oleh
Muhtarom Fadli
NIM. 151.14.1.262
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Muhtarom Fadli
NIM. 151.14.1.262
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Kupersembahkan skripsi ini untuk semua orang
yang mengenalku dan aku mengenalnya, untuk
yang tidak kenal, salam kenal, khususnya:
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan nikmat yang berupa kesempatan dan kesehatan sehingga
bisa memanfaatkan fikiran dan fasilitas yang telah tersedia dalam menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam
Aamiin.
terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, pada
2. Dr. Saparudin, M.Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam yang
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan FTK UIN Mataram beserta seluruh staf
dan jajaran akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang
yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan
Nurul Wahyuni, S.Pd, selaku guru Pensisikan Agama Islam kelas VII,
Penyusunan skripsi ini tentunya sangat jauh dari kesempurnaan dan tidak
luput dari kesalahan, semua ini karena keterbatasan peneliti, oleh karena itu
Akhir kata semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Mataram, 06/Juli/2018
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................vi
HALAMAN MOTO............................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................viii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
ABSTRAK............................................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
E. Telaah Pustaka...........................................................................................8
F. Kerangka Teoretik.....................................................................................10
b. Tugas Guru..............................................................................13
2. Pembinaan Akhlak...............................................................................16
G. Metode Penelitian......................................................................................22
1. Pendekatan Penelitian..........................................................................22
2. Kehadiran Peneliti...............................................................................22
5. Analisis Data.......................................................................................26
6. Validitas Data......................................................................................28
2. Identitas Sekolah............................................................................31
4. Letak Geografis..............................................................................33
2017/2018...........................................................................................39
2. Peran guru......................................................................................45
Pelajaran 2017/2018............................................................................47
Pelajaran 2017/2018...........................................................................52
A. Kesimpulan............................................................................................63
B. Saran-Saran...........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
PENDAHULUA
Sehingga, dalam menilai berhasil atau tidaknya suatu sistem pendidikan tidak
bisa hanya melihat pada satu faktor saja dan mengabaikan faktor yang lainnya.
Salah satu faktor tersebut adalah siswa atau peserta didik. Siswa dalam sistem
pendidikan memiliki peran atau posisi yang sangat penting dalam mewujudkan
pendidikan yang berkualitas. Siswa bisa dijadikan sebagai barometer atau tolak
besar untuk memiliki kualitas SDM yang berkualitas. Semakin tinggi kualitas
maka pendidikan dengan segala cara membentuk suatu sistem, strategi, serta
sesuatu yang menyangkut tentang pendidikan tiada lain hanya untuk mencapai
2
Abdul Kadir, Dasar-dasarPendidikan, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group,2012),
hlm. 75.
3
Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
1
Pembelajaran, (Jakarta: Perstasi Pustakaraya, 2013), hlm. 20.
2
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembelajaran, serta
demi tercapainya pendidikan yang bermutu dan berkualitas bagi calon guru dan
berlangsung.4
peserta didik.6
4
Ibid, hlm. 2.
5
M. Taufik,Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islami, (Mataram: LEPPIM, 2012), hlm.
40.
6
Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), hlm. 19.
adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan
yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta
Guru yang ideal adalah guru yang sanggup mengajar dengan pendekatan-
kedisiplinan.7
seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya.8
potensi jasad, akal, dan mental yang siap menerima cetakan bentuk sesuai
dengan yang dikehendaki. Oleh karena itu, guru sebagai bagian dari orang tua
manusia-manusia berkarakter yang tidak hanya saleh individu tetapi juga saleh
sosial.9
Oleh karena itu, kreativitas sangat diperlukan dan menjadi hal yang
utama termasuk bagi seorang guru sehingga kreativitas ini sangat ditekankan
7
Yus R. Hernandez, Seni Mengajar ala Pelatih Top Sepak Bola Dunia, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2013),
8
hlm. 5.
Ibid, hlm. 20.
9
Ibid, hlm. 27.
dalam Pendidikan Islam, karena Pendidikan Islam bertujuan untuk
dapat merefleksikan nilai-nilai yang islami pada sikap hidup dan pola pikir
Pelajaran 2017/2018 bahwa peneliti melihat akhlak siswa kelas VII di SD-SMP
begitu hormat dan berakhlak baik kepada gurunya, maupun kepada teman-
temannya. Namun ada juga beberapa siswa yang masih suka bolos sekolah
seperti yang diungkapkan oleh Nurul Wahyuni selaku guru PAI, dan ngomong
kotor kepada temanya serta sering keluar kelas di jam pelajaran disaat tidak ada
dengan memberikan contoh secara nyata kepada anak muridnya, supaya siswa
SD-SMP Satap 2 Lingsar bisa berakhlak yang baik seperti yang dicontohkan
oleh gurunya. Selain itu, cara yang dilakukan oleh sang guru untuk
10
M. Taufik, KreativitasJalanBaruPendidikan Islami, (Mataram: LEPPIM, 2012), hlm.
41.
11
Observasi Awal, di SD-SMP Negeri SATAP 2 Lingsar Pada Tanggal 14 Januari 2018
Pukul 10:00.
4
kepada siswanya di dalam kelas, supaya dengan memberikan Tausiah para
akhlak siswa kelas VII yaitu dengan memantau segala aktivitas yang telah
dilakukan oleh anak didik baik saat di sekolah ataupun di luar sekolah. Dan
setrategi lain yang dilakukan guru Pendidikan Agama islam adalah kerjasama
dengan semua pihak guru dan kepala sekolah untuk ikut membantu demi
tentang peran guru PAI dalam meningkatkan akhlak siswanya, karena dari
kelas VII mereka sudah digenjot masalah akhlak oleh guru mereka untuk
melahirkan akhlah yang baik dan akan menjadi menjadi contoh untuk adik-adik
kelasnya 2 tahun yang akan datang, karena untuk zaman yang sekrang jarang
sekali siswa SMP Negeri memiliki akhlak kepada gurunya dan teman-
2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian akan mengacu
12
Wawancara, di rumah pak Mahyudin selaku guru di SMP Negeri SATAP 2 Lingsar
pada tanggal 16 Januari 2018 pukul 17:00.
