Anda di halaman 1dari 100

STRATEGI BALAI SOSIAL LANJUT USIA (BSLU) MANDALIKA NTB

DALAM BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP LANSIA

Oleh:

GANI MUSTIKA
NIM: 153.134.059

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017

i
STRATEGI BALAI SOSIAL LANJUT USIA (BSLU) MANDALIKA NTB
DALAM BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP LANSIA

Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh:
GANI MUSTIKA
NIM: 153.134.059

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Gani Mustika, NIM: 153.134.059 dengan judul “Strategi


Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB Dalam Bimbingan Mental
Spiritual Terhadap Lansia” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di uji.

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Sa’i, MA Dr. Abdul Malik, M. Ag M. Pd


NIP: 196812311999031007 NIP: 1979092320011021004

iii
Rektor UIN Mataram
Di Mataram

Assalamua’alaikum Wr. Wb.


Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudari:
Nama : Gani Mustika
Nim : 153-134-059
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam
Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi
Judul :Strategi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Dalam
Bimbingan Mental Spiriual Lansia
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasah skripsi
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu kami
berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasahkan.
Wassalamu’alaikum wr. Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Sa’i, MA Dr. Abdul Malik, M. Ag, M. Pd


NIP: 196812311999031007 NIP: 1979092320011021004

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan diawah ini


Nama :Gani Mustika
Nim :153-134-059
Program studi :Bimbingan Konseling Islam
Fakultas :Dakwah dan Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Strategi Balai Sosial Lanjut


Usia (BSLU) Mandalika NTB Dalam Bimbingan Mental Spiritual Terhadap
Lansia” ini secara keseluruhan merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali
pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan
plagiat tulisan/karya orang lain, saya siap menerima sanksi yang telah
ditentukan oleh lembaga.

Mataram,
Saya yang meyatakan

Gani Mustika
NIM: 153-134-059

v
PENGESAHAN
Skripsi Gani Mustika, Nim: 153-134-059 dengan judul “Strategi Balai
Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB Dalam Bimbingan Mental
Spiritual Lansia”, telah dipertahankan didepan dewan penguji jurusan
bimbingan konseling islam, fakultas dakwah dan komunikasi, UIN
mataram, telah dimunaqasyahkan pada pada bulan juli 2017.

Dewan Munaqasyah

1. Ketua Sidang/ Muhammad Sa’i, MA


Pembimbing I NIP. 196812311999031007 (________________)

2. Sekertaris Sidang/ Dr. Abdul Malik, M. Ag, M. Pd


Pembimbing II NIP. 1979092320011021004 (________________)

3. Penguji I Dr. Suprapto, M. Ag


NIP. 19720720206431002 (________________)

4. Penguji II Najamudin, M. Si
NIP. 198212312009121004 (________________)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Mataram

Dr. Faizah, MA
NIP. 19730716 199903 2 003

vi
MOTTO

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya


Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah
mereka tidak memikirkan?.” (Q.S Yasin: 68)

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cintai dan yang
menjadi sumber motivasi saya selama ini, diantaranya:

1. Kedua orang tuaku, Ibunda tercinta (Nayu), Ayahku (Nuryadin) dan


Nenekku tercinta (Nayim) salam hormat dan cinta selalu ananda haturkan
tanpa do’a serta dukungan kalian mengkin saya tidak akan bisa sampai
pada tahap sekarang ini. Terima kasih kepada Allah SWT karena telah
mengirimkan seorang ibu dan nenek yang begitu luar biasa seperti kalian
berdua.
2. Adikku tersayang (Rizkiatul Ummi), adikku merupakan sumber
motivasiku untuk terus melangkah mengejar impiankku, mengejar
kesuksesanku.
3. Almamater dan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang
saya cintai dan banggakan.

viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan sesuai dengan harapan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis
haturkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya ke jalan yang benar yakni addi nul-Islam (agama Islam).
Skripsi ini di susun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
sarjana (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram. Peneliti
menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah berkat bantuan dan
kerjasama yang baik dari berbagai pihak, dan menyadari sepenuhnya tanpa
adanya bantuan dan dukungan tersebut skripsi ini mungkin tidak dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan yang sangat
berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Sa’í,, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.
Abdul Malik, M.Ag. M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Suprapto, M. Ag, Dan Bapak Najamudin, M. Si, sebagai
penguji yang telah memberikan saran sebagai penyempurnaan skripsi
ini.
3. Bapak Rendra Khaldun, M.Ag selaku ketua jurusan dan Bapak H.
Masruri, Lc. MA. Sekertaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam.
Terima kasih atas kerja keras dan perjuangan beserta ilmu-ilmu yang
sudah diajarkan.
4. Ibu Dr. Faizah, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Mataram. Terima kasih atas kesempatan dalam memfasilitasi
segala sesuatu yang menyangkut penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Mutawalli, MA, selaku Rektor UIN Mataram.

ix
6. Kepada Dosen-dosen UIN Mataram yang telah mengajarkan banyak hal
sehingga saya bisa sampai ke tahap ini.
7. Kepada Kepala Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB dan kepada
semua pegawai, dan papuk-papuk atau klien, nenek-kakek yang telah
memberikan izin penelitian serta melayani dan memberikan keperluan-
keperluan dalam bentuk informasi dan data-data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Kepada orang tuaku, nenek dan ibu yang telah memberikan do’a,
bimbingan dan motivasi baik dalam bentuk moril maupun materi.
9. Tidak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan, temen-teman BKI
yang saya sayangi.
Peneliti menyadari sepenuhnya dalam menyusun skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalau’alaikum Wr.Wb.

Mataram,

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN NOTA DINAS........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 6

2. Manfaat Praktis .............................................................................. 6

E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ................................................ 7

F. Telaah Pustaka ..................................................................................... 7

xi
G. Kerangka Teori..................................................................................... 9

1. Pengertian Bimbingan .................................................................... 9

2. Tujuan Bimbingan .......................................................................... 11

3. Pengertian Mental Spiritual............................................................ 12

a. Pengertian Mental .................................................................... 12

b. Pengertian Spiritual .................................................................. 14

c. Pengertian Mental Spiritual...................................................... 16

4. Pengertian Lanjut Usia ................................................................... 19

a. Lanjut Usia ............................................................................... 19

b. Batasan Umur Lanjut Usia ....................................................... 20

H. Metode Penelitian................................................................................. 21

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................... 21

2. Lokasi Penelitian ............................................................................ 22

3. Sumber dan Jenis Data ................................................................... 22

4. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................ 23

5. Uji Kesahihan Data ........................................................................ 24

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 27

1. Profil Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NB .............................. 27

2. Visi Dan Misi ................................................................................ 27

3. Kedudukan Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB .................. 28

4. Tugas Pokok Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB ................ 28

5. Fungsi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB .......................... 28

xii
6. Letak Geografis .............................................................................. 29

7. Struktur Organisasi ........................................................................ 31

8. Keadaan Pengelola Dan Klien ....................................................... 35

9. Sarana Dan Prasarana ..................................................................... 49

B. Peran Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Dalam

Memberikan Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Lansia ................ 50

C. Dampak Bimbingan Terhadap Mental Spiritual Lansia....................... 59

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 63

A. Peran Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Dalam

Memberikan Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Lansia ................ 63

B. Dampak Bimbingan Terhadap Mental Spiritual Lansia....................... 67

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 75

A. Kesimpulan .......................................................................................... 75

B. Saran ..................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Luas Tanah Dan Bangunan .................................................. 29

Tabel 2.2 Data Pegawai (Menurut Jabatan Dan Status

Kepegawaian) ..................................................................... 35

Tabel 3.2 Data Pegawai Honor (Menurut Alamat, Pendidikan) .......... 37

Tabel 4.2 Data Lansia Atau Klien ( Berdasarkan Jenis Kelamin,

Nama, Umur Dan Alamat) ................................................... 40

Tabel 5.2 Sarana (Berbentuk Bangunan) ............................................. 50

xiv
ABSTRAK

Strategi Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB Dalam


Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Lansia
Oleh:
Gani Mustika
NIM: 153-134-059

Penelitian ini difokuskan pada kajian terhadap peranan Balai Sosial Lanjut
Usia (BSLU) Mandalika NTB dalam memberikan bimbingan mental spiritual
terhadap lansia dan bagimana dampak bimbingan tersebut terhadap mental
spiritual lansia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Kualitatif dengan metode penelitian fenomenlogi. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah metode observasi, metode wawancara
dan metode dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peranan BSLU dalam memberikan bimbingan mental spiritual
terhadap lansia dan dampak bimbingan tersebut terhadap lansia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Strategi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB dalam
memberikan bimbingan mental spiritual lansia cukup baik dan efektif untuk terus
diterapkan. Karena bimbingan merupakan suatu hal yang dapat menuntun
individu untuk mampu menghadapi situasi dan masalah yang sedang dihadapinya.
Bimbingan seperti ini sangat bermanfaat bagi setiap orang terutamanya bagi para
lansia yang dimana saat-saat seperti itulah mereka membutuhkan dukungan dan
motivasi agar mereka mampu menerima keadaan dirinya saat ini. Apalagi
terbilang mereka termasuk lansia yang kurang beruntung dikarenakan jauh dari
keluarganya. Adapun bimbingan yang diterapkan oleh BSLU dengan cara
memberikan bimbingan keagamaan yang diantaraya perama mengadakan
pengajian ruti setiap hari jum’at, kedua pembinaan sholat berjemaah, ketiga
mengingat bacaan dan gerakan sholat dan keempat hafalan ayat-ayat pendek. Serta
berdasarkan hasil penelitian adapun dampak dari bimbingan tersebut sangat
nampak jelas terhadap lansia. Bagi mereka yang sangat rutin mengikuti seitap
bimbingan menjadi lebih baik dari biasanya, yang awalnya mudah marah
kemudian menjadi tidak pemarah lagi, yang awalnya baiasa kelahi kemudian
menjadi akur kembali. Selian itu mereka menjadi lebih arif dan bijaksana dalam
mengambil keputusan, mampu menerima keadaan dirinya, mampu berbaur
dengan baik antar sesamanya dan selalu berserah diri kepada Tuhan.

Kata kunci: Strategi, Bimbingan, Mental, Spiritual, Lansia.

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat selalu

diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan lingkungan masyarakat/

lingkungan sosial tertentu sesuai dimana tempat tinggalnya. Di zaman yang

semakin modern ini banyak sekali kita jumpai berbagai permasalahan yang

terjadi dimana-mana mulai dari tingkat pengangguran yang semakin tinggi,

rendahnya tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, mahalnya harga

pangan, pendidikan, penduduknya yang semakin miskin, banyaknya orang-

orang terlantar dan masih banyak masalah lainnya.1 Orang-orang terlantar

misalnya, tentu kata ini sudah tidak asing lagi ditelinga kita, sebab dimanapun

kita sering mendengar bahkan jumpai hal seperti ini. Orang terlantar bukan

hanya orang yang tidak punya keluarga dan tidak punya tempat tinggal saja,

akan tetapi termasuk juga orang-orang yang memilki keluarga namun tidak

ada yang mengurusnya atau bahkan keluarganya tidak mau mengurusnya

sama sekali.

Akibat fenomena yang seperti ini pemerintah telah melakukan berbagai

alternatif untuk mengatasi timbulnya hal tersebut, adapun bentuk-bentuk

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara mendirikan panti-

panti dimana panti tersebut bisa ditempat tinggalkan oleh orang-orang yang

kurang beruntung seperti misalnya panti sosial bagi para jompo atau lansia

1
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta:PT Raja Gravindo Persada,
2007), h.5.
2

yaitu Balai Sosial Lanjut Lansia Mandalika NTB. Panti/ Balai Sosial

merupakan tempat tinggal/singgah orang-orang yang tidak memiliki tempat

tinggal, tidak memiliki keluarga, kerabat yang bisa merangkulnya sebagai

tempat ia berteduh. Dalam lingkungan sekitar banyak kita jumpai panti-panti

baik itu panti yang bersifat resmi atau milik pemerintah maupun panti-panti

yang masih belum disahkan oleh pemerintah.

Disana segala kebutuhan penghuni dicukupi mulai dari makanan,

pakaian bahkan pendidikan tergantung dari bagaimana perkembangan dan

dana yang dimiliki oleh panti tersebut. Seperti misalnya BSLU itu sendiri

merupakan Balai Sosial yang menampung para jompo atau lansia. Disana

segala kebutuhan para penghuni dicukupi mulai dari kebutuhan fisik maupun

psikis.

Tentunya didalam panti itu sendiri terdapat bermacam-macam masalah

yang timbul. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya

karena para penghuni panti berasal dari kalangan yang berbeda, suku yang

berbeda, adat yang berbeda bahkan agama yang berbeda. Oleh karena itu

pengelola panti melakukan berbagai cara agar para penghuni dapat merasakan

ketenangan baik itu secara batin, atau secara jasmani maupun rohaninya, agar

kerukunan tetap terjaga dan kekompakan antar sesama tetap terjalin. Seperti

misalnya membiasakan mereka melakukan tugas kebersihan secara gotong

royong, mengatur jadwal makannya secara bersamaan, membiasakan mereka

selalu melaksanakan sholat berjemaah di musholla. selain hal itu untuk

menjaga rasa kekeluargaan, dan menjaga mereka selalu saling menghargai


3

para penghuni panti membutuhkan bimbingan mental spiritual, dimana

bimbingan tersebut bertujuan untuk membantu individu dapat menerima

dirinya dan kemudian dapat mengarahkan dirinya dan merealisasikan dirinya

dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.2

Bimbingan mental merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

dengan pikiran, akal, ingatan, atau proses yang berasosiasi dengan pikiran

akal dan ingatan seperti mudah lupa, malas berfikir, malas bekerja, tidak

mampu berkonsentrasi, bahkan tidak memiliki kemampuan untuk

membedakan antara yang hal dan haram yang bermanfaat dan mudharat, serta

yang hak dan batin.

