Anda di halaman 1dari 114

PENANGANAN TRAUMATIK PADA ANAK KORBAN PELECEHAN

SEKSUAL MELALUI BIMBINGAN KONSELING ISLAM DI PSMP


PARAMITA MATARAM

OLEH :

NURUL FITRI
153.144.099

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018

i
PENANGANAN TRAUMATIK PADA ANAK KORBAN PELECEHAN
SEKSUAL MELALUI BIMBINGAN KONSELING ISLAM DI PSMP
PARAMITA MATARAM

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi


persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

OLEH :

NURUL FITRI
153.144.099

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Nurul Fitri. NIM. 153.144.099 yang berjudul “ Penanganan


Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual Melalui Bimbingan Konseling
Islamdi PSMP Paramita Mataram” telah memenuhi syarat dan di setujui untuk di
munaqasahkan. Di setujui pada tanggal.......................2018

iii
NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram...................2018

Hal: Ujian Skripsi

Yang terhormat

Rektor UIN Mataram

Di Mataram

Asalamu‟ailaikumWr.Wb.

Di sampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi


maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : NurulFitri

Nim : 153.144.099

Jurusan/Prodi : Bimbingan Dan Konseling Islam/S1

Judul : Penanganan Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan


Seksual Melalui Bimbingan Konseling Islam di PSMP Paramita Mataram.

Telah memenuhi syarat untuk di ajukan dalam siding munaqasah skripsi Fakultas
Dakwah dan komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu kami berharap agar skripsi ini
dapat segera di munaqasahkan.

Wassalamu‟aikum Wr.Wb

iv
vi
Motto:

   


   
         
 

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Maka apabila kamu telah


selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS: Al-
Insyirah:94:6-8)1

1
Al-Qur‟an dan terjemahannya surat Al-Insyirah:94:6-8

vii
PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Mu Illahi Robby, yang telah mencurahkan segala Karunia,
kemudahan, kelancaran dalam setiap langkah ibadah ku dalam menggapai
keberkahan dan keridhoan Mu, serta rasa syukurku atas Kasih sayang Mu diseiap
kesulitanku.

Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, ku persembahkan karya tulis


ilmiah (skripsi) ini kepada orang-orang terkasih dalam hidupku.

Untuk (Alm) Ayahanda Sofian dan (Alm) Ibunda Nur Lina tercinta, terimakasih
telah membuatku berada di dunia ini, memberikan limpahan kasih sayang semasa
kalian hidup dan memberikan rasa rindu yang berarti. Dan untuk Ibunda Sri
Rukmini dan Ayahanda A. Majid tercinta, terimakasih atas segala kasih dan
sayangnya yang selalu memberikan Do‟a, perhatian, motivasi, dorongan moral
dan materi. Yang menjadikan saya orang seperti sekarang ini dan saya sangat
bersyukur memiliki kalian Dan untuk Adikku Nur Sofiana Safitri yang senantiasa
mendukung dan mendoakan

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
dan shalaw atas serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin

Penulis menyadari bahwa peruses menyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini dengan segala keindahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Dr. H. Fahrurrozi, MA sebagai pembimbing I dan H. M. Syarifudin M.Pd


sebagai pembimbing II, yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi
mendetail, terus menerus dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam
suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Rendra Khaldun, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan H. Masruri Lc.MA. Selaku
Sekertaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI)
3. Dr. H. Subhan Abdullah, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FDIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. Selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi
bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah
selesai.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram yang
banyak memberikan ilmu pengetahuan.
6. Kepada seluruh pegawai dan anak di PSMP Paramita Mataram yang telah
memberikan informasi dan data-data dalam penelitian ini.
7. Kepada orang tua ku tercinta, adik dan semua keluarga besarku tercinta,
untuk support dan do‟anya yang telah mendukung secara materi maupun non
materi.
8. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Wulandari, Elissa Makky dan Inthegeng
untuk segala perhatian, motivasi, dukungan, yang tidak henti-hentinya yang
kalian berikan.

ix
9. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Hariani, Vina Karlila, Ulfa Aprianti,
Dian Safitri Indah F, Mahriani, Aulia Rahman. untuk bahagia, senang, susah,
sedih, luka, waktu, pengalaman, cerita selama 4 tahun yang sangat berkesan
tak terlupakan, dan terima kasih karena tidak pernah lelah memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi, saling membantu memberikan
masukan-masukan dalam mengerjakan skripsi ini.
10. Teman-temanku seperjuangan BKI C dan BKI angkatan 2014 terima kasih
atas kerja sama dan motivasi yang diberikan, semoga kita semua sukses.
11. Almamaterku tercinta yang membuatku menjadi seorang yang lebih berguna
bagi bangsa dan negara

Sebagai kata terakhir, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap


semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan juga bagi pembaca pada
umumnya dan bagi keluarga besar Bimbingan Konseling Islam pada khususnya.

Mataram,……………2018

Penulis,

Nurul Fitri
NIM: 153.144.099

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

HALAMAN NOTA DINAS........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuandan Manfaat penelitian ......................................................... 5
D. Ruang Lingkup dan setting penelitian ............................................. 6
E. Telaah Pustaka ................................................................................. 7
F. Kerangka Teori ................................................................................ 9
G. Metode Penelitian ............................................................................ 32
1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 32
2. Kehadiran Peneliti....................................................................... 33
3. Sumber Data Penelitian .............................................................. 33
4. Tekhnik pengumpulan data ......................................................... 34
5. Tekhnik Analisis Data ................................................................ 37
6. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 38

xi
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 41

A. GambaranUmumLokasiPenelitian .............................................. 41
B. Penanganan Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual
Melalui Bimbingan Konseling Islam .......................................... 49
C. Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Penanganan
Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual di PSMP
Paramita Mataram ....................................................................... 55

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 61

A. Analis Penanganan Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan


Seksual Melalui Bimbingan Konseling Islam ............................ 61
B. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam
Penanganan Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual
di PSMP Paramita Mataram ....................................................... 72

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 79

A. Kesimpulan ................................................................................. 79
B. Saran ........................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81

DAFTAR LAMPIRAN

xii
PENANGANAN TRAUMATIK PADA ANAK KORBAN PELECEHAN
SEKSUAL MELALUI BIMBINGAN AGAMA ISLAM DI PSMP
PARAMITA MATARAM

OLEH:

NURUL FITRI
NIM: 153.144.099

ABSTRAK
Saat ini kasus pelecehan seksual sering terjadi dan mengancam anak di indonesia,
mulai dari bayi, anak-anak, dan remaja dari jenis kelamin perempuan sampai laki-
laki. Pelakunya berasal dari orang yang tidak dikenal korban sampai orang yang
sangat dikenal korban dan yang lebih mengerikan lagi adalah teryata pelakunya
berasal dari usia anak-anak sampai tua, sedangkan penanganan anak penerima
manfaat melalui bimbingan konseling islam merupakan suatu proses pemberian
bantuan atau pemulihan korban baik secara individu maupun kelompok untuk
mengembangkan potensi diri mereka, memberikan pengetahuan, dalam mengatasi
permasalahan dan membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni
berusaha mengungkapkan, menggambarkan secara jelas mengenai bagaimana
penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual terhadap anak di
PSMP Paramita Mataram. Dengan lebih memfokuskan pada bentuk bimbingan
konseling Islam tersebut. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bimbingan konseling Islam yang digunakan
PSMP Paramita Mataram dalam menangani traumatik pada anak korban
pelecehan seksual yaitu dengan cara bimbingan agama, bimbingan individu,
bimbingan kelompok, bimbingan psikologi, bimbingan sosial, bimbingan fisik,
bimbingan keterampilan serta penghambat dan pendukungnya dalam memberikan
bimbingan.

Kata kunci: penanganan traumatik, anak, pelecehan seksual, bimbingan


konseling islam

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kekerasan seksual kerap kali terjadi tidak hanya pada orang dewasa

namun lebih buruknya terjadi pada anak di bawah umur yang kebanyakan

mereka tabu terhadap persoalan tersebut. Kekerasan merupakan salah satu

bentuk tindakan yang tidak terpuji serta di larang dalam agama. Salah satu

yang tergolong dosa besar dalam Islam adalah hubungan badaniyah antara

laki-laki dan perempuan di luar nikah (zina).

Maraknya kasus-kasus kejahatan dan kekerasan termasuk juga kasus

kekerasan seksual terhadap anak merupakan persoalan akhir-akhir ini

mendapat sorotan tajam dari masyarakat serta KPAI. Tiga tahun terakhir

nampaknya menjadi tahun paling memprihatinkan bagi dunia anak Indonesia.

Pasalnya KPAI(Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menemukan ratusan

kasus kekerasaan seksual terhadap anak yang diduga dilakukan orang terdekat

sebagai pelaku. Komisioner KPAI Jasra Putra mengungkapkan, data

menunjukan bahwa pihaknya menemukan 218 kasus kekerasan seksual anak

pada tahun 2015. Sementara pada tahun 2016 , KPAI mencatat terdapat 120

kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Kemudian di tahun 2017,

tercatat sebanyak 116 kasus. Sebagaian besar dikarenakan pengaruh dari

videoporno, serta maraknya pemberitaan yang tidak baik di media massa

maupun media elektronik dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap anak.2

2
Asrorun N‟am Sholeh, Kasus Kekerasan Seksual Teradap Anak, Kompas Tjuk
Rencana,(Jakarta: Minggu, 20 Februari 2011).h.2.

1
Data tersebut menunjukan masih rendahnya kesadaran masyarakat

dalam memberikan perlindungan anak. Besarnya pengaduan mengenai

kekesaran terhadap anak merupakan warning bagi kita sebagai bangsa untuk

meningkatkan kesadaran pentingnya perlindungan anak.

Kekerasan anak terus ternoda oleh sebagai aksi kekerasan seksual, baik

yang datang dari keluarga, sekolah, lingkungan sekitar, bahkan Negara.

Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu tindakan semena-mena yang

dilakukan oleh seseorang yang seharusnya menjada dan melindungi anak baik

secara fisik maupun seksual. Pelaku kekerasan seksual disini pada umumnya

adalah orang terdekat di sekitar anak seperti bapak, paman, guru, kakek, dan

lain sebagainya.3

Kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak dapat menyebabkan

trauma pada anakdan trauma tersebut terjadi berkepanjangan artinya anak

akan mengingat selalu apa yang pernah ia alami (dalam bentuk kekerasan

seksual) sehingga setelah meranjak remaja dan dewasa kelak akan merasa

dihantui rasa takut dengan perasaan menyalahkan diri, penuh kecurigaan pada

orang yang belum dikenal dan permasalahan ini akan berakibat fatal jika pada

masa tersebut anak sudah mengalami tindakan kekerasan seksual dan ia tidak

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Undang-undang No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, Pasal

4 berbunyi: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

3
Sugiarto,Indra,Aspek Klinis Kekerasan Pada Anak dan Upaya Pencegahan, Ketua
Satuan Tugas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia (PP_IDAI, Tahun 2001.h.i.www.google.com

2
berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapatkan perindungan dari kekerasan dan diskriminasi.4

Unicef National Children‟s Fundation (UNICEF) perwakilan Indonesia

mencatat kasus kekerasan seksual terhadap anak di dunia selama 2010

hanyalah “Puncak sebuah gunung es”. Kekerasan seksual terhadap anak

umumnya tertutup dan tidak terungkap. Laporan tahunan Unicef 2010 tentang

kondisi anak di Indonesia disebutkan bahwa 60% anak tidak punya akte

kelahiran dan sepertiga adalah pekerja seks komersial adalah anak perempuan

di bawah umur 18 tahun.5

Jika tindak kekerasan seksual terhadap anak terus terjadi bagaimana

nasib anak-anak. Sedangkananak-anak merupakan generasi penerus bangsa.

Karena apa yang dilihat waktu kecil akan terekam terus hingga dewasa. Dan

akhirnya tidak menutup kemungkinan kalau kekersan itu akan terjadi lagi,

kelak anak itu dewasa.

Dalam Perpektif Islam kekerasan seksual terhadap anak adalah sebagai

bentuk pelanggaran amanah. Islam memandang anak merupakan amanah dari

Allah. Semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar

menjadi anak yang soleh dan solehah, berilmu dan bertaqwa.6 Kekerasan

seksual merupakan segala bentuk tindakan penyerangan yang bersifat seksual

terhadap anak, baik telah terjadi persetubuhan atau tidak dan tanpa

4
UU Republik Indonesia No.23 Tahun 2003
5
Arist Sirait Merdeka, Kompas,Tajuk Rencana, Perlakuan Salah Pada Anak,
(Jakarta:Rabu. 18 Januari 2006), h. 3.
6
Rose Mini, A. Priyanto, Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya
(Yokyakarta: Kansius, 2003), h. 24.

3
memperdulikan antara pelaku dengan korban. Dan kekerasan terjadi bisa

berupa kekerasaan fisik maupun verbal dari pelaku.

Pada umumnya dampak yang terjadi terhadap korban kekerasan

seksual pada reaksi psikologi adalah kekuatan yang bercampur dengan

kemarahan, menunjukan sikap bermusuhan, merasa malu, cemas, bahkan

sampai pada kecenderungan depresi, dan harga diri rendah. Dan tidak sedikit

para korban kekerasaan seksual yang telah mengalaminya menganggap bahwa

dirinya sudah tidak mempunyai masa depan lagi. Pada kondisi seperti itulah

korban kekerasan seksual membutuhkan penguatan, penanganan serta

perlindungan atas apa yang telah terjadi pada dirinya.

Indonesia merupakan Negara yang mayoritasnya berpenuduk muslim.

Dalam ajaran islam tidak mengajarkan kekerasan, melainkan Islam

menyebarkan kedamaian dan kasih sayang. Tetapi ironis sekali ketika banyak

terjadi kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak. Kekerasan seksual pada

anak, tidak dapat dijadikan sebagai suatu alasan untuk melakukan tindakan

kekerasan seksual terhadap anak, ia harus mendapat perlindungan dan kasih

sayang dari orang tua.

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan terjadi

kekerasan terhadap anak seperti yang tercantum dalam undang-undang pasal

15 UU nomor 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga dan

pasal 20 UU anak dimana Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan

orang tua berkewajiban serta bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

perlindungan anak.

4
Anak-anak korban kekerasan seksual sangat membutuhkan bimbingan

untukmengobati dan menetralisir dampak dari kekerasan tersebut. Bimbingan

ini sangat bermanfaat bagi anak terutama melindungi anak dari tindak

kekerasan dan perlakuan yang tidak manusiawi dari orang dewasa serta yang

terpenting adalah membantu anak memperoleh hak-haknya.

Permasalah kekerasan di negara kita sudah menjadi tanggung jawab

semua kalangan untuk membantu menyelesaikan kasus pelaku salah terhadap

anak child abuse. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), diharapkan mampu

mensosialisasikan atau menyuarakan seluruh masyarakat agar mau

menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap anak. Salah satu lembaga

sosial masyarakat yang cukup proaktif dalam menangani korban pelecehan

seksual terhadap anak adalah Lembaga Perlindungan Anak

B. RUMUSAN MASALAH

Dilihat dari segi konteks penelitiannya, maka dapat

dirumuskanbeberapa masalah yakni:

1. Bagaimanakah penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual

melalui bimbingan konseling islam di PSMP Paramita Mataram?

2. Faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendukung dalam

penanganan traumatik di PSMP Paramita Mataram?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penangan traumatik yang diberikan PSMP Paramita

Mataram dalam menangani kasus korban pelecehan seksual pada anak.

5
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam

penanganan traumatik anak korban pelecehan seksual.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan suatu

pembelajaran tentang teori bimbingan Islam yang dapat diterapkan bagi

korban pelecehan seksual

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian inidapat memberikan sumbangan pemikiran yang

dapat dijadikan bahan acuan dalam menangani klien yang mengalami

korban kekerasan seksual terhadap anak sehingga dapat mengurangi

angka korban kekerasan terhadap anak.

D. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalahnya, maka ruang lingkup dari penelitian

ini mencakup program penangan traumatik yang diberikan PSMP Paramita

Mataram , Di mana penelitian akan membahas dan mengkaji lebih mendalam

tentang penyebab terjadinya pelecehan seksual pada anak dan penanganan

yang diberikan oleh PSMP Paramita Mataram . Peneliti memilih melakukan

penelitian ini karena tertarik dan ingin mendapatkan pengalaman bagaimana

merehabilitasi anak korban pelecehan seksual serta peneliti tertarik

melakukan penelitian ini agar mudah mengaplikasikan ilmu yang telah

didapatkan dari lembaga.

6
E. TELAAH PUSTAKA

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya terdahulu yang

kaitannya menghindar plagiasi, duplikasi, keabsahan dan keaslian penelitian

yang dilakukan peneliti untuk menemukan beberapa pendapat.

