Anda di halaman 1dari 65

1

KONSEP KELUARGA SAKINAH PADA TOKOH AGAMA YANG

MELAKUKAN KDRT (STUDI KASUS DI DUSUN TEMBOWONG DESA

PESISIR MAS SEKOTONG BARAT)

Oleh:

HARDIANTI

NIM.180303123

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2022
2

KONSEP KELUARGA SAKINAH PADA TOKOH AGAMA YANG

MELAKUKAN KDRT (STUDI KASUS DI DUSUN TEMBOWONG DESA

PESISIR MAS SEKOTONG BARAT)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk

Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh:

HARDIANTI

NIM.180303123

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022
3
4

MOTTO

         
      

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi

barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat

jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-

orang zalim.

(QS. ASY-SYURA AYAT [40]; 42)1

PERSEMBAHAN

1
https://www.merdeka.com/quran/asy-syura/ayat-40
5

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua saya tercinta, Ibu Ma’ani,

Alm (abah H. Sulaiman) dan Abah (H. Abubakar), saudara kandung saya (Fitria,

Nurjaenab, Junaidin, Abdul malik, Nursani, Nursina, Mia,Sumarni) yang telah

mengsuport saya dalam menyelesaikan studi. Terimakasih banyak untuk Abang

Idham Kholid sudah menjadi support system terbaik yang telah mendukung

proses saya, pasangan, abang, dan partner terbaik, tempat berbagi susah senang,

yang selalu menasehati, mengajarkan saya banyak hal.

Terimakasih banyak untuk keluarga besar IPNU IPPNU yang banyak

mewarnai hari-hari dan perjuangan saya selama menyelesaikan studi. Bapak

doktor Abdurrahman ketua LAKPESDAM PCNU Lombok Barat. Family

konselor kelas BKI D. Erni Fazira, dan Aini sahabat sekaligus saudara yang sudah

banyak membantu saya. Sahabat dan adik-adik PAC selobar yang saya anggap

seperti adik dan saudara saya sendiri. Terimakasih juga untuk mbak efwani putri

yang telah banyak memberikan saya pelajaran dan gambaran masalah kehidupan

dari 24 februari sampai dengan hari dimana saya menulis skripsi ini.

KATA PENGANTAR
6

Alhamdulillah segala puji atas kehadiran ALLAH SWT yang telah

memberikan kita banyak nikmat dan kesempatan. Sholawat serta salam kepada

Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabat, dan para pengikutnya, semoga

kita menjadi kuntum khairah ummah yang di rindukan oleh syurga. Aamiin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali hambatan dan tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak yang ikut terlibat, penulis menyapaikan

banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Ucapan permohonan

maaf juga penulis sampaikan sekiranya dalam proses penyusunan skripsi

menyusahkan banyak pihak. Pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini antara lain:

1. Ibu Saimun, M. Si selaku pembimbing I dan Ibu Herlina Fitriana, M. Si

yang memberikan arahan, motivasi, nasehat, dan koreksi yang sangat

detail, terimakasih penulis ucapkan karena telah banyak meluangkan

waktu di tengah kesibukan-Nya, sehingga proses penyusunan skripsi ini

penulis bisa selesaikan.

2. Kepada dosen penguji

3. Ibu Dr. Mira Mareta, M.A selaku Ketua Jurusan dan Bapak Samsul Hadi,

M. PD selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam.

4. Bapak Dr. Muhammad Saleh, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi.
7

5. Bapak Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Mataram.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan Konseling Islam terimakasih telah

memberikan ilmu-Nya kepada penulis.

7. Orang Tua tercinta, mama (Maani), Alm abah (H.Sulaiman), Abah

(H.Abubakar). Saudaraku Tercinta (Kakak Jhen, Mama Ulis, Abang juna,

Mas mell, Si kembar, Mia dan si Bungu). Keponakan dan kakak ipar

8. Senior, pasangan, Guru sekaligus Sahabat Abang Idham Kholid, S.Pd

9. Bapak Dr. Abdurrahman Ketua LAKPESDAM PCNU Lombok Barat dan

Istri, kakak Eca, Adek Chila, Debay Hana.

10. Para senior IPNU dan IPPNU

11. Keluarga Besar SBL

12. Guru-guru TK TASWIRUL AFKAR

13. Family class counselor D.

14. Almamaterku tercinta

15. Mbak Efwani Putri Staf kemenag RI di sarana prasarana bina kua dan

keluarga sakinah Bimas Islam.

16. Dan keluarga besar Alumni Lakmud (I) ipnu Ippnu Lombok Barat 2022.

Semoga amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini di terima oleh Allah SWT, dan semoga
8

karya ilmiah ini bermanfaat untuk pembacanya dan the next lulusan BKI

yang mencari judul dan referensi yang sama. Aamiin

Mataram,

Penulis

Hardianti
9

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................

NOTA DINAS PEMBIMBING.....................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI............................................................

HALAMAN MOTTO.....................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...................................................................................................

ABSTRAK.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................


B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Manfaat Penelitian................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian................................................
F. Telaah Pustaka......................................................................................
G. Kerangka Teori.....................................................................................
1. Pengertian Keluarga Sakinah.........................................................
2. Kdrt................................................................................................
3. Pengertian Tokoh Agama..............................................................
H. METODE PENELITIAN...................................................................
1. Jenis Penelitian...............................................................................
2. Analisis Data...................................................................................
3. Tehnik Pengumpulan Data.............................................................

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN.................................................

A. Gambar Umum Desa Pesisir Mas.........................................................


10

B. Aplikasi Konsep Keluarga Sakinah Oleh Tokoh Agama Yang Melakukan


KDRT...................................................................................................
C. Konsep Keluarga Sakinah Oleh Tokoh Agama Yang Melakukan KDRT.....

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................

A. Analisis konsep keluarga sakinah oleh tokoh agama yang melakukan


KDRT...................................................................................................
B. Pemaknaan konsep keluarga sakinah oleh tokoh agama yang melakukan
KDRT...................................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat sakral bagi manusia yang

menjalaninya. Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku

kepada semua makhluk-Nya, dan perkawinan merupakan suatu cara yang

dipilih oleh Allah untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya

manusia. Karena itu perkawinan dibuat dalam bentuk akad sebab ia

merupakan peristiwa hukum bukan peristiwa biologis semata yang

melibatkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan.2 Kepastian

membangun dan membina rumah tangga oleh setiap manusia bukanlah

sekedar karena naluri atau tabiat dimana setipa menusia itu membutuhkan

hidup untuk berkumpul bersama karena terdorong oleh suatu kebutuhan, akan

tetapi agama pun memerintahkan manusia setelah tiba masanya agar cepat

berumah tangga. Terlebih-lebih agama islam yang dalam misinya menyimpan

beban berat untuk membentuk manusia yang berbudaya berdasarkan wahyu

ilahi yang tertuang dalam3 QS Al-Furqan ayat 74:

         

   

2
Rohmahtus Sholihah Dan Muhammad Al Faruq. Konsep Keluarga Sakinah
Menurut Muhammad Quraish Shihab. Dalam Jurnal Salimiya: Jurnal Studi Ilmu
Keagamaan Islam. Volume 1. Nomor 4. Desember 2020.
3
Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.2011. H 24.
12

Artinya : dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah

kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang

hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang

bertakwa.4

Menikah merupakan salah satu tindakan dalam mengikuti sunnah Rasul.

Maka setiap individu yang akan menjadi sepasang pasangan harus bisa

menjaga pernikahannya dengan baik agar rumah tangga dan kehidupan

keluarganya menjadi tentram, langgeng dan sakinah. Dalam romantika rumah

tangga rasulullah, banyak kita temukan kisah teladan yang bisa dijadikan

sumber inspirasi dalam membangun keluarga yang sakinah, bagaimana sikap

pemimpin terhadap individu-individu yang akan di pimpinnya, berbuat baik

dan adil terhadap anggota keluarga, istri dan anak. Salah satu sikap Raulullah

yang harus di teladani oleh seorang suami yaitu bersikap sabar dan lemah

lembut terhadap istri. Dalam salah satu cerita Rasululllah sampai mengecam

suami-suami yang suka memukul istri, hingga rasulullah berkata “Rasulullah

heran melihat suami-suami yang suka memukul isterinya. Padahal dia lebih

patut di siksa oleh Allah SWT”, dan nabi mengecam suami-suami yang

menghinakan isterinya, tidak menghargainya, tidak mengajaknya bicara, dan

tidak melibatkan isterinya dalam mengambil kepitusan. Nabi pun bersabda

“Tidak memuliakan isteri kecuali lelaki mulia dan tidak pernah menghinakan

isteri kecuali lelaki yang hina”. Peringatan tersebut merupakan tanda dan
4
Shihab, Quraish, Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam, Vol. 4 N0.1,
Tahun 2011. H. 7.
13

sekaligus pelajaran penting untuk menghargai istri dan bersikap sabar

terhadapnya.5

Melalui kisah Rumah Tangga Nabi Muhammad, bagaimana

merevitalisasi visi dan misi keluarga yang mulai buram, bagaimana

memperbaiki situasi rumah tangga, utamanya hubungan suami isteri, sebagai

central atau ujung tombak harmonisasi sebuah keluarga. Bagaimana pula

suami isteri bagaimana bersikap, bagaimana komunikasi yang baik dan sehat

antar keduanya agar tetap terjalin dengan baik, bagaimana benang-benang

kasih saying terajut dalam kemesraan. Agar semuanya terwujudkan, tentu

saja Rumah Tangga Rasulullah SAW sebagai figur sempurna dan referensi

paling ideal untuk sesiapapun yang ingin menjalin rumah tangga yang

harmonis. Sehingga apa yang sabdakan Nabi “Baitti Jannati” Rumahku

adalah surgaku, bisa tercipta dalam rumah tangga tiap kaum muslim.