5
1. Apa peran Guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan Akhlak
2017/2018?
Pelajaran 2017/2018?
1. Tujuan
2. Manfaat
a. Aspek Teoritis
2) Pendidik dan siswa khususnya pada mata pelajaran PAI, agar dapat
Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang
diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada masalah: “Peran Guru
2. Setting Penelitian
siswanya memiliki akhlak yang memang diharapkan oleh guru PAI yang
bersangkutan, bukan kepada gurunya saja mereka berakhlak yang baik akan
kepada gurunya, itulah yang membuat saya tersanjung untuk meneliti peran
guru PAI dan bagaimana metode yang digunakan sehingga pelajaran akhlak
E. Telaah Pustaka
(PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Mataram.
Dengan judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Upaya
Pembinaan Akhlak Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Labuapi Lombok Barat Tahun
13
Riski Aulia Dewi, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Upaya Pembinaan
Akhlak Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Labuapi Lombok Barat Tahun Tahun Pelajaran 2011/2012”,
Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam
Mataram.
sama-sama fokus ke guru PAI. Adapun perbedaannya, saudari Riski Aulia
Dewi lebih berfokus ke upaya guru PAI dalam membina akhlak sedangkan
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Mataram. Dengan
Akhlak Siswa Kelas 5 di SDN 2 Lembar Dusun Batu Samban Desa Lembar
peningkatan akhlak.
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Samsul Jaelani, yang berjudul “Peran
Pada intinya penelitian ini juga menjelaskan tentang peran guru Pendidikan
Agama Islam secara khusus dalam meningkatkan akhlak siswa dan yang
membedakannya adalah saudara Samsul Jaelani lebih fokus ke Guru PAI dan
siswa sedangkan peneliti lebih fokus ke guru PAI saja dalam meningkatkan
akhlak.
14
Nurudin, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa kelas
5 di SDN 2 Lembar dusun Batu Samban Desa lembar Kecamatan Lembar Lombok Barat”, Skripsi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Mataram.
15
Samsul Jaelani, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkat Akhlak
Siswa Kelas X SMKN 1 Lingsar Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Mataram .
F. Kerangka Teoritik
Peran adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain, maksud peran
dalam hal ini adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas
semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Peran artinya “suatu bagian
disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama untuk
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.19
pembelajaran. Oleh karena itu, peranan guru tidak bisa tergantikan oleh
siapapun, karena guru adalah salah satu faktor yang paling menentukan dalam
16
Helyati Afrida, Peran Guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tentang
pelajaran Agama di SDN Limus Nunggal 02 Cileungsi, (Jakarta : FITK UIN Jakarta, skripsi,
2012), hlm. 11.
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet.4, hlm. 1051.
18
Komanto Sunarto, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Terj.dari Essential of
Sociology oleh James M.Henslin, (Jakarta: Erlangga, 2007), cet.1, hlm. 95.
19
Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: pustaka
Euroka, 2006), hlm. 7.
proses pembelajaran. Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan
pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis
masyarakat”.21
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
20
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam Pendidikan Agama).
(Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 54
21
Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Gava Media, 2014), hlm. 8.
22
Sudarman Danim, Pengembangan Profesi Guru dari Pra Jabatan Induks ke Madani,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.2, hlm. 83.
menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fil ardh
maupun ab’d).23
bersama dengan orang lain, selain itu juga seorang guru perlu menyadari
kekurangannya.26
23
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputatpers 2002), hlm. 42.
24
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung:
Rosdakarya Offset, 1995), cet.2, hlm. 99.
25
Daryanto, Belajar dan Mengajar (Bandung: Yrama Widya, 2013), hlm. 2.
26
Zakiah Dradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm . 266.
dengan ajaran Islam. Bila disingkat, Pendidikan Agama Islam adalah
1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik
dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai ini harus dipahami dalam kehidupan
di masyarakat, kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin
baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus disingkirkan dari
jiwa dan watak siswa. Bila guru membiarkanya, berarti guru telah
2. Inspirator
yang baik.
27
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1990), hlm. 32.
3. Informator
kurikulum. Inforamasi yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan
4. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari
5. Motivator
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru
7. Fasilitator
tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang
anak.
8. Pembimbing
susila yang cakap. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam
pahami. Apalagi siswa yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan
pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua siswa dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola
Maksud dari pengelolaan kelas adalah agar siswa betah tinggal di kelas
11. Mediator
dan jenisnya, baik media non material maupun material. Media berfungsi
12. Supervisor
supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan
terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan
yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang
13. Evaluator
dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil
b. Tugas Guru
28
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm, 43-48
dan nilai-nilai karakter. Dari dimensi tersebut peran dan kedudukan guru
diembannya, karena tugas mulia dan berat yang dipikul hampir sama dan
sejajar dengan tugas seorang rosul. Dari pandangan ini dapat dipahami
potensi afektif.31
berkewaiban:
29
Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Gava Media, 2014), hlm. 14.
30
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011),
hlm. 89.
31
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 74.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
pokok yaitu:
1) Tugas profesional
transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang
c. Melatih, berarti guru melatih siswa dalam belajar cara berfikir dan
32
Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. hlm. 19.
siswa yang keliru dan cara-cara berfikir yang kurang logis dan
sistematis.
2) Tugas Manusiawi
dia hidup.
konselor.
3) Tugas Kemasyarakatan
negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah
digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN. Dan untuk
melaksanakan tugas guru dalam bidang profesi, seorang guru harus memiliki
keahlian khusus sebagai seorang guru, yang tidak bisa dilakukan oleh orang
diluar profesi ini. Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina
2. PembinaanAkhlak
kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” yang
secara efisien dan efektif untuk memeperoleh hasil yang lebih baik”.34
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliku, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah
etimologi (arti bahasa) berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun,
yang berarti : perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan,
33
Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Gava Media, 2014), hlm. 16-17.
