Anda di halaman 1dari 137

PENGEMBANGAN KREATIVITAS REMAJA MELALUI BIMBINGAN

KELOMPOK DAN BIMBINGAN AGAMA DI BALAI SOSIAL BINA


REMAJA
(STUDY KASUS DI BALAI SOSIAL BINA REMAJA)

Oleh

Adi Juansyah
160303056

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (UIN)


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020

i
PENGEMBANGAN KREATIVITAS REMAJA MELALUI BIMBINGAN
KELOMPOK DAN BIMBINGAN AGAMA DI BALAI SOSIAL BINA
REMAJA
(STUDY KASUS DI BALAI SOSIAL BINA REMAJA)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi


Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh

AdiJuansyah
160303056

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (UIN)


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020

ii
iii
iv
vi
MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim

Artinya : “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. (QS. Al-Mujadilah ( 58 )11). 1

1
QS. Al-Mujadilah (58) : 11.

vii
PERSEMBAHAN

Sebuah karya ini saya persembahkan :


1. Untuk Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan hidayah serta

inayahnya kepada saya pribadi sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini

dengan baik dan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari

jaman jahiliah menuju jaman islamiah dan dari jaman kegelapan menuju

jaman yang terang benderang yakni adinul islam.

2. Untuk kedua orang tua ku tercinta (ibu Astati dan bapak M. Saleh H.

Yusuf) yang telah berjuang dalam menafkahi dan memenuhi segala

kebutuhan saya pribadi dari awal kukiah sampai dengan hari ini dan

terimakasih atas setiap doa dan dukungan yang telah diberikan sehingga

saya bisa berada di hari yang membanggakan ini.

3. Untuk saudara sekadandung dan juga para keluarga sejawat (Sri Jumhari,

Mirawati, Sulastri Mardianah, Ismail H. Yusuf, Salmah, Budiman,

maimunah, A. Bakar H. Yusuf, Hadijah, Nita Angriani dan lain-lain) yang

telah ikut serta dalam memberikan semangat serta dukungannya kepada

saya.

4. Untuk sahabat seperjuangan BKI kelas C Angkatan 2016

5. Untuk Pusat Konseling dan Layanan Psikologi Al-Tazkiyah (BKI, FDIK,

UIN Mataram)

6. Pengurus Himpunan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Mataram masa khimad 2018-2019.

7. Untuk Almamater ku tercinta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
saw, juga kepada keluarga, sahabat dan semua pengikutnya, Amin
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi tentang
“Mengembangakn Kreativitas Remaja Melalui Bimbingan Kelompok dan
Bimbingan Agama di Balai Sosial Bina Remaja (Studi Kasus di Balai Sosial Bina
Remaja Mataram )” ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterkibatan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:
1. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA. selaku Pembimbing I dan
BapakSyamsul Hadi, M.Pd selaku Pembimbing II atas jasa budi baik
beliau berdua yang meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, motivasi dan koreksi mendetail secara terus-menerus dan
tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban
menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Penguji I dan Penguji II, sebagai penguji yang telah memberikan saran
konstruksi bagi penyempurnaa skripsi ini.
3. Bapak Rendra Khaldun, M. Ag selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam, dan Bapak H. Masruri, Lc.MA selaku sekretaris
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam FDIK UIN Mataram.
4. Bapak Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA. selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram.
5. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam yang dengan sukarela berbagi
ilmu pengetahuan, dan juga kepada karyawan/wati Akademik FDIK
UIN Mataram atas pelayanannya.

ix
7. Pihak Balai Sosial Bina Remaja yang telah memberikan izin dan ruang
bagi penulis untuk melakukan penelitian.
8. Kepada Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan
secara material maupun non material dan do’a dalam menimba ilmu
dan pendidikan.
9. Keluarga kelas BKI C angkatan 2016 yang selalu saling support untuk
terus semangat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan
satupersatu, terima kasih telah bersama sampai detik ini.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah swt dan harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semesta khususnya UIN Mataram, Aamiin Ya Robbal „alamin.

Mataram, ______________
Saya yang menyatakan,

Adi Juansyah
160303056

x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... iv
PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .............................................................. vi
HALAMAN MOTO ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latarbelakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
D. Ruang lingkup dan Setting Penelitian.................................................. 8
E. Telaah Pustaka..................................................................................... 8
F. Kajian Teori......................................................................................... 13
1. Perkembangan ................................................................................ 13
2. Kreativitas....................................................................................... 14
3. Remaja............................................................................................. 22
4. Layanan Bimbingan Kelompok .................................................... 26
5. Bimbingan Agama ......................................................................... 33
G. Metode Penelitian............................................................................... 39
1. Jenis Pendekatan Penelitian .......................................................... 39
2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 40
3. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 40
4. Sumber Data ................................................................................. 41

xi
5. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................ 42
6. Tehnik Analisis Data ..................................................................... 44
7. Keabsahan Data ............................................................................. 46
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 48
BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN ........................... 49
A. Gambaran Umum Lokasih Penelitian................................................. 47
1. Sejarah Berdirinya Balai Sosial Bina Remaja .............................. 47
2. Letak Geografis Balai Sosial Bina Remaja .................................. 48
3. Daftar Nama Remaja Balai Sosial Bina Remaja .......................... 48
4. Daftar Nama Pegawai Balai Sosial Bina Remaja ........................ 49
5. Visi dan Misi Balai Sosial Bina Remaja ...................................... 51
6. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Sosial Bina Remaja .................... 51
7. Tujuan Balai Sosial Bina Remaja ................................................ 52
8. Sasaran Pelayanan Balai Sosial Bina Remaja .............................. 52
9. Proses Pelayanan Balai Sosial Bina Remaja ............................... 53
10. Kegiatan Telah di Laksanakan Balai Sosial Bina Remaja .......... 58
11. Kegiatan Sedang di Laksanakan Balai Sosial Bina Remaja ....... 59
12. Sarana dan Prasarana Balai Sosial Bina Remaja ........................ 60
13. Struktur Organisasi Balai Sosial Bina Remaja ........................... 62
B. Pengembangan Kreativitas Remaja Melalui Bimbingan Kelompok dan
Bimbingan Agama............................................................................. 64
1. Layanan Bimbingan Kelompok dalam Mengembangkan Kreativitas
Remaja ........................................................................................ 65
2. Bimbingan Agama dalam Mengembangkan Kreativitas Remaja
..................................................................................................... 74
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengembangkan Kreativitas
Remaja .............................................................................................. 83
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 83
2. Faktor Penghambat .................................................................... 84

xii
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 86
A. Layanan Bimbingan Kelompok dan Bimbingan Agama dalam
Pengembangan Kreativitas Remaja ................................................ 86
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengembangkan Kreativitas
Remaja ............................................................................................ 94
1. Faktor Pendukung ..................................................................... 94
2. Faktor Penghambat ................................................................... 97
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 99
A. Kesimpulan ..................................................................................... 99
B. Saran ............................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 103
LAMPIRAN .............................................................................................. 108

xiii
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Daftar Nama Remaja Balai Sosial Bina Remaja

TABEL 2.2 Daftar Nama Pegawai Balai Sosial Bina Remaja

TABEL 2.3 Sarana Dan PrasaranBalai Sosial Bina Remaja

xiv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Struktur Organisasi Balai Sosial Bina Remaja

xv
YOUTH CREATIVITY DEVELOPMENT THROUGH GROUP COUNSELING
AND RELIGIOUS COUNSELING IN THE SOCIAL CENTER OF YOUTH
DEVELOPMENT (CASE STUDY AT THE SOCIAL CENTER FOR YOUTH
DEVELOPMENT)

By

Adi Juansyah
NIM: 160303056

ABSTRACT

This research is motivated by the situation of adolescents at the Bina


Remaja Social Center, who from the background of foster children who are poor,
neglected, and vulnerable to social welfare problems, orphans. The Youth
Development Center (counselor / expert) seeks to provide group guidance and
religious guidance in helping to direct and identify problems, and develop
creativity in an effort so that adolescents are able to understand their situation and
their skills, so that they can be useful for their future lives.

This study aims to describe how the process of group counseling and
religious guidance services in the development of adolescent creativity, and the
supporting and inhibiting factors in developing youth creativity in BSBR. This
research is a qualitative research that raises the background of the problem at the
Community Development Center for Youth, Bengkel Village, Labuapi District,
West Lombok Regency, West Southeast Nasa Province. The data were collected
by means of observation, interviews and documentation.

The results of the research conducted by the researcher were group guidance
services divided into 5 (five) stages, namely: 1) Formation stage, 2) Transition
stage, 3) Activity stage 4) Conclusion stage 5) Closing stage. And religious
guidance in developing youth creativity, 1) prayer guidance 2) reciting the night
Koran / reading Al-Qur'an, 3) Muhadaroh (Puclick speaking). Supporting factors
in developing adolescent creativity, namely: 1) The availability of facilities and
infrastructure provided by the institution, 2) the performance of employees, 3) the
existence of cooperation with other institutions. Inhibiting factors in developing
adolescent creativity are: 1) The behavior of adolescents who lack knowledge of
religion and lack of confidence, 2) Lack of motivation in skill activities, 3) The
ability to absorb different adolescent information.

Keywords: Group Guidance, Religious Guidance, Creativity, Youth.

xvi
PENGEMBANGAN KREATIVITAS REMAJA MELALUI BIMBINGAN
KELOMPOK DAN BIMBINGAN AGAMA DI BALAI SOSIAL BINA
REMAJA
(STUDY KASUS DI BALAI SOSIAL BINA REMAJA)

Oleh

Adi Juansyah
NIM : 160303056

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan remaja di Balai Sosial Bina
Remaja, yang dari latar belakang anak asuh yang miskin, terlantar, dan rentan
permasalahan kesejahteraan sosial, anak yatim. Pihak lembaga Balai Soial Bina
Remaja (konselor/tenaga ahli) berupaya untuk memberikan bimbingan kelompok
dan bimbingan agama dalam membantu mengrahkan dan mengidentifikasi
permasalahan, dan pengembangan kreativitass dengan upaya agar remaja mampu
memahami keadaan dirinya dan keahlian yang dimilikinya, sehingga dapat
bermanfaat untuk kehidupannya kelak.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses layanan


bimbingan kelompok dan bimbingan agama dalam pengembangan kreativitass
remaja, dan faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kreativitas
remaja di BSBR. Penelitian ini merupkan penelitian kualitatif yang mengangkat
latar belakang permasalahan di Balai Sosial Bina Remaja, Desa Bengkel,
Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nuasa Tenggara Barat.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah layanan


bimbingan kelompok dibagi menjadi 5 (lima) tahap, yaitu: 1) Tahap
pembentukan, 2) Tahap Peralihan, 3) Tahap kegiatan 4) Tahap Penyimpulan 5)
Tahap Penutupan. Dan Bimbingan Agama dalam mengembangkan kreativitas
remaja, 1) bimbingan sholat 2) ngaji malam/baca Al-Qur’an, 3) Muhadaroh
(puclick speaking). Faktor pendukung dalam mengembangkan kreativitas remaja
yaitu : 1) Tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan oleh lembaga, 2)
kinerja pegawai, 3) adanya kerjasama dengan lembaga lain. Faktor penghambat
dalam mengembangakn krativitas remaja ialah : 1) Perilaku remaja yang minim
ilmu pengetahuan agama dan kurangnya percaya diri, 2) Kurangya motivasi
dalam kegiatan keterampilan, 3) Kemampuan menyerap informasih remaja yang
berbeda-beda.

Kata Kunci : Bimbingan Kelompok, Bimbingan Agama, Kreativitas,


Remaja.

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia diciptakan secara unik dengan karakteristiknya tersendiri. Dengan

penciptaan yang unik ini tidak akan pernah satupun manusia yang identik,

ketidakindetikan manusia dengan satu yang lain pasti memiliki kesenjangan

terhadap yang lain. Akan tetapi, dampak ekonomi lagi-lagi terlihat pada keluarga,

keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ketidak mampuan untuk

beradaptasi akan membuat tingkat kesejahtraan semakin merosot tidak dapat

dipungkiri, untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya saja sejumlah keluarga

harus benar-benar bekerja dengan keras untuk memenuhinya. Seperti kebutuhan

pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan oprasional lainya harus lebih dibatasi

dalam pemenuhanya. 2 Hal ini menyebabkan tingkat pendidikan remaja dari

kelurga miskin menjadi rendah.

Kurangnya keterampilan dan kreatifitas yang dimiliki oleh remaja

mengakibatkan mereka menjadi pengemis, pengamen, ada yang terjerumus

kedalam pergaulan bebas dan narkoba, dan tidak sedikit dari mereka melakuka

kegiatan yang berbaul kriminal. Bahka ada diantara mereka yg belum cukup umur

bekerja dan tidak memiliki keterampilan dan kreatifitas yang baik, akan tetapi

harus putus sekolah dan harus berkerja membantu meringankan beban orantua

dengan membantu menjadi pedagang asongan pembantu rumah tangga, pemulung

tukang parkir atau pekerja kasar lainnya yang tidak jarang menjadi sumber

2
Rahmad Azis , Psikologi Pendidikan, ( Malang: UIN Maliki Perss, 2014), hlm. 92

1
2

3
exploitasi bagi orang-orang yang tidak bertanggunga jawab. sehingga untuk

meminimalisir hal tersebut sangat penting bagi remaja dalam memiliki dan

mengembangkan keterampilan ataupun jiwa kreatifitas dan potensi yang dimiliki

agar membawa perubahan pada kehidupan remaja.

Kreativitas di pandang dari aspek psikologi, memiliki kemiripan dengan

sikap Allah yang pencipta yaitu Al-Badi’ berarti kreatifitas manusia tidak bersifat

pencipta murni tetapi, mengembangkan, mengkombinasikan diri pada sesuatu

yang telah ada sebelumnya. Hal ini dijelasaka didalam firman Allah ( QS. An’am

ayat 101) yang artinya :

Artinnya : “Dia Pencipta Langit Dan Bumi. Bagaimana Dia Mempunyai Anak

Padahal Dia Tidak Mempunyai Istri. Dia Menciptakan Segala Sesuatu ; Dan Dia

Mengetahui Segala Sesuatu”. ( QS. An’am Ayat 101). 4

Perkembangan kreatifitas sangat erat kaitanyan dengan perkembangan

kongnitif individu karena kreatifitas perwujudan dari perkerjaan otak. Menurut

Clark dan Gowan, susunguhnya otak manusia menurut fungsinya terbagi menjadi

dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Fungsi belahan otak

kanan berkenaan dengan kegiatan yang bersifar, non verbal, holistik, kreatif,

humanistik dan lainya, sedangkan belahan otak kiri berkaitan dengan pekerjaan

bersifat ilmiah kritis, logis, teratur, sistematis dan terorganisir. 5Lahirnya kretivitas

dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara fungsi

3
Mohammad Ali Dan Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Jakarta : PT. Bumi Askara,
2011), Hlm. 153
4
Yayasan Penyelengaraan Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, (Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), Hlm 141.
5
Mohamad Ali Dan Muhamad Ansori, Psikologi Remaja perkembangan peserta didik
(Jakarta : Bumi Askara, 2011), hlm 40
3

kedua belahan otak tersebut. Masuk dari lingkungan berupa informasi diterima

melalui fungsi belahan otak kiri untuk kemudian “ dierami’’ pada belahan otak

kanan dan disinilah prosesnya berlangsung. 6

Menurut Harris (dalam Khabibah) kreativitas adalah suatu kemampuan

untuk membayangkan atau menciptakan suatu yang baru; kemampuan untuk

membangun ideide baru dengan mengkombinasikan, mengubah, menerapkan

ulang ide-ide yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima

perubahan dan pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki fleksibilitas dalam

pandangan; suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit

demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang

dilakukan. Dalam hal ini kreativitas didefinisikan sebagaikemampuan untuk

menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kretivitas sangat penting dalam

perkembangan kehidupan manusia, karena tanpa adanya kreativitas individu akan

merakan kehampaan karena tidak mempunyai skill atau keahlian yang dimiliki

sehingga tidak memikirkan hal-hal baru yang akan dikembangkan di kehidupan

yang akan datang.

Masa remaja merupakan masa “mencari jadi diri’’ karena remaja sebetulnya

tidak mempunyai tempat yang jelas. Dalam artian remaja bukan termaksuk

golongan anak-anak, tetapi belum juga diterima secara penuh untuk masuk

kegolongan orang dewasa.7 Remaja ada diantara anak dan orang orang dewasa.

Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal

6
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), Hlm 207
7
Muhammad, Psikologi..., 9 .
4

fungsi fisik maupun psikisnya, namum perlu ditekankan bahwa masa remaja

merupakan pekerbangan yang tengah berada pasa masa potensial, baik dari aspek

kognitif, emosi, maupun fisik.8

Masa remaja menurut mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun

sampai dengan usia 17-18 tahun adalah remaja awala. dan usia 17-18 sampai

dengan usia 21-22 tahun adalah remaja akhir.9

Dengan demikian masa remaja sangat perlu untuk mengembangkan

kreatifitas pada dirinya agar remaja tidak merasa binggung dengan hal apa yang

akan dilakukan untuk perkembangan hidupnya. Remaja berada pada tahap sangat

potensial dalam melakukan perkembangan kreatifitasnya, dengan faktor yang

mendukung perkembangan potensi kreatifitas, sehinga remaja tersebut sudah

mampu melakukan tindakan secara profesional berdarkan pemikiran, keahlian dan

kemampuan hidup (life skill).

Balai Sosial Bina Remaja"KaryaMadiri" terletak di Jln.TGH. Ibrahim Al-

Halady Desa Bengkel Kec. Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. BSBR memiliki

prasaran yang memadai yang dimana kegiatan yang dilakukan untuk

mengembangkan kreativitas tersebut berupa pemberian bimbingan yaitu :

8
Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta : Universitas Indinesia (UI
Pers), 2005), Hlm 168.
9
Mohammad Ali Dan Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Jakarta : PT. Bumi Askara,
2011), Hlm. 9
5

1. Bimbingan Mental/ agama yang meliputi bimbingan Sholat, baca Al-

Qur’an, Mental Keagamaan, iman dan Takwa, bimbingan kedisiplinan,

pembinaan sikap dan perilaku, serta bimbingan kelompok.

2. Bimbingan/ pengembangan keterampilan meliputi keterampilan Tata Rias,

Tata Boga, Tata Busana.

Remaja yang terdapat di Balai Sosial Bina Remaja dengan berbagai macam

latar belakang anak atau remaja terlantar, jalanan, miskin, putus sekolah dan

rentan permasalahan. Sehingga tujuan terpenting Balai Sosial Bina Remaja

adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk cara pandang dan

kehidupan remaja agar lebih baik dan bernilai fositif.

Dari obsevasi awal yang dilakukan , bahwa remaja di Balai Sosial Bina

Remaja melaksanakan kegiatan kelas Tata Boga, Tata Rias, dan Tatat Busana

yang di khususkan remaja perempuan, sebelum pembagian kelas, lembaga

melakukan seleksi terlebih dahulu terkait minat dan kemampuan yang dimiliki

oleh remaja, setelah seleksi dilakukan barulah lembaga memetakan berapa orang

yang masuk di kelas tata boga, tata rias dan tata busa. Disini peneliti mengamati

bahwa minat dan kemampuan yang dimiliki remaja dalam kegiatan kelas tersebut

masih banyak yang terlihat tidak sesuai dengan kemampuan dan tidak banyak

juga mengeluh untuk pindah kelas dikarenakan tidak sanggup dengan kelas yang

ditentukan.10

Pada usia remaja faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap

pembentukan dan perkembangan sika, perilaku, kepribadian dan kreativitas

10
Hasil Observasi Awal, BSBR, 16 Oktober 2019
6

remaja, karena pada dasarnya remaja sering meragukan diri sendiri, dan

membutuhkan dukungan dikarenakan tidak stabil emosional pada remaja. Dengan

memberikan layanan bimbingan kelompok dan bimbingan agama secara langsung

maka remaja mampu mengetahui, mengembangkan dan menentukan kemampuan

kreativitas dirinya kearah yang lebih baik.

Dari gambaran diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Pengembangan Kreativitas Remaja Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok Dan Bimbingan Agama Di Balai Sosial Bina Remaja” (Studi

Kasus Di Balai Sosial Bina Remaja).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Layanan Bimbingan Kelompok Dan Bimbingan Agama

Dalam Mengembangakan Kreativitas Remaja ?

2. Apakah Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Pengembangan

Kreativitas Remaja ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Berangkat dari rumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di

atas dan agar sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini lebih terarah.

Maka berikut pencabaran tujuan penelitian yang akan dicapai :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Layanana Bimbingan Kelompok

Dan Bimbingan Agama Dalam Pengembangan Kretivitas Remaja

b. Untuk Mengetahui Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam

Mengembangkan Kretivitas Remaja.


