Anda di halaman 1dari 91

PENERAPAN VARIASI METODE PEMBELAJARAN PADA MATA

PELAJARAN FIKIH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI


BELAJAR SISWA KELAS X MA UBUNG
KECAMATAN JONGGAT

Oleh
MUHAMMAD RIDHO ARDIANZYAH
NIM: 151.131.092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MATARAM

2019

i
PENERAPAN VARIASI METODE PEMBELAJARAN PADA MATA
PELAJARAN FIKIH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS X MA UBUNG
KECAMATAN JONGGAT

SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
MUHAMMAD RIDHO ARDIANZYAH
NIM: 151.131.092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MATARAM

2019

ii
iii
iv
vi
MOTTO

“.….. ْ‫ن َغی ِْر َمنِ ُكم‬ َْ ْ‫”…… َعلِ ُموا اَو َال َْد ُك ِْم فَْا ِ نَّ ُھمْ َمخلُو قُو‬
ِْ ‫ن لِ َْز َم‬
Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan
untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini
(H.R. Bukhari)

vii
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah kupanjatkan syukur


kepada Allah SWT sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
“Skripsi ini kupersembahkan kepada
kedua orang tuaku dan (Bapak
Suapardi dan Ibu Mauizah) emua
keluargaku, keluga besar PMII Kota
Mataram dan keluarga besar Kelas C
PAI 2013. Semoga diberi Kerberkahan
Amin

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,sehingga

penulisdapatmenyelesaikanpenulisan Skripsi yang berjudul “Penerapan Variasi

Metode Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X MA

Ubung”. Tak lupa pula Shalawat dan Salam kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW.yang telah mengayomi kita semua dengan cinta, kasihsayang, serta

perjuangan beliau sehingga kita bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat

yang tak akan mampu kita hitung.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan

sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak.Oleh karena itu pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnyakepada :

1. Bapak Prof Dr H. Nashudin, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Dr. Syukri,

M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan

koreksi mendetail, terus menerus dan tanpa bosan ditengah kesibukannya.

2. Bapak Dr. Saparudin, M. Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

3. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK).

ix
4. Bapak Dr. H. Mutawali, M. Ag, selaku rektor UIN Mataram.

5. Seluruh rekan guru dan staf MA Ubung yang telah memberikan izin penelitian

serta informasi yang dibutuhkan selama observasi hingga penyusunan skripsi ini.

6. Kepada semua sahabat-sahabatku” kelas C PAI angkatan 2013”

7. Dan kepada orang terkasih kepada semua yang telah banyak membantu, baik

langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

Dengan rendah hati peneliti menyadari atas keterbatasan isi skripsi ini, maka

kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan.Semoga amal

kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT.dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua, aamiin.

Mataram, 12 Desember 2019.


Peneliti,

Muhammad Ridho Ardianzyah

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING.................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................................... 8

E. Telaah Pustaka.................................................................................... 8

F. Kerangka Teori ................................................................................... 12

1. Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Penggunaan Metode

pembelajaran ............................................................................... 12

2. Metode Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar .............. 15

xi
3. Pentingnya Meningkatkan Motivasi dalam Proses Pembelajaran

..................................................................................................... 17

G. Metode Penelitian............................................................................... 23

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN


A. Profil MA Ubung Kecamatan Jonggat ................................................ 35
1. Sejarah Berdirinya MA NW Ubung ............................................ 35
2. Visi Dan Misi MA NW Ubung ................................................... 36
3. Letak Geografis ........................................................................... 37
4. Keadaan Siswa ............................................................................ 38
5. Keadaan Guru.............................................................................. 41
6. Keadaan Sarana dan Prasarana.................................................... 43
7. Struktur Organisasi...................................................................... 44
B. Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran FIkih) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ............................................... 46
C. Dampak Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran
FIkih) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.......................... 53
BAB III PEMBAHASAN
A. Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran FIkih) dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ............................................... 58
B. Dampak Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran
FIkih) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.......................... 63
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 68
B. Saran.......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA

xii
PENERAPAN VARIASI METODE PEMBELAJARAN PADA MATA
PELAJARAN FIKIH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA KELAS X MA UBUNG KECAMATAN JONGGAT
Oleh:
Muhammad Ridho Ardianzyah
NIM: 151.131.092

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena ini kurangnya variasi
medode pembelajaran yang diadakan oleh guru mata pelajaran Fikih. Penggunaan
metode ceramah yang selalu dominan dalam penyampaian pelajaran. Akibatnya siswa
menjadi merasa jenuh pada dalam mengikuti kegiatan belajar dan kurang motivasi
dalam mengikuti proses kegiatan belajar.
Fokus penelitian yang ada dalam skripsi ini adalah 1. Bagaimana penerapan
variasi metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA
Ubung? 2. Bagaimana dampak penerapan variasi metode pembelajaran dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MA Ubung?
Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana
penerapan variasi metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas X MA Ubung 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak penerapan variasi
metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa kelas X MA Ubung.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan
jenis penelitian deskriptif. Untuk metode pengumpulan data menggunakan metode
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.Metode observasi danwawancara
digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan variasi metode pembelajaran.
Sedangkan dokumentasi digunakan untuk menggali data tentang sarana-prasarana,
dokumen guru dan siswa MA Ubung. Dalam melakukan analisis data tahap-tahap
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.Sedangkan dalam pengecekan keabsahan data tahap-tahap
yang dilakukan adalah triangulasi, ketekunan pengamat, perpanjangan keikutsertaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru Fikih dalam menerapkan
variasi metode pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan yaitu
mengadakan metode-metode lainnya dalam menyampaikan materi pembelajaran
seperti metode Tanya jawab, diskusi dan demonstrasi.
Hal-hal yang mendukung terlaksananya kegiatan proses pembelajaran yang
lebih aktif bagi siswa dan menghilangkan kejenuhan pada diri siswa.

Kata kunci: Penerapan, Variasi Metode Pembelajaran, Motivasi Belajar

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan

kehidupan manusia ke masa yang akan datang. Dengan demikian dimungkinkan

pendidikan merupakan salah satu wadah untuk membawa perubahan yang berarti

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu berdaya

saing di dunia global sekarang ini. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) dalam pasal 1 yang mengamanatkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
Dengan demikian, pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan

secara sadar dan menjadi kebutuhan manusia, baik dalam meningkatkan sumber

daya manusia maupun sebagai upaya dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang

lebih baik yang dibarengi dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat

dan terarah.

