Oleh
Johanlin Putra Pratama Lamury
NIM 190301107
1
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Johanlin Putra Pratama Lamury
NIM 190301107
2
3
PERSETUJUAN PEMBIMBING
4
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, 2023
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Setelah dipriksa dan diadakan perbaiak sesuai masukan
pembimbing dan pedoman penulis skripsi, kami berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama Mahasiswa/i : Johanlin Putra Prtama Lamury
NIM : 190301107
Jurusan/Prodi : Dakwah dan Ilmu Komunikasi Islam
Judul : Strategi Komunikasi Petugas KUA Dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini
Di Kec. Batukuliang Lombok
Tengah
5
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mataram,
Saya yang menyatakan,
Materai 10.000
6
HALAMAN PENGESAHAN
PENGESAHAN
Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
7
HALAMAN MOTTO
MOTTO
1
Ustadz Abu Fairus Ahmad Ridwan,Lc,MA: Menikah yang membawa
Petaka.21 Maret 2018
8
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga saya tercinta
terutama kedua orang tuaku tercinta Sabarudin dan Nuraysa lamury,
Terimakasih atas cinta, kasih dan sayangnya yang tercurahkan untukku
selama ini. Kebaikan kalian tidak bisa kubalas dengan apa-apa, namun
hanya ini yang bisa ku persembahkan.
Kepada dosen pembimbing ku bapak Dr. Najamudin, M.Si.dan
bapak Mohammad Alawi, M. SOS.terimakasih atas bimbingan, masukan,
dan kritikanya selama ini sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan
baik.
Untuk teman-teman kelasku KPI-D tercinta terimakasih telah
menjadi bagian dari hidupku, kalian adalah orang-orang luar biasa.
terimakasih telah menjadi saksi perjuanganku serta telah setia menemani
hari-hariku dalam keadaan suka maupun duka. Terimaksih juga atas
sumbangsih materi dan pikirannya. Kalian adalah orang-orang terbaik
yang pernah aku kenal semoga tuhan membalas kebaikan kalian.
9
KATA PENGANTAR
10
7. Terimakasih kepada semua sahabat, teman dan setiap orang yang
pernah hadir dalam tiap detik perjalanan hidupku, yang tidak
tertulis disini karena keterbatasan tempat, namun akan tetap
tertulis, dalam ruang ingatanku. Terima kasih telah membuat
hidupku berwarna dan semakin mengerti arti hidup yang
sebenarnya dan selalu bersyukur atas kehadiran kalian semua.
Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari skripsi ini
karena skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.Semoga amal
kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipatganda
dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang dan
pengembang khazanah ilmu pengetahuan Aamiin.
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................ii
HALAMAN LOGO...........................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iv
NOTA DINAS PEMBIMBING..........................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................vi
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................vii
HALAMAN MOTTO......................................................................viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................ix
KATA PENGANTAR.........................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................xii
DAFTAR TABEL..............................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................xvi
ABSTRAK.......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A.Latar Belakang Masalah....................................................................1
B.Rumusan Masalah..............................................................................6
C.Tujuan dan Manfaat...........................................................................6
D.Ruang Lingkup dan Setting Penelitian..............................................6
E.Telaah Pustaka...................................................................................7
F.Kerangka Teori................................................................................11
G.Metode Penelitian............................................................................23
1. Pendekatan penelitian..............................................................23
2. Kehadiran Peneliti...................................................................24
12
3. Lokasi Penelitian.....................................................................25
4. Sumber data.............................................................................25
5. Prosedur Pengumpulan Data...................................................25
6. Teknik Analisis Data...............................................................29
7. Pengecekan Keabsahan Data...................................................30
H. Sistematika Pembahasan................................................................30
BAB II STRATEGI KOMUNIKASI PETUGAS KUA
DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN ANAK USIA
DINI DI KECAMATAN BATUKLIANG.......................................32
A. Profil Kantor Urusan Agama Batukliang............................... 32
1. Dasar Hukum...........................................................................34
2. Visi Misi KUA Batukliang .................................................... 35
3. Data Pegawai...........................................................................35
4. Pengawas Madarasah dan Pendidikan Agama Islam .............36
5. Struktur Organisasi KUA Batukliang ....................................37
6. Jumlah penduduk Masing- Masing Dusun .............................37
7. Pengawas Madarasah dan Pendidikan Agama...................... 39
8. Penyuluh Agama Islam ..........................................................39
9. Data Pernikahan Dini..............................................................40
10. Tugas KUA Batukliang...........................................................41
B. Strategi Komunikasi petugas KUA Dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di
Kecamatan Batukliang ........................................................42
1.Sosialisasi secara Langsung ....................................................43
2. Sosialisasi secara langsung......................................................46
3.Adanya Kerja Sama Dengan Orangtua Anak ...........................48
13
C.Analisis Strategi komunikasi petugas KUA Dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di Kecamatan
Batukliang.....................................................................................49
BAB III FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
KUA DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN ANAK
USIA DINI DI KECAMATAN BATUKLIANG............................54
A. Faktor Pendukung dan penghambat KUA dalam Meminimalisir
Pernikahan Anak usia dini di Kecamatan Batukliang..........54
1. Faktor Pendukung .................................................................54
2. Faktor penghambat.................................................................56
B. Analisis Faktor Pendukung dan penghambat KUA dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak usia dini di Kecamatan
Batukliang............................................................................................................... .58
BAB IV PENUTUP...........................................................................61
A. Kesimpulan...........................................................................61
B. Saran......................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA........................................................................63
LAMPIRAN.......................................................................................66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................76
14
DAFTAR TABEL
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 Surat-Surat
16
ABSTRAK
Oleh:
Johanlin Putra Pratama Lamury
NIM 19031107
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi banyaknya kasus pernikahan anak
usia dini disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, faktor pendidikan,
faktor orangtua, dan faktor adat. Dengan rumusan masalah 1) Strategi
komunikasi petugas KUA dalam meminimalisir pernikahan anak usia dini
di Kecamatan Batukliang? 2) Faktor pendukung dan penghambat KUA
dalam meminimalisir pernikahan anak usia dini di Kecamatan
Batukliang?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dekskriptif, dimana
objek yang diambil oleh peneliti adalah KUA dan masyarakat dengan
teknik analisis menghasilkan data deskriptif. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi
komunikasi yang digunakan oleh KUA Kecamatan Batukliang dalam
meminimalisir dampak dari pernikahan dini adalah dengan melakukan
sosialisasi secara langsung, sosialisasi secara tidak langsung atau online
melalui akun media sosial yang dimiliki oleh KUA Kecamatan Batukliang
dan adanya kerja sama dengan orang tua anak. KUA melakukan
sosialisasi secara langsung dengan cara menemui atau mengunjungi
langsung masyarakat ke tempat lokasi. Sedangkan secara online melalui
akun media sosial yang dimiliki oleh KUA Kecamatan Batukliang agar
masyarakat mengetahui informasi tentang dampak melakukan pernikahan
dini. Adapun yang menjadi hambatan yaitu tidak adanya anggaran dana
dan kurangnya partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor pendukung
dalam hal melakukan sosialisasi yaitu adanya gerakan anti merarik kodek
dan adanya kerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
17
Kata kunci: Strategi Komunikasi, KUA, Pernikahan, Anak Usia Dini
18
BAB I
PENDAHULUAN
2
Mubasyaroh, 2016 Analisis Faktor Penyebap Pernikahan Dini Dan Dampakya
Bagi pelakunya. Jurnal Stain Kudus Vol. 7, No.2, hlm.409
1
bahayanya yang ditimbulkan dari pernikahan dini. Masalah tersebut di
perlukan startegi pemerintah KUA Kecamatan Batukliang dalam
Meminimalisir ke masyarakat tentang bahayanya melakukan pernikahan
dini.
Permasalahan-permasalahan yang muncul misalnya seperti
pertengkaran, percekcokan, salah paham, perbedaan pendapat, dan pola
komunikasi yang kurang baik. Ada juga penyebab permaslahan-
permasalahan tersebut, diakibatkan oleh ketidaksiapan baik fisik dan
mental. Sehingga dapat mengakibatkan perceraian. Pentingnya
komunikasi dalam suatu pernikahan, bertujuan agar hubungan tetap
terjalin harmonis tanpa adanya pertengkaran. Dalam banyak kasus,
pasangan pernikahan usia dini memiliki problem komunikasi, problem
tersebut diantaranya ketika pasangan menghadapi suatu masalah dan
salah satu upaya mempertahankan suatu hubungan keluarga adalah
dengan cara bagaimana pasangan menghadapi dan menyelesaikan suatu
problem rumah tangga.
Berdasarkan paradigma Laswell, untuk meminimalisir pernikahan
dini, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang bertujuan
menimbulkan efek yang mendukung tujuan meminimalisir pernikahan
dini. Dalam konteks ini, komunikasi akan berperan penting dalam
mencapai tujuan tersebut dengan beberapa elemen penting : Komunikator
Orang atau entitas yang menyampaikan pesan tentang risiko pernikahan
dini kepada masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga sosial, dan
organisasi non-pemerintah. Komunikan Masyarakat, terutama remaja dan
keluarga mereka, yang menjadi target pesan untuk menyadari risiko
pernikahan dini. Pesan yang disampaikan harus berisi informasi tentang
konsekuensi negatif pernikahan dini, seperti dampak kesehatan,
pendidikan, ekonomi, dan sosial. Media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan ini dapat berupa program televisi, radio, sosial
media, brosur, seminar, atau berbagai platform komunikasi lainnya yang
relevan. Efek yang Diharapkan Komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan efek positif, seperti meningkatkan kesadaran, perubahan
perilaku, dan sikap yang mendukung usaha meminimalisir pernikahan
dini.
2
Komunikasi merupakan cara seseorang untuk mencari dan
mendapatkan sebuah informasi. Strategi komunikasi merupakan
penggunaan kata-kata, gambaran, tindakan, simbol-simbol yang disengaja
dan bertujuan, dikomunikasikan oleh komunikan kepada publik, guna
mempengaruhi perilaku dan pendapat khalayak guna membentuk sikap
mereka dengan tujuan meningkatan ketertarikan dan mencapai objektif
yang ditentukan. Pada hakikatnya, dalam proses komunikasi menjadi
sebuah hambatan merupakan hal yang wajar terjadi dan hal tersebut tidak
bisa dijadikan tolak ukur dari keberhasilan suatu proses komunikasi.Tanpa
adanya komunikasi, sebuah organisasi tidak dapat berjalan dan tidak dapat
mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Sebuah organisasi bergantung
pada bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu di
dalamnya dengan fokus kerja guna mencapai visi misi yang telah
ditentukan. Keberhasilan program dari organisasi dapat dipengaruhi oleh
komunikasi yang dilakukan oleh individuindividu di dalamnya.
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan
usia dini yaitu: faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor orang tua,
keinginan diri sendiri, pergaulan, media massa dan faktor adat.
Pernikahan usia dini, juga akan menjadi suatu hal negatif jika
dipandang dari beberapa aspek. Misalnya dari segi aspek kesehatan,
psikologis anak, pola kehidupan rumah tangganya kelak, maupun dari
aspek psikologis pasangan itu sendiri. Jika dipandang dari segi aspek
kesehatan merupakan suatu hal yang seharusnya tidak dilakukan,
karena dapat berdampak pada kesehatan seseorang. Kesehatan
memiliki peran yang sangat berharga bagi setiap orang. Sebab jika
kondisi badan tidak sehat, ia tidak bisa memenuhi kewajibannya
sebagai isteri maupun suami. Oleh karena itu, ketika akan
melangsungkan pernikahan, maka hal yang harus diperhatikan adalah
masalah kesehatan sekarang dan juga nanti setelah pernikahan.3
Fenomena sosial yang umum terjadi di Indoensia adalah
perkawinan anak. Alasan yang digunakan dalam pernikahan di bawah
umur adalah untuk mematuhi syariat dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi dengan alasan yang seperti ini dapat menjadi suatu masalah
3
LUES Kartini, Pola Komunikasi Pasangan Pernikahan Usia Dini Di Desa
Gegarang Kecamatan Blangjera KAB Gayo Lues, (Skrpsi, Ilmu Sosial Dan Politik, UM
Sumatra Utara), Medan, 2017, hlm. 4
3
dikarenakan masih banyak pertentangan dikalangan masyarakat. Di
Indonesia, Undang-Undang yang berlaku sudah jelas melarang terjadinya
pernikahan anak yang belum cukup umur. Dengan demikian pihak
tertentu tidak mempunyai alasan untuk membolehkan terjadinya
penrikahan di bawah umur.4
Provinsi NTB tercatat masuk tujuh besar di Indonesia dengan
angka kasus pernikahan anak tertinggi. Tahun 2022 lebih dari 750 kasus
pernikahan dini tejadi di provinsi NTB. Data terahir Badan Pusat statistik
(BPS) Privinsi NTB mencatat angka pernikahan dini di NTB mencapai
38,08 persen. Dari beberapa kabupaten di NTB Kabupaten Lombok
Tengah menjadi daerah yang paling banyak terdapat kasus pernikahan
anak sebanyak 48,64 persen. Kemudian Lombok Timur 45, 91 persen dan
Lombok Barat 40,74 persen. Tingginya angka pernikahan dini di NTB,
karena yang menikah di bawah usia 16 tahun mencapai 14,23 persen dan
usia 17-18 tahun mencapai 23,8 persen. Kemudian sisanya bukan anak,
usia 19-20 tahun sebanyak 24,4 persen, dan yang menikah di atas usia 21
tahun 37,4 persen.5
Khususnya di Provinsi NTB terdapat beberapa Kabupaten salah
satunya Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki tingginya angka
perkawinan anak yang belum cukup umur tepatnya di Kecamatan
Batukliang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya permintaan
dispensasi pernikahan di Pengadilan Agama (PA) semakin meningkat
secara drastis.