7

2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dari hasil penelitian ini dapat berguna sebagai dasar lembaga “Balai

Sosial Bina Remaja”.

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfat sebagai bahan kajian di

belakang hari dan sebagai rujukan dalam mengembangkan “Balai

Sosial Bina Remaja”,

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat yang dapat digunakan dalam secara

langsung dalam kehidupan sehari-hari arttinya data yang dapat diperoleh

dilapangan saat mengadakan penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan, pengalaman, dan pengetahuan baru.

a. bagi mahasiswa, dapat menjadi sumber pengetahuan dan salah satu

strategi dalam mengembangkan kreativitas

b. bermanfaat bagi pembaca, khususnya tenaga pendidikan guna

meningkatkan kreativitas remaja melalui layanan bimbingan

kelompok dan bimbingan agama

c. bermanfaat untuk memberikan sumbangsih pemikiran berupa karya

ilmiah kepada generasi penerus (mahasiswa) yang akan meneliti kasus

yang sama seperti penelitia ini.

d. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi untuk tersu

meningkatkan kapasitas diri dalam ilmu pengetahuan.


8

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

berdasarkan latar belakang masalah di atas agar lebih terarah dan mencapai

sasaran yang tepat, memahami serta memberikan gambaran yang lebih jelas

agar nantinya tidak ada kesalahan pahaman dalam penulisan, maka penulis

memberikan batasan dan fokus penelitian seperti apa yang dimaksud. Dimana

peneliti akan mengkaji tentang “ Mengembangkan Keativitas Remaja Melalui

Layanan Bimbingan Kelompok Dan Bimbingan Agama. ( Study Kasus Di

Balai Sosial Bina Remaja ).

2. Setting Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka setting penelitian dilakuakan di

Balai Sosial Bina Remaja.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan salah satu usaha peneliti dalam menelusuri karya-

karya ilmiah yang sebelumnya terkait dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti.

Karya ilmiah yang ditelusuri adalah karya ilmiah yang hampir sama atau yang

mendekati, ini bertujuan untuk menghindari duplikasi serta menjamin keaslian

dan keabsahan data dalam penelitian.

Untuk menjaga keabsahan data maka dari pada itu peneliti mengambil dari

beberapa karya ilmiah terdahulu untuk meninjau perbedaan dan persamaan karya

ilmiah yang disusun oleh peneliti dan yang disusun oleh penelitian terdahulu

diantaranya :
9

1. Agus Tri Sosilo dengan judul, Pengembangan kreativitas siswa melalui

layanan bimbingan kelompok dengan tehnik bermain peran siswa kelas 5

SDN 5 Boyolali, Skripsi pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

universitas sebelas maret surakarta tahun 2016.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah

dengan metode penelitian eksperimentreatment by Subject Design. Sabjek

pada penelitiian ini adalah siswa yang berjumlah 50 orang. Sumber data

berasal dari data primer, yakni siswa. Dengan menggunakan instrumen

pengumpulan data yakni tes kreatifitas verbal, analisis data menggunakan

tehnik analisis statistik. tujuan penelitin ini untuk mengetahui keefektifitas

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok melalui tehnik bermain peran

terhadap pengembangan kreativitas siswa.

Adapun persamaan dan perebedaan dalam penelitian ini, persamaanya

yaitu membahas mengenai pelaksanaan layanan bimbinga kelompok dan

kreativatas, sedangkan letak perbedaannya adalah, pendekatan yang

digunakan peneliti terdahulu yaitu penelitian experimen dengan metode

pengumpulan data yakni tes kreatifitas berbal, analisis data mengunakan

tehnik analisis statistik. Sedangkan peneliti sekarang mengunakan pendekatan

kualitatif, dengan metode pengumpulan data, observasi,wawancara dan

dokumentasi, sabjek yang digunakan dan tempat penelitia yang berbeda

juga.11

11
Agus Tri Sosilo, Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Tehnik Bermain Peran Siswa Kelas 5 SDN 5 Boyolali, (Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta , Surakarta 2016.)
10

2. Lili Haryati dengan judul, Pembinaan life skills untuk peningkatan kreativitas

anak asuh pada panti asuhan “Ampera” Pringgasela Lombok Timur, Skripsi

Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Institut Agama Islam Negeri Mataram Tahun 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pembinaan life skill

dalam meningkatkan kreativitas anak selama berada di Panti Asuhan Ampera

Pringgesela. Dengan berlandaskan latar belakang yang ada seperti orang tua

yang tidak bertanggung jawab, anak-anak terlantar, anak yatim piatu. Letak

persamaan dari penelitian tersebut, dimana penelitian yang digunakan oleh

Lili Haryati mengunakan pendekatan kualitatif dengan alasan agar

mendapatkan data yang bersifat deskriptif dan mengunakan metode

obserwasi, wawancara dan dokumentasi dan penelitian yang sekarang

digunakan penelitian kualitatif yang bertujuan agar peneliti dapat melakukan

pengamatan secara langsung dan mengumpulkan data langsung pada sumber

data primer maupun sekunder. Sedangkan letak perbedaan terletak pada objek

penelitian, dimana peneliti terdahulu mengunakan objek anak sedangkan

peneliti sekarang mengunakan objek dewasa dan letek lokasi penelitian yang

berbeda juga.

Adapun hasil penelitian ini dimana kreativitas merupakan konsep yang

dan multi dimensional. Kreativiatas juga diartikan sebagai kemampuan


11

sesorang untuk melakukan sesuatu yang baru berupa gagasan, karya nyata

baik dalam bentuk kreatif maupun efektif.12

3. Masitah Br Sembiring, dengan judul, Pengaruh Layanan Bimbingan

Kelompok Terhadap Pengembangan Kreativitas Belajar Siswa SMP Negeri 3

Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Skripsi Bimbingan Dan Konseling Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara Medan Tahun 2018.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

penlitian kuantitatifPenelitian dengan pendekatan kuantitatif dirancang

melalui menggunakan prinsif prinsif kuantifikasi yaitu mengupakan seluruh

proses mulai dari rancangan sampai laporan dengan dijadikan berbasis angka-

angka serta menekankan analisisnya pada data-data numerical. Selanjutnya

data-data itu diolah dengan menggunakan metode statistik.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket, wawancara, Library Research. angket (kuesioner)

dengan tipe pilihan jabatan yang dirancang berdasarkan skala. Skala likers.

Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat frekuensi selalu atau tidak

pernah didasarkan pada asumsi bahwa jawaban yang ada pada skala

merupakan ukuran kuantitatif. Variabel Bimbingan Kelompok (X) dan

variabel self manajemen dalam belajar (Y). Dengan menggunakan 4

alternatif jawaban yaitu: selalu, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah.

12
Lili Haryani, Pembinaan Life Skill Untuk Peningkatan Kreatifitas Anak Asuh Pada Panti
Asuhan “Ampera” Pringggasela Lombok Timur, (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram 2016)
12

Letak perbedaan dari penelitian terdahulu dan pelitian sekarang terletak

pada pendekatan yang digunakan, pendekatan terdahulu menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan isntrumen pengumpulan data berupa

angket,wawancara dan library research dan sabjek yang digunakan adalah

siswa, Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, menggunakan

pendekatan kualitatif, sebuah pendekatan yang mendasari suatu gejala sosial

biasa dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang berlaku. Tehnik

pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara dan

dokumentas dan sabjeknya adalah remaja. Sedangakan letak persamaannya

adalah sama-sama membahas mengenai layanan bimbingan kelompok dalam

mengembangakn kreatifitas.13

4. Annisah Nur Amalia Dengan Judul, Bimbingan Agama Dalam

Pengembangan Potensi Diri Remaja Di Lembaga Quantum Of Success

Training And Consulting Institute Cirebon, Skripsi pada Jurusan Bimbingan

Dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Kumunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur pelaksanaan bimbingan

agama dalam pengembangan potensi diri remaja. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan data yang diperoleh

dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

13
Masitah Br Sembirin, Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Pengembangan
Kreativitas Belajar Siswa SMP Negeri 3 Tanjung Pura Kabupaten Langkat, (Skripsi Bimbingan
Dan Konseling Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, Medan 2018).
13

Letak persamaan dari penelitian yang terdahulu dan penelitian yang akan

di teliti yaitu sama-sama mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode,

observasi, wawancara, dan dokumentasi sedangakan letak perbedaannya yaitu

peneliti terdahulu mengunakan satu teori sedangkan peneliti sekarang

mengunakan dua teori.14

F. Kerangka Teori

1. Teori Secara Istilah

a. Perkembangan

Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan

sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Secara sederhana Seifert

& Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai : (1) perubahan yang

berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai

mati, (2) pertumbuhan, peningkatan dalam ukuran ataupun sktuktur,

seperti ukuran badan, kaki, tangan, pertumbuhan bersifat jasmani. (3)

perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmani

kedalam bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola

asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.15

Menurut Reni Akbar Hawadi, “ perkembangan” secara luas

menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki

individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang

14
Annisa Nur Amalliyah, Bimbingan Agama Dalam Pengembangan Potensi Diri Remaja
(Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019). Hlm. 15.
15
Samsunuwiyati Mar’at, Desmita Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), Hlm. 3 .
14

baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang

diawali dengan perubanah dan di akhiri dengan kematian.16

Menurut F.J. Monks, dkk, pergertian perkembanganmenujunpada

suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat di ulangi

kembali. Dan perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal

dan tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat intergritasi yang

lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.17

Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi diatas

bahwa perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang

semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian

perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari

fungsi jasmania dan rohaniah yang dimilki individu menuju ketahap

kematangan melalui pertumbuhan, kematangan dan belajar.

b. Kreativitas

1. Pergertian Kreativitas

Secara etimologis, kata “Kreatif” berasal dari baha inggris yaitu

“ to create” yang aitinya menbuat atau menciptakan, sehingga arti

kreatif adalah kemampuan dalam menciptakan suatu ide dan konsep

dalam memecakan masalah. 18

Menerut Semiawan, “ kreativitas diartikan kamampuan utuk

menciptakan suatu produk baru. Produk baru artinya tidak perlu

16
Ibid.., hlm. 4.
17
Enung Fatima, Psikologi Perkembanga, (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2010), Hlm. 41.
18
Ibid.., Hlm. 42.
15

selurunya baru. Tapi yang baru adalah bagaian-bagian yang produk

itu saja dan dapat bebentuk sperti barang dan jasa”. 19

Juan Huarte, meperkenalkan adanya tiga tingakat kecerdasan

pada manusia adalah dicile wit. Pada tingakat ini manusia mampu

menyerap gejala dunia luar melalui alat indra. Kecerdesan lebih

tinggi dari dicile wit adalah norma human ingenio. Denga kecerdasan

ini manusia mampu menguasai pengentahuan dngan memanfaatkan

data indra sehingga mampu menyusun sistem kognitif yang dapa

berkembangan secara sendiri. Kecerdasan yang paling tinggi dimilili

oleh manusia adalah true creativity. Dengan kreatifitas, manusi

mampu menciptakan karya yang tidak pernah dilihat, didengar,

diraba, dan dicium sebelumnya. 20

Memperhatikan uraian mengenai kreativitas menurut pendapat

para ahli dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat berkembangan

didasari potensi yang ada dalam diri individu dan ditunjang pengalan

selama berinteraksi dengan lingkunganya. Selama berinteraksi

dengan lingkungan, kemampuan berfikir merupakan ciri-ciri utama

kreatif dapat berkembanga karena menghadapi berbagai persoalan

yang ada di lingkungan tersebut.

19
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hlm. 68.
20
Rahmad Aziz, Psikologi Pendidikan (Model Pengembangan Kreativitas Dalam Praktik
Dan Pelajaran, (Malang: UIN-Malika Perss (Anggota IKAPI), 2010), Hlm. 16.
16

2. Tahapan Kreativitas

Wallas megemukakan empat tahap prose kreativitas yaitu :21

a. Persiapan (preparation)

Tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi

atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tahap

ini masih amat diperlukan pengembangan kemampaun

berpikir divergen (mencari alternatif jawaban dari sebuah

persoalan).

b. Inkubasi (incubaction)

Tahap ini, proses pemecahan masalah “ dierami” dalam

alam prasadar individu seakan melupakannya. Proses

inkubasi dapat berlangsung lama (berhari-hari atau bahkan

bertahun-tahun) dan bisa sembentar (beberapa jam) samapi

kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan

masalah.

c. Iluminasi (illumination)

Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya

insigehate. Pada tahap ini sudah timbul inspirasi atau

gagsan-gagasan baru serta proses-proses psikologi yang

mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan

baru. Ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama

atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.

21
Ibid.., 51.
17

d. Verifikasi (Verifikation).

Pada tahap ini, gagasan yang muncul di evalusi secara

kritis dan konvergen serta menghadapkanya pada realita.

Pada tahap ini, pemikiran divergen harus diikuti dengan

pemikiran konvergen. Penerimaan secara total harus diikuti

oleh kritik.

3. Ciri-Ciri Kreativitas

David Campbell menyatakan bahwa orang kreatif memiliki ciri

ciri sebagai berikut :

a. Kelincahan mental (berfikir dari segala arah atau Convergent

thinking), yakni kemampuan unuk mengolaburasi dengan ide-ide

gagasan, konsep, lambang, kata-kata, angka, dan melihat

hubungan yang tidak biasa di antara ide-ide tersebut.

b. Fleksibilitas, yakni tidak terpaku pada satu pandangan, satu sisi,

melainkan mampu mengajukan berbagai jalan dan pandangan

alternatif dalam menghadapi masalah.

c. Orisinalitas atau sesuatu yang baru.

d. Menyukai kompleksitas.22

Conny Semiawan dan Munandar meninjau kreativitas dari sudut

kepribadian dan mereka mencirikan kepribadian yang kreatif, antara

lain:

22
David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti Bahar dari Take
the road to creativity and get off dead and), (Yogyakarta: Kanisius), Hal . 11
18

(a) dorongan ingin tahu besar, (b) sering mengajukan pertanyaan,

(c) bebas dalam menyatakan pendapat, (d) dapat bekerja sendiri, (e)

orisinalitas dan (f) senang mencoba hal-hal baru.23

Menurut J.P Torrance sebagaimana dikutip oleh Jordan E. Ayan,

menyatakan bahwa orang yang kreatif bisa dilihat atau diukur dengan

hal-hal sebagai berikut.

1). Kepiawaian, yakni kemampuan memunculkan banyak ide yang

beragam. Dengan kata lain seberapa banyak ide yang dihasilkan

secara keseluruhan yang menunjukkan kreativitas seseorang.

2). Keluasan, yakni kemempuan memunculkan ide dalam beberapa

kategori (alternatif jawaban atau solusi suatu masalah).

3). Keorisinilan, yakni kemampuan memunculkan ide yang unik dan

aneh (bersifat baru, bukan meniru).

4). Pengembangan, yakni kemampuan memperluas ide atau gagasan

menjadi kenyataan, tindakan, atau aksi kongkrit dan tepat guna.24

Dari berbagai cirri-ciri yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif adalah orang yang mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut.

1) Senang mencari pengalaman baru.

2) Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.

3) Memiliki inisiatif.

23
Conny Semiawan dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Menengah, (Jakarta: Gramedia), 1990, hal. 9
24
Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas (10 ways to free your creative spirit and find your
generation), (Bandung, Sinar Baru, 1995), hal. 33
19

4) Memiliki ketekunan yang tinggi.

5) Cenderung kritis terhadap orang lain.

6) Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.

7) Selalu ingin tahu.

8) Peka atau perasa.

9) Enerjik dan ulet.

10) Menyukai tugas-tugas yang majemuk.

11) Percaya kepada diri sendiri.

12) Mempunyai rasa humor.

13) Memiliki rasa keindahan.

14) Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Utami munandar, mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kreativitas yaitu: a) usia, b) tingkat pendidikan orang

tua, c) Tersedianya fasilitas d) pengunaan waktu luang.25

Torance mengemukakan pentingnya dukungan dan dorongan

dari lingkungan agar individu dapat berkembang kreativitanya. Salah

satu lingkungan yang pertama dan utama yang dapat mendukuang

atau menghambat perkembangan kreativitas adalah lingkungan

keluarga, terutama interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial.

25
Mohammad Ali Dam Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik), (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2011), Hlm. 53.
20

Dimungkinkan karena sebagia besar waktu kehidupan remaja

berlangsung dalam kehidupsn keluarga dan lingkunganya. 26

5. Model Pengembang Kreativitas

Utami Munandar, mengemukakan alasan mengapa kreativitas

pada diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka

orang dapat mewujudkan dirinya (self actualization). Kedua,

pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan forma masih

belum memadai. Tiga, bersibuk diri secara kreatif tidak ahanya

bermanfaat tetapi juga meberikan kepuasaan sendiri. Keempat,

kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan

kualitas hidupnya.27

Menurut Amabile, pengembangan kreativita di sekolah dengan

mendorong atau menciptakan suasana yang memungkinkan

munculnya prilaku kreatif. Pada cara ini krativitas tidak diajarkan

secara langsung karena itu yang dapat dilakukan oleh guru atau

konselor, pembimbing adalah menjadi stimulator untuk

memunculkan atau mempertahankan motivasi intrinsic siswa yang

pada gilirannya aka memunculkan sikap dan perilaku kreatif.28

6. Implikasi Kreativitas

Menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan persaingan

ekonomi global. Maka kreativitas menjadi sangat penting

26
Ibid.. hlm 54.
Hepy Hapsari Kiste Dan Nur Ainy Fardana N, “ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan
27

Kreativitas Pada Siswa SMK” Vol. No. 02. Agustus 2012, H. 54


28
Rahmad Aziz, Psikologi Pendidikan (Model Pengembangan Kreativitas Dalam Praktik
Pembelajaran, (Malang : UIN Malika Perss (Anngota IKAPI), 2010), HLM. 22.
21

menciptakan keunggulan kompetitif, dan kelangsungan hidup bisnis.

Dunai bisnis memerlukan sumber daya manusia kreatif dan inofatif

dan berjiwa kewirausahaan. Sering terjadi orang yang tidak

berpendidikan tinggi berhasil dalam wirausaha, namun orang yang

berpendidikan tinggi diharapkan lebih kreatif dan inofatif.29

7. Karakteristik Kreativitas

Piers mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi

b. Memiliki keterlibatan yang tinggi

c. Memiliki rasa ingin tahu yang sabar

d. Memiliki ketekunan yang tinggi

e. Cenderung tidak puas dengan kemampuan

f. Penuh percaya diri

g. Memiliki kemandirian yang tinggi

h. Bebas dalam mengambil keputusan

i. Senang humor

j. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks

k. Toleran terhadap ambiguitas

l. Bersifat sensitif30

29
Lili Haryati, “Pembinaan Life Skill Untuk Menigkatkan Kreatvitas Anak Asuh Pada Panti
Asuhan “Ampera” Pringgasela Lombok Timur, (Skripsi, FDK IAIN Mataram 2016) Hlm.22.
30
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
hlm. 52
22

Kreativitas yang dimiliki manusia bersama dengan lahirnya manusia itu.

Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaaktualkan

dirinya yang mencakup kemampuan kreatif.

c. Remaja

1. Pengertaian Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin

Adolescence (kata bendanya, Adilensencetia yang berarti remaja)

yang berarti “tumbuh” menjadi desawa. Dalam islam, muharahaqoh

adalah Adolescence yang bererti at-tadarruj (Berangsur-angsur).

Jadi, artinya adalah berangsur-angsur menuju kematangan secara

fisik, akal, psikis, dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan

kepada hakikat umum, yaitu pertumbuhan tidak berpindah dari satu

ke fase lain secara tiba-tiba. Tetapi pertumbuahan itu berlangsung

setahap demi setahap.31

Menurut Pieget, secara psikologis, masa remaja adalah usia

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak-anak

tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang lebih tua, melaikan berada

pada tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak

transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini

memungkinkan untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial

orang dewasa, yang kenyataannya merupaka ciri khas yang umum

dari priode perkembangan.

31
Muhmmad Al-Wighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), Hlm. 55
23

Remaja sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam

aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja

memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasi dirinya

kedalam masyarakat desawa, tetapi juga merupakan karakteristik

paling menonjol dari semua priode perkembangan. Remaja

sebetulnya tidak mempuyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak

termaksud golongan anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima

secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada

diantara anak-anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering

kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan badai”.

Dikarenakan remaja masih belum mampu menguasai dan

mengfungsikan secara maksimal fungsi psikis dan fisiknya, (Monks

dkk)32

2. Tugas-Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan masa remaja di fokuskan pada upaya

meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha

untuk mencapai kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara

dewasa. Menurut Baruth dan Robinson III tugas perkembangan

remaja awal memiliki karakteristik sendiri yaitu :33

a. Meragukan diri sendiri, sering kali mempunyai kompleks

inferioritas dan butuh dukungan.