Pembelajaran modern memperlihatkan adanya hubungan yang jelas antar-

komponen dalam pembelajaran yang sangat bervariasi, yaitu hubungan antar-

1
Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) Beserta Penjelasannya. (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.3.
2

tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, media pembelajaran, strategi

pembeljaran, dan evaluasi pembelajaran.2 Metode pembelajaran pada dasarnya

dua kata yang memiliki makna yang berbeda. Metode dalam hal ini merupakan

suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan, yakni yang digunakan dalam

penyampaian materi tersebut.3 Sejalan dengan ini, Sudjana menjelaskan bahwa

metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi

pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan

semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.4 Dalam kaitannya dengan

pembelajaran, suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang

bertujuan agar siswa dapat mengetahui, memahami, menggunakan dan

menguasai bahan pelajaran tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan kiat

atau strategi untuk mengaktualkan pendidikan.5

Metode pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan hal yang sangat

penting, selain sebagai usaha dalam meningkatkan motivasi siswa, juga

mengarah pada menghilangkan tingkat kebosanan. Seperti halnya penjelasan

Zainal Asril bahwa kejenuhan atau kebosanan yang dialami dalam kegiatan

proses pembelajaran sering terjadi. Ditambah lagi kondisi ruangan yang tidak

2
Ismail Thoib Pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam (Mataram: Insan Madani
Institut.2019) h.5
3
Siti Mesaroh Perananan Metode Pembelajaran Terhadap Minat dan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Jurnal Pendidikan,Vol.1 NO.1 November 2013,h.155
4 Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung,:Sinar Baru Algesindo 1997 h.
76
5 Ahmad Mujin Nasih dan Lilik Nur Kholidah.Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. h.1
3

nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati siswa dan materi yang

diajarkan kurang menarik, sehingga bervariasinya proses pembelajaran mengarah

pada cakrawala kecerahan bagi siswa. 6 Sehingga, guru pada dasarnya dituntut

untuk mampu membuat variasi metode pembelajaran, karena membuat variasi

merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku keterampilan mengajar.7

Variasi sendiri dalam hal ini dimaknai oleh Buchari Alma sebagai bentuk

penggunakan berbagai metode gaya mengajar, baik variasi dalam menggunakan

sumber bahan pelajaran media pengajaran, maupun bentuk interaksi antara guru

dan murid.8 Bahkan keterampilan mengadakan variasi yang dimiliki oleh guru

merupakan langkah dalam menghilangkan kebosanan siswa, sehingga dalam

situasi belajar-mengajar siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme dan pernuh

partisipasi.9

Dengan demikian, kemampuan seorang guru dalam menerapkan variasi

metode pembelajaran mengarah pada terwujudnya motivasi dalam diri siswa, hal

ini selain didasari atas menariknya pembawaan materi yang disampaikan oleh

guru, juga responsifnya siswa dalam menilai materi dan gaya guru dalam proses

pembelajaran. Sehingga dengan adanya motivasi yang terus dibangun melalui

6Zainal Asril. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta:
Rajawali Press, 2016), Cet. Ke-7, h. 86.
7Buchari Alma, dkk. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 48.
8Ibid., h. 48-49
9Moh. Uzer Usma. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017),
Cet. Ke-20, h, 84.
4

penerapan variasi metode pembelajaran, maka tujuan pendidikan yang lebih baik

akan tercapai.

Pada saat observasi di MA Ubung kelas X Kecamatan Jonggat, guru fiqih

pada saat itu sedang menjelaskan materi tentang kepemilikan kepada siswa

dengan menggunakan metode ceramah, Guru menggunakan metode ceramah

dalam menyampaikan pokok-pokok pembahasan materi mulai dari pengertian,

macam-macam dan sebab-sebab kepemilikan. Dalam hal ini, metode cermah

menjadi metode inti yang selalu dijalankan oleh guru fikih, walapun terkadang

menggunakan metode yang lain.10

Adapun langkah yang dilakukan oleh guru fiqih dalam hal ini adalah pada

awal pertemuan pembelajaran, guru memberikan arahan kepada siswa untuk

membuka buku fiqih sesuai dengan materi yang akan diberikan. setelah itu, guru

melanjutkannya dengan menjelaskan materi kepemilikan mulai dari definisi

kepemilikan, macam-macam kepemilikan dan sebab-sebab kepemilikan (yaitu

dengan menggunakan metode ceramah). Setelah menjelaskan materi yang

dibahas, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terkait hal-hal yang belum

dimengerti (yang mana dalam hal ini guru menggunakan metode tanya jawab),

walaupun pada dasarnya metode ceramah menjadi metode inti yang digunakan.

Pada langkah akhir guru menggunakan metode resitasi yaitu dengan memberikan

tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa untuk dikerjakan dan diserahkan

10Observasi 5 September 2018


5

hasilnya pada pertemuan selanjutnya, . Ketika masih banyak siswa yang salah

dalam menjawab soal, maka akan dijelaskan ulang oleh guru mata pelajaran fiqih

terkait materi yang masih belum difahami secara utuh oleh siswa.11

Dengan menggunakan variasi metode pembelajaran yang sesuai maka


siswa akan lebih cepat memahami materi pembelajaran dan lebih aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun sebaliknya jika
penggunaan variasi metode pembelajaran yang tidak sesuai maka akan
menyebabkan siswa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran,
misalnya guru terlalu monoton dalam menggunakan satu metode saja.
Hal tersebut terbukti ketika guru menjelaskan materi pembelajaran
dengan metode ceramah saja kebanyakan siswa terlihat mengantuk dan
jenuh dalam mengikuti pross pembelajaran.12 Hal tersebut juga
dipertegas dengan hasil wawancara dengan Jamaludin siswa kelas X
MA Ubung Kecamatan Jonggat mengatakan bahwa dengan
menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan materi
pembelajaran siswa tidak cepat jenuh dan lebih cepat memahami materi
yang disampaikan. Namun sebaliknya jika guru menyampaikan materi
dengan menggunakan metode ceramah saja maka siswa akan cepat
jenuh dan malas dalam mendengarkan materi yang disampaiakn oleh
guru.13
Selain itu, persoalan yang muncul dalam proses pembelajaran dengan
variasi metode adalah ketika penyampaian materi didominasi oleh
penggunaan metode ceramah yang dijalankan oleh guru Fikih, terdapat
kejenuhan pada diri siswa. Kejunahan ini kemudian berdampak pada
rendahnya motivasi siswa untuk lebih semangat belajar, hal ini terlihat
ketika proses pembelajaran berlangsung. Bahkan dari sisi lain,
penggunaan metode ceramah yang selalu dijalankan oleh guru juga tidak
sesuai dengan tuntutan K13, yang mana siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. 14

11Observasi 15 September 2018.


12Arifi Musa,wawancara, Ubung, 5 September 2018
13,Jamaluddin,wawancara,Ubung, 5 September 2018
14Observasi MA Ubung. pada 15 September 2018
6

Dari uraian inilah, kemudian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Variasi Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran

Fikh Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MA Ubung

Kecamatan Joggat”.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan Variasi Metode pada Pembelajaran Fikih dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Ma Ubung Kecamatan

Jonggat?

2. Bagaimana Dampak Penerapan Variasi Metode Pembelajaran dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Ma Ubung Kecamatan

Jonggat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Variasi Metode Pembelajaran

dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X MA Ubung

Kecamatan Jonggat?
7

b. Untuk Mengetahui Bagaimana Dampak Penerapan Variasi Metode

Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X MA

Ubung Kecamatan Joggat?

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi yang

akademis (bahan refrensi) dalam penelitian yang sejenis.

b. Manfaat secara Praktis

1) Bagi Lembaga (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan: khususnya

Jurusan PAI)

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber refrensi dalam

penelitian yang sejenis.Dan diharapkan menjadi bahan rujukan bagi

lembaga dalam memberikan pemahaman pentingnya penerapan

variasi metode pembelajarandalam meningkatkan motivasi

pembelajaran terutama bagi mahasiswa sebagai tenaga pendidik di

Sekolah maupun di Madrasah.

2) Bagi Madrasah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan Madrasah dalam

proses pembelajaran, terutama pada pentingnya penggunaan metode

pembelajaran yang bervariasi.


8

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi bahan pengetahuan dan pengalaman peneliti

yang lebih luas dalam memaknai variasi metode pembelajaran,

terlebih lagi membangun motivasi belajar siswa dalam mewujudkan

pendidikan yang lebih baik.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAUbung Kecamatan JoggatLombok Tengah

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kemudian masalah-masalah yang akan di teliti

hanya sebatas bagaimana Penerapan Variasi Metode Pembelajaran Dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X dan dampaknya.