Fenomena pernikahan usia dini sudah terjadi hal yang biasa di
kecamatan Batukliang. Dapat dilihat dari data KUA Batukliang
mengenai angka pernikahan dini dari tahun 2018-2022 Dimana pada
tahun 2014 terdapat 20 pendaftaran pernikahan dini kemudian pada
tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu 30 pendaftaran pernikahan
dini. Selanjutnya pada tahun 2020 sempat mengalami penurunan jumlah
pernikahan dini menjadi sebanyak 22 pendaftaran. Namun pada tahun
4
Rosdalina Bukido, “Perkawinan Di Bawah Umur: Penyebab dan Solusinya”,
Jurisprudentie, Vol. 5, No. 2, Institut Agama Islam Negeri Manado, Tahun 2018, hlm
191-192.
5
Radar Mandalika,” Kasus Pernikahan Dini di NTB, Loteng Tertinggi”
https://radarmandalika-id.cdn.ampproject.org/v/s/radarmandalika.id/kasus-pernikahan-
dini-di-ntb-loteng-tert puku 08.35,Tahun 2023
4
2021 dan 2022 kembali terjadi peningkatan jumlah pendaftaran
pernikahan dini dengan jumlah 40 pendaftaran di tahun 2021 dan 50
pendaftaran di tahun 2022.6 Peneliti ingin mengkaji terkait kasus
penikahan dini di Kecamatan Batukliang . Berdasarkan uraian latar
belakang di atas maka peneliti mengangkat judul”Strategi Komunikasi
Petugas KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di
Kecamatan Batukliang Lombok Tengah.
Tabel1.1
Data pernikahan dini tahun 2018-2022
Di bawah umur Di bawah umur Pendaftaran
Tahun
(L) (P) pernikahn dini
2018 10 9 20
2019 15 10 30
2020 12 7 22
2021 8 18 40
2022 9 32 50
5
belakang di atas maka peneliti mengangkat judul”Strategi Komunikasi
Petugas KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di
Kecamatan Batukliang Lombok Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi petugas KUA dalam meminimalisir
pernikahan anak usia dini di Kecamatan Batukliang?.
2. Apa faktor pendukung dan penghambat KUA dalam meminimalisir
pernikahan anak usia dini di Kecamatan Batukliang?.
C. Tujuan Dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi petugas KUA dalam
meminimalisir pernikahan anak usia dini di Kecamatan
Batukliang.
b. Untuk faktor pendukung dan penghambat KUA dalam
meminimalisir pernikahan anak usia dini di Kecamatan
Batukliang.
2. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
penelitian khususya di bidang ilmu komunikasi
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada lembaga- lembaga, instansi ataupun masyarakat
unruk mengetahui bahaya pernikahan di usia muda.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Untuk menghindari dari bahasan yang keluar dari fokus penelitian
maka cakupan dan batasan pada penelitian hanya ada hal-hal yang
berkaitan dengan fokus penelitian yang sudah dikemukakan
sebelumya agar penelitian ini bisa efektif dan fokus pada rumusan
masalah saja. Berdasarkan fkus penelitian di atas, maka yang menjadi
ruang lingkup penelitian ini adalah: “Strategi Komunikasi Petugas
KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di
Kecamatan Batukliang Lombok Tengah“.
6
2. Setting Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu di Kantor KUA
Kecamatan Batukuliang Lombok Tengah NTB (Nusa Tenggara
Barat). Untuk menjadikan tempat peneliti menggali informasi dengan
baik dan tempat yang akurat untuk menemukan fakta-fakta tentang
pernikahan anak usia dini.
E. Telaah Pustaka
Telaah Pustaka ini merupakan salah satu cara untuk mencari
perbandingan terhadap studi-studi atau karya terdahulu yang terkait untuk
menghindari duplikasi atau plagiasi, sehingga tidak terjadi kesamaan
dalam melakukan penelitian. Telaah Pustaka ini juga bertujuan untuk
menegaskan kebaruan dan memberikan pembuktian bahwa penelitian
yang di lakukan belum pernah diteliti orang lain dan benar-benar baru.
Berdasarkan penelusuran penulis terhadap penelitian yang terkait peneliti
mengajukan beberapa Telaah berikut:
1. Skripsi Fathurrohman, dengan judul peran Kantor Urusan Agama
KUA dalam menangani pernikahan dibawah umur di kecamatan
Widasari. Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nur Jati Cirebon 2013. 8
Dalam penelitianya disimpulkan bahwa upaya KUA Widasari dalam
menangani pernikahan di bawah umur sangat baik dan pemerintah
juga melibatkan masyarakat dalam menangani pernikahan dini. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat terlibat aktif dalam kegiatan
Pengurus KUA dalam menangani pernikahan dini. Sedangkan
perbedaan yang mendasar terletak pada objek penelitian. Adapun
persamaan dengan penelitian peneliti saat ini adalah sama-sama
meneliti bagaimana KUA menangani pernikahan di bawah umur.
lebih menitikberatkan pada peran KUA dalam menangani perkawinan
dini di bawah umur di wilayah Widasari. Sedangkan jenis penelitian
yang dilakuan oleh peneliti saat ini adalah kualitatif.
2. Skripsi Dwi Utami Muis dengan judul “peran penyuluh agama Islam
dalam mencegah pernikahan usian dini Kelurahan Tolo Kecamatan
Kelera tinjauan Strategi Komunikasi”9.fakultas dakwah dan ilmu
komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2017 .
8
Fathurrohma, “Peran Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Menangani
Pernikahan Dibawah Umur Di Kecamatan Widasari Kab. Indramayu”. Skripsi., Fakultas
Syari’ah IAIN Syekh Nur Jati Cirebon, 2013, hlm. 23
7
Dalam penelitianya disimpulkan bahwa dalam hai ini penyuluh
agama Islam sudah mempunyai kegiatan-kegiatan tentang mencegah
terjadinya pernikahan dini dan juga dalam menjalankan agenda
kegiatan tersebut penyuluh melibatkan beberapa pihak dalam hal
melakukan penyuluhan terhadap masyar akat tentang pernikahan dini.
Perbedaan penelitian tersebut dengan peneliti ini adalah obyek
penelitian, tempat penelitian dan tujuan penelitian tujuan bagaiman
penyuluh agama islam dalam mencegah pernikahan usia dini di
kelurahan Tolo. Sedangkan penelitian saat ini bagaimana komunikasi
KUA dalam Meminimalisir dampak dari pernikahan dini di
masyarakat Desa Bujak. Adapun persamaan dengan penelitian
peneliti saat ini adalah sama-sama meneliti yang berkaitan dengan
pernikahan Anak usia dini.
3. Skripsi Masyrik dengan judul “perkawinan di bawah umur dan
pengaruhnya terhadap kehidupan sosial di Desa Sambung Kecamatan
Narmada Lombok Barat” 10fakultas dakwah dan ilmu komunikasi
IAIN Mataram 2010. Dalam penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
penelitiannya menemukan berbagai macam dampak dari pernikahan
dini. Hal itu juga dari dampak melakukan pernikahan dini berdampak
kepada kehidupan, mental, psikologi, dan sosial. Penelitian ini
membahas mengenai bagaimana pengaruh pernikahan di bawah
umur juga berdampak kepada kehidupan sosial di desa Sambung6.
Perbedaan peneliti ini dengan peneliti saat ini adalah obyek
penelitian, tempat penelitian, dan tujuan penelitian bagaimana
pernikahan di bawah umur juga bisa berdampak kepada kehidupan
sosial di desa Sambung, sedangkan penelitian saat ini ialah bagimana
strategi Petugas KUA dalam Meminimalisir dampak dari dari
pernikahan dini kepada masyarakat yang ada di Desa Bujak. Adapun
persamaan peneliti tersebut dengan peneliti ini yaitu sama- sama
berkaitan dengan pernikahan Usia dini. Peneliti tersebut dan peneliti
ini sama- sama mengunakan kualitatif.
9
Dwi Utami Muis, peran penyuluh Agama Islam Dalam Mencegah Pernikahan
Usia Dini Di Kelurahan Tolo.”
10
Masyrik, “Perkawinan di bawah Umur dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan
Sosial di desa Sambung”,(Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi. IAIN
Mataram . 2010, hlm. 7.
8
Tabel 1.2
9
Makassar Kecamatan peneliti ini bagaiman
2017. Kelera sama- sama penyuluh
tinjauan menggunaka agama islam
Strategi n Kualitatif’. dalm
Komunikasi mencegah
pernikahan
usia dini di
kelurahan
Tolo.
Sedangkan
penelitian
saat ini
bagaiman
komunikasi
KUA dalam
Meminimalis
ir dampak
dari
pernikahan
dini
dimasyarakat
Desa Bujak.
3. Masyrik “perkawinan Adapun obyek
di bawah persamaan penelitian,
fakultas
umur dan peneliti tempat
dakwah dan
pengaruhnya tersebut penelitian,
ilmu
terhadap dengan dan tujuan
komunikasi
peneliti ini penelitian di
IAIN Mataram kehidupan
sosial di Desa yaitu sama- atas
2010
sama bagaimana
Sambung
berkaitan pernikahan di
Kecamatan
dengan bawah umur
Narmada
pernikahan juga bisa
Lombok Usia dini. berdampak
Barat” Peneliti kepada
tersebut dan kehidupan
peneliti ini sosial di desa
10
sama- sama Sambung,
mengunakan sedangkan
kualitatif penelitian
saat ini ialah
bagimana
strategi
Petugas KUA
dalam
Meminimalis
ir dampakdari
dari
pernikahan
dini kepada
masyarakat
yang ada di
Desa Bujak
F. Kerangka Teori
1. Tinjauan Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Secara umum pengertian komunikasi dalam bahasa Inggris
disebut Comunication yang mempunyai makna hubungan, berita,
pengumuman atau pemberitahuan. Dalam bahasa latin komunikasi
disebut comunication atau communisyang berarti sama, sama
maknanya, atau mempunyai kesamaan pandangan. Dalam
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam berkomunikasi
dapat berlangsung dengan baik apabila ada kesamaan makna atau
pandangan antara pihak yang satu dengan yang lainya.11
Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan
informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap,
perbuatan, dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik,
baik sebagai penyampai maupu penerima komunikasi.Menurut
James A.F Stoner, sebagaiman dikutip oleh Widjaja, menyebutkan
bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
11
Afifuddin Tike, dasar-dasar Komukasi (Suatu Studi dan Aplikasi), (Jogjakarta:
Kota Kembang, 2009), hlm. 1
11
Menurut Laswell,komukasi meliputi unsur-unsur (1).
Komunikator. (2). Pesan. (3). Media. (4). Komunikan. (5). Efek.
Dengan demikain komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.12
Banyak alasan kenapa manusia berkomunikasi. Thomas
M.Scheidel(dalam Edi Santoso) mengatakan, orang berkomunikasi
terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang disekitarnya, dan untuk
memengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir, atau berperilaku
sebagaimana yang diinginkan. Namun tujuan utama komunikasi
sejatinya adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan
psikologi.13
b. Unsur-unsur Komunikasi
Berbagai pandangan ahli tentang jumlah unsur atau elemen
yang dapat mendukung terjadinya proses komunikasi. Aristoteles
yang dikutip oleh Hafled Cangara (dalam Arifuddin Tike)
menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi didukung oleh
tiga unsur utama yaitu: siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan,
dan siapa yang mendengar. Pandangan Aristoteles tersebut dapat
dipahami bahwa: Aristoteles sebagai seorang ahli filasafat Yunani
yang pada saat itu pidato adalah yang menjadi primadona dalam
komunikasi publik atau retorika yang sangat populer pada
masyarakat Yunani, maka yang lebih penting untuk dilihat dalam
kominunikasi tersebut adalah ketiga hal tersebut.
Pandangan lain Glaude Shannon dan Warren Weaver
menyebutkan terjadinya komunikasi adalah adanya pengiriman,
transmis, sugnal, penerima, dan tujuan. Kesimpulan ini diambil
karena Shannon adalah seorang ahli listrik atai tekhnik elektro
yang meneliti hubungan antara satu benda dengan benda lainya
dalam arus listrik, sehingga dengan melalui penelitianya itu,
belakang para ahli mencoba menerapkan dalam proses
komunikasi antara manusia.14
12
Widjaja, “ Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat”.(Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hlm. 5-6
13
Edi Santoso, “ Teori Komunikasi”, (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 3.
14
Afifuddin Tike, dasar-dasar Komukasi (Suatu Studi dan Aplikasi),hlm. 14-15
12
David. K Berlo membuat formulasi unsur-unsur komunkasi
adalah source (pengirim). Charles Besgood, General Miller,
Defleur menambahkan unsur efek dan umpan balik, dan Josep
Devito menambahkan satu lagi yaitu faktor lingkungan.
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan banwa unsur-unsur yang terdaapat dalam komunikasi
adalah sumber, pesan, media, penerima, efek,dan umpan balik
c. Fungsi Komunikasi
Komunikasi sebagai proses tukar menukar informasi
mempunyai pungsi yang sangat besar dalam kehiduapan sosial.
Harlod D Laswel menyebutkan beberapa pungsi komunikasi
sebagai berikut:
1) Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance the
environment, penyingkapan ancaman dan kesepakatan yanag
mempengharui nilai masyarakat dan bagian unsur di
dalamnya.
2) Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menaggapi
lingkungan (correlation of the components of sosciety in
making amresponse to the inveronment).
3) Penyebaran warisan sosial (transmission of the sosial
inhertance). Disini berperan para pendidik, baik dalam
kehidupan rumah tangga, maupun sekolah, yang meneruskan
warisan sosial kepada keturunan beikutnya.