32
Mohammad Ali Dam Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik), (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2011), Hlm. 10
33
Jenetta murad lasmana, dasar-dasar konseling , (jakarta : universitas indonesia (UIN
Pers), 2005), hlm 173-174.
24

b. Kutub “ senang” “tidak senang” berebeda dengan sangat tajam.

c. Sangat berorientasi pada teman sebanya, dan butuh pengakuan

d. Gelisah, mempunyai banyak energi yang tidak terkendali.

e. Bosan dengan rutinitas, banyak lelucon yang menyakitkan.

f. Mencemasakah hal-hal yang belum diketahui, tentang bertemu

dengan orang-oarang baru atau tentang dirinya sendiri.

g. Canggung karana perubaha fisik yang cepat dan cemas tentang

perubahan-perubahan fisk dan emosi yang terjadi.

h. Moody, memikirkan-memikirkan kesalah dan sering kali

berkhayal

3. Batasan Usia Masa Remaja

Para ahli psikologi, seperti L.C.T. Bigo. Ph membagi masa

kehidupan, sebagai berikut:34

a. Masa bayi dan masa kanak-kanak : 0-7

Masa bayi : 0-1

Masa kanak-kanak : Masa vital : 1-2 Masa estitis : 2-7

b. Masa sekolah /intelektual : 7-13

c. Masa sosial : 13-21

Masa pueral : 13-14

Masa pra pubertas : 14-15

Masa pubertas : 15-18

Masa adolescence : 18-21

34
Muhmmad Al-Wighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), Hlm. 59-60
25

Berdasarkan bentuk perkembangan dan pola perilaku yang

tampak khas bagi usia-usia tertentu, menurut Elizabeth B. Hurlock,

ada 11 sama dalam rentangan kehidupan manusia, yaitu:35

Prenatal : Sejak konsepsi sampai lahir

Masa neonates : Lahir sampai minggu kedua setelah lahir.

Masa bayi akhir minggu kedua sampai akhir

tahun kedua.

Masa kanak-kanak awal : 2 sampai 6 tahun.

Masa kanak-kanak akhir : 6 tahun sampai 10 atau 11 tahun .

Pubertas/ preadolescence : 10 tahun 12 tahun sampai 13 tahun.

Masa remaja awal : 13 tahun 14 tahun sampai 17 tahun.

Masa remaja akhir : 17 tahun sampai 21 tahun.

Masa dewasa awal : 21 tahun sampai 40 tahun.

Masa setengah baya : 40 tahun sampai 60 tahun.

Masa tua : 60 tahun atau lebih.

Mencermati berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologi, rentangan usia

remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan

13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Jika dibagi atas remaja awal

dan remaja akhir, remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai

17/18 tahun, remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai

21/22 tahun.

35
Ibid.., hlm 61
26

d. Layanan Bimbingan Kelompok

1) Pengertian Bimbingan

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari

kata “guidance” bersala dari kata kerja “to guide” yang memiliki arti

“menunjukan, membinbing, mengarahkan, menuntun, ataupun

membantu”.

Dari makna etimologis tersebut, muncul dua pengertian

mendasar mengenai bimbingan, yaitu: (1) bimbingan merupakan

proses atau suatu kegiatan yang memberikan informasi yang berupa

penyajian pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu

keputusan atau memberitahu suatu hal sambil memberikan nasehat;

(2) bimbingan merupakan suatu proses kegiatan yang menuntun dan

mengarahkan anggota kelompok ke suatutujuan. Tujuan yang

dimaksudkan yaitu tujuan yang telah diketahui oleh kedua belah

pihak baik itu yang mengarahkan dan yang diarahkan.36

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan (proses of

helping) kepada individu agar bisa menerima dan memahami diridan

lingkungan sekitarnya, mengarahkan diri, menyesuaikan secara

positif dan kontruktif terhadap tuntunan norma-norma kehidupan

(budaya dan agama) sehingga mendapatkan kehidupan yang

bermakna, bahagia baik secara personal maupun sosial.37

36
Lalu Amirullah, Hubungan Antara Layanan Konseling Dengan Kesehatan Mental
Remaja Di Panti Sosial Marsudi Putra Paramita (Skripsi. IAIN Mataram 2016), hal. 28.
37
Ibid,. Hlm 8.
27

Menurut Prayitno, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan

oleh orang yang ahli, kepada seorang atau beberapa individu, baik

anak-anak, remaja maupun dewasa. Tujuannya yaitu agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri,

dengan memanfaatkan kekuatannya sendiri, dan sarana yang ada serta

mengandung aspek penting yaitu, (1) bimbingan merupakan proses

pemberian bantuan, (2) bimbingan dilakukan oleh orang yang ahli

dalam bimbingan, (3) bimbingan diberikan kepada seorang individu

atau bebera paorang individu, (4) bimbingan diberikan kepada anak-

anak, remaja, maupun dewasa, (5) bimbingan diorientasikan untuk

mengembangkan kemampuan individu.38

Dari kedua pengertian diatas dapat dipahami bahwa bimbingan

yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu baik

itu anakanak, remaja, dewasa, ataupun kelompok yang bertujuan

untuk memberikan sejumlah informasi, mengembangkan kemampuan

peserta kelompok, dengan menggunakan dinamika kelompok dan

memanfaatkan sarana yang ada.

2) Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk bertukar ide dan

gagasan antara anggota kelompok. Anggota kelompok memiliki hak

kewajiban yang sama di dalam kelompok. Mereka bebsa dalam

mengungkapkan pendapat tengtang suatu masalah yang akan di bahas

38
Endang Ertiati Suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2012), Hlm. 5.
28

bersama dalam kelompok, dengan dipimpin oleh seorang pemimpin

kelompok, jalannya kelompok dikondisikan agar masalah dapat

teratasi secara bersama-sama. 39

Layanan ini memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi

pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika

kelompok. 40 Layanan ini mengaktifkan dinamika kelompok untuk

membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan individu

yang ada didalam kelompok.

Sebagai salah satu bentuk kegiatan bimbingan dan konseling,

layanan ini dapat diselenggarakan di mana saja, di dalam ruangan

ataupun di luar ruangan. Bimbingan kelompok merupakan bantuan

terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.

Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun

aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi, dan sosial.Bimbingan kelompok dilaksanakan

dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok

sedang (7-12 orang) , dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun

kelas (20-40 orang).41

Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama

dimaksudkan untuk pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan

39
Agus Tri Sosilo, “ Pengembangan Kreatifitas Siswa Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Tehnik Bermain Peran Siswa Kelas V SD Negeri 5 Boyolali, (Skripsi, FKIP
Universitas Sebelas Mare, Surakarta, 2012), Hlm. 21
40
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-DasarKonseling; TinjauanTeoridanPraktik ( Bandung:
Citapustaka, 2010), hal .76 .
41
Ahmad Juntika,N, StrategiLayananBimbingandanKonseling, (Bandung : RefikaAditama,
2005), hal 23.
29

dalam kehidupan, dan caracara yang dapat dilakukan untuk

menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan studi, karir, ataupun

kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki diri

dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan,

penyesuaian diri, serta pengembangan diri.

Menurut Wibowo dalam bukunya menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan

kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-

informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi

lebih sosial atau untuk menbantu anggota-anggota kelompok untuk

mencapai tujuan bersama. 42

Menurut Tohirin menyebutkan bahwa definisi bimbingan

kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu

(peserta didik) melalui kegiatan kelompok. Selaian itu bimbingan

kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

individu dalam satu kelompok untuk mencegah timbulnya masalah

dan mengembangkan potensi diri.43

Berdasarkan pengertian bimbingan kelompok tersebut maka

dapat disimpulkan bahawa yang dimaksud dengan bimbingan

kelopok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

individu guna untuk mengembangkan potensi yang pada dirinya

42
Wibowo, Mungin Edi, Koseling Kelompok Perkembangan, (Semarang UNNES Press,
2005). Hlm. 17.
43
Nita Purnama Sari, Dkk.., “ Upaya Peningkatan Self-Disclosuredengan Mengunakan
Bimbingan Kelompok Pada Siswa”. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan. (Lampung : Fakultas
Dakwah, Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Lampung, Juni 2007 )
30

secara maksimal dengan memberikan informasi, diskusi, pemahaman,

dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

3) Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan

berkomunikasi peserta layanan.44

Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan

untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,

wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang

lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik

verbal maupun nonverbal para siswa.45

Menurut Halena tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu

untuk mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani

permasalahan yang dibahas di dalam kelompok dengan demikian

dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok,

kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai

situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan sikap dan

tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang di inginkan sebagaimana

terungkap di dalam kelompok.46

Sedangkan menurut Bennet tujuan layanan bimbingan kelompok

adalah sebagai berikut:

44
Tohirin, BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah, (Jakarta: RajawaliPers,
2007), hlm. 172
45
Prayitno, Layanan L.1-L.9 (Padang :UniversitasNegeri Padang, 2004), hlm. 3
46
A, Hallen, BimbingandanKonseling. EdisiRevisi, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005),
Hlm .73.
31

a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar

hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi dan sosial.

b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui

kegiatan kelompok.

c. Bimbingan secara kelompok lebih ekonomis dari pada

melalui kegiatan bimbingan individual.

d. Untuk melaksanakan layanan konseling kelompok secara

lebih efektif.47

Dari beberapa tujuan layanan bimbingan kelompok menurut

beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok

merupakan sebuah layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk

membentuk pribadi individu yang dapat hidup secara harmonis,

dinamis, produktif, kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya secara optimal.

4) Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok

Fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah

sebagai berikut : (1) Memberi kesempatan yang luas untuk

berpendapat dan memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang

terjadi di lingkungan sekitar. (2) Mempunyai pemahaman yang

efektif, objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal tentang

apa yang mereka bicarakan. (3) Menimbulkan sikap yang positif

47
Tatiek, Romlah, TeoridanPraktekBimbinganKelompok, (Malang: UniversitasNegeri
Malang, 2001) , hlm .14.
32

terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang berhubungan

dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. (4)

Menyusun progran-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan

terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikandukungan terhadap

sesuatu hal yang baik. (5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata

dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka

programkan semula.

5) Asas-Asas Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok asas-asas sangat penting

untukmempelancar pelaksanaan bimbingan kelompok dan lebih

menjaminkeberhasilan kegitan sehingga mencapi tujuan yang

diharapkan. Berikutini beberapa asas-asas bimbingan kelompok

menurut Prayitno yaitu: (a) Asas Kerahasiaan, (b) asas Keterbukaan,

(c) Asas Kesukarelaan,(d) Asas Kenormatifan, (e) Asas kegiatan. 48

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok terdapat asas-

asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih

menjaminkeberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga

mencapai tujuanyang diharapkan. Dimana dinamika kelompok yang

intensif dan efektif

apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas

kegiatandan keterbuaan. Dimana setiap anggota kelompok

berpartisipasi aktif danterbuka dalam kegiatan, menampilkan diri

48
Abu Bakar M. Luddin. Konseling Individual danKelompok
(AplikasidalamPraktekKonseling). (Bandung :Citapustaka Media Perintis. 2012). Hlm90 .
33

tanpa rasa takut, malu ataupunragu, dan sukarela dalam

mengemukakan pendapat, menjunjung tinggikerahasiaan tentang

yang dibicarakan dalam kelompok, dan bertindaksesuai dengan

aturan yang telah disepakati.

e. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata “ad

Dien” (bahasa arab) yang berarti menguasai, mendudukan, patuh,

hutang, balasan, dan kebiasaan. Selanjutanya din dalam bahasa

berarti undang-undanga atau hukum.49

Menurut Elixabeth K. Nottingham seperti yang dikutip jalaludin,

agama adalah gejala yang begitu sering “terdapat dimana mana” dan

agama berkaitan dengan usaha usaha manusian untuk mengukur

dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam

semesta.selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan btin

yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri.meskipun

perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat

(akhirat),namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah

kehidupan sehari-hari didunia.50

Menurut max muller sperti dikutip oleh alan menzies

mengatakan bahwa “ agama adalah suatu keadaan mental atau

kondisi pikiran yang bebas dari nalar dan pertinbangan sehingga


49
Abuddin Nata, Metedologi Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Granvindo Perseda, 2011), hlm.
9
50
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2012), Hlm. 317.
34

menjadikan manusi mampu memahami Yang Maha Tak Terbatas

melalui berbagai nama dan perwujudan. Tanpa kondisi seperti ini

tidak akan ada agama yang muncul”. 51

H.M. Arifin menjalaskan pengertia agama sebagai istilah yang

sering dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

a. Aspek Subjektif : agama mengandung pergertian tentang

tingakah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai

keagamaan, berupa gerakan bantin yang mengatur, dan

mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan

dengan masyarakat serta alam sekitarnya.

b. Aspek Objektif : agama dalam hal ini mangandung nilai-

nilai acara Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah

tujuan yang sesuai dengan kehandak ajaran tersebut. Agama

dalam ini belum masuk ke dalam batin manusia, atau belum

membudaya dalam tingkah laku manusi. Oleh karena ini

secara formal agama dilihat dari aspek objektif dapat

diartikan sebgai peraturan yang bersifat ilahi, yang

menuntun orang berakal budi, arah ihtiar untuk mencapai

kesejahtraan hidup didunia dan diakhirat. 52

51
Alan Menzien , Sejarah Agama Agama,(Yogyakarta : Forum, 2014 ), Hlm. 11
52
H.M. Arifin,Pedoman Pelaksaann Bimbingan Agama, (Jakarta : Golden Terayon Pres, )
Hlm. 1
35

Menurut DR. Nico Syukur Dister seperti dikutip oleh

jalaludin ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam

motivasi yaitu :53

1. Agama sebagai saranan untuk mengatasi frustasi

2. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesulitan dan tata

masyaratkat

3. Agama sebagai saran untuk memuskan intelek yang ingin

tahu

4. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan. Tinjaun ini

bersifat fungsional sedangakan dibalik itu masih ada motif

dan motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari

sifat dan kodrat manusia itu sendiri.

Berdasarkan konsep pengertian bimbingan keagamaan, baik yang

umum maupun yang islami, maka bimbingan keagamaan islam dapat

dirumuskan sebagai berikut : Bimbingan keagamaan Islam adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan

keagamaanya senantiasa selaras dengan ketentuan dan peyunjuk

Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan

akhirat.54

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan

mengunakan pendekatan ajaran agama islam yang diberikan oleh

53
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2005), Hlm. 254.
54
AinurRohimFaqih, Bimbingan Dan KonselingDalam Islam, (Yogyakarta : UII Press,
2011,) Hlm.61 .
36

pembimbing kepada individu maka dalam kehidupan sehari-hari

individu diharapkan dapat menjalankan perintah Allah dengan benar

guna untuk kebahagian yang hakiki yaitu kebahagian dunia dan

akhirat. Jadi dengan mempelajari ilmu agama islam dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari individu sudah

dalam jalur yang benar.

Dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha atau

proses pemeberian bantuan secara sistematis kepada seseorang dengan

menggunakan pendekatan agama islam. Adapun tujuannya agara

orang yang bersangkutan mampu mengatasi setiap permasalahan

dalam kehidupan dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri

melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwanya kepada Allah

SWT.

2. Tujuan Bimbingan Agama

Tujuan bimbingan agama sebagaimana diungkapkan H.M Arifin

adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan agama bertuan untuk membantu si terbimbing

supaya memiliki religious reference (sumber pegangan

agama) dalam pemecahan problema-problema.

b. Bimbingan agama membantu si terpembimbing supaya

dengan kesadaran serta kemauan bersedia mengamalkan

ajaran agamanya.55

55
H.M. Arifin,Pedoman..., 29.
37

Adapun menurut Aunur Rahim Faqih tujuan bimbingan agama

islam sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan

secara khusus yang dirimuskan sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

b. Tujuan khusus

Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya. Membantu individu memelihara dan

menegembangkan situasai dan kondisi yang baik agar tetap

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain.56

3. Fungsi Bimbingan Agama

1) Fungsi Preventif

Fungsi Preventif yaitu fungsi bimbingan yang membantu

individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi

dirinya.57

2) Fungsi Kuratif atau Korektif

Fungsi kuratif atau korektif yaitu membantu individu

memecahkan masalah yang sedang dihadapadi dan dialami.58

3) Fungsi Preservatif
56
Ainur, Bimbingan..., 36.
Ibid…, hlm 37.
57
58
Ibid…, hlm 37.
38

Fungsi preservative yaitu membantu individu menjaga

agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung

masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali

menjadi lebih baik (menimbulkan masalah kembali).59

4) Fungsi Developmental

Fungsi developmental atau pengembangan yaitu

membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang telah baik atau menajdi baik, sehingga tidak

memungkinkannya menajdi sebab munculnya masalah

baginya.60

Menurut Prof. H. M Arifin. M.Ed, pelaksanaan bimbingan dan

penyuluhan agama dapat berjalan dengan baik, jika bimbingan

keagamaan dapat memerankan dua fungsi utamanya yaitu :

a. Fungsi Umum

1. Mengusahakan agar klien terhindar dari segala gagasan

dan hambatan yang mengancam kelancaran proses

perkembangan dan pertumbuhan.

2. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh

setiap klien

3. Mengungkap tentang kenyataan psikologis dari klien yang

bersangkutan yang menyangkut kemampuan dirinya

sendiri. Serta minat perhatiannya terhadap bakat yang

59
Ibid…, hlm 37.
60
Ibid…, hlm 37.
39

dimilikinya yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin

dicapainya.

4. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan klien sesuai dengan kenyataan bakat, minat

dan kemampuan yang dimilikinya sampai titik optimal.

5. Memberikan informasi tentang segala hal yang diperlukan

oleh klien.

b. Fungsi Khusus

1. Fungsi penyaluran. Fungsi ini menyangkut bantuan

kepada klien dalam memilih sesuatu yang sesuai dengan

keinginannya baik masalah pendidikan maupun pekerjaan

sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

2. Fungsi menyesuaikan klien dengan kemajuan dalam

perkembangan bakat dan minat yang berhubungan dengan

cita-cita yang ingin dicapainya.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengunakan pendekatan Kualilatif. Kualitatif adalah

pendekatan yang mendasari suatu gejala sosial yang ada didalam kehidupan

manusia atau pola-pola yang dianalisis terhadap gejala sosial bisa dengan

menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan atau memperoses

gambaran mengenai aturan yang berlaku.61

61
Nasution, metodelogi penelitian naturalistik, (bandung : tarsito, 2003), hlm 5
40

Alasan peneliti mengunakan pendekatan ini karena pendekatan kualitatif

menekankan pada empiris. Sehingga peneliti akan lebih memahami situasi

sosial secara mendalam. Selain dari alasan tersebut, pendekatan kualitafif

deskriptif merupakan sebuah pendekatan yang bersifat menggambarkan data

yang terkumpul dalam bentuk kaliamat maupun gambar.62 Sehingga peneliti

bermaksud untuk menyajikan suatu pandangan yang detail tetang

“Pengembangan Kreativitas Remaja Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok dan Bimbingan Agama Di Balai Sosial Bina Remaja (Study

Balai Sosial Bina Remaja)”

2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di BALAI SOSIAL

BINA REMAJA, terletak di Jln.TGH. Ibrahim Al-Halady Desa Bengkel

Kec. Labuapi, Kabupaten Lombok Barat.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilokasi sebagai instrument kunci dan sebagai

pengumpul data, peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang diperoleh

baik dari hasil interview (wawancara), observasi dan dokumentasi. Selain itu

kehadiran peneliti dilokasi penelitian bertindak mengamati fenomena-

fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Dalam rangka mengupulkan data

yang valid peneliti harus hadir dalam lokasi penelitian. Dengan kehadiran

peneliti dilokasi penelitian, maka peneliti dapat menganalisa keadaan yang

62
Emzim, metodelogipenelitian kualitatif : analisis data. (bandung : alfabert, 2014), hlm
237.
41

ada dan dapat menarik kesimpulan dan menjadikan kekuatan data atau

sumber data.63

4. Sumber Data

Sumber data merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian.

Pentingnya data untuk memenuhi, membantu serangkaiaan permasalahan

yang terkait dengan fokus penelitian, yang dimaksud dengan sumber data

adalah subjek darimana data diperoleh yang berupa benda, hal atau orang

tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. 64

Menurut Mc. Leod, data dibagi menjadi dua bagian yaitu: 65

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari sumber pertama

baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara yang

biasa dilakukan oleh peneliti.

1). Ketua Balai Sosial Bina Remaja

2). Konselor / Tenaga Ahli di Balai Sosial Bina Remaja

3). Remaja di Balai Sosial Bina Remaja

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pengumpul dara primer atau pihak lain, misalnya dalam

bentuk tabel, atau diagram.