Adapun skripsi yang berkaitan dengan judul yakni :Pertama, dalam

skripsi Aditya Pranata tahun 2012 dengan judul skripsi “Perlindugan Hak-

Hak Anak Terlantar” Studi penanganan Anak Jalanan di Kota Mataram.

Penelitian ini berfokus pada penanganan hukum pada anak jalanan dan

program penanganan anak jalanan. Menyimpulkan bahwa pola penanganan

anak jalanan di Kota Mataram adalah:7

1. Secara peraturan daerah, penanganan untuk anak jalanan belum diatur dan

belum ada hanya sebatas penertiban dan pemulangan ke daerah di mana

mereka berasal.

2. Program penangan anak jalanan di kota mataram hanya melanjutkan

program yang telat dikeluarkan oleh Kemensos pusat yaitu PKSA

(Program Kesejahteraan Sosial Anak).

Kedua, dalam skripsi Siti Marodah Tahun 2012 dengan judul skripsi

“Peran Pemerintah Dalam Penanganan Anak Terlantar Di Panti Asuhan

“AMPERA” Desa Pringgasela Kecematan Pringgasela kabupaten Lombok

Timur. Penelitian ini berfokus pada peran pemerintah dalam penanganan anak

terlantar. Menyimpulkan bahwa, peran pemerintah dalam penanganan anak

7
Aditya Pranata dengan judul skripsi: “PerlindunganHak-Hak Anak Terlantar Studi
Penanganan Anak Jalanan Di Kota Mataram: Skripsi FDK,IAIN Mataram, 2012.

7
terlantar Di panti asuhan “AMPERA” Desa Pringgasela Kecematan

Pringgasela Kabupaten Lombok Timur sudah baik dengan cara:8

a. Program bantuan langsung (konsumtif).

b. Program kegiatan pemberdayaan dan pengembangan

c. Bantuan yang bersifat emergency.

Ketiga, dalam skripsi Hapipah tahun 2015 dengan judul skripsi “Pola

Pendamping Anak Korban Pelecehan Seksual”. Penelitian ini berfokus pada

membimbing anak. Menyimpulkan bahwa pola pendamping anak korban

pelecehan seksual di LPA NTB adalah:9

a. Pendampingan sosial

b. Pendampingan hukum

c. Pendampingan Medis

d. Pendampingan psikologis

Dalam skripsi tersebut peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang

sama-sama membahas tentang pola penanganan yang diberikan oleh suatu

pemerintahan dan lembaga sosial dalam mengatasi anak yang bermasalah

dalam konteks sosial dan psikisnya. Sedangkan perbedaan antara penelitian

yang sebelumnya dengan yang sekarang yakni peneliti terdahulu melakukan

penelitian tentang pola pendampingan anak korban pelecehan seksual

sedangkan peneliti sekarang melakukan penelitian tentang penanganan

traumatik pada anak korban pelecehan seksual. Dan juga letak perbedaan

8
Siti Marodah dengan judul skripsi : Peran Pemerintah Dalam Penanganan Anak
Terlantar Di Panti Asuhan “AMPERA” Desa Pringgasela, Lotim : Skripsi FDK, IAIN
Mataram.,2012.
9
Hapipah dengan judul Skripsi: Pola Pendampingan Anak Korban Pelecehan Seksual
(Studi Kasus Di Lembaga Perlindungan Anank (LPA) NTB) : Skripsi FDK, IAIN Mataram,2015.

8
penelitian terdahulu dengan yang sekarang, yakni lokasi penelitian yang

berbeda.

F. KERANGKA TEORI

1. PELECEHAN SEKSUAL

a. Pengertian Pelecehan seksual

Kasus pelecehan seksual terhadap anak marak terjadi seperti

akhir-qakhir ini. Pelecehan seksul anak dilakukan oleh para pedophilia.

Kata pedophilia diambil dari bahasa yunani pais, artinya “anak”, dan

philia “cinta atau suka”.10

Secara umum yang dimaksud dengan pelecehan seksual adalah

segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada

hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan

oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatis

seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri

individu ysng menjadi korban pelecehan tersebut.11

Para ahli menjelaskan bahwa yang dimaksud pelecehan seksual

adalah kontak atau interaksi antara anak dan orang dewasa, kemudian

anak tersebut dipergunakan untuk stimulasi seksual oleh pelaku atau

orang lain yang berada dalam posisi memiliki kekuatan atau kendali

atas korban. Termaksuk didalamnya adalah kontak fisik yang tidak

pantas, membuat anak melihat tindakan seksual atau pornografi,

menggunakan anak untuk membuat pornografi, atau memperlihatkan

10
Andri Priyatna, Teach Kids How (Bekal Untuk Anak Dari Orang Tua Bijak), (Bandung:
PT. Elex Media Komputindo, 2011),h.236.
11
Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph,D., Psikologi Kespro, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2013), h. 113.

9
alat genital orang dewasa kepada anak. Jadi pelecehan seksual tidak

hanya kalau anak menjadi korban perkosaan atau sodomi. Lebih luas

bisa dikatakan bahwa seorang anak menjadi korban pelecehan kalau

yang bersangkutan dipergunakan sebagai objek yang berkenaan dengan

kegiatan yang berbau seksual. Misalnya, digunakan untuk menstimulasi

hasrat pelaku, dijadikan pelampiasan nafsu pelaku, diajak melihat film

porno, diperlihatkan aktivitas seksual secara langsung, dan diminta

memerankan adeganberbau seks untuk difilmkan.12

Pelecehan menyangkut merusakkan harga diri dan kehormatan

seseorang dengan sengaja serta pihak korban biasanya di bawah

tekanan dan tidak berdaya. Banyak anak di bawah umur yang belum

mengerti sepenuhnya kejadian yang menimpanya. Anak kecil biasanya

terlalu polos dan menganggap semua orang baik. Dengan iming-iming

seperti permen, kue, ataupun uang, mereka mudah dimanipulasi. Anak

tidak akan merasa terlecehkan walaupun mereka diminta membuka

baju, dibelai, dipijit bagian tertentu, dipanku, atau dipeluk. Mereka

menganggap tindakan pelaku merupakan ekspresi kasih sayang

terhadap dirinya. Pihak orang tua pun baru menyadari anaknya sebagai

korban ketika telah terjadi pelecehan yang sifatnya sudah berat,

misalnya terjadi perkosaan atau sodomi.

b. Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual

Begitu mengkhawatirkan tindak pelecehan seksual di sekitar kita.

Tidak ada asap kalau tidak ada api. Begitu pula, meningkatnya kasus

12
Nurul Chomariah, Pelecehan Anank (Kenalan Dan Tangani), (Solo: PT.Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2014), h. 16-17.

10
pelecehan seksual akhir-akhir ini, pasti ada sebab-sebabnya. Beberapa

hal yang diperkirakan menyumbang kasus ini adalah sebagai berikut.13

1. Media Masa

Media, baik cetak maupun elektronik, yang banyak

mengekspose masalah seksual secara terbuka dan bebas. Berita yang

mengusung tema kekerasan seksual yang teramat fulgar ketika

mengusungnya, menjadikan orang makin “tumpul” perasaannya

terhadap para korban dan adanya kecenderungan untuk meniru.

Masyarakat kita memang sedang “sakit”. Informasi yang disuguhkan

dan menjadi berita pun tidak sehat untuk dikonsumsi.

Kecenderungan masyarakat untuk “menselebritikan” para penjahat,

membuat pelaku kejahatan yang tiba-tiba merasa terkenal menjadi

bangga, serta perasaan yang berdosa dan bersalah pun meluntur.

Jangan merasa aman apabila anak-anak kita melihat film kartun

yang notabennya untuk dikonsumsi anak-anak, tetapi kenyataannya

banyak yang kurang mendidik.

2. Peran Ibu Yang Makin Berkurang

Pada saat sekarang, banyak wanita yang memilih berkarir dari

pada berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kurangnya penghargaan

atas profesi sebagai ibu rumah tangga menyebabkan wanita memilih

berkerja di luar rumah. Selain alasan tersebut, tuntutan ekonomi

yang memaksa wanita ikut berkiprah di dunia kerja karena sang

suami belum bisa menutup semua kebutuhan hidup keluarga.

13
Nurul Chomariah, Pelecehan Anank (Kenalan Dan Tangani), (Solo: PT.Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2014), h. 16-17.

11
Dalam islam, tugas pertama seorang wanita adalah sebagai ibu.

Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Peryataan tersebut tidak

hanya slogan atau himbauan yang kosong belaka. Para ahli

melakukan berbagai penelitian tentang hubungan yang semestinya

antara anak dan ibunya serta efek yang ditimbulkan apabila anak

tidak mendapatkan hubungan yang hangat dengan sang ibu, Di

dalam dekapan dan perlindungan serta pengawasan sang ibu, anak-

anak akan merasa aman dan tentram. Anak-anak yang mendapat

cukup cinta kasih seorang dan dekapan yang hangat, akan merasakan

rasa aman dan dicintai. Hasilnya akan tumbuh rasa percaya kepada

ibunya. Selanjutnya, ia akan membentuk hubungan yang hangat pula

dengan orang-orang di sekitarnya.

3. Kehidupan Beragama Yang Kurang Ditanamkan Dalam Keluarga

Atau Adanya Dekadensi

Agama merupakanbenteng untuk mencegah manusia berbuat

keji dan mungkar sehinggar mencelakanya dirinya dan orang lain.

Oleh karena itu, agama mutlak ditanamkan untuk anak sejak dini. Ini

juga merupakan suatu keharusan peran orang tua untuk memberikan

contoh yang baik dalam mengerjakan semua perintah agama tanpa

terkecuali.

4. Lingkungan Yang Salah

Lingkungan ini meliputi kehidupan bertetangga, lingkungan

sekolahnya, ataupun lingkungan pergaulan yang dipilih oleh sang

anak.

12
Demikian juga, lingkungan sekolah. Para orang tua jangan asal

comot sekolah bagi anak-anaknya. Pilih sekolah yang sesuai dengan

misi dan visi keluarga sehingga sekolah sebagai pendidik kedua

setelah keluarga akan tampak hasilnya. Misalnya, lokasi sekolah

yang berdekatan dengan diskotik, klub malam, tempat biliard,

gedung bioskop atau tempat hiburan dewsa lainnya. Tempat-tempat

ini umumnya menyajikan pemandangan yang kurang layak ditonton

oleh anak kecil.

Teman-teman sepergaulan anak juga sangat berpengaruh,

Banyak anak yang berasal dari keluarga baik-baik memilih teman

yang memberi pengaruh buruk, akhirnya menjadi anak dengan

pribadi yang buruk.

Pengaruh teman sepergaulan sangat besar karena waktu anak

banyak dihabiskan bersama teman-temannya.

5. Pernah Jadi Korban

Sudah singgung di atas bahwa anak dn remaja yang pernah

menjadi korban pelecehan seks atau perkosaan cenderung menjadi

pelaku aktivitas seks karena meraa kecanduan atau menikmati seks

itu sendiri. Di sisi lain, juga karena merasa “sudah basah tercebur

sekalian”.14

6. Mereka Lemah Secara Fisik

Bukan sekali dua kali kita mendengar kasus perkosaan pada

anak usia 5 tahun, 3 tahun! Tidak terbataspada anak perempuan saja,

14
Merry Magdalena, Melindungi Anak Dari Seks Bebas, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiarsa, 20100, H. 33.

13
melainkan juga anak lelaki. Ingat kasus Robot gedek dan Babe yang

menyodomi sekian banyak anak kemudian membunuhnya ? anak-

anak dan remaja, dalam hal ini pada kisaran usia 3 hingga 16 tahun,

di anggap sebagai sasaran empuk karena secara fisik mereka masih

lemah, sehingga akan sulit melawan dengan tenaga yang ala

kadarnya itu. Jangankan orang dewasa, oleh teman yang usiannya

hanya lebih tua 2-3 tahun saja mereka akan mudah dipojokkan.15

c. Masalah Yang Muncul Dari Kekerasan/Eksploitasi Seksual (KES)

Dan Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak (ESKA).

Beberapa masalah yang dihadapi oleh korban:16

1. Konsekuensi Kesehatan

Dalam sebuah dokumen yang diserahkan kepada world congress

againts CSEC, WHO menyinggung semua dimensi konsekuensi

kesehatan dari kejadian ESKA dalam rangkaian proses kejadian

ESKA. Dengan memperhatikan baik situasi pra dan pasca ESKA

dalam rangkaian proses kejadian ESKA, konsekuensi-konsekuensi

yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : (1) Dampak

kesehatan dari sebab atau faktor penunjang yang muncul dalam

“jalur menuju ESKA”, dan/atau yang menjadi keluaran atau tampilan

perilaku; (2) Konsekuensi kesehatan dan perkembangan langsung

termaksuk infeksi di luar HIV/AIDS (terdiri dari berbagai variasi

Penyandang Masalah Sosial (PMS) yang dapat mempengaruhi

15
Ibid, h. 23.
16
Irwanto dkk, Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus Di Indonesia: Analisis
Situasi, (Jakarta: kerjasama:PKPM Unika Atmajaya Jakarta, Departemen Sosial, UNICEF
JAKARTA, 1999), h. 169.

14
korban, bayi yang dilahirkan oleh korban, dan juga klien),

HIV/AIDS, PMS lainnya, konsekuensi psikososial dan

perkembangan, dan dampak antar generasi, dan (3) Konsekuensi

kesehatan masyarakat dari kejadian ESKA (WHO, 1996: 19-29)

2. Tertular PMS dan HIV/AIDS

Dengan memperhatikan konsekuensi yang dijabarkan di atas,

kiranya anak-anak kecil akan yang dilancurkan yang buta informasi

dan belum matang akan jauh lebih rentan tertular PMS dan

HIV/AIDS dari pada PSK yang senior. Tampaknya hal inilah yang

akan terjadi, terlepas dari kenyataan apakah mereka terlibat di

sektorresmi, bagaimanapun mereka membutuhkan waktu untuk

dapat sepenuhnya menyadari resiko-resiko yang mereka hadapi

dalam pekerjaan ini dan membuat diri mereka paham dengan

penggunaan alat kontrasepsi, atau di sektor terselubung sehingga tak

terjangkau oleh program pelayanan apapun dari pihak manapun.

3. Stigmatisasi dan Diskriminasi

Di samping konsekuensi kesehatan, korban, khususnya

Ekspoilitas Seksual Komersial Anak (ESKA), kiranya juga

cenderung mengalami cacat sosial akibat pandangan negatif dari

masyarakat. Kenyataan bahwa mereka dijuluki dengan nama bintang

tertntu seperti „ayam‟, „ciblek‟, atau „bulbul‟, sudah

mengindikasikan stigmatisasi tersebut. Layak dicatat pula, dengan

fakta bahwa julukan hanya diberikan kepada anak perempuan saja

meskipun ada pula pelacur anak laki-laki, menunjukkan diskriminasi

15
yang berbaris gender. Bentuk lain dari stigmatisasi sosial tercermin

dalam penggunaan istilah resmi “WTS” untuk menyebut perempuan

(dewasa) yang terlibat dalam pelacuran. Stigmatisasi ini, yang

sebenarnya juga merupakan salah satu bentuk diskriminasi, kiranya

cenderung membuat usaha pengentasan anak korban K-ES dan

ESKA melalui re-integrasi sosial dan penyembuhan psikologinyang

efektif menjadi semakin rumit. Khususnya jika stigma tersebut

diinternalisasi oleh korban dan terkait dengan trauma yang sudah

mereka alami, sehingga menyebabkan gangguan psikososial dan

perkembangan sekaligus.

4. Kekerasan dan Eksploitasi yang berkelanjutan

Sebagaimana disinggung sebelumnya, indikasi yang ada

tampaknya menunjukkan bahwa K-ES dan ESKA adalah dua hal

yang saling kait mengait dengan rumit. Disatu sisi, menjadi korban

K-ES akan mengakibatkan seorang anak menjadi rentan untuk

masuk kedunia pelacuran.Dan sebaliknya ,masuk kedunia pelacuran

sebagai akibat dari pengalaman K-ES tidak otomatis berarti

lenyapnya resiko untuk mengalami K-ES lebih lanjut. Bahkan

kenyataannya, hal ini justru semakin membuka peluang berbagai

jenis kekerasan lainnya, termasuk penyalahgunaan obat/zat.

d. Pencegahan Pelecahan Seksual Pada Anak

Berikut ini adalah tips menyelamatkan anak dari tindak pelecehan

seksual, termasuk di dalanya memuat pendidikan seks anak menurut

agama islam.

16
1.Cintai Anak Sepenuh Hati Dan Berikan Rasa Aman.