Berdasarkan pungsi yang dikemukakan diatas, maka
jelaslah bahwa pungsi komunikasi, memegang peran yang sangat
penting dalam menanamkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan
masyarakat.12 Demikian pula strategi komuikasi yang merupakan
panduan perancanaan komunikasi (comunication menegement)
untuk mencapai tujaun yang dilakukan dan ditetapkan. Stategi
kmunikasi ini harus mampu menunjukan bagaiman oprasionalnya
secara praktis dan harus dilakukan.
d. Pendukung Komunikasi
Di dalam komunikasi, terdapat faktor pendukung, diantaranya:
1) Kesesuaian pesan yang disampaikan sehingga minim
terjadinya distorsi, yaitu pengalihan makna pesan yang
pertama ke penerima selanjutnya.
13
2) Adanya Feedback langsung. Hal ini akan dapat
mempermudah proses komunikasi yang berlangsung karena
mendapatkan respon yang cepat sehingga terjadi dialog yang
matang
3) Evaluasi pesan. Pada tahap ini seorang penerima dan
pengirim pesan akan bersama-sama mengevaluasi dari hasil
percakapan yang dilangsungkan. Oleh karena itu, jika
evaluasi ini terjalin dengan sinkron maka akan menimbulkan
kesamaan pemahaman dalam mengartikan pesan.
4) Media pengantar; yaitu sebagai bagian dari proses
komunikasi yang sedang berlangsung. Dengan media,
komunikasi akan dapat efektif jika terdapat media
pengantar seperti surat kabar, televise, telepon dan lain-
lain15
e. Hambatan Komunikasi
1) Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi
yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai
gangguan mekanin dan gangguan semantik. Gangguan
mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sedangkan
gangguan semantik ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
2) Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang
selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pean. Orang
akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya
dengan kepentingannya.
3) Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan,
kebutuhan, dan kekurangannya.
15
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek, (Bandung,
Rosdakarya, 2003), hlm. 18
14
4) Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu
rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi
oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa
sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.16
2. Strategi Komunikasi
a. Strategi
Menurut Onong Uchjana Effendy, strategi adalah
perencanaan atau planning dan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan yang hanya dapat dicapai melalui taktik operasional.
Strategi komunikasi harus mencakup semua yang diperlukan untuk
mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan kelompok sasaran.
Strategi komunikasi adalah kelompok sasaran, berbagai tindakan
yang diambil, bagaimana kelompok sasaran akan mendapat
manfaat dari sudut pandang mereka, dan bagaimana menjangkau
audiens yang lebih besar secara lebih efektif.17
kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa yunani
strategos atau streteus dengan kata jamak strategi. Strategos
sendiri memiliki generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh
para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan
perang.18 Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh,
komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa dalam suatu strategi
terdapat beberapa hal berikut ini:
a. Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai
tujuan,baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang.
b. Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal
maupun internal, yang menunjukkan adanya kekuatan dan
kelemahan dalam hal pencapaian tujuannya
16
Onon Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 45.
17
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung :
PT. Citra Aditiya Bakti, 2013), hlm 32.
18
J, Salusu, Pengambilan Keputusan strategi untuk organisasi public dan non
profit, (Jakarta: Grasindo, 2006), hal. 84.
15
c. Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah
dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan
d. Rancangan guna menjamin ketepatan tercapaianya tujuan dan
sasaran.19
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning)
dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.
Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan
harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya
Istilah strategi pada awalnya digunakan dikalangan militer
dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Konsep strategi
yang semula diterapkan dalam kemiliteran dan dunia politik,
kemudian banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia
usaha, pengadilan dan pendidikan.20 Semakin meluasnya
penggunaan konsep strategi, seperti dikutip dari Aliasan, bahwa
dalam teori Hardy, Langley dan Rose mengemukakan bahwa
strategi adalah dipahami sebagai rencana atau kehendak yang
mendahului dan mengendalikan kegiatan.21
Sedangkan Ahmad S. Adnan mengatakan strategi adalah
bagian dari suatu rencana, sedangkan rencana merupakan produk
dari prencanaan, yang pada akhirnya prencanaan adalah suatu
fungsi dasar dari fungsi manajemen untuk mencapai tujuan tertentu
dalam praktik operasionalnya.22
Strategi komunikasi bisa dikatakan sebagai suatu pola fikir
dalam merencanakan satu kegiatan mengubah sikap, sifat,
pendapat, dan prilaku khalayak (komunikan, hadirin, atau mad’u),
atas dasar skala yang luas melalui penyampaian gagasan-
gagasan.23
19
Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah, (Bandung : PR Remaja Rosdakarya,
2014) , hal. 101.
20
Ahmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung : PT Refika Aditama : 2005), hal. 9
21
Aliasan, Strategi Dakwah dalam Mengubah Sikap, (Palembang: Noerfikri,
2016), hal. 6.
22
Rosyady Ruslan, Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta:
Grafindo Persada, 2010) Hlm. 32
23
Kustandi Suhandang, Strategi Dakwah, (Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya2014). hal. 84.
16
Dalam teori strategi komunikasi yang dirumuskan oleh
Harold D. Lasweel menyatakan bahwa cara yang terbaik
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan:
“Who Says What in Wich Channel To Whom With What Effect ?”
(Siapa mengatakan apa melalui media apa kepada siapa dengan
efek apa).24
Prasyarat yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi
adalah meningkatkan pemahamaan untuk meningkatkan tujuan.
Artinya, setelah memahami hakikat dan makna suatu tujuan, maka
yang harus dilakukan yaitu menentukan strategi untuk mencapai
tujuan, maka tindakan yang dibuat semata-mata sekedar suatu
taktik yang dapat meningkat cepat namun sebaliknya dapat
merosot dalam suatu masalah lain.25
Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak
ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika
tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses
komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak
mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk
menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan
model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi
yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk
menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek
dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model
komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul
“Dimensi-dimensi Komunikasi Menyatakan Bahwa strategi
komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen (communications
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam
24
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT, Citra Aditaya Bakti 2008), hlm. 301
25
Z. Heflin Frinces, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Yogyakarta: Mida
Pustaka, 2007), hlm 79
17
arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-
waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.26
b. Tujuan Strategi Komunikasi
1) Memberitahu (Announcing) adalah tujuan untuk
memberitahukan informasi inti pesan yang ingin disampaikan
guna menarik sasaran, yang nantinya akan memunculkan
informasi-informasi pendukung lainya ke permukaan.
2) Motivasi (motivating) adalah seseorang melakukan tindakan
dimulai dari motivasi yang ia ciptaka, maka dari itu starategi
bertujuan untuk memotivasi seseorang agar melakukan hal
berkaitan dengan tujuan atau isi pesan yang hendak
disampaikan
3) Mendidik (Educating), adalah strategi yang bertujaun untuk
mendidik melalui pesan yang disampikan sehingga
masyarakat dapt menilai baik buruk atau perlu tidaknya
menerima pesan yang kita sampaikan.
4) Menyebarkan informasi (informing) adalah menyebarkan
informasi kepada masyarakat atau (audiens) yang menjadi
sasaran kita. Diusahakan agar informasi yang disebarkan ini
merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga dapat
digunakan konsumen. Apalagi jika informasi ini tidak saja
sekedar pemberitahuan, atau motivasi semata-mata yang
mengandug unsur pendidikan ini yang kita sebut dengan
strategy of informing.
5) Mendukung pembuatan keputusan (supporting Decision
Making) adalah strstegi yang mendukung pembuatan
informasi dalam rangka pembuatan keputusan, maka
informasi yang dikumpulkan, dikatagorisasi, dianalisis
sedemikain rupa, sehingga dapat dijadikan informasi utama
bagi pembuatan keputusan.27
3. Pernikahan Dini
a. Pengertian Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilaksanakan oleh
semua pasangan yang belum tidak memenuhi ketentuan usia yang
telah dipastikan norma perundang-undangan. Pernikahan usia dini
26
Gatot Subrot, strategi-komunikasi, dalam diakses pada tanggal 20 Mei 2017,
pukul 10:10 WITA
27
Alo Liliweri, “komunikasi Serba Ada Serba Makna”. (Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup, 2011), hlm.248-249.
18
jug a disebut dispensasi nikah, yaitu pernikahan yang terjadi pada
pasangan atau kandidat yang ingin bersuami pada usia di bawah
standar pada usia nikah yang sudah ditetapkan oleh aturan hukum
pernikahan.28
Istilah pernikahandini atau pernikahan muda ini sebenarnya
tidak dikenal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tetapi
yang lebih populer adalah pernikahan di bawah umur pernikahan
pada usia dimana seseorang tersebut belum mencapai dewasa,
adapun dalam istilah Internal pernikahan dini dikenal dengan (child
marriage atau early marriage) adalah pernikahan yang terjadi pada
anak di bawah usia 18 tahun.29
Banyak permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga
pada pasangan yang menikah di usia dini. Permasalahan tersebut
antara lain percecokan atau adu pendapat, tidak kecocokan, suzmi
sering pulang malam, dan sering di tinggal suami bekerja. Usaha
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah
dengan mengalah salah satu agar masalah tidak berlarut-larut dan
segera terselesaikan. Selain itu terdapat pula kebahagiaan pada
pasangan yang memutuskan untuk menikah dini antara lain
terjalinnya hubungan komunukasi yang lebih dekat dan harmonis,
terdapat kenyamanan dalam rumah tangga pada pasangan yang
menikah dini, mempunyai teman untuk diajak bertukar pikiran dan
saling mendukung dalam hal kebaikan. Terdapat pula gangguan
pada kesehatan remaja yang menikah di usia dini antara lain
mengalami pendarahan, keguguran, kehamilan anggur, dan kurang
subur. Hal tersebut terjadi karena organ reproduksi remaja yang
belum siap dan belum berkembang.30
b. Dampak Pernikahan Dini
1) Dampak bagi pasangan suami istri
28
Nurmilah sari, Skripsi Hukum, “Dispensasi Nikah Di Bawah Umur (Studi
Kasus Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2010)” Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
29
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2006), hlm.5
30
Wulanuari,K.A., Napida, A., & Suparman.” Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pernikahan dini pada wanita” Jurnal Ners dan kebidanan indonesia (2017), hlm
32
19
Menurut Sution Usman Adji mengatakan bahwa
perselisihan antara suami istri pada umumnya disebabkan oleh
hal-hal yang utama diantaranya adalah perselisihan yang
menyangkut masalah keuangan yang terlampauiboros atau
suami yang tidak menyerahkan hasil pendapatannya secara
semestinya kepada istrinya sehingga menyebabkan kehidupan
rumah tangganya itu tidak menyenangkan dan kejilangan
keharmonisan.
Kurangnya pengetahuan yang didapat pasangan
suami istri, akan menimbulkan pertengkaran bahkan
perceraian, seperti halnya yang terjadi pada pasangan yang
pernikannya kini bermasalah, hal ini sidebabkan karena masih
bersifat kanak-kanak, sering ngambek dan tidak mengerti
pekerjaan rumah. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk,
dengan danya pernikahan dini, maka pertumbuhan penduduk
akan cepat bertambah, karena setelahmenikah beban akan
suami istri tersebut langsung mempunyai anak, seperti halnya
pasangan yang kini mempunyai tiga orang anak.
2) Dampak Orangtua
Menurut Goode (2004: 1200, Hubungan Perkawinanantara
suami istri merupakan ikatan kesatuan keluarga di dalam
masyarakat, apabila ikatan –ikatan tersebut pecah, keluarga
juga akan pecah. Rumah tangga akan teroganisasi dengan
sempurna sepanjang kebutuhan yang diharapkan diperhatikan
dengan sungguh-sungguh, dan rumah tangga akan benar-benar
tidak teratur apabila keluar dari hak kewajiannya sebagai
suami istri. Dampak terhadap orang tuanya masing-
masing.terjadinya pertengkakaran-pertengkaran dalam dalam
rumah tangga mereka akan akan mengakibatkan kehiddupan
rumah tangganya kurang harmonis. Pernikahan yang
dilakukan anak-anak yang masih dibawah umur, mereka
masih mempunyai sifat kekanak-kanakan dimana mereka
belum bisa mandiridalam mengurusi kehidupan
keluarganya.Kebanyakan mereka yang melangsungkan
pernikahan dini, masih ikut dengan orang tuanya sehingga
mereka tidak bisa mandiri dalam menyelesaikan permasalahan
20
yang mereka hadapi. Jika terjadi perselisihan maka orang tua
masing-masing akan ikut capur dalam menyelesaikannya, hal
ini yang akan mengurangi keharmonisan antar keluarga
msing-masing.
c. Faktor pernikahan Dini
1) Faktor Ekonomi
Menurut Silitonga, Terjadinya pernikahan usia muda
disebabkan salah satunya adalah masalah ekonomi keluarga.
Ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam keluarga.Dalam hal ini fungsi ekonomi dari anggota
keluarga terutama pekerjaan dan penghasilan.Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari maka seseorang atau keluarga
harus mempunyai pekerjaan. Tinggi rendahnya penghasilan
seseorang akan mempengaruhi cara hidup seseorang. Keadaan
perekonomian seseorang yang lemah atau kurang akan
menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Orang tua akan segera
menikahkan anaknya, dengan alasan bahwa kehidupan ekonomi
yang menjadi faktor utama yaitu ketidak mampuan orang tua
dalam menhidupi keluarganya, sehingga untuk mengurangi
beban, maka mereka akan segera menikahkan anaknya. Seperti
halnya dikatakan, Koentjaraningrat bahwa gejala nikah muda
berkaitan erat dengan masalah nilai ekonomi anak disini anak
mempunyai peran yang sangat besar, dimana anak yang telah
menikah akan bisa membantu beban orang tuanya. Selain itu
adanya kekhawatiran orang tua juga mendorong adanya
pernikahan dini, apabila jika melihat anaknya telah mempunyai
pacar dan takut akan berbuat hal yang tidak baik, maka orang
tua akan segera menikahkan anaknya.31
2) Faktor Pendidikan
Menurut Dellyana (1998: 174), menyatakan bahwa kawin
pada usia muda berarti wanita tersebut paling tinggi baru
merupakan pendidikan 9 tahun, pendidikan pada wanita
mempengaruhi beberapa hal diantaranya pendidikan anak-
anaknya. Faktor pendidikan juga mempengaruhi. Kebanyakan
31
Asmin, Status Perkawinan Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No, 1 Tahun
1974. (Jakarta: PT. Dian Rakyat ,1986 ), hlm. 22
21
pendidikan masyarakat desa Kedungcino Jepara adalah lulusan
sekolah Sekolah Menengah Atas (SMP) dan bahkan banyak
yang sama sekali tidak sekolah.
Kurangnya penegtahuan yang di dapatkan akan
menyebabkan pola piker mereka menjadi sempit, tidak mau
berfikir ke masa akan datang yang mereka tahu hanyalah saat
ini. Begitu juga pemikiran dengan orang tuannya, melihat
anaknya telah lulus sekolah, maka mereka segera menyuruh
anaknya bekerja untuk membantu orang tuannya walau hanya
didalam rumah, dan setelah selesai tidak mempunyai kesibukan
lain sehingga mereka memilih menikah
muda.
3) Faktor Orang Tua
Menurut Wignyodipuro (1967:133), perkawinan sering
terjadi karena sejak kecil anak telah dijodohkan oleh kedua
orang tuanya. Bahwa perkawinan anak-anak untuk segera
merealisir ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat
mempelai laki-laki dan kerabat mempelai perempuan yang
memang telah lama mereka inginkan bersama, semuanya
supaya hubungan kekeluargaan mereka tidak putus.32
Orang tua akan merasa bangga jika anaknya dilamar oleh orang
yang lebih kaya, dengan harapan kedudukannya atau status
sosialnya akan meningkat. Selain itu adanya perjanjian atau
kesepakatan untuk menjodohkan anak juga merupakan faktor
pendorong adanya pernikahan dini. Jika sang anak sudah
beranjak dewasa dan sudah menganal istilah pacaran, maka
orang tua akankhawatir apabila anaknya nanti akan suka dengan
orang lain, maka orang tua akan khawatir apabila anaknya nanti
akan suka dengan orang lain, maka orang tua segera
menikahkan dengan anaknya yang sudah dijodohkan, meskipun
usia sang anak masih
dini.
4) Faktor Adat Istiadat
Menurut Subadido, sifat kolot orang jawa yang tidak mau
menyimpang dari ketentuan-ketentuan adat. Kebanyakan orang
32
Ibid, hlm 22
22
desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya
begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja,
karena orang tua takut jika menolak lamaran seseorang dari
pihak pria, maka anaknya akan mendapatkan karma yaitu
menjadi perawan tua atau tidak akan laku lagi. Karena di Desa
Kedungcino Jepara masih ada anggapan kalau menolak lamaran
seseorang maka nanti bisa “kuwalat”jadi perawan tua. Sehingga
walaupun anaknya masih dibawah umur, jika sudah yang
melamar untuk mengajak menikah, maka orang tua akan
menerimanya dengan cara menaikan umur anaknya sehingga
dapat menikah.33.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah sebuah kerangka analisis yang akan
digunakan dalam memahami suatu masalah. 34 Dalam penelitian ini
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menampilkan prosedur
penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Data dan
informasi yang telah diperoleh kemudian diorganisir dan dianalisis
untuk memperoleh deskripsi (gambaran) mengenai objek penelitian.35
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menggunakan jenis
deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku secara umum.
Pendekatan metode penelitian kualitatif jenis deskriptif ini
digunakan tujuannya adalah untuk mendeskripsikan apa yang saat ini
terjadi dan berlaku serta didalamnya terdapat upaya untuk
mendeskripsikan, menganalisis, mencatat, dan memperoleh data
keterangan yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang
33
Ibid.
34
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.5
35
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 22.
23
menjadi tujuan penelitian ini untuk memaparkan tentang “ Strategi
Komunikasi Petugas KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak
Usia Dini DI Kecamatan Batukuliang Lombok Tengah”.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif instrument kuncinya yaitu peneliti.
Kehadiran peneliti adalah peran dan upaya peneliti dalam
memperoleh data terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian merupakan hal yang sangat
penting, karena dengan kehadiran peneliti langsung di lapangan maka
akan memungkinkan data yang didapatkan benar-benar valid. Seperti
yang telah dijelaskan dalam pengertian kualitatif, bahwa “pada
penelitian kualitatif penelitian berperan sebagai instrument kunci”. 36
Lincoln dan Guba dalam bukunya Djaman Satori & Aan
Komariah mengemukakan bahwa manusia sebagai instrument dalam
pngumpulan data dapat memberikan keuntungan, karena ia dapat
bersikap adaptif dan fleksibel serta dapat menggunakan seluruh alat
indranya yang dimiliki dalam memahami sesuatu. 37 Oleh karena itu,
keberhasilan dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh kemampuan
dari peneliti saat berada di lapangan untuk menghimpun data yang
dibutuhkan, mengenai teori serta wawasan terkait bidang yang diteliti,
dapat memaknai data yang ada dan tidak lepas dari konteks yang
sesungguhnya serta kesiapan bekal penelitian untuk memasuki
lapangan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kantor KUA Kecamatan Batukliang
Lombok Tengah. Peneliti memilih lokasi tersebut karena untuk
pengumpulan data yang tepat dan pas untuk mengumpulkan informasi
yang (actual) maka dari itu penulis ingin mempertahankan dan
mengambil lokasi Kantor KUA Kecamatan Batukliang Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat.
4. Sumber Data
36
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 3.
37
Djam’an Satori dan Aan komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 61-
62.
24
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
sumber data primer dan sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah sumber data pokok yang langsung
diperoleh dari obyek yang akan diteliti, yaitu dengan melakukan
wawancara langsung terhadap Petugas KUA dan Masyarakat
terkait strategi komunikasi dalam Meminimalisir pernikahan
anak usia dini di Kecamatan Batukliang Lombok tengah. Data
yang di dapatkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi
yang di lakukan peneliti selama di lokasi penelitian yaitu Kantor
Urusan Agama (KUA) Batukliang ,Kepala KUA dan Petugas
KUA Batukliang .
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk
maksud menyelsaikan masalah yang tengah dihadapi. Data ini
dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang
menjadi data sekunder adalah perolehan data yang didapatkan
penulis melalui studi literasi yang didapatkan dari buku, jurnal,
artikel, serta situs internet yang berkaitan dengan penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah langkah yang sangat strategis dalam
penelitian karena tujuannya adalah agar mendapatkan data, tanpa
teknik pengumpulan data peneliti tidak akan begitu sempurna
mendapatkan data yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan 38.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat demi penelitian ini, dalam
proses tersebut ada beberapa metode yang perlu digunakan, metode
yang dipilih dalam proses pengumpulan data tentunya harus sesuai
dengan karakteristik penelitian yang dilakukan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yakni Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Ketiga teknik
tersebut dapat digunakan guna mendapatkan suatu informasi tentang:
(“Strategi Komunikasi Petugas KUA Dalam Meminimalisir
Pernikahan Anak Usia Dini Di Desa Bujak Kecamatan Batukuliang
38
Pegawas Sekolah Pendidikan Menengah, Pendekatan, Metode Penelitian
Pendidikan, 2018, hlm. 23.
25
Lombok Tengah”). Adapun penjelasan yang lebih rinci dari metode-
metode pengumpulan data tersebut ialah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi merupakan sebuah pengamatan langsung di
lakuan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data yang di
perlukan untuk melengkapi bahan- bahan penelitian. Observasi
ada dua yaitu observasi partisipan dan nonpartisipan .
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur
observasi nonpartisipan, karna peneliti akan melakukan
pengamataan terhadap strsategi komunikasi petugas KUA Dalam
Meminimalisir pernikahan Anak dini, di Desa Bujak Kec.
Batukliang.
Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, prilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal
lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan.39 Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum,
peneliti mengumpulkan data sebanyak mungkin dari berbagai
sumber baik dari situs, website, buku, jurnal dan lain sebagainya.
Tahap selanjutnya peneliti melakukan observasi yang terfokus,
yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan
sehingga peneliti dapat menemukan pola strategi hubungan yang
terus menerus terjadi. Hal ini dilakukan peneliti dengan terjun
langsung ke lapangan untuk meneliti objek penelitian yang akan
dikaji.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah komunikasi yang dilakukan antara dua
orang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tertentu. Wawancara sering juga disebut dengan interview atau
kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (intervioner).40
39
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), hlm. 224
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 198.
26
Sutrisno Hadi Mengemukakan bahwa anggapan yang perlu
dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview
adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subyek (informan) adalah orang yang paling tahu
tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti
adalah benar dan dapat dipercaya
3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa
yang wdimaksudkan oleh peneliti.41
Menurut Muri Yusuf wawancara (interview) merupakan suatu
kegiatan atau proses interaksi yang dilakukan antara
pewawancara (interview) dengan seseorang yang diwawancarai
sebagai sumber informasi (interview). Dengan kata lain
wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan berhadapan
(face to face) antara pewawancara dengan yang diwawancarai
sebagai sumber informasi yang dimana pewawancara sendiri
melontarkan secara langsung pertanyaan-pertanyaan mengenai
suatu objek yang di teliti dan telah di rencanakan sebelumnya. 42
Macam-macam Wawancara:
41
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan R&R, (Bandung: Alfabeta,
2019), hlm. 195.
42
A. Muri Yusuf, Metodologi…, hlm. 398.
27
tidak terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka.43
Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur dan mendalam, yaitu jenis
wawancara yang telah dibuat pertanyaannya secara terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam untuk mengorek pertanyaan
lebih lanjut.44 Hal ini peneliti gunakan agar proses wawancara
tidak terlalu kaku saat wawancara berlangsung akan tetapi
bersifat fleksibel. Penggunaan wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan tujuan untuk menemukan jawaban dari
rumusan masalah. Secara lebih terbuka dan intensif, metode
wawancara terstruktur mendalam digunakan untuk mendapatkan
data tentang Strategi Komunikasi Petugas KUA Dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di Kecamatan
Batukuliang Lombok Tengah.
c. Metode Dokumentasi
Dalam pengumpulan data, peneliti juga menggunakan
teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data jenis ini
merupakan teknik yang tidak langsung ditujukan kepada obyek
yang diteliti, tetapi dalam bentuk dokumen. Dokumen ini
adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu bisa saja
berbentuk tulisan, karya-karya dari seseorang yang
monumental dan juga dalam bentuk gambar. Adapun dokumen
dalam bentuk tulisan seperti sejarah kehidupan, biografi,
catatan harian dan dokumen dalam bentuk seperti foto dan
yang lainnya.45
Melalui metode dokumetasi ini peneliti akan memperoleh
informasi yang lebih relevan dengan permasalahan penelitian
ini, karena melalui observasi dan wawancara saja belum terasa
cukup lengkap, jadi perlu adanya suatu penambahan dan
penguatan bukti data dari sumber lainnya yaitu dokumentasi
43
Ibid, 321
44
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm.4
45
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:), hlm. 82.Alfabeta,
2012.
28
yang berupa catatan program kegiatan, foto-foto kegiatan dan
dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk penunjang dalam
penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
data dengan model Miles dan Huberman yaitu:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian data (display)
Dengan adanya penyajian data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya
bedasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Disarankan juga agar
dalam melakukan display data selain dengan teks yang naratif juga
dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan keja), dan chart.
Peneliti di sini menggunakan penyajian data dalam bentuk teks
naratif, supaya dapat memudahkan dalam memahami apa yang
terjadi.
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan disini merupakan kesimpulan awal yang masih
bersifat sementara dan bisa berubah jika tidak ditemukan bukti-
bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan
demikian kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga
tidak.
29
7. Pengecekan Keabsahan Data
a. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai kegiatan pengecekan data
melalui beragam sumber, tekhnik, dan waktu. Tujuan triangulasi
adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis,
maupun interpretative dari penelitian kualitatif. Dalam penelitian
ini, Triangulasi yang di lakukan yaitu melakukan pengecekan data
dari pegawai KUA yang sering menangani kasus pernikahan dini.
b. Meningkatkan ketekunan
Peneliti dapat meningkatkan ketekunan dalam bentuk
pengecekan kembali, apakah data yang telah ditemukan itu benar
atau tidak. Dengan cara melakukan pengamatan secara terus-
menerus, membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi yang terkait.
c. Perpanjang Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting dan
diperlukan secara optimal karena peneliti sebagai instrument kunci
dalam sebuah penelitian. Kehadiran peneliti tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat namun perpanjangan kehadiran peneliti juga
diperlukan, jika kehadiran peneliti di perpanjang maka hubungan
peneliti dengan data yang di dapat tepat dan sesuai.46
H. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat mempermudah pemahaman, karena penelitian ini
bersifat ilmiah yang dilakukan secara sistematis, maka dari itu
diperlukannya suatu gambaran singkat mengenai isi dari peneltian ini
yang dapat dirumuskan dalam sistematika pembahasan, yang di maksud
dengan sistematika pembahasan ini yaitu rangkaian pembahasan skripsi
ini dengan pola sebagai berikut:
1. BAB I : pendahuluan. Bagian pendahuluan ini meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan
setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian
dan sistematika pembahasan.