E. Telaah Pustaka

1. Skripsi yang ditulis oleh Siti Husaeni Nur Rohimah dengan judul

“Implementasi Keterampilan Mengadakan Variasi Pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA PGRI 04 Gandrungmangu Cilacap”.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Husaeni Nur

Rohimah bahwa Variasi pembelajaran dilakukan oleh guru dengan

mengadakan berbagai variasi, seperti: Pertama. Variasi gaya mengajar yang

meliputi: variasi suara, variasi gerakan badan dan mimik muka, variasi

kesenyapan, variasi kontak pandang dan variasi perubahan posisi. Kedua,

Variasi penggunaan media pengajaran, seperti: menggunakan media yang

dapat dilihat berupa buku modul pembelajaran dan media yang dapat

diraba berupa alat peraga sosiodrama siswa. Dan Ketiga, Variasi pola
9

interaksi. Pola interaksi yang dimaksudkan meliputi pola variasi metode

yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan oleh guru lebih dari

satu maka dikatakan bahwa guru telah mengadakan pola variasi, yaitu

ceramah guru–tugas kelompok–diskusi kelas.15

Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah, penelitian yang ditulis

oleh Siti Husaeni Nur Rohimah lebih mengarah pada implementasi

keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran pendidikan agama

islam. Sedangkan dalam penelitian ini lebih pada penerapan variasi metode

pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu

perbedaanya juga pada ranah mata pelajaran, yang mana Siti Husaeni Nur

Rohimah meneliti pada mata pelajaran PAI (Sekolah Umum), sedangkan

penelitian ini pada mata pelajaran Fikih (Madrasah Aliyah). Sedangkan

persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang variasi

metode pembelajaran.

2. Skripsi yang ditulis oleh Yuliana dengan judul “Kemampuan Guru

Melaksanakan Variasi Pembelajaran Tematik Kelas IV di MI Munawariyah

Pelembang”.

Hasil penelitian ini bahwa Kemampuan guru dalam melaksanakan

variasi pembelajaran merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki

guru, seperti keterampilan variasi suara, meningkatkan perhatian, membuat

15Siti Husaeni Nur Rohimah. “Implementasi Keterampilan Mengadakan Variasi Pada


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA PGRI 04 Gandrungmangu Cilacap”, Skripsi IAIN
Purwokerto, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, h. 79
10

kesenyapan sejenak, mengadakan dengan kontak, variasi gerakan badan dan

mimic, mengubah posisi dengan bergerak, variasi media atau bahan ajar, dan

variasi interaksi. Dengan Menggunakan variasi mengajar guru dapat

meninggkatkan minat belajar sisiwa serta memberikan motivasi siswa dalam

bertanya jawab. Adapun tujuan lainnya meningkatkannya perhatian siswa,

memotivasi siswa, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

melalui penyajian gaya mengajar yang bersemangat dan antusias, dan

mendorong fasilitas pengajaran.

Respon siswa saat melaksanakan variasi pembelajaran sangat antusias

dan bersemangat proses belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan

hanya menjadi penerima tapi pemberi pendapat atau peran utama dikelas dan

harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai nilai aktifitas dalam

pembelajaran yaitu para siswa mencari pengalaman sendiri. Beraktifitas

sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara dalam,

memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, para siswa yang

bekerja berdasarkan minat dan kemampuannya sendiri, memupuk disiplin

kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis, mempererat

hubungan sekolah dan masyarakat, dan orang tua dengan guru, pembelajaran

dilaksanakan dengan konret sehingga pemahaman berfikir kritis sehingga

menghindari verbalitas, pembelajaran disekolah menjadi lebih hidup

sebagaimana aktivitas dalam masyarakat.


11

Kendala-kendala yang dialami guru saat melaksanakan variasi

pembelajaran, masih banyak guru yang hanya melakukan tugas mentransfer

ilmu tanpa tahu bagaimana mengemas pembelajaran menjadi perhatian siswa,

sehingga banyak ditemui siswa yang masih belum memiliki motivasi untuk

lebih giat dalam belajaran disekolah.16

Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah, penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana lebih kepada kemampuan guru melaksanakan variasi

pembelajaran tematik. Pada penelitian ini lebih kepada penerapan variasi

metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang variasai metode pembelajaran.

3. Skripsi yang ditulis oleh dengan judul “Pengaruh Keterampilan Guru

Mengadakan Variasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv

Se-Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan guru

mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri

kelas IV se-Kecamatan Pandak, Bantul Yogyakarta tahun pelajaran

2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis yaitu t hitung sebesar

3,005 dan t tabel pada taraf signifikansi 5% atau 0,05 didapat ttabel sebesar

16Yuliana. “Kemampuan Guru Melaksanakan Variasi Pembelajaran Tematik Kelas IV di


MI Munawariyah Pelembang”, Skripsi UIN Raden Patah Palembang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan PGMI, h. 110-111
12

1,960. T hitung sebesar 3,005 > t tabel sebesar 1,960. Sumbangan variabel

keterampilan gurumengadakan variasi adalah sebesar 4,1%. Jadi sisanya

sebesar 95,9 % prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor lain di luar

penelitian.17

Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah, penelitian yang

dilakukan oleh Rinta Artikawati lebih kepada pengarus keterampilan

mengadakan variasi, sedangkan dalam penelitian ini adalah perapan variasi

metode pembelajaran. Selain itu, perbedaan dalam penelitian ini juga pada

variabel yang diteliti, yakni antara prestasi belajar dan motivasi belajar. Dan

pada ranah metode penelitian yang digunakan, Rinta Artikawati lebih

menggunakan metode penelitian kuantitatif, pada penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatitf. Sedangkan kesamaan dalam penelitian ini

adalah sama-sama meneliti tentang variasi pembelajaran.

F. Kerangka Teoritik

1. Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Penggunaan Metode Pembelajaran

a. Pengertian Mangadakan Variasi (Variasi Stimulus)

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses

interaksi. Dengan arti bahwa belajar-mengajar yang ditunjukkan untuk

mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam situasi belajar-mengajar

siswa senatiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh

17 Rinta Artikawati. “Pengaruh Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Se-Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2015/2016”, SkripsiUIN SUKA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan PGSD, h. 87
13

partisipasi.18Selain itu variasi adalah menggunakan berbagai metode gaya

mengajar. Baik dalam hal penggunaan sumber bahan pelajaran media

pengajaran, maupun variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan

siswa.19

b. Tujuan dan Manfaat variasi

Adapun tujuan dan manfaat mengadakan variasi metode pembelajaran

dan proses belajar-mengajar adalah:20

1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa pada aspek-

aspek belajar-mengajar yang relevan.

2) Untuk memberikan kesempatan berkembangnya bakat ingin

mengetahui dan menyelidiki pada diri siswa tentang hal-hal yang

baru.

3) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah

dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan

belajar yang lebih baik.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara

menerima pelajaran yang disenanginya.

18Moh. Uzer Usma. Menjadi Guru Profesional…, h. 84. (lihat juga, Zainal Asril. Micro
Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), Cet. Ke-
7, h. 86.)
19Buchari Alma, dkk. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar(Bandung:Akfabeta2014), h. 48
20Moh. Uzer Usma. Menjadi Guru Profesional (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2017) h,
84-85.
14

Zainan Asril sendiri dalam hal ini menjelaskan beberapa manfaat

keterampilan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran, adalah:

1) Menumbuhkan perhatian siswa

2) Membentuk sikap positif bagi siswa terhadap guru

3) Melibatkan siswa dalam berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

proses pembelajaran

4) Dapat menggapai rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki

5) Melayani keinginan dan pola belajar siswa yang berbeda-beda.

c. Gaya variasi guru dalam membangun motivasi belajar siswa

Gaya guru yang professional harus hidup dan antusias (teacher liveliness)

guna menarik motivasi belajar siswa. Di mana dalam hal ini, guru

diharapkan mampu memodifikasi variasi, melalui:

1) Suaru guru harus memiliki tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat.