Djam’ah Satori, Metodelogipenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabert,2014), Hlm 237.


63
64
Suharmis Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta /; Rineka Cipta, 2002),
Hlm 257.
65
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), Hlm 41-42
42

Dalam pendekatan ini peneliti menggunakan sumber data primer, data

yang diperoleh dari sumber data pertama baik dari individu maupun

perseorangan.66

5. Tehnik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan untuk

memecahkan masalah penelitian. Sedangkan observasi adalah salah satu

metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan

lingkungan (sosial atau material) individu yang sedang diamati.

Ada dua jenis observasi yang digunakan oleh observer atau peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Observasi Partisipatif

Merupakan seperangkat strategi penelitian yang tujuannya untuk

mendapatkan suatu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu

kelompok individu dan perilaku mereka melalui satu keterlibatan. 67

Peneliti turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang

dilakukan oleh subjek yang sedang diobservasi.

2. Observasi Non-partisipatif

Adalah observasi yang dilakukan peneliti untuk mengamati

perilaku dari jauh tanpa ada interaksi dengan subjek yang sedang

diteliti, observasi Non-partisipatif sama dengan istilah pengamtan

66
Suharsimi Arikonto, Manejemen Penelitian,(Jakarta : Rineka Cipta, 2009), Hlm 88.
Djam’ah Satori, Metodelogipenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabert,2014), Hlm 117.
67
43

biasa. 68 Berdasarkan tehnik ini, peneliti akan mengamati objek

peneliti pada saat objek peneliti memiliki kegiatan kegiatan.

b. Metode Wawancara (interview)

Wawancara dalah suatu tehnik pengumpulan data untuk mendaptkan

informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau

tanya jawab. Dengan kata lain wawancara secara sederhana adalah alat

pengumpulan data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi

dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan.69 Ada dua jenis

wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur,

peneliti dalam penelitianya menggunaka wawancara tak terstruktur

digunakan sebagai tehnik pengumpulan data.70

Dalam peneliti ini peneliti dapat memperoleh data melalui motode

wawancara tidak struktur dengan beberapa narasumber dari Balaia Sosial

Bina Remaja yang terkait dengan penelitian yaitu :

1) Kepala Balai Sosial Bina Remaja.

Dijadikan sebagai objek wawancara karena kepala sebagai penentu

kebijakan yang lebih tahu tentang program-program di BSBR.

2) Konselor Balai Sosial Bina Remaja.

Dijadikan sebagai objek wawancara karena mengatur dan mengetahui

keberhasilan program yang dilaksanakan Balai Sosial Bina Remaja.

3) Remaja Balai Sosial Bina Remaja.

68
Ibid.., hlm.119.
69
Ibid.., hlm . 130
70
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabert,
2017), hlm 137
44

Sebagai objek kajian yang dijadikan sebagai objek wawancara karena

untuk mengatur dan mengetahui sejauh mana remaja mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok maupun bimbinga agama, kelas

keterampilan, yang dilakukan oleh Konselor Dan Tenaga Ahli di Balai

Sosial Bina Remaja.

c. Dokumentasi

Merupakan cara mengumpulkan data melaui peningalan tertulis,

sperti arsip, termaksud dengan teori, pendapat, dalil, hukum, dan lain-lain

berhubungan dengan masalah penelitian.71 Dengan menggunakan tehnik

ini, peneliti akan mengumpulkan data-data atau arsip-arsip dari objek

penelitian yang memiliki kaitan dengan tujuan penelitian seperti struktur

BSBR, profil, sejalah, saranan dan prasaranan, visi misi, dan lainnya.

6. Tehnik Analisis Data

Menurut Nasution, analisa data dilakukan secara berkesinambungan

yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama mamasuki lapangan,

sewaktu berada dalam lapangan, dan setalah selesi di lapangan. 72 Bersama

dengan proses pengumpulan data dan juga setelah peneliti meninggalkan

setealah data dilapangan sudah terkumpulakan melalui metode diatas,

maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang di dapatkan.

Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat

diperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesis. 73

71
Ibid.., hlm. 147
72
Djam’ah Satori, Metodelogipenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabert,2014), Hlm. 215
73
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabert,
2017), hlm 245.
45

Dalam hal ini peneliti akan menganalisis data-data dan inforasi yang

diperoleh melalui aktivitas analisis data menurut Miles dan Huberman,

yang terdiri dari beberapa proses yaitu:74

a. Reduksi Data

Ketika peneliti mulai melakukan penelitian akan mendapatkan

data yang banyak dan relatif beragam dan bahkan sangat rumit.

Sehingga perlu dilakkukan analisis data melalui reduksi data. Data

yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.

Laporan disusun berdasarkan data yang diperoleh direkduksi,

dirangkum, dipilih-pilih yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polannya. Dengan demikian data yang sudah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

b. Peyajian Data

Tehnik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dalam berbagai bentuk seperti, tabel, grafik dan sejenisnya. Penyajian

data dapat dilakukan dengan uraian singkat, bangan hubungan antara

kategori, dengan demikian yang sering digunakan untuk penyajian

data adalah dengan teks naratif.

Dengan penyajian data, maka akan mempermudah untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

74
Ibid.., hlm.243-253.
46

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Setealah peneliti

mampu mereduksikan data kedalam huruf besar, kecil, angka, maka

langkah selanjutnya menyajikan data.

c. Penarikan Kesimpulan Dan Verivikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal tidak di dukung oleh

bukti yang falid dan konsisten saat ini peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibal.

Dengan demikian kesimpulan dari penelitian kualitatif dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, kesimpulan

dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan bisa berupa deskripsi atau ganbaran suatu

objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga diteliti menjadi

jelas,dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori.75

7. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

peneliti dalam rangka untuk membuktikan data yang diperoleh dilokasi

penelitiandengan keadaan yang sesungguhnya. Nasution dalam bukunya

75
Ibid..,hlm. 250 .
47

meyebutkan bahwa “suatu alat pengukur dikatakan valid apabila alat itu

mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat itu”. Dan kredibilitas data

itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti

sesuia dengan peryataan yang sebenarnya. Kredibilitas adalah ukuran

kebenaran data yang dikumpulkan, mrnggambarkan kecocockan konsep

peneliti dengan hasil penelitian. 76 Hal ini perlu dilakukan dalam upaya

untuk memenuhi informasi yang dikemukakan oleh peneliti sehingga

mengambil nilai kebenaran. Oleh karena itu, data harus benar-benar valid.

Ukuran validitas suatu peneliti terdapat pada alat untuk menjaring data

apakah sudah tepat, benar, sesuai dan mengukur apa yang seharusnya di

ukur. Untuk mendapatkan validitas data maka peneliti melakukan:77

a. Melakukan Pengamatan Secara Sungguh-Sungguh

Yaitu pengamatan yang bertujuan untuk mengambarkan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

atau isi yang sedang di teliti kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut yang secara rinci. Dalam hal ini, ketekunan atau kesungguhan

penelitian ini peneliti melakukan ketika mengamati proses kegiatan

layanan bimbingan yang diberikan di Balai Sosial Bina Remaja.

b. Mengunakan Bahan Referensi

Referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan

lapangan, yang tersimpan, dengan referensi, peneliti dapat mengecek

76
Ibid..,hlm. 74.
77
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabert,
2017), hlm. 267-273.
48

kembali data-data dan informasi-informasi penelitian yang peneliti

dapatkan di lapangan.

c. Triagulasi

Tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Tehnik ini peneliti gunakan untuk

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

sehingga peneliti bisa mendapatkan data yang benar-benar valid.

H. Sistematiak Pembahasan

Bab I Pendahuluan, berisis latar belakang, rumusan salah, tujuan, manfaat, rung

lingkup dan setting penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Paparan Data Dan Temuan, memaparkan tentang gambaran lokasi

penelitian dan hasil penelitian dilapangan.

Bab III Pembahan , dibagian pembahan ini diungkapkan proses analisis terhadap

temuan peneliti sebagaiman dipaparkan pada Bab II berdasarkan pada perspektif

penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana yang diungkapkan dibagaian Bab I

Pendahuluan

Bab IV Penutup, berisikan kesimpulan yang didapkan oleh peneliti dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dan berisi saran-saran.


BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasih Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Balai Sosial Bina Remaja

Balai sosial bina remaja berdiri atas dasar melihat dan menyadari

bahwa, anak atau remaja merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

dalam dirinya melekat harta dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Anak ataupun remaja merupaka tunas, potensi dan generasi dam memiliki

ciri dan jiwa khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan

negara pada masa depan.

Balai Sosial Bina Remaja didirikan pada tahun 1978 dengan nama

Panti Karya Taruna dibawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial

provinsi NTB RI dan pada tahun 1996 berubah nama menjadi Panti Sosial

Bina Remaja “Karya Putra” dan pada saat ditetapkan otonomi daerah

Balai Sosial Bina Remaja berpindah menjadi dibawah naungan pemerintah

provinsi NTB dengan nama yang sama Panti Sosial Bina Remaja “Karya

Putra” dan pada tahun 2016 terjadi perubahan nama menjadi Balai Sosial

Bina Remaja “Karya Mandiri”.

Keberadaan Panti Sosial Bina Remaja “Karya Mandiri” Mataram

yang merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Barat yang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi

masalah anak remaja putus sekolah, tidak mampu dan terlantar yang

rentang akan permasalahan sosial, dengan cara meberikan pelayanan

49
50

kesejahtraan sosial, pembinaan serta bimbingan mental, sosial dan

keterampilan yang diberikan kepada remaja rentan masalah sosial sehingga

diharapkan remaja memiliki kecakapan hidup dan dapat hidup mandiri di

tengah masyarakat. Dalam kurung waktu 5 tahun, yaitu sejak tahun 2009-

2014 Panti Sosial Bina Remaja”Karya Mandiri” Mataram telah

menampung 428 orang anak remaja putus sekolah, tidak mampu dan

terlantar.78

“Balai Sosial Bina Remaja saat ini menagani 20 remaja, Balai Sosial
menyediakan sarana bermain, pendidikan keterampilan, perhatian
serta memberikan semangat terhadap anak-anak asuh tersebut. Balai
Sosial Bina Remaja Memiliki 4 Konselor yang menangani anak-anak
asuh dimana terbagi menurut tugas di setiap Asrama yang memiliki 7
asrama putri tempat tinggal anak-anak asuh BSBR”.79

2. Letak Geografis

Letak Geografis BSBR “Karya Mandiri” terletak di ujung batas Kota

Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat di jalan TGH.Ibrahim Al

Khalidy Desa Bengkel Kecematan Labuapi Kabupaten Lombok Barat

dengan luas tanah 24. 145 m2 dan luas bangunan 785 m2 dan batas wilayah

BSBR adalah :80

Sebelah utara berbatasan dengan : Kel. Mandalika Kota Mataram

Sebelah selatan berbatasan dengan : Kec. Kediri

Sebelah timur berbatasan dengan : Kec. Narmada

Sebelah barat berbatasan dengan : Dasan Cermen Mataram

78
Dokumentasi, BSBR, 15 September 2020. Jam 09:15
79
Ketua BSBR, wawancara, BSBR 16 September 2020.Jam 09:15
80
Dokumentasi, BSBR, 17 September 2020. Jam 09:15
51

3. Daftar Nama Remaja Di Balai Sosial Bina Remaja


Tabel 2.1
Daftar Nama Remaja BSBR81
NO NAMA ANAK
1 HJ
2 YH
3 ES
4 SW
5 SN
6 SJ
7 LI
8 NP
9 AF
10 HT
11 SW
12 AI
13 NA
14 NR
15 FA
16 RH
17 FH
18 ID
19 LN
20 AP

4. Daftar Nama Pegawai di Balai Sosial Bina Remaja


Tabel 2.2
Daftar Nama Pegawai di BSBR82
NO NAMA PEGAWAI
PRIA WANITA
1 I Made Gania, Rosita
2 Sukaidi Attin Anggraeni
3 Dikdik Kusnandika Ni Putu Yayuk
4 Edy Supratman N. Eka Widianti
5 Herman Syahdi Musbah
6 Idham Karsina
7 Wahyu Hidayat Suharni
8 Yuga Anggana Sasoni Bq. Fatmawati

81
Edy, wawancara, BSBR, 16 Septembar 2020, jam 09:30
82
Dukumentasi, BSBR, 18 Septembar 2020, jam 09:30
52

9 Pol PP Provinsi NTB Ghianty Elma Oliena


10 Polsek Labuapi Sri Rohanawati
11 Ahmad Ridwan Emy Setiani
12 Bulkaini
13 Nurudin Zonky
14 Sugeng Widianto

5. Visi dan Misi.

a. Visi

mewujudkan generasi muda NTB yang berakhlak, kreatif, berbudaya,

mandiri, berfungsi sosial, berdaya saing dan sejahtera.

b. Misi

Membantu pemerintahan daerah dalam menciptakan generasi emas

NTB yang berahlak, kreatif, mandiri, berfungsi sosial dan sejahtera.83

6. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas Pokok

Memepersiapkan dan membantu anak putus sekolah terlantar,

anak kurang mampu dan anak rentan permasalahan kesejahtraan sosial

dengan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi

pembinaan fisik, mental, sosial dan keterampilan kerja agar mampu

berwirausaha secara mandiri dan kelompok dalam kehidupan

bermasyarakat.

b. Fungsi

1) Penyusunan program kerja balai.

83
Dokumentasi, BSBR, 16 Septembar 2020, jam 09:30
53

2) Penyusunan pedoman tekhnik dan pelayanan rehabilas dan

perberdayaan sosial bagi anak atau remaja terlantar dan rentang

permasalahan sosial agara dapat melaksanakan fungsi sosial

dikeluarga dan masyarakat dalam rangka penanggulangan

kemiskinan.

3) Penyelengaraan fungsi sosialisasi dan penyebarluasan informasi

pelayanan.

4) Penyelengaraan rehabilitas dan perberdayaan sosial bagi anak

atau remaja terlantar dan rentang permasalahan sosial secara

terancana, terarah dan berkelanjutan dalam bentuk pelayana

didalam panti, penjangkauan komunitas dan pelayana harian (day

care services ).

5) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan masalah

kesejahtraan sosial anak terlantar dan remaja rentan permasalan

sosial.

6) Penyelenggaraan proto type balai rehabilatasi dan pemeberdayaan

sosial anak terlantar dan remaja rentan permasalah sosial di

Provinsi NTB.

7) Penyelenggaraan fungsi konsultasi dan koordinasi.

8) Penyelenggarana monitring, evalusi dan pelaporan.

9) Pelaksanaan ketatausahaan.

10) Pelaksanaan pengelolaan kepegawaiaan, keungan dan barang. 84

84
Dukumentasi, BSBR, 18 Septembar 2020, jam 09:30
54

7. Tujuan

a. Terhindarnya remaja dari berbagai masalah sosial sebagai akibat dari

putus sekolah terlantar.

b. Terwujudnya kemandirian remaja atas dasar kekuatan dan

kemampuannya sesuai dengan keterampilannya.

c. Terwujudnya kesadaran sosial, kesetiakawanan dan tanggung jawab

bermasyarakat dan mampu memecahkan masalahnya sendiri sehingga

anak mampu menyesuaikan diri dimanapun berada dan mampu

melaksanakan fungsi sosial dan perannya secara wajar di tengah-

tengah masyarakat.85

8. Sasaran Pelayanan

a. Warga negara indonesia ( WNI )

b. Umur dari 16 – 21 tahun.

c. Surat keterangan belum menikah dari kaling / kadus / RT.

d. Foto kopi kartu keluarga / akte kelahiran.

e. Surat keterangan tidak mampu / miskin dari kaling / kadus / RT.

f. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani, tidak mempunyai penyakit

berat dan menular dari puskesmas setempat.

g. Foto copy ijazah / STTB terakhir sebanyak 2 lembar

h. Surat peryataan berkelakuan baik dari kaling / kadus / RT.

i. Membawa kartu indonesia sehat (KIS) / BPJS

j. Tidak sedang bekerja / berusaha.

85
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
55

k. Surat penyataan sanggup diasramakan selama 6 bulan (blanko dari

PSBR) “Karya Mandiri”86

9. Proses Pelayanan

Berdasarkan fungsi Balai Sosial Bina Remaja mataram yang tertuang

dalam peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) No 23

Tahun 2008 Pasal 31 Ayat 2, pelayanan yang diberikan di BSBR adalah

yang berkaintan dengan pelayanan kesejahtraan sosial dan rehabilitas

sosial adapun tahapan pelayana sebagai berikut:87

A. Tahap Pendekatan Awal

1. Penyeluhan sosial, tunjukanpada kepada keluarga dan putus

sekolah yang mempunyai masalah kesejahtraan sosial agar timbul

kesadaran untuk merubah sikap mental agar mau berusaha hidup

mandiri

2. Identifikasi dalam rangka untuk mengrekrut calon anak asuh BSBR

3. Seleksi melalui wawancara lansung dengan calon anak asuh BSBR

4. Home visit kerumah calon anak asuh

5. Koordinasi dengan instasi terkait untuk proses pelayanan di BSBR

B. Tahap Penerimaan

1. Orentasi bertujuan untuk mengenal calon anak asuh dengan

lingkungan , Pembina dan dengan sesame calon anak asuh serta

dengan program pelayanan yang ada di BSBR

2. Pengasramaan dan perawatan

86
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
87
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
56

3. Motivasi bertujuan untuk memberi dorongan kepada calon anak

asuh agar tumbuh minat dan tumbuh kemampuan untuk

megikutiprogram pelayanan program di Bsbsr

4. Assemen,t bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi obyektif calon anak asuh, berkaitan dengan latar belakang

keluarga , lingkungan tempat tinggal, kondisi fisik dan psikis serta

bakat dan minat calon anak asuh.

C. Pemberian Bimbingan

Materi bimbinngan yang ada di BSBR " Karya mandiri" Mataram

ini mempunyai arah dan bentuk guna menumbuhkan sikap dan

perilaku dalam rangka pngembangan keperidain anak agar nantinya

memiliki kemampuan hidup (life skill) sehingga mampu hidup

mandiridi tengah-tengah masyarakat. Yang antaran lain :

1. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan

memelihara perkembangan fisik dan kesehatan jasmani anak

asuh antara lain melalui bimbingan fisik dan olah Raga Serta

bimbingan pemeliharaan kesehatan.

2. Bimbingan Agama

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan dan

membentuk tingkah laku anak agar menjadi insane yang

beriman dan bertaqwa, disiplin, jujur, bertanggung jawab dan

berakhlak mulia sehingga mampu memiliki kepribadian yang


57

sempurna dan paripurna dengan melalui bimbingan yang

terjadwal maupun yang temporer antara lain melalui bimbingan

shalat dan baca Alqur’an, mental keagamaan, iman dan taqwa,

bimbingan kedisiplinan dari korem 162 wirabhakti pembinaan

sikap dan prilaku, serta bimbingan kelompok dari para pekerja

social (Konselor).

3. Bimbingan Sosial

Kegiatan ini bertujuan untuk bisa menumbuhkan

kesadaran social keseiakawanan kerjasama dan tanggung jawab

bermasyarakat, pengembangan keperibadian dan mampu

meyelesaikan masalahnya sendiri sehingga anak mampu

menyesuaikan diri dimanapun berada dan mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di tengah-tengah

masyarakat.

4. Bimbingan Keterampilan

Sebagai penunjang agar anak bisa hidup mandiri maka

pemberian keterampilan dilakukan dengan mempertimbangkan

minat dan kemampuannya serta kebutuhan pasar kerja atau

ketersediaan lapanan kerja di pasar/bursa kerjadan kebutuhan

di daerah asal anak yaitu keterampilan tat arias, tata boga, tata

busana, pendingin, las dan otomotif. Pemberian materi

keterampilan disampaikan oleh instruktur tenaga ah li , dalam

ha l ini BSBR bekerjasama dengan usaha-usaha swasta, dll.


58

5. Program Prktek Belajarkerja ( PBK )

Kegiatan PBK ini dilaksanakan ditempat-tempat usahayag

ada di masyarakat .setelah menyelesaikan praktek belajar kerja

diharapkan para anak asuh dapat:

a. Menanamkan disiplin kerja

b. Mendewasakan anak

c. Melatih anak untuk belajar mandiri

d. Memantapkan keterampilan yang diperoleh di BSBR

e. Mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan

yang belum sempat diperoleh di BSBR.

