalam QS. An-Nisa [4]: 128.

20
Ibid..
21
Abdul Hakim Hasan Binjal, Tafsir al-Ahkam, (Medan: Kencana Pranada Media Group,
1962).h.316.
22
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam,...h.1354
23
M. Abdul Mujieb Dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Fustaka Firdaus, 1994).h.251.

15
            

           

        


Artinya:
“dan jika seorang prempuan khawatir akan nusyuz atau bersikap tak
acuh, maka keduannya dapat mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walapun
manusia itu menurut tabiayatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki
(pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.24

Untuk mengetahui maksud ayat di atas, maka perlu mengetahui

latar belakang (Asbab Al-Nuzul). Ayat ini turun berkenaan dengan kasus

yang menimpa Saudah, istri Rasulullah `alaihissalam. Ketika ia sudah

tua, Rasulullah bermaksud hendak menceraikannya. Iapun memohon

kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, janganlah engkau

menceraikanku. Bukannya aku masih menghendaki laki-laki, tetapi

karena aku ingin dibangkitkan menajdi istrimu. Maka, tetapkanlah aku

menjadi istrimu dan aku berikan hari giliranku kepada Aisyah.” Dan

Rasulullah, akhirnya mengabulkan permohonan Saudah. Iapun

ditetapkan menjadi isri Rasul sampai meninggal dunia, kemudian

turunlah ayat diatas.25

Sumber lain menyebutkan fakta berbeda tentang Asbab al-

Nuzulayat tersebut. Imam Syafi`i meriwayatkan bahwa ayat ini turun

24
Departemen Agama RI, Al-Qur`an Hafalan, (Jakarta: Almahira, 2012). Hlm.99.
25
Fawaizun Umam dan Musawwar, Fiqh Perempuan Menyoal Ulang Isu-Isu
Keperempuanan dalam Islam ,..., hlm. 45.

16
berkaitan dengan kasus putri Muhammad bin Maslamah yang akan

diceraikan oleh suaminya, lalu ia bermohon agar dia tidak diceraikan

dan rela dengan apa saja yang ditetapkan suaminya. Mereka berdamai

dan turunlah ayat ini.”26

Berdasarkan fakta Asbab Al-Nuzul ayat diatas dapatlah

disimpulkan bahwa suami yang akan mengurangi kewajiban kepada

istrinya, dapat menjadi indikasi terjadinya suatu tindakan nusyuz, baik

dengan cara tidak memberikan nafkah, tidak mau berhubungan badan,

dan sebagainya yang merupakan tanggung jawab atau kewajibannya.

Dalam hal ini Ulama menjelaskan bahwa ciri suami yang bersikap

nusyuz ditandai dengan perbuatan tidak melaksanakan kewajibanya

kepada istri.

G. Metode penelitiaan
1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, pendekatan yang peneliti gunakan

adalah pendekatan kualitatif, hal ini berdasarkan analisis yang bersifat

deskriptif. Sifat deskriptif artinya, penelitian yang menghasilkan data yang

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

diamati.27

Untuk mendapatkan data deskriptif yang bersumber pada ucapan

atau tulisan dan prilaku yang diamati melalui pengamatan pada diri

manusia sebagai objek penelitian. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam

26
Quraish Shaihah, Tafsir Al-Misbab, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, ( Jakarta:
Lentera Hati, 2001). hlm. 604.
27
Erma, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). hlm. 25.

17
penelitian ini juga sesuai dengan masalah yang dibahas yaitu hanya

menggambarkan dan menjelaskan keadaan objek penelitian sesuai dengan

keadaanya pada saat penelitian berlangsung.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti maksudnya adalah peran dan upaya peneliti untuk

memperoleh data dari informasi.28Dalam hal ini kehadiran peneliti

dilapangan bukan bertujuan untuk memberikan penilaian, mempengaruhi

atau menipulasi data dan informasi, tetapi lebih pada usaha untuk

mengetahui secara langsung tentang tanggapan tokoh agama mengenai

nusyuz suami. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti semata-mata bukan

hanya untuk memberikan penilaian atau menipulasi data, namun peneliti

juga berusaha untuk menciptakan hubungan yang baik dengan responden

yang menjadi sumber data dalam penilaian.

3. Lokasi penelitian

Pemilihan lokasi di Desa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur

yang lingkungannya dikenal dengan banyaknya santri. Dengan sebutan ini

tentunya didalamnya juga terdapat Ulama’-Ulama’dengan kemajuan

keberagaman pola pikir yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan

pola pikir ini yang kemudian akan peneliti gunakan sebagai subjek

penelitian nantinya. Banyaknya keragaman dan pola pikir masyarakatnya

terutama para tokoh agama diharapkan dapat memberikan hasil yang

maksial untuk mengetahui “Tanggapan Tokoh Agama Tentang Nusyuz

28
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010),hlm.3.

18
Suami di Desa Ketangga Kec. Suela Kab. Lombok Timur”,sehingga

mengharapkan akan memperoleh hasil yang maksimal dalam penelitian

ini.

4. Sumber Data

Untuk memahami dan mengetahui lebih jauh mengenai tanggapan

tokoh agama mengenai nusyuz suami maka peneliti memerlukan sumber

data, anatara lain.

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer

secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan

penelitian.29 Dalam hal ini dapat diperoleh mulai iterviuw (wawancara)

kepadanarasumber yang bersangkutan di dalam penelitian ini, yaitu

beberapa tokoh agama di Desa KetanggaKec. Suela Kab. Lombok

Timur yang di jadikan informan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diproleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh di

catat oleh pihak lain).30 Data sekunder ini diperoleh dari dokumen-

dokumen, tulisan, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

29
Nur Indriantoro, Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama,
(Yogyakarta: Bpfe - Yogyakarta, 1999), hlm. 146.
30
Ibid.

19
5. TeknikPengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dari suatu

penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka peneliti

menggunakan prosedur pengumpulan data yaitu diantaranya:

a. Metode Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung.

Observasi sama halnya dengan wawancara yang termasuk

pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian kualitatif.

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi tentang kelakuan manusia yang terjadi dalam kenyataan.

Dengan metode ini penulis melakukan pencatatan dan pengamatan

secara sistematis terhadap gejala yang diselidiki.31

b. Metode Wawancara

Menurut Kartini Kartono, wawancara adalah suatu percakapan

yang di uraikan kepada suatu masalah tertentu, merupakan peroses

tanya jawab lisan dua orang atau lebih berhadapan langsung secara

fisik, berbincang dan tanya jawab.32

31
Sanafiah Faesal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Aplikasi (Malang: Yayasan Asih
Asah, 1990), hlm. 77.
32
Kartini Kartono, Pengantar MetodeResearch Sosial, (Bandung, Mandar Maju, 1986),
hlm. 171.

20
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan

tokoh agama mengenai nusyuz suami di Desa KetanggaKec. Suela Kab.

Lombok Timur.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi, menurut Suharsimi Arikunto adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

cetakan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prestasi,dan sebagainya.33

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis

yang memberikan keterangan yang sesuai dengan data yang

dibutuhkan, yaitu data mengenai lokasi penelitian, konsep-konsep yang

berbicara tentang nusyuz secara umum, maupun nusyuz suami dan istri,

baik berupa buku-buku, kitab-kitab, jurnal, artikel, dan sebagainya.

Peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah semata-mata

untuk mendapatkan data penelitian dengan khasus nusyuz suami, serta

terkait tanggapan atau respon tokoh agama mengenai nusyuz suami.

6. Teknis Analisis Data

Analisis data merupakan suatu peroses penyelidikan dan pengaturan

secara sistematis transkip, wawancara, dan bahan-bahan lainnya sehingga

dapat mudah di pahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.34

Dalam melakukan analisis data ada tiga macam tahapan yang

dilakukan yaitu:
33
Kartini Kartono, Pengantar Metode Research Sosial,...,hlm. 274.
34
Rulan Ahmadi, Metedologi Penelitian Kualitatif, cet. III, (Yogyakarta: Ar Ruz Media,
2016). H. 229.

21
a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan berkaitan dengan data yang ada

di lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan wawancara kepada

masyarakat terkait dengan nusyuz suami yang berada di Desa Ketangga

tersebut.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan peroses ketika di lapangan di tulis atau

diketik dalam bentuk uraian atau bentuk laporan yang terinci. Reduksi

data juga merupakan bentuk analisis yang menajamkan atau mengarah,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data yang

sedemikian rupa sehingga dapat menarik kesimpulan.

c. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi35

Merupakan kumpulan informasi yang tersusun dan dapat menarik suatu

kesimpulan dalam pengambilan suatu tindakan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan Data adalah usaha-usaha yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh kevalidan barang temuan dan untuk memperkuat hasil yang

sesuai antara yang di peroleh dari kenyataan dan dapat di pertanggung

jawabkan kebenarannya.36

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 teknik keabsahan data,

di antaranya:

a. Ketekunan pengamatan
35
Nasution S,Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.129.
36
Winarno Surakhmad, Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung: Tarsito, 1998).
Hlm. 139.

22
Ketekunan pengamatan, maksudnya disini adalah menemukan ciri-ciri

dan anasir dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan dan isu

yang sedang dicari dan kemudian dimusnahkan dari pada hal-hal

tesebut secara rinci.37

b. Triangulasi

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data itu sendiri. Jadi, triangulasi

merupakan teknik validasi data dalam hal pengecekan ulang terhadap

data-data kualitatif dari hasil penelitian, sehingga betul-betul sesuai

dengan hasil yang diinginkan.

c. Berdiskusi Dengan Teman Sejawat

Berdiskusi dengan teman sejawat bertujuan unutuk memperoleh

masukan serta keritikan atau saran-saran supaya dengan itu bisa

menambah tingkat kebenaran peneliti. Dengan cara ini peneliti dapat

mencari kelemahan, interprestasi yang kurang jelas serta dapat

mendiskusikan data yang telah terkumpul.

H. Sistematika Pembahasan
Sebagai upaya untuk membahas pokok permasalahan dalam skripsi ini,

penyusun memaparkan pembahasan dalam empat bab, antara satu bab dengan

bab yang lain memilki keterkaitan yang logis.

37
Lexy J Moleog, Metodologi Penelitian Kualitatif...,h. 329.

23
Pembahasan ini diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan

bab ke-empat, yaitu penutup.

Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah untuk memberikan penjelasan mengapa penyusun ini perlu dilakukan

dan yang melatarbelakangi penyusun ini. Rumusan masalah dimaksudkan

untuk mempertegas pokok-pokok masalah yang akan diteliti agar lebih

terfokus. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan urgensi penyusunan ini.