2) Mengadakan diam sejenak pada saat yang tepat, guna pembicaraan

guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, tanda seru

dan lainnya.

3) Guru menguasai dengan kontak mata, kalau ada kontak mata antara

guru dan siswa, hal ini berdampak pada keyakinan siswa terhadap

kata-kata yang diucapkan oleh guru.

4) Ekspresi roman muka, ekspresi harus mampu disesuaikan dengan apa

yang diucapkan, roman wajah guru harus ceria. Wajah yang punya

ekspresi akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa.


15

5) Gerak gerik tangan, variasi dengan ini dapat memperkuat ekspresi

guru.

6) Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa. Dalam hal ini, guru

harus menghindari banyak bicara atau terlalu lama. Hal ini akan

berdampak pada kehilangan perhatian siswa.21

2. Metode Pembelajan dalam Proses Belajar-Mengajar

Dalam metode pembelajaran, terdapat berbagai macam metode yang

digunakan. Namun, dalam hal ini metode pembelajaran yang akan dijelaskan

meliputi: metode ceramah, metode diskusi, metode role playing, dan

demonstrasi.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan penerapan dan penuturan secara lisan

oleh guru terhadap siswa. Selain itu, metode ceramah adalah suatu cara

penyajian atau penyampaian infirmasi melalui penerangan dan penuturan

secara lisan oleh guru kepada siswa.22 Sejalan dengan ini metode

ceramah juga dimaknai sebagai sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah

siswa yang secara umumnya mengikuti secara pasif.23

21Zainal Asril. Micro Teaching(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), h, 87-89


22Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam(Jakarta:Kalam Mulia 2012), h. 299
23Buchari Alma, dkk. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung:Akfabeta2014) h. 49
16

b. Metode Diskusi

Metode diskusi pada dasarnya adalah metode yang bersifat

timbal-balik (tukar-menukar) pikiran dan atau informasi dalam

menyelesaikan masalah atau dalam hal-hal tertentu, baik antara satu

orang atau lebih. Dalam Buchari Alma, metode diskusi diartikan sebagai

pertukaran informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara

teratur dengan maksud mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas

dan cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. 24

c. Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

disajikan.25 Selain itu, metode demonstrasi dalam pembelajaran dianggap

sebagai suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal

dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau

benda.26

24Buchari Alma, dkk Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,. ,
(Bandung:Akfabeta2014) h.51-52
25Moch. Agus Krisno Budiyanto. Sintaks 45 Metode Pembelajaran (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Pers.2016), h. 106
26Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 313
17

d. Metode Role Playing

Metode role playing adalah metode yang digunakan oleh guru

dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif dalam

kelompok, semua siswa dapat mengeksplor diri sebagai ahli,

mengungkapkan gagasan kepada teman serta dapat menerima penjelasan

dari teman yang lain, serta bermain peran sebagai tokoh bangsa bersama

kelompoknya.27Sehingga pada metode ini penekanannya terletak pada

keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi

masalah yang secara nyata dihadapi.

3. Pentingnya Meningkatkan Motivasi dalam Proses Pembelajaran

a. Hakekat Motivasi dalam Proses Pembelajaran

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya

rang-sangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang

berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas

tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. 28Hakekat motivasi belajar

adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsure yang mendukung.

27Moch. Agus Krisno Budiyanto. Sintaks 45 metode pembelajaran (Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang Pers.2016), h. 129
28Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (
Jakarta: Bumi Aksara, 2017), Cet. Ke- 15, h. 9
18

Indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai hasrat dan

keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,adanya

harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar,

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,adanya lingkungan belajar

yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar

dengan baik.29

b. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha dalam membantu

siswa untuk memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk

pada perilaku individu yang sedang belajar. Adapun peran penting

motivasi dalam belajar dan pembelajaran, adalah sebagai berikut: 30

1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.

Peran motivasi dalam hal ini mengarah pada pentingnya

sesuatu yang dapat menjadi penguat belajar, karena penguat belajar

siswa tidak hanya pada konteks secara pribadi (internal), juga dapat

berasal dari eksternal siswa itu sendiri. Dengan kata lain, motivasi

dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan siswa yang dapat

memperkuat perbuatan belajar. Dalam hal ini, guru perlu memahami

situasi dan kondisi siswa, agar dapat membantu siswa dalam memilih

29Ibid., h, 23
30Ibid., h. 27-28
19

faktor-faktor atau situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan

siswa sebagai bahan penguat belajar.

2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

Peran motivasi dalam hal ini lebih erat kaitannya dengan

pemaknaan belajar. Siswa akan tertarik akan belajar sesuatu, jika

yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

manfaatnya bagi siswa. Misalnya, siswa akan termotivasi belajar

elektrinik, karena tujuan belajar elektrinik dapat melahirkan

kemampuan siswa dalam bidang elektronik.

3) Menentukan ketekunan belajar

Pada bagian ini, ketekunan belajar siswa didorong oleh

motivasi dalam dirinya, yang mana ketekutan belajar lahir atas dasar

kemampuan yang dimiliki. Terlebih lagi, ketika siswa memiliki

motivasi belajar terhadap sesuatu, maka siswa akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh

hasil yang baik.

c. Teknik-teknik Motivasi Proses dalam pembelajaran

Beberapa tehnik motivasi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran sebagai berikut:

1) Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk

meningkatkan motif belajar siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan

oleh suasana yang dapat mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan,


20

adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang sulit dipecahkan,

menemukan suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki.

2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan

motif belajar siswa.

3) Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi merupakan upaya

untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang

dipelajari melalui tindakan langsung

4) Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa. Suasana

ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur

kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain.

5) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam

ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang

harus dilakukan sendiri.

6) Memberikan contoh yang positif.

7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeperlihatkan

kemahirannya didepan umum. Hal itu akan menimbulkan rasa bangga

dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya suasana tersebut akan

meningkatkan motif belajar siswa.

8) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar. Sesuatu yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat

lebih mudah. Jadi, gunakanlah hal-hal yang telah diketahui siswa


21

sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum

dipahami oleh siswa.31

d. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Proses Belajar-Mengajar

Adapun beberapa bentuk-bentuk motivasi dalam proses belajar-mengajar

dalam hal ini, adalah:32

1) Memberi Angka

Salah satu tujuan dari proses belajar siswa yang kuat atau

maksimal adalah guna mendapatkan nilai yang bagus, karena dengan

nilai yang bagus mendorong siswa untuk semakit semangat untuk

belajar. Namun, dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru

adalah angka-angka atau nilai yang didapatkan oleh siswa belum

merupakan hasil belajar sejati atau hasil belajar yang bermakna.

Sehingga yang perlu dilakukan oleh guru pada tahap selanjutnya

adalah bagaimana cara memberikan angka-angka yang dikaitkan

dengan values yang terkadung di dalam setiap pengetahuan yang

diajarkan kepada siswa, sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi

juga keterampilan dan afeksinya.