Adapun spiritual merupakan hal yang berhubungan dengan ruh,

semangat, jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan,

kesalehan3. Bimbingan mental spiritual bertujuan agar individu atau

kelompok mampu berfikir dan berperasaan dengan menggunakan nurani dan

menyatukan antara jasmani dan rohani, dengan petunjuk agama sebagai

pedoman hidupnya. Tentu saja bimbingan mental spiritual ini sangat-sangat

diperlukan dan dibutuhkan oleh setiap individu agar semasa hidupnya dia

selalu merasakan ketenangan jiwa, bisa bertoleransi, mampu menjaga

perasaan dan sikap antar sesama, menghargai orang lain, terutama bagi orang-

orang yang sudah tidak memiliki tujuan hidup dikarenakan kondisinya atau

usianya yang sudah lagi tidak mendukungnya untuk melakukan berbagai

aktifitas duniawi seperti misalnya lansia.


2
Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, ( Bandung:Pustaka Setia, 2010), Hal.15.
Herniati, Peranan Bimbingan Mental Spiritual Dalam Mengembangkan Prilaku
3

Beragama Anak Asuh Di PSAA Harapan Mataram, ( Skripsi Iain Mataram), h. 19.
4

Lanjut usia merupakan periode penutupan dalam rentan hidup

seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal yang

ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang

semakin menurun4. Dari segi fisik sangat jelas terlihat mulai dari kulitnya

yang mulai keriput, rambutnya yang mulai memutih, susah bejalan, dan

lainnya. Sedangkan kalau dilihat dari segi psikologisnya orang yang sudah tua

cendrung menjadi sangat sensitif terhadap segala sesuatu seperti mudah

marah, cepat tersinggung, terganggu, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil observasi awal dan pemaparan dari salah satu

pegawai BSLU yaitu Anugrawuri Handayani beliau memaparkan bahwa

masa-masa lansia itu beda-beda tipis dengan masa kanak-kanak, kita harus

lebih aktif untuk untuk memperhatikan dan merawatnya. Seperti misalnya

ketika ada bimbingan keagamaan untuk mental spiritualnya seperti misalnya

sholat berjemaah, pengajian dan lain-lain, kita sebagai pegawai harus lebih

aktif untuk memperingatkan bahkan menjemput mereka untuk mengikuti

acara tersebut. Karenanya kegiatan bimbingan ini sangat penting untuk diikuti

oleh mereka dengan tujuan agar tingkat keagamaannya lebih mendalam lagi,

agar menjadi lnsia yang memiliki mental sehat, kedekatan dengan tuhan

semakin mendalam dan tentunya mampu menjalin hubungan baik dengan

sesama.5

4
Namora Lumongga Lubis, Psikologi Kespro,(Jakarta, Kencana Prenada Media Group),
h.57.
5
Anugrawuri Handayani, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 11 April
2017
5

Selain itu banyak hal-hal positif maupun negatif yang dapat dialami

oleh para lansia selama tinggal di lingkungan panti. Dari segi negatifnya

seperti mereka jauh dari keluarganya, lingkungan tempat tinggalnya sempit

dan terbatas dan pergaulan sosialnya pun menjadi terbatas dll. Kemudian dari

hal positifnya berupa hidupnya menjadi lebih terarah, kemudian bagi mereka

yang tidak memiliki keluarga sama sekali akhirnya mempunyai keluarga

baru.

Maka dari hal itu penulis termotivasi untuk melakukan penelitian

untuk mengetahui Peranan Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) dalam

memberikan bimbingan bagi para lansia. Oleh karena itu dalam hal ini

penulis melakukan penelitian salah satu panti jompo milik Pemerintah yaitu

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. Penelitian ini dilakukan di BSLU

dikarenakan panti atau balai sosial tersebut memiliki penghuni yang lumayan

banyak serta adanya keberagaman latar belakang sosial dan agama.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti di

BSLU dan mengangkat judul yaitu ”Strategi Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB Dalam Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Lansia”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi BSLU dalam memberikan bimbingan mental spiritual

terhadap lansia ?
6

2. Bagaimana dampak bimbingan lembaga BSLU terhadap mental spiritual

lansia?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi BSLU dalam memberikan

bimbingan mental spiritual terhadap lansia.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak bimbingan BSLU terhadap mental

spiritual penghuni panti.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis,

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi peneliti

lanjutan terutama dalam mendukung bimbingan-bimbingan yang diberikan

kepada para lansia di luar panti maupun didalam panti. Di samping itu,

hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai rujukan dalam penentuan

kebijakan terkait dengan lembaga BSLU

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat penelitian ini baik secara akademis, untuk masyarakat

maupun untuk lembaga yaitu:

1) Secara Akademis, untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka

menyelesaikan program pendidikan jenjang strata satu (S1) di Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi di UIN Mataram dengan memperoleh gelar

sarjana.
7

2) Untuk Lembaga, agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh

pengurus Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB agar

kedepannya lebih maju.

3) Bagi Masyarakat, agar mampu mengenal lebih jelas berbagai

permasalahan yang timbul pada lansia dan dapat dijadikan pedoman

untuk lebih menjaga dan memberikan bimbingan terutama pada para

lansia.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian akan dijelaskan oleh peneliti

disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

Dimana peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana strategi BSLU

dalam memberikan bimbingan mental spiritual terhadap lansia dan dampaknya

terhadap penghuni panti. Sedangkan yang menjadi setting penelitian yaitu di

“Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB”.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan penelusuran terhadap karya-karya terdahulu

yang ada kaitannya dengan konteks penelitian. Telaah pustaka ini bertujuan

untuk menghindari plagiasi, duplikasi dan menjamin keabsahan penelitian

yang dilakukan. Dibawah ini peneliti melampirkan beberapa karya ilmiah

yang ada kaitannya dengan konteks penelitian diantaranya:

Habibul Bahri 2015, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI),

Institut Agama Islam Negeri( IAIN) Mataram dengan judul Bentuk Pembinaan

Perilaku Keagamaan pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha


8

Puspakarma Mataram. Dalam penelitian ini peneliti Habibul Bahri mengkaji

tentang bagaimana bentuk-bentuk pembinaan perilaku keagamaan pada lansia

serta kendala apa saja yang dihadapi lansia dalam melakukan pembentukan

perilaku keagamaan. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan dengan penulis adalah sama-sama melakukan penelitian di Panti

Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram, dan sama-sama bertujuan untuk

menanamkan nilai-nilai agama kepada lansia. Sedangkan perbedaannya yaitu

penilitian sekarang lebih terfokus pada bimbingan mental spiritual yaitu

membantu lansia agar senantiasa jiwanya menjadi lebih tentram dll.

Sedangkan penelitiian yang dilakukan oleh Habibul Bahri lebih terfokuskan

pada pembinaan prilaku keagamaannya saja.6

As’ad (2014), Strategi PSTW Dalam Pembinaan Agama Islam Bagi

Orang Lanjut Usia. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang pembinaan

agama islam yang diberikan kepada lansia di PSTW dan hambatan apa saja

yang dialami oleh PSTW dalam memberikan pembinaan keagamaan bagi

lanjut usia. Adapun yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini yaitu

karena adanya pembinaan agama islam bagi lanjut usia untuk mengatasi latar

belakang para lanjut usia yang erat kaitannya dengan asal kehidupan mereka,

yang sebagian berpendidikan rendah, rendahnya keyakinan agama dll. Adapun

persamaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama

membahas tentang bagaimana cara panti agar mampu memberikan semangat

hidup yang tinggi bagi para lansia terutama yang berada di lingkungan panti

6
Habibul Bahri, Bentuk Pembinaan Prilaku Keagamaaan Pada Lansiaa Di PSTW
Puspkarma, (Skripsi Iain Mataram ), h. 9
9

yaitu PSTW. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian terdahulu lebih

terfokus pada pemberian pembinaan agama kepada para penghuni panti

sedangkan penelitian sekarang membahas tentang bimbingan mental spiritual

kepada lansia atau penghuni panti7

Herniati (2015), Peran Bimbingan Mental Spiritual Dalam

Mengembangkan Perilaku Beragama Anak Asuh Di PSAA Harapan Mataram.

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang bimbingan mental spiritual

yang diberikan kepada anak-anak di PSAA harapan mataram. Karena pada

masa anak-anak perlu ditanamkan pemikiran yang erat tentang spiritualitas

atau keyakinan beragama untuk membantu menanamkan mental yang kuat dan

sehat ke depannya nanti. Adapun persamaannya dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang pentingnya

pemberian bimbingan mental spiritual kepada penghuni panti. Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada subjeknya yaitu penelitian terdahulu

subjeknya merupakan anak-anak dan penelitian yang sekarang subjeknya yaitu

lanjut usia.8

G. Kerangka Teori

a. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan realisasi pribadi setiap ndividu yang artinya bahwa

bimbingan dapat membantu individu untuk mengaktualissikan dirinya

7
As’ad, Strategi Pstw Dalam Pembinaan Agama Islam Bagi Orang Lanjut Usia, (Sripsi
Iain Mataram, h. 6
8
Herniati, Peran Bimbingan Mental Spiritual Dalam Mengembangkan Perilaku Beragama
Anak Asuh Di PSAA Harapan Mataram, (Skripsi Iain Mataram), h. 3
10

dengan lingkungannya. Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya berpendapat

bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus

dan sistematis kepada individu untuk meemecahkan masalah yang

dihadapinya. Dengan demikian individu tersebut memiliki kemampuan

untuk memaham dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya,

kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan kemapuan untuk

merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam

mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik itu lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa bimbingan

pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu dalam hal

memahami dirinya sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya

sendiri dengan lingkungannya, memilih, menentukan, dan menyesuaikan

rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.9

Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.

Bimbingan merupakan suatu tuntutan. Hal ini mengandung pengertian

bahwa dalam membentuk bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban

dari pembimbing untuk memberikan secara aktif, yaitu memberikan

arahan kepada yang dibimbingnya. Disamping itu bimbingan juga

mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan, sekalipun

Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling..., Hal.15.


9
11

bimbingan adalah pertolongan namun tidak semua pertolongan disebut

bimbingan. Orang dapat memeberikan pertolongan kepada anak yang jatuh

agar mampu bangkit, tetapi ini bukan merupakan bimbingan. Pertolongan

yang merupakan bimbingan mempunyai sifat-sifat lain yang harus

dipenuhi.10

Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-

kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh

individu didalam kehidupannya. Ini berarti bahwa bimbingan dapat

diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau

jangan timbul, tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan yang menimpa seseorang. Bimbingan lebih bersifat pencegahan

dari pada penyembuhan. Bimbingan bertujuan agar indivdu atau

sekumpulan individu Dapat mencapai kesejahteraan hidup. Disinilah letak

tujuan bimbingan yang sebenarnya.11

b. Tujuan Bimbingan

Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta

kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat, serta lingkungan kerjanya.


10
Bimo Walgito, Bimbingan+Konseling (Studi Dan Karir), (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2010), Hal. 6.
11
Ibid, Hal. 7.
12

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikaan, masyarakat, maupun

lingkungn kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapatkan

kesempatan untuk:

1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas

perkembangannya.

2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada

dilingkungannya.

3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana

pencapaian tujuan tersebut.

4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.

5. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.

6. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinaya

secara tepat dan teratur secara optimal.12

c. Pengertian Mental Spiritual

a. Pengertian Mental

Mental menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak

manusia yang bukan bersifat tenaga. Apabila ditinjau dari etimologi,

kata mental berasal dari kata latin yaitu “mens” atau “mentis” yang

artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Menurut pandangan islam orang

12
Syamsu Yusuf Dan Juantika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 13.
13

yang sehat mentalnya ialah orang yang berprilaku, pikiran, dan

perasaannya mencerminkan dan sesuai dengan ajaran islam. Ini berarti

orang yang sehat mentalnya ialah orang yang didalam dirinya terdapat

keterpaduan antara prilaku, perasaan, pikiran,dan jiwa

keberagamaannya. Mental adalah hal yang berhubungan dengan

pikiran, akal, ingatan, atau proses berasosiasi dengan pikiran, akal, dan

ingatan. Seperti mudah lupa, malas bekera, tidak mampu

berkonsentrasi dll.Zakiah Drajat mendefinisikan bahwa mental yang

sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara

fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara

individu dengan dirinya sendiri dan lingkungnnya berdasarkan

keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup

bermakna dan bahagia dunia akhirat.

Menurut sigmund freud, seorang bapak psikologi dari aliran

psikoanalisa seperti yang dikutip oleh Hermiati bahwa, kejiwaan

seseorang terstruktur atas tiga sistem pokok yaitu:

1 Id (das es) adalah aspek biologis yang merupakan sisitem

kepribadia yang asli. Id merupakan dunia subjektif manusia yang

tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif dan

berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir seperti insting.

2 Ego (das ich) adalah aspek psikolgis yang timbul karena

kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan.

Ego berprinsip mereduksikan ketegangan yang timbul dalam


14

organisme sampai ada benda nyata yang sesuai. Ego berfungsi

mengontrol jalan-jalan yang ditempuh Id dalam memilih

kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi.

3 Super ego (das ueber ich) adalah aspek sosiologis yang

mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarkat yang

ada didalam kepribadian individu. Super ego mengutamakan

kesempurnaan dari kesenangan dan yang pokok apakah sesuatu itu

salah, pantas atau tidak. Super ego cendrung menentang id maupun

ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.13

b. Pengertian Spirirual

Sedangkan spiritual merupakan kata sifat (Adjective) yang

berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin), dimensi

supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, kekudusan sesuatu yang

suci, keagamaan dll. Dalam istilah bahasa indonesia, perubahan karta

spiritual dapat menjadi.

a) Spiritualisasi yaitu pembentukan jiwa

b) Spiritualisme yang memiliki beberapa pengertian seperti

kepercayaan memanggil roh orang mati, aliran filsafat atau faham

yang mengutamakan kerohanian, spiritisme, dll.

c) Spiritualitas yaitu semangat jiwa tentang sesuatu.