10. Tahap Penyaluran

Kegiatan ini adalah akhir dari pemberian pelayanan di BSBR. Pada

kegiatan ini BSBR akan mengembalikan anak asuh ke daerah asal untuk

dibina lebih lanjut didaerah asal mereka. Selain itu, BSBR juga akan

memberikan stimulant atau toolkit berupa perlengkapan usaha yang

diperlukan untuk melanjutkan usaha secara mandiri maupun secara

berkelompok.88

11. Kegiatan Workshop

Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memotivasi para anak asuh

BSBR “ Karya Mandiri” agar dapat berwirausaha, baik secara mandiri

maupun secara berkelompok serta memiliki jiwa Entrepreneurship.89

88
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
89
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
59

12. Pengembangan Program Pendidikan

Balai Sosial Bina Remaja memiliki jalur pendidikan dalam

menumbuhkan dan mengembangkan potensi dan kreativitas remaja atau

anak asuh (anak jalanan, terlantar, putus sekolah serta yatim piatu dan

anak rentan permasalah sosial dan kurang mampu). Yang sudah di

rekrut untuk menjadi peserta didik.Di lokasi penelitian terdapat berbagai

pendidikian non formal yang dilakukan untuk meningkatkan

keterampialn remaja.Namun, selain itu remaja sebelumnya sudah

mengenyam dunia pendidikan formal diluar lokasi penelitian.90

a. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal yang dimaksud disini adalah Balai Sosial

Bina Remaja memberikan pembinaan keterampilan.

“Bimbingan keterampilan ini diberikan dalam rangka untuk


mengembangkan kretivitas dan bakat yang dimiliki oleh remaja
agar mereka bisa mengantarkan dirinya menuju kesejahtraan
pada masa depanyan, adapun bentuk pembinaan keterampilan
yang diberikan yaitu keterampila tata boga, tata rias, tata busana
yang sesuai dengan keaahlian yang ambil”91

Senada dengan yang dikatakan oleh salah satu Konselor:

:Saya selaku peksos berusahan semaksimal mungkin kepada


remaja untuk mengebangkan kreativitas dan keterampilan
melalui kelas tata boga, tata rias, tata busana yang membuat
remaja terampil dan memeiliki inisiatif baru untuk
mengembangkan keahliannya”.92

90
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
91
Sukaidi, wawancara, BSBR, 17 September 2020
92
Rosita, wawancara, 18 September 2020
60

Adapun program-program pengembangan keterampilan atau

kreativitas remaja yang dilaksanakan di BSBR yaitu :93

1) Program kelas tata rias : kegiatan keterampilan tata rias

dilakukan mulai hari senin sampai dengan hari kamis dari pagi

sampai siang dari jam 08 – 12 dan di bimbing langsung oleh

tenaga kerja dari luar.

2) Program kelas tata boga : kegiatan keterampilan tata rias

dilakukan mulai hari senin sampai dengan hari kamis dari pagi

sampai siang dari jam 08 – 12 dan di bimbing langsung oleh

tenaga kerja dari luar.

3) Program kelas busana : kegiatan keterampilan tata rias

dilakukan mulai hari senin sampai dengan hari kamis dari pagi

sampai siang dari jam 08 – 12 dan di bimbing langsung oleh

tenaga kerja dari luar.

13. Kegiatan Yang Telah di Laksanakan Di BSBR

a. Kegiatan Bimbingan Fisik

kegiatan ini bertujuan untuk menjaga daya tahan tubuh supaya tetap

stabil, sehat dan dinamis antara lain :

1) Bimbingan fisik dan olah raga

2) Senam tiap hari sabtu

3) Kegiatan olah raga lain dihari libur dan waktu luang seperti,

voly senam dan lain lain

93
Makripati, wawancara, 19 September 2020
61

4) Pemeliharaan kesehatan dan lingkungan

b. Kegiatan Bimbingan Agama

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan dan membentuk tingkah

laku anak agar menjadi insan beriman bertakwa, disiplin, jujur,

bertanggunga jawab dan berakhlak mulia sehingga mampu

memeiliki kepribadian yang sempurna dan paripurna melalui

berbagai metode baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal

antara lain :

1) Bimbingan iman dan takwa

2) Bimbingan sholat

3) Bimbingan akhlak dan budi pekerti

4) Bimbingan etika

5) Bimbingan pengembangan kepribadian

6) Kegiatan hari-hari besar keagamaan dan hari besar nasional

c. Bimbingan Sosial

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran sosial

kesetiakawanan kerja sama dan tanggung jawab bermasyarakat,

pengembangan kepribadian dan mampu menyelesaikan masalahnya

sendiri sehingga anak mampu menyesuikan diri dimanapun mereka

berada dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

ditengah-tengah masyarakat. Kegiatan ini di tuangkan dalam

berbagai kegiatan antara lain :

1) Hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya


62

2) Permasalahan sosial dan penanganannya

3) Kegiatan kelompok

4) Kegiatan tata tertib balai

5) Kegiatan kepemimpinan

6) Kegiatan kamtibnas

7) Bimbingan terapi kelompok

8) Kegiatan penyaluran hobi dan bakat

d. Bimbingan Keterampilan

Sebagai penunjang agar anak asuh bisa hidup mandiri, maka

pemberian keterampilan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan

minat dan kemampuannya serta kebutuhan pasar kerja atau

ketersediaan lapangan keja di pasar/bursa kerja dan kebutuhan di

daerah asal anak. Pemberian materi keterampilan disampaikan oleh

instruktur/tenaga ahli dan jenis keterampilan yang telah diberikan

yaitu :

1) Keterampilan Tata Boga

2) Keterampilan Tata Rias

3) Keterampilan Tata Busana.94

14. Kegiatan Yang Sedang di Laksanakan Oleh BSBR

a. Pendidikan keterampilan bagi remaja di Balai Sosial Bina Remaja

b. Memberikan pendidikan agama dan memeberikan model untuk

mengimplementasikan pendidikan didalam kehidupan sehari-hari

94
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
63

c. Memberikan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan kerja

agar anak bisa memiliki kepribadian dan kemampuan hidup (Life

Skill) sehingga anak mampu melaksanakan fungsi sosial serta

mampu hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

d. Perekrutan anak putus sekolah terlantar, anak kurang mampu dan

anak rentan permasalahan kesejahtraan sosial dibina sesuai dengan

program balai sosial bina remaja.95

“kami melaksanakan pembinaan keterampilan kepada remaja


dari latar belakang anak jalanan, terlantar, miskin dan anak
rentan permasalah sosial, baik secara terjadwal maupun tidak
terjadwal”. 96

Dalam hal ini proses pemberian bantuan sosial dan lainnya terus

berjalan sampai dengan saat ini karena pihak Balai Sosial Bina Remaja

selalu mengutamakan hal-hal yang sifatnya sosial, terutama dalam

membimbing dan mengarahkan remaja untuk dikembangkan

kemampuan dan kreatifitasnya.

95
Hasil observasi, 14 september 2020
96
Attin, wawancara, 18 Septembar 2020, jam 09:30
64

15. Sarana dan Prasaranan

Tabel 2.3

Sarana dan Prasaranan di BSBR 97

NO Sarana dan Prasaranan Jumlah

1 Gedung Kantor 1 Unit

2 Aula 1 Unit

3 Ruang Pendidikan 1 Unit

4 Ruang Praktek 1 Unit

5 Asrama Putri 7 Unit

6 Asrama Putra 3 Unit

7 Ruang Makan dan Dapur 1 Unit

8 Rumah Dinas 3 Unit

9 Rumah Petugas 4 Unit

10 Wisma Tamu 1 Unit

11 Ruang Pembinaan Mental/Mushollah 1 Unit

12 Slow Room 1 Unit

13 Poloklinik 1 Unit

14 Ruang Tata Boga 1 Unit

15 Ruang Tata Rias 1 Unit

16 Ruang Tata Busana 1 Unit

17 Lapangan Bola Voly 1 Unit

Lapangan Sepak Bola

97
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
65

Kolam Ikan

18 Kendaraan Roda Empat 3 Unit

19 Kendaraan Roda Dua 2 Unit


66

16. Struktur Organisasi Balai Sosial Bina Remaja

a. KEPALA PANTI : Muhamad Nur Faturahman

b. PEKERJA SOSIAL : Lalu Makripati, Rosita, Attin Aggraeni, Ni

Putu Yayuk

c. SUB BAGIAN TATA USAHA : Dikdik Kusnandika

d. HUMAS : Rosita

e. SEKSI REHABILITAS DAN PEMBERDAYAAN SOSIAL :

Khairul Anwar, Hj. Zulaini, H. Wahyu Hidayat

f. SEKSI PENYANTUNAN : Edy Supratman, Lalu Makripati, Idham,

Diana Rosmatiah, Jawariah

g. TENAGA ADMINISTARATOR : Suratni, Muslim, Muhibulloh,

Jueani

h. INSTRUKTUR/TENAGA AHLI : Suharni, Bq. Fatmayanti, Ghianty

Elma Oliena, Sri Ronahawati, Emy Setiani, Sugeng Widianto

i. ASRAMA : terdiri 7 gedung asrama

j. PENDIDIKAN AGAMA : Ahmad Ridwan, Ust. Bulkaeni, Ust.

Nurudin Zonky

k. KEAMANAN: Masulin, Muksin

l. PERAWAT : N. Eka Widiyanti

m. KEBERSIHAN : Junaidin Eko, Muammar Qadapi, Lalu Satriadi

n. TRANSPORTASI : Mamiq Adi, Pak Jen


67

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Balai Sosial Bina Remaja98

KEPALA PANTI

PEKERJA TATA USAHA


SOSIAL

HUMAS
SEKSI RPS

TENAGA SEKSI
ADMINISTARA PENYANTUN
TOR
BIDANG-BIDANG

INSTRUKTUR/ ASRAMA PENDIDIKAN


TENAGA AHLI AGAMA

KEAMANAN PERAWAT KEBERSIHAN TRANSPORT

98
Dukumentasi, BSBR, 15 Septembar 2020, jam 09:30
68

B. Proses Pengembangan Kreatifitas Remaja Melalaui Bimbingan


Kelompok Dan Bimbingan Agama Di Balai Sosial Bina Remaja
Dari hasil observasi dan penelitian yang peneliti temukan di lokasi terkait

mengembangakn kreativitas remaja melalaui bimbinga kelompok dan

bimbingan agama di Balai Sosial Bina Remaja. Pihak lembaga terutama

konselor dan tenaga ahli memberikann peranannya kepada remaja dengan

membangun kedekatan secara emosional dengan remaja dalam rangka

sebagai proses peksos dan tenaga ahli dalam mengatasi masalah yang

berkaitan dengan pengembangan kreativitas, sehingga remaja merasa bahwa

ada yang peduli dengannya. 99

Dari apa yang peneliti dapatkan bahwasannya dalam mengembangkan

kreativitas remaja, konselor dan tenaga ahli memberikan berbagai cara

diantaranya memberikan bimbingan kelompok dan bimbingan agama

kepadaremaj a, dengan melalui bimbingan kelompok tersebut diharapkan

remaja mampu untuk memahami keadaan diri atau potesi dirinya dan mampu

untuk mengembangkan secara optimal potensi yang dimilikinnya dan

bimbingan kelompok merupakan bagian terpenting untuk mengubah perilaku

dan menjadikan perkembangannya kreativitas remaja kearah yang lebih baik,

bahkan pola pikir dari remaja yang latar belakang miskin, jalanan, terlantar

dan rentan permasalahandapat terbentuk lebih baik. Pada dasarnya jika pola

pikir dan mental pada diri individu sudah terbentuk dengan baik maka

kepribadian dan pola pikir yang kreatif juga akan baik. Dalam memberikan

99
Hasil Observasi, 14 September 2020
69

bimbingan kelompok di BSBR dalam mengembangkan kreativitas remaja,

adapun yang peneliti dapatkan dari hasil observasi dan wawancara :

a). Konselor berusaha membangun hubungan emosional dengan remaja

agar proses bimbingan berjalan dengan baik.

b). Konselor memberikan arahan dan masukan terhadap remaja terkait

permasahannya sehingga remaja sendiri bisa mengambil keputusan

untuk menyelesaikan masalahnya.

c). Memberikan pemahaman dan motivasi terhadap remaja yang tidak

memiliki inisiatif dan keinginan dalam mengikuti kegiatan atau kelas

keterampilan.

d). Membantu mengarahkan remaja yang merasa bingung menemukan

kemampuan atau potensi dirinya agara memahami keadaan

potensinya.100

Berdasarakan hasil dari penelitian terkait mengembangkan kreativitas

remaja di BSBR maka salah satu Konselor dari BSBR mengatakan :

“bimbingan kelompok dilakukan kepada semua remaja dan kami

sebagai konselor berusaha semaksimal mungkin agar remaja bisa

menyelesaikan permasalahnyan, bimbingan dilakukan dari hari senin

sampai kamis setelah kegiatan kelas keterampilan dan disini

konselor mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan remaja, entah

saat mereka membuat masalah atau ada peningkatan positif sehingga

100
Makripati, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 21 September 2020.
70

ketika ada hambatan dalam bimbingan atau kegiatan keterampilan

langsung diberikan arahan dan masukan”.101

Berikut peniliti akan gambarkan proses bimbingam kelompok Untuk

membangun kreatifitas remaja di PSBR:

1. Layanan bimbingan kelompok dalam mengembangkan kreativitas

remaja.

Menurut Gazda sebagaimana dikutip oleh Prayitno dan Amti,

bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok

orang untuk membantu menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Pengertian di atas menekankan pada kegiatan pemberian informasi dalam

suasana kelompok dan adanya penyusunan rencana untuk mengambil

keputusan.102

Sedangkan menurut Prayitno bahwa “Bimbingan kelompok adalah

memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan

konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan

kepada individu melalui kelompok”.103

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang

diberikan kepada individu guna mengembangkan potensi yang ada pada

101
Yayuk, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 21 September 2020.
102
Meiske Puluhulawa, “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap Self-
Esteem Siswa”, dalam Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium
Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, (
Malang : Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Gorontalo, Agustus 2017), 302.
Anis Nuril, “Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatka Keterampilan Belajar
103

Siswa”, Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 2 ( Jawa Tengah : SMA Negeri 1
Kudus, Agustus 2015), 416.
71

dirinya secara maksimal dengan memberikan informasi, diskusi,

pemahaman, dengan memanfaatka dinamika kelompok.

“ Dari konseling kelompok yang saya lakukan kepada remaja masih


sering memiliki hambatan dalam proses bimbingan dikarenakan
remaja masih belum percaya diri untuk mengungkapkan di depan
teman-temanya:.104

“ Dalam proses pemberian Bimbingan kelompok, kami selaku


konselor memiliki tahapan sebelum melakukannya yaitu, ada yang
namanya tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap
penyimpulan, tahap penutup. Dari tahap tersebut yang paling penting
yaitu konselor melakukan pendekatan secara emosional agar
bimbingan berjalan dengan dengan baik.105

“Bimbingan kelompok disini dilakukan empat kali dalam 1 minggu


dan dilaksanakan setelah kegiatan keterampilan selesei”.106

Jelas apa yang di ungkapkan konselor di BSBR ketika melaksanakan

proses bimbingan dengan remaja, konselor membangun kedekatan secara

emosional dan dilanjutkan dengan tahap bimbingan kelompok yang

bertujuan untuk mengembangkan kreativitas remaja. Berikut tahapan

bimbingan kelompok yang dilakukan oleh konselor di BSBR yakni :

a. Tahap Pembentukan

Langkah awal dalam proses konseling kelompok di BSBR adalah

tahap pembentukan. Untuk membentuk kerumunan sejumlah individu

menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika

kelompok dalam mencapai tujuan. 107 Setelah kelompok terbentuk,

104
Rosita, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 22 September 2020
105
Eka, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 23 September 2020
106
Lalu,wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 22 September 2020
107
Zawani Yasmin, Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan
Komunikasi Teman SebayaDi Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan, (Skripsi, FITK UIN Sumatra
Utara, Medan, 2016, hal, 34.
72

pemimpin kelompok memulai kegiatannya di tempat yang telah

ditentukan. Seperti yang dijelaskan oleh konselor di BSBR:

“Tahapan pembetukan yang di mana kenselor mengupulkan para


remaja untuk membentuk kelompok belajar atau kelompok
berbagi tentang sesuatu masalah yang di alaminya masing masing
yang di mana di selesaikan secara berkelompok. sebelum proses
bimbingan kami sebagai konselor melakukan tahap pembentukan
yang dimana tahap tersebut kami mengumpulkan remaja untuk
melaksanakan bimbingan kelompok yang bertujuan untuk
memberikan informasi dan menyelesaikan permasalan yang di
alami oleh remaja yang menfaatkan dinamika kelompok
tersebut”.108

Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,

sebagian, maupun seluruh anggota dengan tujuan anggota lebih

memahami maksud dan tujuan dari bimbingan tersebut. 109

b. Tahap Peralihan

Tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan

berikutnya yang terlebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

Dalam tahap peralihan langkah-langkah yang harus dilakukan

pemimpin kelompok tentang topik-topik yang akan dibahas di dalam

kelompok. Topik yang akan dibahas sifatnya umum yang berada

diluar diri anggota kelompok yang pernah dilihat, pernah didengar,

pernah dibaca dari berbagai media massa. Bila perlu pemimpin

kelompok dapat memberikan contoh topik yang akan dibahas dalam

108
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
109
Meiske, Layanan..., 303
73

kelompok. Dengan jeli pemimpin harus memperhatikan suasana

kelompok tentang kesiapan para anggotanya untuk berperan serta

dalam pembahsannya.Kemudian ajakan untuk membahas, mendalami,

topik umum yang telah disepakati bersama.110Seperti yang dijelaskan

oleh konselor di BSBR:

“ Tahap peralihan dimana konselor menentukan topik-topik


pembicara yang akan dibahas agar proses bimbingan terarah,
dan semakin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan
kelompok. Setelah proses mengumpulkan remaja kami sebagai
konselor akan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yang
sesuai dengan keadaan remaja dan terhindarnya sikap enggan,
ragu, malu, dan tidak percaya diri dan meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota, yang dimana topik yang
akan dibahas dalam bimbingan tersebut terkait dengan
menumbuhkan kreativitas remaja.111

Pada tahap peralihan ini, anggota dimantapkan lagi sebelum

masuk ke tahap selanjutnya.Anggota juga ditanya mengenai harapan

yang ingin dicapai dalam kegiatan bimbingan kelompok. Setelah jelas

kegiatan apa saja yang harus dilakukan maka tidak akan muncul

keraguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan

dan manfaat yang diperoleh setiap anggota kelompok.112

c. Tahap Kegiatan

Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan

kelompok.Dalam tahap ini, pembahasan topik dilakukan dengan

110
Zawani Yasmin, Pelaksanaan..., 35
111
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
112
Selvya Yuliandita, Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan
Pemahaman Self-Control Siswa Kelas Ix Di Smp N 1 Wanasari, ( Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Semarang 2015,)
74

menghidupkan dinamika kelompok.113 Tahap kegiatan ini pemimpin

kelompok mempertajam topik yang akan dibahas. Kemudian mulai

mengemukakan topik bahasan dalam bimbingan kelompok, topic

bahasan dikemukakan secara langsung oleh pemimpin

kelompok. 114 Tujuan yang hendak dicapai dalam tahap ini yaitu

terbahasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi anggota

kelompok dan terciptanya suasana untuk mengembangkan diri, baik

menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun

pendapat yang dikemukakan oleh anggota kelompok.115 Seperti yang

dijelaskan oleh konselor di BSBR:

“ Anak-anak menggali atau memahami kreativitas yang kita


miliki itu sangat penting. Dengan mengetahui kretaivitas yang
kita miliki maka kita akan dengan mudah melakukan hoby-hoby
yang kita miliki. Tidak menutup kemungkinan dari kreativitas
atau hoby yang kita miliki juga dapat menghasilkan keuangan
untuk kita kedepannya. Dalam sesi ini kita akan coba membahas
tentang bagaimana cara kita mengetahui dan mengembangkan
kreativitas yang kita milikiu. Saya persilahkan kalian semua
untuk berpendapat.”116

Pemahaman si SN tentang cara mengembangkan kreativitas:

“Sejak kecil saya hoby bertanam pak, berbagai macam tanaman


yang saya tanam berhasil hidup. Apakah ini bisa dikatakan
sebagai kreativitas yang saya miliki ?” 117

113
Ibid.,45.
114
Zawani Yasmin, Pelaksanaan...,35
115
Selvya, Pengaruh..., 45.
116
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
117
Hasil Penyampain SN (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
75

Pertanyaan si SN ditanggapi oleh si NP:

“Kalau menurut saya apa yang disampaikan oleh Sarina itu


benar.Ketika kita mampu melaksanakan seuatu kegiatan seperti
bertanam dengan baik dan kita melaksanakan itu secara
konsisten maka itulah yang dimaksud dengan menyadari
kreativitas yang kita miliki”.118

Pertanyaan si SN ditanggapi oleh Si ES.Si ES berpendapat sedikit

berbeda. Berikut pendapat si ES:

“Mampu melaksanakan suatu hoby belum tentu bisa dikatakan


bahwa kita memiliki kreativitas pada bidang tersebut.Yang
terpenting adalah kita mampu menjiwai dan konsisten”.119

Pendapat SN dan NP dan si ES ditanggapi oleh Makripati sebagai

konselor:

“Apa yang kalian sampaikan semua benar.Tidak ada yang salah.