Maka dari itu, setiap pasangan pasti mempunyai keinginan membina

keluarga sakinah, damai, tenang, bahagia, dan penuh keharmonisan. Keluarga

merupakan lembaga terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dalam

masyarakat, yang diikat secara sakral dalam ikatan pernikahan. Maka setiap

insan pasti mempunyai keinginan untuk memiliki keluarga yang harmonis

dan sejahtera. Keluarga juga merupakan tempat atau lembaga pendidikan

pertama sebelum individu mendapatkan pendidikan secara formal di sekolah

dan masyarakat. Selain itu dalam keluarga individu di lahirkan, di didik,

5
Mariyatul Norhidayati Rahmah, S.Ag. Romantika Rumah Tangga Rasulullah Saw.
Dalam Jurnal Al Hiwar Vol 03 No. 05. Januari-Juni 2015. H. 25
14

tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang berbeda. Oleh karena

itu, pembinaan pendidikan sangat penting dalam keluarga yang bertujuan

untuk membentuk dan membangun keluarga yang sakinah.6

Setiap orang pasti ingin memiliki keluarga utuh yang menjadi dambaan

setiap pasangan yang berada dalam pernikahan. Untuk itu jika ingin

mendapatkan keluarga sakinah diperlukan suatu cara dalam membina

keluarga.7 Maka dari itu dapat dipahami bahwasannya tujuan berkeluarga

adalah untuk membentuk keluarga yang abadi, bahagia, sejahtera dan lahir

keturunan-keturunan yang berkualitas dari segi agama maupun berkualitas

dalam hal keduniawian baik itu dari segi lahir maupun batin. Dalam

mewujudkan keluarga sakinah, maka pasangan suami istri di dalam

membangun keluarga harus bisa memerankan perannya dengan baik dan juga

mampu menjadi diri yang bisa di jadikan contoh untuk generasi.

Sering bahkan banyak orang berkata bahwa membina rumah tangga

bukanlah persoalan yang mudah. Terkadang rumah tangga yang diharapkan

dapat menciptakan kebahagiaan justru berbalik malah menciptakan

malapetaka. Kenyataan ini bukanlah hisapan jempol belaka, karena banyak

sekali dapat kita jumpai hancurnya satu keluarga yang diakibatkan oleh satu

dan banyak sebab.

6
Abd. Rahman. Konseling Keluarga Muslim. Jakarta: The
Minangkabau Foundation. 2005. H. 5.
7
Aries Dirgayunita. Pendidikan Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Hukum Islam
Dan Psikologi. Dalam Jurnal Imtiyaz. Vol 4 No 02. September 2020.
15

Berdasarkan data badan Peradilan Agama (Badilag) mahkamah Agung,

angka perceraian dalam pernikahan dari tahun ke tahun semakin bertambah

dan meningkat. Tahun 2016 dari data yang diperoleh, angka perceraian

berkisar sampai 19,9% dari 1,8 juta peristiwa dan mayoritas penyebab dari

perceraian yang terjadi adalah rumah tangga tidak harmonis, yang di picu

kurang matangnya usia pada pernikahan, banyaknya perbedaan prinsip dan

tidak mau mengerti satu sama lainnya sehingga kerap terjadi KDRT,

kurangnya komunikasi, perselingkuhan, dan sebagainya. Dalam ajaran Islam,

ikatan perkawinan memiliki tanggung jawab yang sangat besar baik di dunia

maupun di akhirat sehingga perasaan akan rasa saling memiliki, saling

berharap, saling mencintai dan menyayangi yang didasarkan pada agama

sebagai fondasi utama dalam membina, dan mewujudkan keluarga sakinah.8

Dalam wujud kepedulian pemerintah indonesia sebagai bentuk

pencegahan terhadap kasus KDRT yaitu dengan disahkannya Undang-

Undang No. 23 Tahun 2004 yang secara khusus mengatur tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yang secara jelas dan tegas

mangatur sanksi bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga akan di berikan

sanksi pidana penjara selama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 15 juta.9

Kenyataan yang terjadi di lapangan tidak demikian, keluarga sakinah

yang di canangkan sebagai kelurga yang harmonis, rukun aman dan damai

justru jauh dari kata sakinah. Hal ini terjadi di dusun tembowong desa pesisir
8
Shihab, Quraish, Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam, Vol. 4 N0.1,
Tahun 2011.
9
Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.2011. H 45.
16

mas sekotong barat, bahwa salah seorang tokoh agama yang di kenal alim

yang di anggap sebagai panutan dan ketika ada acara keagamaan, acara

penting lainnya selalu di undang untuk menjadi penceramah, memberikan

nasehat kepada masyarakat kerap melakukan tindakan kekerasan. A (nama di

samarkan) Tidak hanya sekali dan dua kali melakukan kekerasan terhadap

istrinya Y.

Y sering mendapati perlakuan kasar dan kekerasan sehingga ada

beberapa anggota badan yang mengalami lebam dan meninggalkan bekas

luka jahitan di kepala istrinya. Tidak hanya kekerasan verbal tapi kekerasan

nonverbal pun kerap di dapatkan, kata yang tidak sepatutnya dikeluarkanpun

sering terdengar di telinga Y, kata talakpun sering di ucapkan. Dalam situasi

demikian tidak ada rasa jera dan kasihan terhadap Y, A sendiri di kenal

sebagai orang tua yang baik dan sangat menyayangi ke Tiga anaknya, hanya

saja A tidak bisa adil terhadap istrinya, seharusnya anak dan istri sama-sama

mendapatkan kasih sayang yang sama tanpa memporsis kasih sayang antara

anak dan Y.

Dua orang yang memiliki religiulitas yang tinggi dan berencana ingin

menikah tentunya akan memiliki konsep arah dan tujuan untuk memangun

keluarganya dan memiliki cara tersendiri dalam mendidik anggota keluarga.

Anggota yang terlahir dari lingkungan yang baik akan menghasilkan generasi

yang baik, sebaliknya jika salah satu dari anggota keluarga terlahir dari

lingkungn dan didikan yang salah maka akan menghasilkan generasi yang
17

tidak baik. Maka dari itu tingkat pemahaman dan pendidikan pasangan calon

suami istri haruslah tinggi jika ingin menciptakan keluarga yang sakinah,

sebagai bagian dari upaya membangun keluarga dengan cinta dan kasih

sayang orang tua harus mentaskan diri, ilmu agama yang mumpuni untuk

membangun keluarga sakinahnya. Namun hal ini justru berbanding terbalik

dengan kenyataan yang ada dilapangan, bahwa tokoh agama yang seharusnya

faham mengenai konsep-konsep keluarga sakinah justru melakukan KDRT

hal inilah yang membuat peneliti tertarik dan ingin menggali lebih dalam

mengenai hal ini.10

Maka dari itu peneliti mengambil judul konsep keluarga sakinah pada

tokoh agama yang melakukan tindakan kekerasan (studi kasus di dusun

tembowong desa pesisir mas sekotong barat), dengan tujuan ingin mengetahui

bagaimana dan sejauh mana konsep sakinah yang sudah di terapkan oleh

tokoh agama ini, namun mengapa justru menjadi tersangka dalam kasus

KDRT, yang menjadi titik fokus penelitian ini ialah ketidak seimbangan

antara status sosial seorang tokoh agama yang notaben nya sebagai alim

teladan dan panutan masyarakat justru menjadi pelaku atau tersangka yang

melakukan tindakan kekerasan, luka lebam, kepala bocor dan rusaknya

mental istri menjadi sebuah hal yang sangat tidak masuk akal jika yang

melakukannya adalah seorang tokoh agama. Penelitian ini penting karena

sejauh yang di ketahui oleh peneliti sendiri, seorang tokoh yang di pandang di

dusunnya pasti akan menjaga citra dirinya, keluarganya agar terus dijadikan
10
Observasi, 24 April 2022
18

panutan di tengah masyarakat. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik

untung mengangkat judul Konsep Keluarga Sakinah Pada Tokoh Agama

Yang Melakukan KDRT (Studi Kasus Di Dusun Tembowong Desa

Pesisir Mas Sekotong Barat).11

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep keluarga sakinah oleh tokoh agama yang melakukan

KDRT di dusun tembowong desa pesisir mas.

2. Bagaimana aplikasi konsep keluarga sakinah oleh tokoh agama yang

melakukan KDRT di dusun tembowong desa pesisir mas.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
11
Observasi, 26 April 2022
19

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep keluarga sakinah pada salah satu

tokoh agama yang melakukan KDRT di dusun tembowong desa pesisir

mas

b. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi konsep keluarga sakinah oleh

tokoh agama yang melakukan KDRT di dusun tembowong desa pesisir

mas.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua

yaitu, manfaat teoritis dan praktis.