Hubungan kesehatan mental dengan spiritualitas dunia

modern dengan moblitas yang cukup tinggi telah mengukir kisah

13
Adang hambali, Psikologi Perkembangan , (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2015) h. 239-
241
15

sukses secara materi.Namun tampaknya kemakmuran secara materi

itu tidak cukup membuat makmur kehidupan secara spiritual.

Modernisme gagal karena ia telah mengabaikan nilai-nilai spiritual

sebagai pondasi kehidupan. Islam lebih awal memulai dengan

penawaran ajarannya yang dapat menentramkan kehidupan rohani

manusia. Maka dari itu maka keagamaan dapat membantu

mengatasi persoalan gangguan jiwa secara signifikan, mengingat

bahwa persoalan tidak hanya bersifat psikologis saja tetapi juga

spiritual.Selain kehidupan materialistis masih ada kehidupan

spiritual yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan manusia selain

kebutuhan biologis, sosial juga mempunyai kebutuhan

spiritual/kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Dengan menyerahkan diri kepada-Nya dengan

kepercayaan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan

kepercayaan (agama) masing-masing niscaya kan mendapat

ketentraman. Segala derita atau kesusahan disertakan kepada-Nya.

Kehidupan spiritual sangat penting kaitannya dengan

kesehatan mental.Karena spritual menghindarkan seseorang dari

stres dan membuat pikiran seseorang dapat berfikir secara

rasional.14 memang tampaknya pengertian spiritual merangkum

sisi-sisi kehidupan rohaniah dalam dimensi yang cukup luas.

Menurut William Irwin Thomson spiritualitas bukanlah agama

Http://Hm soeharto.com, Pembangunan Mental Spiritual, Diambil Pada Tanggal 06


14

Maret 2017 Pukul 5:17


16

namun demikian tidak dapat dilepas dari nilai-nilai keagamaan.

Motif spiritual adalah motif yang terkait dengan dimensi spiritual

manusia, seperti motif beragama, berpegang pada ketakwaan, cinta

pada kebaikan kebenaran dan keadilan. bimbingan spiritual

diartikan oleh yusuf sebagai proses pemberian bantuan kepada

individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan

fitranya sebagai makluk beragama, berprilaku sesuai dengan nilai-

nilai agama, berakhlak mulia, dan mengatasi permasalahan hidup

dengan pemahaman dan keyakinan dan praktik-praktik ibadah, dan

ritual agama sesuai dengan agama yang dianutnya.

c. Pengertian Mental Spiritual

Mental spiritual adalah cara manusia berfikir dan berperasaan

dengan menggunakan nurani dan menyatukan antara jasmani dan

rohani dengan petunjuk agama sebagai pedoman hidupnya.15Ada

beberapa masalah dan kebutuhan mental spiritual lansia dan kita

dituntut untuk mampu memahami dan berempati terhadap

kebutuhannya diantaranya.

1. Kondisi mental-spiritual yang sehat.

Sehat mental spiritual yaitu orang yang jauh dari penyakit

mental spiritual seperti batinnya yang mudah tergoyah dan

mengalami krisis ketika menghadapi hari tua yang serba berbeda

dengan masa-masa sebelumnya atau merasakan keterasingan

15
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.9
17

(elienasi) karena merasa sendirian, berpisah dengan teman-

temannya atau kematian orang yang dicintainya. Merasa tidak bisa

lagi menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dapat juga

mengalami stress atau bahkan depresi. Adapun orang yang sehat

kondisi mental spiritual meliputi:

a) orang yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,

dengan orang lain, masyarakat, dan lingkungan dimana ia hidup.

b) sehat mental akan terwujud apabila seseorang mampu untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tempat tinggalnya dan

mampu menciptakan keharmonisan antar sesamanya.

c) Mampu menghadapi permasalahannya sendiri.

d) Terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-

fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara orang lain

dengan dirinya dan lingkungannya berlandaskan ketakwaan. serta

bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia

akhirat.

2. Kondisi mental spiritual yang penuh kedamaian.

Mendapatkan kesehatan spiritual, lansia memiliki

kedamaian secara mental-spiritual adalah lansia yang benar-benar

merasakan dan mengalami keamanan dalam jiwanya (tidak merasa

takut hari tuanya dan kondisi yang menyertainya, yakin Tuhan

selalu menolongnya).
18

Semakin merasakan damai hidupnya/tidak banyak konflik batin

atau dendam pada orang lain atau bermusuhan dengan siapa saja

dan yakin Tuhan mengasihinya.

Jadi kondisi mental spiritual yang penuh kedamaian yaitu

dimana seseorang benar-benar merasakan kedamaian dan

ketentraman didalam hatinya dan selalu yakin kepada Tuhannya

bahwa setiap apapun yang dia hadapi akan ada Tuhan selalu

menolongnya. serta bertujuan untuk mencapai hidup yang

bermakna dan bahagia dunia akhirat.

3. Kondisi mental spiritual yang diliputi kebahagiaan

Adalah kondisi batin atau spiritual yang merasa puas dalam

hidup, merasakan hidup menjadi lebih bermakna dan meraih

kebahagiaan sejati. Kebahagiaan batin/spiritual ini dapat kita lihat

dari gejala-gejalanya dari lansia merasa puas dan mensyukuri

apapun karunia Tuhan kepadanya, baik itu harta, umur, dll.

Meskipun tingkat kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda

akan tetapi kondisi mental spiritual yang diliputi kebahagiaan

maksudnya disini yaitu:

a) Selalu merasa puas dengan apa yang dimilikinya.

b) selalu bersyukur kepada Tuhannya.

c) Sikap realistis dan mau menerima keadaan sebagaimana

mestinya.

d) Dapat menerima setiap keadaannya.


19

e) Serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan

bahagia dunia akhirat.

4. Kondisi kearifan

Kearifan ini penting karena bertambahnya usia maka lansia

dituntut untuk semakin arif dan menyikapi apapun yang menimpa

dirinya16. Tanda-tanda kearifan spiritual ini adalah sbb:

a) pada usianya yang semakin tua, lansia semakin mempunyai

sikap jujur, adil.

b) Bersikap toleransi, terbuka, menjadi teladan, sabar.

c) Kemamuan mengambil nilai dan keputusan.

d) Mampu berfikir sesuai kondisi, waktu dan tempat.

e) Kemampuan membina hubungan baik antar sesame dll

d. Pengertian Lanjut Usia

1. Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan periode penutupan dalam rentan hidup

seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal

yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan

psikologis yang semakin menurun.

Menurut Prayitno Aryo, setiap orang yang berhubungan dengan

lanjut usia adalah orang yang berumur 56 tahun ke atas, tidak

mempunyai penghasilan, dan tidak berdaya mencari nafkah untuk

keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari

Anggraeni, Pengetahuan Lanjut Usia, (Yogyakarta, Balai Diklat Kesejahteraan Sosial ),


16

H. 9-11
20

2. Batasan umur lanjut usia yaitu:

1. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahtraan lansia pasal 1ayat 2 adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seseorang yang telah

mencapai umur 60 tahun keatas yang karena mengalami penurunan

berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahtraan di hari

tua,kecuali bila sebelum umur tersebut proses menua itu terjadi

lebih awal, dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosoal.

2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),lanjut usia meliputi:

a) Usia pertengahan(middle age) adalah orang yang berusia 45-59

tahun.

b) Usia lanjut (elderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun.

c) Usia lanjut tua ( old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun.

d) Usia sangat tua( very old) adalah orang yang berusia >

90tahun.

3. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, manusia

usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan fisik, kejiwaan, dan sosial. perubahan ini memberrikan

pengaruh pada aspek kehidupannya termasuk kesehatannya.17

3. Karakteristik Fisik Lansia

a) Kulit menjadi kering dan keriput

b) Rambut berubah dan rontok

Namora Lumongga Lubis, Psikologi Kespro,(Jakarta, Kencana Prenada Media Group),


17

h.57.
21

c) Englihatan menurun sebagian atau menyeluruh

d) Pendengaran berkurang

e) Tinggi badan menyusut karena proses pengeroposan tulang

(osteoporosis) yang berakibat pada bungkuk

f) Dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi

g) Otot menyusut dan reaksi menjadi lambat, terutama pada pria

h) Terjadinya penurunan fungsinorgan reproduksi, terutama pada

wanita.18

H. Metode Penelitian

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis

penelitian kualitatif fenomenologi. Jenis penelitian ini yaitu

menggambarkan atau menjelaskan tentang interaksi yang terjadi dalam

suatu ruang lingkup atau fenomena. Menggunakan jenis penelitian ini

karena data yang dihasilkan berupa penjelasan atau gambaran secara

diskriptif atau secara rinci mengenai interaksi-interaksi yang terjadi atau

gambaran dan penjelasan tentang fenomena yang terjadi di Balai Sosial

Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB.19

b. Lokasi penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian Di Balai Sosial Lanjut Usia

(BSLU) Mandalika NTB.

18
Departemen Sosial Republik Indonesia, Pengetahuan Lanjut Usia, (Yogyakarta: Balai
Diklat Kesejahteraan Sosial, 2011), h.4.
19
Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta:2009), h. 34.
22

c. Sumber Dan Jenis Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat dan objektif terhadap apa

yang diteliti, maka peneliti menganggap perlu untuk menjelaskan sumber

data serta karakteristiknya dan jenis-jenis data yang akan dikumpulkan

sehingga kualitas, validitas, dan keakuratan data-data yang diperoleh dari

informasi benar-benar dapat dialami20. Sumber data dalam penelitian ini

adalah orang-orang yang terlibat didalam panti seperti kepala panti,

penghuni panti, gejala-gejala sosial yang terjadi di lingkungan panti dll.

Adapun jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

skunder.

a. Data Primer, adalah sumber-sumber yang memberikan data

yang langsung diperoleh di lapangan berupa hasil wawancara

dan observasi dengan wawancara langsung dengan Anugrawuri

Handayani yang sekaligus menjabat sebagai konselor di BSLU,

Peksos atau ekerja sosial, lansia atau klien yang ada di BSLU.

b. Data Skunder, adalah data yang mengutip dari data-data yang

lain, seperti artikel, buku-buku yang dikarang oleh para ahli.21

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang

terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi

seorang peneliti, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 114.
21
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 91.
23

pengumpulan data. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya adalah metode wawancara (interview),

metode observasi (pengamatan), dan metode dokumentasi.

1) Metode Wawancara

Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi

komunikasi atau percakapan antara pewawancara dan terwawancara

dengan maksud menghimpun informasi dari interviewee. Adapun hal

yang diwawancarai oleh peneliti berupa pandangan, harapan, pikiran

serta pendapat dari pihak-pihak yang terlibat di dalam panti tentang

bagaimana panti tersebut.22

2) Metode Observasi

Metode observasi/pengamatan yaitu sebuah teknik pengumpulan

data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal

yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,

peristiwa dan lain-lain.23 Pelaksanaan metode observasi dilakukan

dengan cara yaitu observasi partisipan dimana peneliti langsung ikut

serta didalamnya atau langsung mengambil bagian di BSLU. Selain itu

juga peneliti pernah melakukan magang di BSLU. Adapun subjek

maupun objek yang diamati yaitu pengelola panti baik itu ketuanya,

anggota-anggotanya dan juga termasuk penghuni pati serta situasi yang

terkait dengan Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB.

Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,


22

(Bandung:Alfabeta:2009), h.104.
23
Ibid, h.129.
24

3) Metode Dokumentasi

Data ini dikumpulkan dengan melalui berbagai sumber data

yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi obyektif,

maupun silsilah pendukung data lainnya24. Artinya dalam penelitian ini

peneliti mendokumentai segala hal yang dapat dijadikan sebagai data

atau informasi dengan cara mencatat kejadian-kejadian yang diamati.

Data yang peneliti ambil terkait dengan teknik dokumentasi ini yaitu

gambaran umum tentang Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika

NTB atau hal-hal yang terkait dengan panti sosial tersebut.

e. Uji Kesahihan Data

Uji kesahihan data merupakan derajat kecepatan antara data yang

terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat diperoleh oleh

peneliti.25 Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak

berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

Sedangkan uji kesahihan data yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini adalah:

1) Perpanjang Keikutsertaan

Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa peneliti dalam penelitian

kualitatif adalah istrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat

menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak

hanya dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

Ibid, h.237
24

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 363.


25
25

keikutsertaan pada latar penelitian.26 Jadi disini peneliti melakukan

keikutsertaan atau penelitian di Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU)

Mandalika NTB dalam kurun waktu yang cukup lama untuk

memastikan lagi apakah data yang diperoleh sudah benar-benar akurat

atau tidak

2) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sumber lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Yang artinya

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam

penelitian kulaitatif (patton 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan

jalan. Pertama membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara, kedua membandingkan apa yang dikatakan orang didepan

umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, ketiga

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan27.

Lexy J moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h.327


26

Ibid, h. 331.
27
26

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB operasionalnya sejak

tanggal, 16 Juni 1979 dengan luas awa 2.000 m2 dan jumlah wisma 2

(dua) lokal serta jumlah klien 20 orang. Peresmiannya pada tanggal, 27

Oktober 1980 oleh Menteri Sosial RI SAPARDJO. Balai Sosial Lanjut

Usia Mandalika NTB merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas ( UPTD )

di bawah Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Nusa

Tenggara Barat, di Bidang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makan, pakaian,

pelayanan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan

sosial serta mental sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan

diliputi ketentraman lahir dan batin.

2. Visi Dan Misi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

1. Visi dari Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB adalah terwujudnya

lanjut usia di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB yang beriman

dan sejahtera.

2. Misi dari Balai Sosoal Lanjut Usia Mandalika NTB adalah


27

a. Meningkatkan kualitas penyantunan terhadap lanjut usia didalam

panti.

b. Meningkatkan efektifitas bimbingan terhadap lanjut usia.

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ketatausahaan dan sumber

daya aparatur.