2. BAB II : Paparan Data dan Temuan. Pada bab ini diungkapkan
seluruh data dan temuan, hal ini peneliti memaparkan tentang temuan
46
Sugiyono, Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 373.
30
data di Desa Bujak Kecamatan Batukuliang Lombok Tengah yang
meliputi temuan umum dan temuan khusus dilokasi penelitian.
3. BAB III: Pembahasan. Pada bab ini meneliti memaparkan
pembahasan mengenai hasil penelitian berupa Strategi Komunikasi
Petugas KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak Usia Dini Di
Kecamatan Batukuliang Lombok Tengah.
4. BAB IV: Penutup. Bab ini berkaitan tentang kesimpulan dari
pembahasan dan juga saran atas konsep yang telah ditentukan pada
pembahasan, pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
STRATEGI KOMUNIKASI PETUGAS KUA DALAM
MEMINIMALISIR PERNIKAHAN ANAK USIA DINI DI
KECAMATAN BATUKLIANG
A. Profil Kantor Urusan Agama Batukliang ( KUA )
KUA merupakan satuan unit terkecil dari birokrasi Kementerian
Agama RI yang berada di tingkat kecamatan. Sebagai ujung tombak
31
Kementerian Agama RI, KUA mengembang tugas dan fungsi untuk
melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten /
Kota dibidang Urusan Agama Islam dan membantu pembangunan
pemerintah umum di bidang keagamaan pada tingkat kecamatan.
Fungsi yang dijalankan KUA meliputi fungsi Administratif,
Fungsi pelayanan, fungsi pembinaan dan fungsi penerangan serta
penyuluhan. KUA pun berperan sebagai koordinasi pelaksanaan Kegiatan
pengawas Madrasah dan Pendidikan Agama Islam ( Mapendais )serta
kegiatan Penyuluh Agama Islam.
Pada masa kolonial, unit kerja dengan tugas dan fungsi yang
sejenis dengan KUA Kecamatan, telah diatur dan diurus di bawah
Lembaga Kantor Voor Inslanche Zaken (Kantor Urusan Pribumi) yang
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pendirian Unit Kerja ini tak
lain adalah untuk mengkoordinir Tuntutan Pelayanan masalah-masalah
keperdataan yang menyangkut Umat Islam yang merupakan Produk
Pribumi. Kelembagaan ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Jepang
melalui Lembaga sejenis dengan sebutan Shumbu.
KUA Kecamatan dikukuhkan melalui undang-undang No. 22
tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR).
Undang-undang ini diakui sebagai pijakan legal bagi berdirinya KUA
Kecamatan. Pada mulanya, kewenangan KUA sangat luas, meliputi bukan
hanya masalah NR saja, melainkan juga masalah Talak dan Cerai. Dengan
berlakunya UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang diberlakukan
dengan PP. No. 9 tahun 1975, maka kewenangan KUA Kecamatan
dikurangi oleh masalah talak cerai yang diserahkan ke Pengadilan Agama
Kabupaten Lombok Barat.
Perkembangan selanjutnya, maka Kepres No. 45 tahun 1974
disempurnakan dengan Kepres No. 30 tahun 1978, mengatur bahwa
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan sebagaian tugas Kementerian Agama Kabupaten di Bidang
Urusan Agama Islam dibawah koordinasi Bimas Islam Tingakat
Kabupaten/ Kota setempat.
Untuk lebih mendorong kualitas kinerja dan sumberdaya manusia,
Kanwil Kementerian Agama Prop. Nusa Tenggara Barat berupaya
melakukan berbagai terobosan yang efektif yang intinya selain bersifat
koordinatif, juga sekaligus evaluatif dalam pelaksanaan tugas-tugas
32
KUA. Salah satu terobosan tersebut adalah penyelenggaraan penilaian
terhadap KUA dalam bentuk kegiatan penilaian KUA percontohan dan
KUA teladan yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Penilaian terhadap
KUA-KUA yang diajukan dalam kegiatan tersebut, hasilnya dapat
digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat sejauh mana - misi serta etos
kerja yang telah dilaksanakan para pelaksana tugas dan fungsi KUA
tersebut, apalagi kaitannya dengan arah dan kebijakan pembangunan Nusa
Tenggara Barat sebagai masyarakat yang beriman dan bertaqwa, serta
Religius, maka Kementerian Agama memberikan warna dalam rangka
mengaktualisasikan visi tersebut.
Adapun objek yang menjadi prioritas penilaian adalah menyangkut
keseluruhan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan, mulai dari bidang yang
bersifat fisik, maupun administrasi dan sumberdaya manusia. Dalam
rangka memenuhi kriteria KUA Kecamatan Batukliang Kabupaten
Lombok Tengah disusun sebagai KUA yang diberi kehormatan untuk
mengikuti penilaian KUA Teladan di tingkat Provinsi Nusa Tenggara
Di samping itu KUA memiliki beberapa badan semi resmi yang
dibentuk sebagai hasil kerjasama aparat denagan masyarakat. Badan
tersebut antara lain : Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) dan Badan Kesejahteraan Masjid ( BKM )
Kantor Urusan Agama Kec. Batukliang mulai definitif seiring
definitifnya wilayah Kecamatan Batukliang sekitar tahun 1971. Adapun
Nama – nama yang pernah menjabat sebagai Kepala KUA kec. Batukliang
adalah :
1. H.M.THOYYIB ( Tahun 1982– 1984 )
2. H.L.ABD RAHIM ( Tahun 1984– 1986 )
3. H.M.NURSAID,S.Ag ( Tahun 1986– 1988 )
4. H.SAUPI ( Tahun 1988– 1990 )
5. H.HASBULLAH ( Tahun 1990– 1992 )
6. H.L.ZAKARIA ( Tahun 1992 – 1994 )
7. H.MUZAKKIR HAYYI,S.Ag ( Tahun 1994 – 1996 )
8. H.SUPARMAN,S.Ag ( Tahun 1996 – 1998 )
9. H.SANUSI MUHSIN,S.Ag ( Tahun 1998 – 2000 )
10. Drs H.L. MAKMUR ( Tahun2000 – 2003 )
11. H.KHAERUDDIEN,S.Ag ( Tahun 2003 – 2008 )
12. MAHYUDDIN,S.Ag ( Tahun 2008 – 2012 )
33
13. ZAKIUDDIN USMAN,S.Ag.MHI ( Tahun 2012 – 2016 )
14. Drs H.SUPARMAN ( Tahun 2016 – 2019 )
15. AINUDDIN FAHRI,SH ( Tahun 2019 s /d Sekarang )
1. Dasar hukum
Penyusunan KUA Kecamatan Gunungsari Kab. Lombok Barat
yang memuat gambaran umum tentang pelaksanaan tugas dan fungsi
KUA Kecamatan Gunungsari didasarkan ketentuan tugas dan fungsi
KUA Kecamatan itu sendiri dan dukungan dari dinas Intansi
Vertikal yang berwenang dalam pembinaan rutin dalam bentuk
kegiatan penilaian atas KUA teladan yang berpijak pada peraturan
yang berlaku.sebagai berikut:
a. Undang-Undang RI No. 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah,
tolak dan rujuk.
b. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).
d. Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 1252).
e. Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 1495).
f. Keputusan Menteri Agama (KMA) RI No. 168Tahun 2000 tentang
Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan
Departemen Agama.
g. Keputusan Menteri Agama (KMA) RI No. 13Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851).
2. Visi Misi KUA Kecamatan Batukliang
VISI Terwujudnya Keluarga Muslim Kecamatan Gunungsari yang
Bahagia, Sejahera Dan Mampu Memahami, Menghayati dan
Mengamalkan Nilai- Nilai Keimanan Dan Ketakwaan Yang
Bernuansa Akhlakul Karimah Dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa Dan Bernegara.
MISI
34
1. Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan nikah,
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat dalam memperoleh
buku Nikah
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keberadaan BP4
Kecamatan.
3. Meningkatkan pembinaan keagamaan dan Ibadah Sosial lainnya bagi
umat Islam lewat Program Lintas Sektoral.
4. Meningkatkan Pembinaan Kepenghuluan.
5. Pembinaan Keluarga Sakinah.
6. Meningkatkan LPTQ Kecamatan.
7. Kerjasama dengan Pihak Kecamatan untuk mengaktifkan Lembaga
Amil Zakat (LAZ) .
8. Meningkatkan kerjasama selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf,
(PPAIW) dengan Instansi Terkait dalam menertibkan Tanah Wakaf,
baik lewat Sitem Prona maupun swadaya murni Masyarakat.
9. Meningkatkan pelayanan, pembinaan dan bimbingan kepada jamaah
Calon Haji.
3. Data Pegawai
Pegawai KUA Kec. Batukliang adalah Pegawai Negeri Sipil
Kementerian Agama RI yang bertugaskan dilingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah untuk membantu
sebagian tugas pokok dan fungsi Kepala KUA Kec. Batukliang.
Untuk menciptakan kinerja yang terarah, kepada pegawai KUA Kec.
Batukliang diberikan uraian tugas sebagai acuan dalam melaksanakan
pekerjaan sehari- hari Frame Work semua dinas didalamnya. Hal ini
diharapkan dapat memberi daya dukung terhadap potensi SDM yang
bertugas di KUA Kec. Batukliang. Adapun gambaran potensi tersebut
adalah:
a. Berdasarkan latar belakang pendidikan :
1. Sarjana S2: 1 Orang
2. Sarjana SI : 5 Orang
3. SLTA : 2 Orang
Jumlah : 8 Orang
b. Berdasarkan pangkat dan golongan :Pembina / IV a :2
1. Penata TK. I / III.d : 2
2. Penata III.c : 2
3. Penata Muda TK> I / III. B : 1
35
4. Penata TK II . d : 1
Jumlah : 8
Dalam pelayanan Nikah dan Rujuk, Kepala Kua Kec. Batukliang
dibantu oleh 2 ( dua) orang penghulu yaitu :
1. M.Syukron, S. Ag
2. Lalu Usman Ali, S.Ag
4. Pengawas Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
Tabel 2.1
Daftar Pegawai KUA Kecamatan Batukliang
N NAMA PANGKAT PENDIDIKAN
2 H.Samsul Hakim,S.Pd - S1
3 H.M.Rumli,S.Ag - S1
4 Ahmad Ikmal,M.Pd - S1
5 Sadri,S.Pd - S1
6 H.Suhaidi,S.Pd - S1
7 Abdul Rajab,S.pPd - S1
8 DR.Wahab.M.Pd - S2
36
Gambar 2.1
Struktur Organisasi KUA Batukliang
37
Tabel 2.2
Daftar jumlah penduduk dari tiap Desa Kecamatan Batukliang
No Nama Desa Nama Kades Jumlah Pendduk Jumblah
KK
L P Jumlah
38
7. Pengawas Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
Tabel 2.3
Daftar pegawai KUA Batukliang
NO NAMA PANGKAT PENDIDIKAN
2 H.Samsul Hakim,S.Pd - S1
3 H.M.Rumli,S.Ag - S1
4 Ahmad Ikmal,M.Pd - S1
5 Sadri,S.Pd - S1
6 H.Suhaidi,S.Pd - S1
7 Abdul Rajab,S.pPd - S1
8 DR.Wahab.M.Pd - S2
39
Tabel 2.4
Daftar pegawai KUA Batukliang
NO NAMA PENDIDIKAN KET
2019 15 10 30
2020 12 7 22
2021 8 18 40
2022 9 32 50
40
10. Tugas Kua Kecamatan Batukliang
a. Pokok-Pokok
1. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sarana dan
Prasarana Kantor.
2. Meningkatkan Profesionalisme Personil KUA
3. Meningkatkan Tertib Administrasi
4. Meningkatkan Pelayanan di Bidang Kepenghuluan
5. Meningkatkan Pelayanan di Bidang Zakat, Wakaf,
Infaq, Sodaqoh dan Ibadah Sosial.
6. Meningkatkan Pelayanan di Bidang Ibadah Haji
7. Meningkatkan Pelayanan di Bidang Kemasjidan
8. Meningkatkan Pelayanan di Bidang Produk Halal
b. Bidang Sarana dan prasarana kantor
1) Mengusulkan tenaga penghulu dan pelaksana di KUA
Batukliang
2) Mengikuti pemilihan KUA teladan
3) Membina karyawan KUA mengenai undang-Undang
perkawinan
4) Sosialisasi pengoprasian kitab virtual
5) Bahsul Masa’il karyawan
c. Bidang Administrasi
1) Membuat komputerisasi data
2) Melengkapi buku-buku administrasi KUA
3) Menjilid daftar pemeriksaan nikah
4) Membuat papan Struktur organisasi KUA, Grafik peristiwa
nikah, Monografi KUA, data statistik KUA dan wilayah
Kecamatan Batukliang
5) Membuat Visi Misi dan Motto KUA
d. Bidang Kepenghuluan
1) Meneliti daftar pemeriksaan nikah
2) Menulis buku akta nikah
3) Mengisi formulir NB, N dan pembuatan laporannya
4) Menulis buku akta nikah
41
5) Membantu mencari fatwa hukum khususnya mengenai
perkawinan dan rujuk
47
Abu Ahmad, et, All., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,
1997) hlm. 11
42
Kecamatan Batukliang pernikahan dini masih sering terjadi atau banyak
masyarakat yang masih melakukan pernikahan dini walaupun dari
pemerintah khususnya KUA Kecamatan Batukliang sering memberikan
pemahaman tentang bahayanya melakukan pernikahan di bawah umur
(dini).
Dalam hal ini KUA Kecamatan Batukliang mempunyai atau
sudah menjadi kewajiban mereka untuk memberikan pemahaman
tentang pernikahan yang sebenarnya dan memeberikan penjelsan tentang
bahayanya dampak melakukan pernikahan dini sesuai dengan undang-
undang .