Hubungan anak yang erat dengan orang tuannya tidak bisa

dilakukan secara instan. Seperti pepatah jawa bahwa witing tresna

jalaran sakakulina, yaitu tumbuhnya cinta berasal dari suatu

kebiasaan. Anak akan mempunyai kelekatan erat terhadap orang

yang mendampinginya, memberikan kasih sayangnya, perhatiannya,

dan kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, siapapun yang

memenuhi kriteria di atas akan menjadi dekat dengan anak, entah itu

orang tua, nenek, bibi, atau malah pembantu.17

2. Film

Orang tua tidak dapat memonitor film apa yang ditonton anak-

anaknya. Bisa jadi si anak beralasan belajar dirumah teman, tahunya

menonton DVD bersama. Larangan tidak akan mempan. Yang bisa

dilakukan orang tua adalah memberi pengertian pada anak sejak dini

bahwa ada film yang tidak boleh mereka tonton, yaitu film kategori

dewasa yang hanya dapat ditonton mereka yang berusia di atas 17

tahun.

Informasi ini harus disertai dengan alasan yang jelas, misalnya

“anak-anak sebelum usia 17 tahun tidak akan tahan terhadap akibat

yang ditimbulkan film itu”. Anak akan bertanya, “akibat seperti

apa”?. Di sini, orang tua dapat menjelaskan bahwa menonton film

pun punya dampak pada setiap manusia. Jika anak-anak menonton

film yang tidak sesuai dengan usianya, anak itu bisa terganggu

17
Nurul Chomaria, Pelecehan Anak, h. 104

17
mentalnya, jiwa tidak tenang, dan pelajaran akan terganggu. Bisa

jadi diberi contoh kasus di mana anak-anak melakukan tindak

kriminal akibat terpengaruh oleh film. “Tuh, karena menonton film

yang bukan untuk anak-anak, mereka jadi terpengaruh melakukan

kejahatan, akhirnya dipenjara, dan masa depannya hancur”.

Penjelasan yang disertai contoh akan jauh lebih berguna dari pada

larangan saja.18

3. Jangan menakut-nakuti anak tentang pelecehan seksual anak.

Kepanikan akan menarik kepanikan. Jika kita panik,

dikhawatirkan anak menjadi mudah curiga secara berlebihan

terhadap orang lain. Dan pada akhirnya dapat mempengaruhi

spontanitas anak, yang merupakan sumber utama kebahagiaan dalam

hidup. Tetapi tentu, selalu lebih baikk dan lebih aman dari pada

menyesal untuk bersikap waspada. Oleh karena itu, kita harus

mengajari anak aturan-aturan dasar, tetapi tidak sampai

menyuntikkan rasa takut.19

4. Menjadi pendengar yang baik

Pastikan anak yakin bahwa apapun yang mereka ungkapkan

akan disimak dan tidak akan mendapatkan komentar yang

memalukan. Pastikan bahwa kita akan selalu berbagi hubungan yang

benar-benar terbuka dan bersahabat dengan anak-anak.

18
Merry Magdanalena, melindungi Anak, h. 51
19
Andri Priyatna, Tech Kids, h. 51.

18
5. Selalu waspada pada tanda-tanda adanya pelecehan seksual.

Indikator dari telah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak

yang dapat kita amati, antara lain : perubahan mendadak dalam

temperamen, perubahan mood, sering mengalami mimpi buruk,

mengompol, adanya memar atau pembengkakan pada alat kelamin,

merasa takut terhadap individu tertentu, dan kehilangan minat dalam

kegiatan akademik dan sosial.20

2. Anak

a. Pengertian Anak

Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa

dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah

penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi

di dalam pasal 28 (B)(2) UUD 1945 yang berbunyi setiap anak berhak

atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Semenjak zaman

dahulu, manusia telah dipersoalkan oleh masalah tentang bagaimana

cara mendidik anak. Sejalan dengan berkembangannya ilmu

pengetahuan manusia, maka berkembang pula cara dan tujuan mendidik

anak.21 Terdapat dua pandangan mengenai konsep anak, yaitu

pandangan jiwa lama yang lahir sebelum tahun 1900, dan ilmu jiwa

baru yang lahir setelah tahun1900, yang bisa juga disebut sebagai ilmu

20
Ibid, h. 242.
21
Moh. Kasim , Ilmu Jiwa Perkembangan Bagian Ilmu Jiwa Anak (Surabaya : Usaha
Nasional, 1983), h. 9.

19
jiwa modern. Kedua ilmu ini sangat berpengaruh terhadap pandangan

tentang anak-anak.22

Ilmu jiwa lama berpandangan bahwa anak di anggap sebagai

manusia dewasa dengan ukuran kecil. Maka perlakuan yang diberikan,

harapan, tuntutan, serta sikap, terhadap anak sama seperti orang

dewasa, hanya saja masih dalam bentuk yang lebih sederhana dan

dalam taraf pertumbuhan.23 Berbeda dengan pandangan jiwa modern

yang memandang anak bukan sebagai manusia dewasa dalam bentuk

kecil. Akan tetapi memandang sebagai manusia sedang dalam taraf

perkembangan, yang mempunyai perasaan, kehendak, dan

pikirantersendiri, yang kesemuanya itu, merupakan totalitas psikis dan

sifat-sifat serta strukturnya berlainan pada setiap fase-fase

perkembangan.24

Dalam hal pertumbuhan, tingkat pertumbuhan tiap anak sangat

berbeda atara ras, bangsa dan tingkat sosial ekonominya. Menurut

penelitian yang dilakukan di berbagai tempat di dunia, terdapat

rentangan sebesar 9 inci atau 22,5 cm di antara anak-anak dalam ukuran

pendek, misalnya di Asia Tenggara, Oceania, dan Amerika Selatan,

sedangkan anak-anak dari Eropa Utara dan Tengah, Ausralia Timur dan

Amerika Serikat pertumbuhannya lebih tinggi.

Walaupun terdapat perbedaan keturunan, pertumbuhan tersebut

juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Anak-anak yang

22
Ibid., h. 10.
23
Moh. Kasim, Ilmu..., h. 10.
24
Ibid, h. 11.

20
tumbuh paling tinggi biasanya dalam hidupnya tidak mengalami

kekurangan giji dan infeksi penyakit merupakan masalah utama dalam

kehidupan. Di samping itu juga karena perbedaan tempat tinggal

biasanya anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu serta

lingkungan kurang baik dan tidak sehat.25

Begitu juga dengan perkembangan anak, perkembangan anak

dibagi menjadi beberapa periodesasi, dimana periodesasi perkembangan

anak tersebut di dasarkan dengan beberapa aspek, salah satunya adalah

periodesasi berdasarkan biologis, salah satu tokoh yang memaparkan

hal tersebut adalah Maria Montessori. Menurut Maria, pembagian

tingkat perkembangan anak mempunyai arti biologis, sebab

perkembangan itu adalah melaksanakan kodrat alam, dengan asas

pokok, asas kebutuhan vital (masa peka) dan asas kebutuhan sendiri.

Adapun tingkat perkembangan tersebut antara lain:

1. Periodesasi I : umur 0 s/d 7 tahun, yaitu periode penangkapan dan

pengenalan dunia luar dengan panca indra

2. Periode II : umur 7 s/d 12 tahun, yaitu periode abstrak, di mana

anak mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik dan buruk

dan mulai timbulnya insan kamil.

3. Periode III : umur 12 s/d 18 tahun, yaitu periode penemuan diri dan

kepekaan masa sosial.

25
Mulyani Sumantri, Naya Syaodih, Perkembangan Peserta didik (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006), cet, 12, h. 2.3-2.4.

21
4. Periode IV : umur 18 tahun ke atas, yaitu periode pendidikan

perguruan tinggi.26

Begitu juga dengan tokoh psikologi terkenal, Sigmund Freud yang

membagi fase periodesasi berdasarkan biologis, akan tetapi lebih

menekankan pada cara reaksi bagian-bagian tubuh tertentu. Fase-fase

tersebut antara lain :

1. Fase oral : umur 0 s/d 1 tahun, pada usia ini, anak mendapatkan

kepuasan seksual melalui mulutnya.

2. Fase anal : umur 1 s/d 3 tahun, pada usia ini, anak mendapatkan

kepuasan dari anusnya.

3. Fase fhalik : umur 3 s/d 5 tahun, pada usia ini, kepuasan seksual

telah berpusat pada alat kelamin.

4. Fase latent : umur 5 s/d 12 tahun, pada usia ini, anak tampak dalam

keadaan tenang, dorongan-dorongan nampak selalu tertekan dan

tidak mencolok.

5. Fase pubertas : umur 12 s/d 18 tahun, pada fase ini, dorongan-

dorongan mulai muncul kembali, dan bila dorongan tersebut dapat

disalurkan dengan baik, maka anak akan sampai pada kematangan

terakhir.

6. Fase genital : umur 18 tahun s/d 20 tahun, pada fase ini, dorongan

seksual yang pada fase latent dikatakan telah tertidur, kini muncul

kembali dan mulai sungguh-sungguh menyukai lawan jenis.27

26
Moh. Kasim, Ilmu..., h. 44.
27
Moh. Kasim, Ilmu..., h. 43.

22
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, tampak bahwa pubertas

berada pada usia antara 12 s/d 20 tahun. Pada rentangan usia inilah anak

dikatakan sebagai remaja, dimana anak tersebut telah menampakkan

tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan

seksual, tinggi badan maximum dan pertumbuhan mental secara

penuh.28

b. Undang-Undang Perlindungan Anak

Landasan hukum yang digunakan dalam upaya untuk

menghapuskan eksploitasi seksual keomersial terhadap anak

diantaranya adalah sebagai berikut.29

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

3. Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan

KonvensiMengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Terhadap Wanita

4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

5. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

6. Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan ILO

Conventation Number 182 Concerning The Prohibiton And

Immediate Avtion For The Elimination Of The Words Forms Of

Child Labour (Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelenggaran Dan

28
Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), h. 60.
29
Departemen Komunikasi Dan Informatika RI Badan Informasi Publik Pusat Informasi
Kesejahteraan Rakyat, Penghapusan Ekspoitasi Seksual Anak, (Jakarta:205), h.2.

23
Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Perkerjaan Terburuk

Untuk Anak).

7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Hak Asasi

Manusia

8. Undang-Undang NO. 23 Tahun 1990 Tentang Perlindungan Anak.

9. Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1990 Tentang Pengesahan

Couventation On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak-

hak Anak)

10. Keputusan Presiden No. 129 Tahun 1998 Tentang Rencana Aksi

Nasional Hak Asasi Manusia.

11. Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi

Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Perkerjaan Terburuk Untuk

Anak.

3. Traumatik

a. Pengertian Traumatik

Trauma adalah menghadapi atau merasakan sebuah kejadian atau

serangkaian kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun

psikologis seseorang, yang membuatnya tidak lagi merasa aman,

menjadikan merasa tidak berdaya dan pelan dalam menghadapi

bayaha.30 Penelitian mutakhir tentang kajian trauma (trauma studies)

mulai memahami bahwa trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan

yang bersifat individual. Trauma muncul sebagai akibat dari saling

30
Salim Petter dan Yemy, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (edisi 1), (Jakarta:
Modern English Press, 1991), hal. 1103.

24
keterkaitan antara ingatan sosial daningatan pribadi tentang peristiwa

yang mengguncang eksistensi kejiwaan.31

Katono dan Gulo (2000) mendefinisikan trauma sebagai luka berat,

yaitu pengalaman yang menyebapkan organisme menderita kerusakan

fisik maupun psikologis. Kaplan dan Sadock seorang ahli kesehatan dan

psikologi memaparkan Post-Traumatic Stress Disorder sebagai suatu

stres emosional yang berat dan dapat terjadi pada hampir setiap orang

mengalami kejadian traumatik. Trauma tersebut termasuk peperangan,

bencana alam, penyerapan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius,

seperti kecelakaan mobil dan kebakaran gedung dan orang yang

mengalami peristiwa stres pasca traumatik akan merespon peristiwa

traumatik yang dialami dengan ketakutan dan keputusasaan. Individu

akan terus mengenang peristiwa itu dan selalu menghindari hal-hal

yang dapat mengingat kembali ke peristiwa tersebut.32

b. Jenis-Jenis Traumatik

Kasus trauma secara umum diidentifikasi oleh Achmanto Mendatu

menjadi tiga jenis, diantaranya: trauma fisik, trauma post-cult, trauma

psikologi.33

1. Traumatik fisik

Adalah cedera fisik yang berbahaya bagi keselamatan akibat

perubahan fisik. Misalnya pengambilan ginjal, patah tulang,

31
Fadjar I Thifail, Kekerasan, Bencana, dan Trauma, esai yang ditulis di media kompas,
pada 11 Januari 2005.
32
Zamrotul Uyun, Kekerasan Seksual Pada Anak Stress Pasca Trauma, Jurnal Mahasiswa
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 233.
33
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010), hal. 13-14.

25
pendarahan hebat, putus tangan dan kaki, akibat penganiayaan dan

lain-lainnya. Trauma fisik dibagi menjadi dua yaitu: a) Trauma

penetrasi, yaitu tipe trauma berupa teririsnya kulit atau bagian tubuh

lainnya oleh sebuah benda. Contoh seperti, teriris pisau, terkena

serpihan bom, tertembak peluru, tertusuk panah, dan lainnya. b)

Trauma tumpul, yakni tipe trauma yang disebabkan oleh objek-objek

tumpul. Contoh seperti terpukul kepala tangan, tertabrak motor, dan

terbentur.

2. Trauma post-cult

Adalah persoalan emosional berat yang muncul ketika anggota

kelompok pemujaan (cults) atau gerakan religius baru (misalnya

aliran taman eden, aliran Joniyah, dan lainnya) mengalami perasaan

tidak terlibat atau tergabung.

3.Trauma psikologis

adalah cedera psikologis yang biasanya dihasilkan karena

menghadapi peristiwa yang luar biasa menekan atau mengancam

hidupnya.

c. Faktor Trauma

Adapun beberapa kondisi yang menjadi faktor dari seseorang

menderita trauma, antara lain:

1. Faktor Internal

Badan National Institute of Mental Health, mengemukakan

bahwa faktor fisik dan psikologis merupakan suatu yang saling

berhubungan dan mempengaruhisatu sama lain, dan mengatakan

26
bahwa sistem keduanya merupakan serangkai hubungan internal dan

struktur otak yang berbentuk sirkuit dan mempunyai fungsi utama

dalam motivasi dan emosi.34

Menurut Bullman dan Peterson seorang ahli kesehatan dan

psikologi, faktor psikologis lain yang mempunyai pengaruh penting

dalam perkembangan Post-Traumatic Stress Disorder adalah peran

kognisi, yaitu cara individu memberi arti terhadap pengalamannya.

Pemberian arti atau makna terhadap sebuah peristiwa traumatik akan

mengarahkan respon dan reaksi individu dalam menghadapi stresor.

Individu yang tidak dapat mengarahkan pada pemberian arti positif

akan mempunyai kecenderungan Post-Traumatic Stress Discorder

lebih besar.

2. Faktor Eksternal

Menurut Boulware, Post-Traumatic Stress Disorder dapat terjadi

setelah peristiwa traumatik yang besar, baik secara emosional

maupun fisik. Sehingga faktor eksternal yang mempengaruhi

kecenderungan Post-Traumatic Stress Disorder adalah tingkat

keseriusan stresor. Tingkat keseriusan stresor pada dasarnya adalah

subjektifitas individu yang mengalaminya. Namun sering kali tingkat

keseriusan stresor dipandang seberapa jauh sebuah kasus atau

kejadian dapat membuat banyak orang trauma dan mengalami

stres.35

34
Triantoro Safira dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi dalam Hidup Anda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 65-67.
35
Ibid., h. 65-67

27
Dalam bukunya Kartini Kartono Jenny Anny Andari yang

berjudul “hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam”

menjelaskan bahwa trauma disebabkan oleh suatu pengalaman yang

sangat menyedihkan atau melukai jiwanya, sehingga karena

pengalaman tersebut sejak kejadian itu hidupnya berubah secara

radikal. Pengalaman traumatis dapat juga bersifat psikologis. Misal

mendapat peristiwa yang sangat mengerikan sehingga dapat

menimbulkan kepiluan hati, shock jiwa dan lain-lain.36

4. Bimbingan Konseling Islam

a. Definisi Bimbingan Konseling Islam

H.M. Arifin mengemukakan bimbingan konseling islam adalah

segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka

memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-

kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang

tersebut mampu mengatasi sendiri, karena timbul kesadaran atau

penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga

timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup

saat sekarang dan masa depannya.37

Anwar Sutoyo mengemukakan pengertian bimbingan konseling

islam berdasarkan hasil Seminar dan Lokarnya nasional (Semiliknas)

bimbingan konseling islam sebagai berikut:

36
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam
Islam, (bandung. Mandar maju, 1989) hal. 44
37
Menurut H.M. Arifin Yang Dikutip Dalam Buku Erhamwilda, Konseling Islam, h.