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan.

b. Manfaat praktis dari penelitian ini:

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan

pemikiran ilmiah khusus kepada peneliti dan masyarakat islam pada

umumnya, yang berkaitan dengan bagaimana membangun konsep

keluarga sakinah sesuai dengan ajaran agama islam.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yakni bagimana pemaknaan dan

implementasi konsep keluarga sakinah yang telah dilakukan oleh tokoh

agama yang melakukan KDRT. Kedua rumusan masalah tersebut akan di


20

gali untuk mengetahui sejauh mana pemaknaan tokoh agama tentang

bagaimana keluarga yang sakinah dan sejauh mana implementasi atau

praktek keluarga yang sakinah dalam kehidupan sehari-hari dalam

lingkungan keluarga, lalu masalah yang melatar belakangi terjadinya

KDRT sera faktor penyebab terjadinya kekerasan.

2. Setting Penelitian

Penelitian di lakukan di Dusun Tembowong Desa Pesisir Mas

Sekotong Barat.

E. Telaah Pustaka

Salah satu fungsi telaah pustaka ini adalah untuk menginformasikan

terkait penelitian-penelitian yang lampau, menghubungkan dengan penelitian

yang peneliti lakukan. Untuk menginformasikan keaslian dan menghindari

duplikasi dan plagiasi pada penelitian yang di lakukan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya,

penelitian terdahulu sangat penting sekali guna menemukan titik perbedaan

maupun persamaan (studi komparatif) dengan penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya baik berasal dari perpustakaan, website, dan

sebagainya, sehingga salah satu etika ilmiah yang bertujuan untuk

memberikan kejelasan informasi yang diteliti dan kepastian orisinalitas akan

terpenuhi. Selain itu penelitian terdahulu juga berguna sebagai sebuah acuan

sekaligus pijakan pemetaan dalam penelitian ini.


21

1. Rizki Rahman Efendi 2020, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah jurusan hukum keluarga islam “Hak dan kewajiban suami

istri mewujudkan keluarga sakinah (studi terhadap aktivis perempuan

pks).

Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Rahman Efendi menggunakan

metode penelitian kualitatif dalam bentuk deskriptif, membahas

bagaimana pandangan serta peran KUA tentang keluarga sakinah dan

upaya yang di lakukan dalam mewujudkan konsep keluarga sakinah di

parepare, latar belakang masalah dari banyaknya angka perceraian di

kota parepare, pendekatan penelitian yang digunakan yaitu teologis

normatif, pendekatan yuridis formil, dan teologis sosial. Tehnik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Sedangkan tehnik pengolahan data yaitu reduksi data dengan

menjabarkan seluruh fenomena sejak awal di laksanaknnya penelitian

dengan secara alami, dan verifikasi atau kesimpulan.

Persamaan dan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian diatas

ialah, metode penelitian yang digunakan sama menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif, tehnik penelitian, tehnik pengumpulan

data pun sama. Letak perbedaan penelitian penulis dengan penelitian di

atas pada tehnik pendekatan teologis normatif, pendekatan yuridis

formil, dan teologis sosial, latar belakang masalah, subjek yang akan di
22

teliti, dan hasil penelitian.12

2. Imron 2018, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syarifuddin jambi,

jurusan Ilmi Tafsir dan Al,quran, konsep keluarga sakinah dalam

Al.quran (kajian tafsir tematik).

Pada penelitian yang dilakukan oleh imron adalah bagaimana konsep

keluarga Sakinah yang di tawarkan dalam Al.Quran sebagai pedoman di

dalam membangun keluarga Sakinah. Dengan harapan agar semua

keluarga bisa mewujudkan keluarga yang harmonis berlandaskan

kepada Al.Quran maka keluarga yang dihasilkan ialah keluarga yang

rukun dan damai.

Persamaan penelitian diatas yaitu masih dengan bagaimana membangun

keluarga Sakinah dengan menerapkan konsep yang telah di tawarkan di

dalam Al.Quran. dan apa yang telah agama islam ajarkan. perbedaan

yaitu penelitian diatas menggunakan metode pendekatan penelitian

kepustakaan (library search) deskriptif analisis, yaitu metode yang

hanya memerlukan data-data sudah jadi yang ada di perpustakaan.

Perbedaan lainnya yaitu pada objek penelitian, tehnik pengumpulan data

disini menggunakan, kumpulan-kumpulan data jadi dan dokumentasi

saja.

Perbedaannya ialah obyek yang di teliti, lokasi dan hasil akhir yang

12
Rizki Rahman Efendi. Hak Dan Kewajiban Isteri Mewujudkan Keluarga Sakinah
(Studi Kasus Aktivis Perempuan Pks). Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidyatullah Jakarta Jurusan Hukum Kelurga Islam. 2020. H.26
23

ingin di dilihat dalam penelitian.13

3. Melisa, universitas hasanuddin makassar, bagian hukum pidana,

fakultas hukum 2016. Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana

kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan oleh suami terhadap

istri (studi kasus putusan No.17/Pid/Sus/2015/PN.Mrs)

Pada penelitian yang dilakukan oleh melisa diatas dilatar belakangi oleh

kasus KDRT yang terjadi, penelitian yang dilakukan oleh melisa ialah

studi kasus yang sudah di layangkan ke meja hukum dan sudah di

pidanakan. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang penulis

teliti ialah pada latar belakang sama-sama berawal dari kasus KDRT

dan merupakan studi kasus, metode penelitian yang dilakukan

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, tehnik penelitian

yang dilakukan, wawancara, dokumentasi.

Perbedaan studi kasus yang dilakukan oleh melisa dan peneliti, studi

kasus diatas sudah di layangkan ke meja hukum dan sudah di putuskan

pidana untuk pelaku KDRT, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

penulis dalam studi kasus ini, belum sampai pada rana hukum dan

masih bisa di selesaikan dengan musyawarah keluarga.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian keluarga Sakinah


13
Imron, Konsep Keluarga Sakinah Dalam Al.Quran (Kajian Tafsir Tematik),
Skripsi: Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syarifuddin Jambi, 2018, H. 59-62
24

Istilah keluarga ialah “sanak saudara yang bertalian dengan

perkawinan atau sanak keluarga yang bertalian dengan keturunan”. Atau

yang dimaksud dengan keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri

dari suami isteri yang terbentuk melakui perkainan yang sah, baik

mempunyai anak maupun tidak sama sekali. Sedangkan sakinah menurut

arti bahasa adalah tenang atau tentram. Keluarga sakinah berarti keluarga

yang tenang, damai dan tidak banyak konflik, dan mampu menyelesaikan

problem-problem yang di hadapi dalam rumah tangga.14

Keluarga sakinah merupakan keluarga yang setiap anggota

keluarganya senantiasa mengembangkan kemampuan dasar fitrah

kemanuasiaannya, dalam rangka menjdikan dirinya sendiri sebagai

manusia yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan sesama

manusia dan alam, sehingga oleh karenanya setiap anggota keluarga

tersebut akan selalu merasa aman, tentram, damai dan bahagia.15

Keluarga sakinah berarti pula keluarga yang bahagia tu juga keluarga

yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawaddah) dan kasih sayang

(warohmah). Dasar pementukan keluarga terdapat dalam firman Allah

dalam Surah Ar-Rum Ayat 21 :

14
Poerwadarminta W.J.S. 1986. Kamus Besar Umum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
15
Aisyiah. Pp. Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah. Yogyakarta : Pp Aisyiah. 1989.
25

        

         

  

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Sayyid Kutub berpendapat mengenai surat Ar-rum ini ayat 21, yang

di maksud dengan sakinah ialah rasa tentram dan nyaman di rasakan oleh

jiwa raga dan kemantapan hati mengalami hidup serta rasa aman dan

damai, cinta dan kasih bagi kedua pasangan. Berdasarkan keterangan-

keterangan di atas maka dapat di simpulkan, bahwa keluarga sakinah

adalah keluarga yang di bentuk berdasarkan aturan agama secara benar

dan dalam pola hubungan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang sehingga

akan tercipta rasa damai dan bahagia dalam keluarga tersebut.