34
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai pustaka, 2007), hal. 152.
35
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 1.
ciptaan.Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau
Secara istilah akhlaka dalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik untuk meningkatkan
akidah.
bermakna luas dan mendalam yang dilahirkan dari sebuah proses pemikiran
36
Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hlm. 198.
37
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 4.
38
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.
1092.
39
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 206.
tertentu.40 Didalam kontek belajar mengajar, strategi berarti pola umum
aktivitas guru yang dilakukan oleh guru untuk perwujudkan kegiatan belajar-
dari strategi ini adalah untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
seseorang secara cermat yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membina akhlak siswa
1. Keteladanan
Bahkan hal ini jauh lebih bermakna dari sekedar nasehat secara lisan.
Jangan berharap anak akan bersikap sabar, jika orang tua memberi contoh
sikap yang selalu marah-marah. Merupakan suatu yang sia-sia, ketika orang
tua mendambakan anaknya berlaku sopan dan bertutur kata lembut, namun
dirinya sendiri sering berkata kasar dan kotor. Keteladanan yang baik
anak.41
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik
40
Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 2.
41
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 28
serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya
satu upaya yang dapat dipergunakan oleh orang tua dan guru dalam
yang besar dalam proses pembinaan akhlak siswa, karena teladan lebih
2. Pembiasaan
sebelum makan, makan dengan tangan kanan, bertutur kata baik, dan sifat-
sifat terpuji lainnya. Jika hal ini dibiasakan dejak dini, kelak ia akan tumbuh
memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena hasil dari pembiasaan anak
dalam pembinaan akhlak siswa yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran islam,
42
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 46-47
43
Ibid, hlm. 29
3. Nasehat
itu guru juga harus memberikan nasehat tentang menghormati orang tua.
Guru pun harus memberikan nasehat tentang shalat pada anak. Shalat
Dalam konteks ini jaya menjelaskan “susunan shalat yang khusyuk’ orang
memperoleh ketenangan jiwa , karena merasa diri dekat dengan Allah dan
memperoleh ampunaNya.44
berkata dengan benar, baik dan jujur, hormat dan patu pada perintah orang
44
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm..94
4. Pemberian Hukuman
agar anak tidak bersikap semberono. Dengan demikian, anak akan enggan
ketika akan melanggar norma tertentu. Terlebih jika sanksi tersebut cukup
berat. Pendidik atau orang tua terkadang juga perlu memaksa dalam hal
kebaikan. Karena terpaksa berbuat baik itu lebik baik, dari pada berbuat
dimana Metode adalah suatu jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.
dengan pengertian metode itu sendiri, metode tidak ada yang terbaik dan yang
terjelek, yang ada hanyalah metode yang sesuai dengan tujuan yang di
harapkan.
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Arman Arief metode yang
berikut:46
45
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 29
46
Arman Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pres,
2002), hlm. 98.
1) Metode pembiasaan dan latihan
2) Metode Keteladanan
qidwah yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak
didik).49 Dalam pembinaan akhlak yang baik tidak hanya dapat dilakukan
perilaku baik, maka biasanya akan ditiru oleh anaknya dan muridnya dalam
bahwa orang tua itu seperti cermin bagi anak-anaknya. Artinya bahwa
47
Ibid, hlm. 100.
48
Ibid, hlm. 101.
49
Ibid, hlm. 112.
27
perilaku orang tua itu biasanya ditiru oleh anak-anaknya karena dalam diri
motivasi itu memang awalnya masih bersifat material tetapi lama kelamaan
dengan cara mengajarkan dan menanamk an sikap hormat, disiplin dan rasa
enggan pada orang tua dan guru. Dengan mengunakan metode ini
pada anak sehingga anak tidak bersikap semberono. Dengan cara seperti itu
maka anak akan merasa enggan ketika akan melanggar norma atau tata
tertib yang telah ada. Pada dasarnya acaman ini tidak untuk memberika rasa
50
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2001), hlm. 28.
51
Arman Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 101.
52
Ibid, hlm. 112.
53
Ibid, hlm. 112.
28
d. Tujuan Pembinaan Akhlak
maka senantiasa akan berbuat baik dan berperilaku terpuji. Dengan kata
bersikap baik dalam segala hal baik dilingkungan keluarga, sekolah atau
pun masyarakat.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
54
Heni Purrwaningrum, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Di Smp Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014/2015”, Skripsi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2015 .
pada quality atau hal yang paling penting dari sifat suatau barang berupa
2. Kehadiran Peneliti
masalah yang diteliti yaitu tentang “Peran Guru Pendidikan Agama Islam
penelitian yang berkenaan dengan masalah yang diteliti dari awal proses
didapatkan atau diperoleh. Adapun jenis data itu ada dua macam yaitu: 1)
Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang
melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakuan peneliti. Untuk
55
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 22-24.
langsung. Seperti, Guru yang bersangkutan dan peserta didik. 2) Data
data-data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Data ini didapat dari
sumber ke dua atau melalui perantara orang. Seperti, kepala sekolah, wali
kelas, dll. 56
Oleh karena itu, yang menjadi subyek peneliti dalam penelitian ini adalah:
yaitu:
a. Observasi
kepada manusia saja, tetapi juga kepada barang atau benda-benda sekecil
56
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2011), hlm. 117.
31
apapun dalam bentuk apapun dapat diamati melalui observasi langsung ke
lapangan.57
kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari
pengamatan dan dilihat secara nyata. Dengan cara inilah kita dapat
Lingsar terkait dengan peran dan metode guru PAI dalam meningkatkan
akhlak siswa.
b. Wawancara
menggali informasi dari sumber data melalui percakapan atau tanya jawab.