Setelah itu telaah pustaka untuk memberikan penjelasan dimana posisi

penyusun dalam hal ini. Sedangkan kerangka teori merupakan tinjauan

sekilas mengenai beberapa tanggapan tokoh agama mengenai objek bahasan

yang diteliti. Adapun metodologi yang dimaksudkan disini, untuk

menjelaskan pendekatan yang dipakai dan langkah-langkah penyusunan ini

dilakukan. trakhir, sistematika pembahasan adalah untuk memberikan

gambaran secara umum, sistematis, logis, dan korelatif mengenai kerangka

pembahasan penyusunan.

Bab kedua berisi tentang paparan data dan temuan. Pada bab ini

dipaparkan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi, sejarah

berdirinya Desa tersebut, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat ekonomi

masyarakat, serta karakter masyarakat Suela. Disamping itu, pada bab ini juga

dipaparkan hasil wawancara yang penulis lakukan yang meliputi tanggapan

tokoh agama tentang nusyuz suami dan analisis hukum keluarga Islam

tentang nusyuz suami di Desa KetanggaKec. Suela Kab. Lombok Timur

tersebut.

24
Bab ketiga, pembahasan, bab ini merupakan bab inti. Dalam bab ini

penulis akan mendiskripsikan secara menyeluruh tentang hasil analisa secara

deskriptif kualitatif mengenai tanggapan tokoh agama tentang nusyuz suami

dan analasishukum keluarga Islam tentang nsyuz suami tersebut.

Bab ke-empat, penutup. Bab ini sebagai penutup yang merupakan

rangkaian akhir dari sebuah penelitian. Bab ini juga, terdiri dari kesimpulan

dan saran. Kesimpulan dimaksud sebagai hasil akhir dari sebuah penelitian

yang tercantum dalam bab II dan bab III. Sedangkan saran merupakan

harapan penulis kepada semua pihak yang kompeten atau ahli dalam masalah

ini, agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat memberikan kontribusi

yang maksimal.

25
BAB II

PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI DI DESA

KETANGGA KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Desa Ketangga

Desa Ketangga merupakan salah satu nama desa yang terletak di

Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, dan termasuk desa tertua dan

menyimpan benda-benda pusaka kerajaan selaparang. Desa yang tidak

jauh dari pusat kota kecamatan ini, ternyata masih menyimpan misteri dan

memiliki cagar budaya yang cukup banyak, seperti masjid pusaka

Selaparang, batu dari Bagdad (Irak) dan sabuk yang bertuliskan sejarah

manusia sejak lahir hingga masuk alam akhirat.

Desa Ketangga pada awalnya diberi nama Desa Peketangan dan

setelah musnah Kerajaan Selaparang. Desa ini berubah nama menjadi Desa

Ketanga (Kenangan) yang diambil dari kata ketangan, serta ketika datang

para penjajah dan ahli sejarah dari Jawa Desa Ketanga berubah menjadi

Desa Ketangga atau Ketonggo (dialek Jawa).38

Desa ketangga berarti keyakinan yang kuat yang didirikan sekitar

tahun 1004 H bertepatan dengan 1484 M. Faktor penyebabnya dirubahnya

Desa Ketanga (kenangan) menjadi Desa Ketangga antara lain karena

tempat pemukiman penduduk yang bertangga-tangga, terdapat hutan yang

banyak tumbuh pohon ketangga. Melaksanakan ajaran Islam dengan

38
Eros (Tokoh Masyarakat), Wawancara, 02 Oktober 2020.

26
keyakinan yang kuat Desa Ketangga inilah sebenarnya pusat kerajaan

Selaparang.39

2. Letak Geografis dan Kondisi Geografis

Desa Ketangga merupakan salah satu dari 8 Desa di wilayah

Kecamatan Suela, yang merupakan ibu kota Kecamatan. Desa Ketangga

terletak pada wilayah Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur

dengan luas wilayah 800 Ha. 40 Adapun batas-batas Desa Ketangga adalah:

 Sebelah Utara : Suntalangu dan Suela

 Sebelah Selatan : Kebon biak dan Pekosong

 Sebelah Barat : Tejong dan Wanasaba

 Sebelah Timur : Selaparang dan Batman41

Keadaan iklim di Desa Ketangga, tidak jauh dengan seperti desa-

desa lainnya, khususnya di wilayah Indonesia mempunyai dua musim,

kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung

terhadap pola taman yang ada di Desa Ketangga Kec. Suela tersebut.

3. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Ketangga sampai dengan bulan Desamber 2019,

berjumlah 7,468 jiwa terdiri dari penduduk Laki-laki 3,607 jiwa dan

perempuan 3,681 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3,197 KK,

presentase jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Ketangga

39
Data Umum Monografi Desa Ketangga, Tahun 2015.
40
Data Monografi Desa Ketangga, Tahun 2015.
41
Hizbullah SekDes, Wawancara, Kantor Desa, 6 Oktober 2020.

27
adalah 3,607 persen untuk penduduk laki-laki dan 3,618 persen untuk

penduduk perempuan yang terdiri dari 4 dusun di wilayah Ketangga dan

di rincikan sebagai berikut:42

Jumlah penduuduk menurut kekadusan dan jenis kelamin di

Desa Ketangga.

Penduduk Penduduk Jumlah


No DUSUN Laki-laki perempuan Jiwa

1,682
1 Otak Desa 854 828

2 Monton
Gedeng 870 898 1,768

3 Dasan
Lekong 1310 1503 2,813

4
Tejong 573 632 1,205

Jumlah 3,607 3,861 7,468

42
Sumber: Data Monografi Desa Ketangga, tahun 2020

28
b. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Ketangga sebagai berikut43:

Uraian Jumlah Satuan


No

1 Jumlah penduduk buta 142 Orang


huruf
2 Jumlah penduduk tidak 226 Orang
tamat
3 Penduduk Tamat 1,114 Orang
SD/Sederajat
4 Penduduk Tamat 896 Orang
SLTP/Sederajat
5 Penduduk Tamat 996 Orang
SLTA/Sederajat
6 Penduduk Tamat DI - Orang

7 Penduduk Tamat D2 54 Orang

8 Penduduk Tamat D3 138 Orang

9 Penduduk Tamat S1 616 Orang

10 Penduduk Tamat S2 15 Orang

c. Keadaan Sosial

1) Suku

Sebagian besar penduduk Desa Ketangga terdiri dari suku

Sasak akan tetapi terdapat suku lainnya, seperti Suku Jawa, Suku

43
Sumber: Data Monografi Desa Ketangga, tahun 2020.

29
Sumbawa, Suku Sumatra yang merupakan pendatang yang menetap

di wilayah Desa Ketangga.

2) Keamanan dan ketertiban

Kondisi keamanan penduduk cukup aman walau demikian ada

beberapa kendala yang perlu dibenahi yaitu Sara Pos kemanaan atau

Pos Ronda yang masih memerlukan perhatian dan lampu penerang

jalan. Kemudian jumlah sarana prasarana yang di fasilitasi di

anataranya, Pukesmas 1, Posyandu 9, kades posyandu 45, jumlah

pramedic 10, pondok bersalin 2 dan bidan desa 4.44 Dan di rincikan

sebagai berikut:

Sarana prasarana Jumlah Satuan

Puskesmas Pemandu 1 Unit

Posyandu 9 Unit

Kader Posyandu 45 Orang

Tempat Dokter Praktik - Unit

Jumlah Dokter Umum - Orang

Jumlah pramedic 10 Orang

Pondok Bersalin 2 Unit

Bidan Desa 4 Orang

Apotik - Unit

44
Data Umum Desa Ketangga...

30
3) Keadaan Ekonomi

Penduduk Desa Ketangga sebagian besar bermata pencaharian

sebagai Petani dan Buruh Tani (70%), disampig itu juga sebagai

Guru, PNS, karyawan, Pedagang dan lain-lainnya. Disini d rincikan

dengan, Petani sebanyak 2168, Buruh Tani 2628, Pedagang 230,

PNS 63, Karyawan Swasta 44 orang, Tk 51, Pengerajin sebanyak 68

orang, Guru 57, Montir 56 dan yang lain-lainnya sebanyak 11 orang.

Dan di rincikan dan bentuk tabel, di antaranya sebagai berukut:

Uraian Jumlah Satuan

Petani 2168 Orang

Buruh tani 2628 Orang

Pedagang 230 Orang

PNS/TNI/ Polri 63 Orang

Karyawan Swasta 44 Orang

Tk Kaya/ Tk Batu 51 Orang

Pengrajin 68 Orang

Guru 57 Orang

Montir Sopir 56 Orang

Lain-lain 11 Orang

31
4. Data pernikahan, perceraian dan Nusyuz

No Dusun Pernikahan45 Perceraian46 Nusyuz47

1 Otak Desa 620 45% 55%


2 Montong Gedeng 523 30% 40%
3 Dasan Lekong 650 50% 60%
3 Tejong 489 70% 80%

B. Tanggapan Tokoh Agama tentang Nusyuz Suamidi Desa Ketangga

Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur

Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan berumah tangga tidak jauh

dengan namanya masalah, mulai dari masalah yang kecil maupun dengan

yang besar tidak ada yang membedakan karena itu adalah suatu masalah. Di

dalam kehidupan bermasayarakat dan lebih jelasnya dalam berumah tangga

seringkali kita temukan yang menjadi pemicunya adalah orang ketiga dan

kesalah pahaman dalam menanggapi satu sama lain, apalagi yang merasa

dirinya paling berhak dan mengganggap dirinya pemimpin maka disini

seringkali terjadi kesewenagan di dalam rumah tangga.

Dan yang lebih jelasnya di dalam rumah tangga ini disebut dengan

nusyuz. Terjadinya nusyuz ini karena di dalam masyarakat terdapat

perbedaan dalam memahami isi dari kadungan surat An-Nisa ayat 34 yang

menyatakan bahwasanya laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,

45
Lalu Safta (Staf Desa), 24 November 2020.
46
Uhir dan Fathurrahman (Kadus), 24 November 2020.
47
Tokoh Agama, Wawancara, 2020.

32
sehingga disini yang sering dapat diskriminasi adalah perempuan. Padahal

dalam Islam perempuan itu sangat begitu dimuliakan, namun realita dalam

kehidupan sangat jauh dari yang dibayangkan.