Beberapa pengertian tersebut diatas yang dimaksud dengan

membentuk keluarga yang sakinah adalah segala upaya atau cara

pengelolaan untuk membentuk keluarga sakinah yang mengarahkan serta

mengembangkan kemampuan suami isteri untuk mencapai tujuan


26

mewujudkan keluarga sejahtera, rasa cinta dan sayang sehingga akan

tercipta rasa damai dan aman dalam sebuah keluarga, sehingga

memperoleh kehidupan lebih baik di dunia maupun di akhirat dan

keluarga Sakinah dapat di capai dengan usaha dan upaya yang telah di

kembangkan.

a. Kriteria dalam membangun keluarga Sakinah

Berikut ini merupakan beberapa kriteria atau fondasi utama yang

harus dimiliki oleh sebuah keluarga sehingga dapat di katakan

sebagai keluarga bahagia sejahtera (sakinah) tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Memiliki keinginan menguasai dan mengamalkan ilmu-ilmu

agama, setiap anggota keluarga memiliki semangat dan motivasi

untuk senantiasa mempelajari ilmu-ilmu agama dan menghayati

serta menglamkan dalam kehidupan sehari-hari.16

2) Sikap saling menghormati setiap anggota keluarga memiliki sifat

yang sarat dengan etika dan sopan santun.17

3) Berusaha memperleh rezeki yang halal dan memadahi dan

berkecukupan.18

4) Membelanjakan harta secara efektif dan efisien penanggung

jawab pemelanjaan kelurga setidaknya bisa mengatur dan

16
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,
(Yogyakarta : Uii Press, 1992), Hal. 64
17
Ibid. Hal. 65
18
Ibid. Hal. 66
27

menyeimbangkan antara pendapat dan pengeluaran rumah tangga,

sehingga keutuhan-kebutuhan pokok keluarga dapat terpenuhi

secara memadai.19

Prioritas utama dalam mencari kesepadanan adalah dalam hal

agama, karena dengan agama yang kuat akan leih mudah

memandang menghilangkan peredaan yaang ada dalam pasangan

suami istri terseut. Prioritas kedua adalah kedudukan calon suami

dan istri, kedudukan calon suami diharapkan leih tinggi dalam

bidang-bidang selain agama dari padacalon istri, hal ini di

sebabkan oleh tanggung jawab dan kewajiban seorang suami

lebih besar daripada dianding tugas dan kewajiban seorang istri.20

Hal-hal yang harus ada di dalam diri tiap diri pasangan agar

rumah tangga menjadi damai dan tentram.

a) Empati. Hal yang paling sering terjadi dan lumrah dalam

rumah tangga ialah hilangnya kepedulian dikarenakan alasan

telah lama mengenal dan sudah tahu karakter masing-masing.

Empati ini sangat di perlukan dalam kehidupan berumah

tangga agar pasangan saling mengerti dan menerima, saling

menghargai, saling tolong menolong, saling memberi, saling

menyayangi, dan saling mengerti keadaan pasangan masing-

masing.
19
Ibid. H. 67
20
Syaikh Muhammad Saltut. Aqidah Dan Syariat Islam. (Bumi Aksara, Jakarta
1999). H. 162.
28

b) Komunikasi. Membangun komunikasi yang baik dan hangat

antara pasangan, komunikasi sangat penting dalam rumah

tangga di karenakan setiap orang menikah dengan tujuan agar

memiliki teman untuk saling bertukar pikiran dan saling

memberi solusi, tidak banyak dari permasalah keluarga yang

menyebabkan percerain ialah tidak adanya kecocokan setelah

berumah tangga, kurang meluangkan waktu untuk

mendiskusikan apa saja kebutuhan rumah tangga seperti siapa

yang akan mengelola keuangan, masalah pekerjaan,

pendapatan, berapa perbulan yang akan di gunakan untuk

membeli keperluan rumah tangga dan sebagainya.

c) Lemah lembut. Sifat dan karakter seseorang tidak bisa diubah

hanya karena orang lain, sesuatu yang sudah melekat tidak

dapat di ubah secara instan dan gamblang terlebih jika itu

sudah bawaan sejak lahir dan sudah melekat menjadi

karakter. Namun semuanya bisa berubah apabila dari diri

personal seseorang punya tekad dan kemauan merubah

dirinya menjadi lebih baik. Lemah lembut menjadi ukuran

bagi tiap orang yang mencari pasangan hidup, semua orang

yang ingin membina rumah tangga terkadang mengutamakan

tiap pasangan memiliki karakter lemah lembut. Kejadian

yang paling sering terjadi dalam rumah tangga yaitu calon


29

pasangan kasar dan ringan tangan, tidak banyak kasus KDRT

terjadi karena pasangan tidak bisa bersikap lemah lembut,

tidak bisa mengontrol emosi dan mengutamakan kekerasan

ialah solusi satu-satunya di dalam menyelesaikan masalah

dan pertikaian yang akhirnya berujung kepada perceraian

bahkan saling melaporkan pasangan ke pihak yang

berwajib.21

b. Pembagian Kriteria keluarga Sakinah

Department Agama RI sudah menetapkan pembagian keluarga

Sakinah yang bisa di kembangkan oleh tiap pasangan dalam

membentuk keluarga Sakinah antara lain ialah:

1) Keluarga pra Sakinah

Keluarga pra Sakinah ialah keluarga yang di bangun bukan

berdasarkan pernikahan yang sah, tidak memenuhi dasar

kebutuhan spiritual dan materil secara minimal dan tetapi masih

belum memenuhi kebutuhan sosial psikologinya. Kebuthan yang

belum sepenuhnya tidak bisa di penuhi ialah berupa kebutuhan

akan Pendidikan, bimbingan di dalam keluarga, mengikuti

interaksi maupun sosial acara keagamaan dan lingkungannya.

2) Keluarga Sakinah II

Ialah keluarag yang di bentuk atas dasar perkawinan yang sah

dan di samping telah memenuhi kebutuhan kehidupan juga telah


21
Ulfatmi. Islam Dan Perkawinan, Padang: Haifa Press Padang. 2010. H. 33-44
30

mampu memahami bagaimana pentingnya kegiatan atau

pelaksanaan ajaran agama maupun bimbingan keagamaan dalam

keluarga. Mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan

dengan lingkungannya, mampu menghayati sosial keagamaan

dengan nilai keimanan, ketaqwaan, akhlakul karimah, infaq,

zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya.

3) Keluarga Sakinah III

Ialah para keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan

keimanan, ketaqwaan, sosial psikologis, dan pengembangan

keluarganya. Akan tetapi masih tetap belum bisa dan belum

mampu menjadi tauladan di lingkungannya.

4) Keluarga Sakinah III Plus

Ialah keluarga yang sudah dapat memenuhi keimanan,

ketaqwaan, dan akhlakul karimah secara sempurna, kebutuhan

sosial psikologis dan pengembangannya serta dapat menjadi suri

tauladan bagi lingkungannya.22 Pendapat lain pun mengatakan 2

hal yang paling penting untuk dapat dipenuhi oleh sebuah

keluarga agar bisa di katakan sebagai keluarga yang Sakinah

yaitu:

a) Adanya ketenangan jiwa yang di tandai dengan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

22
Departmen Agama Ri. Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah. H. 22.
31

b) Adanya hubungan harmonis yang terjalin antara sesame

keluarga, dan masyarakat.

2. KDRT

KDRT menurut Mustofa Hasan kekerasan dalam rumah tangga

merupakan bentuk kejahatan yang terjadi di dalam rumah tangga yang

dilakukan oleh suami kepada istrinya atau sebaliknya oleh istri kepada

suaminya. Bentuk antisipasi dan kehati-hatian pemerintah

meningkatnya kasus KDRT, maka di buatlah undang-undang untuk

menanggulangi, menjamin serta mengamankan keadilan untuk orang-

orang yang berumah tangga.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan di dalam rumah tangga. Kekerasan di dalam

rumah tangga ialah sebuah Tindakan atau perbuatan terhadao seseorang

terutama perempuan, yang dapat mengakibatkan timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau

penelantaran rumah tangga termasuk untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat (1)). Mayoritas KDRT

dialami oleh istri yang dilakukan oleh suaminya karena istri merupakan

objek yang lemah dan tidak berdaya, meskipun ada kekerasan yang

dilakukan oleh istri terhadap suaminya, seperti kasus pembunuhan yang


32

dilakukan oleh salah seorang istri yang memutilasi suaminya sendiri.

Kekerasan yang terjadi terhadap perempuan atau istri pun merupakan

Tindakan kriminalitas. Kriminalitas di dalam islam adalah Tindakan

yang melanggar peraturan yang di tetapkan oleh Syariat Islam adalah

perbuatan tercela yang telah di tetapkan ileh bhukum syara’.23

Dalam ajaran islam, istilah atau definisi kekerasan dalam rumah

tangga tidak ada secara khusus atau spesifik. Justru di dalam ajaran

islam dengan tegas melarang terjadinya kekerasan di dalam rumah

tangga. Hal ini pun di buktikan dengan banyak ayat-ayat di dalam Al-

Quran dan hadits Nabi yang memerintahkan para suami untuk

memperlakukan istri mereka dengan pergaulan yang baik. Sebagaimana

Firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum (30 ayat 21):

        

         

  

Artinya : Dan

di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-

23
Moerti Hadiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis (Jakarta: Sinar Grafika, 2010). H. 24-26
33

Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir.

Dalam QS Ar-Rum surah ke 30 ayat 21 menjelaskan tentang perintah

untuk memperlakukan istri dengan baik, dan di samping itu pula

Rasulullah menekankan masalah kasih sayang antara suami istri dan

perlindungan, bahwa kasih sayang merupakan konsep yang dapat

meliputi nilai kemanusiaan yang awalnya adalah perlindungan.

Sebagaimana dalam haditsnya Rasulullah “Barang siapa tidak

memberikan kasih sayang, tidak mendapat kasih sayang. Barang siapa

yang tidak memberikan maaf, tidak akan mendapatkan maaf. Barang

siapa yang tidak bertobat, maka tidak akan mendapatkan ampunan dan

barang siapa yang tidak melindungi dirinya tidak akan mendapatkan

perlindungan”.24

a. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dari berbagai definisi kekerasan menurut undang-undang nomor 23

tahun 2004 kekerasan dalam rumah tangga dapat dibagi menjadi

empat yairu:

1) Kekerasan dalam bentuk fisik ialah kekerasan yang berbentuk

perlakuan atau Tindakan yang dapat mengakibatkan rasa sakit,

24
Dewan Ulama Al-Azhar, Ajaran Islam Tentang Perawatan Anak, Terjemahan.
Alawiyah Andurrahman. Child Care In Islam (Bandung: Al Bayyan, 1990).
34

atau bahkan luka berat seperti memukul, menampar, mencekik

dan sebagainya.