Dapat dilihat dari data KUA Batukliang mengenai angka
pernikahan dini dari tahun 2018-2022 Dimana pada tahun 2014 terdapat
20 pendaftaran pernikahan dini kemudian pada tahun 2019 mengalami
peningkatan yaitu 30 pendaftaran pernikahan dini. Selanjutnya pada
tahun 2020 sempat mengalami penurunan jumlah pernikahan dini
menjadi sebanyak 22 pendaftaran. Namun pada tahun 2021 dan 2022
kembali terjadi peningkatan jumlah pendaftaran pernikahan dini dengan
jumlah 40 pendaftaran di tahun 2021 dan 50 pendaftaran di tahun 2022.
Dengan demikian meningkatnya angka pernikahan dini, KUA
menjadikan pernikahan dini menjadi topik penting yang perlu
diperhatikan dan perlu ditanggulangi dengan efektif dan bijaksana.
Media yang digunakan KUA Kecamatan Batukliang dalam
meminimalisir pernikahan anak usia dini dengan mensosialisasikan
dampak dari pernikahan dini di masyarakat, yakni :
1. Melakukan Sosialisasi secara tidak langsung
a. Aplikasi zoom
Zoom merupakan aplikasi komunikasi dengan meggunakan
video. Aplikasi ini dapat digunakan di beberapa perangkat seluler,
mulai dari komputer desktop hingga ponsel dan sistem ruang.
Umumnya, pengguna menggunakan aplikasi ini untuk rapat hingga
konferensi video dan audio dapat juga untuk mengkomunikasikan
informasi kepada penggunanya. Berdasarkan wawancara dengan
sebagai pihak Pegawai KUA Kecamatan Batukuliang dalam
meminimalisir pernikahan usia dini di Tiap- tiap desa yang
berada di kecamatan Batukliang. Diperoleh informasi tentang
strategi komunikasi KUA Batukliang terkait perilaku pernikahan
43
usia dini di Kecamatan Batukliang , Seperti yang di ungkapkan
oleh bapak Ainuddin Fahri, selaku Kepala KUA Batukliang
sebagai berikut ini :
“Dalam hal strategi komunikasi yang kami lakukan dalam
mensosialisasikan dampak pernikahan dini yang ada di
Kecamatan Batukliang ini, yang pertama kita gunakan, yaitu
berupa zoom dan video dalam hal penyampaian materi juga
menampilkan video yang dikutip dari youtube pada
umumnya dan video tersebut berisi tentang dampak- dampak
pada pernikahan dini yang kami bahas pada zoom
tersebut”.48
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Ipah selaku Jabatan penyuluh
ahli pertama KUA Batukliang:
“Dalam proses sosialisasi kepada masyarakat yang ada di
Kecamatan Batukliang strategi komunikasi yang kami
gunakan sebagian melalui aplikasi zoom dengan
menghadirkan gambar, video, yang berkaitan tentang
pernikahan dini. Tujuannya agar masyarakat sadar atau
paham bagaimana bahayanya melakukan pernikahan
dini”.49
Hal ini juga disampaikan oleh bapak Jalal selaku penghulu Madya
KUA Batukuliang:
“Ya memang dalam hal sosialisasi kita dari pihak KUA
menggunakan aplikasi zoom, jadinya sebelum kita ngadain
kegiatan sosialisasi terlebih dahulu kita memberitahukan
kepada semua kepala dusun yang ada di Batukliang untuk
memilih perwakilan setiap desa itu untuk mengikuti kegiatan
sosialisasi pernikahan dini lewat aplikasi zoom”50.
Dari ketiga kutipan wawancara di atas peneliti melihat
bahwa petugas KUA melakukan bentuk sosialisasi yang secara
tidak langsung dengan kondisi tertentu, karena petugas KUA lebih
mengutamakan bentuk sosialisasi secara langsung kepada
48
Ainuddin Fahri,Wawancara,Batukliang 4 Juli 2023
49
Ipah, wawancara,Batukliang 4 Juli 2023
50
Jalal, Wawancara, KUA Batukuliang, 4 Juli 2023
44
masyarakat agar lebih mudah dipahami dan dimengerti. Karena
pihak KUA Batukuliang sadar akan kondisi masyarakat yang
belum memahami betul tentang teknologi saat ini. Sosialisasi yang
dilakukan oleh petugas KUA dengan menggunakan bantuan
aplikasi zoom ini pun di bantu oleh beberapa kadus di setiap desa
yang berada di kecamtan Batukliang untuk menyampaikan hasil
sosialisasi dari pihak petugas KUA Batukliang.
b. Video online Melalui Channel Youtube (KUA Batukliang)
Di era sekarang, pada perkembangan zaman yang semakin
maju sudah banyak orang menggunakan data jaringan internet
yang mempermudah seseorang bisa mendapatkan informasi
dengan mudah. Apalagi dengan adanya vidio online membuat
kenyamanan dalam menerima informasi, maka dari itu pihak
petugas KUA Batukliang menerapkan dan membagikan Vidio
pada platfrom seperti youtube. Petugas KUA Batukliang memiliki
Channel Youtube dengan 1.330 followers di uaplod pada tahun
2021, Isi dari vidio biasanya berupa tentang totorial, ceramah, dan
presentasi pandangan menarik.Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Ipah selaku Jabatan penyuluh ahli pertama KUA Batukliang
sebagai berikut ini:
“Video yang kami lakukan untuk menyebar luaskan
informasi terkait sosialisasi tentang pandanga dan dampak
dari pernikahan usia dini, Kami juga menggunakan
platfrom media online seperti Youtube, kami menampilkan
video berisi tentang dampak - dampak bahayanya
pernikahan anak usia dini, motivasi, dan memberikan
pandangan luas terhadap generasi muda”.51
Hal ini juga disampaikan oleh bapak Jalal selaku penghulu Madya
KUA Batukuliang:
“Dengan menggunakan Platfrom seperti youtube kami bisa
memebrikan pandangan pernikahan usia dini terhadap
masarakat dengan menayangkan bahayanya pernikahan
usia dini yang mendalam kepada penonton dimana kami
memiliki 1.330 ribu followers ”.52
51
Ibu Ipah, wawancara,KUA Batukliang 4 Juli 2023
52
Jalal, Wawancara, KUA Batukuliang, 4 Juli 2023
45
Dari kutipan wawancara di atas Peneliti paham akan
munculnya hasil dari tujuan yang dimaksud oleh pihak KUA untuk
menggunakan sarana media online sebagai alat dalam melakukan
penyebaran informasi. Karena peneliti melihat dengan
perkembangan zaman saat ini pemicu dampak dari pernikahan usia
dini bukan hanya dari lingkungan hidup mereka. Namun, bisa juga
mereka terpengaruh dari dampak teknologi saat ini.
2. Melakukan Sosialisasi secara langsung
KUA Kecamatan Batukliang juga melakukan kegiatan sosialisasi
secara langsung. Sosialisasi secara langsung adalah tahap sosialisasi
yang dilakukan secara tatap muka tanpa menggunakan media atau
perantara komunikasi. Untuk ini KUA Batukuliang dalam
melakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat yang ada
di Kecamatan Batukliang pihak KUA bekerja sama dengan berbagai
pihak dalam penyuluhan KUA. Seperti hasil wawancara dengan Ibu
Ana Staf manajemen kantor KUA Batukliang :
“Kita memberikan sosialisasi dimasyarakat, tentang bagaimana
dampak atau resiko dari pernikahan dini bukan hanya dari
jenjang tinjauan agama, tapi dari tinjauan psikoloi seseorang”.53
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dengan menggunakan
Komunikasi informatif yaitu komunikasi yang dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi baik secara langsung maupun tidak
langsung ke masyarakat. Seperti sosialisasi dan memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait tentang resiko pernikahan atau
perkawinan usia anak, dan pentingnya upaya untuk mencegah
pernikahan dini terjadi, sehingga angka pernikahan dini di Desa
Bujak kecamatan Batukliang Lombok Tengah dapat teratasi. Petugas
KUA juga melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai dampak
pernikahan dini ke masyarakat 1 kali dalam sebulan. Hal yang sama
juga diutarakan oleh Wahyudin Arifin selaku jabatan Umum KUA
sebagai berikut :
“Untuk menyikapi pernikahan dini banyak hal yang dilakukan,
tentunya kita memberikan pemahaman atau pengertian di
masyarakat tentang dampak dari pernikahan dini”.54
53
Ana, wawancara, KUA Batukliang 4 Juli 2023
54
Wahyudi arifin, wawancara, KUA Batukliang 4 Juli 2023
46
Petugas KUA Batukuliang juga memberikan pengertian kepada
masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan oleh pernikahan dini
baik itu terhadap ibunya sendiri maupun terhadap anak yang di
kandungnya sampai melahirkan, maka dari itu pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah mengeluarkan program stunting yang merupakan
salah satu juga dampak dari adanya pernikahan dini, dimana stunting
merupakan kondisi gagal tumbuh anak balita (bayi dibawah 5 tahun)
akibat dari kekurangan gizi sehingga anak terlalu pendek usianya.
Hal yang serupa salah satu hasil pernyataan dari bapak Usman belaiu
mengatakan sebuah pernyataan.
“KUA Kecamatan Batukliang dalam hal penyuluhan atau
sosialisasi kepada masyarakat baik itu tentang pernikahan,
haji, zakat, dll itu sering bekerja sama dengan berbagai pihak
lain seperti Dinas Sosial, BKKBN, Kepala Dusun di Kecamatan
Batukuliang dan pihak-pihak lain baik ormas maupun swasta.
Untuk masalah penyuluhan tentang pernikahan terkadang kita
selanggarakan di tingkat kecamatan. jadi KUA memberikan
pengumuman ke tiap-tiap Desa melalui Kepala Dusun bahwa
KUA akan mennyelanggarakn penyuluhan atau sosialisasi
tentang pernikahan dan jika ada warga yang berminat segera
untuk mendaftar melalui kelurahan atau muda-mudi desa yang
nantinya kelurahan atau muda-mudi tersebut berkordinasi
dengan KUA untuk mendata peserta yang telah mendaftar
karena penyuluhan tersebut gratis jadi KUA mengadakan
minimal satu tahun dua kali itu di dasari atas keterbatasan
biaya yang dimiliki KUA, di tingkat perdesa juga pernah
diadakan penyuluhan akan tetapi belum sepenuhnya
menyeluruh menjangkau tiap desa yang ada di Kecamatan
batukuliang sekali lagi karena keterbatasan biaya, personil dan
juga waktu”55.
Hal ini juga disampaikan oleh ibu Ipah selaku Jabatan penyuluh ahli
pertama KUA Batukliang:
“ Ya memang sangat perlu kita dari pihak KUA bekerja sama
dengan pemerintah daerah setempat untuk kegiatan sosialisasi
ini tersebut supaya para masyarakat bisa mengetahui dengan
baik tentang banyak sekali dampak dari pernikahan dini, selain
55
Usman, Wawancara, Batukuliang, 4 Juli 2023
47
itu juga Tujuan kita bekerja sama itu ialah supaya bisa
membantu kami dalam kegiatan sosialisasi”56.
Pada keterangan hasi wawancara di atas maka peneliti melihat
bahwa sosialisasi yang di adakann secara langsung oleh KUA ini
melibatkan berbagai sumber seperti BKKBN dan dinas- dinas lainya
agar bisa membantu mendampingi jalanya sosialisasi kepada
masyarakat. Sosialisasi secara langsung ini memberikan dampak yang
begitu kuat pada responden karna penyampaianya bisa diterima dan
pahami dengan cepat oleh masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan
oleh petugas KUA Kecamatan Batukliang Lombok Tengah ini
memiliki keterbatasan biaya yang membuat sosialisasi yang dilakukan
hanya 2 kali dalam setahun. KUA Batukuliang terus berusaha
memberikan layanan yang terbaik guna memperbaiki masa generasi
muda yang cerdas. Petugas KUA selalu mendata dan memberikan
layanan kepada Masyarakat agar bisa lebih cepat mendapatkan
penanganan terkait tentang pernikahan anak usia dini.
3. Adanya Kerja Sama dengan Orang Tua Anak
Seperti dalam hasil wawancara dengan Ibu Ana staf Manajemen KUA
kecamatan Batukliang yaitu :
“Kita menyampaikan pemahaman kepada orang tua yang
memiliki anak di bawah umur untuk menyampaikan kepada
anaknya ataupun keluarga, artinya ada pihak ketiga yang
menyampaikan pemahaman mengenai pernikahan dini
tersebut”.57
Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Jalal selaku Penghulu Madya
KUA Batukliang sebagai berikut:
“Kami menyampaikan kepada orang tua harus berupaya selalu
perhatian terhadap anak anaknya, perhatian kecil, seperti
menanyakan kegiatan yang dilakukan sang anak sehari- harinya.
Perlakuan tersebut selain sebagai kontrol terhadap anak, juga
anak merasa diperhatikan, dan orang tua selalu membangun
komunikasi yang baik dengan sang anak, meskipun hanya pergi
56
Ipah, wawancara, KUA Batukliang 4 Juli 2023
57
Ana, Wawancara, KUA Batukuliang, 4 Juli 2023
48
sebentar anak harus selalu di tanya mau pergi ke mana dengan
siapa”.58
Setelah mewawancarai ibu Ana dan bapak Jalal Hal ini juga di
sampaikan oleh ibu Ipah selaku jabatan Penyuluh ahli pertama KUA
Batukliang sebagai berikut:
“Hal yang diampaikan seperti perlunya anak dibekali pendidikan
agama tentang seks sebelum usia remaja agar anak memahami
bagaimana cara bergaul dengan teman dan sahabat dapat
diketahui anak sejak dini, apalagi di era gelobalisasi ini, anak-
anak cendrung memahami konsep pacaran lebih cepat dibanding
zaman dahulu”.