Kalian memiliki pemahaman yang berbeda tapi memiliki makna
yang sama tentang cara menumbuhkan kreativitas yang baik
menurut kalian masing masing”. Ada lagi yang ingin
berpendapat ?”120

Pendapat si SJ tentang bagaimana cara mengembangkan kreativitas:

“ menurut saya cara mengembangkan kreativitas yang dimiliki


yaitu selalu mengikuti kegiatan keterampilan sesuia dengan
bakat dan keahlian yang kita ambil, dengan cara belajar dengan
tekun dan selalu memerhatikan apa yang di sampaikan oleh
tenaga ahli”.121

118
Hasil Penyampain NP (Remaja)Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
119
Hasil Penyampain ES (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
120
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
121
Hasil Penyampain SJ (Remaja)Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
76

Pendapat si SJ ditanggapi oleh si SW.

“ Saya sepakat dengan pendapat si SJ bahwa mengembangkan


kreativitas harus ada inisiatif dan kemanuan kita untuk selalu
menggikuti kegiatan keterampilan tersebut”.122

Sedangkan pendapat si LI untuk mengembangkan kreativitas.

“ Yaitu selalu mengikuti segala kegiatan yang dilaksanakan di


BSBR salah satunya kegiatan keterampilan yang kita ambil,
contohnya keterampilan Tata Busana. Kegiatan ini harus tekun
dilaksanakan dan terus belajar, berkreasi untuk menghasilkan
ide ide baru, sekiranya itu pemahaman saya mengenai cara
mengembangkan kreativitas”.123

Kegiatan yang tengah berlangung pada tahap kegiatan ini yaitu

semua anggota saling bertukar pendapat atau pengalamannya masng-

masing secara bebas.Para anggota bersikap saling membantu, saling

menerima, saling kuat menguatkan, dan saing berusaha untuk

memperkuat rasa kebersamaan.Pada tahap inilah kelompok benar-

benar sedang mengarah pada pencapaian tujuan, anggota dapat

mengembangkan diri, baik pengembangan kemampuan

berkomunikasi maupun kemampuan sosialisasi.124

d. Tahap penyimpulan

Tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah

dilakukan dan dicapai dalam kelompok. Peserta kelompok diminta

melakukan refleksi berkenaan dengan pembahasan yang baru saja

122
Hasil Penyampain SW (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
123
Hasil Penyampain LI (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
124
Selvya, Pengaruh..., 46.
77

mereka ikuti.125Pada tahap ini, pemimpin kelompok menyimpulkan

hasil pembahasan dan diungkapkan pada anggota kelompok sekaligus

melaksanakan evaluasi. 126 Pada tahap ini yang terpenting adalah

bagaimana keterampilan anggota, termasuk konselor, dalam

mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupannya di

luar lingkungan kelompok. Peran pemimpin kelompok disini adalah

memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang

telah dicapai leh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan

secara aktif anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-

masing anggotakelompok.127

“Dari diskusi pajang kita tadi, menurut kalian apakah yang kalian
dapat maknai tentang apa itu kreativitas dan bagaimana cara
membangun kreativitas ?saya persilahkan kalian untuk
berpendapat”128

Menurut pendapat si NP:

“ Menurut saya kreativitas berarti munumbuhkan suatu ide-ide


baru”129

Menurut pendapat si SW :

“Menurut pendapat saya kreativitas berarti kemampuan


menciptakan suatu produk baru, seperti barang dan jasa,
contohnya membuat baju”130

125
Zawani, Pelaksanaan..., 36
126
Selvya, Pengaruh..., 45
127
Ibid..., 47
128
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
129
Hasil Penyampaian NP (Remaja)Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling,24 september
2020.
130
Hasil Penyampaian SW(Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling,24
september 2020.
78

Menurut pendapat si SJ:

“menurut saya cara mengembangkan kreativitas adalah proses


dimana kita mengikuti kegiatan secara tekun, rajin, dan sabar
sehingga kemampuan kita terasah terlatih sehingga menciptakan
ide-ide baru dan menghasilkan produk buntan sendiri.131

Menurut pendapat si LI.

“ intinya kalau menurut saya yaitu selalu mengikuti kegiatan yang


dilakukan di BSBR, tekun, rajin, sabar agar semua berjalan
dengan baik.132

Pendapat dari beberapa konseli di tanggapi oleh Konselor :

“ Apa yang kalian sampaikan semua benar. Tidak ada yang salah.
Jadi dalam mengembangkan kreativitas perlu adanya inisiatif ,
tekun, rajin, sabar dalam mengikuti keterampilan tersebut
sehingga apanya menjadi kendala dalam kegiatan tersebut kalian
bisa menyelesaikan permasalah yang di alami.133

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah upaya

pemberian bantuan kepada individu melalui kelompok untuk

mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana,

membuat keputusan yang tepat serta memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan

lingkungannya agar terbentuknya perilaku yang lebih efektif.

e. Tahapan penutupan.

yaitu merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok

merencanakan kegiatan bimbingan selanjutnya dan salam hangat

perpisahan.Dalam tahap pengakhiran pemimpin kelompok

131
Hasil Penyampaian SJ (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
132
Hasil Penyampaian LI (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
133
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
79

memberikan informasi bahwa kegiatan akan diakhiri. Untuk itu para

anggota diberi kesempatan untuk menyampaikan kesan-kesan

kegiatan yang telah dilaksanakan.134

“Apa yang kalian rasakan setelah proses konseling ini


?harapannya semoga dapat memberikan gambaran tentang cara
mengembangkan kreativitas sesuai potensi yang ada dalam diri
masing-masing”135

Menurut pendapat si SJ :

“ Yang saya rasakan setelah mengikuti proses bimbingan


kelompok yang diberikan oleh konselor dan membahas mengenai
kreativitas, sehingga saya tahu apa yang yang dimaksud dengan
kreatifitas tersebut dan bagaimana cara untuk
mengembangkannya.136

Senada dengan yang katakan LI:

“ setelah mengikuti kegiatan bimbingaan kelompok saya sedikit


mengetahui tahap-tahap dalam kegiatan tersebut, dan saya juga
mengetahui apa yang di maksud dengan kreatifitas itu sendiri dan
mengetahui bagaimana cara mengembangkannya. 137

Ungkapan konselor untuk menutup sesi konseling kelompok.

“Terimah kasih sudah mengukuti proses bimngan kelompok ini,


semoga apa yang didapatkan pada proses ini dapat
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sesi ini aka kita
lakuak selama 4 kali seminggu dalam kurung waktu 1 bulan,
dengan tujuan agar dapat mengukur proses keberhasilan kegiatan
bimbingan dalam pengembangan kreativitas. 138

134
Zawani Yasmin, Pelaksanaan..., 36
135
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
136
Hasil Penyampaian SJ (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
137
Hasil Penyampaian LI (Remaja) Sebagai Konseli Dalam Proses Konseling, 24
september 2020.
138
Hasil Penyampain Makripati Sebagai Konselor Dalam Proses Konseling, 24 september
2020.
80

Jadi peneliti dapat simpulkan bahwa dalam proses pemberian

bimbingan kelompok terdapat 5 tahap pembentukan sehingga kegiatan

bimbingan kelompok berjalan dengan lancar.

2. Layanan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kreativitas.

Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan terhadap remaja

yang berkesinambungan oleh tenaga ahli berdasarkan konsep Al-Qur’an

dan Hadist kepada remaja dalam mengembangkan kreativitas atau potensi

secara optimal agar mereka bisa mengembangkan kreativitas dan skill

yang dimiliki sehingga dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan

akhirat.Dan bertujuan untuk menanamkan dan membentuk tingkah laku

agar remaja menjadi insan yang beriman dan bertakwa mulia sehingga

mampu memiliki kepribadian yang sempurna dan selalu mendekatkan diri

kepada yang maha kuasa. Pemberian bimbingan tentang agama sangat

diperlukan oleh remaja, karena sangat berguna bagi cara berfikir dan

perilaku remaja agar sesuai dengan norma-norma masyarakat dan agama

sehingga dapat terbentuknya pola pikir remaja secara kreatif dan lebih baik

kedepannya. 139

Menurut H.M Arifin, bimbingan agama dapat diartikan sebagai :

“usia pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami

kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di

masa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan

Annisa Nur Amalliyah, “ Bimbingan Agama Dalam Pengembangan Potensi Diri Remaja
139

Di Lembaga Quantum Of Success Training Consulting Institute Cirebon (Skripsi, FIDIK


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah, Jakarta, 2019), Hlm. 108
81

dibidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu

mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui

dorongan dan kekuatan iman dan taqwanya kepada Tuhannya.” 140

Bimbingan Agama sangat penting sekali dalam kehidupan, tanpa

bimbingan manusia tidak akan mampu melewati dan menjalani segala

rintangan dan masalah kehidupan yang dialami.Sebagaimana yang kita

ketahui bahwa agama merupakan pondasi keimanana, tiang Agama.

Hukum yang berlaku didalam jiwa kita sebagai manusia, tanpa agama hati

kita akan kosong, tanpa agama hati kita akan gelisah, tanpa agama kita

kebingungan kemana kita hendak melangkah kaki.141

“Untuk mengembangkan kreativitasnya kami sebagai konselor tidak


lupa memberikan bimbingan agama kepeda remaja, dan didatangkan
langsung instruktur tenaga provesional untuk mengajarkan
bimbinganbagaimana tata cara sholat, baca Al-Qur’an, mengajarkan
akhlak/ budi pekerti, beretika dengan baik (muhadaroh) ”. 142
Senada yang dikatakan oleh Ust. Nurudin Zonky :

“Bimbingan agama adalah salah satu program kegiatan yang di


laksanakan oleh Balai Sosial Bina Remaja untuk mempersiapkan
generisa muda khususnya remaja agar bisa mengoptimalkan potensi
diri yang dimiliki. Bimbingan yang diberikan yaitu, bimbingan
bagaimana tata cara sholat, ngaji malam/ baca Al-Qur’an dan
Muhadaroh ( puclick speking).143
Berdasarkan hasil penelitian terkait Mengembangkan Kreativitas

Remaja Melalui Bimbingan Kelompok dan Bimbingan Agama di Balai

Sosial Bina Remaja, menggunakan juga bimbingan agama yang dimana

140
M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta : Golden
Terayon Press, 1982, hlm 2
141
Chabib, Thoha, Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1996),
142
Attin, wawancara, BSBR, 25 September 2020.
143
Ust,Nurudin Zonky, wawancara , BSBR 25 September 2020.
82

pihak dari Balai Sosial Bina Remaja melakukan bimbingan agama setiap

hari sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Materi bimbingan yang ada di BSBR, mempunyai arah dan bentuk

untuk menumbuhkan sikap dan perilaku dalam rangka pemgembangan

kepribadian anak agar nantinya memiliki keterampilan hidup (life skill)

sihingga mampu hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat. 144 Adapun

proses Bimbingan Agama yang dilakukan di BSBR yaitu :

1. Bimbingan Sholat, Ngaji malam/baca Al-Qur’an, dan muhadarah.

Menumbuhkan nilai spiritualitas merupakan bekal utama bagi

umat islam menjalani proses kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh

karena itu salah satu bimbingan yang diberikan untuk remaja Di

BSBR adalah bimbingan agama.Anak-anak remaja di BSBR

dibimbing atau diajarkan memperbaiki kualitas shalat, dan

melaksanakan komitmen membaca Al-quran dan muahadarah. Untuk

mencapai niliai konsistensi memperbaiki kualitas shalat mengaji ,

dan muhadarah tentu saja ada proses, dan tentu saja butuh

pembimbing (konselor/ustadz), seperti yang disampaikan oleh

konselor atau tenaga ahli yang mengajarkan anak-anak di BSBR

tentang bimbingan agama:

“kami sebagai konselor wajib mengarahkan dan mendidik


remaja untuk melaksanakan kegiatan sholat berjamaah,
mengajari bagaimana tata cara sholat bagi remaja yang belum
tahu bagaimana melakukan sholat. Bimbingan sholat yang
dilaksanakan oleh para konselor kepada remaja biasanya remaja

144
Dokumentasi, BSBSR, 15 September 2020.
83

yang tidak ikut melaksanakan sholat akan di tanyai mengapa


tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut hingga konselor bisa
mengetahui alasanya tidak mengikuti kegiatan tersebut”145

Senada yang dikatana oleh salah satu remaja RN :

“ disini kami sebagai remaja di ajarkan untuk tetap


melaksanakan kewajiban kami sebagai seorang muslim
melaksanakan sholat lima waktu, dan kami diarahkan dan
dikontrol oleh konselor dari mulai di asrama sampai kami tiba di
musholah untuk melaksanakan sholat berjamaah”146

Perintah untuk mendirikan sholat sudah tertera jelas di dalam

Al-Qur’an surat Al-Ankabut Ayat 45 :

Artinya :dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.(Al-Ankabut: 45)147

Jadi mendirikan sholat adalah kewajiban bagi setiap umat

muslim. Sholat mumpunyai kedudukan yang tidak disamai oleh

ibadah-ibadah lain. Sholat adalah tiang agama.sholat merupaakan

kewajiban untuk melaksanaknya dalam keadaan apapun.

Pemberian bimbingan tentang ibadah sangat diperlukan oleh

remaja, karena sangat berguna bagi cara berfikir dan perilaku remaja

agar sesuai dengan norma-norma masyarakat dan agama. Selain itu

sehingga dapat terbentuknya berfikir secara kreatif remaja jauh lebih

baik kedepannya. Penanaman nilai agama pada remaja melalui

pendidikan agama sudah sewajarnya menjadi hal yang paling

145
Sukaidi,wawancara, BSBR, 16 September 2020.
146
RN (Remaja), wawancara, BSBR, 16 September 2020.
147
QS.Al-Ankabut (29): 45
84

penting bagi remaja di Balai Sosial Bina Remaja agar pikiran mereka

merasa tenangdan nyaman sehingga mampu untuk berfikir secara

kreatif dan menyadari akan potensi yang dimiliki pada dirinya

sehingga mampu mengembangkan kreativitasnya.

Pemberian siraman rohani yang disampaikan langsung

ustadzt/tenaga ahli (selesai magrib)

“biasanya pihak konselor bekerja sama dengan pihak lembaga


mendatangkan langsung ustadz/tenaga ahli untuk memberikan
tausiah secara langsung kepada anak asuh setelah sholat magrib
berjamaah, tujuannya agar anak asuh mendapatkan pencerahan
rohani”148

Untuk menumbuhkan sikap berfikir positif dan kreatif Konselor

membiasakan remaja untuk melaksanakan ngaji bersama/membaca

Al-Qur’an seteleh kegiatan ibadah selesai. Seperti yang diungkapkan

oleh Makripati selaku konselor di BSBR :

“Kami selaku konselor dan pihak Balai dalam mengembangkan


pola pikir positif dan kreatif remaja dalam proses bimbingan
agama melalui sholat berjamaah, pemberian siraman rohani, dan
mengajarkan membaca Al-Qur’an, sehingga dengan cara itu
remaja bisa menerapkan pada dirinya agar kepribadian dan
perilakunya dapat jauh lebih baik lagi dan untuk melatih anak
didik dalam mengasah kemampuan membaca al-Quran.”149

Seperti yang dikatakan remaja :

“ saya merasa bahagia karena kami disini diajarkan mengaji dan


didatangakan langsung tenaga ahli untuk mengajari membaca
Al-Qur’an, yang awalnya saya tidak bisa mengaji setelah
diberikan bimbingan dan alhamdulillah saya bisa, dan saya
merasa pikiran saya menjadi tenang jika membaca Ayat Al-
Qur’an”150

148
Idham, wawancara, BSBR, 16 september 2020.
149
Makripati, wawancara, BSBR, 18 September 2020.
150
SJ ( Remaja ), wawancara, BSBR, 16 September 2020.
85

Shalat dan membaca Al-quran tentu saja dapat memberikan

banyak manfaat yang positif bagi anak didik di BSBR.Oleh karena

itu manfaat tersebutlah yang melandaskan konselor dan ustadz di

BSBR untuk melakukan bimbingan agama.Seperti yang dijalaskan

dalam hadits atau Ayat Al-Qur’an .tentang manfaat shalat.Dan yang

dijelakan dalam hadits atau Ayat Al-Quran tentang manfaat

membaca Alquran.

Berdasarkan hadits riwayat An-Nasa'i dan Ahmad tentang

manfaat Sholat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Artinya: dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan

minyak wangi. Dan dijadikan lah penyejuk hatiku dalam ibadah

shalat.151

Artinya“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk

kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira

kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh

bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra: 9)152

151
https://news.detik.com/berita/d-4760405/5-hadits-tentang-sholat-dan-keutamaannya-
yang-lengkap dikutip hari jum’at jam 23:57
https://paluipuntik.com/hadits-keutamaan-membaca-al-quran/dikutip hari jum’at jam
152

23:57.
86

Makna ayat Al-Qur’an atau hadits yang menjelaskan tentang

manfaat shalat dan membaca Al-Qur’an selaras dengan yang

disampaikan oleh konselor:

“ Manfaat Sholat dan Membaca Al-Qur’an adalah sebagai


peyejuk hati agar kita tenang menjalankan segala kegiatan dan
memberikan petunjuk (jalan) yang terbaik. 153

Menurut pandangan peneliti Pada dasarnya dalam

mengembangkan kreativitas pada remaja di Balai Sosial Bina

Remaja sangatlah penting karena remaja dari latar belakang, anak

putus sekolah terlantar, kurang mampu dan rentan permasalahan

kesejahtraan sosial. Kesimpulannya mereka memiliki masalah yang

berbeda.Sehingga kehadiran konselor sangatlah dibutuhkan, paling

tidak konselor bisa menumbuhkan semangat pada remaja dalam

menghadsapi masalah yang dialami selama ini.Sesuai yang

dijelaskan dalam hadits dan ayat Alquran diatas harapannya dengan

melakasnakan shalat dengan baik dan memperbaiki kualitas

membaca Al-Qur’an dapat membentuk nilai spiritualitas yang baik

sehingga anak didik mampu mengembangkan segala potensi yang

mereka miliki. Jika potensi atau keterampilan dan kreativitas remaja

tidak dikembangkan maka potensi dan bakat yang dimiliki remaja

tersebut tidak akan berkembang, sehingga disinilah peran penting

lembaga atau konselor bagi perkembangan kreativitas remaja. Besar

harapan melalui bimbingan agama yaitu belajar mengaji dengan

153
Ust.Bulkaini, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020.
87

tartil dapat menumbuhkan kreativitas remaja di BSBR yaitu menjadi

hafizoh.

Selain belajar mengaji kegiatan bimbingan agama yang

diajarkan ustadz di BSBR untuk melatih kreativitas anak didik

adalah muhadarah.Muhadarah adalah latihan berpidato.Dengan

belajar muhadarah harapannya dapat melatih nilai-nilai kreatifitas

seperti public speaking.

Menurut Webster‟s Third New International Dictionary, Public

Speaking adalah :

1). Proses pembicaraan di depan publik.

2).Seni serta ilmu pengetahuan mengenai komunikasi lisan yang

efektif dengan para pendengarnya 154

Melalui kegiatan Muhadharah, anak asuh dilatih berbicara

didepan orang banyak (teman-temannya) layaknya seorang da’i yang

sedang berdakwah menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.Melalui

aktifitas atau kegiatan Muhadharah ini anak asuh dilatih berbicara di

depan teman-temannya untuk menyampaikan isi pidato dengan

maksud agar mereka memiliki keberanian untuk berbicara didepan

public.155Seperti yang dijelaskan oleh ustadz di BSBR:

“Muhadarah adalah kegiatan yang rutin dilaksakan sekali


seminggu yaitu pada malam jumat.Dengan berlatih muhadarah
154
Amirulloh,Syarbini. Buku Panduan Guru Hebat Indonesia.(Yogyakarta: ArRuzz, 2015)
Dian Ramadhayanti, “Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Muhadharah Untuk
155

Meningkatkan Kecakapan Public Speaking Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 27


Kabupaten Tebo, (Skripsi, Ftk Uin Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi 2020), Hlm. 14
88

harapannya anak didik memiliki mental yang baik dalam


berbicara didepan umum, berlatih public speaking.Dengan
demikian minimal anak didik diharapkan memliki kretivitas
berupa menjadi orator ilmiah, menjadi ustadzah yang mampu
memberikan ceramah-ceramah yang menyejukkan hati. Selain
itu dengan belajar tata cara shalat yang baik, belajar membaca
Alquran yang tartil harapannya agar anak didik mampu
memiliki potensi kreativitas menjadi hafizoh”156

Kegiatan muhadharah, yaitu menyampaikan pidato (Public

Speaking).Materi yang disampaikan seputar keagamaan, motivasi

ataupun nasehat-nasehat.Tugas untuk menyampaikan pidato adalah

tugas yang banyak di takuti oleh sebagian anak asuh.berikut

wawancara dengan remaja :

“menjadi petugas pidato menurut saya menakutkan untuk saya,


karena dituntut untuk bisa berbicara didepan, ya memang sudah
di latih terlebih dahulu dan boleh melihat teks ketika lupa materi
tetapi itu hal yang tidak biasa kita lakukan berbicara didepan
teman-teman dan Ust”157

Disisi lain ada juga anak asuh yang ketika di tunjuk sebagai

petugas pidato menyukainya, karena siswa tersebut mempunyai

bakat dan rasa percaya diri ketika berbicara di depan orang banyak.