31Ibid., h,34-37
32Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2016), Cet. Ke-23, h. 92-94
22

2) Memberi Hadiah

Hadiah merupakan bagian penting dalam memberikan

dorongan motivasi yang lebih besar kepada siswa, karena selain

bersifat penghargaan, hadiah juga bersifat “beban positif” bagi siswa.

Hal ini didasari pada rasa tanggung jawab siswa terhadap hadiah yang

diberikan, dan terdapat hubungan timbal balik dari “rasa bahagia”

siswa karena diberikan hadiah oleh guru.

3) Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa, baik persaingan yang bersifat

individual maupun kelompok. Karena hal ini dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Oleh karenanya, guru dalam hal ini harus

mampu memberikan pemahaman yang positif kepada siswa terhadap

persaingan/kompetisi yang ada. Karena terkadang persaingan dapat

menyebabkan kegagalan atau motivasi yang ada dalam diri siswa

menjadi lemah.

4) Pujian

Pujian merupakan sumber energi dalam diri seseorang/siswa,

yang mana siswa yang telah berhasil/sukses dalam mengerjakan tugas

dengan baik, pujian dapat menjadi penyemangat atau motivasi yang

positif dalam mendorong hasil yang lebih baik. Pujian ini adalah

bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan mitivasi


23

yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar siswa dan atau

membangkitkan harga diri siswa.

5) Minat

Motivasi secara sederhana muncul karena adanya kebutuhan, begitu

juga dengan minat, sehingga minat siswa dalam belajar menjadi

penting untuk ditumbuhkan secara massif. Hal-hal yang penting

untuk diperhatikan dalam membangkitkan minat, adalah:

a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

c) Member kesempatan untuk menghasilkan yang baik

d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kualitatif, yang bersifat deskriptif. Karena data yang dikumpulkan dalam

penelitian kualitatif deskriptif adalah data-data yang bersifat kata-kata atau

informasi yang berkaitan dengan peristiwa yang diteliti. 33Penelitian kualitatif

33Sukardi .Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 157. (Lihat
juga Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 61.)
24

sendiri dimaknai sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

kondisi objek yang alamiah.34

Dalam pendekatan ini, pengumpulan data dilakukan dengan

mengadakan pendekatan terhadap situasi dan kehidupan ditempat penelitian

dengan cara sabar (with picking way). Dan masalah-masalah dilandaskan pada

tidak ada yang bersifat sepele, melainkan bermakna.35Bahkan sifat masalah

yang remang-remang atau gelap, komplek dan dinamis. Artinya, masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan

berkembang atau berganti setelah peneliti berada dilapangan. 36Dengan kata

lain, sifat “masalah” dalam penelitian ini semuanya memiliki makna dan

memerlukan kehati-hatian dalam memakna setiap masalah yang ada. Guna

ketika pelaporan, kebasahan data penelitian ini terakui dan teruji.

2. Kehadiran Peneliti

Sebagai instrumen kunci dalam penelitian,37 peneliti harus berbaur

dengan subjek penelitian, guna lebih mendekatkan emosional agar informasi

yang disampaikan tidak dibuat-buat oleh narasumber, sehingga penelitian ini

dapat terjawab dengan kredibel dan atau valid.Dalam penelitian kualitatif,

34Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:


Pustaka Setia, 2012), h. 57
35 Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 61.
36Sugiyono.metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014),h. 283
37Penelitian adalah cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari
jawaban permsalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention. Selain itu,
penelitian tidak lain adalah art andscience guna mencari jawaban terhadap permasalahan. (Lihat
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan…, h. 3)
25

peneliti berperan sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data

sehingga keberadaanya dilokasi mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti di

lokasi perlu di gambarkan secara eksplisit dalam laporan penelitian.38Karena

dasar dari semua ini adalah bagaimana peneliti mengenal secara baik sumber

data dalam penelitian.39

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada dasarnya merupakan pemilihan tempat tertentu

yang berhubungan secara langsung dengan masalah yang akan diteliti.

Sesuatu yang dipandang sebagai masalah, kemungkinan besar berhubungan

dengan medan yang akan ditempuh oleh peneliti.40 Dengan demikian, tanpa

menentukan lokasi penelitian, penelitian dengan pendekatan kualitatif tidak

akan pernah selesai. Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah di MA Ubung

Kecamatan Joggat Lombok Tengah.

4. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama dalam sebuah penelitian.

Adapun sumber data primer dalam hal ini adalah guru Fiqh dan beberapa

siswa yang ada.

b. Sumber Data Skunder

38Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram 2017.


39Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: Alfabeta, 2014),h. 6.
40Ibid. h. 7.
26

Sumber data skunder adalah sumber data pendukung dalam penelitian ini,

yang mana sumber data yang dimaksud adalah berupa dokumen tertulis,

foto-foto, film, dan sumber data lain yang dapat membantu menjawab

penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dalam menjawab sebuah penelitian pada dasarnya

adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam kegiatan penelitian dengan

pendekatan apapun, terutama dalam penelitian kualitatif.Hal ini disebabkan

oleh desain dalam penelitiannya tidak rijid atau dapat dimodifikasi setiap

saat.Pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi satu fase yang sangat

strategis bagi dihasilkannya penelitian yang bermutu. 41 Dengan demikian,

adapun teknik pengumpulan data untuk menjawab penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dalam pandangan Nawawi dan Martini dalam Afifuddin

dan Ahmad Saebani merupakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala dalam objek penelitian.42Selain itu, observasi dimaknai oleh

41.Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif(Bandung:Rajawali Pers.2015), h. 121


42Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung:
Rosda karya. 2016) h. 134
27

Irawan Soehartono sebagai suatu kegiatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.43

Sugiyono sendiri dalam hal ini memaknai observasi lebih luas,

yakni tidak terbatas pada orang, melainkan juga obyek-obyek alam yang

lain. Bahkan Sutrisno Hadi dalam Sugiono memandang observasi sebagai

proses yang lebih kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikhologis. 44Dengan demikian, dalam penelitian ini

observasi merupakan suatu kegiatan pengamatan terhadap obyek-obyek

penelitian yang tidak terbatas pada orang, melainkan juga hal-hal yang

berkaitan dan mendukung dalam menjawab penelitian ini.

Adapun observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipan (participant observation).Hal dasar dalam penggunaan

ini adalah menemukan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini

secara mendalam dan ikut serta.Seperti halnya pandangan Sugiyono bahwa

dengan observasi partisipan, maka peneliti dapat menemukan data yang

lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap

prilaku yang tampak.45

Adapun yang akan di observasi dalam peneliti ini, yaitu: observasi

yang berhubungan dengan pelaksanaan berbagai metodelogi dalam

43IrawanSoehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik penelitian Bidang


Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2015), h. 69
44Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta. 2014)h. 203
45ibid. h. 204
28

pembelajaran dan proses interaksi antara siswa dan guru. Bentuk-bentuk

motivasi siswa, proses pembelajaran. Observasi ini merupakan alat

penunjang dari wawancara, yang ditunjukkan kepada subjek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau

responden.46Wawancara juga merupakan sebuah percakapan antara dua

orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti.47Senada

bahwa wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.48

Dengan demikian, wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah sebuah upaya dalam menemukan informasi (data) secara mendalam

dan holistik dari informan dan sumber pendukung lainnya. Peneliti dalam

hal ini memiliki peranan untuk memperoleh kerja sama yang baik dengan

responden, karena hal ini sangat penting untuk dilakukan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan

penelitian adalah:Pertama, penampilan fisik, yang mana hal ini berkaitan

46Afifuddin dan Ahmad Saebani.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya.