28
1. Bimbingan Islam didefinisikan sebagai proses bantuan yang

diberikan secara ikhlas kepada individu atau sekelompok individu

untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

dan untuk menemukan serta mengembangkan potensi-potensi

mereka melalui usaha mereka sendiri, baik untuk kebahagiaan

pribadi maupun kemaslahatan sosial.

2. Konseling Islam didefinisikan sebagai proses bantuan yang

berbentuk kontak pribadi antara individu atau sekelompok individu

yang mendapat kesulitan dalam suatu masalah dengan seorang

petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri,

penyesuaian diri, dan pengarahan diri, untuk mencapai realisis diri

secara optimal sesuai ajaran islam.38

b. Teknik-teknik bimbingan konseling islam

1. teknik yang bersifat lahir

a. teknik dengan menggunakan tangan.

1). Berupaya membangun kekuatan, dayajuang dan otoritas pada

diri klien yaitu dengan mengajaknya bersungguh-sungguh

dan tidak kenal putus asa berupaya memporel ridho Allah.

2). Meredekan ketegangan klien dengan dengan pijatan (sentuhan

tangan) untuk mengendorkan urat dan otot-otot khususnya

bagian kepala, leher dan pundak.

b. Tehnik menggunakan lisan

1). Nasehat, himbauan dan ajakan yang baik dan bener.

38
Ibid., h. 96.

29
2). Membaca do‟a atau mengajak klien untuk berdoa.

3). Menggunakan tipuan atau hembusan (sesuatu yang dekat

dengan lisan), seperti berdo‟a kemudian meniup ubun-

ubunnya.

2. Teknik yang bersifat batin, yaitu hanya dilakukan dalamhati dengan

do‟a dan harapan, namun tidak ada usaha dan upaya kerja keras yang

kongkrit. Seperti seseorang yg melihat kemungkaran tidak mampu

melakukan apa-apa dengan tangan dan lisannya, maka ia hanya

menolak dalam hati.39

c. Tahap-tahap Bimbingan Konseling Islam.

1. Menyakinkan individu tentang hal berikut

a. Posisi manusia sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan adanya

dan adanya sunnatullah yang berlaku bagi semua manusia.

b. Status manusia sebagai hamba Allah yang harus selalu tunduk dan

patuh kepada-Nya. Ada perintah dan larangan Allah yang harus

dipatuhi oleh semua manusia sepanjang hidupnya, dan pada

saatnya akan dimintai tanggung jawab oleh Allah tentang apa

yang pernah dilakukan selama hidup di dunia.

c. Tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar manusia

melakasanakan amanah dalam bidang keahlian masing-masing

sesuai ketentuan Allah dan sekaligus beribadah kepada-Nya.

d. Ada fitrah yang dikaruniakan Allah kepada manusia, bahwa

manusia sejak lahir dilengkapi dengan fitrah berupa iman dan taat

39
Ibid., h. 107.

30
kepada-Nya. Tugas manusia adalah memelihara,

mengembangkan, dan ketika menjauh segera kembali kepada

fitrah-Nya.

e. Iman yang bener sangat penting bagi keselamatan hidupnya di

dunia dan akhirat. Tugas manusia adalah memelihara dan

menyuburkannya dengan mempelajari dan mentaati tuntunan

agama.

f. Iman bukan hanya pengakuan dengan mulut, tetapi membenarkan

dengan hati dan mewujudkan apa yang diimaninya dalam

kehidupan sehari-hari.

g. Ada hikmah dibalik musibah, ibadah, dan syariah yang ditetapkan

Allah untuk manusi. Kewajiban manusia adalah menerima dengan

ikhlas apa yang ditetapkan Allah untuknya dan melaksanakan

sesuai Syariah-Nya.

h. Ada syetan yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan

Allah. Agar manusia selamat dari bujuk rayu syetan, Allah telah

menganugerahkan potensi berupa akal, pikiran, perasaan, dan

tuntunan agama kepada manusia.

i. Ada hak manusia untuk berikhtiar atau berusaha semaksimal

mungkin, tetapi perlu diingat bahwa sebagai dari keberhasilannya

masih tergantung pada izin Allah SWT.

j. Tugas konselor hanyalah membantu, individu sendiri yang harus

berupaya sekuat tenaga dengan kemampuannya untuk hidup

sesuai tuntutan agama.

31
2. Mendorong Dan membantu individu memahami dan mengamalkan

ajaran agama secara benar.

3.Mendorong dan membantu individu memahami dan mengamalkan

iman, islam, dan ihsan.40

G. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.41

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode

secara kualitatif ini peneliti pilih agar peneliti memperoleh keterangan

yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang menjadi pokok

pembahasan yang harus ditemukan dalam penelitian ini.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai

pendekatan penelitian dengan harapan mendapatkan gambaran yang jelas

dan mendalam tentang data serta informasi yang dibutuhkan agar sesuai

dengan yang ada bukan rekayasa semata.42

40
Ibid., h. 109-111.
41
Lexy. J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosda
Karya..2010), h. 6.
42
Muh. Buharan Burgin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2007), h.5

32
2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi adalah untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan. Peneliti akan melibatkan diri dengan kehidupan orang-orang

yang menjadi objek peneliti, akan diketahui kejadian-kejadian yang terjadi

pada waktu melakukan observasi. Kehadiran peneliti di lokasi adalah

sebagai pengamat penuh dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan. Disamping itu, peneliti melibatkan diri di lapangan dan

melakukan observasi untuk mengamati secara cermat dan langsung

terhadap obyek penelitian. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai

instrumen kunci atau pelaku pokok dan sekaligus sebagai pengumpulan

data melalui wawancara dengan responden untuk mendapatkan sebagai

pengumpulan data melalui wawancara dengan responden untuk

mendapatkan data yang mamadai.43 Sebagai upaya untuk menciptakan

hubungan keakraban dengan responden, peneliti terlebih dahulu

mengadakan observasi atau studi pendahuluan dengan mengadakan

kunjungan ke lokasi penelitian, yang menemui beberapa orang dari

pegawai PSMP Paramita Mataram. Hal ini dimaksudkan agar dalam

melakukan wawancara peneliti tidak merasa kesulitan.

3. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang cocok dengan situasi empiris dan

melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan dan menafsirkan

keakuratan kualitas dan validits informasinya. Di mana sumber data dibagi

menjadi dua yaitu:

43
Moleong, Metode Penelitian, h.3.

33
a. Sumber data Primer.

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari informan yang di lapangan melalui wawancara.Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah Kepala bagian

korban PSMP Paramita Mataram, konselor PSMP Paramita Mataram,

psikolog PSMP Paramita Mataram, pegawai pengelola PSMP Paramita

Mataram dan anak-anak korban kekerasan seksual.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum

penelitian dilakukan.44 Selain itu juga sumber data diperoleh melalui

dokumen yang memuat tentang penangan pada anak korban pelecehan

seksual, adapun yang terlibat disini adalah Kepala PSMP Paramita

Mataram, Pembimbing PSMP Paramita Mataram, pegawai pengelola

PSMP Paramita Mataram dan anak yang menjadi korban pelecehan

seksual.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling banyak

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.45

44
Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial (Bandung : Refika Aditama, 2010), h. 298.
45
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta,2014), h. 62.

34
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga cara pengumpulan

data yaitu:

a. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan secara

sengaja dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis.46

Jadi yang dimaksud dengan observasi adalah bentuk pengamatan dalam

penelitian guna meneliti beberapa bentuk dari segi masalah yang

dijadikan sasaran penelitian untuk memperoleh data-data yang akurat

dan dipercaya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi dalam

bentuk “observasi terus terang atau tersamar”. Maksud dari observasi

terus terang atau tersamar ini adalah peneliti dalam mengumpulkan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang

melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti

juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hai ini untuk

menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih

dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka

peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.47

b. Wawancara (interview)

46
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2000), h. 47
47
Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 66.

35
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yangmengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.48 Dalam hal

ini, peneliti sebagai pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancara atau narasumber memberikan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur.

Menurut Sugiono, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.49

Metode jenis ini peneliti gunakan agar data-data yang kurang

jelas dapat ditanyakan kembali kepada responden. Sehingga data yang

diperoleh lengkap dan valid.

Adapun infoman yang akan diwawancarai adalah kepala PSMP

Paramita Mataram, Konselor PSMP Paramita Mataram, pegawai

pengelola PSMP Paramita Mataram, beserta anak korban kekerasaan itu

sendiri.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

48
Meleong, Metodologi Penelitian, h. 185
49
Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 74

36
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan (life stories) cerita, biografi, peraturan kebijakan.50

Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

dari dokumen-dokumen atau arsip yang ada di lokasi penelitian seperti

profil lembaga, struktur organisasi, kegiatan-kegiatan atau program-

program lembaga dalam menangani anak korban pelecehan seksual.

5. Tehnik Analisis Data

Setelah data diperoleh secara lengkap maka selanjutnya adalah

menganalisis data-data yang telah didapatkan sebelumnya dituangkan

dalam skripsi. Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata

secara sistmatis catatan observasi, wawancara dan lain sebagainya. Untuk

mengangkat pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

mencari makna.

Analisis data adalah proses pengorganisasi dan pengurusan data

dalam pola, kategori dan stuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.51

Tehnik analisis data merupakan cara untuk mengelola dan

memaparkan data secara terorganisir sistematis, sehingga memperoleh

penyelesaian yang refresentatif (mencakup semua tanpa ada yang

tertinggal), dari penyelesaian yang khusus menjadi umum. Karena

penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dekriptif, maka peneliti

menggunakan analisis induktif.

50
Sugiyono, memahami penelitian, h. 82
51
Moleong, h. 103.

37
Analisis induktif digunakan berdasarkan alasan-alasan

sebagaimana yang dikatakan sebagai berikut:52

a. Proses induktif dapat menentukan kenyataan-kenyataan ganda sesuai

dengan yang terdapat dalam data.

b. Analisis induktif dapat membuat hubungan peneliti dengan responden

menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel.

c. Analisis data induktif memperhatikan nilai-nilai secara inplisit sebagai

bagian struktur.

H. Pengecekan Keabsahan data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dikatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan data

yang terjadi pada obyek peneliti.53

Suatu data dapat dikatakan absah apabila data tersebut menunjukan

hasil yang sesuai dengan kenyataan dan obyek di lapangan setelah

dianalisis dengan seksama. Menurut Moleong bahwa, untuk mendapatkan

keabsahan data maka dapat dilakukan dengan cara “perpanjangan

keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat,

kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian

rinci, dan auditing.54

Untuk menjamin validitas data dan temuan, maka peneliti akan

mengadakan:

a. Perpanjangan Waktu Pengamatan

52
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 103
53
Ibid, h. 268.
54
Moleong, Metode Penelitian, h. 112.

38
Dengan perpanjangan waktu pengamatan berarti peneliti

kembali lagi ke lapangan melakukan pengamatan. Wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan

perpanjangan waktu pengamatan ini berarti peneliti dan narasumber

akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling percaya sehingga

tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

b. Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara cara tersebut maka

data dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Yaitu, peneliti mengomparasikan hasil yang diperoleh melalui

observasi dengan wawancara. Kemudian, dengan cara triangulasi dari

berbagai sumber, yaitu mengomprasikan hasil temuan dari informan

yang satu dengan informan yang lainnya pada tempat dan waktu yang

berbeda.55 Dalam artian pengecekan data-data yang diperoleh dari para

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, tehnik pengumpulan data, dan waktu.

d. Member Check

Member check adalah proses mengecek data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui

55
Afifudin, Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2009), h. 187.

39
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para

pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin dipercsya,

tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai

penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu

mengadakan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya

tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi

tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan.56

56
Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 276

40
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat PSMP Paramita Mataram

Panti Sosial Marsudi Putra Paramita Mataram berdiri atas dasar

melihat dan menyadari bahwa, anak merupakan amanah dan karunia yang

maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia

seutuhnya, Anak merupakan tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan memiliki ciri-ciri dan sifat

khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada

masa depan.

Berdasarkan peryataan tersebut maka, undang-undang dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 mengamatkan pemerintah Negara Indonesia

untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang “perlindungan anak”

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-

haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berprestasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Panti Sosial Marsudi Putra Paramita berdiri pada tanggal 1 April 1986

melalui kegiatan proyek penyantunan dan pengentasan anak nakal dan

41
korban narkoba dengan menggunakan Gedung Sarana Rehabilitasi Tuna

Karya “Darma Karya” ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Sosial

RI Nomor: 58/HUK/1986 dengan nama Panti Rehabilitasi Anak Nakal

“Parmadi Putra”. Pada tahum !989 namanya diganti menjadi Panti Sosial

Marsudi Putra “Paramita” Mataram melalui Surat Keputusan Menteri Sosial

RI Nomor: 22/HUK/1995, tanggal 24 April 1995, PSMP Paramita Mataram

di tetapkan menjadi Eselon III Type A.

Awalnya PSMP Paramita Mataram memiliki kapasitas menampung

anak penerima manfaat sebanyak 75 orang. Tapi seiring dengan

permasalahan ABH yang terjadi di masyarakat NTB, maka kapasitas

tampungannya menjadi 100 orang.57

2. Letak Geografis PSMP Paramita Mataram

Letak geografis Panti Sosial Marsudi Putra Mataram yang terletak di

tengah-tengah pedesaan dan batas wilayah panti sosial adalah:

Sebelah utara terbatas dengan : Jalan TGH. Saleh Hambali Bengkel

Sebelah selatan terbatas dengan : Desa Bagek Polak

Sebelah timur berbatas dengan : Desa Bengkel

Sebelah barat berbatas dengan : Kota Mataram

Melihat letak geografis yang sangat strategis di tengah-tengah

pedesaan dan tidak terlalu dekat dengan perkotaan maka hal ini sangat

mendukung untuk mengembangkan aktifitas rehabilitasi yang bersifat

keagamaan maupun keterampilan. Menurut persepsi penulis maupun Panti

Sosial Marsudi Putra bukan termasuk lembaga pesantren tetapi panti sosial

57
Observasi Tanggal 26 Maret 2018, di Lingkungan PSMP Paramita Mataram.

42
mampu memberikan pendidikan non formalnya seperti yang dilakukan oleh

podok Pesantren seperti bimbingan solat berjamaah lima waktu , belajar

membaca Al-Qur‟an, serta memberikan keterampilan sesuai dengan minat

bakat mereka masing-masing.58

3. Dasar Hukum dan Kelembagaan PSMP Paramita Mataram

Yang menjadi Dasar Hukum pelaksanaan kerja PSMP Paramita

Mataram antara lain:

a. Undang-Undang Nomr ^ Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial.

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang peradilan anak.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang usaha kesejahteraan

anak bagi anak yang mempunyai masalah

f. Keputusan Mentri Sosial RI Nomor %( Tahun 2003 tentang organisasi

dan tata kerja panti sosial di lingkungan departemen sosial.

g. Urain tugas dan fungsi penjabat unit pelaksana teknis lingkungan

direktorat jendral pelayanan dan rehabilitasi sosial RI Tahun 2004.

h. Keputusan Mentri Sosial RI Nomor 82/HUK/2005 tentang organisasi dan

tata kerja departemen sosial.

Keputusan bersama direktur jendral pelayanan dan rehabilitasi sosial

departemen sosial RI 20/PRS-2/KEP/2005 dan direktur jendral

permasyarakat departemen hukum dan hak asasi manusia RI Nomor

58
Profil PSMP Paramita Mataram, Tahun 2018.

43
E.UM.06.07.83 Tahun 2005 tentang pelayanan dan rehabilitasi sosial anak

didik.

4. Visi dan Misi paramita Mataram

Adapun Visi dan Misi Panti Sosial Marsudi Putra Mataram antara lain

sebagai berikut:

a. Visi

Visi organisasi ini adalah “Mewujudkan Panti Sosial Marsudi Putra

„Paramita‟ Mataram sebagai lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial

anak yang bermutu, terpercaya, dan relegius”.

b. Misi

Sedangkan misi dari PSMP Paramita Mataram adalah:

a. Peningkatan profesionalitas sumber daya manusia dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

b. Peningkatan penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi sosial sesuai

dengan standar operasional prosedur.

c. Peningkatan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana

dalam penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi sosial.

d. Pengembangan jaringan kerja dalam pengelenggaraan rehabilitasi

sosial.

e. Penyelenggaraan fungsi promotif lembaga secara oprimal.59

59
Dokumentasi, Profil PSMP Paramita Mataram, Tahun 2018.

44
5. Struktur Organisasi PSMP Paramita Mataram

Berikut adalah struktur organisasi PSMP Paramita Mataram:

PANTI SOSIAL

KASUBAG TATA USAHA

KASIE PROGRAM KASIE REHABILITASI


DAN ADVOKASI SOSIAL
SOSIAL

SHELTERED WHORKSHOP PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL

6. Tugas dan Fungsi PSMP Paramita Mataram

a. Tugas

Untuk memulihkan kondisi anak fisik, mental, psikologi dan

kondisi sosial serta keberfungsian sosial anak sehingga mereka dapat

hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi

sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, serta

berakhlak mulia.

b. Fungsi

1.Pelayanan dan rehabilitas sosial, yaitu pelaksanaan dan rehabilitasi

sosial kepada anak yang berhadapan dengan hukum di wilayah Nusa

Tenggara Barat.