2) Kekerasan dalam bentuk psikis, ialah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri pada diri

korban, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak

berdaya, atau bahkan penderitaan psikis psikis pada seseorang.

Kekerasan ini menyangkut penyiksaan secara emosional dan

verbal terhadap korban, sehingga dapat melukai Kesehatan mental

korban dan konsep diri korban. Kekerasan ini bisa berupa hinaan,

celaan, makian, ancaman akan melukai atau membunuh.

3) Kekerasan berbentuk seksual ialah kekerasan yang berbentuk

pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan dalam lingkungan

rumah tangga tersebut, pemaksaan hubungan seksual ini, bisa

terjadi pada anggota keluarga manapun, bisa terjadi kepapada

anak, dan istri atas dasar paksaan dengan cara ajakan, mendesak,

mengancam dan melakukan Tindakan yang bahkan bisa

menyakiti apabila tidak di ikuti kemauannya.

4) Kekerasan berbentuk finansial ialah penelantaran yang dilakukan

atas dasar alasan tidak sanggup membiayai kehidupan karena

faktor ekonomi. setiap orang dilarang untuk melakukan

penelantaran terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karna


35

persetujuan atau perjanjian yang wajub memberikan kehidupan,

perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut.25

3. Pengertian Tokoh Agama

Tokoh agama didefinisikan sebagai seseorang yang berilmu ter-

utamanya dalam hal perkaitan dalam islam, ia wajar dijadikan sebagai

role-model dan tempat rujukan ilmu bagi orang lain. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Tokoh diartikan sebagai orang yang

terkemuka/terkenal, panutan.26 dalam kamus bahasa Indonesia berarti

“orang-orang yang terkemuka“ mengacu pada definisi tersebut dapat

diartikan bahwa tokoh Agama adalah orang-orang yang terkemuka,

terpandang serta mempunyai peran besar terhadap pengembangan

ajaran Agama dalam hal ini agama Islam Dengan kata lain tokoh

Agama adalah orang-orang terkemuka dan terpandang serta sebagai

pemimpin nonformal di kalangan masyarakat. Mereka inilah yang

bergelut dan mengabdikan diri demi kepentingan di lingkungan

masyarakat.

Tokoh Agama biasa disebut juga sebagai peminpin nonformal

karena kemampuan dan karismatiknya, diikuti banyak orang walaupun


25
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dalam Perspektif
Yuridis Viktimologis (Jakarta: Sinar Grafika, 2010). H. 76-77
26
Yowono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya;Arkolis, 1999.
36

pemimpin terrsebut tidak memimpin sebagai organisasi, tetapi

kehadirannya ditengah masyarakat diakui sebagai orang yang

berpengaruh tehadap pengembangan agama islam dan mau berkorban

baik materi maupun jiwa mereka sekalipun.27

a. Tugas Dan Tanggung Jawab Tokoh Agama

1) Tugas Tokoh Agama

Tugas-tugas seorang tokoh agama menurut soekanto adalah

sebagai berikut:

a) Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat

dijadikan pegangan bagi pengikut-pengikutnya. Dengan

adanya kerangka pokok tersebut, maka dapat di susun suatu

skala prioritas mengenai keputusan-keputusan yang perlu

diambil untuk menanggulangi masalah-masalah yang

dihadapi (yang sifatnya potensial atau nyata). Apabila

timbul pertentangan, kerangka pokok tersebut dapat

digunakan sebagai pedoman untuk menyelesaikan sengketa

yang terjadi.

b) Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku

warga masyarakat yang dipimpinnya.

c) Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar

27
Malik Bin Nabi. Membangun Dunia Baru Islam. Bandung, Mizan, 1994.
37

kelompok yang dipimpinnya.28

Tugas yang wajib dikerjakan oleh setiap tokoh agama di

gampong dalam mengembangkan agama yaitu:

i. Menjadi imam shalat rawatib dan shalat jum’at. Tokoh

agama merupakan orang yang menjalankan tugas

sebagai imam baik pelaksanaan shalat lima waktu

maupun pada shalat jum’at.

ii. Menyelenggarakan kegiatan ramadhan seperti shalat

tarawih dan sebagainya. Kegiatan keagamaan yang

khusus dilakukan pada bulan ramadhan, seperti shalat

tarawih, witir, memperingati malam Nuzul al-Qur’an,

mengadakan kultum (ceramah singkat) setiap selesai

shlat isya.

iii. Mengajar mengaji. Adanya kegiatan mengajar

mengaji ini tokoh agama bisa mengembangkan dakwah

secara keseluruhan. Belajar agama merupakan kewajiban

bagi laki-laki maupun perempuan.29

2) Peran tokoh agama

Abu

Ahmadi, mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks

28
Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnormal Itu?
Edisi Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016),
29
Soerjano Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke 43, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010).
38

pengharapan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi

sosialnya. Setiap individu dalam masyarakat diasumsi memiliki

posisi sosial. Peran yang dijalankan oleh individu ditentukan

oleh posisi sosialnya. Posisi sosial seseorang, pada giliranya,

ditentukan oleh sejumlah aspek sosial, termasuk norma-norma

sosial, tuntutan, dan tata aturan dari peran yang dijalankan orang

lain pada posisi yang serupa, dan kapasitas serta kepribadian

tertentu dari individu yang bersangkutan. Dari sini, peran

kemudian dipahami sebagai hasil dari berbagai perspektif sosial,

perilaku individu lain terhadap perilaku tindakan, dan variasi

yang ditampilkan individu-individu lain dalam memainkan

peran serupa yang diminculkan dalam rangka kerja yang

diciptakan oleh faktor- faktor diatas. 30

Menurut Hamdan Rasyid di antaranya adalah:

1) Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk membimbing

umat.

Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik dan

membimbing umat manusia agar menjadi orang-orang yang

beriman dan melaksanakan ajaran Islam.

2) Melaksanakan amar ma`ruf nahi munkar.

Seorang kyai harus melaksanakan amar ma`ruf dan nahi


30
Malik Bin Nabi. Membangun Dunia Baru Islam (Bandung: Mizan, 1994).
39

munkar, baik kepada rakyat kebanyakan (umat) maupun

kepada para pejabat dan penguasa Negara (umara), terutama

kepada para pemimpin, karena sikap dan perilaku mereka

banyak berpengaruh terhadap masyarakat.

3) Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada

masyarakat.

Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran

Islam untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-

saudara, dan sanak familinya. Salah satu penyebab

keberhasilan dakwah Rasulullah SAW, adalah karena

beliau dapat dijadikan teladan bagi umatnya.31

Sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

         

       

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suri tauladan yang baik bagimu.

4) Memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap

berbagai macam ajaran Islam yang bersumber dari al-

Qur‟an dan al- Sunnah. Para kyai harus menjelaskan hal-

hal tersebut agar dapat dijadikan pedoman dan rujukan

31
Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren (Jakarta : Lp3es, 1999).
40

dalam menjalani kehidupan.

5) Memberikan solusi bagi persoalan-persoalan umat.

Kyai harus bisa memberikan keputusan terhadap/berbagai

permasalah yang dihadapi masyarakat secara adil

berdasarkan al-Qur’an dan as-sunnah.

6) Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral

dan berbudi luhur.

Dengan demikian, nilai-nilai agama Islam dapat

terinternalisasi ke dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya

mereka memiliki watak mandiri, karakter yang kuat dan

terpuji, ketaatan dalam beragama, kedisiplinan dalam

beribadah, serta menghormati sesama manusia. Jika

masyarakat telah memiliki orientasi kehidupan yang

bermoral, maka mereka akan mampu memfilter infiltrasi

budaya asing dengan mengambil sisi positif dan membuang

sisi negatif.

7) Menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Yaitu terutama pada masa-masa kritis seperti ketika terjadi

ketidak adilan, pelanggaran terhadap akhlak asasi manusia

(HAM), bencana yang melanda manusia, perampokan,

pencurian yang terjadi dimana- mana, pembunuhan,

sehingga umatpun merasa diayomi, tenang, tenteram,


41

bahagia, dan sejahtera di bawah bimbingannya.32

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis pendekatan penelitian yang paling relevan yang gunakan

oleh peneliti adalah pendekatan deskriptif kaulitatif. Pendekatan deskriptif

kualitatif merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada fenomena

atau gejala yang bersifat alami, proses pengumpulan data lapangan dengan

menggabungkan kata-kata, gambar. Orientasi yang alami, sifatnya

mendasar dan natural atau bersifat kealamian, serta tidak membutuhkan

cek laboratorium, melainkan hanya perlu survei dan cek lapangan. Jadi,

untuk menemukan data dan fakta lapangan, sesuai dengan yang ingin di

gali dalam penelitian ini, maka pendekatann yang paling relevan ialah

pendekatan kualitatif.33

2. Kehadiran Peneliti

Dam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti mutlak dibutuhkan sebab

terlebih dahulu selain untuk menetapkan fokus penelitian dan lain

sebagainya, peneliti juga sebagai pelaku dan instrument kunci dalam

penelitian ini. Keberadaan peneliti harus berada di tempat penelitian,

32
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara Dan Umat (Jakarta: Pustaka
Beta,

2007).
33
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Cv. Pustaka Setia. 2011). H.
89
42

peneliti harus berperan aktif dan berdiskusi dengan informa untuk

menggali informasi yang akurat, keterlibatan dan aktif bertukar pesan

dengan infoma peneliti akan semakin dipermudahkan untuk dapat

memperoleh data yang peneliti perluka sesuai dengan tujuan penelitian.