Dalam perakteknya, nusyuz ini bisa di lihat dari sisi perkataan dan

perbuatan dan juga bisa di lihat dari kedua-duanya. Misalnya, jika di lihat dari

sisi perkataan biasanya suami yang suka mencaci maki istri dan menghina

istrinya. Kedua bisa di lihat dari perbuatannya, misalnya suami mengabaikan

hak istrinya, berfoya-foya dengan perempuan lain dan menganggap istrinya

seolah-olah tidak ada gunannya.

Seperti dalam keluhan inak Khairiah, yang datang untuk mencurahkan

separuh kelukesahnya kepada peneliti, di antaranya:

Semamak tyang girang na nyeboin ita masalah hasil sik maukna begawean,
kadang mauk iya sekali seminggu laguk paran na ndekna man mauk, terus
ndek na badak ita sik taokna begawean ndekta taok. Ngendenginta iya paran
na uwah buek, buek so keang na beang berayana. Padahal na uwah toak bede
anak karing na nganti papu doang laguk ndekna ilang bekejengil na lek nina.
Terus mending na ngemelek selapukna ta terpenuhi, sine jak ndek batinta
seda perasaanta lebih seda. Nyumpak, hinak ita jak makanan na bilang jelo,
sik uwah nyuruk tyang nyedi lekan bale uwah, karena iya merasa epen bale,
laguk kan ta dua lelah. Laguk sabar doang tyang. (suami saya suka
menyembuyikan masalah hasil yang dia dapat kerja, kadang dia dapat gaji
sekali satu minggu tapi dia bilang di kita belum dapat, tetapi tempta yang
kerja yang ngasih tau ke saya kalau gajinya sudah keluar. Saya minta katanya
sudah habis, habislah dipakai buat kasih pselingkuhannya. Padahal dia sudah
tua ada anak dan tinggal nunggu cucu doang tapi nakalnya di perempuan
tidak hilang. Dan mending di selingkuh kebutuhan kita semuanya terpenuhi,
ini batin rusak perasaan lebih rusak. Kata kasar, menghina itu sudah makanan
sehari-harinya, yang pernah nyuruh sya keluar dri rumah pernah, karena dia
merasa punya rumah tapi kan saya berdua yang capek, tapi saya sabar saja). 48

48
Inak Khairiah, Wawancara, 20 November 2020.

33
Hal yang senada diungkapkan oleh inak Muli, bahwa suaminya yang

sering mencaci maki dan menghinanya di sebabkan dia tidak bekerja.

Semamak tyang ndekna ulak pecicilan marak dengan sik luek raos, laguk
sekalina ngeraos pedes doang ta denger. Terus pelit, ndekna ita beang na
ngentik kepeng, perekengan. Girang kami besual lantaran sine, mele ita milu
lalo harian ndekna beang ita, ngeno jak belanja jarang na beang ita. Ngeno jak
paran na ita darak gawenta jari dengan nina, taonta besang iya doang ngkatna
gitak ita. Laguk padahal kepeng si tanjakna ita ndekna uwah cukup mauk
doang ita berotang juluk. Terus na arak masalah sik ngeno melena nganuk ita
doang, angkak na mele jerang aku na jerang, lelah ita berangen isikna. 49
(suami saya bukan orang yang pecicilan kayak orang yang banyak bicara,
tetapi sekalinya ngomong pedes ketika di dengar. Terus pelit, bukan kita yang
di kasih pegang uang, itung-itungan. Ini yang membuat kami suka bertegkar,
mau kita ikut pergi harian tidak di kasih, tetapi uang belanja kita jarang di
kasih. Terus sayadi sindir tidak ada gunanya jadi istri, taunya menghabiskan
doang katanya. Akan tetapi, padhal uang yang di berikan tidak pernah cukup
dapat saja kita hutang dulu. Terus jika ada maslah yang seperti itu maunya
mukul saya saja, mungkin kalau saya di ceraikan cerekan sudah, capek saya
nahan sakit hati sama dia).

Suami dan istri harus bisa menjadi partner dalam segi bentuk apapun,

bisa saling memahami dan yang paling penting mempunyai komunikasi yang

baik dan tidak membedakan antara suami ataupun istri. Berjalannya suatu

rumah tangga yang rukun dan damai bisa terjadi karena keterlibatan antara

kedua belah pihak, di mana pentingnya komuniksi yang baik.

Namun tidak dengan keluarga Ibu Ita, di dalam rumah tangganya selalu

saja ada perpecahan yang di mulai dari komunikasi yang tidak baik dan suami

yang tidak menghargai istrinya dengan cara menghina istrinya.

Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Ita, di antaranya:

Semamak ibu melena bede anak mama, laguk ndekna man izinang kami si
Allah bede anak mama, mulai lekan sino komunikasin kami mulai renggang,
bapak mulai jarang lek bale. Muna ulek ngajar ndekna uwah langsung ulek.
Paran na beliau bede selingkuhan dan beberapa bulan kemudian maukta

49
Inak Muli, Wawancara, 22 November 2020.

34
denger bapak iya merarik malik dan mauk anak mama. Setelah sino ibu nejak
bapak ngeraos laguk ndekna indahang iya, malah bapak gedek sambil
nyugulang kata kasar dan tidak pantas. Lekan ndekna man arak msalah sine
endah bapak girang kasar terutama bapak taokna dirikna mesak na meta iya,
jarina keuangan kadang ndekta taok tipakna, mun mulai bahas iya mulai iya
gedek dan ngenganuang, jarina ndekna mun ndekna mendesak lalok ndekna
bahas iya sik ibu.50(Suami ibu pengen punya anak laki, namun kami belum di
izinkan mempunyai anak laki-laki, mulai dari itu komunikasi kami mulai
renggang, bapak mulai jarang di rumah. Kalau bapak pulang ngajar beliau
tidak langsung pulang. Di perkirakan beliau punya selingkuhan dan beberapa
bulan kemudian ibu dapat cerita bapak menikah lagi dan mempunyai anak
laki-laki. Setelah itu ibu mengajak bapak berbicara namun tidak di indahkan,
malah bapak marah sambil mengeluarkan kata-kata yang kasar dan tidak
pantas. Walaupun belum ada masalah ini bapak suka kasar terutama bapak
tau dirinya sendiri yang mencari, jadinya keuangan kita tidak tahu kemana
saja di bawa, jika kita mulai bahas bapak marah dan kadang memukul, dan
jika tidak terlalu penting ibu tidak membahasnya).

Kemudian dari beberapa paparan di atas, di sini juga terdapat beberapa

perbedaan pendapat terkait adanya permasalahan nusyuz suami yang berada

di Desa Ketangga dan dari hasil wawancara narasumber yang telah peneliti

wawancarai, di antaranya: Ustadz Zainuddin, ustadz Azhar, Ustadz

Mahmud,Ustadz Hisbullah, Ustadz Supratman, Ustadz Andi Azrori, Ustadz

Karya dan Ustadz Ridwan. Mengenai tanggapan beliau terkait nusyuz suami

tersebut ada kesamaan dan perbedaan yang terjadi kepada responden. Ada

yang mengindahkan terkait nusyuz suami dan ada juga yang tidak setuju

terkait adanya nusyuz suami tersebut.

Nusyuz suami terjadi ketika suami tidak memenuhi hak atas istrinya

dan berlaku kasarnya seorang suami kepada istri, yang berbentuk dari fisik

maupun non fisik. Terjadinya nusyuz suami ini biasanya dikarenakan suami

50
Ibu Ita, Wawancara, 22 November 2020.

35
yang merasa diri palik berhak atas segala sesuatu sehingga mengakibatkan

kesewangan atas istrinya.

Namun setelah peneliti menelusuri terkait tanggapan tokoh agama

tentang nusyuz suami ini, ada beberapa tokoh agama yang tidak

mengindahkannya dan menjelaskan cara penyelesaian dari masalah ini.

Adapun beberapa pertanyaan yang di ajukan peneliti di narsumber,

diantaranya sebagai berikut:

No Pertanyaan

1 Bagaimana tanggapan bapak dengan adanya konsep

nusyuz suami

2 Bagaimana cara penyelesaian nusyuz suami tersebut?

Dan pertanyaan-pertanyaan di atas telah di tanggapi oleh para tokoh

agama yang berada di Desa Ketangga tersebut, seperti yang telah

disampaikan langsungoleh ustadz Zainuddin, dianataranya:

Berbicara terkait nusyuz, nusyuz tidak akan ada jika suami istri bisa saing
memahami dan bisa saling mengalah jika ada masalah yang datang
menghadapkannya. Laguk kan jarang ta temuang iya ndi sik ngene, ulean sik
masyarakat ta sik saling taker muna arak masalah, jarina iya beang iya pada
besual, gara-gara sik sepele beleang na. Terus terkait nusyuz suami ndi,
ndekna arak nusyuz suami, sengakna ndekna arak istlah suami durhaka
kepada istri, sama halnya tidak ada orang tua yang durhaka kepad anaknya,
nah ka ngeno gambaran na. Kalaupun suami melakukan kesalahan ndi
ndekna iya termasuk nusyuz, sino aran na biasa dalam rumah tangga.51
(Berbicara terkait nusyuz, nusyuz tidak akan ada jika suami istri bisa saling
memahami dan bisa saling mengalah, jika ada masalah yang datang
mengahadapinya. Akan tetapi jarang kita temukan yang begini, kebanyakan
masyarakat kita yang saling mempertahankan ke eogisannya jika ada
masalah, itu sebabnya terjadilah perkelahian, gara-gara hal yang sepele di
besar-besarkan. Terus terkait nusyuz suami ya, tidak ada nusyuz suami,

51
Zainuddin (Tokoh Agama), Wawancara, 05 Februari 2020.

36
karena tidak ada istilah suami durhaka kepada istri, sama halnya tidak ada
orang tua yang durhaka kepada anaknya. Nah itu gambarannya. Kalaupun
suami melakukan kesalahan itu bukan termasuk nusyuz, itu namanya biasa di
dalam rumah tangga).