3. Kedudukan

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, merupakan salah satu untit

pelaksana teknis (UPT) pada Dinas Sosial kependudukan dan catatan sipil

Provinsi NTB, bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas sosial

kependudukan dan catatan sipil provinsi NTB.

4. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian tugas teknis dinas sosial kependudukan dan

catatan sipil provinsi NTB dibidang pelayanan dan perawatan jasmani dan

rohani lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar (Peraturan

Gubernur No. 23 Tahun 2008).

5. Fungsi

a) Penyusunan rencana pelayanan kesejahtraan sosial dan rehabilitas

sosial.

b) Pengkajian dan analisis teknis pelayanan dan rehabilitas sosial.

c) Pengujian dan penerapan pelayanan dan rehabilitasi sosial.

d) Pelaksanaan kebijaksanaan teknis pelayanan dan rehabilitasi sosial.

e) Pelaksanaan motivasi, observasi, identifikasi, seleksi dan

penerimaan klien .
28

f) Pelaksanaan konsultasi, pengungkapan dan pemahaman masalah.

g) Penampungan, pengasramaan dan perawatan.

h) Pembinaan dan bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan.

i) Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan.

6. Letak Geografis

Tanah Lokasi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Jalan

Majapahit Nomor 31 Mataram, dengan batas sebelah Barat Kantor Badan

Ketahanan Pangan Provinsi NTB, di sebelah Timur Universitas Mataram,

di sebelah Utara Universitas Mataram dan batas sebelah selatan Jalan

Majapahit. Jangkauan pelayanan Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

Mataram pada 5 (Lima) Kabupaten dan Kota Se Pulau Lombok yaitu :

Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan

Kabupaten Lombok Utara. Pengembangan pembangunan sarana dan

prasarana Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB sejak diresmikan oleh

Menteri SosialRI Tahun 1980

Tabel 1.2

Luas Tanah dan Bangunan

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

No Jenis / Bangunan Jumlah Luas Luas K


Satuan Keseluruhan
. et.
2 2
(m ) (m )
29

1 2 3 4 5 6

1 Tanah Bangunan 1 13.821 13.821

1 3.233 3.233
2 Tanah Kuburan

Jumlah 17.054

Bangunan

1 270 270
1. Kantor Utama

2. Kantor Peksos 1 70 70

3. Aula 1 180 180

4. Lokal Kerja 1 140 140

5. Wisma 1 120 1.320


6. Wisma Tamu
1 90 90
7. Poliklinik
1 50 50
8. Dapur/Gudang Dapur
1 70 70
9. Mushollah/Tempat
1 110 110
Wudhu
1 65 65
10. Gudang

11. Rumah dinas type D 1 90 90

12. Rumah Dinas Type E 1

13. Persemayaman/Perman 36 72

dian Jenazah 2 8 8
14. Ruang Theraphy
30

15. Pos Jaga 1 110 110

16. Wisma Dewi Anjani 1 12 12

141.394 141.394

27 - 2.798.394
Jumlah Luas Bangunan

Sumber: Dokumentasi Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB tahun 2017

7. Struktur Organisasi

a. Kepala UPT

1. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan,

kebijaksanaan tehnis, pedoman dan petunjuk tehnis serta bahan-

bahan lainnya yang berhubungan dengan tugas- tugas pengelolaan

panti jompo sebagai pedoman dan landasan kerja.

2. Mengumpulkan,mengelola data dan informasi menginventarisasi

permasalah-permasalahan serta melaksanakan pemecahan

permasalahan yang berhubungan dengan tugas- tugas bidang

pengelolaan Lanjut Usia.

3. Menyusun program kerja dan anggaran UPT Lanjut Usia.


31

4. Melaksanakan penyantunan bagi Lanjut Usia dalam Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB dalam hal pemenuhan kebutuhan

pangan, sandang, papan serta kebutuhan mental dan spiritual.

5. Melaksanakan ketatausahaan dan rumah tangga UPT Lanjut Usia.

6. Menyiapkan bahan telahan staf sesuai bidang tugasnya.

7. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas

Lanjut Usia.

8. Melaksanakan tugas- tugas lain yang berkaitan dengan bidang

Lanjut Usia yang diberikan oleh kepala dinas sosial.

b. Administrasi

1. Membuat rencana belanja subsi perawatan penghuni balai sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB dengan mencatat dalam buku bantu

agar segala kegiatan keperluan tercukupi sesuai anggaran yang

tersedia.

2. Menyerahkan rencana belanja kepada pemimpin dan pihak yang

bersangkutan dengan menunjukan konsep pembelanjaan untuk

mendapatkan persetujuan.

3. Membuat laporan mengenai pelaksanaan tugas dengan tertulis

maupun lisan sebagai bahan laporan.

c. Perawatan Medis

1. Memberikan pelayanan medis kepada seluruh klien Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB.


32

2. Memeriksa kesehatan seluruh klien Balai Sosial Lanjut Usia NTB (

meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh dll).

d. Keamanan

Melakukan pengawasan terhadap lingkungan Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB demi menjaga keamanan selama 24 jam.

e. Perawatan klien

1. Melaksanakan perintah atasan sesuai dengan petunjuk dan

pengarahan.

2. Menyusun rencana kegiatan yang mengacu kepada jadwal kegiatan

Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

3. Melakukan pelayanan dan perawatan kepada penghuni Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB.

4. Mengontrol penghuni Balai Sosial Lanjut Usia Mandalalika NTB

dengan melakukan pengawasan keliling ke ruang-ruang,

menertibkan keamanaan ruangan, menyarankan menata dan

membenahi ruangan.

5. Menyiapkan perlengkapan perawatan terhadap penghuni balai

sosial dan merinci kebutuhan perlengkapan kamar tidur dan tempat

tidur atau mengganti dan mencukupi kebutuhan perlengkapan lain

untuk penghuni balai sosial.


33

f. Kerohanian

Memberikan pembinaan agama kepada seluruh klien balai sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB ( mengajak solat berjamaah, istigosah,

pengajian).

g. Juru masak

1. Melayani makanan penghuni dan merencanakan membuat daftar

menu makanan bergizi.

2. Menyerahkan daftar menu kepada juru masak dan membantu

memasak dengan cara yang benar.

3. Menghidangkan dan menyuapi bila ada yang perlu disuapi agar

pelayanan baik dan kesehatan penghuni terjaga.

h. Bagian umum

1. Melaksanakan perintah dari atasan sesuai dengan petunjuk dan

pengarahan.

2. Menyusun kegiatan rutin, terhadap dan insidentil yang mengacu

kepada rencana kegiatan atasan.

3. Menyelenggarakan tata cara, persiapan dan pengadaan

perlengkapan yang diperlukan dalam menyelenggarakan tata cara

kegiatan ( sub sie) perawatan penghuni balai sosial Lanjut usia

mandalika NTB.

4. Menyelenggarakan tata cara, menghimpun bahan- bahan laporan

Lanjut usia dari pendatan kecamatan maupun kelurahan. dari

keluarga atau masyarakat yang menyerahkan orang lanjut usia .


34

5. Menyelenggarakan tata cara kegiatan penyelenggaraan perawatan,

pendidikan, keterampilan, pendidkan kerohanian dan kegiatan lain

yang berkaitan dengan instansi tertentu.

6. Menyusun bahan laporan pelaksanaan semua kegiatan lain yang

berkaitan dengan instansi tertentu.

8. Keadaan Pengelola dan Klien

a. Keadaan Pengelola

Pengelola panti adalah mereka yang ditunjuk oleh Dinas

Kesejahtraan Sosial untuk mengelola Balai Sosial Lnajut Usia dengan

sebaik-baiknya. Kedudukan pengelola panti berada dibawah naungan

Kepala Dinas Kesejahtraan Sosial dengan status pegawai negeri sipil dan

honor sebanyak 33 orang.

Table 2.2

Daftar Nama, Bidang Pegawai Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, Tahun

2017

NO NAMA Jabatan

1 Hj. Darwati. S. Ag Kepala Panti

2 Haris Pribadi Sos, MM Kasubak TU

3 Sapoan. S.pd Peksos Madya

4 Made Sudarni S.H Kasi penyantunan dan penyaluran

5 Lalu Ramli, S.SH Kasi Bimbingan Sosial

6 Ketut Mahajaya, BA Peksos penyelia


35

7 Mas Ika Bahyu Wardono, S.pd Pengolah data

8 Murniawati Perawat

9 Siti Atah, S. sos Pengolah Data

10 Mooh. Ikhsan Pemelihara Sarana dan Prasarana

11 Binti BSK

12 Rr, Isti Wahyu PA Administrasi Kepegawaian

13 Lalu Manrup, S. sos Pengelola Data BSK

14 M. Alim Hamid, Amd. Kep Perawat Pelaksana Lanjutan

15 Ariani Arimbi, SST. MPS. Sp Peksos

16 Yul Komariah, S.ST,MPS.Sp Peksos

17 Anugrawuri Handayani, S.Psi Bimbingan Konseling

18 Zaenal Arifin, S.ST Peksos

19 Dewi Astuti Afrianingsih, SST Pengadministrasi

20 Yusnah Haarani, Amd gizi Pengelolaanggaran

danperbendaharaan

21 Ayanik, S.Kep Perawat

22 Yeni Andrianingsih, Amd. Kep Perawat

23 Lalu Randha A, Amd. Kep Administrasi Barang

24 Shaufiatul Amni, Amd. Kep Perawat

25 Muhammad Hidayat Staf Penyantunan

26 H. Isnan Hadi Pengadministrasi Umum PP

27 Lastrini Jadmikowati Admistrasi Keuangan


36

28 Ermi Murniasih. Amd. Kep Perawat Pelaksana

29 Yusnita Febriyanti, Amd. Kp Perawat Pelaksana

30 Jamaludin Pengemudi

31 Lalu Sapiudin Satpam

32 Dedi Karyadi Satpam

33 Nurmah Peramusaji

Sumber: Dokumentasi Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB tahun 2017

Table 3.2

Tabel Data Pegawai Honor Balai Sosial Lanjut Usia Mndalika NTB, Tahun. 2017

No Nama Pegawai Jabatan Keterangan.

1 Nurul Aini Pegawai honor Honor

2 Baiq Marianom Pegawai honor -

3 Baiq Mariatun Pegawai honor -

4 Amisah Pegawai honor -

5 Syawal Satpam -

6 Supriadi Satpam -

7 Muhammad Zahrul Satpam -

8 Idayati Nirwana, S. Kep. Pengasuh Klien -

Ners

9 Lina Aprianti Pengasuh Klien -

10 Hamdi Pengasuh Klien -


37

11 Humaidi Cleaning Service -

12 Marwan Cleaning Service -

13 Abdul Golip Cleaning Service -

14 M. Ilham Cleaning Service -

Sumber: Dokumentasi Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB tahun 2017

Dari tabel diatas, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah pengelola

(pengasuh/ pegawai tetap/PNS ) di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB adalah 33 orang serta jumla pegawai tidak tetap (Honor) berjumlah

14 orang. Jadi jumlah keseluruhan pegawai yaitu berjumlah 47 Orang.

Dari jumlah pengelola Balai Sosial memiliki tugas yang berbeda yaitu:

a) Kepala UPT :1 Orang

b) Bagian TU :5 Orang

c) Peksos :5 Orang

d) Fungsional perawat :10 Orang

e) Penyantunan dan penyaluran :2 Orang

f) Psikolog :1 Orang

g) Satpam :2 Orang

h) Bimbingan konseling :1 Orang

i) Prasarana :1 Orang

j) Pengelola data :1 Orang

k) Administrasi barang :1 Orang

l) Keuangan :1 Orang

m) Pengemudi :1 Orang
38

n) Pramusaji :1 Orang.

o) Pegawai honor : 14 Orang

b. Keadaan Klien

Jumlah Lansia Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB dalam

tahun 2017 sejumlah 74 terdiri dari lansia wanita 50 dan lansia pria 24

Orang. Dari data dokumen yang di dapat : jumlah klien Balai Sosial Lanjut

Usia Mandalika NTB sampai sekarang berjumlah 74 dengan mayoritas

klien beragama islam. Tidak semua penghuni panti panti dalam kondisi

sehat jasmani , ada beberapa yang sudah mengalami penyakit yaitu (

pikun, rabun, pendengaran berkurang, dan lain sebagainya) sedangkan di

tinjau dari segi pendidikan para Lanjut usia yang tinggal di Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB yaitu tingkat SD dan sebagian ada yang tidak

sekolah.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pendidkan yang

dimiliki oleh para Lanjut Usia sangat rendah. Keragamaan penghuni Balai

Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB jika dilihat dari segi umur , asal usul,

kondisi fisik , pendidikan dan pengetahuan serta pengalaman agama yang

relative artinya sangat rendah menyebabkan perilaku yang berbeda-beda.

Mereka ada yang suka becanda jika dilihat dari segi produktif ada juga

sebagian yang tidak produktif. Adapun jumlah yang produktif sangat

banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak produktif. Dari semua

para lansia ada beberapa yang memiliki sifat manja, cepat tersinggung dan

ada juga yang tidak betah tinggal disana dan selalu ingin pulang. Hal ini
39

disebabkan karena masih sulit untuk menyesuaikan diri dan masih terbawa

dengan kondisi lingkungan , kebiasaan sebelum memasuki panti.28

Tabel 4.2

Daftar nama dan agama klien Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

berdasarkan jenis kelamin dan umur.