Prosedur kehadiran peneliti selama melakukan pengambilan datapun harus

meminta izin terlebih dahulu kepada informa terkait dengan kedatangan

peneliti, memilih waktu yang tepat dan menyiapkan instrumen.34

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dusun tembowong desa peisir mas kabupaten

lombok barat. Lokasi penelitian ini merupakan desa hasil pemekaran dari

desa pelangan yang tak lama telah di resmikan sebagai desa yang mandiri.

Desa pesisir mas bagian sekotong ini merupakan desa yang banyak

notaben penduduknya sebagai penambang mas, desa yang kaya akan

sumberdaya alam.

Sumber daya alam yang kaya namun minim sumberdaya manusia, bahkan

yang lulusan sma pun bisa di hitung jari. Kurangnya kesadaran akan

pentingnya pendidikan, pernikahan dini, pergaulan bebas, dan KDRT

seringkali terjadi terlebih hal yang membuat penelitian ini menarik ialah

pelaku kekerasan ialah tokoh agama sebagai figur teladan, itulah yang

menjadi alasan peneliti mengangkat judul ini.

4. Sumber Data

34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. R&D. (Bandung: Alfabeta.
2012). H. 305
43

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana data diperoleh.

Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam mengumpulkan data,

maka sumber data tersebut responden yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan. Sedangkan datanya adalah kata-kata lisan dan tulisan. Apabila

peneliti menggunakan tekhnik observasi, maka sumber datanya berupa

tindakan atau prilaku atau proses yang dilakukan dalam proses penelitian.

Peneliti, mengamati sejauhmana pengaplikasian konsep keluarga sakinah

yang sudah di dilakukan oleh Tokoh agama yang peneliti teliti serta

mencari tahu sejauh mana A sebagai tokoh agama dan kepala keluarga

memaknai kata keluarga sakinah. Maka hasil dari pengamatan peneliti

yang akan menjadi sumber datanya. Kemudian, apabila peneliti

menggunakan dokumentasi seperti gambar atau foto, makan gambar

maupun foto tersebut yang akan menjadi sumber datanya.35

5. Prosedural Pengumpulan Data

Dalam tehnik pengumpulan data ini, sesuai dengan yang sudah peneliti

paparkan di atas, bahwa penelitain ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif, maka tehnik pengumpulan data yang digunakan meliputi

observasi, wawancara dan dokumentasi.36

a) Observasi

35
Zulfadrial. Penelitian Kualitatif. H. 46

36
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. R&D. (Bandung: Alfabeta.
2012). H. 315
44

Peneliti turun lapangan untuk melihat dengan sendiri bagaimana

kondisi lapangan tempat yang akan penelitian teliti, tujuannya adalah

agar peneliti dapat memperoleh data akurat sesuai dengan fakta, data

dan kenyataan di tempat penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan

observasi partisipatif dimana peneliti ikut terlibat dalam segala aktivitas

objek yang di teliti serta ikut berpartisipasi secara teratur. Upaya ini

dilakukan agar peneliti dengan dan leluasa serta data yang di

perolehpun akurat dan dapat peneliti pertanggung jawabkan.37

b) Wawancara

Proses pengumpulan data dengan menggabungkan kata-kata, tulisan

dan informasi yang di dapat saat melakukan proses tanya jawab dengan

informa. Maka peneliti mengambil tehnik pengumpulan data dengan

menggunakan tehnik wawancara semi terstruktur (wawancara bebas

terpimpin). Wawancara semi terstruktur digunakan pada saat peneliti

melontarkan pertanyaan yang sudah di susun terkait dengan data yang

ingin peneliti ambil dengan instrumen pertanyaan yang telah di siapkan

terlebih dahulu dan sudah sesuai dengan standar data yang ingin

peneliti gali informasinya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

tehnik wawancara semi terstrukrut (wawancara bebas terpimpin).38


37
Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif. H.186
38
Mita Rosaliza, Wawancara Komunikasi Dalam Penelitian Kualitatif, Jurnal Ilmu
Budaya. Vol 11. Nomor 2, Februari 2015.
45

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen, sedangkan

dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan

tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan

pengujin suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti,

informasi kealamiahanyang sukar diperoleh , ditemukan, dan membuka

kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu

yang diselidiki. Metode dokumentasi berfungsi untuk mengumpulkan

data-data tentang keadaan lokasi penelitian, yaitu catatan-catatan, arsip

buku agenda maupun catatan tertulis terkait dengan konteks

penelitian.39

6. Teknik Pengumpulan Data

Fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga susunan atau tatanan

bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa

secara lebih terang diungkap maknanya atau lebih dimengerti duduk

perkaranya.40

Aktivitas dalam analisis data dilakukan secara terus menerus sampai

39
A. Muri Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif Dan Penelitian
Gabungan. (Jakarta: Kencana. 2017). H. 384
40
Djam’an Satori. Metodologi Penelitian Kualitatif. H. 200
46

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data adalah

data reduction, data display dan cobclution drawing/ferivication.41

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Hasil kegiatan tahap pertama adalah diperoleh tema-tema atau

klasifikasi dari hasil penelitian. Tema-tema atau klasifikasi itu, telah

mengalami penamaan oleh peneliti. Cara melakukanya adalah peneliti

menulis ulang catatan-catatan lapangan yang mereka buat, tentunya

ketika wawancara mendalam dilakukan. Apabila wawancara direkam,

tentunya pada tahap awal adalah melakukan transkip hasil rekaman,

setelah catatan lapangan ditulis ulang secara rapi dan setelah rekaman

ditranskip, peneliti membaca seluruh catatan lapangan atau transkip.

Setelah itu, peneliti memilih informasi yang penting dan tidak penting

tentunya dengan cara memberikan tanda-tanda.42

Ketika penelitian sedang berlangsung, atau memasuki lapangan,

mengumpulkan data mulai dilakukan. Sebagaimana dijelaskan

sebelumnya, aktivitas pengumpulan data dilakukan hingga mencapai

tingkat jenuh. Oleh karenanya, reduksi data perlu dilakukan untuk

menyederhanakan masalah. Reduksi data merupakan proses berfikir

sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan pengalaman

wawasan yang tinggi.

41
Ibid. H. 337
42
Afrizal. Metode Penelitian: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif Dan Berbagai Disiplin Ilmu. (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016). H.
178
47

Dalam penelitian ini, penelitian di lanjutkan dengan menguji ulang

data yang telah di temukan, diuji kembali berdasarkan apa dan

bagaimana konsep sakinah yang seharusnya di terapkan serta bentuk

pemaknaan terhadap konsep keluarga sakinah yang hampir tidak pernah

terlihat dalam kehidupan pribadi. Data-data tersebut di peroleh dari

hasil observasi, wawancara sebagaimana di jelaskan pasa tehnik

pengumpulan data.43

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang

terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat diperoleh oleh

peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda

antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek penelitian.44 Agar penelitian yang dilakukan membawa

hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya, maka peneliti dalam

kualitatif dapat menggunakan berbagai cara, antara lain:

a. Meningkatkan ketekunan di dalam pengamatan penelitian

Ketekunan peneliti dalam pengamatan dalam mengumpulkan data

di lapangan akan menentukan pula keabsahan dan keaslian data yang

terkumpul. Peneliti hendaklah mau, mampu, dan selalu meningkatkan

ketekunan dalam menelusuri suatu fenomena sosial secara holistic,

43
Ibid. H. 342
44
Ibid. H. 363
48

sehingga terkumpul data dan informasi yang sesungguhnya, dan dalam

konteks situasi sosial yang sebenarnya.45

b. Melakukan triangulasi sesuai dengan aturan

Triangulasi diartikan sebagai tekhnik pengumpulan data yang

bersifat penggabungan data dari berbagai tekhnik pengumpulan data

dan sumber data yang telah ada.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi tekhnik

yang berarti peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama,

seperti observasi, wawancara, dokumentasi.46

c. Menggunakan bahan refrensi yang tepat

Kredibilitas data dan informasi yang dikumpulkan dan ditulis lebih

dipercaya apabila dilengkapi dengan bahan-bahan refrensi yang tepat.

Ini berarti bahwa peneliti mengumpulkan referensi yang tepat dan

ditulis oleh ahli dalam bidang yang sesuai dengan fokus dan data yang

dikumpulkan. Data yang ditulis di lapangan atau rekaman percakapan

melalui Audio recorder dapat dibandingkan ketepatanya dengan

pendapat para ahli dalam refrensi-refrensi yang dikumpulkan.47

BAB II

45
A. Muri Yusuf. Metode Penelitian . H. 394
46
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. H. 371
47
A. Muri Yusuf. Metode Penelitian. H. 395-397
49

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Desa Pesisir Mas

1. Sejarah Desa Pesisir Emas

Desa Persiapan Pesisir Mas yang merupakan bagian dari desa

Sekotong Barat yang tediri 8 (Delapan), Dusun dari 21 Dusun

yang ada di desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong, Desa

Pesisir Mas.