2016), h. 131
47 Sudarwan Danim. Menjadi peneliti kualitatif (Bandung: Pustaka Setia. 2013), h. 130
48IrawanSoehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) h. 67-68
29

dengan kesan yang nampak, peneliti harus memiliki penampilan yang baik

guna mendapatkan kepercayaan dari responden.

Kedua, sikap dan tingkah laku.Dalam hal ini peneliti harus

memiliki sikap dan tingkah laku yang sopan guna memberikan

kenyamanan dan kesenangan.Ketiga, identitas dalam sebuah penelitian

merupakan hal yang penting, karena ini dapat menunjukkan keberadaan

dan latar belakang peneliti.Keempat, persiapan peneliti, artinya peneliti

betul-betul harus memahami dan menguasai apa yang akan ditanyakan

kepada responden.49 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada

guru Fiqh dan beberapa siswa mengenai penerapan variasi metode

pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar dan dampaknya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dimaknai sugiyono sebagai sebuah upaya dalam

mencatat peristiwa yang sudah berlalu, baik berupa tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang.Studi dokumen ini merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.50 Adapun data yang di peroleh melaluai metode

ini yakni profil sekolah MA Ubung Kecamatan Jonggat meliputi letak

geografis, sejarah berdirinya, visi dan misi, perangkat pembelajaran,

observasi dan lainnya.

49 Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik penelitian Bidang


Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) , h. 68
50Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan: (Bandung: Alfabeta.2014), h. 329
30

6. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian kualitatif di peroleh dari berbagai sumber,

dengan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan

secara terus menerus sampai datanya jenuh. Nasution dalam Sugiyono

menjelaskan bahwa:

“Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja


keras.Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual
yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri
metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang
sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.

Sejalan dengan hal di atas, Bogdan dalam Sugiyono sendiri memaknai

bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

daya yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain. Sehinga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.

Adapun proses analisis data dalam penelitian ini adalah:

a. Pengumpulan data: data yang dikumpulkan dari proses dokumentasi dan

wawancara diajdikan sebagai bahan analisis.

b. Reduksi data: data yang sudah dikumpul dari studi lapangan diseleksi dan

dikompirmasikan. Dalam reduksi data ini dipilih data yang berkaitan

langsung dengan penelitian. Dengan demikian, penelitian terfokus pada

maslah yang diteliti.


31

c. Penyajian data: data yang telah melalui proes reduksi. Ditampikan dalam

kumpulan kata yang luas dan mudah dicerna, demikian aspek

kebermaknaan penelitian akan difokuskan dalam proses penyajian data.

d. Pemeriksaan dengan interprestasi: setelah data yang disajikan secara rinci

maka langkah selanjutnya adalah membahas data yang telah disajikan

tersebut. Dalam pembahasan ini peneliti dapat memberikan penafsirn,

argumentasi, menemukan makna dan mencari hubungan antar beberapa

komponen serta dikaitkan dengan teori pendukung. Hal ini untuk

mendiskripsikan secara lebih baik masalah yang diteliti.

e. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi: penarikan kesimpulan data

penelitian kualitatif menggunakan penafsiran dalam bentuk uraian yang

diperluas guna mendpatakan hasil analisis yang berlanjut, berulang dan

terus-menerus.51

7. Pengecekan Keabsahan Data

Penelitian kuantitatif yang menggunakan rumus uji kesahihan dan

keterandalan yang sudah baku, yang kemudian kesahihan yang real akan dapat

dicapai. Berbeda halnya dengan penelitian kualitatif, usaha untuk mencapai

kesahihan dan keterandalan itu relatif rumit. Adapun cara dalam menguji

kredibilitas atau kesahihan data dalam Sugiyono adalah sebagai berikut: 52

a. Perpanjangan Pengamatan

51Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta.2014), h.336-346.


52Ibid. h. 369-375
32

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan

untuk melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara sumber yang

pernah ditemui. Selain itu, dengan perpanjangan pengamatan berarti

semakin mendekatkan diri dengan nara sumber dan akan semakin terbentuk

rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih

dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan

belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang

dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek

kembali apakah data yang telah diberikan selama ini setelah dicek kembali

pada sumber yang data asli atau sumber data yang lain tidak benar, maka

peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam

sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan oleh William

Wiersma dalakm Sugiyono sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Adapun triangulasi ini

dibedakan menjadi tiga bagian. Pertama, Triangulasi Sumber. Triangulasi

sumber adalah triangulasi yang menguji kredibilitas data dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui wawancara dengan beberapa

sumber. Misalnya data yang telah didapatkan pasca penelitian kemudian di


33

cek kembali untuk mendapatkan data yang lebih valid. Baik di sekolah

(kepala sekolah, guru dan murid), maupun dengan pembimbing serta

dengan orang-orang yang dapat memberikan informasi mengenai

keabsahan data yang telah dikumpulkan.

Kedua, Triangulasi Teknik. Dalam hal ini, pengecekan data dengan

teknik yang berbeda dari data yang didapatkan dari sumber yang sama.

Dengan kata lain, pengecekan kembali data yang didapatkan melalui

wawancara dilakukan dengan teknik observasi atau dokumentasi, ketika

data dihadapkan pada hasil yang berbeda-beda maka peneliti melakukan

diskusi-diskusi kembali dengan sumber data yang bersangkutan, dengan

tujuan untuk memastikan data mana yang dianggap valid.

Ketiga, Triangulasi Waktu. Dalam triangulasi waktu ini, pengujian

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan

teknik lainnya. Ketika hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya. Dalam hal ini, pengujian kredibelitas data yang sudah didapatkan

dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan melalui wawancara

dan observasi dalam waktu atau situasi yang berbeda. Misalnya data yang

diambil pada siang hari, bisa saja tercampur oleh masalah-masalah dari

sumber itu sendiri, sehingga dapat dicek kembali pada pagi hari di saat

narasumber masih segar dan belum banyak masalah, sehingga

menghasilkan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.


34

c. Mengadakan Member Check.

Mengadakan member check merupakan suatu proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. Ketika data yang ditemukan disepakati oleh

para pemberi data berarti datanya valid, sehingga makin

kredibel/dipercaya.
35

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Profil MA Ubung Kecamatan Jonggat

1. Sejarah Berdirinya MA NW Ubung

Madrasah Aliyah NW Ubung merupakan salah satu madarasah yang

berada di bawah naungan Yayasan NW Ushuluddin. Yayasan tersebut

didirikan pada tahun 1988. Sedangkan Madrasah Tsanawiyah berdiri pada

tahun 1990 yang berada di Desa Ubung Kecematan Jonggat Kabupaten

Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Berangkat dari kesadaran dan

kepedulian bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas anak dan

tentunya juga oleh kualitas pendidikan maka pihak Yayasan NW Ushuluddin

merintis dan mendirikan lembaga pendidikan yakni MA NW Ubung supaya

pendidikan dapat dijangkau semua lapisan masyarakat dari kalangan anak-

anak yang berada di sekitar desa Ubung.53

Madrasah Aliyah ini didirikan atas inisiatif dari bapak Mawardi, H.

L. Marzuki serta tokoh agama dan masyarakat Desa Ubung Kecematan

Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Karena pada waktu itu banyak anak-

anak di Desa Ubung dan sekitarnya sangat membutuhkan pendidikan

sementara jumlah lembaga pendidikan disekitar desa Ubung masih sangat

minim. Sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak di desa Ubung yang

sebagian besar kehidupannya tidak berkecukupan untuk bersekolah di

53 Nasum, Wawancara, Ubung. l 9 September 2018


36

sekolah-sekolah yang jauh dari desanya. Oleh karena itu bapak Mawardi dan

tokoh masyarakat setempat sepakat untuk mendirikan MA NW Ubung dan

sekaligus bapak Mawardi sebagai kepala sekolah pertama yang menjabat di

Madrasah Aliyah NW Ubung.