2. Pusat informasi yaitu pusat informasi sesuai dengan kebutuhan

penerimaan maanfaat di bidang kesejahteraan sosial yang dilakukan

45
oleh kementerian sosial RI pada umumnya atau pada PSMP Paramita

Mataram pada khususnya.

3. Pusat rujukan, pengalihan pelayanan penerimaan manfaat kepada

lembaga lain sesuai dengan kebutuhannya.

4. Tempat pendidikan, panti sosial dapat menjadi tempat pendidikan bagi

masyarakat yang memerlukan, baik secara individu, organisasi

maupun instansi dalam rangka mempersiapkan pekerja sosial.60

7. Sasaran Pelayanan PSMP Paramita Mataram

Adapun yang menjadi sasaran pelayanan di PSMP Paramita dalam

program rehabilitas sosial anak yang terdiri atas:

a. ABH (Ank Yang Berhadapan Dengan Hukum)

1. Anak yang di rujuk oleh masyarakat dan dinyatakan tidak perlu di

roses hukum.

2. ABH yang telah melalui proses hukum di lembaga pemasyarakatan

sebelum di kembalikan ke masyarakat.

3. ABH yang mendapat restaratif juistice sehingga tidak di lanjutkan

proses hukumnya namun di rujuk ke lembaga sosial.

b. Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial anak lainnya (RSPA)

1. Anak korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika, dan zat

adiktif lainnya.

2. Anak korban penculikan, penjualan, dan perdagangan manusia.

c. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau di perlakukan salah

biasanya terencana secara fisik dan non fisik dari tindakan kekerasan,

60
Profil PSMP Paramita Mataram, Tahun 2018.

46
sosial terdekatnya, sehingga tidak semestinya dalam lingkungan sosial

terdekatnya, sehingga tindak kekerasan, di perlakukan salah atau tidak

semestinya dalam lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak di

penuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani, maupun sosial.

d. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran. Anak yang mengalami

masalah pemenuhan kebutuhan dan hak-haknya yang menyebabkan

mereka terlantar. Orang tua tidak mampu secara ekonomi dan psikologis

merupakan penyebab utama sehingga anak tidak dapat memenuhi

kebutuhan rohani, jasmani, maupun sosialnya.61

8. Kebijakan-kebijakan PSMP Paramita Mataram

Sebagai UPT KEMENSOS maka PSMP {aramita Mataram yang

fungsi utamanya memberi pelayanan langsung (Direct Service) kepada

ABHsekaligus menjadilembaga percontohan bagi sosial lembaga lainnya.

Dengan fungsi tersebut selain menyelenggarakan pelayan dan rehabilitas

sosial. Lembaga ini juga melakukan koordinasi dengan berbagai instansi

pemerintah se-NTB (sosial, tenaga kerja, kesehatan dan lain-lain) serta

kepolisian BAPAS dan juga LSM.

Pada dasarnya PSMP Paramita Mataram merupakan lembaga UPT

yang tidak memiliki wewenang untuk membuat kebijakan di luar garis

kebijakan yang di buat direktorat pelayanan dan rehabilitas kementrian

sosial.

61
Profil PSMP Paramita Mataram, Tahun 2018.

47
Meskipun demikian bila dikaitkan dengan pelaksaan fungsi PSMP

Paramita Mataram sebagai UPT pelayan dan rehabilitasi sosial kepada anak

nakal, maka ada beberapa kebijakan teknis antara lain:

a. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitas sosial kepada anak NAPZA pad

tahun 2007

b. Mendirikan shelter perlindungan sosial kepada anak-anak yang

membutuhkan perlindungan khusus (RSPA) sejak tahun 2007.

Beberapa kebijakan di atas merupakan implementasi kebijakan ditjen

PRS untuk fungsi panti-panti sosial untuk memberikan multi layanan bagi

anak-anak penyandang masalah sosial khusus sesuai amanat undang-undang

perlindungan anak No 23 tahun 2002 serta SKB antara dirjen PRS depsos

RI dengan dirjen pemasyarakatan DEFHUK HAM tahun 2006.62

9. Wilayah kerja PSMP Paramita Mataram

PSMP Paramita Mataram memiliki dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya mempunyai kerja di NTB dan di provinsi BALI meliputi:

a) Kota Mataram

b) Kab. Lombok Barat

c) Kab. Lombok Tengah

d) Kab. Lombok Timur

e) Kab. Lombok Utara

f.) Kab. Sumbawa Besar

g) Kab. Sumbawa Barat

h) Kab. Dompu

62
Dokumentasi, Profil PSMP Paramita Mataram di kutip Tanggal 26 Maret 2018

48
i) Kab.Bima

j) Kota Bima

10. Kronologis singkat korban pelecehan seksual seksual anak

a. Kasus SDM

Anak yang bernama inisial SDM berumur 12 tahun, menjadi

korban pelecehan seksual atau yang lebih tepatnya pemerkosaan yang

dilakukan oleh tetangganya yang bernama inisial GN yang berumur 38.

Karena masih di bawah umur dan untuk melindungi dan demi kebaikan

korban dan bayi yang ada di dalam kandungan korban orang tua

memutuskan untuk memasukan korban di PSMP Paramita Mataram.

b. Kasus HD

Anak yang bernama inisial HD berumur !5 tahun, menjadi korban

pelecehan seksual atau pemerkosaan yang dilakukan pamannya yaitu

saudara dari ibu tirinya yang bernama inisial SP yang berumur 34 tahun

yang tinggal satu rumah dengan korban. Karena korban dan pelaku

tinggal di satu rumah orang tua korban memutuskan memasukan korban

ke PSMP Paramita agar korban merasa aman dan untuk memulihkan

kondisi psikologis korban.

49
B. Penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual melalui

bimbingan konseling islam

Dalam kesempatan ini peneliti mengadakan wawancara dengan

beberapa narasumber yang telah memberikan informasi pada penulis berkenan

dengan judul penelitian yang diambil. Informan tersebut adalah beberapa

psikolog, konselor dan pembimbing yang berada di PSMP Paramita.

Bedasarkan hasil temuan peneliti yang terkait dengan cara PSMP

Paramita Mataram dalam penanganan traumatik pada anak korban pelecehan

seksual melalui bimingan konseling islam adalah sebagai berikut.

1. Bimbingan Agama

Bimbingan agama merupakan salah satu metode yang digunakan

untuk membimbing anak-anak di PSMP Paramita Mataram dengan

melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diberikan oleh

pembimbing atau pembina bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan anak-anak di PSMP Paramita Mataram. Adapun kegiatan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengajian di Lingkungan Panti

Pengajian yang dimaksud adalah pembina atau pembimbing

memberikan siraman rohani atau ceramah kepada anak-anak PSMP

Paramita Mataram yang bertema tentang ahlak dan tingkah laku terpuji,

pentingnya rukun iman dan islam, menjaga diri sendiri, menjaga

kebersihan dan menjaga hubungan antar sesama. Hal ini diberikan agar

anak dapat mengamalkan dan dapat mengambil manfaat melalui

bimbingan agama islam yang disampaikan secara langsung di hadapan

50
anak-anak. Kegiatan keagamaan ini dilaksanakan 2 kali dalam satu

minggu yakni pada hari rabu dan jum‟at yang dilakukan di musholla.

Seperti yang diungkapkan oleh ibu Agnes Rosalia salah satu pembina

PSMP Paramita Mataram sebagai berikut:

“Melalui kegiatan ini kami selaku pembina memberikan arahan


ilmu agama yang bertujuan untuk membantu anak-anak menerima
manfaat sehingga mereka dapat mengamalkannya, mereka bisa
menjaga perilaku mereka dalam pergaulan sehari-hari dan agar
mereka semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.63

Dari wawancara di atas peneliti menemukan salah satu cara yang

perludi terapkan yaitu kegiatan pengajian yang diterapkan oleh PSMP

Paramita Mataram dalam membimbing mental anak dan sedikit tidak

akan bisa menyadarkan anak-anak menerima manfaat. Pembina yang

memberikan materi ceramah akan disampaikan kepada anak-anak yang

sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai.

b. Bimbingan tuntutan sholat

Bimbingan tuntutan sholat ini akan diajakan kepada anak-anak

penerima manfaat yang tinggal di PSMP Paramita Mataram tentang

gerakan dalam sholat serta bacaan-bacaan dalam sholat oleh pembina.

Mengajarkan mereka dengan cara mempraktikkan langsung dan

bagaimana gerakan-gerakan dalam sholat di depan anak-anak penerima

manfaat. Kegiatan tuntunan dalam sholat ini juga merupakan kegiatan

untuk mengerjakan sholat.

Padakegiatan ini anak-anak di tuntun dan di bimbing oleh pembina

untuk sholat secara berjamaah di musholla. Dan pembina panti

63
Agnes Rosalia (Pembina). Wawancara, Tanggal 4 April 2018

51
memberikan bimbingan sholat agar anak-anak penerima manfaat

mengetahui dan memahami bahwa siapapun yang beragama islam harus

menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam dan harus mendirikan

sholat dengan baik dan benar agar anak-anak bisa mengetahui bagaimana

kewajibannya sebagai umat Islam yang beragama.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut lagi tentang hal tersebut

peneliti kembali melakukan wawancara kepada Ibu Agnes Rosalia.

“Tujuan diterapkannya tuntutan sholat ini karena rata-rata anak-


anak penerima manfaat tidak pernah mengetahui sedikitpun dan
tidak tahu gerakan dalam sholat dan bacaan dalam sholat oleh
sebab itu pembina memberikan bimbingan secara perlahan dan
rutin pada anak-anak yang tidak tahu apa itu sholat dan
mengajarkan cara bagaimana sholat dan bacaan yang benar.64

Melalui bimbingan tuntutan sholat ini anak-anak penerima manfaat

akan lebih tahu bagaimana gerakan sholat, apa itu sholat dan mengetahui

kewajiban mengerjakan sholat bagi umat yang beragama islam dan harus

didirikan dikerjakan sesuai waktunya.

2. Bimbingan individu

Layanan bimbingan konseling individu di lakukan dengan tujuan

agar anak/korban lebih mudah memahami dirinya dan lebih cepat

mengembangkan sifat dan perilaku yang baik di lingkungan, dan mampu

menyelesaikan masalahnya sekaligus menerima dirinya apa adanya. Adapun

tahap konseling individu yang di lakukan oleh pihak konselor di PSMP

Paramita Mataram sebagai berikut:

a. Konseling tahap awal

64
Agnes Rosalia. Wawancara, Tanggal 4 April 2018

52
Didalam tahap ini dilakukan sebagai tahap pengenalan atau

pendekatan kepada anak penerima manfaat agar konselor bisa

menciptakan hubungan yang nyaman dan aman sehingga anak penerima

manfaat bisa leluasa mencurahkan isi hati, pikiran dan masalahnya.

b. Konseling tahap pertengahan

Didalam tahap ini konselor mengajak anak penerima manfaat

untuk menceritakan masalah yang sedang di alaminya dan apa yang dia

rasakan dan berusaha mencari solusinya.

c. Konseling tahap akhir

Didalam tahap ini konselor memberikan solusi dan motivasi kepada

penerima manfaat agar anak penerima manfaat bisa menyelesaikan

masalahnya sendiri.

“Hasil wawancara dengan ibu Mala mengungkapkan “kami


melakukan proses konseling individu berdasarkan masalah yang
dihadapi oleh korban saat ini, serta berusaha membangun hubungan
yang baik dengan korban, dan memberikan motivasi kepada korban
dalam proses rehabilitasi mental psikologis.Kami mengetahui semua
permasalahannya yang di hadapi oleh korban, maka kami selaku
konselor di PSMP Paramita Mataram harus bisa menghargai dan
memberikan dukungan dan motivasi dan memberikan perhatian
penuh terhadapnya dan ketika proses konseling sudah selesai bukan
berarti kami tidak memperhatikan perkembangan mereka akan tetapi
setiap hari kami memantau perkembangan sehari-hari melalui
kegiatan-kegiatan bimbingan yang ada di PSMP Paramita
Mataram.65

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anak penerima

manfaat bernama inisial SWH mengatakan bahwa :

”saya melakukan konseling individu 1 kali dalam seminggu, setelah


saya dikonseling saya merasa nyaman dan aman, saya bisa

65
Dwi Kurmalla. Wawancara, Pada Tanggal 9 April 2018.

53
menceritakan masalah yang saya hadapi dengan leluasa tanpa beban
dan saya sangat merasa dihargai dan diperhatikan.”66

3. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan upaya mengelompokan anak-anak

penerima manfaat agar bisa saling mengenal satu sama lain, dan saling

terbuka akan masalah yang dihadapi, dan memperoleh proses bimbingan

psikologis.

Bimbingan psikologis merupakan proses kegiatan belajar di kelas,

dimana kegiatan konselor atau pembina/pembimbing di PSMP Paramita

Mataram memberikan ilmu pengetahuan sekaligus memberikan pemahaman

kepada korban penerima manfaat tentang berbagai macam gejala-gejala

yang biasa terjadi di masa perkembangan remaja pada umumnya.

“Adapun hasil wawancara peneliti dengan selaku psikolog di


PSMP Paramita Mataram, mengungkapkan “bahwa dengan adanya
kegiatan belajar di kelas, setidaknya korban penerima manfaat bisa
mengetahui atau memahami gejala-gejala apa saja yang sering
muncul terhadap dirinya di dalam kehidupan sehari-hari.67
Jadi bimbingan ini sangat alternatif untuk digunakan karena ketika

korban diberikan bimbingan belajar di kelas dengan isi materi psikologi

yang sesuai dengan usia mereka justru banyak diminati oleh korban

sehingga akan mempercepat prosesrehabilitasi penyembuhan bagi para

korban di PSMP Paramita Mataram.

“Adapun hasil wawancara peneliti dengan salah satu anak


penerima manfaat bernawa DN, mengungkapkan “kami diberikan
bimbingan kelompok 2 kali dalam seminggu, dalam bimbingan
kelompok kami diajarkan untuk saling mengenal satu sama lain dan
saling terbuka akan masalah yang dihadapi, dan mendapatkan bimbingan

66
SWH, wawancara, Tanggal 9 April 2018
67
Dwi Kurmalla, wawancara, Tanggal 9 April 2018.

54
psikologi seperti diberikan pengetahuan tentang gejala-gejala
perkembangan yang kami alami semasa remaja.”68
4. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial yang dimaksudkan adalah untuk memberikan

berbagai bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk membantu

penerima manfaat baik secara individu maupun kelompok dan

meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan

masalah serta menjalin dan mengendalikan hubungan-hubungan sosial

mereka dalam lingkungan sosialnya. Membantu anak mengatasi kesulitan

dalam lingkungan sosial.

Bimbingan sosial diadakan untuk bisa bersosialisasi dengan

lingkungan dan orang sekitarnya karena anak korban pelecehan seksual

memiliki trauma untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga bimbingan

sosial ini sangat dibutuhkan oleh korban. Berdasarkan hasil wawancara

dengan bapak Yoda mengatakan bahwa:

“Saya menjelaskan tentang kehidupan sosial bagaimana cara


berinteraksi dengan masyarakat dengan baik, saling menghormati
terlebih lagi pada yang lebih tua darinya. Menjadi perempuan yang
bisa menjaga dirinya, sampai pada saat nantinya mereka akan
menjadi seorang istri yang berbakti kepada suami dan mertuannya.
hal inilah yang nantinya kami harapkan agar para anak penerima
manfaat bisa menjadi bagian masyarakat yang bisa bergaul dalam
kehidupan sosial bermasyarakat.69

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti katakan bahwa

bimbingan sosial yang dilakukan oleh pembina atau pembimbing yang ada

di PSMP Paramita Mataram dilakukan dari hal yang sederhana hingga yang

paling benar. Dari hasil penelitian peneliti juga menemukan cara-cara lain

68
DN, wawancara, Tanggal 10 April 2018
69
Yoda, Wawancara, Tanggal 10 April 2018

55
dalam bimbingan sosial yang dilakukan oleh para pembina dan pembimbing

yaitu dengan melakukanbeberapa kegiatan seperti menonton film bersama-

sama agar anak dapat termotivasi dan bisa menghindar dari larangan-

larangan yang tidak boleh dilakukan.