Podengan luas 8.230 ha. Menurut filosofis Nama Desa Pesisir

Mas terdiri dari dua kata yakni Pesisir dan Mas. Kata Pesisir di

ambil dari pintu masuk Desa yang berada di dusun pengawisan

kita akan di manjakan Oleh Hamaparan pasir putih yang sangat

indah nan elok di sepanjang desa mulai dari dusun pengawisan

hingga Dusun Tembowong. Sedangkan kata Mas sendiri di ambil

dari Lokasi Gunung yang ada di Dusun Tembowong dikenal

sebagi gunung yang mengandung kandungan Mas yang sangat

melimpah. Oleh sebab itulah kami bersepakat, membentuk

bersama tokoh-tokoh masyarakat pada masa itu. Desa Persiapan

Pesisir Mas adalah Desa yang timbul dari pemakara Desa

Sekotong Barat sebagai Desa Induk. Desa Pesisir Mas sendiri

Terbentuk/lahir pada tanggal 17 Desember 2020 hal ini sesuai

dengan hasil verifikasi l lapangan yang di lakukan oleh Tim

DPMD Kabupaten Lombok Barat sebagi liding sektor yang


50

menagani maslah perencanan dan tata ruang pemerintahan Desa di

Kabupaten Lombok Barat.

Desa Persiapan Pesisir Mas terdiri dari lima Dusun Induk dan

Tiga Dusun Persiapan. Yaitu: Dusun Pengawisan di sebelah Timur

yang berbatasan langsung dengan Dusun Pandanan (Desa

Sekotong Barat), kemudian Dusun Persiapan Tanah Genter, Dusun

Gilil Genting, Dusun Labuan Petong, Dusun Persiapan Temeran,

Dusun Gawah Pudak, Dusun Persiapan Raji Mas dan Dusun

Tembowong yang berbatasan langsung dengan Desa Pelangan.

Adapun asal muasal Desa Pesisir Mas kami ambil dari

kondisi Alam (Bumi) Desa ini sendiri yaitu: Kata Pesisir Yang

Artinya Sepanjang Panatai/Pinggir Pantai yang sangat Panjang,

artinya Desa Pesisir Mas ini Memiliki garis pantai yang panjang

mulai dari pintu masuk Desa sampi Dusun trakhir memiliki Pesisir

Pantai dengan Pasir Putih yang sangat alami nan Elok, Sementara

Kata Mas (Mas) adalah bersumber dari kondisi Alam Desa ini

sendiri yaitu adanya salah satu Dusun di Desa Pesisir Mas ini yang

Memiliki kekayan alam berupa Daerah Penghasil Mas yaitu Dusun

Tembowong Dan dusun Persiapan Raji Mas (Raja Mas) Untuk itu

diputuskan oleh tokah Agama, Adat, dan Pemuda disepakati Desa

Persiapan ini bernama DESA PESISIR MAS.

a. Motto : PESISIR MAS


51

1) M yaitu Maju

2) A Yaitu Antusias dalam pembangunan dan Kemajauan

dalam segala hal

3) S yaitu Smart Sehat, Santun dan Sederhana

MAS bermakna :

 M yaitu Maju bermakna memajukan perekonomian dan

kesejahteran masyarakat Pesisir Mas, Maju dalam segala

bidang.

 A Yaitu Antusias masyarakat Desa Pesisir Mas

Antusias dalam pembangunan diri dan masyarakat baik

Rohani maupun Jasmani.

 Smart yaitu Cerdas Bermakna Memajukan

Perekonomian yang maju tetap diorganisir artinya

direncanakan sesuai dengan nilai-nilai Agama dan adat

masyarakat setempat.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

setiap penduduk dan Pemimpin di Desa Pesisir Mas nantinya

haruslah Energick (Bersemanagat) dalam usaha memajukan

perekonomian Masyarakat, Bersemangat dalam membangun diri

dan masyarakat yang Cerdas dalam berbahasa bertindak menurut

hukum, yang bijaksana, berbudi pekerti yang luhur dan tidak

berlebih-lebihan, rukun saling harga menghargai, kerjasama


52

dalam hal-hal yang baik serta giat, tidak mengenal putus asa

dalam menjalankan tugas kewajiban demi pembangunan Desa,

Daerah dan Negara.

Dalam mencapai visi misi tersebut desa persiapan Pesisir

Mas dengan Slogan; “TUNGGAL KAYUN PATUH KARYE”

2. Kondisi Umum Desa

a. Potensi Sumber Daya Alam ( SDA )

1. Potensi Umum

a. Luas Desa Pesisr Mas 8.230 Ha. Terdiri dari ;

No Jenis tanah
1 Tanah sawah Luas Tanah
a. Sawah Irigasi 299 ha
b. Sawah Irigasi ½ teknis 427 ha
c. Sawah Tadah Hujan 1.327 ha
2 Tanah Kering
a. 2.31 5ha
Tegal / lading
b. Pemukiman 3.1422 ha
3 Tanah Basah
a. Tanah rawa 15 ha
b. Tanah surut 68 ha
4 Tanah Perkebunan
a. Tanah Perkebunan Rakyat 122 5 ha
b. Tanah Perkebunan Negara - ha
c. Tanah Perkebunan Swasta - ha
d. Tanah umum - ha
5 Tanah Fasilitas Umum
a. Perumahan PU - m2
b. Sekolah Dasar 3465 m2.
53

c. Lapangan - m2
d. Kadus 5750
2

b. Batas Wilayah Desa Persiapan Pesisir Mas sebagai berikut :


a) Sebelah Utara : Laut Desa Pesisir Mas
b) SebelahSelatan : Desa Persiapan Lendang Guar
c) SebelahBarat : Desa Pelangan
d) SebelahTimur : Desa Sekotong Barat
c. Orbitasi ;
a. Jarak ke Ibu Kota Provinsi : 60 Km
b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 35 Km
c. Jarak ke Ibu Kota kecamatan : 23 Km
No Pekerjaan Jumlah
1 Petani 1056 Orang
2 Pedagang/Pengusaha 117 Orang
3 Buruh Tani 9 63 Orang
4 Buruh Lepas 1056 Orang
5 Pertukangan 2 86 Orang
6 Peternak 176 Orang
7 PNS 9 Orang
8 Polri - Orang
9 TNI 1 Orang
10 Karyawan Swasta 32 Orang
11 Karyawan BUMN - Orang
12 Pembantu Rumah Tangga 23 Orang
13 TKI/TKW Luar Negeri 455 Orang
14 Pengemudi / Tukang Ojek 92 Orang

d. Potensi Sumber Daya Manusia ( SDM ).


1) Mata Pencaharian Pokok
54

2) Agama
a) Islam : 4.954 Orang
3) Etnis atau suku
a) Sasak : 3.604 Orang
b) Jawa : 20 Orang
c) Bima : 7 Orang
d) Padang : 2 Orang
e) Bali :2 Orang
f) Sumbawa : 3 Orang
4) Jumalah Lembaga Pendidikan di wilyah desa Pesisir Emas
a) Jumlah TK / PAUD : 2 unit
b) Jumlah SD / Sederajat : 2 Unit
c) Jumlah SMP/Sederajat : 1 Unit
d) SMK/SMA : 1 Unit
3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

a. Jumlah Penduduk

Desa Pesisir Mas mempunyai Jumlah Penduduk 4.954

Jiwa, yang tersebar dalam 8 Dusun dengan Perincian

sebagaimana tabel :

No Dusun Laki- Perempuan Jumlah Jumlah


laki KK

1. Pengawisan 309 340 649 121


2. Gili Genting 365 350 715 203
3. Tanah Genter 190 218 408 127
Labuan
4. 345 345 690 171
Petong
5. Temran 201 210 411 127
6. Gawah Pudak 385 380 765 231
7. Tembowong 306 330 636 195
8. Raji Mas 330 350 680 193
55

Jumlah 2.440 2.514 4.954 1.369

b. Tingkat Pendidikan Penduduk.

Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Empol adalah sebagai

berikut :

1) Belum Sekolah (Balita) : 1.223 Orang

2) Usia 15 - 45 tidak pernah sekolah : 1.023 Orang

3) Pernah sekolah SD tetapi tdk Tamat : 9433 Orang

4) Tamat SD / Sederajat : 1.132 Orang

5) Tamat SLTP : 890 Orang

6) Tamat SLTA : 255 Orang

7) Tamat D 1 : 6 Orang

8) Tamat D 2 : 5 Orang

9) Tamat D 3 : 6 Orang

10) Tamat S 1 : 115Orang

11) Tamat S 2 : -Orang.

c. Mata Pencaharian

Desa mekar Pesisir Mas berdasarkan fakta geografis

merupakan Desa Pertanian (agraris) penambang emas, buruh

tambang emas dan Nelayan, bahwa sebagian besar pemilik


56

lahan pertanian di Desa Pesisir Mas merupakan hak milik atau

dikuasai oleh warga yang berasal dari luar wilyah

Desa.Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani

sangat minim pengetahuan. Disamping itu ada yang berpropesi

sebagai nelayan selain itu sebagai pedagang, Buruh, Tukang

Ojek dan Tukang Bangunan dan sebagaian besar masyarakat

Desa Pesisir Emas berprofesi sebagai penambang emas dan

buruh tambang emas karena lahan pertambangan di Desa

Pesisir emas sangat berdekatan dengan wilayah masyarakat.