NO NAMA JENIS AGAMA UMUR ALAMAT


KELAMIN
1 Sani P ISLAM 84 Dsn. Gria Narmada-
Lobar
2 Salmiah P ISLAM 81 Kekait Gng.Sari-
Lobar
3 Baiq reda P ISLAM 87 Muncan, Kopang-
Loteng
4 Kicuk P ISLAM 76 Teratak, Bt. Kliang-
Loteng
5 Amaq L ISLAM 80 Karang Kemong,
Sriani Cakra Negara-
Mataram
6 Mahsun L ISLAM 74 Labuliya, Jonggat-
Loteng
7 Siti aisyah P ISLAM 68 Lendang Nangka-
Lotim
8 Sepuriah P ISLAM 75 Peseng, Kopang-
Loteng
9 Oma ami P ISLAM 82 Ampenan, -Mataram
10 Zainab L ISLAM 75 Ampenan, -Mataram

28
Made, wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 4 april 2017
40

11 Sayuti P ISLAM 67 Pejeruk, Selaparang-


Mataram
12 Duriah L ISLAM 75 Bgk. Polak, Lab.
Api- Lobar
13 Muhammad L ISLAM 71 Sangkareang,Praya-
Nur Loteng
14 Nurbakti L ISLAM 71 Pelembak-
Ampenan- Mataram
15 Aminah P ISLAM 72 Praya- Loteng
16 Saparudin L ISLAM 78 Lendang Andus,
Lekok, Kec.
Lembar- Lobar
17 Siti Romlah P ISLAM 73 Santong- Klu
18 Mahri L ISLAM 66 Tanjung Karang-
Mataram
19 Saknah P ISLAM 71 Karang Kelok-
Mataram
20 Suwarto L ISLAM 66 Sidoarjo, Jawa
Timur
21 Baiq P ISLAM 86 Bogat,Tiwu Galih
Rapi’ah Praya- Loteng
22 Turmuzi L ISLAM 66 Dasan Baru Desa
Nurbaya Pringgarata
23 Astiah P ISLAM 88 Jl.Jombang 1 No 4
Btn Taman Baru
24 Baiq P ISLAM 66 Rembate, Kali Jaga,
Pahriah Aik Mel Lotim
25 Aminah P ISLAM 81 Dasan Tapen Gerung
Lobar
26 Raijah P ISLAM 71 Ledang, Lajut, Praya
41

Tengah Loteng
27 Saripe L ISLAM 66 Dusun Jurang
Malang Desa/Sesaot-
Lobar
28 Salmah P ISLAM 65 Iwan Bonkot,
Darmaji, Kopang,
Loteng
29 Sarimin P ISLAM 75 Karang Seme,
Sekarbela-Mataram
30 Arifin L ISLAM 75 Montong Baan
Lotim
31 Halimah P ISLAM 80 Bangsal
32 Warti P ISLAM 75 Mojokerto, Jawa
Timur
33 Maenah P ISLAM 68 Punia Mataram
34 H. Abdul L ISLAM 72 Lingsar- Lobar
Wahab
35 Nurhasanah P ISLAM 88 Adeng Jagarage
Kuripan-Lobar
36 Ayim L ISLAM 73 Mendagi Gerung-
Lobar
37 Mahyun L ISLAM 73 Medas, Desa ,
Gunung Sari- Lobar
38 Munah P ISLAM 68 Bujak, Batukliyang-
Loteng
39 Wayan P ISLAM 76 Telagawaru,
Rumana Labuapi-Lobar
40 Habibah P ISLAM 71 Dasan Agung-Kota
Mataram
41 Rebaiyah P ISLAM 81 Kekalek Kebon,
42

Pagesangan Barat-
Mataram
42 Muhamad P ISLAM 81 Seganteng, Kr
nur Gebang, Cakra
Negara- Mataram
43 Masah P ISLAM 61 Rau Desa Montong
Terep-Loteng
44 Wy. Kirti P HINDU 70 Lingk. Trg Lelede
Kel. Saptamarga
Cakra Negara
45 Zakaria L ISLAM 58 Dsn. Keslet Barat,
Sakra Lo
46 Edi prayitno L KRISTE 63 Jl. Gotong Royong
cokro N 18 B Tempit Kel.
Ampenan Te
47 Suarni P ISLAM 75 Jl. Cempaka Blog C
Labuapi, Prampuan-
Lobar
48 Husin L ISLAM 71 Jl.Sadari 32 Taman
Sari Ampenan-
Mataram
49 Ni wayan P HINDU 81 Lingk. Karang
manis Monjok, Kel.
Mataram Timur
50 Nurimah P ISLAM 72 Dsn. Toron Ds
Kerumut
Kec.Peringabaya-
Lotim
51 Papuk celep P ISLAM 77 Dsn. Jabon Ds. Sisik
Kec. Pringgarata-
43

Loteng
52 Papuq pesah P ISLAM 82 Dsn.Tawun Ds
Sekotong Barat-
Lobar

53 Inaq sahrim P ISLAM 87 Kampung Jawa Kat.


Loteng
54 Aq. Muhid L ISLAM 74 Karang Ayar,
Mamben Lauk,
Lotim
55 Mbah P ISLAM 92 Krg. Seraya, Kec.
kasnia Selaparang Mataram
Barat
56 Aisyah P ISLAM 62 Gb. Timuk Aik
Anyar,Suka Mulia-
Lotim
57 Aminullah L ISLAM 67 Dsn. Majuet. Ds
Bintang Rinjani,
Suralaga- Lotim
58 Sari P ISLAM 67 Dsn. Duman Ds
Duman Lingsar
Lobar
59 Cakol P ISLAM 66 Dsn. Jero Bunut Ds
Truai Pujut Loteng
60 Jumadil L ISLAM 83 Dasan Tanggek,
Gerunung-Loteng
61 Mbah P ISLAM 79 Jl. Meninting V11
mardiah Btn Kekalek-
Mataram
62 Aq. L ISLAM 73 Dsn Gelanggang,
44

Rahman Sakra- Lotim


63 Inaq. P ISLAM 83 Desa Awang, Pujut-
Lihang Loteng
64 Made L HINDU 63 Karang Lelede
kompyang Cakra Negara-
Mataram
65 Inaq. Siari P ISLAM 63 Dsn. Wadon, Kekait
Lobar
66 Ismail L ISLAM 72 Kr. Takeban,
marzuki Narmada Lobar
67 Halim L ISLAM 60 Baturinggit, Tanjung
Karang-Mataram
68 Ana sofiana P HINDU 65 Cakra Negara-
Mataram
69 Masiah P ISLAM 77 Pondok Komak,
Lantan, Btkliang-
Loteng
70 Baiq. P ISLAM 71 Suralaga- Lotim
Rukiah
71 Baiq. Nurini P ISLAM 81 Borok Toyang,
Sakra Barat-Lotim
72 Mustakim L ISLAM 72 Desa Lembuak,
Narmada- Lobar
73 Rasih P ISLAM 77 Nyangget, Sindu
Cakra Utara-
Mataram
74 Rabiah P ISLAM 82 Jembatan Gantung
Lembar- Lobar
75 Arisah P ISLAM 87 Tangkeban
Merembu, Labuapi-
45

Lobar
76 Hj. P ISLAM 74 Pedaleman Mantang-
Rugakyah Loteng
77 Sarine P ISLAM 92 Persesak Utara,
Narmada- Lobar
78 Luh anin P ISLAM 62 Sindu Barat, Cakra
Negara-Matarm
Sumber: Dokumentasi Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Tahun 2017

Dari table diatas,peneliti penyimpulkan bahwa jumlah klien atau lansia

yang ada di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB berkisar 78 orang

dari jumlah yang 78 orang ini yang beragama islam 73 orang ,jadi yang

tidak beragama islam berkisar 5 orang yaitu agama hindu dan Kristen.

Dari hasil perhitungan agama yang paling banyak dianutt agama adalah

agama islam.

c. Latar Belakang Penghuni Panti

Latar belakang lanjut usia di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB adalah sebagai berikut:

1. Ketiadaan sanak keluaga, kerabat, dan masyarakat lingkungan yang

dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan.

2. Kesulitan dalam berhubungan maupun berkomunikasi dengan

keluarga dimana selama ini dia tinggal.

3. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup mereka disebabkan

kondisi fisik mereka maupun tidak adanya lapangan pekerjaan bagi

mereka
46

Pada hakikatnya tempat tinggal yang paling baik dan nyaman bagi

lanjut usia adalah dilingkungan keluarga atau anak cucu mereka, tetapi

lanjut usia adalah bagian dari masyarakat yang mengalami persoalan

sosial. Kepedulian pemerintah dalam menangani hal ini adalah salah

satunya dengan mendirikan Panti-panti.

d. Syarat Dan Kelengkapan Penerimaan Klien

1. Syarat Pendaftaran

1) Lanjut usia yang telah berusia 60 tahun ke atas.

2) Sehat jasmani dan rohani (masih dapat melakukan aktifitas

sendiri seperti: mencuci pakaian sendiri, mencuci piring,

membersihkan tempat tidur).

3) Tidak punya sanak keluarga atau terlantar.

4) Ada yang bertanggung jawab.

5) Lanjut usia yang bersedia tinggal dipanti.

2. Kelengkapan Administrasi

1) Surat keterangan tidak mampu aparat setempat/desa kelurahan.

2) Surat keterangan sehat dari dokter.

3) Surat pernyataan dari penanggung jawab.

4) Surat keterangan dari RT/RW setempat yang menyatakan status

kependudukan dan keadaan calon klien yang memerlukan

pelayanan dari panti.

5) Menandatangani tata tertib dan peraturan yang berlaku di panti.


47

3. Cara-Cara Penerimaan Penghuni Panti

1) Penyerahan dari masyarakat atau desa

Dinyatakan oleh masyarakat sekitar bahwa keadaan

sesungguhnya sungguh-sungguh atau benar-benar terlantar tidak

ada keluarganya, untuk itu perlu disantuni, kemudian oleh aparat

desa dilaporkan kepada dinas sosial untuk ditangani.

2) Penitipan dari kleuarga yang tidak mampu. Apabila ada

keluarga yang tidak mampu lagi merawat orang tua yang jompo

karena ekonominya tidak mencukupi maka dapat dititipkan ke

panti dan harus melalui prosedur yang berlaku.

3) Penyerahan dari dinas sosial dan kepolisian dari razia

gelandangan.

Selain syarat diatas petugas juga tidak terlalu menekankan

penerimaan klien harus memenuhi syarat. Apabila keadaan

kliennya atau lansia memang benar-benar terlantar dan tidak

mampu melaksanakan semua prosedur yang berlaku maka lansia

tersebut bisa masuk ke dalam BSLU.29

4. Jenis pelayanan dan Bimbingan yang diberikan oleh Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB.

1) Pelayanan kebutuhan makan dengan pengaturan menu sesuai

dengan kebutuhan gizi lanjut usia yang telah dikonsultasikan

dengan puskesmas.

29
Jaya, wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 20 April 2017
48

2) Penempatan klien (tempat tidur, kasur, seprai, lemari, dan

pemenuhan kebutuhan sandan).

3) Pelayanan kesehatan.

Perawatan kesehatan lanjut usia di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB. Bekerja sama dengan dinas kesehatan kota

Mataram, puskesmas pagesangan, Rumah sakit provinsi, RSJ

Mataram, rumah sakit kota Mataram dan BKMM Mataram.

Pelayanan kesehatan dilakukan secara rutin setiap hari

dilakukan oleh tenaga perawat dengan memanfaatkan poli klinik

panti sehingga perkembangan kesehatan klien dapat dipantau dan

di evaluasi setiap hari. Tenaga doter melakukan 3 bulan 1 kali

bersama tenaga kesehatan dari puskesmas pagesangan. Masalah

kesehatan anjut usia yang memerlukan perawatan intensif dirujuk

ke RS Umun Provinsi NTB dengan membawa rujukan dari

puskesmas pagesangan. Bagi klien yang dinyatakan mempunyai

penyakit menular oleh dokter melalui pemeriksaan selama

menjalani terapi ditempatkan diwisma isolasi, apabila diperlukan

penanganan lebih lanjut dirujuk di rumah sakit umum provinsi.

Sedangkan bagi klien yang mengalami gangguan

psikologi ditangani oleh psikolog Balai Sosial Lanjut Usia

Mandlika NTB dan bila diperlukan penanganan lebih lanjut ke

RSJ selakalas.
49

4) Bimbingan Mental Spiritual.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan mental spiritual keagamaan

dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kemampuan maka

dilakukan pembinaan melalui pelaksanaan sholat lima waktu

secara berjemaah dan memberikan pengarahan atau siraman

rohani (pengajian) sekali dalam seminggu yaitu pada hari jum’at.