57
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
ALFABETA, 2014), hlm. 104.
58
Ibid, hlm. 106.
32
Dalam penelitian kualitatif, wawancara sifatnya mendalam karena ingin
bebas terpimpin yang dimana tanya jawab dilakukan secara lisan antara
secara bebas akan tetapi tidak keluar dari permasalahan yang diteliti tentang
c. Dokumentasi
yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan
karya pikir.61
59
60
Ibid, hlm. 129.
Ibid, hlm. 146.
61Ibid,
33
Sehingga dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh
data sebagai bukti atau pengkuat data-data yang sudah diperoleh dari hasil
penelitian.
5. Analisis Data
Analisis data adalah usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus
yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya dapat di tangkap secara
terang dan jelas karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya
Analisis data yang digunakan oleh Milles dan Huberman yaitu dengan
tiga langkah:
a. Reduksi Data
mendapatkan data yang banyak dan beragam dan bahkan sangat rumit. Itu
sebabnya perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Data yang
ditemukan ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci dengan
cara dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, dan difokuskan pada hal-hal
65
Ibid, hlm. 220.
34
mencarikembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang
b. Penyajian Data
data adalah dengan teks naratif karena lebih mudah untuk memahami apa
yang terjadi.64
SATAP 2 Lingsar.
c. Penarikan Kesimpulan
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat
ditemukan bukti yang kuat dan mendukung data maka kesimpulan yang
63
64
Ibid, hlm. 218.
Ibid, hlm. 219.
Selanjutnya peneliti dapat melihat apa yang diteliti dan menemukan
6. Validitas Data
a. Triangulasi
pengecek terhadap data itu. Triangulasi juga dapat berarti cara terbaik dalam
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
36
digunakan peneliti untuk mengecek derajat kepercayaan informasi dari
68
Ibid, hlm. 275.
37
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
SD-SMP Negeri Satap 2 Lingsar dibangun pada tahun 1982 dan dibuka
pada tahun 1983 dengan nama Sekolah Dasar Negeri Nomor 4 Dasar Geria.
wilayah Desa Dasan Geria dan mengalami pemekaran wilayah pada tahun
1999 dan masuk ke dalam wilayah Desa Gegerung. Dengan adanya pemekaran
wilayah, maka pada tahun 2000 an berubah nama menjadi SDN 2 Gegerung.
SPDT ( Sekolah Pendidikan Dasar Terpadu ) pada tahun 2006 dan menjadi
SMP dilokasi yang sama atau satu atap. Dengan adanya SPDT, maka siswa
tidak perlu lagi keluar melanjutkan sekolah yang memang relative jauh dari
perguruan tinggi.
69
38
Dokumentasi, Profil Sekolah SD-SMP Negeri SATAP 2 Lingsar.
Mengikuti paradigma system pendidikan, pada tahun 2012, SPDT
dan terakhir ditetapkanlah sekolah ini menjadi SD-SMP Negeri Satap 2 Lingsar
sampai sekarang.
2. Identitas Sekolah
yang bernaung dibawah satu tempat yang sudah sama-sama berstatus negeri
yang beralamat jalan ketimunan no.1 yang terletak di kelurahan gegerung desa
gerie kecamatan lingsar. Sekolah ini pertama kali berdiri pada tahun 1983,
menjadi faktor pendukung utama. Hasil observasi peneliti yaitu, seperti ruang
belajar yang memadai, dimana ruang belajar yang dimiliki sekolah ini
berjumlah 10 kelas, SD 5 kelas dan SMP 5 kelas. Sekolah ini juga memiliki
perpustakaan yang cukup besar namun dengan kondisi sekolah yang satu atap
dipisah untuk memudahkan mana buku untuk siswa SD dana SMP. Untuk
ruang guru mash di gabung antara guru SD dan Guru SMP dalam satu ruangan,
namun untuk ruang kepala sekolah terpisah dan memiliki ruangan yang
khusus.70 Adapun hasil dokumentasi secara rinci keadaan fasilitas/sarana dan
Tabel 1.1
Sarana dan Prasarana SD-SMP Negeri SATAP 2 Lingsar
SATAP 2 Lingsar cukup bagus dan indah, lebih-lebih bagian dalamnya. Dari
dalam tampak halaman yang bersih dan terdapat banyak pohon-pohon dan
bunga yang tertata rapi. Terdapat beberapa ruangan, seperti Ruang kepala
sekolah, tata usaha, ruang guru, ruang BK, ruang UKS, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang belajar, musholla, ruang tamu dan koperasi peserta
didik tampak tertata dengan rapi dan baik. Penempatan bak sampah dari
70
Observasi, 7 Mei, 2018.
masing-masing kelas sudah pas, sekalipun kadang kurang diperhatikan oleh
terletak di dusun gegerung desa gerie, cukup jauh dari jalan raya karena
masyarakat, sebelah selatan rumah warga, disebelah timur juga rumah warga,
disebelah utara perkebunan dan disebelah barat rumah warga sekaligus menjadi
kantin sekolah.72
Tabel 1.2
Daftar Guru SMP Negeri SATAP 2 Lingsar
No Nama guru L/P Jabatan PN/CP
1 Akhmad Munir, S.Pd L Kepala Madrasah PN
2 Buyatno, A.Ma L Wk. Kurikulum PN
3 Khairunisak, S.Pd P Guru B. Indonesia -
4 Tuti Herawati, S,Pd P Guru IPS -
5 Saptono Hamdan, S.Pd L Guru Matematika -
6 Nurul Wahyuni, S.Pd P Guru PAI -
7 Mahyudin, S.Pd L Guru PAI PN
8 Muhlis Firtiadi, S.Pd L Guru Penjas -
9 Kusniati, S.Pd P Guru IPA -
10 Sufiani Hardianti, SP.d P Guru IPA -
11 Ernawati, S.Pd P Guru B. Inggris -
71
Observasi, 7 Mei, 2018
72
Observasi, 5 Mei, 2018
Berhasil tidaknya anak didik dalam belajar maupun baik atau tidaknya
perilaku siswa, dapat dilihat dari bagaimana sekolah berperan dan bertindak
kepada mereka. Saya melihat bahwa para guru di SD-SMP Negeri SATAP 2
Lingsar cukup memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peserta didiknya,
terlebih ketika peserta didiknya ada masalah maka guru-guru cepat merespon
didik.73
tidak semuanya mengajar dikedua lembaga pendidikan tersebut, ada juga yang
juga guru yang mengajar dikedua lembaga seperti Ibu Nurul Wahyuni selaku
73
Observasi, 8 Mei, 2018
74
Akhmad Munir, Kepala Sekolah. Wawancara, 16 Mei 2018.