B. Pemaknaan konsep keluarga sakinah oleh tokoh agama yang

melakukan KDRT.

keluarga sakinah merupakan keluarga yang di dirikan dengan

dasar saling sayang menyayangi sesama anggota keluarga. Maka dari

itu fungsi ayah sebagai kepala keluarga ialah menjadi tauladan di

dalam keluarga, memberikan nafkah anak istri yang halal, begitu pula

dengan peran seorang ibu di dalam rumah tangga, bukan hanya

melayani suami dengan baik akan tetapi memberikan pendidikan yang

terbaik untuk anak-anak juga, sebagaiman Rasulullah memberikan

contoh keluarga yang sakinah, aman damai dan saling melindungi.

Hal ini pun masih berusaha di tata dan di pahami oleh salah satu

keluarga dimana yang menjadi pelaku KDRT ialah kepala keluarga

yang berstatu sebagai Tokoh Agama di dusun tembowong desa pesisir


57

mas, sebagaimaan yang telah di jelaskan oleh A (pelaku) dalam proses

wawancara, yaitu:

“Sakinah yaaa berlaku baik sama keluarga. saya jarang sholat

berjamaah dengan istri karena saya harus menjadi imam di mesjid,

tapi kalau sholat tetap saya mengingatkan istri saya untuk sholat, yaa

yang namanya juga ibu rumah tangga kalo kita ajak sholat pasti

jawabannya nanti selesaikan masak atau pekerjaan lainnya. Istri

sangat paham apa yang saya suka dan tidak suka, masakannya enak

walau ada lah beberapa kali saya harus meminta dia untuk segera

menyiapkan saya makanan, saya pun di sibukkan oleh urusan mesjid,

kadang acaranya warga disini juga, sepulang saya tidur. Marah dan

kecewa dengan pelayanan istri yang kurang yaaa manusiawi, kalau

ada masalah saya usahakan bicara baik-baik dulu, saya tanya apa

maunya, saya selalu nanya, apa maunya? Mau cerai atau kita

selesaikan masalah ini, kadang yang buat jengkel ketika saya bertanya

apa maunya selalu tidak di jawab, dan di jawab dengan isak tangis.

Menangis menurut saya tidak menyelesaikan masalah dan itu sangat

membuat saya tidak nyaman. Saya memukul istri bukan karena

membenci, tujuan saya ingin memberikan peringatan sekaligus efek

jera, agar istri tidak emngulangi kesalahan yang sama, contoh yang

sering saya katakan jangan pernah omelin anak-anak secara

berlebihan, dan masalah lainnya.


58

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa kefahaman tentang bagaimana konsep keluarga sakinah yang di

ajarkan dalam islam dan di contohkan oleh Rasulullah hanay di

maknan dengan hanya berlaku baik saja pada setiap anggota keluarga.

Dapat di simpulkan bahwa pemahaman tentang bagaimana keluarga

dalam konsep sakinah, tidak begitu terlalu di fahami, sebab keluarga

sakinah bukan hanya sebuah konsep dan rancangan saja, namun perlu

ada tekad dan prospek untuk membangun keluarga yang kokoh

sampai ke surga.

C.

namun masih saja banyak terjadi masalah, cekcok hingga

kekerasan, sebagaimana yang telah di jelaskan oleh A dan Y dalam

wawancara yang di lakukan


59

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini mencakup tentang pendahuluan yang memuat

permasalahan yang ada untuk diteliti sehingga melahirkan sebuah judul

penelitian. sehingga terbentuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, kajian

pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Dalam bab ini di uraikan tentang data dan temuan penelitian yang

ditemukan dilapangan. Adapun temuan dari data tersebut diantaranya

gambaran tentang lokasi penelitian, konsep keluarga sakinah pada

keluarga yang melakukan KDRT (studi kasus di dusun tembowong desa

pesisir mas).

BAB III PEMBAHASAN


60

Bab ini berisi tentang pembahasan inti dari penelitian ini. peneliti

menguraikan tentang pembahasan hasil jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang disebut dengan rumusan masalah yaitu bagaimana

pengaplikasian dan pemaknaan konsep keluarga sakinah sejauh ini oleh

tokoh agama yang melakukan KDRT.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan tentang penutup yang didalamnya

memaparkan kesimpulan penelitian yang bersumber dari rumusan

masalah dan diuraikan kedalam pembahasan sebagai sumber dari sebuah

penelitian. dan pada bagian bab penutup ini adalah hasil kesimpulan

sekaligus penutup dari analisa data yang berkaitan dengan penelitian.


61

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fathoni.M.HI dan Nur Faizah, Keluarga Sakinah Perspektif


Psikologi (Upaya Mencapai Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa
Rohmah). Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 2018

Rohmahtus Sholihah dan Muhammad Al Faruq, “Konsep Keluarga Sakinah


Menurut Muhammad Quraish Shihab”. Dalam jurnal SALIMIYA:
Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam. 2020.

Aries Dirgayunita, “Pendidikan Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Hukum


Islam Dan Psikologi”. Dalam Jurnal Imtiyaz. 2020.

Asman., “ Keluarga Sakinah Dalam Kajian Hukum Islam”. Dalam jurnal Al-
Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan. 2020

Muhammad Andri. Implementasi Bimbingan Perkawinan Sebagai Bagian


Dari Upaya Membangun Keluarga Muslim Yang Ideal. Dalam Jurnal
Adil Indonesia. 2020
62

Siti Chadijah. “Karakteristik Keluarga Sakinah Dalam Islam”. Dalam Jurnal


Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam”. 2018

Observasi, dilakukan pada hari Senin, 12 Juli 2021 di Dusun Tembowong


Desa Pesisir Mas Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

A & Y wawancara,15 januari 2022

Muhammad Husni, “Pembentukan Keluarga Sakinah pada Keluarga


Teladan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pahandut Kota
Palangka Raya”, Skripsi Sarjana, Palangkaraya: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Palangka Raya (STAIN) Jurusan Syariah
Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, 2013

Rachmad Fadillah Saputra, “ Pembentukan Keluarga Sakinah pada


Keluarga Jama‟ah Tablig di Kota Palangka Raya”, Skripsi Sarjana,
Palangkaraya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya
(STAIN) Jurusan Syariah Program Studi Al-Ahwal Al- Syakhsiyyah,
2013

Zakiyah, “Studi Terhadap 4 (Empat) Finalis Keluarga Sakinah yang Terdata


Pada Depag Kota Palangka Raya”, Skripsi Sarjana, Palangkaraya:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya (STAIN) Jurusan
Syariah Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, 2007

Poerwadarminta W.J.S. 1986. Kamus Besar Umum Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka

Aisyiah, PP. Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, Yogyakarta : PP Aisyiah,


1989.

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual bimbingan Konseling Islam,


(Yogyakarta : UII Press, 1992).

Syaikh Muhammad Saltut. Aqidah dan Syariat Islam. (Bumi Aksara, Jakarta
1999).
63

Ulfatmi, Islam dan Perkawian, Padang: Haifa Press Padang, 2010.

Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga, Jatim: Madani, 2016.

Abd. Rahman, Konseling Keluarga Muslim, Jakarta: The Minangkabau


Foundation, 2005.

Kementerian Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah,


Jakarta: Direktorat Jenderal Departemen Agama RI, 2006.

Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia menurut Islam


(Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1994).

Ahmad Tholabie Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,


2013.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka cipta, 2004).

Kustini, “Pengantar Editor”, Keluarga Harmoni Dalam Perspektif Berbagai


Komunitas Agama Di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agaman RI ;
2011.

Ida Rosyidah dan Siti Napsiyah, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif


Berbagai Komunitas Agama di Kepulauan Seribu”, Keluarga
Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas Agama, Cet. 1,
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI November 2011

Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).

Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga. Pedoman Keluarga Dalam Islam/ Ali
Yusuf As-Subki ; penerjemah: Nur Khozin.
64

Muamala Team, Kategori umur menurut WHO & Depkes, diakses dari
http://muamala.net/kategori-umur-menurut-who/, pada 18 Februari
2022 pukul 21.13.

Muslim bin Hajjaj Abu Hasan al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim


diakses dalam Maktabah Syamilah, Kitab Qadar: Bab 6, no. 2658,
(Beirut: Dar Ihya‟ Turats Arabi, Juz 5).

Shihab, M. Quraish, Pengantin Al-qur‟an (kalung permata buat anak-


anakku), Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, Padang: Kemenag RI,


2011.

Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal,


Membangun Keluarga Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2013.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Cv. Pustaka Setia,


2011).

Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,


(Bandung: Alfabeta, 2012).

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011).

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R Dan D, ( Bandung :


Alfabeta, 2012).

Zulfadrial dan Lahir Muhammad, Penelitian Kualitatif dan kuantitatif.


Bandung: PT. Rosda Karya Persada 2012.
65

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2017).

Afrizal, Metode Penelitian: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitatif Dan Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016).

M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an (Fungsi dan Peran Wahyu


Dalam Kehidupan Masyarakat), (Bandung Mizan, 1994).

Anda mungkin juga menyukai