5. Sarana Prasarana

Sarana prasana yang ada di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB telah tergolong cukup bahkan lebih dari cukup. Sarana prasarana

tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

Table 5.2

Sarana Yang Berbentuk Bangunan

No Jenis Bangunan Jumlah Keterangan

1 2 3 4

1 Kantor Utama 1 Layak Pakai

2 Kantor Peksoso 1 Layak Pakai

3 Aula 1 Layak Pakai

4 Local Kerja 1 Layak Pakai

5 Wisma 11 Unit (60 Layak Pakai

6 Wisma Tamu Kamar) Layak Pakai

7 Polik Klik 1 Layak Pakai


50

8 Dapur 1 Layak Pakai

9 Musolha 1 Layak Pakai

10 Gudang 1 Layak Pakai

11 Rumah Dinas Tipe D 1 Layak Pakai

12 Rumah Dinas Tipe E 1 Layak Pakai

13 Persemayaman 2 Layak Pakai

14 Jenazah 1 Layak Pakai

15 Ruang Terapi 1 Layak Pakai

16 Pos Jaga 1 Layak Pakai

17 Wisma Dwi Anjani 2 Layak Pakai

2 Unit (9 Kamar)

Jumlah Bangunan 30

Sumber : Dokumentasi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

B. Strategi BSLU dalam bimbingan mental spiritual terhadap lansia.

Pada dasarnya bimbingan mental spiritual merupakan suatu bimbingan

yang diberikan kepada seseorang individu atau kelompok guna memperdalam

ketakwaan jiwanya kepada sang pencipta-Nya. Berdasarkan hasil wawancara

kepada salah satu pegawai Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB

yaitu siti Atia yaitu:

“Bimbingan yang diberikan kepada lansi disini itu dapat berupa


bimbingan kelompok dan bimbingan individu, kalau bimbingan
kelompok itu kita kumpulkan para lansia di aula atau di musholla,
sedangkan kalau bimbingan kelompok itu dengan cara kita mendatangi
51

lansianya dari wisma ke wisma, kalau bimbingan individu itu kita


lakukan dengan cara mengunjungi papuk-papuk atau lansia dari wisma
ke wisma atau bisa juga kita suruh mereka dating ke kantor, sedangkan
kalau bimbingan kelompok itu caranya kita kumpulkan papuk-papuk atau
lansia ke musholla atau bisa juga di aula”.30
Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa memang ada dua

bentuk bimbingan yang diterapkan diantaranya bimbingan secara kelompok

dan secara individu. Bimbingan perkelompok biasanya dilakukan dengan cara

kumpul dimusholla maupun aula, sedangkan bimbingan individu diterapkan

dengan cara pegawai mendatangi lansia dari wisma ke wisma tujuannya yaitu

agar para lansia memiliki kemmpuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai

makhluk beragama, berprilaku sesuai aturan agama atau berakhlak mulia,

meningkatkan ketakwaan hatinya kepada sang Pencipta-Nya. Di BSLU ada

beberapa bimbingan yang diterapkan yang memang khusus untuk

diprogramkan untuk lansia diantaranya : Bimbingan Agama, bimbingan sosial,

bimbingan kesehatan, dan bimbingan keterampilan. Namun bimbingan yang

diterapkan untuk meningkatkan mental spiritual lansia yaitu berupa bimbingan

agama atau bimbingan keagamaan.31 Berdasarkan hasil wawancara pada salah

satu pegawai BSLU yaitu Anugrawati Handayani yang akrabnya disapa buq

Uga, beliau memaparkan bahwa:

“Kalau bimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan mental spiritual


atau ketakwaan jiwa para lansia yaitu ada namanya bimbingan agama,
bimbingan agama ini diterapkan melalui hal-hal berikut diantaranya
pengajian rutin setiap hari jum’at, diadakannya sholat berjemaah setiap
waktu sholat dimusholla, diadakannya bimbingan berupa hafalan atau
mengingat gerakan-gerakan sholat khususnya untuk lansia yang sudah

30
Siti Atia, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 17 April 2017
31
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia, 17 April 2017
52

sering lupa dengan gerakan-gerakan sholat, dan mengingat atau


menghafal bacaan ayat-ayat pendek”. 32
Berikut pemaparan mengenai bimbingan untuk meningkatkan mental

spiritual lansia di BSLU berdasarkan hasil pengamatan atau observasi.

1. Mengadakan acara pengajian.

Berdasarkan hasil observasi pengajian ini memang rutin dilaksanakan

setiap hari Jum’at yang dimulai dari jam 08.00 WITA sampai selesai.

Adapun penceramahnya yaitu ustadz yang memang sengaja di undang

oleh pihak BSLU diantaranya Ustadz Muammar, Ustadz Wazil, dan

Haji. Abdullah, dan terkadang juga pegawai BSLU yang berperan

sebagai penceramah apabila ustadz yang diundang tidak dapat hadir,

selain penceramah, lansia dan pegawai yang hadir para ibu-ibu BHLU

(Badan Harian Lanjut Usia) juga turut hadir berpartisipasi dalam acara.

Biasanya acara pengajian dimulai dengan:

a) Pembacaan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an.

Sebelum memulai acara pengajian biasanya pengajian dibuka dulu

dengan melafaskan kalimat “basmalah” kemudian dilanjutkan

dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh salah satu Ibu

BHLU (Badan Harian Lanjut Usia) yang selalu turut hadir

meramaikan acara pengajian.

32
Anugrawati Handayani, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 17
April 2017
53

b) Acara inti atau acara pengajian.

Setelah acara pembukaannya selesai lansung masuk ke acara inti

yaitu acara pengajiannya. Biasanya materi pengajian yang

disampaikan yaitu materi-materi tentang sholat, nikmatnya

bersyukur, materi tentang pentingnya berbuat baik antar sesama

bahkan terkadang diimbangi dengan cerita-cerita atau kisah Nabi

dan Rasul. Selama pemberian materi Alhamdulillah perhatian lansia

lebih banyak tertuju pada apa yang disampaikan oleh ustadz,

dikarenanya selain materinya yang cukup baik metode ceramah

yang digunakan ustadznya pun cukup baik. Selain pemberian materi

ustadz juga selaku mempraktikkan apa yang beliau sampaikan, dan

selain itu juga ada metode humor selama pemberian materi, itulah

yang membuat suasana pengajian menjadi hidup dan tidak

membosankan.

c) Setelah pemberian materi selesai dilanjutkan dengan acara Tanya-

jawab.

Kegiatan Tanya jawab ini bertujuan untuk memperjelas apabila ada

hal yang kurang dimengerti. Biasanya dalam hal ini lansi diberikan

kesempatan untuk menanyakan apa yang mungkin menurutnya

kurang jelas atau kurang dipahami.

d) Setelah kegiatan Tanya-jawab maka dilanjutkan dengan acara

penutup. Penutup ini dilakukan dengan sama-sama melafaskan


54

kalimat “al-hamdalah” dan membacakan Do’a. kemudian salam-

salaman..33

Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu pegawai yaitu Siti

Atia, maksud diadakannya pengajian yaitu

“supaya lansia dapat memepertebal pengetahuannya tentang


islam dan dapat dijadikan bekal hidupnya baik didunia maupun
diakhirat. Selain itu dengan diadakannya pengajian ini lansia
juga dapat mengetahui suatu hal yang baru yang tadinya tidak
mengerti teralu dalam tentang agama menjadi lebih paham.
Selain itu juga kita berharap dengan diadaknnya pengajian rutin
lansia menjadi lebih terarah hidupnya dan mampu menjalani
hidup masa tuanya diliputi dengan kebahagiaan, dan
ketentraman jiwa.”34

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama

di lokasi melihat respon lansia terhadap acara pengajian ini cukup baik

akan tetapi tidak semua lansia ikut berpartisipasi dalam acara ini.

Meskipun begitu kegiatan pengajian rutin ini selalu terlaksana secara

baik dan memusakan35.

2. Pembinaan sholat berjemaah.

Sholat merupakan rutinitas setiap umat muslim yang

dilaksanakan 5 kali dalam sehari. Selain itu sholat merupakan tiang

agama yang harus ditegakkan. Begitupula di lingkungan BSLU sholat

berjemaah rutin dilaksanakan 5 kali dalam sehari. Sama seperti acara

pengajian, dalam sholat berjemaahpun tidak semua lansia mengikuti

acara sholat berjemaah ini. Di BSLU sholat berjemaah selalu rutin

33
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia, 14 April 2017
34
Siti Atia, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 14 April 2017
35
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia, 14 April 2017
55

dilaksanakan 5 kali sehari semalam. Adapun yang menjadi imam dalam

sholat diantaranya pegawai BSLU itu sendiri dan terkadang juga lansia

yang tinggal disana. Meskipun mereka sudah tua akan tetapi ada juga

masih sebagian dari mereka yang ingatan, hafalan dan bacaan sholatnya

yang memang masih bagus dan mampu untuk dijadikan sebagai imam

ketika sholat. Namun meski kegiatan ini berjalan terus setiap hari tetap

saja ada juga sebagian dari lansia yang jarang mengikuti sholat

berjemaah di Mushollah bahkan ada juga yang tidak pernah sama

sekali.36

Menurut pemaparan Ibu Uga’ atau Anugrawati Handayani “


masa-masa lansia itu beda tipis dengan masa kanak-kanak, jadi
kita sebagai pegawai yang harus aktif untuk menjemput dan
meningatkan papuk-papuk atau lansia untuk mengikuti sholat
berjemaah ini. Artinya setiap saat kita harus menjemput mereka,
mendorong semangat mereka supaya mereka selalu rutin
melaksanakan ibadah sholat.37

3. Hafalan atau Mengingat Gerakan Sholat

Hafalan atau mengingat gerakan sholat ini biasanya dilakukan oleh

pegawai BSLU dengan cara menerapkan bimbingan individual atau

perorangan. Pegawai mendatangi lansia dari wisma ke wisma untuk

mengajarkan gerakan sholat kepada lansia khusunya bagi lansia yang

sudah sering lupa termasuk lupa terhadap gerakan-gerakan sholat.

Karena sebagian lansia menginginkan untuk terus dingatkan tentang

gerakan-gerakan sholat kalau mereka lupa.

36
Observasi, 17 April 2017
37
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia, 12 April 2017
56

Kegiatan seperti ini sangat perlu untuk diberikan kepada lansia apalagi

mengingat usianya yang sudah rentan serta ingatannya yang sudah

mulai menipis.

Menurut pemaparan Ibu Siti Atia “kegiatan menghafal gerakan


dan bacaan sholat itu merupakan hal yang penting untuk
dierikan kepada lansia supaya mereka mampu terus
melaksanakan ibadah sholat dengan baik dan benar. Akan tetapi
tidak semua lansia bersedia untuk mengikuti dan dibimbing
untuk melatih-melatih gerakan sholat tersebut, hanya beberapa
saja yang mau”38

4. Mengingat bacaan ayat-ayat-ayat pendek.

Sama seperti mengingat gerakan sholat pegawai juga menerapkan hal

yang sama dengan mengingat bacaan ayat-ayat pendek secara

perorangan, maksudnya pegawai mendatangi wisma ke wisma untuk

mengajarkan lansia menghafal ayat-ayat pendek. Selain dengan cara itu

biasanaya pada acara pengajian ustadz atau penceramah juga tidak lupa

untuk selalu membaca ayat-ayat pendek bersamaan dengan lansia.39

Ayat-ayat pendek yang biasanya diajarkan kepada lansia

diantaranya mulai dari surat Ash-sharh sampai surat An-Nas. Para

pegawai memilih ayat-ayat tersebut dikarenakan ayat-ayat pendek

tersebut termasuk yang paling-paling pendek dari semua ayat pendek

lainnya dan akan lebih mudah untuk diingat oleh lansia. Menurut

pemaparan salah satu lansia yaitu Embah Suwarto beliau berpendapat

mengenai responnya terhadap hapalan ayat-ayat pendek tersebut .

38
Siti atia, wawancara, balai sosial lanjut usia mandalika NTB, 22 Mei 2017
39
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia, 21 April 2017
57

“saya senang kalau terus diajarkan dan diingatkan tentang ayat-


ayat Al-Qur’an akan tetapi saya tidak bisa menghafal ayat-ayat
yang panjang-panjang. Ayat-ayat Al-Qur’an ini banyak
manfaatnya dan banyak hal tempat kita menggunakannya tidak
hanya membacakan ketika sholat saja akan tetapi dapat juga jadi
bacaan sehari-sehari”.40

Bimbingan-bimbingan ini diberikan kepada lansia agar lansia mampu

untuk meningkatkan rasa ketuhanannya, tidak hanya itu juga akan tetapi juga

bimbingan ini dapat dijadikan terapi bagi mereka yang tingkat emosionalnya

tinggi atau mudah marah atau temperamental. Menurut pemaparan pak jaye,

beliau mengatakan bahwa

“ terapi-terapi keagamaan itu sangat bagus untuk orang yang


temperamental atau mudah marah terutama sholat. Karena apabila
seseorang terus mendekatkan diri dengan Tuhan-Nya maka hati
mereka akan merasa jauh lebih tenang”41

Tentunya ada banyak alasan mengapa seseorang bisa temperamental.

Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa lansia yaitu aminah, maenah dan

dahlan mereka mengatakan bahwa kenapa mereka mudah marah itu

dikarenakan memang dia sudah seperti itu dari dulu, kemudian ada yang

mengatakan karena dia merasa bosan berada dip anti dan ingin pulang akan

tetapi keinginannya tidak terpenuhi karena itulah beliau merasa sesak dan

merasa ingi marah-marah, kemudian ada juga yang mengatakan karena adanya

rasa cemburu, ia menyukai seorang cewek akan tetapi cewek itu menyukai

orang lain.

Memang kalau diamati dari kejauhan para lansi di BSLU kelihatannya

seperti para lansia sewajarnya yang hanya memikirkan masa tuanya saja dan

40
Suwarto, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 22 Mei 2017
41
Jaye, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 13 Juli 2017
58

memikirkan anak-anaknya. Namun ada hal unik dan menarik bagi peneliti yang

peneliti temukan dimana para lansia disana kebanyakan kembali lagi ke masa-

masa remajanya yang sedang jatuh cinta. Tidak jarang hal itu sering membuat

mereka merasa bersaing dan timbulnya dan perkelahian.42 Bahkan ada juga

yang menikah sesudahnya masuk BSLU, menurut pemaparan papuk Nur dan

papuk ismi yang merupakan pasangan suami istri disana mereka menjelaskan

kenapa mereka memilih untuk menikah diusianya yang sudah tua:

“kami menikah itu memang atas dasar kemauan kami sendiri tanpa
ada paksaan dari orang lain, menurut kami, lebih baik menikah dari
pada kami nantinya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama”43

Paparan diatas merupakan strategi atau bentuk bimbingan yang

diberikan BSLU untuk meningkatkan mental spiritual lansia yang khususnya

beragama islam bagi lansia yang beragama non islam untuk meningkatkan

mental spiritulnya seperti yang dipaparkan oleh pak jaye yaitu:

“Kalau untuk lansia yang agamanya non islam seperti Kristen dan hindu
mereka kita ajak ke gereja atau ke pure satu kali dalam seminggu yaitu
pada hari minggu saja. Akan tetapi mereka jarang mau pergi beribadah
ke tempat ibadah mereka dikarenakan lokasinya jauh dari BSLU. Dan
mereka tidak mampu untuk bepergian jauh dikarenakan kondisi fisiknya
yang tidak memungkinkan, kebetulan yang disini yang tidak beragama
islam itu ruangannya di ruang isolasi dimana disana itu mereka sudah
tidak mampu beraktifitas lagi.44

42
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Ntb, 14 Juli 2017
43
Nur, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Ntb, 14 Juli 2017
44
Jaye, Wawancara, Balai Sosial Lajut Usia Mandalika Ntb, 13 Juli 2017
59