Selain ustadz Zainuddin, Ustadz Azhar juga memiliki pendapat yang

sama, di antaranya:

Nusyuz ndi, Nusyuz menurut bahasa durhaka, pembangkangan terjadi kepada


istri yang tidak patuh kepada suaminya. Nusyuz sino bisa terjadi luek
sebabna, misalna istri sik ndekna mele denger ngkat semamakna, istri sik
girang nimbalin semamakna, tanda kutip ndi sik tejakna berhubungan laguk
ndekna mele dengan alasan sik ndekna jelas, terus luek endah kan
masyarakat ta sikna ngeraos lebih keras suara timbang semamakna sino
endah nusyuz masi.Terus lamun terkait nusyuz suami jak, bapak kurang
setuju, kumbekna, ngene suami sino kan tanggung jawabna belek lek dalam
keluarga, iya adalah pemimpin dalam keluarga, tugasna berat, harus cari
nafkah. Ndekna arak istilah suami itu durhaka suami lek seninakna, kan arak
endah ndi dalam Qur`an muni ngene laki-laki itu adalah pemimpin kan
ngena, jarina terkait nusyuz suami sino jak ndekna arak, dalam fiqh endah
ndekna arak nyebut suami nusyuz.52(Nusyuz ya, Nusyuz menurut bahasa
durhaka, pembangkangan terjadi kepada istri yang tidak patuh kepada
suaminya. Nusyuz itu bisa terjadi banyak sebabnya, misalnya istri yang tidak
mau mendengarkan perkataan suaminya, istri yang suka membantah
suaminya, tanda kutip ya yang di ajak untuk berhubungan tidak mau dengan
alasan yang tidak jelas, terus banyak juga masyarakat kita yang ketika
berbicara lebih keras suara daripada suaminya itu sudah termasuk nusyuz
juga.Terus namun terkait nusyuz suami jak, bapak kurang setuju, kenapa, gini
suami itu kan tanggung jawabnya besar didalam keluarga, dia adalah
pemimpin dalam keluarga, tugasnya berat, harus cari nafkah. Tidak ada istilah
suami itu durhaka suami di istrinya, kan ada juga ya dalam Qur`an bicara gini
laki-laki itu adalah pemimpim kan gitu, jadinya terkait nusyuz suami itu jak
tidak ada, dalam fiqh juga tidak ada menyebutkan suami nusyuz).

Senada juga disampaikan oleh ustadz Mahmud, di antaranya:

Berbicara nusyuz, nusyuz sine identik dengan kedurhakaan ndi,


membangkang, keras, tidak patuh pokok sik ndekna bagus uwah ka. Terus sik
ngelakuang iya istri, yang sering terjadi dikalangan masyarakat ta jak sine,
ketika na perintah sik semamakna seringna bantah, muna mele ulak iya juluk
jeremut, terus apa malik, luek iya nusyuz sine pokokna identik dengan istri
yang tidak patuh segala hal lek semamakna, laguk selagi itu kurang baik so.

52
Ustadz Azhar (Tokoh Agama), Wawancara, 06 Oktober 2020.

37
Nusyuz suami, sang ndekna arak nusyuz suami, ndekna uwah denger bapak
terkait nusyuz suami sine, selaek bapak belajar kitab ndekna uwah arak
nyebut nusyuz suami, ndekna arak nusyuz suami, lamun suami sik ndekna
girang beang seninakna nafkah jak lain bahasana, itu nama melantarkan istri
yang lari dari tanggung jawab sebagai suami, lamunna ke nusyuz jak ndekna
ulak. Pokok nusyuz itu hanya berada di istri saja. 53(Berbicara nusyuz, nusyuz
ini identik dengan kedurhakaan ya, membangkang, keras, tidak patuh
pokoknya yang tidak bagus sudah. Terus yang melakukan iya istri, yang
sering terjadi dikalangan masyarakat kita saat ini. Ketika di perintah sama
suaminya sering membantah, kalau dia mau jemberut, terus apa lagi, banyak
iya nusyuz ini pokoknya identik dengan istri yang tidak patuh segala hal
kepada suaminya, tapi selagi itu kurang baik ya.Nusyuz suami, mungkin tidak
ada nusyuz suami, tidap pernah denger bapak terkait nusyuz suami ini, selama
bapak belajar kitab tidak pernah ada membicarakan nusyuz suami, tidak ada
nusyuz suami, jika suami tidak memberikan istrinya nafkah jak lain
bahasanya, itu namanya suami melantarkan istri yang lari dari tanggung
jawab sebagai suaminya, tapi kalau ke nusyuz jak bukan, nusyuz itu hanya
kepada istri saja).

Selain tanggapan para tokoh agama di atas ustadz Hizbullah menangapi

terkait nusyuz suami tersebut dengan ada sedikit perbedaan, beliau

menyampaikan dengan membicarakan hak dan kewajiban setelah nusyuz, di

anataranya:

Nusyuz itu terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik antara suami
dan istri, ketika na arak masalah seharusna gina selesaiang iya dengan baik,
bau na musyawarah, suami sebagai kepala rumah tangga hendaknya
memberikan arahan yang baik kepada istri, itu sebabbya sebelum menikah itu
seharusnya mempunyai landasan yang bagus dulu, supaya tidak mudah
goyah.Pada zaman konterporer sine, zaman semakin maju apalagi ada istilah
gender ndi, luekna istri memilih menjadi wanita karir sehingga lupa akan
kewajibannya sebagai istri, lebih utamangangna pekerjaanna, sehingga
dalam mendidik anak kurang, ketika pendapatna dalam keuangan lebih luek
dari pada suami, suamina ndekna arhagain iya, malah ta lalo-laleangna
semamakna sino sik ndekna kanggo dan sino endah bagian nusyuz.Masalah
nusyuz suami, nusyuz suami dalam Islam sebenarna ndekna arak, karena
dalam Al-Qur`an (Arrijalu kauwaa muu na `allan nisaa`i)na sine kan jelas
uwah, laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita ngena kan, jika suami
tidak memberikan nafkah, atau selingkuh karena adanya orang ketiga bahkan
sampai menikah lagipun kan itu memang sudah ada dalam sejarah dan Al-
Qur`an sudah menjelaskannya, suami itu bisa menikah lebih dari satu jika

53
Ustadz Mahmud (Tokoh Agama), Wawancara, 09 Oktober 2020.

38
mereka merasa mampu kan. Jadinya kalau membahas nusyuz suami itu tidak
ada, lebih tetapnya tidak melakukan kewajibanya sebagai suami dan
hukumnya lebih besar daripada nusyuz. Karena itu kan sudah melanggar
kewajibannya kepada tuhannya.Terdapat endah dalam rumah tangga kan
arak hak dan kewajiban na hak dan kewajiban sine masing-masing suami-
istri bede iya, laguk sik lebih dominan ya suami ndi, karena kesalahan yang
diperbuat oleh istri tanggung jawabna lek suami, kumbekna ndekna ulak ajar
seninakna, sehingga pentingna suami itu memahami konsep dalam berumah
tangga.54(Nusyuz itu terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik antara
suami dan istri, ketika ada masalah seharusnyadia menyelesaikannya dengan
baik, bisa kita musyawarah, suami sebagai kepala rumah tangga hendaknya
memberikan arahan yang baik kepada istri, itu sebabnya sebelum menikah itu
seharusnya mempunyai landasa yang bagus dulu, supaya tidak mudah
goyah.Pada zaman konterporer ini, zaman semakin maju apalagi istilah
gender ini, banyaknya istri memilih menjadi wanita karir sehingga lupa akan
kewajibannya sebagai istri, lebih mengutamakan pekerjaannya sehingga
dalam mendidik anak kurang, ketika pendapatannya dalam keuangannya lebih
banyak dari pada suaminya, suaminya tidak di hargai lagi, bahkan di
sepelekan suaminya itu tidak boleh dan itu juga bagian nusyuz.Masalah
nusyuz suami, nusyuz suami dalam Islam sebenarnya tidakada, karena dalam
Al-Qur`an (Arrijalu kauwaamu na `allan nisaa`i) nah ini kan sudah jelas,
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita gitu kan,jika suami tidak
memberikan nafkah atau selingkuh karena adanya orang ketiga bahkah
sampai nikah sekalipun kan itu memang sudah ada dalam sejarah dn Al-
Qur`an sudah menjelaskannya, suami itu bisa menikah lebih dari satu jika
mereka merasa mampu kan. Jadinya kalau membahas nusyuz suami itu tidak
ada, lebih tepatnya tidak melakukan kewajibannya sebagai suami dan
hukumnya lebih besar daripada nusyuz. Karena itu sudah melanggar
kewajibannya kepada tuhannya.Terdapat juga dalam rumah tanggakan ada
hak dan kewajibannya, hak dan kewajiban ini masing-masing suami-istri beda
lagi, tetapi lebih dominan itu suami yaa, kenapa tidak bisa ngajar suaminya
sehingga pentingnya suami itu memahami konsep dalam berumah tangga).

Nusyuz itu identik dengan kedurhakaan dan ketidak taatan yang terjadi

di antara keduannya. Nusyuz tidak hanya berlaku kepada istri saja, namun

bisa terjadi juga kepada suami. Dari sini terdapat ada perbedaan pendapat

yang menyatakan bahwa nusyuz suami itu ada dna dosanya bisa saja lebih

besar dari pada nusyuznya seorang istri.

54
Ustadz Hizbullah (Tokoh Agama), Wawancara, 07 Februari 2020.

39
Seperti yang telah di ungkapkan oleh Ustadz Andi, di antaranya:

Ketika membahas nusyuz sik arak lek dalem pikiranta adalah istri, istri sik
ndekna taat, istri sik ndekna patuh dan istri sik durhaka. Padahal ndekna
hanya istri bau ta paran nusyuz laguk suami endah nusyuz iya. Malah lebih
rentan iya suami yang nusyuz. Ta gitak jak dalam masyarakat ta ka, luek
dengan mama muna arak taok ndekna demen lek seninakna doang uwah jari
bisok ima iya, sebenarna endah na arak rasa bencina terus na ketempoang iya
lek seninakna dengan kata-kata kasar jak sino endah termasuk iya nusyuz.
Kemudian cara menyelesaikan nusyuz sine jak, suami harus berdamai dengan
istri, seninakna endah harus na bau nasehatin atau na beang semamakna
masukan bahwa sik lakukangna sino ndekna bagus, kan muna muwah ngeno
inshaa Allah keluarga aman tentram.55(ketika membahas nusyuz yang ada d
dalam pikiran kita adalah istri, itri yang tidak taat, istri yang tidak patuh dan
istri yang durhaka. Padahal tidak hanya sorang istri yang bisa di katakan
nusyuz, suami juga bisa saja nusyuz. Malah lebih rentan suami yang nusyuz.
Kita lihat dalam masyarakat, banyak suami yang ketika ada tempatnya tidak
suka terhadap istri maka istri di jadikan cuci tangan, apalagi suami yang
mempunyai rasa benci terhadap istrinya kemudian memperlihatkannya
dengan kata-kata yang kasar itu sudah termasuk nusyuz juga. Kemudian cara
menyelesaikannya, suami harus berdamai dengan istrinya, istrinya juga hars
bisa menasehati atu memberikan masukan kepada suaminya bahwa apa yang
di kerjakan itu adalah tidak baik, dan inshaa Allah keluarganya aman
tentram).