Setelah berdirinya MA NW Ubung dan minimnya lembaga

pendidikan di desa Ubung, maka yang menjadi sorotan utama bagi

masyarakat di desa Ubung adalah mendaftarkan anak-anaknya ke MA NW

untuk mendapatkan pendidikan. Pada waktu itu madrasah memiliki banyak

sekali siswa-siswi sehingga melebihi kapasitasnya. Akan tetapi seiring

berjalannya waktu lembaga-lembaga pendidikan di desa Ubung sudah mulai

banyak dan menarik sebagian siswa yang berada di MA NW Ubung tersebut.

Sementara bangunan atau ruang kelas MA dulu terdapat tiga ruang kelas

sederhana yang temboknya hanya setengah, disambung lagi dengan bambu-

bambu di atasnya, dan sekarang ruang kelas tersebut sudah direnovasi

mejadi ruang kelas yang layak pada umumnya.54

2. Visi Misi MA NW Ubung

MA NW Ubung adalah sebuah lembaga pendidikan yang berperan

penting dalam membantu atau menunjang pendidikan bagi anak-anak bangsa

khususnya bagi anak-anak yang berada di desa Ubung. Dengan demikian

tentunya lembaga tersebut pasti mempunyai tujuan-tujuan yang khusus yang

ingin dicapai bagi output-outputnya, tujuan tersebut adalah penjabaran dari

54 Ibid,...hlm.28
37

visi dan misi yang dibuat oleh pihak lembaga. Adapun visi misi di MA NW

Ubung adalah sebagai berikut:

a. Visi

Bermutu, beriman, berakhlak dan berbudaya Islam

b. Misi

1) Menanamkan akidah yang kuat melalui pembiasaan shalat berjamaah,

shalat sunnah, membaca Al-Qur,an, ucapan kalimat thoyyibah dan

perilaku islami.

2) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan mewujudkan

suasanan yang nyaman, bersih, asri dan islami sehingga siswa

berkembang secara optimal.

3) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri sehinga siswa dapat

berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya serat

menumbuhkembangkan akhlakul karimah sehingga bisa menjadi

teladan bagi, teman, masyarakat, dan Madrasah lain. 55

3. Letak Geografis

MA NW Ubung berlokasi di Desa Ubung Kecematan Jonggat

Kabupaten Lombok Tengah Jl. TGH. Lalu Muhammad Hukum Dusun

Batrata. Madrasah ini terrakreditasi B pada tahun 2013 berstatus swasta dan

berdiri pada tanggal 16 juli tahun 1990. Di bagian depan MA terdapat

sawah-sawah kemudian disampingnya terdapat lahan kebun dan beberapa

55 Dokumentasi, Papan Visi Misi MA Ubung. 19 September 2018


38

rumah warga sekitar. Sementara akses jalan menuju MA NW Ubung cukup

baik karena sudah di aspal. Karena letaknya di pedesaan mengingat sekarang

jumlah sekolah maupun madrasah di Desa Ubung cukup memadai maka

letak Madrasah ini kurang strategis mengingat jarak ke pusat kota berkisar

sepuluh kilo meter dan sebelah timur MA ada kantor kecematan dan desa

yang berjarak sekitar seratus meter dari MA NW Ubung. 56

4. Keadaan Siswa

Siswa adalah komponen paling penting dalam pendidikan khususnya

dalam pembelajaran, dimana ada pendidik atau guru maka pasti ada murid

atau siswa. Tanpa adanya siswa proses belajar mengajar tidak akan

terealisasi dan tidak akan ada yang namanya belajar mengajar. Adapun

jumlah siswa di MA NW Ubung pada kelas sepuluh sebanyak 12 siswa, pada

kelas sebelas sebanyak 26 siswa dan pada kelas dua belas sebanyak 20

siswa. Sementara jumlah siswa dalam tiga tahun terakhir ini mulai dari tahun

2016 siswanya berjumlah 110 siswa, kemudian pada tahun 2017 jumlah

siswanya berkurang 3 siswa, dan pada tahun 2018 jumlah siswanya

berkurang hingga 12 siswa, sementara pada tahun 2019 berkurang hingga 37

siswa. Sehingga dari tahun 2016 sampai 2019 jumlah siswa MA NW Ubung

mengalami penurunan.

Sedangkan keadaan siswa pada lingkungan sekolah yaitu sesuai

dengan peraturan yang di tetapkan sekolah, yakni ketika pada waktu jam

56 Observasi, Ubung. 9 April 2019


39

istirahat mereka keluar istirahat dan jarang sekali ada yang bolos. Kemudian

keadaannya dalam kelas siswa sangat antusias dalam pelajaran aktif dalam

bertanya, tetapi ada juga satu dua orang siswa yang suka bermain. Berikut

adalah daftar nama-nama siswa MTs NW Ubung:

Tabel: II.I
Daftar Nama Siswa Kelas X
MA NW Ubung57

NO NO. Nama Siswa L/P JAM KE Ket.


Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Ahmad Marzuki L
2 Alfaizi Riza L
3 Ginanjar L
4 Hilmisolehati P
5 Irawan Sastra L
6 Jamaludin L
7 Rustam Jayadi L
8 Salman Al-farizi L
9 Suhardi L
10 Sur’aini Safitri P
11 Yuni Artika Dewi P
12 Yusron Rifki L

Tabel: II.II
Kelas XI MA NW Ubung

NO NO. Nama Siswa L/P JAM KE Ket


Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adrian Parozi L
2 Bima Satriawan L
3 Dea Umiati P
4 Eko AriadiI L
5 Faesal Efendi L

57 Dokumentasi, Absensi siswa MA Ubung. Tanggal 26 September 2018


40

6 Harmuningsih P
7 Indayanti P
8 Junaidi L
9 Khaerun Nisa P
10 Kurniati Atifiah P
11 L. Hobi Fauzan L
Anggara
12 Marni P
13 Marni P
14 Mila Ayu Lestari P
15 Mila Kartini P
16 Muadzunul Affwan L
17 Muh. Warwam L
Dani
18 Nova Harianti P
19 Raehan Aleansyah L
20 Rahmatul Ummah P
21 Siti Aisyah P
Humairah
22 Sunnatul Awal P
23 Tina Kurnia P
24 Khusnul Khotimah P
25 Yustiani P
26 Zainul L
Muhammadun

Tabel: II.III
Kelas XI MA NW Ubung

NO NO. Nama Siswa L/P JAM KE Ket


Induk 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Anis Julianti P
2 Edi Kurniawan L
3 Fendi Irawan L
41

4 Gian Astitik P
5 Ilham L
Habiburrahman

6 Isnawati P
7 Lilis Karnila P
8 M. Saefuddin L
9 M. Taopik Jayadi L
10 M. Wahyuda L
11 M. Wahyu L
12 Mardi Adamwiyah L
13 Maryani P
14 Salman Alfarizi L
15 Siti Maemunah P
16 Siska Liani P
17 Soni Jayadi L
18 Yogi Pratama L
19 M. Munasip L
20 M. Sudi Horsi L

5. Keadaan Guru

Sebagai ujung tombak keberhasilal belajar mengajar dalam

pendidikan maka komponen yang terpenting juga adalah keadaan guru.