C. Dampak Bimbingan Terhadap mental spiritual penghuni panti

Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu pegawai BSLU yaitu

pak Zainal selaku peksos beliau memaparkan bahwa

“Secara alamiah memang banyak perubahan yang terjadi pada


penghuni panti, tergantung dari lansianya itu sendiri. Memang kalau
lansia yang sering atau rutin mengikuti bimbingan keagamaan atau
bimbingan apa saja akan timbul perubahan yang sangat nampak
terhadap dirinya diantaranya diantaranya interaksi dengan seamanya
menjadi lebih harmonis, tidak hanya itu interaksi dengan petugaspun
menjadi lebih akur, contohnya pak Wayan Rumana, beliau merupakan
seorang Muallaf. Pada awal beliau masuk ke Balai Sosial ini beliau
mudah sekali marah, suka ribut dengan sesamanya di wisma, tidak
hanya satu wisma tapi dengan penghuni wisma lainpun begitu,
kemudian dengan petugas pun beliau mulai ngelawan, akan tetapi
berangsur lamanya disini, setelah rutin mengikuti bimbingan
keagamaan terutama pengajian terlihat perubahan yang sangat drastis
terhadap dirinya, sekarang beliau menjadi lebih ramah, suka menolong
dan mampu menjalin hubungan baik dengan semua orang, dapat
dikatakan malah sekarang beliau itu suka sekali membantu orang-
orang di balai sosial ini”. 45
Berdasarkan pemaparan pak Zainal yang memaparkan tentang

perubahan yang terlihat dari pak Wayan Rumana karena sering atau rutin

mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan guna meningkatkan mental

spiritual lansia di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalia NTB, Peneliti

melakukan wawancara langsung dengan pak Wayan Rumana, beliau

menjelaskan bahwa

“ Pada awalnya saya masuk Panti ini karena saya tidak suka berada di
rumah setelah istri saya meninggal, setelah itu saya menjadi
temperamental, saya tidak bisa mengendalikan emosi saya. Saya
memang seperti itu pada waktu itu, mungkin karena tekanan batin
saya yang cukup goyah. Kemudian saya mencoba untuk mengikuti
prosedur atau kegiatan-kegiatan yang ada dip anti ini yang dimana
saya rasa bisa membantu saya untuk lebih merasakan ketenangan jiwa
dan lebih dekat dengan Tuhan. Kemudian saya mencoba untuk rutin

45
Zainal, wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 19 April 2017
60

mengikuti pengajian, sholat berjemaah, olahraga, pokoknya saya


mencoba untu bergaul lebih baik lagi dengan semua orang yang ada
dipanti ini”.46
Selain itu dampak yang dapat dirasakan oleh pegawai balai sosila

lanjut usia terhadap bimbingan mental spiritual yang diberikan menurut

pemaparan Ibu Yani yaitu

“ sudah jelas terlihat bagi lansia yang sering atau rajin mengikuti
kegiatan-kegiatan keagamaan atau kegiatan bimbingan atau pelayanan
mental spiritual diantaranya Inetraksi atau hubungan dengan sesama
menjadi harmonis. Karena dalam hidup berkelompok atau dalam
kehidupan sosial ini sangat diperlukan interaksi yang baik antar
sesama agar dapat membangun atau menciptakan hubungan yang
harmonis antar sesama. Dengan begitu segala urusan dunia kita akan
menjadi lebih mudah untuk dijalankan”.47
Berdasarkan hasil Observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti,

adapun hal-hal berikut yang dapat peneliti temukan dilokasi mengenai

dampak bimbingan yang diberikan Balai Sosial Lanjut Usia terhadap

mental spiritual lansia atau penghuni panti diantaranya:

a. Lansia yang tadinya sering kelahi menjadi tdak lagi. Dilingkungan

BSLU terkadang ada lansia yang suka kelahi dengan teman-

temannya baik itu teman satu wisma maupun wisma lain. Banyak

yang mengkibatkan timbulnya konfik atau perkelahian, terkadang

karena hal kecil malah dibesar-besarkan. Namun bagi lansia yang

rutin mengikuti bimbingan terutama pengajian emosinya sedikit

tidak bisa dikontrol, dan mampu menahan amarah sehinggan

mampu mencegah timbulnya perkelahian

46
Wayan Rumana, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 28 April 2017
47
Yani, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 28 April 2017
61

b. Jiwa serta rasa beragamanya semakin mendalam. Mental

spiritualnya mampu mengimbangi dengan kondisi sosialnya.

Artinya Jiwanya menjadi lebih tenang, damai dan tentram, serta

tingkat spiritualnya terhadap Tuhan menjadi lebih tinggi. Selalu

berserah diri kepada Tuhan. Dan mampu menjaga hubungan baik

antar sesama.48

Selain itu adapun hasil wawancara pada lansia yaitu Nurhasanah

mengenai bagaimana dampak bimbingan yang diberikan oleh BSLU

terhadap mental spiritualnya, beliau memaparkan bahwa:

“Terkadang setelah saya pulang atau selesai mengikuti pengajian


terkadang saya sering menangis, tidak hanya setelah pulang terkadang
dimusholla pun saya menangis setelah mendengar pa yang dituturkan
oleh ustadz, saya merenungkan apa yang sudah saya perbuatnya
selama ini. Begitu pulang dari pengajian untuk sesaat saya merasa
kalau saya harus mulai rajin sholat, Beribadah, Dan Saya Selalu
Membayangkan Bagaimana Jadinya Kalau Saya sudah tidak ada nanti,
selain itu saya juga merasa kalau saya memang harus mulai bersyukur
karena masih diberikan kesehatan dan tempat tinggal, dan ternyata
kalau kita bersyukur dan rajin ibadah hati ini rasanya lebih indah,
damai, dan tentram”.49

Selain itu pemaparan dari papuk H. Abdul Wahab beliau mengatakan

bahwa

“kalau kita sering-sering mengaji atau ikut pengajian banyak hal yang
kita dapatkan. Meskipun apa yang disampaikan mungkin sudah kita
ketahui namun kalau kita diingatkan terus menerus itu malah lebih
bagus. Mengikuti pengajian, rajin sholat merupakan hal yang sangat
bermanfaat karena dengan itu semua kita menjadi tahu tentang banyak
hal dan hidup menjadi lebih damai, selalu berfikir positif dengan
orang lain”.50

48
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 21 April 2017
49
Nurhasanah, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 14 April 2017
50
Abdul Wahab, Wawancara, Balai Sosial Lanjut Usia, 14 April 2017
62

Berdasarkan hasil observasi memang bagi lansia yang rutin mengikuti

bimbingan sangat Nampak perubahan yang terjadi meskipun tidak semua

lansia di BSLU yang selalu mengikuti kegiatan-kegiatan atau program yang

diterakan untuk mereka. Namun bagi lansia yang selalu mengikuti

bimbingan akan terasa dari cara berbicara mereka yang lebih lembut, dan

cara mengambil keputusan yang lebih bijaksana, terkadang mereka

memberikan masukan kepada orang-orang disekitanya untuk menjalani

hidup yang lebih baik. Selain itu yang dapat dirasakan oleh peneliti

terhadap lansia yang selalu rutin mengikuti bimbingan mental spiritual

diataranya:

a) Mental spiritualnya mampu diliputi dengan penuh kedamaian artinya

Mereka lebih mampu menjalani kehidupan dengan rasa damai dan

selalu berserah diri kepada Tuhan-Nya.

b) Mental spiritulnya diliputi dengan kebahagiaan artinya jiwa, batin, dan

hati mereka selalu diliputi dengan rasa bahagia, selalu merasa puas

dengan apa yang dimilikya sekarang, mampu menjalani hari-hari masa

tuanya hnya mengharapkan ridho Allah SWT.

c) Mampu mengontrol Egonya. Sehingga mampu mengambil keputusan

atau tindakan sesuai dengan hati nuraninya.

d) Dan mental spiritualnya menjadi sehat artinya ia mampu menciptakan

hubungan dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat


63

tinggalnya, serta dapat menerima keadaan dirinya dan dapat

memecahkan permaalahannya sendiri.51

51
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 21 April 2017
64

BAB III

PEMBAHASAN

Pada Bab sebelumnya, peneliti telah memaparkan secara terperinci tentang

paparan data dan temuan yang peneliti temukan ditempat penelitian. Pada Bab III

ini peneliti akan menganalisis berbagai data dan temuan secara teoritik dengan

tori-teori yang sudah peneliti sampaikan pada kajian teori. Adapun hal-hal yang

akan menjadi bahan kajian analisis dari penelitian pada bab ini adalah

1) Bimbingan-bimbingan yang diterapkan oleh Balai Sosial Lanjut Usia

(BSLU) Mandalika NTB untuk meningkatkan mental spiritual lansia

2) Dampak-dampak bimbingan tersebut terhadap mental spiritual lansia atau

penghuni Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB.

A. Peranan BSLU Dalam Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Lansia

Berdasaran paparan data dan temuan yang sudah diungkapan pada bab

sebelumnya, peneliti mencoba mnggambarkan dan mencocokan data yang ada,

juga mengemukakan bagaimana lembaga BSLU membimbing lansia untuk

meningkatkan mental spiritualnya.

Pada dasarnya setiap manusia memerlukan orang lain sebagai teman

hidup, membutuhkan orang lain dalam setiap hal. Selain itu setiap orang pasti

memiliki permasalahan yang dihadapi dalam hidup entah itu masalah ekonomi,

sosial maupun masalah yang berasal dari diri misalnya masalah yang timbul

akibat faktor usia seperti halnya lansia atau lanjut usia. Ketika seseorang sudah

menghadapi usia lanjut banyak sekali perubahan yang timbul didalam dirinya

entah itu perubahan yang nampak maupun tidak nampak. Karena perubahan
65

tersebut seringkali timbul masalah atau konflik batin dalam diri seseorang yang

mengakibatkan mentalnya menjadi sedikit terganggu, seperti misalnya mudah

marah, mudah tersinggung, cepat menyerah, mudah putus asa karena mental

merupakan hal atau sesuatu yang berhubungan dengan akal, pikiran, ingatan

atau suatu proses yang berasosiasi dengan akal, pikiran, dan ingatan.

Ketika mental seseorang terganggu maka akal serta pikiran dan juga

ingatan seseorang akan menjadi terganggu juga. Orang yang mengalami

gangguan mental sering sekali menunjukkan sikap mudah marah, mudah

mengeluh dan lain sebagainya. Faktanya di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB para lansia yang ada disana bisa dibilang ada yang mengalami gangguan

mental tidak untuk semuanya namun ada sebagian.52 Karena itulah pihak balai

tersebut memberikan bimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan mental

serta spiritualnya atau mental spiritualnya dimana spiritual itu sendiri

merupakan pembentukan jiwa melalui ritual-ritual kegamaan. Mengingat

bahwa persoalan saat ini tidak hanya terletak pada peroalan psikologis saja

tetapi juga spiritual. Selain kehidupan materialistis masih ada kehidupan

spiritual yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan tentang spiritual justru

apabila diimbangkan dengan mental maka mental spiritual akan menjadi sehat,

bahagia, dan damai, dan segala perolan dunia maupun akhirat dapat

diimbangkan dengan mudah.

Berdasarkan realita yang peneliti temukan di Balai sosial lanjut usia

mandalika NTB untuk mewujudkan mental spiritual lansia yang jauh lebih baik

52
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 7 April 2017
66

pihak BSLU memberikan bimbigan-bimbingan kepada lansia jika dilihat dari

fakta di lapangan menurut hasil observasi dan wawancara dengan informen.

Adapun bimbingan yang diterapkan oleh BSLU untuk meningkatkan mental

spiritual lansia diantaranya:

1) Pengajian rutin.

Pengajian merupakan proses atau suatu acara yang dilakukan

dengan cara memberikan materi-materi tentang keagamaan kepada banyak

khalayak oleh ustadz atau penceramah. Biasanya pengajian ini dilakukan

rutin seminggu sekali yaitu pada hari jum’at yang bertempatkan di

Musholla yang ada di balai sosial lanjut usia mandalika NTB. Menurut

pendapat ibu siti atia bahwa banyak tujuan diadakannya pengajian ini yaitu

supaya lansia lebih mengenal lebih dalam lagi tentang ajaran-ajaran

agama. Namun dalam kegiatan peneliti dapat melihat bahwa tidak semua

penghuni BSLU ikut menghadiri pengajian ini dikarenakan banyak

penyebab. Bagi lansia juga sebagian mengatakan bahwa mereka tidak

perlu datang ke musholla karena dari wismapun suara ceramah si ustadz

kedengaran jelas.

Disini bisa dikatakan bahwa kegiatan pengajian rutin atau

bimbingan ini selalu dilaksanakan secara terus menerus dan dilaksanakan

dengan sebaik mungkin dan selalu berjalan dengan sangat baik meskipun

tidak semua lansia mengahdiri kegiatan ini.


67

2) Sholat berjemaah.

Dalam rangka meningkatkan mental spiritual lansia balai sosial

lanjut usia mandalika menerapkan bimbingan keagamaan berupa sholat

berjemaah 5 kali sehari semalam.53 Kegiatan sholat berjemaah ini

langsung dilaksanakan didalam balai bertepatan di Musholla dan dihadiri

oleh para penghuni dan pegawai disana. Sama seperti kegiatan sebelumnya

sholat berjemaah pun selalu berjalan efektif namun tidak efektif dalam

pelaksanaan programnya dikarenakan tidak dihadiri oleh semua penghuni

tentunya bagi mereka yang beragama islam.54 Padahal sholat merupakan

kewajiban bagi setiap umat muslim bahkan sholat juga dapat dikatakan

sebagai tiang dari agama. Meskipun sholat bisa dilaksanakan dengan

sendiri-sendiri nmun sholat berjemaah jauh lebih besar pahalanya

ketimbang sholat sendiri, itulah mengapa kita dianjurkan untuk sholat

berjemaah.

3) Hafalan atau mengingat gerakan sholat.