5. Bimbingan fisik

Bimbingan fisik adalah kegiatan untuk menjaga, merawat,

meningkatkan kesehatan, ketahanan dan kematangan fisik atau jasmani

penerima manfaat dan dapat menambah kemampuan atau kekuatan mereka

dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

“Adapun hasil wawancara dengan ibu Zulfiani mengatakan


bahwa:”Bimbingan fisik dilakukan dengan cara berolah raga dan
senam ibu hamil supaya penerima manfaat tetap sehat fisik atau
jasmaninya supaya mereka bisa melakukan kegiatan sehari-hari
sebagaimana rutinitas yang sudah di tentukan oleh PSMP Paramita
Mataram.70

Dari proses kegiatan bimbingan fisik ini dimaksudkan untuk menjaga

dan memelihara perkembangan fisik atau kesehatan jasmani penerima

manfaat secara aktif yaitu diantaranya melalui:

a. Bimbingan fisik dan olahraga

Bimbingan ini bertujuan untuk menjaga fisik sehingga mampu

mengikuti kegiatan di panti.

b. bimbingan kesehatan pribadi dan lingkungan, kegiatan ini bertujuan:

1. memahami dan memperhatikan diri sendiri dan kebersihan lingkungan.

2. memahami cara menjaga kesehatan pribadinya.

c. senam setiap hari dari hari senin sampai jum‟at.

70
Zulfiani, Wawancara, Tanggal 9 April 2018

56
Kegiatan senam ini dilakukan khusus untuk penerima manfaat

yang diberikan oleh pembina dengan cara senam ringan pada ibu hamil.

6. Bimbingan Keterampilan

Bimbingan keterampilan merupakan kemampuan untuk

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan,

mengubah atau membuat sesuatu jadi lebih bermakna sehingga

menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerja tersebut.

Bimbingan keterampilan ini diberikan oleh pembimbing atau

pembina untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan anak-anak

penerima manfaat. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibuEka

mengatakan bahwa:

“Bimbingan keterampilan yang kami berikan kepada anak-anak


penerima manfaat yaitu denganmenjahit, membuat tas dari rajut,
membuat bunga dari bekas botol air mineral, dan membuat telur asin.
Hal ini kami lakukan sebagai bekal untuk kehidupan di tengah-tengah
masyarakat.71

Dengan adanya bimbingan keterampilan tersebut psikolog, peksos

atau pegawai yang ada di PSMP Paramita Mataram mengharapkan anak-

anak korban bisa mengembangkan bakat dan potensinya dalam bimbingan

keterampilan ini untuk menjadi anak yang bermanfaat dan berguna bagi

dirinya maupun orang lain.

Jadi dari hasil wawancara yang saya lakukan kepada 8 narasumber yaitu

Agnes Rosalia, Dwi Kumalla, Ekawati Yuyun Wahyuni, Renidia Komalasari,

Zulfiani, Yoda, SDM dan HD. Dapat diketahui bahwa penanganan traumatik

pada anak korban pelecehan seksual melalui bimbingan konseling islam di

71
Ekawati Yuyun Wahyuni, Wawancara, Tanggal 16 April 2018.

57
PSMP paramita mataram terdapat 6 penanganan yang dilakukan oleh lembaga

PSMP Paramita Mataram : Bimbingan agama, bimbingan individu, bimbingan

kelompok, bimbingan sosial, bimbingan fisik, dan bimbingan keterampilan.

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Penanganan Traumatik Pada

Anak Korban Pelecehan Seksual di PSMP Paramita Mataram.

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pekerja sosial

dan pembina di PSMP Paramita Mataram, Ada beberapa faktor penghambatdan

pendukung yang didapatoleh pekerja sosial dan pembina dalam memberikan

penanganan traumatik kepada penerima manfaat sehingga tidak maksimal

dilakukan dilapangan.

Adapun faktor-faktor penghambat yang dialami oleh para pekerja sosial

maupun pembina dalam memberikan pelayanan serta pembinaan mental dan

spritual penerima manfaat sebagai berikut:

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide,

gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.

Salah satu faktor yang menjadi kendala pekerja sosial dalam

memberikan pelayanan terhadap penerima manfaat yang diungkapkan salah

satu pekerja sosial adalah:

“terhambatnya komunikasi antara pekerja sosial dan penerima


manfaat dalam proses pelayanan karena bahasa yang di gunakan anak
penerima manfaat tidak dapat dimengerti terkadang mereka ada yang
tidak bisa menggunakan bahasa indonesia terutama anak penerima
manfaat yang berasal dari luar lombok sehingga kami memiliki
kesulitan dalam melakukan pendekatan.72

72
Yoda, Wawancara, Tanggal 10 April 2018.

58
Permasalahan ini kerap terjadi pada saat bimbingan, hal ini terkadang

diakibatkan juga faktor dari lingkungan tempat tinggal dan teman-teman

sebaya danbermainnya.

Maka, dibutuhkan komunikasi-komunikasi yang dapat mewakili

keadaan anak-anak tersebut agar pesan yang dikirim kepada anak-anak

penerima manfaat cepat diterima oleh klien.

2. Pemberi motivasi

Motivasi adalah tujuan atau pendorong, dengan tujuan sebenarnya

yang menjadi daya penggerak utama bagi seseorang dalam berupaya dalam

mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkan baik itu secara positif

maupun negatif.

Dalam menjalankan pembinaan kerada korban pelecehan seksual

perlu adanya motivasi dari dalam diri penerima manfaat untuk menjalankan

pembinaan agar bisa berubah dari kebiasaan buruk yang pernah mereka

alami supaya tidak melakukan hal-hal yang menentang agama dan undang-

undang. Dalam melakukan pembinaan sangatlah penting kesadaran dan

motivasi yang lebih dari dalam diri penerima manfaat karena tanpa adanya

kesadaran diri untuk berubah maka sangat sulit untuk dibina oleh orang lain.

Dalam bimbingan konseling islam dalam menangani trauma remaja

korban pelecehan seksual ini banyak anak yang kurang termotivasi dengan

ilmu agama, bahkan ketika pembina memberikan materi/pengajian banyak

dari penerima manfaat mengabaikan dan bahkan mereka mengobrol dengan

59
teman-teman sebaya mereka seperti yang disampaikan oleh salah satu

pembina sebagai berikut:

“banyak dari anak-anak penerima manfaat yang asik-asik ngobrol

dengan teman-temannya ketika saya memberikanpengajian

/ceramah, dan mereka bermain-main di belakang tanpa mau

mendengarkan pembina yang sedang memberikan pengajian.73

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa memberikan pendidikan

agama kepada anak-anak penerima manfaat terutama dengan anak yang

berhadapan dengan hukum tidaklah mudah, banyak dari mereka yang tidak

senang dengan pendidikan agama, bahkan mereka acuh tak acuh dengan

pendidikan agama, mereka mengabaikan pendidikan agama, mungkin

karena pengetahuan mereka terlalu minim, apalagi tentang ilmu agama, atau

mungkin mereka sudah terbiasa melakukan hal-hal yang menyimpang dari

aturan agama dan sudah hidup bebas tanpa ikatan atau aturan sehingga

mereka tidak sulit termotivasi untuk mendalami ilmu agama atau

mempelajarinya.

Adapun yang menjadi faktor-faktor pendukung yang dialami oleh para

pekerja sosial maupun pembina dalam memberikan pelayanan serta pembinaan

mental dan spritual penerima manfaat sebagai berikut:

1. Banyak tenaga kerja pemberi ilmu

Dari hasil wawancara kepada bapak Yoda mengatakan bahwa faktor

pendukung penanganan trauma pada anak korban pelecehan seksual adalah

“karena banyaknya tenaga kerja yang terbiasa menangani trauma


dan ilmu-ilmu yang kami dapatkan memang untuk menangani

73
Renidia Komalasari (ustazah), Wawancara, Tanggal 10 April 2018.

60
trauma pada anak korban pelecehan seksual seperti psikolog,
konselor, dan pekerja sosial.74

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

yang menjadi faktor pendukung penanganan traumatik yaitu banyaknya

tenaga kerja profesional dan berpengalamanan di PSMP Paramita Mataram

yang memang dalam bidangnya menangani traumatik yang ada pada anak

korban pelecehan seksual.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan salah satu

korban pelecehan seksual yang bernama SDW yaitu “karena banyaknya

tenaga kerja pemberi ilmu kami merasa sangat diperhatikan dan selalu

merasa senang”

Jadi dari hasil wawancara yang saya lakukan kepada 8 narasumber yaitu

Agnes Rosalia, Dwi Kumalla, Ekawati Yuyun Wahyuni, Renidia Komalasari,

Zulfiani, Yoda, SDM dan HD. Dapat diketahui bahwa faktor penghambat dan

pendukung dalam penanganan traumatik di lembaga PSMP Paramita mataram

terdapat dari faktor komunikasi, pemberi motivasi, dan banyak tenaga kerja

pemberi ilmu.

74
Yoda, Wawancara, Tanggal 10 April 2018.

61
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analis Penanganan Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual

Melalui Bimbingan Konseling Islam

Berdasarkan paparan data dan temuan yng peneliti peroleh setelah

mengadakan penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan

sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti angkat, maka langkah peneliti

yang selanjutnya adalah membahas dari paparan data dan temuan serta

mengkaitkan dengan kerangka teoritik.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat diketahui

penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual yang digunakan di

PSMP Paramita Mataram sebagai berikut:

1. Bimbingan Agama

Bimbingan agama yang ada di PSMP paramita mataram yaitu lebih

menekankan kepada pendidikan agama islam, dimana pendidikan agama

islam adalah bertujuan untuk mengajarkan ajaran-ajaran maupun nilai-nilai

kebaikan yangada dalam islam dan bagaimanapun akan memberikan

pengaruh pada perubahan perilaku atau sikap keagamaan anak penerima

manfaat. Karena bimbingan agama memiliki peran yang sangat penting

dalam hal membimbing pribadi anak penerima manfaat. Dalam ajaran

agama islam membimbing manusia secara umumnya untuk bagaimana

hidup dengan baik dan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh allah

SWT. Dengan demikian pihak pembina dan pembimbing di PSMP

paramita mataram sangat menekankan dalam hal bimbingan agama.

62
H.M. Arifin mengemukakan bimbingan konseling islam adalah

segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka

memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-

kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang

tersebut mampu mengatasi sendiri, karena timbul kesadaran atau

penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga

timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup

saat sekarang dan masa depannya.75

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan PSMP Paramita

Mataram dalam bimbingan agama islam anak penerima manfaat.

a. Mengadakan pengajian di Lingkungan Panti

Mengadakan pengajian yang di maksud adalah suatu proses

bimbingan terhadap anak penerima manfaat melalui pendekatan

pendidikan agama islamyang di sampaikan secara langsung di hadapan

anak penerima manfaat. Serta memberikan mereka nasehat dan

petunjuk dengan tujuan anak penerima manfaat bisa mengendalikan

sikap, tingkah laku serta hal-hal yang bertentangan dengan ajaran islam.

Pemberian bimbingan pengajian atau ceramah di laksanakan 1

kali dalam seminggu yakni hari jumat atau setelah sholat magrib yang

di lakukan di mushola. Yang bertema sebagai berikut.

1. Bimbingan tata cara bersuci contohnya membersihkan diri dari

hadas.

2. Bimbingan berprilaku terpuji dan bersabar

75
Menurut H.M. Arifin Yang Dikutip Dalam Buku Erhamwilda, Konseling Islam, h.

63
Bimbingan pengajian yang di berikan kepada anak penerima

manfaat dan ceramah-ceramah yang menyirami perasaan jiwa anak

kepada allah SWT sehingga jiwa ke agamaan mereka dapat tumbuh dan

berkembang. Sehingga ia dapat mencapai tingkat kejiwaan atau mental

yang sempurna yaitu mampu mentaati segala apa yang di perintahkan

dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh allah SWT, serta tabah

dalam ujian dan cobaannya sehingga dengan pengetahuan yang anak

miliki akan membuat anak terhindar dari sikap menyekutukan allah

SWT (syrik). Sikap menganggap remeh hukum-hukumnya atau sikap

untuk menunda-nunda untuk dirinya melakukan kebaikan dan

kebenaran (fisiq). Sikap melanggar hukum allah SWT (zhalim).76

Pemberian bimingan pengajian tersebut memang sangat penting

untuk di terapkan kepada anak penerima manfaat, karena mereka dalam

proses rehabilitasi, jauh dari keluarga, mudah timbul putus asa,

kepercayaan diri hilang, dan kurang dapat menguasai perasaan dalam

dirinya sendiri. Sehingga dengan memberikan nasihat-nasihat dan

bimbingan ceramah kepada anak penerima manfaat di harapkan sedikit

demi sedikit dapat menghilangkan perasaan tersebut.

Hal ini yang di lakukan di PSMP paramita mataram dalam

bimbingan agama anak penerima manfaat dan kegiatan ini sangat perlu

di terapkan kepada anak penerima manfaat agar mereka selalu

mendekatkan diri kepada allah SWT.

b. Tuntunan sholat berjamaah

76
Notosoedirjo, Moelijono dan Latipun, Kesehatan Mental, h. 37

64
Salah satu hal penting dalam agama Islam adalah shalat, karna

shalat adalah tiang agama, cara yang di gunakan oleh pengasuh dalam

memberikan tuntunan sholat adalah biasanya dengan rutin mengabsen

kegiatan shalat berjamaah pada setiap waktunya dan di ajarkan tata cara

sebagai berikut:

1. Tata cara berwudhu

2. Bacaan-bacaan dalam sholat

3. Gerak-gerakan dalam sholat

Hasbi as-sieddiqy sebagaimana yang dikutip oleh Ahad Azhar

hasil yang didapat dari pelaksanaan pendidikan ibadah ialah di peroleh

dari suatu kemaslahatan bagi sesama manusia.77 Pemberian tentang

ibadah sangat diperlukan oleh semua anak penerima manfaat karena

penerima manfaat sangat membutuhkan sentuhan dari semua aspek

keberagamaanterutama yang paling dasar. Bimbingan ibadah ialah

segala amal kebajikan yang dikerjakan dengan ikhlas semata-mata demi

mencapai keridhoan Allah SWT.

Bimbingan tuntunan sholat berjamaah yang diberikan oleh PSMP

Paramita Mataram biasanya digabung juga dengan bimbingan pengajian

yang sangat erat kaitannya dengan ibadah karena ibadah adalah bentuk

hubungan yang dilakukan manusia dengan penciptanya.

Dengan kata lain supaya anak penerima manfaat menjadikan

sholat sebagai mediator untuk mengatasi segala permasalahan sehari-

hari yang berhubungan dengan psikis, karena sholat merupakan

77
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling. h.61.

65
kewajiban peribadahan (formal) yang paling penting dalam system

keagamaan islam.

Yang dimaksud bimbingan sholat yang diterapkan di PSMP

Paramita Mataram adalah tidak hanya sekedar membimbing anak

penerima manfaat sholat berjamaah dan menyuruh mereka ke musholla

saja, tanpa ada penghayatan atau berdampak sama sekali dalam

kehidupan mereka akan tetapi anak-anak penerima manfaat dibina agar

mengerjakan shalat-shalat fardu yang didirikan dengan khusus yakni

shalat yang nantinya berimplikasi terhadap mereka yang

melaksanakannya.

2. Bimbingan individu

Layanan bimbingan konseling individu dilakukan dengan tujuan agar

anak/korban lebih mudah memahami dirinya dan lebih cepat

mengembangkan sifat dan perilakunya yang baik di lingkungan, dan

mampu menyelesaikan masalahnya sekaligus menerima diri apa adanya.

Adapun kegiatan dalam konseling individu yaitu tahap konseling individu

yang dilakukan oleh pihak konselor di PSMP Paramita Mataram sebagai

berikut;

a. Konseling tahap awal

1) Melakukan pendekatan terlebih dahulu

2) Membangun hubungan yang baik dengan klien mengumpulkan data

dan informasi terkait dengan latar belakang klien melalui proses

wawancara konseling.

3) Membuat penjajakan bantuan alternative dalam mengatasi masalah

66
4) Identifikasi masalah korban

b. Konseling tahap menengah

Adapun tahap pertengahan dalam proses konseling individu

sebagai berikut;

1) Konselor berusaha untuk memahami latar belakang, harapan, dan

motivasi klien.

2) Konselor mulai membantu klien mengeplorasi perasaan lebih

mendalam terkait dengan perilaku yang mengganggunya.

3) Menentukan konseling individu secara bersama.