42
guru Pendidikan Agama Islam, beliau tidak hanya mengajar di SD namun
1) Kepala Sekolah
capai.
kurikuler
75
Observasi, 8 Mei, 2018
43
4) Kepala Tata Usaha
6) Guru
a. Mendidik siswa berkaitan dengan sopan santun dan tata tertib sekolah
Tabel 1.3
Keadaan Peserta Didik
Sumber Data : Profil SD-SMP Negeri SATAP 2 Lingsar76
Kelas Kelas Bagian Jumlah Siswa
I &II 1 29
III 1 21
IV 1 24
V 1 22
VI 1 25
VII 2 43
VIII 1 30
76
Dokumentasi, 7 Mei, 2018.
44
IX 2 41
Jumlah 10 238
sikap yang beraneka ragam, namun rata- rata siswa disana memiliki akhlak
yang baik dan sopan. Namun ada juga yang terlampau nakal dan sulit diatur
keterlibatan orang tua siswa juga sangat dibutuhkan, apabila siswa yang
Tetapi, Peneliti melihat bahwa sifat, karakter, sikap dan tingkah laku
peserta didik yang terkadang membuat guru-guru jengkel dan marah itu adalah
hal yang wajar. Mengingat bahwa peserta didik sedang dalam pertumbuhan
untuk menjadi dewasa. Emosi peserta didik yang cendrung tidak sesuai dan
sejalan dengan akal sehat merupakan salah satu dari ciri-ciri kepribadian
peserta didik yang sulit untuk diatur dan disalahkan. Tetapi, justru itu harus
dipandang sebagai salah satu bagian dari proses untuk menjadi orang yang
dianggap dewasa.78
a. Visi
77
Nurul Wahyuni, S.Pd, Guru PAI kelas VII, Wawancara. 8 mei 2018.
78
Observasi, 8 Mei, 2018
45
b. Misi
kesiswaan.
B. Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlak Siswa SMP kelas VII SD-
menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan dalam
siswa yang sudah tertanam dalam diri mereka untuk meningkatkan akhlah lebih
baik lagi. Guru Pendidikan Agama Islam, selain bertanggung jawab dalam
mentransfer ilmu pengetahuan juga bertanggung jawab dalam mentransfer
Islam.
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
1. Tugas Profesional
penanaman nilai-nilai akhlak kepada sisiwa, karena didalam kelas guru akan
Hal ini juga diungkapkan oleh pak Mahyudin guru Pendidikan Agama
79
Nurul Wahyuni, S.Pd, Guru PAI kelas VII, Wawancara. 5 mei 2018.
80
Mahyudin, S.Pd Guru PAI kelas IX, Wawancara, 5 mei 2018.
terlihat siswa lebih fokus mendengarkan ketika diberikan nasehat dan
b. Tugas Manusiawi
tugas manusiawi itu adalah tranformasi diri, identifikasi diri dan penertian
lebih baik lagi dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu
c. Tugas Kemasyarakatan
negara yang baik, turut mengemban apa yang telah di wariskan bangsa dan
negara. Seorang guru tidak hanya mengajar didalam kelas saja tetapi
hari Jum’at. Dinilai cukup efektif untuk membina sekaligus salah satu cara
untuk meningkatkan akhlal siswa, karena dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya
juga terlibat untuk menjadi penceramah dengan tujuan melatih pribadi siswa
untuk memiliki tanggung jawab, adapun cara guru dalam melibatkan siswa
adalah dengan membuatkan jadwal kepada setiap kelas pada setiap hari jum’at,
maka kelas yang bertugas di diharuskan menyiapkan semua petugas yang akan
memimpin kegiatan Imtaq pada hari jum’at. Tidak jarang juga imtaq dijadikan
“kegiatan imtaq sangat baik untuk membina dan salah satu cara untuk
meningkatkan akhlak siswa, dimana siswa dilibatkan secara aktif dalam
kegiatan ini (Imtaq), dan guru juga bisa bergabung bersama siswa dalam
kegiatan yang positif seperti membaca al-qur’an secara bersamaan dan
mendengarkan tausiah secara bersama, jadi bukan hanya siswa aja yang
bisa mengoreksi diri, namun guru juga bisa”.81
SD-SMP Negeri SATA 2 Lingsar pada hari jum’at mash kurang sedikit serius
diikuti oleh siswa dan guru, ini terlihat dari banyaknya siswa yang berbicara di
belakang disaat acara imtaq berlangsung dan cukup banyak siswa siswi yang
bermain- main, karena bukan hanya siswa SMP saja yang melaksanakan imtaq
tersebut, namun mereka mau enggak mau harus bergabung dengan siswa siswi
yang datang terlambat setiap hari jum’at dan ada juga yang jarang mengikuti
81
Nurul Wahyuni, Guru PAI kelas VII. Wawancara. 18 Mei 2018,
82
Observasi. 19 Mei 2018.