Sholat adalah hal yang wajib bagi umat muslim untuk selalu

menjalankannya. Tanpa terkecuali apakah mereka laki-laki atau

perempuan, remaja atau dewasa bahkan orang tua. Meski begitu

kenyataannya banyak sekali orang yang melalaikan sholat bahkan

meninggalkan sholat. Disamping hal itu ada banyak factor yang

menimbulkan hal tersebut ada yang karena mereka lalai dan malas, ada

juga sebagian dari mereka yang lupa bagaimana cara sholat dan bacaan-

53
Observasi, Balai Sosil Lanjut Usia Mandalika NTB, 12 April 2017
54
Ibid.
68

bacaannya. Biasanya hal ini sering dialami oleh orang yang sudah lanjut

usia dikarenakan memori atau ingatannya terbatas akibat fator usia.

4) Mengingat bacaan ayat-ayat-ayat pendek.

Sama seperti mengingat gerakan sholat pegawai juga menerapkan

hal yang sama dengan mengingat bacaan ayat-ayat pendek secara

perorangan, maksudnya pegawai mendatangi wisma ke wisma untuk

mengajarkan lansia menghafal ayat-ayat pendek. Selain dengan cara itu

biasanaya pada acara pengajian ustadz atau penceramah juga tidak lupa

untuk selalu membaca ayat-ayat pendek bersamaan dengan lansia. Ayat-

ayat pendek yang biasanya diajarkan kepada lansia diantaranya mulai dari

surat Ash-sharh sampai surat An-Nas. Para pegawai memilih ayat-ayat

tersebut dikarenakan ayat-ayat pendek tersebut termasuk yang paling-

paling pendek dari semua ayat pendek lainnya dan akan lebih mudah untuk

diingat oleh lansia.55

B. Dampak Bimbingan Terhadap Mental Spiritual Lansia.

Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya berpendapat bahwa bimbingan

adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada

individu untuk meemecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian

individu tersebut memiliki kemampuan untuk memaham dirinya, kemampuan

untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan

kemapuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau

55
Ibid
69

kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya,

baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.56

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa mental spiritual merupakan

pembentukan jiwa seseorang melalui ritual-ritual keagamaan supaya tingkat

ketakwaan jiwanya kepada Tuhan-Nya semakin bertambah. Namun ketika

seseorang memiliki keinginan dan dorongan untuk meningkatkn mental

spiritualnya namun tidak dapat disalurkan maka hal itulah yang dapat

menyebbkan seseorang mengalami gangguan kepribadian dan juga

mengganggu kesehatan mentalnya. Merujuk penegertian diatas dapat kita

lihat bahwa realita atau fakta yang terjadi di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB terkait dengan bimbingan yang diberikan kepada lansia

untuk meningkatkan mental spiritualnya seperti yang dijelaskan dalam teori

Sigmund Freud yaitu teori Psikoanalisa atau teori kepribadian yang

mengatakan bahwa kejiwaan seseorang bersumber pada tiga hal yaitu Id, Ego,

dan Super Ego.57

Id merupakan aspek biologis yang memang sudah ada dalam

diri/insting yang dibawa oleh individu dari sejak dia baru laihir dan dibawa

sampai dia besar bahkan sampai dia tua, dimana insting-insting tersebut

cendrung mengedepankan kepuasannya sendiri. Dimana insting tersebut

berupa makan, minum, tidur, cinta, kasih sayang dan lain-lain. Untuk

memenuhi Id atau instingnya itu timbullah Ego, dimana Ego merupakan

aspek psikologis atau jiwa atau perasaan yang dimana Ego berperan untuk
56
Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, ( Bandung:Pustaka Setia, 2010), h.15.
57
Syamsu Yusuf Dan Jauntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), H. 109
70

memikirkan bagaimana cara untuk memenuhi Id atau instingnya tersebut atau

mengontrol kesadarannya dan berfikir bagaimana mengambil keputusn, yang

terkadang di BSLU sering timbulnya perselisihan dari bagaimana mereka

akan memenuhi instingnya dan keputusan seperti apa yng harus diambil. Dari

masalah tersebut maka diberikanlah bimbingan oleh pihak balai sosial yang

dimana bertujuan untuk mencegah atau mengatasi hal-hal buruk terjadi.

Dan dampak dari bimbingan tersebut timbullah konsep Super Ego

yang dimana Super Ego ini merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan

nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarkat yang ada didalam kepribadian

individu. Super ego lebih mengutamakan kesempurnaan dari kesenangan dan

yang pokok apakah sesuatu itu salah, pantas atau tidak. Jadi Super ego

cendrung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi

yang ideal. Dan memilih apa yang harus dilakukannya berdasarkan nilai-nilai

norma.58

Dan apabila kita melihat dan mengamati respon atau dampak serta

perubahan yang dirasakan dan yang terjadi kepada beberapa lansia terhadap

mental spiritualnya. Dimana mental spiritual merupakan cara manusia berfikir

dan berperasaan dengan menggunakan nurani dan menyatukan antara jasmani

dan rohani dengan petunjuk agama sebagai pedoman hidupnya. Maksudnya

yaitu bagaimana cara manusia mampu berfikir dengan cara menyatukan

pemikirannya dengan kondisinya saat ini dan mengikuti aturan-aturan

pedoman agama dalam menjalankan kehidupannya. Berikut dampak

58
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 8 Mei 2017
71

bimbingan-bimbingan yang diberikan leh BSLU terhadap mental spiritual

lansia mulai dari bimbingan berupa bimbingan keagamaan yaitu pengajian

rutin, sholat berjemaah, hafalan ayat-ayat pendek, dan mengingat gerakan-

gerakan sholat.

1) Pengajian rutin.

Pengajian merupakan proses atau suatu acara yang dilakukan

dengan cara memberikan materi-materi tentang keagamaan kepada

banyak khalayak oleh ustadz atau penceramah. Biasanya pengajian ini

dilakukan rutin seminggu sekali yaitu pada hari jum’at yang

bertempatkan di Musholla yang ada di balai sosial lanjut usia mandalika

NTB. Adapun dampak dari diadakannya pengajian ini terhadap mental

spiritual lansia diantaranya mereka menjadi lebih mampu untuk

memahami orang lain atau sesamanya di panti, mengenal agamanya

lebih dalam, mampu menghargai sesamanya, dapat menerima

bagaimanapun kedaan dirinya yang artinya selalu bersyukur kepada

Tuhan-Nya dan berserah diri kepada Tuhan, dapat menjalin

silaturrahmi dengan sesamanya. 59

2) Sholat berjemaah.

Dalam rangka meningkatkan mental spiritual lansia balai sosial

lanjut usia mandalika menerapkan bimbingan keagamaan berupa sholat

berjemaah 5 kali sehari semalam. Kegiatan sholat berjemaah ini

langsung dilaksanakan didalam balai bertepatan di Musholla dan

59
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 12 Juli 2017
72

dihadiri oleh para penghuni dan pegawai disana. Adapun dampak sholat

berjemaah ini terhadap lansia diantaranya, tentunya sholat berjemaah

pahalanya lebih besar dari pada sholat sendiri, dampak sholat juga

mampu dijadikan terapi untuk dapat meredakan emosi yang berlebihan,

lansia disana mampu mengontrol emosinya dan tentunya akan lebih

merasa tenang, nyaman dan tentram batinnya.60

3) Hafalan atau mengingat gerakan sholat.

Sholat adalah hal yang wajib bagi umat muslim untuk selalu

menjalankannya. Tanpa terkecuali apakah mereka laki-laki atau

perempuan, remaja atau dewasa bahkan orang tua. Meski begitu

kenyataannya banyak sekali orang yang melalaikan sholat bahkan

meninggalkan sholat. Disamping hal itu ada banyak factor yang

menimbulkan hal tersebut ada yang karena mereka lalai dan malas, ada

juga sebagian dari mereka yang lupa bagaimana cara sholat dan bacaan-

bacaannya. Biasanya hal ini sering dialami oleh orang yang sudah

lanjut usia dikarenakan memori atau ingatannya terbatas akibat fator

usia.

Adapun dampak dari mengingat gerakan sholat ini terhadap

lansia di BSLU diantaranya, mereka yang sering lupa tentang gerakan-

gerakan sholat sedikit tidak lama kelamaan mereka mampu mengingat

gerakan-gerakan sholat sedikit demi sedikit, yang pasti cara atau

60
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 13 Juli 2017
73

strategi ini sangat berguna bagi lansia di BSLU bagi mereka yang

ingatannya sudah mulai melemah.61

4) Menghafal ayat-ayat pendek

Sama seperti mengingat gerakan sholat pegawai juga menerapkan hal

yang sama dengan mengingat bacaan ayat-ayat pendek secara perorangan,

maksudnya pegawai mendatangi wisma ke wisma untuk mengajarkan

lansia menghafal ayat-ayat pendek. Selain dengan cara itu biasanaya pada

acara pengajian ustadz atau penceramah juga tidak lupa untuk selalu

membaca ayat-ayat pendek bersamaan dengan lansia. Ayat-ayat pendek

yang biasanya diajarkan kepada lansia diantaranya mulai dari surat Ash-

sharh sampai surat An-Nas.

Adapun dampak menghafal ayat-ayat pendek terhadap mental spiritual

lansia diantaranya, tentunya apabila mereka terus menerus atau rutin

membaca ayat-ayat pendek tidak menutup kemungkinan perasaannya akan

menjadi lebih tentram, adem, damai.62

61
Ibid
62
Observasi, Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB, 15 Juli 2017
74

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan diantaranya:

1. Berdasarkan dari skripsi yang telah peneliti buat maka peneliti dapa

merarik kesimpulan terkait untuk menjawab fokus penelitian yaitu

“Strategi Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB Dalam Bimbingan

Mental Spiritual Lansia” bahwa stategi yang diberikan Balai Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB terhadap lasnia itu berupa bimbingan-

bimbingan keagamaan, terutama untuk meningkatkan mental spiritual

lansia. Dimana bimbingan itu sendiri merupakan proses pemberian

bantuan kepada individu agar individu tersebut mampu menerima

keadaan dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan

mampu memecahkan masalahnya sendiri. Adapun bentuk bimbingan

yang diberikan oleh Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB

diantaranya, Pertama: Pemberian pengajian atau ceramah keagamaan

seminggu sekali, Kedua: sholat berjemaah, ketiga: hafalan bacaan dan

gerakan gerakan sholat, keempat: mengingat atau hafalan ayat-ayat

pendek.

2. Diantara keempat bimbingan keagamaan tersebut sangat berpengaruh

dan besar dampaknya terhadap lansia yang ada disana mulai dari lansia

itu sendiri yang merasakan dampak dari bmbingan tersebut hingga


75

kepada para pegawaipun ikut merasakannya. Diantaranya perubahan

yang terjadi terhadap lansia yaitu: Lansia menjadi lebih mampu

menerima setiap keadaannya, lebih bersyukur dan bersabar, mampu

mengontrol emosi, mampu membina hubungan baik antar sesamanya.

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada seluruh pegawai yang ada

di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB yang telah merawat dan

mengurus lansia yang ada disana dengan penuh rasa sabar, berikut

dibawah ini ada beberapa saran yang dapat saya ajukan semoga

bermanfaat bagi para pegawai BSLU dan juga lansia yang ada disana

diantaranya:

1. Kepada para pegawai atau lembaga yang ada di BSLU tanpa terkecuali

agar senantiasa merawat dan menjaga nenek dan kakek yang ada

disana tanpa adanya rasa bosan, sekaligus memberikan bimbingan

lebih yang banyak lagi kepada para lansia.

2. Untuk peneliti lanjutan, untuk peneliti seterusnya agar lebih aktif, dan

teliti sekaligus lebih cermat dalam melakukan penelitian supaya data-

data yang didapatkan dalam penelitian berguna bagi orang lain.


76

DAFTAR PUSTAKA

Anas Salahudin. (2010). Bimbingan Dan Konseling. Bandung:Pustaka Setia.

Adang Hambali. (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Anggraeni. (2016). Wawancara. PSTW puspakarma Mataram

Anggraeni. Pengetahuan Lanjut Usia. Yogyakarta: Balai Diklat Kesejahteraan Sosial.

As’ad. Strategi PSTW Puspakarma Mataram Dalam Pembinaan Agama Islam Bagi
Lansia. Skripsi : IAIN MATARAM.

Bimo Walgito. (2010). Bimbingan+Konseling (Studi Dan Karir). Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Deliarnov. (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:PT Raja Gravindo


Persada.

Departemen Sosial Republik Indonesia. (2011). Pengetahuan Lanjut Usia.


Yogyakarta: Balai Diklat Kesejahteraan Sosial

Djam’an Satori, Aan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung:Alfabeta

Habibul Bahri. (2015). Bentuk Pembinaan Prilaku Keagamaaan Pada Lansia Di


PSTW Puspkarma. Skripsi :IAIN MATARAM

Herniati. Peranan Bimbingan Mental Spiritual Dalam Mengembangkan Prilaku


Beragama Anak Asuh Di PSAA Harapan Mataram. Skripsi :IAIN
MATARAM.

Laporan Tahunan 2013 Pstw Puspakarma Mataram.

Lexy J.Meleong. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Namora Lumongga Lubis. Psikologi Kespro. Jakarta, Kencana Prenada Media


Group.
77

Sandjaja, Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka


Karya.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2000). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Syamsu Yusuf , Juantika Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusak Burhanudin. (1999). Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia.

Http://Hm soeharto.com, Pembangunan Mental Spiritual, Diambil Pada Tanggal 06


Maret 2017 Pukul 5:17

Abdul Wahab, Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Anugrawuri Handayani. Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Jaye. Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Nurhasanah. Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Siti Atia. Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Suwarto. Wawancara. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Wayan. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Yani. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017

Zaenal. Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB. 2017


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara dengan pegawai

Wawancara dengan pegawai

Wawancara dengan klien (Penghuni panti)


Kegiatan senam

Acara pengajian

Anda mungkin juga menyukai