Jadi nusyuz itu tidak hanya berlaku untuk istri saja, melanikan bisa saja

terjadi kepada suami yang tidak bertanggung jawab kepada istri, seperti yang

diungkapkan oleh ustadz Karya Abadi:

Nusyuz itu artinya tidak taat, tidak patuh dan keluar dari tanggung jawab,
bisa terjadi kepada istri dan juga bisa terjadi juga di suami. Contoh kecil
nusyuz bisa kita lihat di sekeliling kita, di masyarakat ta luek gati ita entah
iya sik nina ataupun sik mama. Apalagi sik PNS sine kan luek iya sik ndekna
taok maen lek luar, padahal sino kan ndekna kanggo, uwah na selingkuh
malik nafkah na kurang, dan sino tentu lebih berat maukna dosa. Jarina
salah satu cara terbaik untuk menyelesaikannya ialah dengan berdamai
dengan istrinya dan saling menasehati satu sama lain.56(Nusyuz itu artinya
tidak taat, tidak patuh dan keluar dari tanggung jawab, bisa terjadi kepada
istri dan juga bisa terjadi kepada suami. Contoh kecil bisa kita lihat di
sekeliling kita, di masyarakat kita banyak sekal kita entah dia dari perempuan
ataupun yang laki. Dan apalagi yang PNS ini kan dia yang tidak mengetahui

55
Ustadz Andi Asrori (Tokoh Agama), Wawancara, 11 Oktober 2020.
56
Ustad Karya Abadi (Tokoh Agama), Wawancara, 11 Oktober 2020.

40
main di luar, padahal itu kan tidak boleh, sudah selingkuh di tambah lagi
nafkah dia kurang, dan tentu itu sudah berat dosanya. Jadinya salah satu cara
terbaik untuk menyelesaikan nusyuz suami adalah dengan cara berdamai
dengan istri dan saling menasehati satu sama lain).

Senada dengan tanggapan ustadz Karya Abadi, ustadz Ridwan juga

berpendapat, di antaranya:

Nusyus bisa saja terjadi di antara kedua belah pihak, bisa terjadi di istri dan
bisa saja terjadi kepada suami, dan lebih-lebih kalau suami yang nusyuz
dosanya lebih besar karena itu sudah melanggar dua kesalahan. Sudah
berdosa sama istri dan juga berdosa sama Allah, tapi masyarakat kita disini
masih begitu saja pemikirannya yang harus patuh, harus tunduk kepada
suami dan tidak jauh dari memenuhi tanggung jawabnya kepada suami,
padahal disini hak dan kewajiban suami seimbang dengan istrinya.
Kemudian jika suami nusyuz cara menyelesaikkannya ya, istri harus na lebih
cerewet saling nasehatin, terus berdamai, na badak semamakna bahwa muna
ngene ndekna kanggo sehingga ndekna arak malik terjadi nusyuz lek antara
keduana).57(Nusyuz bisa saja terjadi di antara kedua belah pihak, bisa saja
terjadi kepada suami, da lebih-lebih kalau suami yang nusyuz dosanya lebih
besar karena itu sudah melanggar dua kesalahan.Sudah bedosa kepada istri
dan juga berdosa kepada Allah, tetapi masyarakat kita disini masih begitu saja
pemikirannya yang harus patuh, harus tunduk kepada suami dan tidak jauh
dari memnuhi tanggung jawabnya kepada suami dan tidak jauh dari
memenuhi tanggung jawabnya kepada suami, padahal disini hak dan
kewajiban suami seimbang dengan istrinya. Kemudian jika suami nusyuz cara
menyelesaikannya yaa istri harus lebih cerewet saling nasehatin, terus
berdamai, terus istri memberitahukan kepada suaminya bahwa yang
dilakukan adalah kurang bagus sehingga tidak ada lagi nusyuz suam di antara
keduannya).
Kemudian dari beberapa pendapat di atas, nusyuz bisa saja terjadi

kepada istri maupun suami tergantung problem yang terjadi di dalam rumah

tangga tersebut, walaupun ada beberapa tokoh agama yang idak

mengindahkan terkait nusyuz suami dikarenakan terdapat kekeliruan dalam

memahami isi dari Q.S an-Nisa` dan beberapa alasan yang tidak bisa di

pungkiri.

57
Ustadz Ridwan (Tokoh Agama), Wawancara, 13 Oktober 2020.

41
Nusyuz yang terdapat didalam Islam bukanlah salah satu bentuk

legitimasi atas tejadinya percekcokan dalam rumah tangga, dan sudah sangat

jelas kalau ada kekerasan dalam rumah tangga cara penyelesainnya yang

terakhir adalah dipukul. Adanya tahapan-tahapan dalam penyelesaian ini tidak

bisa begitu saja dihilangkan, sekalipun ada perintah untuk memukul, namun

hal ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Supaya tidak terjadi

deskriminasi di dalam perempuan (istri). Nusyuz adalah prodak hukum Islam

dan ada penyelesainnya juga berdasarkan pada hukum yang sudah ditetapkan

oleh Allah dan tidak perduli itu dulu atau sekarang dan nanti.

C. Nusyuz Suami di Desa Ketangga Tinjauan Hukum Keluarga Islam

Dalam hukum keluarga islam nusyuz suami dapat di lihat dari dua

aspek, yang pertama bisa di lihat dari perkataan suami kepada istrinya dan

yang kedua bisa di lihat dari perbuatan suami kepada istrinya. Perkataan

suami yang bisa dikatakan nusyuz ialah ketika suami mencaci-maki istrinya

dan suka menghina istrinya dengan kata-kata yang tidak pantas. Kemudian

jika di lihat dari perbuatan suami yang bisa di kategorikan nusyuz ialah suami

yang tidak memberikan hak atas istrinya dan suka berfoya-foya dengan

wanita lain dan menganggap bahwa istrinya tidak ada.

Nusyuz suami juga mengandung arti pendurhakaan kepada Allah

Ta`alla karena telah meninggalkan kewajibannya terhadap istrinya. Nusyuz

suami terjadi apabila suami tidak melaksanakan kewajibannya terhadap

istrinya baik berbentuk materi ataupun non materi.

42
Namun kenyataannya di dalam suatu masyarakat seringkali

menganggap bahwa nusyuz suami itu tidak ada dan hanya berlaku kepada

istri saja. Hal ini terjadi karenakekeliruan dalam memahami isikandung dari

surat An-Nisa` ayat 34 yang menyebutkan bahwa suami itu adalah pemimpin.

Oleh sebab itu banyak yang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin

dan sekaligus sebagai kepala rumah tangga yang sudah memberikan nafkah

bagi istri dan anak-anaknya maka terjadilah kesewenangan yang dilakukan

oleh suami kepada istrinya yang menimbulkan terjadinya nusyuz suami

tersebut.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya nusyuz suami

dikalangan msyarakat, di sebabkan sebagai berikut:

1. Kurangnya pendidikan agama, sehingga suami tidak mengetahui hak dan

kewajibannya dalam berumah tangga.

2. Karena istri lebih dari satu, sedangkan syarat-syarat tidak mencukupi dan

suami lebih cendrong kepada salah satu dari istrinya sehingga

mengabaikan istri yang lain.

3. Pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga yang di maksud adalah adaya

wanita idaman lain suami selain istri. Suami tertarik kepada perempuan

lain sehingga dia lupa kepada istri dan keluarganya.

4. Cemburu yang berlebihan. Apabilia kecemburuan tidak di kelola dengan

baik mak akan menimbulkan permusuhan antara suami istri.

5. Suami adalah orang yang pemalas yang tidak senang memikul tanggung

jawab sebagai kepala keluarga. Jika istri bekerja untuk menyediakan

43
kebutahan ekonomi keluarga bukan berarti suami bebas secara penuh atas

nafkah yang menjadi tanggung jawabnya terhadap keluarga.

6. Rasa bosan. Hal ini akan timbul dalam suatu hubungan engan di dasarkan

rasa cinta yang dalam dan mulai timbul rasa jenuh.

7. Karena suami menganggap istrinya tersebut tidak lagi menarik atau sudah

tua sakit-sakitan atau tidka dapat memenuhi seleranya, sehingga dia

enggan untuk memenuhi kebutahan istrinya.

8. Tidak tertarik lagikepad sitrinya karena istrinya kurang memperhatikan

perwatan pisiknya.

9. Emosi yang tidak setabil karena tekanan diluar keluarga.

10. Kesal atas perlakuan istri yang di rasakan tidak menyenangkan diriny.

11. Karena pengaruh kebiasaanya yang buruk dalam pergaulan di luar rumah

tangga, misalnya kebiasannya berjudi, minum-minumankeras dan

melakukan akhlak buruk lainnya.

44
BAB III

ANALISIS TANGGAPAN TOKOH AGAMA TENTANG NUSYUZ SUAMI

DI DESA KETANGGA KECAMATAN SUELA KAB. LOMBOK TIMUR

A. Analisis Tanggapan Tokoh Agama tentang Nusyuz Suami


Perbedaan pendapat adalah hal yang sangat wajar dan sering terjadi

dikalangan masyarakat. Adanya perbedaan ini biasanya dipengaruhi oleh

beberapa hal yang diantaranya, pengaruh lingkungan, pendidikan ataupun

dasar hukum yang digunakan dalam menganalisis adanya permasalahan yang

terjadi dikalangan masyarakat. Adanya perbedaan pendapat ini menunjukkan

bahwa Agama Islam merupakan agama yang aktif.Dalam agama Islam kita

selalu diasah dengan pengetahuan dalam menterjemahkan isi dari kandungan

Al-Qur`an dan al-Hadist yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis

kasus-kasus yang terjadi dikalangan masyarakat. Semua perbedaan itu

sebenarnya memilki tujuan yang sama yaitu, menginginkan semua hukum itu

sesuai dengan apa yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan Hadist.

Permasalahan antara hak dan kewajiban ini yang menjadi salah satu

problematika dalam berumah tangga, sehingga mengakibatkan terjadinya

perselisihan diantara keduabelah pihak. Adanya istilah pembangkangan

didalam kehidupan berumah tangga yang sering diartikan dengan nusyuz

yang dimana istrilah yang menjadi objeknya. Nusyuz ini didalam Islam

sebenarnya tidak hanya berlaku bagi istri saja melainkan juga bisa terjadi

kepada suami, hanya saja yang dikenal sampai saat ini dan yang sangat sering

dipahami oleh masyarakat umum adalah nusyuznya seorang istri. Adanya

45
pemahaman perbedaan ini dikarenakan ketika membicarakan terkait nusyuz,

para mufasir biasanya hanya mengutip dari surat An-Nisa` ayat 34 saja, yang

isinya adalah penyelesaian yang digunakan bagi istri yang melakukan nusyuz.