Berikut wawancara dengan remaja:

“saya suka ketika mendapat tugas berpidato, karena selain


melatih saya berbicara didepan orang banyak saya juga dapat
membagi ilmu yang saya sampaikan, dari yang sebelumnya saya
tidak tahu menjadi tahu begitupun dengan teman-teman yang
belum tahu menjadi tahu”.158

Dari wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

menjadi petugas untuk berpidato di senangi oleh siswa karena mereka

156
Ust.Bulkaini, wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020.
157
FA (Remaja), wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020
158
LN (Remaja), wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020
89

mempunyai bakat dan mempunyai wawasan yang luas serta sadar

akan kemampuannya dalam berpublic speaking bagus dan tidak

menyia-nyiakan kemampuannya sehingga ia berani berbicara di

depan. menjadi petugas berpidato tidak disenangi oleh siswa sebab ia

takut dan tidak terbiasa berbicara didepan dan belum mempunyai

kesadaran akan pentingnya dan manfaat ketika pandai berbicara

didepan.

Pernyataan anak didik tentang kemampuan public speaking dan

kemampuan tartil membaca alquran setelah mereka belajar

muahadarah dan diajarkan membaca Al-Qur’an:

“ saya sangat senang mengikuti kegiatan muhadaroh, karena


dalam kegiatan tersebut kami dilatih untuk mengembangkan
public speaking yang dimana sebelum kegiatan tersebut kami
ditunjuk untuk memimpin kegiatan muhadaroh dan sekaligus
memberikan pidato di hadapan teman-teman maupun pihak
lembaga, yang awalnya kami semua masih canggung dan tidak
percaya diri”.159

“ Setelah mengikuti berbagai proses kegiatan seperti muhadaroh


dan membaca Al-Qur’an, alhamdulillah yang awalnya
kemampuan public speaking saya masih kurang dan setelah
mengikuti kegiatan tersebut public speaking saya semakin lancar
dan tidak ragu lagi untuk berbicara di depan teman-teman dan
begitupun tehnik membaca Al-Qur’an dan sekarang saya malah
sering di minta untuk memimpin kegiatan Membaca Al-Qur’an
bersama teman-teman dan juga sering di minta untuk acara
dalam segala kegiatan yang mencakup keagamaan di BSBR” 160

159
DR (Remaja), wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020.
160
QA (Remaja), wawancara, Balai Sosial Bina Remaja, 16 September 2020.
90

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Mengembangkan

Kreativitas Remaja Di BSBR

1. Faktor Pendukung Dalam Mengembangkan Kreativitas Remaja Di

Balai Sosial Bina Remaja

Ada beberapa yang menjadi faktor pendukung dalam

mengembangakan kreativitas remaja, yaitu sebagai berikut :

a. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.161

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,

bahwasannya saran dan prasana yang disediakan oleh lembaga

sangat memadai sehingga segala kegiatan berjalan dengan lancar.

Maka salah satu dari peksos di BSBR mengatakan :

“Dalam memberikan bimbingan saya selaku instruktur tenaga


ahli sangat bershukur karena dimudahkan dalam memberikan
bimbingan kepada remaja karna tersedianya sarana dan
prasarana yang sangat mendukung kegiatan bimbingan”.162

Senada yang dikatakan oleh remaja BSBR :

“saya sangat senang mengikuti bimbingan keterampilan


karena segala peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia
sehingga saya bisa mengembangan kemampuan dan skill
yang dimiliki”.163

b. Kinerja pegawai.

“untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh


remaja, kami mengoptimalkan kinerja Konselor, staff,
fungsional pranata humas dan pengelola kepegawaain yang
memiliki latar belakang pendidikan sarjana psikologi untuk
memberikan pelayanan bimbingan terhadap remaja.164

161
Lalu, wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
162
Suharni, wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
163
AF (remaja) wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
164
Gania (Kepala) wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
91

c. Adanya kerjasama dengan lembaga lain.

“keberhasilan proses pelayana tidak terlepas dari kontribusi


pihak-pihak lain baik instansi Pemerintah, maupun Swasta,
dan lembaga kesejahtraan sosial (LKS), antara lain : Korem
Wirabhakti Mataram, Polsek Labuapi, Dinas Sosial
Kabupaten/Kota Se NTB, Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB,
PSMP “Paramita” Mataram, Camat Labuapi, Kepala Desa
Bengkel dan Tempat-tempat usaha dimasyarakat.165

Senada yang dikatakan oleh konselor:

“kami di BSBR tidak terlepas berkerja sama dengan pihak


luar untuk menyelesaikan permasalahan maupun
mengembangkan kreativitas remaja, bahkan mendatangkan
langsung instruktur provesioanal untuk mendidik dan
membimbing remaja terkait dengan kegiatan yang dilakukan
di BSBR.166

2. Faktor Penghambat Dalam Mengembangkan Kreativitas Remaja Di

Balai Sosial Bina Remaja

Dari berbagai penerapan yang dilakukan oleh peksos dalam

mengembangkan kreativitas remaja. Banyak peneliti dapatkan dari

lapangan ketika peksos maupun tenaga ahli melakukan peranannya

terhambat oleh bebrapa hal di antaranta berupa minimnya pengetahuan

remaja akan pentingnya bimbingan kelompok dan bimbingan agama bagi

penyelsaian masalahnya, pentingnya memiliki dan mengembangkan

kreativitas pada dirinya.

Adapun beberapa faktor pengambat dalam mengembangkan

kreativitas remaja di Balai Sosial Bina Remaja yakni sebagai berikut :

165
Gania (Kepala) wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
166
Makripati wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
92

1. Perilaku remaja yang minim ilmu pengetahuan agama dan

kurangnya percaya diri.

Bedasarkan hasil penelitian terkait faktor penghambat

kreativitas remaja maka salah satu instruktur tenaga ahli dari

BSBR mengatakan sebagai berikut :

“ dalam proses pemberian bimbingan agama kepada


remaja, masih banyak remaja yang masih kurang pemahan
dalam tata cara sholat, tata cara membaca al-qur’an, dan
kurangnya rasa percaya diri ketika mereka berhadapan
dengan orang ramai atau berbicara di muka umum”167

2. Kurangya motivasi dalam kegiatan keterampilan.

Bedasarkan hasil penelitian terkait faktor penghambat

kreativitas remaja maka salah satu Konselor dari BSBR

mengatakan sebagai berikut :

“di dalam kegitan kreativitas keterampilan bahwa


kurangnya motivasi dalam kegiatan keterampilan adalah
salah satu faktor penghambatnya contohnya seperti anak-
anak remaja masih malas mengikuti kegiatan keterampilan
dan kurag fokus ketika mengikuti kegiatan keterampilan,
dan juga anak-anak remaja sering tidak mendengarkan
intruksi pembina ketika melakukan kegiatan”168

Jadi berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat

simpulkan bahwa faktor penghambat kegiatan kreativitas

keterampilan adalah minimnya ilmu pengetahuan pengenai

pendidikan agama dan kurangnya percaya diri dan berbicara di

depan umum, dan kurangnya motivasi dalam kegiatan

keterampilan pada remaja di BSBR.

167
Ridwan, wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
168
Misbah, wawancara, Balai sosial Bina Remaja, 23 september 2020.
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya peniliti telah memamparkan paparan data dan temuan

yang peneliti temukan di lokasi penelitian. Pada bab tiga peneliti akan

menganalisis berbagai data dan temuan ada secara teoritis dengan teori-teori yang

sudah peneliti sampaikan pada kajian teori. Adaun hal-hal yang akan menjadi

bahan kajian analisis dari peneliti pada bab ini adalah : 1. Bagaimana proses

layanan bimbingan kelompok dan bimbingan agama dalam mengembangkan

kreativitas remaja. 2. Apakah faktor penghambat dan pendukung dalam

mengembangkan kreativitas remaja.

Berdasarkan paparan data dan temuan yang sudah di ungkapkan pada Bab

sebelumnya, peneliti mencoba menggambarkan dan mencocokan data yang ada.

Selain itu peneliti juga mengemukakan mengenai bagaimana bimbingan

kelompok dan bimbingan agama dalam mengembangkan kreativitas remaja yang

pada teori-teori yang sudah peneliti siapkan sebagai bahan analisa.

Sebelum peneliti memaparkan bagaimana mengembangkan kreativitas

remaja melalui bimbingan kelompok dan bimbingan agama, sekiranya peneliti

akan memaparkan kriteria remaja yang kurang memiliki kreativitas sehingga perlu

diberikan bimbingan kelompok dan bimbingan agama sehingga kreativitas mereka

tinggi. Adapun kriteria remaja yang kurang memiliki kreativitas adalah :

93
94

1) Tidak senang mencari pengalaman baru. 2) Kurang memiliki keasyikan

dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.3) Tidak memiliki inisiatif. 4) Kurang

memiliki ketekunan 5) Kurang berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.7)

Keingintahuan masih kurang. 8) Kurang percaya kepada diri sendiri. 9) Masih

kurang wawasan.

Dari pemaparan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa remaja yang akan

mengikuti proses bimbingan kelompok dan bimbingan agama termaksud dalam

kriteria-kriteria remaja yang memiliki kreativitas yang kurang. Dalam hal tersebut

remaja akan di bimbing melalui bimbingan kelompok dan bimbingan agama.

A. Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Pengembangan

Kreativitas Remaja.

Mengulas kembali teori tentang konseling kelompok yang telah

dicantumkan oleh peneliti pada kerangka teori,konseling kelompok

merupakan suatu proses konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang

bertemu dengan 1-2 konselor. Dalam konseling kelompok,

komunikasi antar anggota konseling sangat berperan penting pada

proses konseling kelompok, komunikasi yang lancar dan tidak

canggung dapat menghasilkan proses konseling yang efektif dan

berhasil. Proses ini disebut keberhasilan building rapport.

Dalam proses konseling kelompok dengan tujuan menumbuhkan

kreativitas, peneliti telah amati terjalinnya komunikasi yang baik dan

lancar. Hal ini membuat konseling berjalan dengan efektif seperti

yang peneliti paparkan pada data dan temuan ketika masing-masing


95

anggota konseling menceritakan permasalahannya terkait bagaimana

cara mengembangkan kreativitas, masing-masing konseli saling

berbagi pengalaman mengenai cara mengembangkan kreativitas.

Pada konseling kelompok tujuan utamanya adalah setiap

anggota konseling bisa berbagi cerita dan cara mengatasi

permasalahan yang dihadapi karena permasalahan yang dibahas

merupakan satu masalah yang sama dengan tehnik diskusi sebagai

model utama dalam menyelesaikan masalah. Selain itu dalam

konseling kelompok diperlukan materi dalam penyelesaian masalah,

materi tersebut diterapkan untuk mempermudah proses konseling agar

tujuan konseling dalam memecahkan suatu permasalahan tercapai.

Penelitian yang peneliti amati di BSBR dalam menyelesaikan

permasalahan terkait bagaimana cara mengembangkan kreativitas

digunakan layanan konseling kelompok. Pada konseling kelompok

anggota konseling lebih aktif untuk saling bantu memecahkan

permasalahan yang dihadapi dengan materi yang sudah disepakati dan

lebih aktif berbagi perpektif tentang bagaimana cara mengembangkan

kreativitas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh konselor salah seorang

konselor di BSBR:

“Konseling itu intinya ada dua yaitu pemecahan masalah dan


pengembangan potensi nahh konseling individu pemecahan
masalah dengan face to face, dalam konseling kelompok hanya
dibutuhkan pemecahan masalah secara diskusi kelompok agar
96

konseli banyak yang care dan respect sama dia sehingga


masalahnya lebih cepat selesai. ”169

Pada sesi konseling kelompok untuk menumbuhakan kreativitas

penulis menganalisa ada beberapa strategi yang diterapkan dalam

layanan konseling kelompok yakni:

1. Strategi orang lain.

pengaplikasian konseling kelompok dengan strategi orang

lain terlihat ketika masing-masing anggota konseling

mengungkapkan pendapat untuk saling memberikan tanggapan

terhadap bagaimana cara mengembangkan kreativitas. Anggota

konseling terlihat saling memberikan solusi dengan mengacu

kepada cara mengembangkan kreativitas sesuai pengalaman dan

pemahaman masing-masing, rata-rata dari mereka menanggapi

dengan memberikan solusi tentang bagaimana cara

mengembangkan kreativitas.

Artinya setiap masing-masing anggota konseling bisa

belajar cara menumbuhkan kreativitas dari masing-masing

anggota konseling yang lain terlihat ketika konseli satu

menyampaikan pendapat yang senada disampaikan oleh konseli

yang lain. Sebagaimana peneliti menyimpulkam ungkapan dari

beberapa konseli yang mengatakan bahwa:

“Cara menumbuhkan kreativitas adalah kita perlu


konsisten melaksanakan apa yang menjadi bakat kita,
mengerjakannya dengan sepunh hati dan dilakukan

169
Wawancara Dengan konselor BSBR, Kamis, 24September 2020 Pukul 11:00-11:30
97

berlang-ulang. Dengan demikian apa yang kita tekuni


dapat menjadi sebuah potensi dalam diri sehingga dengan
otomatis akan menjadi kreativitas”170

2. Strategi mengubah konsentrasi

Dalam proses konseling kelompok diterapkan strategi

mengubah konsentrasi yaitu konseli diminta untuk tidak fokus

pada masalah yang dihadapi atau penyebab yang menyebabkan

sulitnya menumbuhkan kreativitas melainkan fokus pada

muhasabah diri tentang bagaimana cara mengembangkan

kreativitas. Pada pengamatan peneliti penerapan strategi

mengubah konsentrasi terlihat pada ungkapan-ungkapan anggota

konseling yang terangkum pada pernyataan bahwa:

“Tidak cepat berputusa asa dan jangan merasa bahwa kita


tidak memiliki kreativitas karena hal itu malah akan
menambah beban baru, kemudian selalu optimis akan
mendapatkan hasil yang baik yang akan dicapai, ketika
kita yakin bahwa kita memiliki potensi maka tekunilah
sekalipun itu sulit dan yakin bahwa setelah kesulitan dan
kerja keras akan ada hasil yang memuaskan.”171
Dalam kutipan tersebut disimpulkan bahwa sugesti positif

yang ditanamkan pada pikiran akan membantu seseorang

terlepas dalam fokus yang negatif. Artinya pola pikir positif

mampu membuat anggota konseling optimis dan memiliki

gambaran tentang bagaimana cara mengembangkan kreativitas.

170
Observasi Konseling Kelompok: Kamis, 24September 2020. Pukul 09:35-09:40
171
Observasi Konseling Kelompok: Kamis , 24 Spetember 2020. Pukul 09:45-09:50
98

3. Strategi redefinisi

Penerapan strategi redefinisi yakni Individu dapat

mengubah pola pikir yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan

diri, yang artinya pola pikir dapat diperbaiki atau bahkan

diubah.Dari pola pikir negatif yang menyebabkan individu

merasa tidak memilki kreativitas atau potensi mejadi pola pikir

positif yang membuat seseorang optimis dalam mengahadapi

sesuatu apapun. Strategi ini terlihat pada ungkapan dari salah

seorang konseli yang mampu memaknai bahwa pada dasarnya

setiap orang memiliki potensi yang yang perlu disadari dan

dikembangkan menjadi sebuah kreativitas, hanya saja mungkin

ia belum menyadari. Konseli mengubah definisi negatif dalam

pikirannya yang membuatnya merasa bahwa dirinya tidak

memiliki kreativitas kemudian memunculkan sugesti positif.

Terlihat saat salah seorang konseli mengungkapkan kalimat

positif nya dengan intonasi suara yang semangat dan

meyakinkan konselilain dengan kalimat ungkapannya sebagai

berikut:

“Kita semua pada dasarnya memliki potensi yang luar


biasa.Kita semua memiliki kreativitas yang terpendam,
jangan pernah merasa kita tidak memiliki potensi. Mari
asah potensi yang kita miliki dan lakukan dengan
konsisten”172

172
Observasi Konseling Kelompok: Kamis, 24 September 2020.
99

Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa ada sikap

optimisyang perlu ditumbuhkan dalam mengasah dan

mengembangkan kreativitas. Yakin akan potensi diri dan terus

mencoba merupakan kunci mencapai keberhasilan dalam

mengembangkan kreativitas.

B. Layanan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kreativitas.

Dalam mengembangkan kreativitas anak didik tidak cukup

hanya dengan melalui proses konseling saja. Perlu adanya bimbingan-

bimbingan lain yang sekiranya dapat menunjang untuk

mengembangkan potensi anak didik. Salah satu strategi yang

dilakukan oleh pihak BSBR untuk mengembangkan kreativitas anak

didik adalah dengan cara mendatangkan tenaga ahli lainya untuk

melatih anak didik dalam mengembangkan dan mengasah kreuativitas.

Dalam hal ini tenaga tenaga ahli yang dimaksud adalah ustadz.

Menurut analisis peneliti pada bab II bahwa kreativitas yang

dikembangkan pada remaja di BSBR adalah kreativitas bernuansa

religius. Beberapa kreativitas yang dilatih adalah Membaca Alquran,

muhadarah, dan memperbaiki kualitas shalat.Kreativitas yang lebih

condong dilatih adalah belajar membaca ALquran dengan tartil dan

belajar muhadarah.

Berlatih membaca Alquran dengan tartil dan belajar muhadarah

bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan juga hal yang mustahil. Oleh

karena itu pigur seorang ustadz atau ustadzah sangatlah penting untuk
100

melakukan bimbingan agama berupa latihan mengaji dengan tartil dan

muhadarah. Bimbingan membaca Alquran dengan tartil dilakukan

secara rutin setiap hari baqda maghrib dengan dibimbing oleh ustadz

setiap harinya. Dengan membaca Alquran setiap harinya tentu saja

akan menjadi kebiasaan sehinggga menjadikan lidah fasih dalam

membaca Alquran. Ustadz dengan penuh kesabaran terus

membimbing anak didik untuk berlatih membaca Alquran dan

memberikan motivasi-motivasi positif agar anak didik terpacu belajar

membaca Alquran. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan

dorongan atau ransangan untuk membentuk suatu keprbadian. Seperti

yang dijelaskan dalam teori behavioristik, proses belajar tunduk

kepada dua hukum, yaitu:

1. Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya tingkah laku

operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan

tingkah laku tersebut akan meningkat. Artinya tingkah laku yang

ingin dibiasakan akan meningkat dan bertahan apabila ada

reinforcer.

2. Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku

operant tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan

tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Ini


101

bermakna bahwa tingkah laku yang ingin dibiasakan tidak akan

eksis, apabila tidak ada reinforcer.173

Selaras dengan penjelsan teori behavior diatas model bimbingan

yang sama juga dilakukan oleh ustadz untuk melatih anak didik

berlatih muhadarah. Ustadz secara rutin melatih muhadarah pada anak

didik sekali seminggu yaitu pada malam Jumat. Muhadarah adalah

latihan berpidato. Pada proses ini anak didik berlatih public speaking,

belajar menjadi penceramah, hingga belajar retorika dalam

berdakwah. Secara tidak langsung dengan belajar muhadarah dapat

melatih mental anak didik untuk berbicara didepan umum. Penulis

melihat bahwa dengan belajar dan praktik muhadarah secara bersama

dapat menjadi praktik baik untuk saling mencontoh pola public

speaking, dan retorika yang dimiliki oleh setiap orang. Hal demikian

selaras dengan ungkapan Dr. Ibrahim Elfiky bahwa ada 7 sumber

yang memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam membentuk

perilaku manusia, beberapa diantaranya adalah lingkungan dan

teman.174

Dalam Islam proses mencontoh atau meniru tindakan disebut

dengan Taqlid (imitasi atau peniruan). Kebanyakan perilaku manusia

dan kebiasaannya merupakan hasil tiruan dari orang yang ada di

173
Izzatur Rusuli , Refleksi Terori Belajar Behavioristik Dalam Persektis Islam, Volume 8 ,
Nomor 1, Juli 2014, Hlm 7
174
Ibrahim Elfikiy, Terapi Berfikir Positif, (Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta ,2019), Hlm
8.
102

sekelilingnya. Proses belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui

imitasi (peniruan). Teori ini terealisasi ketika seseorang meniru orang

lain dalam mengerjakan sesuatu maupun melafalkan suatu kata.