2. Melaksanakan solat dzuhur Berjamaah
dalam melaksanakan shalat dan di laksanakan pada awal waktu. Waktu shalat
siswa dan guru yang lumayan banyak, disis lain juga, gurupun diharuskan
”Shalat zuhur ini setiap hari kita lakasanakan secara berjamaah dengan
para siswa disini, tujuannya untuk membiasakan mereka untuk solat
berjamaah dan melatih para siswa untuk solat tepat waktu, dan
alhamdulillah hasilnya cukup berhasil membuat para siswa tetap
melaksanakan solat berjamaah disini”83
dilakukan oleh para siswa SMP di SD-SMP Negeri SATAP 2 Lingsar, namun
ada juga beberapa siswa yang masih banyak alasan untuk tidak solat berjamaah
seperti: nanti di rumah, sudah tadi (padahal tidak), lagi PMS. Namun melihat
realita seperti itu, disanalah tugas semua guru untuk mendidik siswanya lebih-
Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, halal bi halal pada saat awal masuk sekolah setelah
Idul Fitri atau Idul Adha dan melakukan pemotongan hewan Qurban pada Idul
di anggap kurang mampu, ini dilaksanakan untuk melatih rasa berbagi kepada
83
Mahyudin, Guru PAI kelas IX. Wawancara, 19 Mei 2018
sesama. Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan ini dilakukan setiap tahun, ini
hewan Qurban dan halal bi halal setiap awal masuk sekolah rutin kita lakuan,
ini untuk menanamkan rasa sosial dan silaturahmi kepada siswa siswi kami.”84
4. Kegiatan Ektrakurukuler
keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa dalam hal olahraga dan pramuka.
silat.85 Diharapkan dengan kegiatan ini akan mengurangi waktu kosong siswa,
sehingga dapat digunakan untuk hal yang positif. Melalui hal ini juga
pertemuan antara siswa dengan guru akan semakin intensif, pada saat inilah
menyatu dengan masyarakat, karena guru Pendidikan Agama Islam ini juga di
84
Nurul Wahyuni, Guru PAI kelas VII. Wawancara. 19 Mei 2018.
85
Observasi, 12 Mei 2018.
Pendidikan Agama Islam memanggil orang tua siswa untuk memberikan
2. Peran Guru
Lingsar sudah terlihat menjadi contoh yang baik dan menjadi pembimbing
yang baik untuk anak didiknya, guru PAI lebih terlihat mengutamakan tugas
pendidikan Agama Islam SD-SMP kelas VII Negeri SATAP 2 Lingsar ada
beberapa peran yang dimainkan oleh guru PAI guna untuk meningkatkan
a. Sebagai Tauladan
Perilaku terpuji yang ditunjukan guru kepada siswanya akan berdampak pada
panutan yang dilihat memiliki perilaku yang baik, maka perilaku siswa juga
akan condong mengikuti gurunya. Peran ini juga diharapkan bisa diterapkan
guru Pendidikan Agama Islam bisa menjadi teladan dalam lingkungan sekolah
maupun luar sekolah, didalam sekolah bisa dilihat dengan dijadikannya guru
86
Observasi, 10 Mei 2018.
87
Observasi, 10 Mei 2018.
53
Pendidikan Agama Islam sebagai panutan, dimana guru PAI ini tetap
memberikan contoh berkelakuan baik yang mungkin bisa ditiru oleh siswanya
Ningsih juga mengatakan, “guru PAI selalu menasehati kita jika kita
melakukan kesalahan dengan bahasa yang lembut yang mungin kamis
sebagai siswa ngerasa di sayang oleh guru kami, dan guru kami juga
selalu menjadi guru favorit setiap tahunnya, karena setiap tahunnya ada
pemilihan guru favorit.89
Agama Islam di masyarakatyang dijadikan sebagai tokoh agama Hal ini juga
senada dengan yang di ungkapkan oleh salah seorang warga lingkungan tempat
menjadi panutan, makanya dijadikan seorang guru yang disegani dan dihormat
oleh masyarakat.90
b. Sebagai Pembimbing
ini membimbing siswanya ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tujuan
Pendidikan Islam untuk mencapai akhlak mulia dan ini sejalan dengan visi
sekolah yang ingin menciptakan generasi yang beriman, berbudi pekerti dan
observasi Guru Pendidikan Agama Islam menjadi penasihat jika ada siswa
88
Observasi. 8 Mei 2018.
89
Ningsih, kelas IX A. Wawancara, 8 Mei 2018
90
Sapar, Warga Desa Gegerung. Wawancara, 8 Mei 2018.
54
yang sedang membutuhkan pengarahan, baik karena mendapatkan masalah
c. Sebagai Fasilitator
kelas yang tidak di sisi oleh gurunya bahkan langsung mengintrogasi siswanya
yang bermasalah terkait dengan pelanggaran yang dibuat oleh siswa tersebut,
Guru PAI juga melakukan pendekatan bagi siswa yang memang membutuhkan
bimbingan, hal ini bertujuan untuk mempermudah guru PAI untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh siswanya dan lebh mudah memberikan solusi
yg baik untuk siswanya dan “Hal ini akan menanamkan perasaan bahwa siswa
Metode adalah cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu
55
Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untuk membina dan meningkatkan
tidak hanya mengajar dan mentransfer ilmu di dalam kelas saja, namun sangat
berperan penting juga di luar kelas sebagai motivator dan contoh teladan yang
antara lain:
1. Metode keteladanan
metode ini sangat efektif dan mempermudah sisiwa untuk mengikuti gurunya
Hal serupa juga dengan yang diungkapkan oleh Ayudianti kelas VII, dia
mengatakan:
94
Nurul Wahyuni, Guru PAI Kelas VII, Wawancara. 23 Mei 2018.