Pada masa remaja orang tua juga sangat berperan penting dalam
menanggulangi pernikahan dini atau pernikahan usia anak, cara ini
juga merupakan salah satu cara pendampingan yang di lakukan
Petugas KUA untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, orang tua
sebagai salah satu yang utama dalam mengetahui tumbuh kembang
anak dan diharapkan kepada orang tua peka apa yang terjadi pada
serta lebih mengajak anak ke hal yang positif. Orang tua juga harus
memberikan pemahaman terutama bagaimana anak bisa dekat dengan
orang tua dan anak lebih patuh sehingga pernikahan dini atau
perkawinan di bawah umur bisa dicegah.
C. Analisis Strategi Komunikasi Petugas KUA dalam Meminimalisir
Pernikahan Anak Usia Dini di Kecamatan Batukliang
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan perpanjangan tangan
dari Kementrian Agama untuk wilayah kecamatan, yaitu merupakan
lembaga yang menangani di bidangkeagamaan, khususnya dalam aspek
perkawinan. KUA Kecamatan Batukliang merupakan instansi pemerintah
berusaha untuk mensosialisasikan tentang dampak dari melakukan
pernikahan dini kepada masyarakat yang ada di Batukliang, supaya
masyarakat dan khususnya para remaja mengatahui tentang arti
pemahaman pernikahan yang sebenarnya dan mengetahui juga bahayanya
melakukan pernikahan dini. Maka perlu dilakukan aktivitas sosialisasi
guna untuk memberikan informasi kepada masyarakat secara unik, dan
58
Jalal, wawancara.KUA Batukliang 4 Juli 2023
49
menarik, bertujuan agar para masyarakat tersebut tertarik untuk mengikuti
acara sosialisasi yang di adakan oleh pihak KUA tersebut.
59
Sedarmayati, Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan ( Bandung: PT
Refika Aditama, 2014 ) hlm. 124
50
Strategi komunikasi yang di gunakan dalam meminimalisir
pernikahan dini dengan Sosialisasi ke masyarakat mengenai dampak dari
pernikahan dini merupakan salah satu cara untuk memberikan gambaran
atau pemahaman mengenai dampak dari melakukan pernikahan dini.
Adapun bentuk startegi komunikasi yang dilakukan KUA Kecamtan
Batukliang Kabupaten LombokTengah yaitu:
1. Sosialisasi Tidak Langsung
Pada program sosialisasi KUA merupakan saluran yang
digunakan dalam melakukan komunikasi seperti pengiriman dan
penerimaan sebuah pesan terhadap KUA dengan masyarakat dengan
cara yang tepat sehingga pesan yang disampaikan dapat di pahami
dengan baik. Sehingga komunikasi yang baik akan terbentuk dengan
sendirinya, KUA Kecamatan Batukliang komunikasi yang terjadi
sangatlah rumit, walau dengan jumlah keanggotan KUA sangatlah
terbatas. Dengan jumlah anggota tersebut sudah sulit bagi setiap
anggota untuk berkomunikasi antara satu sama lain. Meski
perkembangan teknologi komunikasi sudah sangat maju, tetapi
meskipun begitu komunikasi yang terjalin telah sesuai dengan tujuan
organisasinya yaitu untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang
bahayanya dampak melakukan pernikahan dini.
KUA Kecamatan Batukliang menggunakan zoom, video
online sebagai sarana penyampaian informasi. Media ini digunakan
sebagai alat untuk bersosialisasi karena memiliki respon secara
langsung dengan penggunanya.60
KUA Kecamatan Batukliang membuat media informasi
seperti brosur, video online dan zoom sebagai media informasi. Ketiga
media tersebut merupakan media yang digunakan untuk bersosialisasi
yang lebih intim dan dapat terjadi komunikasi interaktif yang
melibatkan antara masyarakat dan pihak KUA dan dengan sendirinya
dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.61
a) Media Online
Media online saat ini sudah menjadi media
penyampaian informasi yang cukup menarik. Banyak orang yang
mengakses informasi di media online seperti aplikasi zoom dan
Aplikasi Youtube Dapat dikatakan media online sudah merupakan
media sosialisasi yang paling banyak digunakan untuk
mensosialisasikan suatu program dalam kepemrintahan karena
60
Zahrotul Umami, Social Strategi Pada Media Online untuk Sosialisasi
Undang-undang Pernikahan ,Jurnal Intraksi, Vol. 4, No, 08 Februari, 2020, hlm. 198
61
bid.,,Hlm. 199
51
sosialisasi melalui media online tidaklah sulit dalam
menjalankannya dengan adanya aplikasi-aplikasi yang memang
dianggap sangat efektif dalam kegiatan komunikasi. KUA
Kecamatan Batukliang menjalankanya dengan memasukan
gambar kegiatan yang dilakukan yang ingin ditampilkan kepada
sasaran.
Pada umumnya media online memiliki sifat
komunikatif, hal ini strategi yang tepat adalah dimana para
pengguna layanan ini dapat memberikan informasi sedetail
mungkin terhadap para pengaksesnya. Selain itu juga fast respon
menjadi salah satu keunggulan yang kerap digunakan dalam hal
sosialisasi dengan media online. 62Alasan KUA Kecamatan
Batukliang memilih media sosial untuk menerapkan strategi
sosialisasi kepada masyarakat yang ada di Gunungsari.Menurut
penelitian penggunaan media sosial sudah tepat karena langsung
mengenai sasaran yang dituju. Akan tetapi data dan informasi
harus lebih ditingkatkan lagi dalam penyebaran karena dilihat
informasi yang diberikan oleh KUA masih sangatlah minim.
b) Media luar ruang dan Flyer via online
Secara umum media luar ruang dapat dipahami
sebagai media yang berbahan dasar kertas atau kain dalam
menyampaikan informasi kepada khalayak. Dalam menggunakan
media luar ruang ada juga media yang digunakan oleh KUA, yaitu
Flyer via online media. Dalam media luar ruang ini KUA
melakukan cara sosialisasi dengan membuat sebuah brosur.
Brosur ini berisi semua informasi tentang pernikahan
dini dan dampaknya yang diberikan kepada masyarakat dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
setempat tentang berbagai dampak yang ditimbulkan oleh
seseorang yang melakukan pernikahan dini.
2. Sosilaisasi Secara Langsung
Sosialissi adalah proses interaksi sosial yang menyebabkan
sorang individu mengenal cara berpikir, berperasaan, dan
bertingkah laku sehingga membuatnya dapat berperan dalam
kehidupan masyarakat. Tanpa adanya komunikasi dalam
kehidupan, karena pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan
teman untuk berinteraksi, antara satu sama lain. Ingin mengetahui
lingkaran sekitarnya, dan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam
dirinya. Dalam sosialisasi organisasi merupakan suatu proses
62
bid.,,Hlm. 199
52
karyawan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk
berpartisipasi dan berfungsi sebagai anggota organisasi.44 Sama
halnya dalam organisasi harus bisa berinteraksi dengan semua
kalangan baik itu dari sesama anggota maupun dengan masyarakat,
agar terciptanya hubungan yang baik antara sesama anggota staf
KUA dengan masyarakat sekitar.
Dalam hal sosialisasi KUA Kecamatan Batukliang harus
berhubungan dengan badan-badan yang berpengaruh kepada
keberhasilan organisasi itu sendiri. Salah satu cara untuk
mengadakan hubungan ini adalah dengan berkomunikasi. Terkait
komunikasi yang dilakukan oleh KUA dengan masyatakat untuk
memberikan pemahaman-pemahaman tentang bahayanya
dampak dari melakukan pernikahan dini dan juga memberikan
tentang adanya Undang-undang pernikahan.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang di lakukan terhadap
pihak KUA, dalam melakukan pemahaman tentang bahayanya
melakukan pernikahan dini yaitu dengan cara sosialisasi secara
lansung kepada masyarakat setempat.
Kegiatan ini diadakan sesuai dengan tujuan strategi
komunikasi yaitu Memberitahu, strategi bertujuan untuk
membritahukan informasi inti dari pesan yang ingin disampaikan
guna menarik sasaran, berdasarkan tujuan tersebut KUA
memberitahukan masyarakat informasi terkait tentang bahayanya
dampak melakukan pernikahan dini dan memberitahukan adanya
Undang-undang tentang pernikahan kepada masyarakat yang ada
di Kecamatan Batukliang.
Dapat dikatakan bahwa komunikasi yang terjadi pada
pertemuan lokasi pelatiahan merupakan aktivitas psikologi yang
melibatkan komunikator, komunikan, isi pesan, lambing, sifat
hubungan, presepsi, proses decoding, dan encoding.63Karena
terdapat informasi itu menjadi penting. Megingat betapa
pentingnya komunikasi antara KUA dan masyarakat, alangkah
baiknya apabila dalam suatu instansi pemerintah mampu
mewujudkan kegiatan komunikasi dengan masyarakat sekitar agar
pihak KUA mengetahui apa saja penyabab masyarakat
melakukan pernikahan dini sampai sekarang.
63
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, ( Jakarta, Prenada
Media Grup, 2009) hlm. 83
53
BAB III
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KUA DALAM
MEMINIMALISIR PERNIKAHAN ANAK USIA DINI DI
KECAMATAN BATUKLIANG
54
di Batukliang bahwa dari pihak KUA akan mengadakan acara
penyuluhan atau sosialisai tentang pernikahan dini.65
Berdasarkan pernyataan di atas faktor pendukung yang di
dapatkan oleh KUA Batukliang yaitu adanya kerja sama antara
pihak KUA denga pihak lain. Kerja sama ini dilakukan dalam
berbagai hal, bisa kerja sama dalam sosialisasi atau penyuluhan dan
sebagai pendukung dari semua kegiatan yang dilakukan oleh KUA
Batukliang.
b. Adanya Kelompok Ganmak ( gerakan anti merarik kodek)
Peraturan Bupati Lombok Tengah Nomor 30 Tahun 2018
tentang pencegahan perkawinan usia anak nampaknya belum
menjadi sebuah hambatan bagi perkawinan di usia dini, untuk
menekan agar perbub itu lebih bisa efektif, Pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP2KB3A) sesungguhnya sudah mengkampanyekan Gerakan Anti
Merarik Kodek (Gamak).
Seperti yang dikatakan Bapak Lukman sebagai ketua Danmak
bahwa:
“Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah pernah
mengeluarkan peraturan tentang larangan pernikahan dini
dengan alasan untuk mencegah para generasi muda untuk
melakukan pernikahan dini”.66
Dari pernyataan Bapak Lukman diperkuat oleh Bapak Jalal selaku
Penyuluh Madya KUA Batuklang.
“Pada tahun 2018 memang Bupati Lombok Tengah
mengeluarkan Perbub tentang bagaimana supaya pernikahan
di bawah umur ini bisa berkurang atau bisa terselesaikan kasus
tersebut dengan adanya Perbub tentang Ganmak ini, kita dari
pihak KUA ikut terlibat dalam mensosisalisasikan Perbub
tersebut. Dari pihak KUA juga sudah melakukan sosialisasi ke
semua seluruh Kantor Desa”.67
65
Jalal, Wawancara, Batukliang, 4 Juli 2023
66
Lukman, wawancara , Desa Bujak 4 Juli 2023
67
Jalal, Wawancara, Batukliang, 4 Juli 2023
55
Seperti yang dikatakan bapak Lukman selaku ketua ganmak bahwa:
“Dengan adanya Gerakan anti merarik kodek atau ganmak ini
dapat meringankan peran atau tugas KUA dalam
mensosialisasikan tentang ganmak untuk mencegah
terjadinya pernikahan dini dan kami dalam setiap satu bulan
mengadakan pertemuan sebannyak dua kali dalam setiap
pertemuan kami selalu mengumpulkan para remaja”68
Dari pendapat informan diatas di peroleh informasi bahwa faktor
yang mendukung dalam strategi komunikasi KUA dalam
mensosialisasikan tentang pernikahan dini adalah adanya dukungan
dan bantuan dari pemerintah daerah dan pihak-pihak lainya, dan
juga adanya juga kelompok-kelompok Gerakan Anti Merarik
Kodek sehingga kegiatan sosialisasi bisa berjalan semaksimal
mungkin.