4) Konselor dan klien mulai menyepakati tujuan dari konseling

individusecara bersama sehingga ini akan mengarahkan pada

problem solving dan kebutuhan korban.

c. Konseling tahap akhir

Pada tahap akhir konseling individu yang telah dilakukan oleh

konselor kepada klien ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut;

1) Adanya tujuan hidup yang lebih jelas dimasa yang akan datang

2) Terjadinya perubahan sikap yang lebih positif terhadap masalah

yang dihadapinya atau dapat menilai dan mengoreksi diri sendiri.

3) Konelor dan klien berjanji melakukan perubahan terhadap dirinya

kearah yang lebih baik.

4) Konselor mengakhiri sesi konseling individu dengan klien.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, upaya yang

dilakukan oleh konselor ketika melakukan konseling individu adalah

untuk memberikan rehabilitas penyembuhan psikologis/mental yang di

67
alami oleh klien/korban dimasa lalunya agar menjadi pribadi yang lebih

baik yang penuh dengan keceriaanseperti sedia kala. Seperti yang

dijelaskan oleh salah satu konselor PSMP Paramita Mataram adalah

sebagai seorang konselor kita harus bisa memberikan perlakuan yang

sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh korbanagar korban

merasa dibantu dengan keberadaan kita sebagai konselor ditengah

permasalahan yang dihadapinya.

3. Bimbingan kelompok

a. Bimbingan psikologi

Berdasarkan hasil yang peneliti temukan di lapangan, kenapa

konselor yang ada di Paramita menggunakan bimbingan kelompok

karena, ada beberapa hal yang harus dipelajari oleh para korban ketika

mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, supaya konselor mengetahui

juga keadaan psikis pada anak penerima manfaat seperti bimbingan

belajar di kelas. Upaya konselor dalam memberikan bimbingan

kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Bimbingan belajar di kelas

Bimbingan belajar di kelas ini merupakan kegiatan konselor

atau pembimbing di PSMP Paramita Mataram dalam memberikan

ilmu pengetahuan sekaligus memberikan edukasi pemahaman

kepada korban penerima manfaat tentang berbagai macam gejala-

gejala yang biasa terjadi dimasa perkembangan remaja pada

umumnya. Kembali kepada teori, upaya konselor dalam meberikan

68
bimbingan belajar di kelas ini biasanya tidak begitu menarikbagi

para korban yang masih berada di usia belasan tahun, akan tetapi

kegiatan bimbingan belajar ini akan menjadi menarik ketika konselor

mampu mengkemas materi yang disampaikanya menjadi suatu hal

yang menarik bagi mereka.

Seperti yang dijelaskan oleh psikolog Paramita melalui hasil

wawancara peneliti dengan Dwi Kurmalla, bahwa dengan adanya

kegiatan belajar di kelas, setidaknya korban penerima manfaat

mengetahui atau memahami gejala-gejala apa yang sering muncul

terhadap dirinya dan itu sangat mengganggu bagi kesehatan mental

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses belajar dikelas, pemberian materi psikologi yang

sesuai dengan usia mereka justru banyak diminati oleh korban

sehingga akan mempercepat proses rehabilitasi penyembuhan bagi

para korban di PSMP Paramita Mataran. Karena saking sering

diberikan materi tentang perkembangan remaja yang sesuai dengan

permasalahannya, lama-kelamaan mereka akan terdoktrin dan ingin

menceritakan permasalahanya kepada konselor, sehingga ini akan

mempermudah konselor dalam mengetahui kebutuhan para korban

dalam proses penyembuhan atau rehabilitasi.

4. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu

anak mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial bentuk bimbingan ini

69
misalnya informasi cara bergaul agar di senangi oleh teman-teman dan

sekelompok masyarakat.

Dari hasil penelitian di lapagan peneliti juga menemukan beberapa

langkah dan cara-cara dalam bimbingan sosial yang dilakukan oleh para

pembina sebagai berikut:

a. Menonton film tentang motivasi untuk proses bimbingan psikososial

cara ini dilakukan agar para anak penerima manfaat dapat mengambil

pelajaran motivasi dan lebih semangat lagi dalam menjalani kehidupan

di masyarakat dan bisa berinteraksi dengan baik.

Adapun manfaat dalam proses bimbingan sosial melalui media

masa sebagai berikut:

1. Agar anak terbuka mata hatinya ketika menonton orang yang jauh di

katakan sempurna darinya.

2. Supaya anak juga bisa melihat masalah yang menimpanya lebih

ringan di bandingkan orang-orangyang di tontonnya, supaya anak

tersebut sedikit demi sedikit melupakan kejadian yang pernah

menimpa dirinya.

b. Informasi cara bergaul dan berinteraksi di lingkungan panti

Bimbingan ini salah satu langkah yang di gunakan oleh pembina

yang tujuan dan manfaatnya sebagai berikut.

1. Pembina memberikan pengajaran dan bimbingan cara berinteraksi di

lingkungan panti sesama anak penerima manfaat. Sehingga

kemudian manfaat yang nantinya dapat di peroleh untuk anak

70
penerima manfaat dan dapat berinteraksi sesama anak penerima

manfaat di lingkungan panti.

2. Untuk menambahkan nilai-nilai sosial bermasyarakat seperti sikap

saling membantu sesama terlebih-lebih nantinya bisa bermanfaat di

dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Jadi bimbingan sosial yang dimaksudkan adalah untuk

memberikan bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk

membantu penerima manfaat baik individu maupun kelompok dalam

meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan,

memecahkan masalah serta menjalin dan mengendalikan hubungan-

hubungan sosial mereka dalam lingkungan sosialnya.

Selain itu pekerja sosial membina anak melalui psikososialnya

yakni jiwa sosialnya bagaimana menghargai satu sama lain, menjaga

tali silaturahmi, dan hubungan baik antara sesama manusia.

5. Bimbingan fisik

Bimbingan fisik adalah serangkaian kegiatan dalam rangka

menjaga, merawat dan meningkatkan kesehatan, ketahanan dan

kemantangan fisik atau jasmani penerima manfaat yang dapat mendukung

kemampuan mereka dalam mengikuti pelayanan pembinaan sosial.

Adapun proses kegiatan-kegiatan bimbingan fisik ini dimaksudkan

untuk menumbuhkan dan memelihara perkembangan fisik dan kesehatan

jasmani anak secara aktif yaitu di antaranya adalah melalui:

a. bimbingan fisik dan olah raga

71
Bimbingan ini bertujuan untuk menjaga fisik sehingga mampu

mengikuti kegiatan di panti.

b. bimbingan kesehatan pribadi dan lingkungan, kegiatan ini bertujuan:

1) Memahami dan memperhatikan diri sendiri dan kebersihan

lingkungan.

2) memahami cara menjaga kesehatan pribadinya

c. Senam setiap hari senin dan jum‟at

Kegiatan senam ini di lakukan khusus untuk anak penerima

manfaat yang diberikan oleh pembina dengan cara senam ringan dan

senam ibu hamil.

Dalam hal ini bimbingan fisik di maksudkan sebagai upaya

memberikan pembinaan fisik secara berkelanjutan dan terarah. Hal ini

relavan dengan pendapat Tohirin mengatakan bahwa

Bimbingan fisik di perlukan dalam rangka mengembangkan

kondisi fisik seseorang yang dilakukan melalui kegiatan olahraga.78

Dengan bentuk bimbingan fisik ini diharapkan semua anak penerima

manfaat dapat mendapatkan manfaat berupa kesehatan dan kebugaran

sehingga dapat mengikuti segala proses pembimbingan yang diberikan.

6. Bimbingan Keterampilan

Bimbingan keterampilan di maksudkan dengan untuk memberikan

pelayanan yang ditunjukan untuk mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan penerima manfaat dan keterampilan kerja sebagai bekal

78
Tohari Musamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogya:
UII Pres, 1992), h. 34.

72
kehidupan di masyarakat. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang diberikan

untuk anak penerima manfaat sebagai berikut:

1. Bimbingan membuat tas dari rajut

2. Bimbingan menjahit

3. Bimbingan membuat bunga dari bekas botol air mineral dan telur asin,

dll.

Dengan diberikan bimbingan keterampilan maka psikolog, peksos,

pembina dan pegawai yang ada di PSMP Paramita Mataram

mengharapkan remaja-remaja yang melakukan pelanggaran bisa berubah

menjai lebih baik, bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling yakni sebagai

upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal-secara

umum, layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dilakukan

dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan

konseling kemungkinan siswa mengenal dan menerima lingkungan secara

positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan

mewujudkan diri sendiri serta efektif dan produktif sesuai dengan peranan

yang di inginkan dimasa depan. Secara lebuh khusus, kawasan bimbingan

dan konseling yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bimbingan

pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, dan dalam

perkembangan juga dalam bimbingan kehidupan beragama dan

berkeluarga.79

79
Tohrin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Intergrasi)
Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.135.

73
B. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Penanganan

Traumatik Pada Anak Korban Pelecehan Seksual di PSMP Paramita

Mataram.

Setelah peneliti melakukan analisis ada beberapa faktor yang menjadi

penghambatdalam penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual

di PSMP Paramita Mataram adalah sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Seperti yang saya jelaskan pada faktor pendukung bahwa

perbedaan pola asuh pada anak akan mempengaruh emosi pada remaja.

Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena

nakal, pada remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan

ketegangan yang lebih berat antara remaja dan orang tua.

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa.Dalam

keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian.Tak

seorang –pun yang dapat mencerai beraikannya.Ikatan itu dalam bentuk

hubungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam

prilaku.80

Sesehingga tentu sekali sesuai dengan Firman Allah SWTQS. At-

Tahrim, ayat 6 yang berbunyi, sebagai berikut :

„‟ Hai, orang-orang yang beriman, perihalarah dirimu, dan

keluargamu dari siksa api neraka.‟‟81

Dengan ayat di atas menerangkan kepada orang tua, dalam

80
Purwanto M, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991) h. 99.
81
Departemen Agama RI, Al- Quran Terjemahan, ( Bandung: PT. Cordoba Internasional
Indonesia, 2016), h. 560.

74
memberikan pendidikan kepada anak, kasih sayang kepad anak, dan itu

merupakan tanggung jawab besar yang Allah SWT berikan kepada

setiaporang tua, karena bagaiamanapun menanamkan adab yang baik

kepada meraka adalah kunci utama kesuksesan orang tua dalam

mendidik anak-anaknya.

Dari uraian di atas menjelaskan apabila orang tua tidak

mempedulikan, tidak memberikan kasih kasih sayangnya pada anaknya

saat seorang anak melewati masa-masa sulitnya akan sangat

berpengaruh pada perkembangan emosinya, dan menghambat

pembentukan emosi positif pada remaja korban penyalahguna napza

melalui bimbingan spiritual. Seorang anak yang sedang berusaha untuk

berubah menjadi lebih baik akan sangat membutuhkan dukungan

keluraga, dan apabila hal tersebut tidak mereka dapatkan, maka akan

sangat menghambat proses pembentukan emosi positf yang sedang

mereka usahakan.

b. Komunikasi

Terhambatnya komunikasi interpersonal yang dimaksud adalah

instruktur dan anak penerima manfaat tidak begitu dekat atau akrab

instruktur dan anak penerima manfaat jarang berkomunikasi secara

langsung sehingga dalam proses pemberian bimbingan konseling islam

ini, instruktur/pembina panti kurang ditanggapi ketika memberikan

bimbingan konseling islam oleh anak penerima manfaat.

Instruktur dan anak penerima manfaat hanya bisa berkomunikasi

langsung ketika ada bimbingan seperti bimbingan agama, sosial,

75
kelompok sehingga dalam proses bimbingan para instruktur jarang

direspon atau ditanggapi oleh anak penerima manfaat.

Karena bagaimanapun komunikasi interpersonal itu sangat

penting untuk di lakukan oleh pembina terhadap anak penerimamanfaat,

karena komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang

secara tatap muka yang kemungkinan setiap pertanyaan akan

menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun non

verbal. Tentu ketika komunikasi interpersonal antara instruktur dan

anak penerima manfaat berjalan dengan baik maka besar kemungkinan

bimbingan mental spiritual yang diterapkan oleh para instruktur akan

bisa berjalan dengan baik pula.

Seperti di jelaskan sebelumnya bahwa kurangnya komunikasi

antara pengasuh dan anak penerima manfaat bisa menyulitkan para

pengasuh dalam pemberian bimbingan mental spritualkarena

komunikasi interpersonal sangat penting bagi semua aspek kehidupan

manusia. Dengan komunikasi manusia dapat mengespresikan gagasan,

harapan, perasaan, dan juga kesan kepada sesama serta memahami

gagasan, perasaan, dan kesan orang lain. Komunikasi juga tidak hanya

mendorong perkembangan manusia yang utuh namun juga menciptakan

hubungan sosial yang diperlukan dalam kelompok sosial apapun.

Komunikasi juga memungkinkan terjadinya kerja sama sosial,

membuat kesepakatan-kesepakatan penting antara pengasuh dan anak

penerima manfaat dan apabila para pengasuh dan anak penerima

manfaat sering berkomunikasi setiap hari tentu ini akan terciptanya

76
kedekatan emosional antara anak penerima manfaat dengan para

pengasuhPSMP Paramita Mataram. Akan tetapi di dalam kegiatan

sehari-hari para pengasuh terlalu sibuk dengan tugasnya dan jarang

keluar dari ruangan kerjanya sehingga jarang untuk berkomunikasi

langsung dengan anak penerima manfaat dan hal inilah yang menjadi

hambatan anak yang berhadapan dengan hukum dalam bimbingan

mental spiritual kepada PSMP Paramita Mataram.

c. Kurangnya motivasi belajar ilmu agama

Dalam pemberian bimbingan mental dilakukan oleh PSMP

Paramita Mataram terhadap anak penerima manfaat. Banyak dari anak

penerima manfaat yang memiliki motivasi yang kurang dalam

mempelajari ilmu agama sehingga proses bimbingan agama ini banyak

dari anak penerima manfaat mengabaikan bimbingan yang

diberikannya.

Motivasi sangat mendukung dan penting bagi setiap orang dalam

melakukan kegiatan pembelajaran, karena motivasi dapat memberi

rangsangan dan tingkah laku.

Adapun yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam

penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual di PSMP

Paramita MAtaram

a.Banyak tenaga kerja pemberi ilmu

77
Banyaknya tenaga kerja pemberi ilmu yang dimaksud adalah

seperti adanya psikolog, konselor, peksos, dan perawat sehingga

dalam dalam membina dan membimbing anak penerima manfaat

sesuai dengan yang di inginkan.

Dengan adanya tenaga kerja yang profesional dan pengalaman

yang berkerja di PSMP Paramita Mataram memudahkan untuk

menyelesaikan masalah anak penerima manfaat yang berada di

PSMP Paramita Mataram.

b. Faktor dukungan keluarga

Pola asuh orang tua terhadap anaknya sangat bervariasi. Ada

yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya

sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak,

acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh

terhadap perbedaan perkembangan mental remaja.82

Tentu dengan sangat menjadi hal terpenting dalam

membangun emosi, mental, karakter, amupun kejiwaan pada diri

seorang anak adalah melalui bimngan, arahan, nasihat, maupun

perhatian, dan kasih sayang kedu orang tuanya.Sesuai dengan pesan

yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. SAW melalui hadits-nya

yang menyatakan bahwa :

82
John W Santrock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 19.

78
„‟Semua anak yang lahir, dilahirkan atas dasar fitrah,
kemudian kedua orang tuanya menjadikannya penganut
agama Yahudi, Nasrani atau Majusi.Seperti hal-nya binatang
yang lahir sempurna, apakah kamu menemukan ada anggota
badannya yang terpotong, kecuali jika kamu memotongnnya?
(tentu tidak!) (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dll melaui Abi
Khurairah).‟‟83

Tentu dengan pesan di atas, menjadikan simbol utama pada

apa yang menjadi tanggung jawab orang tua terhadap seorang anak.

Perhatian dan kasih sayang sangat di butuhkan oleh seorang

anak dalam menjalani masa-masa sulitnya. Apapun yang dilakukan

seorang anak baik maupun buruknya tentu akan menjadi sorotan

utama bagi orang tuanya. Dengan adanya dukungan keluarga akan

membantu penderita pecandu napza dalam membentuk emosi positif

pada remaja. Orang tua yang memahami apa yang sedang dirasakan

oleh anaknya, membimbing dan mendukung apa yang sedang

anaknya usahakan dan memberikan keprcayaan penuh pada anaknya

akan membantu pembentukan emosi positif dan mempercepat

pemulihan.