Setelah terjadinya proses Taqlid maka selanjutnya akan muncul proses

Ta’wid (pembiasaan). Seseorang dikatakan belajar dengan ta’wid

(pembiasaan) jika ada stimulus indrawi yang merangsangnya. Ketika

itulah seseorang menanggapi stimulus indrawi yang disebut sebagai

respon. Respon ini kemudian diikuti dengan stimulus netral.175 Ptoses

ustadz mengajar membaca Alquran dan muhadarah dapat diartikan

sebagai stimulus atau ransangan yang memotivasi anak didik untuk

belajar. Anak didik mampu membaca Alquran dengan tartil dan

memiliki public speaking yang baik adalah proses dari taqlid yaitu

sesuatu yang dibiasakan secara rutin sehingga menjadi takwid

pembiasaan.

Konsitensi seorang ustadz untuk memberikan bimbingan agama

berupa belajar mengaji dan muhadarah tentu saja membuahkan hasil.

Berdasarkan ungkapan beberapa anak didik pada BAB II

menunjukkan bahwa Alhamdulillah saat ini beberapa anak didik

menjadi qoriah dan hafizoh, beberapa anak didik sudah mampu untuk

berpidato dengan retorika yang baik. Keberhasilan yang diraih anak

didik tersebut merupakan salah satu bentuk kreativitas religius yang

8 Izzatur Rusuli , Refleksi Terori Belajar Behavioristik Dalam Persektis Islam, Volume 8 ,
Nomor 1, Juli 2014, Hlm 9
103

diasah dari proses bimbingan agama. Seperti ungkapan salah seorang

anak didik atas nama ZM:

“Potensi itu diasah, kreativitas itu kita yang ciptakan. Saya


awalnya adalah orang yang tidak teralalu fasih mengaji, dan
tidak berani bicara didepan umum. Dengan konsistensi
Alhamdulillah sekarang saya mulai fasih mengaji dan bisa
berpidato, ini merupakan kreativitas baik yang perlu saya
teruskan”.176

Ungkapan anak didik diatasa selaras dengan janji Allah dalam

beberapa ayat Alquran yang berbunyi

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai


orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-baqarah:195)

“Barang siapa yang berbuat kebaikan (sebesar biki dzarrah),


niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang
berbuat kejajahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan
melihat (balasan nya pula” QS. Az-Zalzalah:7-8)

“Sesungghnya rahmat Allah sangat dekat bagi orang-orang


yang berbuat baik”. (QS. AL-A’araf: 56).

176
ZM salah seorang anak didik di BSBR.Wawancara Kmis 24 September 2020, jam 08.00 di
BSBR.
104

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Mengembangkan

Kreativitas Remaja Di Balai Sosial Bina Remaja.

1. Faktor Pendukung Dalam Mengembangkan Kreativitas

Remaja Di BSBR.

a. Tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan oleh

lembaga seperti : ruang keterampilan dan ruangan keagamaan

dan lainnya.

Dukungan dari pihak balai dalam memberikan fasilitas

baik dukungan secara moril maupun secara materil dengan

upaya menyediakan kelas keterampilan, tata boga, tata rias

dan tata busana danlainnya.Ini sangat membantu dalam upaya

mengembangkan kreativitas pada diri remaja itu sendiri,

karena mereka belajar banyak dan bisa mengekpresikan

dirinya melalui kelas keterampilan. Hal ini sesuai dengan

pandangan Utami Munandar yang mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu : a) Usia,

b) tingkat pendidikan orangtua, c) tersedianya fasilitas, d)

penggunaa waktu luang.177

Dari faktor yang mempengaruhi perkembangan

kreativitas jelas bahwa, Sarana dan prasarana merupakan

salah satu faktor yang mendukung dalam pengembangan

kreativitas.Dengan adanya fasilitas tersebut remaja bisa

177
Muhammad Ali Dan Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik), (Jakarta: PT .Bumi Askara, 2011), Hlm 53.
105

mengembangkan kemampuan, skill maupun bakat yang

dimiliki.

Dengan tujuan pengembangan kreativitas dan potensi

remaja, agar memiliki keterampilan dan kreativitas diri yang

dapat dimanfaatkan sekarang maupun kedepanya. Fasilitas

yang berupa dukungan moril dan materil dapat membantu

dalam mendukung perkembangan kreativitas dan potensi

yang dimiliki diri masing-masing remaja tersebut jauh lebih

baik, dengan demikian konselor akan merasa terbantu dalam

mengembangkan kreativitas remaja di Balai Sosial Bina

Remaja.

b. Kinerja pegawai

Dalam proses pengembangan kreativitas remaja pihak

lembaga mengoptimalkan kinerja pegawai sehingga dalam

proses penyelesaianya masalah anak bisa terseleikan, dan

pihak lembaga mengoptimal kinerja pegawai yang memiliki

datar belakang pendidikan sarjana psikologi untuk

memberikan pelayanan konseling dan assesment terhadap

remaja yang sedang menghadapi masalah.

Menurut Sinambela,mengemukakan bahwa kinerja

pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam

melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja pegawai

sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui


106

seberapa jauh kemampuan pegawai dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan kepadanya.178

Dari faktor yang mempengaruhi kreativitas remaja salah

satunya adalah kinerja pegawai yang merupakan faktor

pendukung dalam mengembangak kreativitas remaja.

c. Adanya kerjasama yang baik lembaga/konselor dengan

lembaga lain.

Dari analisis yang dilakukan peneliti bahwa kerja sama

yang terjalin antara lembaga/konselor dengan lembaga lain

khususnya dengan para tenaga ahli merupakan salah satu

pendukung yang penting bagi perkembangan kreativitas

remaja, dikarena dengan melalui tenaga ahli tersebut konselor

bisa mengetahui perilaku, keadaan remaja ketika mengikuti

kelas keterampilan maupu kegiatan keagamaan dan lainnya,

baik yang bersifat positif maupun yang negatif, dikarenakan

ketika terjadi suatu permasalahan baik masalah kurang

fokusnya dalam mengikuti kegiatan maupun perilaku yang

kurang baik remaja, maka pihak instruktur/tenaga ahli

berkonsultasi lansung kepada konselor di BSBR.

Menurut Amabile, pengembangan kreativitas di lembaga

dengan mendorong atau menciptakan suasana yang

memungkinkan munculnya perilaku kreatif dan inofatif. Pada

178
Bab 2.pdf (uinsby.ac.id) dikutip hari sabtu, 12 November, jam 22:15
107

cara ini kreativitas di ajarkan secara langsung oleh tenaga ahli

sehingga akan memunculkan sikap dan perilaku yang

kreatif.179

Sehingga dari kerjasama dengan pihak lembaga lain

mendorong adanya penyelesaiaan masalah selain itu,

konselor dan tenaga ahli berkerjasama dalam mengarahkan

remaja dalam mengembangkan kreativitas sesuia dengan

keahlian yang dimiliki, karena pendidikan bersifat non formal

yang diberikan oleh konselor dan tenaga ahli. Jika pendidikan

ini selalu di terapkan maka sangat membantu dalam upaya

pengembangan kreativitas pada remaja.

2. Faktor Penghambat Dalam Mengembangkan Kreativitas

Remaja Di Balai Sosial Bina Remaja

a. Minimnya ilmu pengetahuan agama dan kurangnya percaya

diri.

Konselor di BSBR, selalu berusaha agar remaja tersebut

selalu mengikuti kegiatan keagamaaan yaitu : sholat

berjamaah, ngaji bersama/ membaca Al-Qur’an dan kegiatan

Muhadaroh yaitu berpidato melatih public speaking di depan

teman temanya.

Tujuan dari kegiatan ini dilakukan agar remaja

mengetahui ilmu tentang agama, bagaiman tata cara sholat,

179
Rahmad aziz , psikologi pendidikan (modal pengembangan kreativitas dalam praktik
pembelajaran, ( malang UIN-Maliki perss (anggota IKAPI). 2020), hlm 22
108

dan bagaimana membaca Al-Qur’an sesuia dengan

Tazwitnya dengan harapan remaja bisa mengembangkan

kreativitasnya dan menjadi Tahfizoh. Begitupun dengan

kegiatan Muhadaror yang mewajibkan remaja harus bisa

berpidato di depan pihak lembaga, Ustads dan teman-

temanya yang bertujuan agar remaja percaya diri dalam

menyampaikan sesuatu di depan halayak umum. Yang

dimana landasan kegiatan Muhadaroh adalah :

1. Meningkatkan rasa percaya diri remaja ketika

berbicara di depan publik.

2. Mengembangkan dan menyalurkan bakat dan minat

remaja

3. Menumbuhkan sikap tanggung jawab dan

kemandirian dalam menjankan tugas.

4. Melatih kelancaran berbicara

5. Menanamkan generasi yang semangat dalam

berdakwah

Kegiatan muhadharah dapat mempengaruhi kepribadian

remaja.Kepribadian sendiri merupakan kata sifat yang

menunjukkan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-

hari.Kepribadian cenderung dari bawaan lahir dan dapat juga

dipengaruhi oleh pendidikan di lingkungan sekitar sehingga

membentuk kejiwaan.Kepribadian mempengaruhi sikap


109

sesorang dalam menjalani kehidupan baik dalam lingkungan

keluarga, sekolah maupun bermasyarakat.180

b. Kurangya motivasi dalam kegiatan keterampilan.

Yang menjadi hambatan dan kendala ketika tenaga ahli

melakukan kegiatan keterampilan seperti yang disampaikan

oleh konselor yaitu :

1. seperti anak-anak remaja masih malas mengikuti

kegiatan keterampilan

2. kurag fokus ketika mengikuti kegiatan keterampilan,

3. anak-anak remaja sering tidak mendengarkan intruksi

pembina ketika melakukan kegiatan

c. Kemampuan menyerap informasih remaja yang berbeda-

beda.

Salah satu faktor penghambat dalam mengembangkan

kreativitas remaja adalah kurangnya kemampuan remaja

dalam menyerap informasi yang diberikan pada saat

bimbingan, hal ini dikarenakan latang belakang remaja yang

berbeda seperti anak putus sekolah, anak rentang permasalah

sosial, anak terlantar dan lainnya.

180
Weller, B. F., Kamus Saku Perawat (ed. 22), (Jakarta: EGC, 2005), hlm 59.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai

“Mengembangkan Kreativitas Remaja Melalui Layanan bimbingan

Kelompok dan Bimbingan Agama” Konselor dan Tanaga Ahli sudah

melaksanakan bimbingan kelompok dan bimbingan agama dengan baik

dalam upaya mengembangkan kreativitas remaja dengan berbagai mancam

faktor pendukung dan penghambat sehingga peneliti menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengembangan Kreativitas Remaja Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok dan Bimbimgan Agama di Balai Sosial Bina Remaja Sebagai

berikut :

a. Tahap layanan bimbingan kelompok di BSBR di bagi menjadi lima

yaitu :

1) Tahap Pembentukan

2) Tahap Peralihan

3) Tahap Kegiatan

4) Tahap Penyimpulan

5) Tahap Penutupan

b. Mengembangkan Kreativitas Remaja Melalui Layanan Bimbingan

Agama di Balai Sosial Bina Remaja Sebagai berikut :

110
111

Bimbingan agama yang diberikan di BSBR dalam mengembangkan

kreativitas remaja yaitu :

1) Bimbingan Sholat

2) Ngaji malam / Baca Al-Qur’an

3) Muhadaroq (public speaking)

2. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam mengembangkan

kreativita remaja di Balai Sosial Bina Remaja sebagai berikut : Faktor

pendukung berupa : a. Dukungan sarana dan prasarana, b. Kinerja

pegawai, c. Adanya kerja sama yang baik lembaga/konselor dengan

lembaga lain. Faktor penghambat berupa : a. Perilaku remaja yang minim

ilmu pengetahuan agama dan kuranya percaya diri, b. Kurangnya

motivasi dalam mengikuti kegiatan keterampilan, c. Kemampuan

menyerap informasi remaja yang berbeda-beda.

B. Saran

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam penelitian, maka ada beberapa

pandangan yang sekiranya dapat diangkat sebagai saran, baik untuk kepala

balai, pegawai atau praktisi, ramaja, kalangan akademis, peneliti berikutnya :

1. Kepala balai

Peneliti harap kepala balai dapat lebih meningkatkan kinerja

pegawai secara maksimal untuk menyelesaikan permasalahan dalam

mengembangkan kretivitas remaja.

2. Pegawai atau praktisi


112

Peneliti mengharapkan kepada semua pegawai atau praktisi

Balai Sosial Bina Remaja (BSBR) untuk selalu bekerja sama dalam

mengembangkan kreativitas remaja, membimbing dan mengontrol

remaja terutama pda profesi konselor agar selalu bekerja sama dalam

menangani permasalahan yang dihadapi oleh remaja, dan

menyediakan wadah pengembangan keterampilan remaja sesuai

dengan bakat dan minatnya agar kreativitas dapat tersalurkan dan

dapat mengajari, membimbing remaja untuk hidup dengan teratur

dan kreatif.

3. Remaja

Bagi remaja hendaknya selalu mengikuti kegiatan bimbingan

rutin yang sudah di sediakan oleh lembaga BSBR dan meminta

bantuan kepada konselor ataupun tenaga ahli untuk bersama-sama

mencari solusi dari permasalahannya.

4. Kalangan akademis

Berdasarkan tingkst kebenaran dari hasil kajian ilmiah yang

dilakukan oleh peneliti masih jauh dari kata sempurna, peneliti

menyadari terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan hasil

dari penelitian ini, maka dari tiu peneliti sangan mengharapkan

kajian-kajian selanjutnya dalam pembahasan yang sama. Oleh

karena itu peneliti membutuhkan bimbingan dan masukan demi

penyempurnaan kajian ilmiah peneliti selanjutnya.


113

5. Pemerintah

Sehubungan dengan pemegang sebuah kebijakan dalam segala

unsur pemerintah diharapka mampu membantu menyalurkan

bantuan sosial di Balai Sosial Bina Remaja (BSBR) baik bantuan

berbentuk moril maupun materil atau buku-buku, sebagai kajian

penambah wawasan sekaligus pedoman bagi pegawai maupun

remaja di Balai Sosial Bina Remaja (BSBR)


114

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar M. Luddin, Dasar-DasarKonseling; TinjauanTeoridanPraktik (


Bandung: Citapustaka, 2010).

Abu Bakar M. Luddin. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam


Praktek Konseling). (Bandung :Citapustaka Media Perintis. 2012). Hlm90 .

Abuddin Nata, Metedologi Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Granvindo Perseda,


2011).

Agus Tri Sosilo, Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Layanan Bimbingan


Kelompok Dengan Tehnik Bermain Peran Siswa Kelas 5 SDN 5 Boyolali,
(Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta , Surakarta 2016.)

A, Hallen, BimbingandanKonseling. EdisiRevisi, (Jakarta: Quantum Teaching,


2005).

Ahmad Juntika,N, StrategiLayananBimbingandanKonseling, (Bandung :


RefikaAditama, 2005).

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan Dan KonselingDalam Islam, (Yogyakarta : UII


Press, 2011,).

Alan Menzien ,Sejarah Agama Agama,(Yogyakarta : Forum, 2014 ).

Amirulloh,Syarbini. Buku Panduan Guru Hebat Indonesia. (Yogyakarta: ArRuzz,


2015)

Anis Nuril, “Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatka Keterampilan


Belajar Siswa”, Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 2 (
Jawa Tengah : SMA Negeri 1 Kudus, Agustus 2015)

Annisa Nur Amalliyah, “ Bimbingan Agama Dalam Pengembangan Potensi Diri


Remaja Di Lembaga Quantum Of Success Training Consulting Institute
Cirebon (Skripsi, FIDIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah,
Jakarta, 2019).

Bab 2.pdf (uinsby.ac.id) dikutip hari sabtu, 12 November, jam 22:15

Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2011).

Conny Semiawan dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Menengah, (Jakarta: Gramedia).
115

David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti Bahar


dari Take the road to creativity and get off dead and), (Yogyakarta:
Kanisius),

Dian Ramadhayanti, “Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Muhadharah Untuk


Meningkatkan Kecakapan Public Speaking Siswa Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 27 Kabupaten Tebo, (Skripsi, Ftk Uin Sulthan Thaha
Saifuddin, Jambi 2020)

Djam’ah Satori, Metodelogipenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabert,2014).

Endang Ertiati Suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?,(Yogyakarta :


Pustaka Pelajar, 2012).

Emzim, metodelogipenelitian kualitatif : analisis data. (bandung : alfabert, 2014).


Enung Fatima, Psikologi Perkembanga, (Perkembangan Peserta Didik),
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010).

Hepy Hapsari Kiste Dan Nur Ainy Fardana N, “ Hubungan Antara Self Efficacy
Dengan Kreativitas Pada Siswa SMK” Vol. No. 02. Agustus 2012.

H.M. Arifin,Pedoman Pelaksaann Bimbingan Agama, (Jakarta : Golden Terayon


Pres, ).

https://news.detik.com/berita/d-4760405/5-hadits-tentang-sholat-dan
keutamaannya-yang-lengkap dikutip hari jum’at 11 desember 2020 jam
23:57

https://paluipuntik.com/hadits-keutamaan-membaca-al-quran/dikutiphari jum’at
11 desember 2020 jam 23:57.

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2007).

Ibrahim Elfikiy, Terapi Berfikir Positif, (Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta


,2019).

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2012), Hlm. 317.

Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta : Universitas


Indinesia (UI Pers), 2005).

Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas (10 ways to free your creative spirit and find
your generation), (Bandung, Sinar Baru, 1995)
116

Lalu Amirullah, Hubungan Antara Layanan Konseling Dengan Kesehatan Mental


Remaja Di Panti Sosial Marsudi Putra Paramita (Skripsi. IAIN Mataram
2016).

Lili Haryati, “Pembinaan Life Skill Untuk Menigkatkan Kreatvitas Anak Asuh
Pada Panti Asuhan “Ampera” Pringgasela Lombok Timur, (Skripsi, FDK
IAIN Mataram 2016).

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :


Golden Terayon Press, 1982

Meiske Puluhulawa, “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap


Self-Esteem Siswa”, dalam Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional
Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, ( Malang : Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Agustus 2017)

Mohammad Ali Dan Muhammad Ansori, Psikologi Remaja (Jakarta : PT. Bumi
Askara, 2011).

Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006).

Nasution, metodelogi penelitian naturalistik, (bandung : tarsito, 2003).

Nita Purnama Sari, Dkk.., “ Upaya Peningkatan Self-Disclosuredengan


Mengunakan Bimbingan Kelompok Pada Siswa”. Dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan. (Lampung : Fakultas Dakwah, Jurusan Bimbingan Konseling
Universitas Lampung, Juni 2007 )

Prayitno, Layanan L.1-L.9 (Padang :UniversitasNegeri Padang, 2004).

QS. Al-Ankabut (29): 45

Rahmad Aziz, Psikologi Pendidikan (Model Pengembangan Kreativitas Dalam


Praktik Pembelajaran, (Malang : UIN Malika Perss (Anngota IKAPI),
2010).

Samsunuwiyati Mar’at, Desmita Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya, 2016).

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif Dan R&D, (Bandung:


Alfabert, 2017).

Suharsimi Arikonto, Manejemen Penelitian,(Jakarta : Rineka Cipta, 2009).


117

Suharmis Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta /; Rineka


Cipta, 2002).

Selvya Yuliandita, Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap


Peningkatan Pemahaman Self-Control Siswa Kelas Ix Di Smp N 1
Wanasari, ( Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,
Semarang 2015,)

Tatiek, Romlah, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, (Malang:


UniversitasNegeri Malang, 2001).

Tohirin, BimbingandanKonseling di Sekolahdan Madrasah, (Jakarta:


RajawaliPers, 2007).

Weller, B. F., Kamus Saku Perawat (ed. 22), (Jakarta: EGC, 2005).

Wibowo, Mungin Edi, Koseling Kelompok Perkembangan, (Semarang UNNES


Press, 2005).

Yayasan Penyelengaraan Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, (Bandung : PT.


Sygma Examedia Arkanleema, 2011).

Zawani Yasmin, Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk


Meningkatkan Komunikasi Teman SebayaDi Madrasah Aliyah Negeri 3
Medan, (Skripsi, FITK UIN Sumatra Utara, Medan, 2016.
118

LAMPIRAN-LAMPIRAN
119
122
123

Anda mungkin juga menyukai