Ayat ini seringkali ditafsirkan dan dijadikan bahan utama untuk melakukan

perbuatan semena-mena terhadap istri, khususnya yang sering melakukan

perbuatan nusyuz ini adalah suami.

Dalam kitab fiqh atau tafsir klasik, kata nusyuz sering diartikan dengan

istri yang tidak taat kepada suaminya. Namun jarang ditemui kata nusyuz

yang merujuk pada suami yang tidak baik atau membangkang kepada

istrinya.58

Nusyuz dalam pandangan ulama ada dua:yang pertama, nusyuz itu

hanya berlaku bagi istri. Dan pandangan seperti ini memang tidak bisa

sepenuhnya disalahkan, karena hukum ketika itu masih bersifat konservatif

dimasa itu. Dan yang muncul belum seluas sekarang. Para ulama pada masa

itu tentunya ketika menetapkan hukum sesuai dengan zaman yang mana

perempuan belum berada pada posisi seperti saat ini. Dan ditambah dengan

adanya pemahaman secara normatif (sempit) atau seperti dalam Q.S An-

Nisa`:34 yang berbunyi:

58
Amina Wadud, Menuju Keadilan Gender (Pemikiran Islam Kontemporer), (Yogyakarta:
Jendela,2003), hlm. 74.

46
 
  

Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum prempuan”. (Q.S

An-Nisa`:34).59

Dari ayat diatas tidak banyak para tokoh agama sering menggunakan

ayat ini sebagai objeknya, yang dimana bahwa laki-laki (suami) itu adalah

pemimpin di dalam rumah tangga sehingga para istri harus menuruti semua

perintah suaminya selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Pendapat yang kedua, pendapat yang menyatakan bahwa nusyuz tidak

hanya untuk istri melainkan juga bisa untuk laki-laki (suami). Pada pendapat

ini yang menjadi landasan hukumnya adalah Qur`an surat An-Nisa` ayat 19

yang berbunyi “faingkarihtumu hunna fa`asaa” (dan pergaulilah istrimu

dengan cara yang baik) namun sebaliknya dalam realita sangat berbeda, dan

tidak jarang suami yang mau menurunkan egonya ketika berselisih dengan

istrinya padahal jika mereka bisa saling memahami satu sama lain nusyuz dari

pihak suami ataupun istri tidak akan ada, seperti yang telah disampaikan

olehsalah satu narasumber di atas.60

Dan ketika kita membicarakan masalah yang terkait tentang nusyuz,

kita juga harus memperhatikan sampai dimana kadar suatu perbuatan atau

tindakan yang bisa dikatakan sebagai nusyuz. Tentunya dalam menentukan

59
Departemen RI, Al-Qur`an Hafalan....hlm.78
60
Ustadz Zainuddin (Tokoh Agama), Wawancara...

47
batasannya kita juga harus bisa melihat pada keadilan dari semua sisi

diantaranya dengan melihat dari sudut perempuannya.

Setelah itu pernikahan akan berperan di masing-masing pasangan

diantara satu sama lain dan siap melakukan peran yang positif dalam

mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri.61 Tentunya tujuan dari suatu

pernikahan itu akan tercapai jika keduanya melaksanakan hak dan

kewajibannya masing-masing. Nusyuz yang seringkali muncul ketika ada

salah satu pihak yang tidak menjalankan kewajibannya. Untuk mengatasi

permasalahan nusyuz ini Islam masuk untuk menjelaskan bahwa seseorang

yang melakukan nusyuz itu dapat diselesaikan dengan tiga hal: yang pertama,

dinasehati, yang kedua, tinggalkan dari tempat tidur, dan yang terkhir

dipukul. Namun cara yang ketiga ini tentunya harus dilaksanakan secara

berurutan tidak boleh langsung menggunakan cara kedua ataupun ketiga.

Dalam surat An-Nisa` ayat 34 merupakan salah satu ayat al-Qur`an

yang sifatnya Qoth`I. Allah menurunkan ayat ini tujuannya tidak lain untuk

menumbuhkan nilai keharmonisan dalam keluarga yang disebut dengan,

Sakinah, Mawaddahdan Warrahmah. Tetapi sayangnya pemahaman ini justru

disalah artikan oleh masyarakat.62

Kemudian para tokoh agama sepakat jika penyelesaian nusyuz

digunakan dengan cara yang sesuai di dalam Al-Qur`an namun harus

digunakan dengan baik dan benarmaka nusyuz itu segera bisa diatasi, bahkan

tanpa harus melalui tingkatan yang ketiga ataupun yang kedua. Beberapa

61
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munaqahat, (Bandung: Pustaka Setia, 1999). H.9.
62
Ustadz Ridwan (Tokoh Agama), Wawancara,....,

48
ulama sepakat bahwa tahapan yang pertama untuk menyelesaikan nusyuz istri

disini adalah dengan cara menasehati terlebih dahulu dan memberikan

pemahaman terkait bagaimana cara seharusnya berumah tangga. Dengan

adanya nasehat ini nantinya diharapkan seorang istri akan sadar dan

memperbaiki pergaulan dan akhlaknya kepada suaminya.

Apabila dalam menasehati itu saja belum memberikan perubahan dan

tidak juga ada manfaatnya maka seorang suami diperbolehkan untuk

mengambil langkah selanjutnya yaitu dengan cara meninggalkan tempat

tidurnya atau berpisah ranjang. Cara ini merupakan suatu bentuk hukuman

yang nantinya diharapkan bisa menyadarkan istri tersebut sehingga dia dapat

kembali untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya.

Dalam Islam juga ada jalan yang alternatif atau jalan terkhir jika jalan

yang pertama dan kedua tidak memberikan perubahan, dan jalan yang

terakhir adalah pukul. Sekalipun begitu suami tidak diperbolehkan memukul

istrinya tanpa tahapan yang sudah dibenarkan, apalagi jika suami memukuli

sampai melukai istrinya. Pukulan yang dilakukan oleh suami juga ada

syaratnya bukan hanya sekedar memukul, ada bagian-bagian tertentu yang

tidak dibenarkan yang terdapat pada daerah-daerah wajah, perut atau dada.

Sekalipun pemukulan diperbolehkan dalam Islam untuk menyelesaikan

persoalan nusyuz, tetapi dikatakan dalam satu hadist riwayat Ibn Sa`ad bahwa

sekalipun diperbolehkan tetapi yang lebih utama bagi suami itu adalah

dengan tidak mengambil langkah ini yaitu dengan mengikuti pribadi

Rasulullah `alaihisallam. Suami memang memiliki hak untuk menentukan

49
apakah istrinya nusyuz atau tidak, akan tetapi ini bukan berarti suami boleh

dengan semaunya kepada istrinya.

Kesalahan pemikiran yang terjadi saat ini justru akan meletakkan

perempuan (istri) sebagai orang yang terdzolimi dalam rumah tangga. Dan

kehidupan ummat manusia yang salalu diungguli oleh kaum laki-laki

khususnya suami atas kaum istri sudah menjadi akar sejarah yang panjang.

Dalam tatanan ini justru menimbulkan prempuan sering ditempatkan sebagai

(thescondhumanbeing) manusia kelas kedua yang berada dibawah

kemampuan laki-laki, yang membawa implikasi luas dalam dalam kehidupan

sosial dimasyarakat. Perempuan bahkan sering dianggap bukan makhluk

penting, melainkan hanya sekedar pelengkap penciptaan dan untuk

melengkapkan kebutuhan laki-laki. Sebagian besar menganggap persepsi itu

benar adanya sehingga timbullah berbagai bentuk tindakan misalnya,

kekerasan, penindasan, pelecehan seksual dan lain sebagainya. Hal ini terjadi

karena salah satu faktonya adalah kesalahpahaman dalam menafsirkan teks-

teks agama yang secara kaffah (utuh), terutama dalam konsep nusyuz yang

terjadi didalam ajaran agama Islam.

Dengan adanya ketidakseragaman dalam memahami konsep nusyuz

telah menjadi salah satu penyebab kesalahpahaman terkait nusyuz itu sendiri.

Seharusnya para tokoh agama khususnya sebagai orang yang dianggap

mengerti bisa dapat memberikan pemahaman yang baik dan benar terkait

perbuatan nusyuz tersebut. Cukupkah perbuatan atau tindakan nusyuz itu

hanya berlaku untuk istri saja ataukah berlaku kepada suami dan istri. Dan

50
dari sini diharapkan nantinya masyarakat yang tidak mengerti akan konsep

nusyuz ada dan juga tidak akan sewenang-wenangan dalam menentukan

nusyuz tersebut.

B. Analisis Hukum Keluarga Islam tentang Nusyuz Suami

Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum yang menyangkut

antara suami dan istri, bukan saja untuk merealisasikan ibadah kepada-Nya,

akan tetapi sekaligus menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara

keduanya. Namun demikian, karena tujuan perkawinan yang begitu sangat

mulia ini yaitu membina keluarga bahagia, kekal, abadi berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perlu diatur antara hak dan kewajiban

antara suami dan sitri tersebut. Apabila hak dan kewajiban keduanya terpeuhi,

maka dambaan berumah tangga dengan didasari dengan rasa cinta dan

kasihsayang akan dapat terwujud sesuai dengan pemikiran ustadz Zainuddin.

Setiap orang yang akan membangunkehidupan berumah tangga pasti

mengharapkan akan tercapainya kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah

tangganya yaitu SakinahMawaddahWarahmah, namun kenyatanyaan

banyaknya persoalan dalam bermah tangga yang kadang sering dianggap

sepele, namun pada dasarnya akan mengakibatkan terganggunya

keharmonisan dalam berumah tangga, sehingga mengakibatkan terjadinya

kedurhakaan dalam istilah islam di sebut dengan nusyuz. Nusyuz ini bisa kita

temukan di dalam teks Al-Qur`an, Hadist pendapat para ulama dan ada juga

di Kompilasi Hukum Islam.