83
Sutoyo Anwar, Bimbingan dan Konseling Islam. h. 60

79
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat

mengambil kesimpulan yaitu:

1. Penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual melalui

bimbingan konseling islam di PSMP Paramita Mataram adalah

a)Bimbingan agama yaitu penjelasan tentang gerakan dalam sholat dan

bacaan dalam sholat. b) bimbingan individu yaitu diberikan kepada anak

yang khususnya mengalami traumatik berat karena proses pemulihan yang

lama. c) Bimbingan kelompok yaitu memberikan pengetahuan dan

pemahaman tentang berbagai macam gejala-gejala pada masa

perkembangan anak atau remaja secara umum.d) Bimbingan sosial yaitu

membimbing dan mengarahkan anak agar bisa bersosialisasi dengan baik

terhadap masyarakat dan lingkungan. e) Bimbingan fisik yaitu kegiatan

yang membantu, merawat, menjaga dan meningkatkan ketahanan fisik dan

jasmani anak. f) Bimbingan keterampilan yaitu membantu anak agar

memiliki kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas

dalam membuat sesuatumenjadi lebih bermakna dan bernilai.

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam penanganan traumatik di PSMP

Paramita Mataram adalah a) Faktor penghambatyaitu keluarga,

komunikasi, dan pemberi motivasi dan b) faktor pendukung yaitu banyak

tenaga kerja pemberi ilmu dan keluarga.

80
B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kami atas kerja keras yang dilakukan

pihak panti serta keterbatasan yang dimiliki peneliti sebagai manusia biasa

yang tidak luput dari salah, di bawah ini akan ada saran yang mudah-mudahan

akan bermanfaat untuk memberi masukan bagi kinerja panti dan efektivitas

kegiatan perbedayaan manusia di dalamnya.

1. Agar anak penerima manfaat selalu mengingat ajaran agama maupun ajaran-

ajaran lain yang telah di dapatikan di PSMP Paramita Mataram dari

bimbingan konseling islam baik secara individu maupun kelompok guna

untuk menjadi bekal setelah keluar dari panti dan bermanfaat untuk

kehidupan di tengah-tengah masyarakat dan tidak lupa pula selalu

mengingat ajaran-ajaran tentang agama Allah dan kekuasaan Allah SWT.

2. Untuk para pengasuh dan konselor diharapkan menjadi pembimbingyang

lebih profesional bagi anak penerima manfaat dan selalu mencontohkan hal-

hal yang baik untuk anak penerima manfaat dan memberikan layanan dan

bimbingan agama supaya menjadi bekal sesudah keluar dari PSMP Paramita

Mataram.

81
DAFTAR PUSTAKA

Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan; 2010)


Aditya Pranata Dengan Judul Skripsi: “Perlindungan Hak-Hak Anak Terlantar
Studi Penanganan Anak Jalanan Di Kota Mataram”: Skripsi FDK, IAIN
Mataram, 2012.
Afifudin, Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif. (bandung: CV. Pustaka
Setia, 2009).
Andri Priyatna, Teach Kids How (Bekal Untuk Anak Dari Orang Tua Bijak),
(Bandung: PT. Elex Media Kompuindo, 2011).
Arist Sirait Merdeka, Kompas, Tajuk Rencana, Perlakuan Salah Pada Anak,
(Jakarta: Rabu 18 Januari 2006).
Asrorun N‟am Sholeh, Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Kompas Tajuk
Rencana, (Jakarta: Minggu, 20 Februari 2011).
Departemen Komunikasi Dan Informatika RI Badan Informasi Kesejahteraan
Rakyat, Penghapusan Ekspoitasi Seksual Anak, (Jakarta: 2005).
Fadjar I Thifail, Kekerasan, Bencana dan Trauma, Esai Yang Di Media Kompas,
Pada 11 Januari 2005
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers,2012.
Hapipah Dengan Judul Skripsi: Pola Pendampingan Anak Korban Pelecehan
Seksual (Studi Kasus Di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB)) :
Skripsi FDK, IAIN Mataram 2015
Irwanto dkk, Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus Di Indonesia:
Analisis Situasi, (Jakarta: Kerjasama: PKPM Unika Atmajaya Jakarta,
Departemen Sosial, UNICEF JAKARTA, 1999).
Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan (Bandung : PT Eresco, 1988).
Kamarudin Zaelani, Satu Agama Banyak Tuhan (Mataram: Pantheon, 2007)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III (Jakarta: Balai Pustaka, 2000)
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene mental dan kesehatan Mental Dalam
Islam, (bandung, Mandar maju, 1989).
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosda
Karya..2010)
Menurut H.M. Arifin Yang Dikutip Dalam Erhamwilda, Konseling Islam.
Merry Magdalena, Melindungi Anak Dari Seks Bebas, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiarsa, 2010.

82
Moh. Kasim, Ilmu Jiwa Perkembangan Bagian Ilmu Jiwa Anak (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983).
Mulyani Sumatri, Naya Syaodih, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2006).
Muh. Buharan Burgin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007).
Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006)
Namora Lumongga Lubis, Psikologi Kespro, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013).
Nurul Chomariah, Pelecehan Anak(Kenalan Dan Tangani), (Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2014).
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004)
Rose Mini, A. Priyanto, Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya
(Yokyakarta: Kansius, 2003)
Satuan Tugas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia (PP_IDAI, Tahun 2001.h.i.www.google)
Siti Marodah Dengan Judul Skripsi : Peran Pemerintah Dalam Penanganan Anak
Terlantar Di Panti Asuhan “AMPERA” Desa Pringgasela, Lotim : Skripsi
FDK, IAIN Mataram.,2012.
Sugiarto, Indra, Aspek Klinis Kekerasan Pada Anak dan Upaya Pencegahan,
Ketua Satuan Tugas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP_IDAI, Tahun 2001.h.i.www.google)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2014)
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000)
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2012)
Tohari Musamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam,
(Yogya: UII Pres, 1992).
Tohrin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis
Intergrasi) Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013).
Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial (Bandung : Refika Aditama, 2010)
UU Republik Indonesia No.23 Tahun 2003.
Zaki Husein, Sosiologi Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1970).

83
Zamrotul Uyun, Kekerasan Seksual Pada Anak Stress Pasca Trauma, Jurnal
Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surajarta.

84
LAMPIRAN-LAMPIRAN

85
Tabel 2.1

Kegiatan pembinaan anak-anak pemerintah manfaat setiap hari

No Hari Waktu/Jam Kegiatan

1. Senin a. 04.30-05.15 a. Sholatsubuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Monday meating

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan psikososial

e. 10.30-12.00 e. Bimbingan kesehatan

f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

g. 14.45-15.30 g. Bimbingan fisik

h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

2. Selasa a. 04.30-05.15 a. Sholat subuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Bimbingan psikososial

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan keterampilan

e. 10.30-12.00 e. Bimbingan keterampilan

f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

g. 14.45-15.30 g. Bimbingan psikososial

86
h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

3. Rabu a. 04.30-05.15 a. Sholatsubuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Bimbingan psikososial

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan psikologis

e. 10.30-12.00 e. Bimbingan agama

f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

g. 14.45-15.30 g. Bimbingan psikososial

h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

4. Kamis a. 04.30-05.15 a. Sholatsubuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Bimbingan psikososial

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan kesehatan

e. 10.30-12.00 e. Penyuluhan sosial

f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

87
g. 14.45-15.30 g. Bimbingan psikososial

h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

5. Jum‟at a. 04.30-05.15 a. Sholatsubuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Bimbingan fisik

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan agama

e. 10.30-12.00 e. Bimbingan agama

f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

g. 14.45-15.30 g. Bimbingan psikososial

h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

6. Sabtu a. 04.30-05.15 a. Sholatsubuh berjamaah

b. 05.15-07.00 b. Bersih-bersih lingkungan

c. 07.30-08.15 c. Bimbingan keterampilan

d. 08.30-10.00 d. Bimbingan keterampilan

e. 10.30-12.00 e. Kegiatan bebas

88
f. 12.00-13.15 f. Sholat zuhur berjamaah

g. 14.45-15.30 g. Istrahat siang

h. 15.30-16.15 h. Sholat ashar berjamaah

i. 17.00-18.00 i. Bersih lingkungan sore

j. 18.00-18.45 j. Sholat magrib berjamaah

k. 19.15-20.00 k. Sholat isya berjamaah

l. 20.45-04.30 l. Istrahat malam/tidur

7. Minggu Full time Libur

Sumber: Dokumentasi jadwalkegiatan di PSMP Paramita Mataram

Tabel 2.2

Sarana Dan Prasarana PSMP Paramita Mataram

No Nama Unit Jumlah

1. Gedung kantor 2 unit

2. Auditorium 1 unit

3. R.Data/ .Rapat 1 unit

4. Guest house 1 unit

5. Asramapenerimaan manfaat 10 unit

6. Ruang pendidikan 3 lokal

7. Ruang praktek ketrampilan 4 lokal

8. Ruang komputer 1 unit

9. Ruang musik 1 unit

10. Ruang perpustakaan 1 unit

11. Ruang dinas 9 unit

89
12. Ruang poliklinik 1 unit

13. Worshop (servis,cuci motor,AC,Las) 1 unit

14. Gudang 1 unit

15. Ruang makan 1 unit

16. Kolam pemancingan 5 unit

17. Koperasi pegawai 1 lokal

18. Lap.olahraga (basket, voly, 1 unit

takraw,badminton,sepak bola)

19. Aula terbuka maupun tertutup 1 unit

Sumber: Dokumentasi PSMP Paramita Mataram

Tabel 2.3

Perlengkapan dan peralatan PSMP Paramita Mataram

No Jenis perlengkapan

1. Perlengkapan perkantoran

2. Perlengkapan asrama

3. Perlengkapan dapur dan ruang makan

4. Perlengkapan ruang pertemuan dan ruang data

5. Perlengkapan peralatan dan keterampilan

6. Perlengkapan peralatan kesenian

7. Perlengkapan ruang pendidikan

8. Perlengkapan dan peralatan ruang poliklinik dan ruang kesehatan

9. Perlengkapan dan peralatan kebersihan

10. Perlengkapan dan ruang tamu

90
11. Perlengkapan dan peralatan guest house

12. Perlengkapan dan peralatan shalter work shop

13. Perlengkapan multimedia: komputer, telpon, faxmile.

14. Peralatan visualisasi data

15. Sarana transportasi

Sumber: Dokumentasi PSMP Paramita Mataram

Keadaan pengurus PSMP Paramita Mataram Dapat Dilihat Pada

Tabel Berikut Tahun 2018:

Tabel 2.4

Daftar Nama Pegawai Sub Bagian Tata Usaha Dan JFU

No Nama Jabatan Status

1. Drs.Sutiono,MM Kepala panti PNS

2. Syahrunnadlir, SH Kasubag TU PNS

3. Samsul Hadi S.pd Verifikator keuangan PNS

4. Firmansyah, SH Penata laporan BMN dan PNS

barang persedian

5. Lalu Zohri S.Sos Pengadministrasi kepegawaian PNS

6. M.Choiron S.Sos Penata laporan keuangan PNS

7. Ketut Gede Saputra Penata laporan BMN dan PNS

barang persediaan

8. Ibrahim Firdaus Penata laporan BMN dan PNS

SST.ME barang persedian

9. R.Hidayat Ismail Penata Hummas PNS

91
S.Pd

10. Feni Sondari A.Md Penata laporan keuangan PNS

11. Nur Ainiyah Bendahara pengeluaran PNS

12. Sofyan Efendy Penata laporan BMN dan PNS

A.Md barang persedian

13. Wiwin Putreny Administrasi belanja pegawai PNS

14. Muskin Tekhnisi kelistrikan PNS

15. Zakaria Petugas keamanan PNS

16. Musanip Pramu bakti PNS

17. Fathurrahman Petugas keamanan PNS

18. Berry Susilo Petugas keamanan PNS

19. Rofina Pramu bakti PNS

20. Ida Made Arjana Pramu bakti PNS

21. Dewa Made Artha Pramu bakti PNS

22. Mi‟ad Pramu bakti PNS

23. Misrah Petugas keamanan PNS

Table 2.5

Daftar Nama Pegawai Seksi Program Dan Advokasi Sosial Tahun 2018

No Nama Jabatan Status

1. Drs. Agnes Rosaliana Kasi program dan advokasi PNS

social

2. Muhadis SH Pengadministrasian PNS

92
advokasi social

3. Mira Nitakusiminar Calon JFT pekerja social PNS

SST pertama

4. Ekawati Yuyun Pengadministrasian bahan PNS

Wahyuni SE program

5. Teguh Ramadhan Calon JFT pekerja sosial PNS

S.ST pertama

6. Wahyu Pramata S.Sos Calon JFT penyuluhan PNS

social

7. Ni luh Damika SH KASIE RESOS PNS

8. Herlin Wahyuni Pembimbing psikologi PNS

Hidayat

9. Retno Yuli Wijayanti Calon JFT pekerja social PNS

S/ST pertama

10. Amalia rohmatul Calon JFT social pekerja PNS

Mu‟min SPD pertama

11. Siti Rochmiati Pengadministrasian PNS

rehabilitas sosial

12. Budi Suryahadi Calon JFT pekerja sosial PNS

Pratama.S/ST pertama

13. Muchtar Kusuma Calon JFT pekerja social PNS

Atmaja A.Md pertama

14. Witri Yanti AMK Calon JFT pekerja social PNS

93
pertama

15. Kustadi Pengdministrasian PNS

rehabilitas sosial

Tabel.2.6

Daftar Nama Pegawai Jabatan Fungsional Tertentu

No Nama Jabatan Status

1. Sudirman Pekerja social muda PNS

2. Darmaputra Pekerja social penyedia PNS

3. Edy Kurnady, SIP Pekerja sosial muda PNS

4. Maksum Pekerja sosial penyedia PNS

5. Azhar, BSW Pekerja sosial penyedia PNS

6. Yahya Pekerja social penyedia PNS

7. Mangu Matheus, S.ST Pekerja social muda PNS

8. Jaya Gozali Pekerja social pelaksana PNS

lanjut

Sumber: Data Pegawai PSMP Paramita Mataram

Berikut Nama-Nama Anak Atau Data Anak Yang Berada Di PSMP

Paramita Mataram.

No Nama PM Kasus Asal

1. IMI Pelecehan seksual Kab.Lombok Tengah

2. WHI Pelecehan seksual Kab. Lombok Timur

3. ERI Kriminalitas Kab. Lombok Timur

94
4. NA Pelecehan seksual Kab. Lombok timur

5. SNU Pelecehan seksual Kab. Lombok Tengah

6. RY Pelecehan seksual Kota Mataram

7. SWH Pelecehan seksual Kota mataram

8. DN Pelecehan seksual Kab. Sumbawa

9. SME Kriminalitas Kab. Lombok Tengah

10. AL Kriminalitas Kota Mataram

11. AU Pelecehan seksual Kab. Lombok Timur

12. HSR Kriminalitas Kab. Lombok Timur

13. SNF Pelecehan seksual Kab. Lombok Timur

14. NLRS Pelecehan seksual Kota Mataram

15. NRI Pelecehan seksual Kab. Sumbawa

16. AF Pelecehan seksual Kota Mataram

17. MA Pelecehan seksual Kab. Lombok Timur

18. KN Kriminalitas Kab. Lombok Utara

19. BF Kriminalitas Kab. Dompu

20. FL Pelecehan seksual Kab. Sumbawa

21. INW Pelecehan seksual Kab. Lombok Barat

22. LVW Pelecehan seksual Kab. Dompu

23. LBA Pelecehan seksual Kab. Bima

Sumber: RSSHData Anak PSMP Paramita Mataram

95
INSTRUMEN PENELITIAN

1. Bagaimana penanganan traumatik pada anak korban pelecehan seksual


melalui bimbingan konseling islam di PSMP Paramita Mataram?
2. Faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendukung dalam penanganan
traumatik di PSMP Paramita Mataram?
3. Apa saja bentuk-bentuk penanganan traumatik pada anak korban pelecehan
seksual di PSMP Paramita Mataram?
4. Siapa yang memberikan penanganan traumatik pada korban pelecehan
seksual?
5. Kegiatan bimbingan konseling islam apa yang diberikan dalam menangani
traumatik yang dialami korban pelecehan seksual?
6. Siapa yang memberikan bimbingan konseling islam kepada korban?
7. Kapan bimbingan konseling islam diberikan?
8. Dimana tempat untuk memberikan bimbangan konseling islam?
9. Berapa kali dalam seminggu bimbingan konseling islam diberikan? Apakah
dilakukan setiap hari atau ada terjadwal?
10. Berapa lama waktu yang digunakan dalam proses pemberian bimbingan
konseling islam dalam sekali pertemuan?

96
LAMPIRAN_LAMPIRAN

1. Bimbingan Materi Psikologi Di Kelas

2. Bimbingan Konseling Individu

97
3. Bimbingan Keterampilan

a. Membuat rak sepatu

b. Membuat Telur asin

c. Menjahit

98
4. Bimbingan Fisik Senam Ibu Hamil

5. Bimbingan Sosial

99
6. Bimbingan Agama

7. Wawancara dengan ibu Agnes Rosalia

100
8. Wawancara dengan ibu Ekawati Yuyun Wahyuni

101
102

Anda mungkin juga menyukai