56
’Ibu Nurul adalah guru yang sangat baik, jika kita melakukan kesalahan
pasti ibu Nurul langsung menegur kami, ibu Nurul juga selalu memberikan
nasihat tentang bersikap hormat kepada yang lebih tua dari kita, hormat
kepada guru, lebih-lebih kepada orang tua. Ibu Nurul juga jarang marah
kepada kita, oleh sebab itu kami sebagai siswa disayang oleh ibu Nurul”.95
membantu dalam membina dan meningkatkan akhlak siswa secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu kejadian nyata yang diceritakan oleh Nurul
“waktu itu ada salah seorang siswa kami kelas VII menemukan uang
sebesar 20.000 datang ke kantor untuk menanyakan sekaligus
memberitahu jika dia telah menemukan uang itu. Lalu kami sebagai guru
Pendidikan Agama Islam sangat kagum akan kejujurannya dan saya
memberikanya imbalan atas kejujuranya berupa uang yang mungkin jauh
lebih sedikit dari jumlah yang di temukannya, namun ini adalah bentuk
pemberian motivasi yang kita berikan kepada siswa kami atas
kejujurannya, kejadian ini tidak hanya satu dua kali, samun sering.”96
guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi kepada siswa kelas III SD
yang saat itu tidak berpuasa, lalu ibu Nuru Wahyuni memberikan motivasi
berpuasa.97
Metode ini sangat sering di lakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
95
96
Ayudianti, siswa kelas VII, Wawancara. 23 Mei 2018.
Nurul Wahyuni, Guru PAI Kelas VII, Wawancara. 23 Mei 2018.
97
Observasi, 23 Mei 2018.
57
akhlak siswanya dalam rangka terwujud.a akhlak yang baik di lingkungan
lakukan pada hari senin jam 07:15 namun siswa SD-SMP Negeri SATAP 2
Lingsar diharapkan hadir jam 07:00 lebih awal masih banyak yang terlambat
sehingga siswa yang terlambat malu untuk mengikuti upacara dan pada
bendera. Dalam pelaksanaan upacara bendera juga masih banyak siswa yang
tidak serius mengikuti uapacara bendera, mereka lebih asik mengobrol dengan
4. Metode Ceramah
di siswa yang masih duduk di SMP karena metode ini cukup mudah di
terapkan di dalam kelas maupun di luar kelas, Seperti yang di ungkapkan Nurul
Wahyuni Guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, “metode yang sering saya
gunakan yaitu metode ceramah, bukan saya saja yang menggunakan metode ini
98
Mahyudin, Guru PAI Kelas IX, Wawancara. 23 Mei 2018.
99
Observasi. 7 Mei 2018.
58
namu pak Mahyudin juga menggunakan metode ini, karena menurut saya
metode ini lebih mengena siswa ketika mereka menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.”100
guru Pendidikan Agama Islam didalam kelas saja, namun metode ini juga
digunakan pada saat kegiatan Imtaq setelah baca surah Yaasin, dzkir dan do’a
bersama.101
5. Metode keakraban
karena dengan mendekatkan diri kepada mereka, siswa akan mudah dikontrol
sekolah seperti: bolos sekolah, berantem, sering keluar kelas disaat jam
pelajaran.103
100
101
Nurul Wahyuni, Guru PAI Kelas VII, Wawancara. 23 Mei 2018.
Observasi, 23 Mei 2018.
102
Nurul Wahyuni, Guru PAI Kelas VII, Wawancara. 23 Mei 2018.
103
Observasi, 23 Mei 2018.
BAB III
PEMBAHASA
Peran adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain, maksud peran
dalam hal ini adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas
semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Peran artinya “suatu bagian
sehingga sampai saat ini belum bisa tergantikan oleh media lainnya, walaupun
mempermudah jalannya pendidikan. Namun peran guru tetap tidak akan bisa
tergantikan oleh siapapun, terlebih lagi guru pendidikan Agama Islam yang
memiliki peran dalam membimbing anak agar menjadi manusia muslim sejati,
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
Nasional dan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen,
kepada siswa. Namun, keterbatasan waktu menjadi kendala tersendiri bagi guru
dan Budi Pekerti. Menurut Mahyudin, guru Pendidikan Agama Islam kelas IX
minimnya waktu yang tersedia, sehingga yang kita sampaikan hanya materi
yang akan di ajarkan, sedangkan untuk selebihnya jarang dapat kita lakukan
Disisi lain juga guru PAI selalu mengkaitkan dengan mata pelajaran yang
di ajarkan didalam kelas untuk menjadi gambaran supaya para siswa mau
mata pelajaran PAI yang membahas tentang hidup tenang dengan jujur,
105
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, Apa dan Bagaimana, (Bandung Yrama Widya,
2008), hlm. 113.
amanah dan istiqomah dan ada juga materi yang membahas tentang hidup jadi
kebutuhan. Kegiatan imtaq merupakan salah satu kegiatan yang sangat tepat
mendalam dan dalam persi yang lebih di bandingkan jam pelajaran Pendidikan
Agama Islam di dalam kelas yang hanya di berikan dua jam pertemuan dalam
Yaasin, latihan berpidato di depan kelas, dan bertanya jawab seputar masalah
1. Pelajaran Al-Qur’an
2. Pelajaran Hadits
3. Pelajaran Tauhid
4. Pelajaran Fiqih
islam, baik secara individual maupun secara sosial yang bersumber dari Al-
5. Kebudayaan Islam
pada budaya islam. Hal ini ditunjukan untuk menanamkan akidah islam
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh sebagian besar kosep budaya barat
Pendidikan Agama Islam pada kegiatan imtaq dalam rangka membina akhlak
106
TB Aat Syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegak Kenakalan
Remaja, (PT Raja Grafindo Perseda, Jakarta, 2008), hlm. 157-178
siswa yang membaca surah Yaasin, zikir dan do’a, latihan berpidato, dan tanya
jawab seputar agama. Disamping itu juga, ada kegiatan yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam yang bersifat harian, musiman dan tahunan,
pemahaman keagamaan siswa tentang islam, baik yang bersifat ibadah maupun
muamalah.
Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam mengambil langkah untuk
Sekolah dan warga sekolah lainnya. Bimbingan khusus ini lebih ditekankan
pelanggaran di sekolah seperti, sering datang terlambat, tidak patuh dan aturan
kegiatan yang bersifat positif. Dari hasil pengamatan peneliti dengan seringnya
kegiatan antara siswa dan guru, sehingga guru dengan mudah memeberikan
masukan dan menanamkan nilai akhlak kepada siswanya, dan melalui kegiatan
tua sebagai berikut, “dengan adanya kerjasama antara guru dan orang tua,
orang tua akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal
anaknya.”107
Pendidikan keluarga (orang tua) adalah yang memiliki peran utama dan
pertama dalam membentuk akhlak siswa, pendidikan dasar dalam arti yang
107
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung; Remaja Rosda
Karya, 2007), hlm. 126.
dalam pendidikan keluarga bisa berdampak pada keberhasilan pendidikan anak
diluar/sekolah.
banyak namun masih bisa dibatasi oleh alokasi waktu yang tersedia di sekolah
yang sangat terbatas, karenanya tidak mungkin guru akan menjalankan peran
itu secara keseluruhan tanpa ada kerja sama dengan pihak lain, dalam hal ini
orang tua. Keterbatasan waktu ini yang menjadi dasar yang kuat untuk
menjalin kerjasama orang tua siswa dengan guru atau pihak sekolah.
dan meningkatkan akhlak siswa kelas VII SMP Negeri SATAP 2 Lingsar.
mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Arman Arief
membina dan meningkatkan akhlak siswa juga ditemukan oleh peneliti, mereka
Metode Ceramah.
108
Arman Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
pres, 2002), hlm. 98.
66
1. Metode Keteladanan
perilaku baik, maka biasanya akan ditiru oleh anaknya dan muridnya dalam
orang tua itu seperti cermin bagi anak-anaknya. Artinya bahwa perilaku orang
tua itu biasanya ditiru oleh anak-anaknya karena dalam diri anak kecendrungan
suka meniru.109
menggunakan metode keteladanan sebagai salah satu cara yang mudah untuk
Pendidikan Agama Islam kelas VII, “untuk masalah metode, disini kami
menggunakan metode keteladanan, karena kita sebagai guru itu dicontoh dan
diritu oleh siswa siswi kami karena sebelum kita mengajarkan tentang akhlak
kita sebagai guru harus terlebih dahulu berakhlak baik kepada mereka, seperti
cara berbicara yang sopan dan sekaligus mengajarkan kepada mereka cara
berbicara yang sopan kepada teman, guru lebih-lebih kepada orang tua. Jadi,
jika seorang guru agama sudah memiliki akhlak seperti itu siswa siswi kami
memberikan motivasi baik berupa pujian maupun hadiah kepada anak sehingga
109
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2001), hlm. 28.
memang awalnya masih bersifat material tetapi lama kelamaan akan meningkat
selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, “jika ada siswa kami yang
memiliki akhlak yang kurang baik, pasti kami akan memanggilnya kemudia
berbicara empat mata lalu menasehati kesalahan apa yang sudah di perbuat dan
pada anak sehingga anak tidak bersikap semberono. Dengan cara seperti itu
maka anak akan merasa enggan ketika akan melanggar norma atau tata tertib
yang telah ada. Pada dasarnya acaman ini tidak untuk memberika rasa takut
Dalam hal metode ancaman dan sanksi hukum ini guru Pendidikan
Mahyudin, selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, “metode yang
sering saya gunakan adalah metode ancaman berupa pemanggilan orang tua
110
Arman Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), hlm. 101.
111
Arman Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), hlm. 113
68
bagi siswa kami yang jarang mengikuti kegiatan imtaq di hari jum’at dan
hukuman yaitu pemanggilan satu persatu menghadap saya untuk ditanya alasan
mereka yang jarang mengikuti kegiatan di sekolah dan berupa denda jika
4. Metode Ceramah
Ceramah diartikan sebagai penyampaian bahan secara lisan oleh guru bila
mana diperlukan. Pengertian senada juga oleh Mahfuz Solahuddin dkk, bahwa
SATAP 2 Lingsar juga telah lama menerapkan metode ceramah. Seperti yang
“metode yang sering saya gunakan yaitu metode ceramah, bukan saya saja
yang menggunakan metode ini namu pak Mahyudin juga menggunakan metode
ini, karena menurut saya metode ini lebih mengena siswa ketika mereka
112
Mahfuz Solahuddin dkk, Metodelogi Pendidikan Islam, (Surabaya:PT Bina Ilmu,
1986), hlm. 43
ini sangat minim berhasil dilingkungan siswa tingkat SMP, namun cukup
Namun ada juga metode lain yang digunakan oleh guru Pendidikan
Agama Islam dalam membina dan meningkatkan akhlak siswa yaitu metode
Agama Islam kelas VII, “saya lebih akrab kepada siswa secara langsung jadi
siswa di anggap sebagai teman, namun mempunyai batas agar sisiwa tetap
menggunakan metode ini. Jadi kami selaku guru Pendidikan Agama Islam bisa
mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut kemudia baru saya
oleh para guru. Para guru kebanyakan menggunakan metode ceramah untuk
pembinaan akhlak siswa pada SMP Negeri SATAP 2 Lingsar, jadi usaha guru
dalam pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri SATAP 2 Lingsar ini sangat
bervariasi.
BAB IV
PENUTU
A. Kesimpulan
Dari uraian dan data-data penulis sajikan dalam laporan skripsi ini,
dengan mata pelajaran PAI. b) pembinaan melalui kegiatan imtaq setiap hari
siswa.
Lingsar, ada beberapa metode yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama
B. Saran-saran
baik, yaitu:
Pendidikan Agama Islam lebih berkalaborasi dengan guru agama yang lain
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2014.
Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka, 2007.
Sunarto Komanto, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Terj.dari Essential
of Sociology oleh James M Henslin, Jakarta: Erlangga, 2007.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hernandez Yus R., Seni Mengajar ala Pelatih Top Sepak Bola Dunia,
Jogjakarta: DIVA Press, 2013.