51
Defenisi nusyuz suami yaitu kedurhakaan suami kepada Allah ta`alla

karena meningalkan kewajibannya kepada istrinya. 63 Dan dasar hukumnya

ada dalam surat An-Nisa` ayat 128:

             

           

        

Artinya:
Dan jika seorang prempuan khawatir akan nusyuz atau sikap tak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakanperdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun
manusia itu menurut tabiyatnya kikir, dan jika kamu bergaul dengan istrimu
secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka
sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S
An-Nisa`:128).64

Ayat tersebut menjelaskan hukum yang berhubungan dengan sikaf

nusyuz yang muncul dari pihak suami. Kemudian yang di maksud dengan

nusyuz disini, dalam ayat tersebut adalah sikap suami yang menyakiti istri

dalam berbagai bentuknya, seperti melarang istrinya untuk mendekatinya,

melarang menggunakan nafkah darinya, tidak memperlihatkan kasih

sayangnya sebagaimana layaknya seorang suami kepada istrinya atau bisa

juga menyakitinya dengan memakinya, memukul dan sebagainya. Oleh

karena itu seorang suami dalam pergaulannya dengan istri hendaknya

bertindak seperti anak kecil.65

63
Amir Syafaruddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h.194
64
Kementrian Agama RI, Syamil Al-Qur`an Miracle the reference, (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2010),h.99.
65
Al-Gazali, Menyingkap Hakikat Perkawinan, (Bandung: Karisma 2009). H.90.

52
Jadi pada dasarnya nusyuz sangat perlu diperjelas karena ini

menyangkut masalah kehidupan berumah tangga khususnya bagi suami

ataupun istri, selain itu ayat di atas juga menunjukkan nusyuz yang dilakukan

oleh suami lebih terfokus kepada sikap tak acuh suami. suami adalah seorang

kepala rumah tangga, untuk itu ia harus memiliki sebagian beberapa sifat

ideal yang baik juga memilki bekal untuk membina keluarganya, antara lain:

sholeh dan taat beribadah.

Sikap seorang suami sebagai imam dalam keluarga, hendaknya memilki

keutamaan dalam bertaqwa kepada Allah. Ia harus menjadi imam bagi istri

dana anak-anaknya. Allah ta`alla berfirman dalam Q.S Al-Hujjarat ayat 13,

yang berbunyi:

          

Artinya:

Sesusunggunya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.66

Kemudian di pertegas juga dalam Q.S An-Nisa ayat 19:

   


          

          

66
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, h. 1092

53
         

    

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengmbil kembali sebagai dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan
bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian jika kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya keabaikan yang banyak.67

Berkenan perlakuan suami terhadap istri harus baik dan penuh kasih

sayang di pertegas juga dalam Hadist, sebagi berikut:

Artinya:

Susungguhnya Allah subhanahu Wata`alla sangat membenci orang yang

kasar dan selalu bersikap angkuh kepada istrinya. (H.R Nasa`i dan Tamidzi).

Nusyuz juga identik dengan hak dan kewajiban antara suami maupun

istri, dengan adanya hak dan kewajiban dalam berumah tangga dapat dilihat

dari Qur`an surat Al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

           

          

67
Departemen Agama,....,h.80.

54
Artinya:

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma`ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan

kelebihan dari istrinya dan Allah maha perkasa lagi Maha bijaksana. (Q.S

Al-Baqarah 228).68

Dari penjelasan di atas mulai dari Al-Qur`an dan Hadist Nabi `alaihi

Wasallam, menyebutkan bahwa di dalam Islam telah di tetapkan seorang

suami di tetapkan sebagai pemimpin di dalam rumah tangga, Namun bukan

berarti suami bisa memperlakukan istrinya dengan sewenang-wenangnya.

Keberadaan suami yang menjadi pemimpin, maka suami diberikan

wewenang untuk meberika pelajaran tentang berbagai aspek kehidupanang

berhubungan dengan ketaatan atas dirinya.

Berkata dan bersikap kasar kepada istri seperti, menghina dan memukul

tanpa sebab sedangka istri sudah taat dan tidak durhakakepadanya (suami)

juga dianggap nusyuz. Berdasarkan nash-nash dan Hadist di atas maka

jelasnya menunjukkan nusyuz tidak hanya berkemungkinan berlaku kepada

istri saja, namun bisa juga terjadi kepada suami.

Kemudian penyebutan hak atas jewajiban dinilai sebagai penegasan

sekaligus menunjukkan betapa pentingnya hak itu untuk diperhatikah. Ayat

ini datang untuk menerangkan tentang hak istri yang menjadi kewajiban

suami dan hak suami menjadi kewajiban istri. Dalam ayat ini juga telah

diberikan pengutamaan antara hak istri yang menjadi kewajiban suami,

68
Ibid.h.295

55
kemudian baru hak suami menjadi kewajiban istri. Namun, suami mempunyai

kedudukan setingkat lebih tinggi dari istri yaitu sebagai kepala rumah tangga,

sebagaimana telah disyaratkan oleh ujung ayat diatas.

Istri memiliki beberapa hak dalam materi yang berupa mahar dan

nafkah, serta hak nonmaterial yaitu, hubungan baik, perlakuan baik, dan

keadilan. Nusyuz suami bisa terjadi karena bila tidak melaksanakan

kewajiban terhadap istrinya, baik yang berupa meninggalkan kewajiban yang

bersifat materi (nafaqoh) atau meningggalkan kewajiban yang bersifat non-

materi(mu`asarah bi al-ma`ruf)yang biasa dikenal dengan menggauli istri

dengan baik. Kemudian yang trakhir ini mengandung arti luas, yaitu segala

sesuatu yang bisa disebut dengan menggauli istrinya dengan tidak baik,

seperti berperilaku kasar, menjatuhkan mental istri, tidak melakukan

hubungan badaniah dalam waktu tertentu dan tindakan lain yang bertentangan

dengan asas pergaulan baik.

Dalam hukum perkawinan islam nusyuz suami adalah dengan melihat

tidak terpenuhinya hak istri atau tidak dilaksanakan kewajiban suami kepada

istrinya baik yang berupa materi maupun nonmateri. Dan indikasi nusyuz

suami yang berupak tidak terpenuhinya hak materi yaitu tidak memberikan

mahar dan tidak memberikan nafkah kepada istrinya yang seharusnya

dipenuhi oleh suami tersebut. Dapat dilihat dari kriteria nusyuz suami

diantaranya:

1. suami yang tidak memberikan nafkah atau lalai dalam kewajibannya

kepada istri.

56
Perkawinan merupakan salah satu sebab yang mewajibabkan

pemberian nafkah kepada istrinya. Suami wajib memberikan nafkah

kepada istrinya seperti, sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan

(tempat tingal). Nafkah merupakan kewajian suami terhadap istri untuk

memberikan belanja terhadap istrinya yang diambil dari hartanya untuk

keperluan makanan, pakaian dan tempat tinggalnya. Apabila suami

meninggalkan atau melalaikan kewajiban dalam memberi nafkah kepada

sitrinya, maka suami dikatakan nusyuz. Dan apabila suami sengaja

menunda hak dari istrinya maka suami dianggap berlaku menganiaya. 69

Dan pebuatan itu termasuk nusyuz suami adapun dalil wajibnya menurut

Al-Qur`an adalah sebagai berikut:

       

Artinya:

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara ma`ruf..(Q.S Al-Baqarah.233).70

Dan firman Allah Q.S Ath-Thalaq 6 yang berbunyi:

              

 

69
Al-Imam Al-Syafi`i Abi Abdillah dan Abi Muhammad Bin Idris, Al-Umm Fii Al-Fiqh,
(Jakarta: Pustaka Azzam,2013),h.511.
70
Kementrian Agama RI,h. 77.

57
Artinya:

Tempatkanlah para mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyimpitkan (hati) mereka.(Q.S Ath-Thalaq 6).

Nafkah merupakan suatu kewajiban terhadap istrinya yang berbentuk

materi. Dan hukum dalam membayar nafkah untuk istri itu wajib, namun

kewajiban ini bukan disebabkan karena istri membutuhkannya, akan tetapi

kewajiban yang timbul karena sebab akad dalam pernikahan tanpa melihat

keadaan istrinya.

Rasulullah juga menjelasakan tentang nafkah “dari mauwiyah al-

quraisy, ia berkata: “aku pernah datang kepada Rasulullah, lalu ia

berkata”:Rasulullah bersabda “berikanlah mereka itu makan dari apa yang

kamu makan, beri mereka itu pakaian dari apa yang kamu pakai, janganlah

mereka itu kamu pukuli dan janganlah mereka itu kamu jelek-jelekan.(HR.

Abu Daud).

2. Suami dikatakan nusyuz apabila suami tidak menjaga hubungan baik

dengan istrinya

Kehidupan dalam berumah tangga pasti menginginkan Sakinah

Mawaddah Warrahmah dan suamiwajib mewujudkannya. Disini yang

dimaksud hubungan adalah kebaikan dan kedekatan antara suami dan istri

terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga yang disebabkan oleh

suami ataupun istri maka itu disebut dengan nusyuz. Seperti sikap acuh tak

acuh suami atau tidak mau berbicara dan tidak menunjukkan kasihsayang

58
yang jelas dalam Al-Qur`an surat An-Nisa ayat 128. Dan disini jika tidak

ada percakapan dengannya (istri), kebersamaan dengannya, kelembutan

untuknya. Dengan begitu suami wajib menjaga keharmoisan dalam rumah

tangganya.

3. Sikap angkuh, sombong dan sewenang-wenangan suami terhadap istri.

Dalam beberapa pemberitaan yang sering kita dengar di media

televisi ataupun media sosial, banyak sekali kasus-kasus perilaku arogan,

kasar bahkan kejamnya suami kepada istrinya, tidak jarang yang sampai

luka berat. Kondisi suami seperti ini telah mengabaikan kewajiban untuk

memperlakukan istrinya dengan baik.

4. Perlakuan yang buruk atau mempunyai perangai yang keras terhadap istri

baik berupa perkataan ataupun perbuatan.71 Perlakukan kasar suami

terhadap istri mencangkup ucapan yang menyakiti atau tindakan yang

menyakiti fisiknya. Dan bentuk tindakan yang menyakitkan perasaan

istrinya misalnya, sengaja mencari-cari kesalahan istri, menghiatati

kesanggupan janji-janjinya kepada istri dan sebagainya.

5. Suami dikatakan nusyuz apabila tidak adil kepada para istri ketika

berpoligami.

Apabila suami memiliki istri lebih dari satu, maka suami wajib

berlaku adil atau memenuhi hak-hak istrinya, seperti bermalam (gantian),

nafkah (yang dikosumsi dan yang dipakai), pakaian dan tempat tinggal. 72

Berlaku adil adalah wajib dan jika suami melalaikan itu, maka suami
71
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia (Antara Fiqh Munaqahat Dan
Undang-Undang Perkawinan), (Jakarta: Lentera, 2001).h.156.
72
Ibid.