2. Faktor Penghambat Strategi Komunikasi KUA Batukliang dalam
Meminimalisir Dampak dari Perrnikahan Dini
Dalam melakukan kegiatan strategi Komunikasi meminimalisir
dampak dari pernikahan dini KUA Batukliang juga mengalami
beberapa kendala
a. Terbatasnya Anggaran ( Dana)
Menurut ibu Ana selaku Jabatan Manajemen di KUA Batukliang
mengemukakan:
“Kami belum dapat memaksimalkan kegiatan sosialisasi
dengan baik di karenakan terbatasnya dana yang kami
miliki, karena anggaran dari pemerintah tentang sosialisasi
pernikahan tidak ada, jadinya kami dari pihak KUA yang
mendanai sendiri”.69
Hal ini di dukung oleh ungkapan Ibu Ipah selaku penyuluh KUA
Gunungsari bahwa:
“Dalam kegiatan sosialisasi ini memang benar kita tidak
mempunyai dana dari pemerintah, oleh karena itu dalam
melaksanakan kegiatan ini kita dari pihak KUA mendanai
sendiri program kegiatan sosialisasi ini dan juga dalam
68
Lukman, wawancara , Desa Bujak 4 Juli 2023
69
Ana, Wawancara, Batukliang, 4 Juli 2023
56
menjalankan program sosialisasi ini kita dari pihak KUA
menyesuaikan dana yang kita miliki saat sekarang ini”.70
Dari pendapat informan di atas diperoleh informasi di
KUA Kecamatan Batukliang menemukan kendala berupa
minimnya anggaran dana yang dimiliki oleh pihak KUA. Hal ini
mengakibatkan setiap acara atau kegiatan yang dilakukan KUA
tidak berlangsung dengan sesuai harapan.Akibatnya kegiatan yang
dilakukan oleh pihak KUA Batukliang kurang menarik perhatian
masyarakat.
b. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti penyuluhan atau
sosialisasi
Pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Jalal selaku
penyuluh, mengemukakan bahwa:
“setiap kita melakukan sosialisasi tentang pernikahan,
masyarakat setempat memang partisipasinya sangat kurang
padahal pihak dari KUA melakukan sosialisasi tersebut
semata-mata memberikan pemahaman tentang pernikahan
yang baik dan memberikan pemahan tentang bahayanya
melakukan pernikahan dini”.71
Hal ini didukung oleh ungkapan dari Bapak Abdul Azizur
selaku Penghulu Kecamatan Batukliang, mengatakan bahwa:
“Sebagian besar masyarakat kurang ikut dalam kegiatan
sosialisasi ini karena alasanya para masyarakat ialah
bekerja, jadi padahal kita dari pihak KUA sangat
membutuhkan kehadairan masyarakat dalam hal kegiatan
program sosialisasi tersebut”
Melalui pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa masih banyak
faktor penghambat kegiatan sosialisasi pernikahan dini di Kecamatan
Batukliang . Hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi masyarakat
dalam keikut sertaan dalam KUA melakukan sosialisasi tentang
pernikahan dini, jadi kegiatan program sosialisasi KUA yang dilakukan
ke masyarakat kurang efektif karena minimnya kehadiran masyarakat
A. Analisis Faktor Pendukung dan penghambat KUA dalam
Meminimalisir Pernikahan Anak usia dini di Kecamatan Batukliang
70
Ipah, Wawancara, Batukliang, 4 Juli 2023
71
Jalal, Wawancara, Batukliang, 4 Juli 2023
57
KUA Kecamata Batukliang mempunyai beberapa faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan sosilaisasi kepada
masyarakat.
1. Faktor Pendukung
a. Kerja sama dengan berbagai pihak
Faktor yang mendukung kegiatan sosialisasi dampak
melakukan pernikahan dini KUA Kecamatan Batukliang adalah
dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah
setempat yaitu kantor Desa, BKKBN, Puskesmas. Yang diharapkan
bisa membantu mempermudah kegiatan KUA dalam sosialisasi
kepada masyrakat tentang dampak melakukan pernikahan dini dan
juga bisa memberikan pemahaman-pemahaman tentang pernikahan
yang benar.72
Adanya dukungan atau kerjasama KUA Kecamatan
Batukliang dengan beebagai pihak ini bisa memberikan
penambahan pemahaman kepada masyarakat atau para remaja yang
ada di Kecamatan Batukliang tentang dampak bahayanya
melakukan pernikahan dini, tujuan KUA Kecamatan Batukliang ini
melakukan bekerjasama dengan pemerintahan daerah setempat ialah
ialah hanya untuk menyadarkan masyarakat atau juga bisa
mengurangi kasus pernikahan dini, yang sejak zaman dulu sampai
sekarang ini belum bisa terselesaikan.73
b. Ganmak ( gerakan anti merarik kodek)
Kasus pernikahan dini yang ada di Lombok Tengah sampai
sekarang belum bisa diselaisaikan bahkan dengan adanya Undang-
undang tentang pernikahan pun belum bisa masyarakat untuk tidak
melakukan pernikahan dini terlebihnya kepada masyarakat yang ada
di Kecamatan Batukliang sampai sekarang masih juga melakukan
pernikahan dini padahal melakukan Pada tahun 2018 Pemerintah
Lombok Barat mengeluarkan perbub atau peraturan Bupati yaitu
Ganmak atau gerakan anti merarik kodek. Dengan adanya ganmak
ini menjadi salah satu faktor yang mendukung dan membantu KUA
Kecamatan Batukliang dalam melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pernikahan dini dan dampak melakukan
72
Angnes Febrikabang, Komunikasi Interpersonal Antar Penyandangrturungu,
Jurnal Persepktif Komunikasi, Vol.3.No.2, Desember 2019, hlm. 13
73
Ahmad Humaidi, Strategi komunikasi Yayasan Pasir Putih Dalam
Pemberdayaan sosial Pada Masyarakat Di Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara, (Skripsi, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi Islan Negeri (UIN) Mataram 2018), hlm. 55
58
pernikahan dini.Ganmak ini juga sudah terbentuk di seriap desa dan
ganmak ini juga memiliki keanggotan yang berjumlah 9 orang
tugas dari ganmak tersebut ialah memberikan pemahaman-
pemahaman atau sosialisasi kepada masyarakat atau terlebih kepada
remaja untuk tidak melakukan pernikahan dini karena melakukan
pernikahan dini begitu banyak dampak yang dapat oleh seorang
melakukan pernikahan dini tersebut.74
2. Faktor Penghambat
a. Terbatasnya Anggaran (Dana)
Di dalam tugas KUA memang tidak di jelaskan atau tidak
tercantum sama sekali tentang untuk melakukan sosiaslisasi
pernikahan dini, dari itu pemerintah daerah juga tidak
memberikan atau tidak adanya dana untuk melakukan sosialisasi
tentang pernikahan dini, Oleh karena itu pihak KUA Kecamtan
Batukliang mempunyai inisiatip sendiri untuk membuat suatu
program yaitu program tentang melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang bahayanya melakukan dampak dari
pernikahan dini tersebut. Dengan tidak adanya dana sosialisasi
tentang pernikahan dini dari pemerintah dearah tersebut KUA
Kecamatan Batukliang menggunakan dananya sendiri dalam
melakukan program sosialisasi tentang pernikahan dini.75
Dalam pernyataan diatas sama halnya dengan teori yang
peneliti dapatkan dalam meneliti dengan hambatan-hambatan
yang terdapat dalam menjalankan kegiatan sosialisasi seperti
dalam strategi intuk mencapai tujuan dalam merencanakan suatu
sasaran yang di ambil. KUA Kecamatan Batukliang mengalami
beberapa hambatan, yaitu terbatasnya dana dari pihak KUA
tersebut sehingga belum dapat memaksimalkan kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat secara maksimal. Oleh karena itu,
sebuah organisasi harus membuat sebuah perencanaan sebaik
mungkin terkait dengan pelaksanaan fungsi sesuai dengan
lingkup bidang kerjanya misalnya, dalam hal penglolaan kondisi
keuangan maka program kegiatan yang dibuat oleh KUA harus
jelas dan sistematis serta pelaksanaan kegiatan didasarkan pada
prioritas termasuk juga dalam program kegiatan sosialiasasi
74
Samsul Rani, Strategi Komunikasi Pemerintah Dalam Mencegah Pernikahan
Dini Di Kecamatan Maritengae Kabupaten Sidenreng Rampang, Jurnal Ilmu sosial dan
ilmu politik, Vol. 15, No. 29, Juni 2016, hlm. 48-49.
75
Onong Ucha Jana Efendi, Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek,
( Bandung,Rosdakarya,2003),hlm.18
59
kepada masyarakat tentang bahayanya dampak melakukan
pernikahan dini.
b. Kurangnya partisipasi masyarakat
Ini adalah faktor yang sangat berpengaruh banyak dalam
kegiatan sosialisasi. Kurangnya kehadiran atau partisipasi
masyarakat dalam mengikuti kegiatan sosialisasi ini merupakan
sebuah persoalan bagi pihak KUA Kecamatan Batukliang karena
masyarakat masih beranggapan bahwa melakukan pernikahan
dini itu hal yang sudah biasa dan masyarakat juga masih belum
tau padahal melakukan pernikahan dini itu sangatlah tidak baik
karena begitu banyak dampak yang ada dalam melakukan
pernikahan dini tersebut. Oleh karena itu pihak dari KUA sangat
perlu melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyrakat yang ada
di KecamatanBatukliang guna untuk memebrikan pemahaman-
pemahan yang baik tentang pernikahan yang benar dan
memberikan pemahmantentang bahayanya dampak dari
melakukan pernikahan dini tersebut. Tapi setiap KUA
melakukan kegiatan sosialisasi trsebut masyarakat setempat
kurang tertarik untuk ikut serta di karenakan bahwa masyarakat
sampai saat sekarang ini masih beranggapan melakukan
pernikahan dini tiu sudah hal yang biasa.76
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai Strategi
Komunikasi Petugas KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan Anak Usia
76
Ihwan, Strategi Komunikasi Kantor Urusan Agama Gunungsari Kabupaten
Lombok Barat Dalam Mensosialisasikan Dampak Pernikahan Dini, (Skripsi, Program
Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Islam
Negeri (UIN) Mataram 2017), hlm. 53
60
Dini Di Kecamatan Batukliang Lombok Tengah, dari penelitian ini dapat
di simpulkan dalam dua kesimpulan yaitu:
1. Dari strategi komunikasi dalam meminimalisir pernikahan dini
dilakukan yaitu: Sosialisasi secara langsung, sosialisasi secara
tidak langsunng dan Adanya Kerja Sama dengan Orang Tua
Anak.Sosialisasi secara langsung dilakukan KUA Kecamatan
Batukliang dengan langsung terjun menemui masyarakat untuk
memberikan pemahaman-pemahanan tentang bahaya pernikahan
dini,.Sosialisasi secara tidak langsung di lakukan dengan
memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang bahayanya melakukan
penikahan dini dan memberikan pemahaman kepada orang tua
anak agar memberikan nasihat kepada anak- anak merka
bahayanya pernikahan dini.
2. Faktor yang mendukung kegiatan sosialisasi KUA Kecamatan
Batukliang tentang dampak melakukan pernikahan dini adalah
adanya kerjasama yang baik antara KUA Kecamatan Batukliang
dan pemerintah setempat, yang dibuatkan dengan adanya perbub
tentang gerakan anti merarik kodek. Adapun faktor
penghambatnya adalah terbatasnya dana yang dimiliki oleh KUA
sehingga belum dapat memaksimalkan sosialisasi dampak
pernikahan dini secara maksimal.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai Strategi
Komunikasi Petugas KUA dalam Meminimalisir Pernikahan Anak usia
dini di Desa Bujak Kecamatan batukuliang
1. Untuk Kantor Urusan Agama (KUA)
61
a. Sebaiknya kantor urusan agama (KUA) Meningkatkan kinerja
dalam meminimalisir pernikahan dini di kecamatan Batukliang.
b. Bagi petugas kantor urusan agama (KUA) agar dapat
mempertahankan strategi yang telah di jalankan, dan selalu
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pernikahan
dibawah umur mengenai dampak dan akibat yang ditimbulkan
dengan melakukan pernikahan dini.
c. Diharapkan kepada petugas kantor urusan agama (KUA) lebih
sering melakukan solsialisasi dengan cara membuat brosur dan di
bagikan ke tiap- tiap sekolah.
2. Untuk Masyarakat
a. Untuk orang tua agar dapat mengontrol pergaulan anak-anak
yang baru beranjak dewasa. Sehingga terhindar dari pergaulan
bebas, dan meninggalkan kebiasaan di lingkungan masyarakat
yaitu dengan menikahkan anaknya di usia yang masih sangat
muda.
b. Diharapkan masyarakat lebih berperan aktif untuk mengikuti
kegiatan solsialisasi yang dilakukan pihak KUA dalam mencegah
pernikahan dini.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti sebaiknya
memilih tentang kesiapan masyarakat meminimalisir pernikahan
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Abu Ahmad, et, All., Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
62
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, Malang:
Bayumedia, Publishing, 2005.
Dwi Utami Muis, peran penyuluh Agama Islam Dalam Mencegah Pernikahan Usia Dini
Di Kelurahan Tolo
LUES Kartini, Pola Komunikasi Pasangan Pernikahan Usia Dini Di Desa Gegarang
Kecamatan Blangjera KAB Gayo Lues, (Skrpsi, Ilmu Sosial Dan Politik, UM
Sumatra Utara), Medan, 2017,
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta, Prenada Media Grup,
2009.
Mubasyaroh, 2016 Analisis Faktor Penyebap Pernikahan Dini Dan Dampakya Bagi
pelakunya. Jurnal Stain Kudus Vol. 7, No.2.
63
Ruslan.2008.Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.Jakarta.PT.Raja
Grafindo Persada.
Sisca Febriyanti. Dimanika komunikasi keluarga Singel Mother, Tesis Program Magister
Ilmu Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, 2012
Thompson, Arthur A., dkk. (2020). “Penyusunan & Eksekusi Strategi: Pencarian.
Keunggulan Kompetitif: Konsep dan Kasus,” Edisi ke-22. Pendidikan McGraw-
Hill.
Zahrotul Umami, Social Strategi Pada Media Online untuk Sosialisasi Undang-
undang Pernikahan ,Jurnal Intraksi, Vol. 4, No, 08 Februari, 2020.
Website
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1001/kenali-dampak-pernikahan-dini, diakses
pada Imam Syaukani, Optimalisasi Peran KUA MelaluI Jabatan Fungsional
Penghulu…, hlm. 1.tanggal 2 april 2023, pukul 03:35.
64
Wawancara
65
Gambar 1 Kantor Urusan Agama Kecamatan BATUKLIANG
66
Gambar 4 Wawancara Bapak Jalal selaku jabatan Penghulu KUA Batukliang
67
Gambar 7 Bapak Lukman selaku Ketua GANMAK
Dokumentasi
68
Kegiatan sosialisasi secara langsung KUA Batukliang
para remaja Batukliang
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80