59
dikatan nusyuz. Sebagaimana firman Allah dalam (Q.S An-Nisa` 3) yang

berbunyi:

            

              

   

Artinya:
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak bisa berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu milki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S An-Nisa` 3).

Maksud dari ayat diatas adalah jika kamu (suami) merasa tidak

mampu untuk berlaku adil maka cukuplah bagimu untuk menikahi satu

wanita saja. Karena yang demikian itu medekatkan untuk kamu (suami)

melakukan perbuatan penganiayaan dan pengananiyaan itu adalah

termasuk nusyuz.

Kemudian jika dianalisis ketentuan nusyuz dalam Hukum

Perkawinan Islam adalah sebagai upaya untuk melindung hak-hak dari

pihak istri dari ketidasan yang dilakukan oleh suami. Ketika masalah

nusyuz ini tidak diatur dalam peraturan perkawinan di Indonesia

khususnya Kompilasi Hukum Islam hanya membicarakan nusyuz istri saja.

Namun terlepas dari ini semua, untuk menghindari tindakan-tindakan

penyelewengan atau perbuatan tidak menyengkan suami terhadap istri. Hal

ini perlu di tindaklanjuti dan dikaji ulang dalam rangka mewujudkan

60
kemaslahatan bagi semua pihak sebagaimana tujuan dari maqosid syari`ah.

Dimasa yang akan datang perlu difikirkan kembali sebagai upaya untuk

menciptakan hukum yang sesuai dengan masyarakat di indonesia. Dan

berkaitan dengan nusyuz suami ini, agar pihak yang dirugikan dan

teraniaya dapat dilindungi dengan adanya perlakuan dan pengakuan yang

sma dimuka bumi ini.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qodamah, nusyuz suami

mengandung arti kedurhakaan suami kepada Allah karena meninggalkan

kewajibannya terhadap istrinya. Pendapat tersebut didasarkan dalam

firman Allah dalam Q.S an-Nisa` ayat 34 yang menjelaskan bahwa suami

sebagai imam atau pemimpin bagi istri dalam berumah tangga.

Nusyuz suami pada dasarnya adalah sikap keras suami terhadap

istrinya, tidak mau mengagaulinya dan tidak mau memberikan haknya.

Biasanya nusyuz suami ini terjadi karena tuntutan istri yang terlalu tinggi

terhadap sesuatu yang dilua kemampuan dari suaminya. Dengan demikian

solusinya yang tepat adalah bahwa istri harus menyederhakan dan atau

mengurangi tuntunya kepada suaminya.

6. Segala sesuatu yang dilakukan suami dalam menggauli istri dangan cara

yang tidak patut.

Dalam analisis yang penulis lakukan tentang nusyuz suami tersebut

dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:

a. Dari segi dasar hukum nusyuz suami

61
Dalil atau dasar hukum adanya nusyuz suami dapat dilihat dari

firman Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 128 yang dimana sikap yang

menampakkan tanda-tanda ketidpedulian atau sikap tak acuh,

diantaranya:

1) Meniggalkan kewajibannya sebagai seornag suami

2) Sikap sombong dan berlaku sewenang-wenangannya seorang suami

terhadap istri.

3) Perlakuan keras suami terhadp istri

4) Cara menggauli istri tidak baik.

5) Suami berfoya-foya.

6) Menuduh istri berzina73

7) Dan mengusir istri dari rumah.

b. Dari segi faktor

1) Kurangnyya pengetahuan yang dimilki suami dalam ilmu agama.

2) Karena suami merasa dirinya pemimpin sehingga berlaku semaunya.

3) Cemburu buta.

4) Adanya pihak ketiga (selingkuh).

5) Adanya rasa bosan.

6) Suami yang suka malas-malasan yang tidak mau memikul tanggung

jawab atas istrinya.

7) Suami yang memiliki emosi yang tidak setabil.

c. Dari segi akibat

73
Muhammad Thalib, 20 Perilaku Durhaka Suami Terhadap Istri, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 1997), H.33.

62
1) Istri dan anak menjadi terlantar

2) Hubungan antara suami istri menjadi tidak harmonisa lagi. 74

3) Istri dapat menggugat suaminya.75

74
Ibid. 39.
75
Ibid. 80.

63
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

uraikan di atas, maka dapat di simpulkan, di antara lain:

1. Nusyuz suami dalam tanggapan tokoh agama disini ada dua pendapat yang

bereda, ada yang mengindahkan terkait nusyuz suami dan sebaliknya ada

juga yang mentiadakan adanya nusyuz suami tersebut. Terjadinya

perbedaan tersebut sebab dalam memahami dan menafsirkan terdapat

perbedaan dalam mengartikan isi dari kandungan surat An-Nisa` ayat 34

yang mengatakan bahwa suami itu adalah pemimpin bagi kaum

perempuan dan dengan sebab-sebab tertentu.

2. Nusyuz suami menurut Hukum keluargaIslam adalah mengandung arti

kedurhakaan suami kepada Allah ta`alla karena telah meninggalkan

kewajiban terhadap istrinya. Nusyuz suami yang terjadi apabila suami

tidak melaksanakan kewajibannya terhadap istrinya, baik meninggalkan

kewajiban yang bersifat materi atau meninggalkan kewajiban yang bersifat

non materi seperti menggauli istrinya dengan tidak baik. Hal ini

mengandung arti luas yaitu segala sesuatu yang dapat disebut mengggauli

istrinya dengan cara yang buruk, seperti berlaku kasar, menyakiti fisik dan

mental istri, dan tindakan lain yang bertentangan dengan atas pergaulan

yang buruk.

64
B. Saran

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memunculkan pemikiran

yang baru dalam menentukan hukum, agar tidak hanya berpegang pada

satu sumber saja, akan tetapi dapat juga melihat pada apa yang ada dibalik

permasalahan yang terjadi.

2. Dalam menghadapi isu-isu dalam rumah tangga khususnya tentang

nusyuz, para tokoh agama yang menjadi panutan seharusnya dapat

menjadikan itu sebagai bahan dalam memberikan pelajaran di masyarakat,

sekalipun ada hal-hal yang tidak dapat diterima. Tujuannya untuk

memberikan permasalahan yang lebih luas pada masyarakat agar nantinya

tidak menganggap bahwa kesewenangan-wenangan dalam berumah tangga

menjadi hal yang wajar. Sehingga para tokoh agama sebagai tokoh dalam

masyarakat atau panutan dalam masyarakat bisa memberikan penjelasan

yang terbaik dalam permasalah nusyuz tersebut.

65
DAFTAR PUSTAKA

Abu Yasid, Fiqh Realita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindoperada, 1998.

Alamsyah, Makalah Yang Dipaparkan Pada Acara Aicis Rekontrasi Nusyuz


Dalam Hukum Islam Modern. Bandar Lampung, 2016.

Alimudin Alwi, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, Bidang Perkawinan dan Pidana Islam.
Bandar Lampung: Gunung Pasagi, 1993.

Al-Imam Al-Syafi`i Abi Abdillah dan Abi Muhammad Bin Idris, Al-Umm Fii Al-Fiqh,
Jakarta: Pustaka Azzam,2013.

Amina Wadud, Menuju Keadilan Gender (Pemikiran Islam Kontemporer), Yogyakarta:


Jendela,2003.

Amir Syafaruddin, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia (Antara Fiqh Munaqahat Dan


Undang-Undang Perkawinan), Jakarta: Lentera, 2001

Arief Furchan dan Agus Mainun, Studi Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1997.

Departemen Agama RI, Al-Qur`an Hafalan, Jakarta: Almahira, 2012.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Sygma, 2009.

Fawaizul Umam dan Musawwar, Fiqh Perempuan Menyoal Ulang Isu-Isu


Keperempuanan Dalam Islam.

Fatma Novinda Matodeng, Konsep Nusyuz Dalam Perpektif Hukum Perkawinan


Islam, Tesis: USU, 2009.

Fauizi Nurdin, Islam dan Perubahan Sosial. Semarang: Realita Press Unnes,
2006.

Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama dan Umat. Jakarta: Pustaka Beta, 2007.

Imam Suprayoga, Kyai dan Politik. Membaca Citra Politik Kyai.

Irwan Gesmi dan Yum Hendri, Ajaran Pendidikan Pancasila, Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2018..

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika, 1997.

Kartini Kartono, Pengantar Metode Research Sosial, Bandung: Mandar Maju,


1986.

66
Kementrian Agama RI, Syamil Al-Qur`an Miracle the reference, Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2010.

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2010.

Muhammad Nasib Ar-Rifa`i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir, Jilid 1.


Jakarta: Gema Insani, 1999.

Ni Nyoman Sukerti, Kekerasan Prempuan Dalam Rumah Tangga Kajian dari


Perspektif Hukum dan Gender, Tesis: Universitas Udayana, 2005.

Nur Faizah, Konsep Nusyuz Dalam Kompilasi Hukum Islam Tinjauan Perspektif
Keadian Gender, Skripsi. UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: BpFe Yogyakarta, 1999.

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pesca Kemerdekaan.


Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada, 2008.

Quraish Shaihah, Tafsir Al-Misbab Pesan dan Kesan dan Keserasian Al-Qur`An.
Jakarta: Lentera Hati, 2001.

Rifyal Ka`bah, Partai Allah Partai Setan Agama Raja Agama Allah. Yogyakarta:
Suluh Press, 2005.

Rizem Aidin, Menjadi Suami yang Melengkapi Istri. Yogyakarta: Via Press, 2014.

Rulan Ahmadi, Metodologi Peneltian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Rus Media,


2016.

S Nasution, Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Sanaflas Faesal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Aplikasi. Malang: Yayasan


Asih Asah, 1990.

Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munaqahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999

Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: Cv. Rajawali, 1983.

Winamo Surakhmad, Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung:


Tarsito,1998.

Zamakhsyari Dhpfler, Tradisi Pesantren Studi Tentang Padangan Hidup Kyai.


Jakarta: LP3ES, 1982.

67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Sriwahyuni
Tempat, Tanggal Lhirr : Ketangga, 29 Mei 1996
Alamat Rumah : kp. Muhajirin, Ketangga, Suela. Lotim. NTB
Nama ayah : M. Zaenur
Nama Ibu : Ahyani
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN 4 Ketangga, 2010
b. MTS NW Ketangga Suela 2013
c. MA NW Ketangga Suela, 2016
2. Pendidikan Nonformal
a. Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM)
b. Palang Merah Remaja (PMR)
c. Pramuka
3. Pengalaman Organisasi
a. Himpunan Mahasiswa Islam semster 4

Mataram,

Sriwahyuni

68

Anda mungkin juga menyukai