Dimana guru adalah jalan alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan, dalam hal ini diperlukan pendidik atau guru yang mendidik sesui

dengan posisi dan atau profesi mereka masing-masing. Untuk itu MA NW

Ubung adalah salah satu lembaga yang menyiapkan guru-guru yang


42

memadai dan sesuai dengan profsinya. Sementara itu MA NW Ubung

kebanyakan gurunya adalah berasal disekitar desa Ubung itu sendiri, berikut

daftar nama guru MA NW Ubung:

Tabel: II.IV
Daftar Nama Guru MA NW Ubung58

N Nama Guru Pendidikan Jabatan Mata


O Terakhir Pelajaran
Ket
.
1 Nasum S.Pd.I S1 KEPSEK MULOK GT
Y
2 Muh. Hasyim S1 WAKEP Q. HADITS GT
S.Pd Y
3 Arifin Musa S1 GURU FIQIH GT
QH. SPd.I MAPEL Y
4 Jistun Prayati S1 GURU PKN GT
S.Pd MAPEL Y
5 Siti Aisyiah S1 GURU BIOLOGI GT
S.Pd MAPEL Y
6 Uswatun S1 GURU BHS.INGGR GT
Hasanah S.Pd MAPEL IS Y
7 Herry S1 GURU IPS GT
Nugroho S.E MAPEL T
8 Muin S.Pd.I S1 GURU PBU GT
MAPEL T
9 Lukmanul S1 GURU SKI GT
Hakim S.Ag MAPEL Y
10 Muhammad - GURU PENJASKES GT
Faudzi MAPEL Y
11 Sanum A. MA - GURU FIQIH GT

58 Dokumentasi, Papan Nama Guru, MA Ubung. 26 September 2018


43

MAPEL Y
12 Resum S.Pd.I S1 GURU AKIDAH GT
MAPEL AKHLAK T
13 Zaenudin S.Pd S1 GURU IPA GT
MAPEL Y
14 Fuji Larasati S1 SEKRETA - GT
RIS Y
15 Sarudin S.Ag S1 - E-
16 Lilik Septiani S1 GURU BHS. INDO GT
S.Pd MAPEL T
17 Muh Haris S1 GURU IPA GT
S.Pd MAPEL T

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sara dan prasarana adalah bagian terpenting dalam menunjang

keberhasilan pembelajaran, Untuk menunjang keberhasilan pendidikan

dalam suatu lembaga maka yang terpenting adalah bagaimana keadaan

sarana dan prasarana sehingga bisa membantu dalam proses pembelajaran.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di MA NW ubung sebagai

berkut:

Tabel: II.V
Keadaan Sarana Prasarana MA NW Ubung59

Jumlah Ruang Menurut Kondisi


(UNIT)
NO Jenis Bangunan
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Ruang kelas 3
2 Ruang Kepala Madrasah 1

59 Dokumentasi, Papan Sarana prasarana, MA Ubung. 26 September 2019


44

3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Ruang Perpustakaan 1
6 Ruang Usaha Kesehatan 1
Sekolah (UKS)

7 Toilet Guru 1
8 Toilet Siswa 2
9 Ruang Osis 1
10 Masjid/Mushalla 1
11 R. Asrama Putera 4
12 R. Asrama Puteri 4

7. Struktur Organisasi

Untuk mengatur sebuah lembaga pendidikan umumnya pasti ada

pihak-pihak yang berperan penting di dalamnya. Pihak-pihak ini juga adalah

sebagi persyaratan dalam menjalankan tugas-tugas kelembagaan, tanpa ada

pihak ini maka suatu lembaga tidak akan bisa beroperasi seperti yang

diinginkan. Mengingat MA NW Ubung adalah sebuah lembaga pendidikan

maka pihak-pihak yang berperan penting tersebut dikelompokkan sehingga

disebut struktur organisasi. Adapun struktur organisasi di MA NW Ubung

adalah sebagai berikut:


45

Struktur Organisasi MA NW Ubung60

KOMITE KEPALA
SEKOLAH SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH

PENGELOLA PENGELOLA LAB/ MEDIA BELAJAR


PERPUS BPJ. LAB. FISIKA LAB. BAHSA TATA USAHA
BPJ. LAB. BIOLOGI LAB. KOMPUTER
BPJ LAB. KIMIA R. MEDIA BELAJAR

UR. KESISWAAN UR. SARANA UR. HUB.


UR. KURIKULUM
MUHAMMAD FAUZI PRASARANA MASYARAKAT
SARUDIN S.Ag
HERRY NUGROHO, S E H. ADIS, S.Pd.I

WALI KELAS VII WALI KELAS VIII


WALIKELAS IX
JISTUN PRAYATI, S.Pd LUKMANUL HAKIM,
S.Ag RASUM, S.Pd.I

GURU MATA PELAJARAN

SISWA

60 Dokumentasi, Papan Struktur Organisasi, MA Ubung. 26 September 2018


46

B. Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran FIkih) dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Penerapan variasi pembelajaran seyogyanya adalah bagian dari upaya yang

memungkin guru dengan siswa bersinergi untuk mencapai hasil pembelajaran

yang baik, terutama pada mata pelajaran fikih. Mata pelajaran fikih di MA Ubung

saat ini diampu oleh seorang sarjana sampai sekarang. Arifin namanya, seorang

guru yang percaya dan yakin bahwa mengajar tanpa adanya variasi pembelajaran,

akan mengarah pada tidak tersampainya makna pelajaran yang disampaikan oleh

seorang guru. Sehingga membuat variasi metode pembelajaran bagi Arifin adalah

poin penting yang harus dipahami oleh guru dalam menciptkan keseimbangan

antara teori dengan praktik pembelajaran.

Wawancara pertama kali dengan Arifin (pengampu mata pelajaran fikih) di

MA Ubung, yang sebelumnya peneliti telah melakukan perjanjian untuk bertemu

di MA selesai pelajaran. Peneliti datang di MA tepat waktu masuk kelas yakni

proses pembelajaran. Peneliti mencoba memantau dan mengamati metode

pembelajaran yang dipakai oleh Guru, dan proses pembelajaran yang terjadi

menggambarkan bahwa siswa kelihatan mengikuti beberapa intruksi dari Guru.

Guru membuat permainan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga

dengan permainan tersebut, siswa tidak hanya belajar dengan penuh semangat,
47

juga belajar tentang bahagia dalam sebuah proses pembelajaran, yang seyogyanya

tidak selalu menekan pada keseriusan.61

Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti mendekati dan menyapa Guru

mata pelajaran fikih, serta menerangkan kedatangan peneliti, yang mana sesuai

dengan perjanjian yang peneliti buat. Guru Fikih pun menyambut salam peneliti

dengan ramah dan kemudian mengajak peneliti untuk duduk diruang tamu.

Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan awal, seputar kehidupan Guru Fikih

(Pak Arifin), dengan harapan bisa lebih dekat tanpa adanya penghalang. Guru

Fikih (Pak Arifin) menjelaskan, bahwa:

“Alhamdulillah saya dan keluarga masih diberikan kesehatan, dan dalam


menjawab pertanyaan anda mengenai variasi metode, saya akan
menjelaskan dulu bagaimana proses belajar mengajar yang saya lakukan,
dan hal ini juga berkaitan erat dengan variasi metode pembelajaran. Setiap
pertemuan awal, saya selalu bercerita tentang bagaimana menjadi siswa
yang berprestasi, yang memiliki mental kuat dan karakter yang hebat. Hal
ini didasari pada setiap harapan guru bahwa siswa/siswi yang ada harus
memiliki masa depan yang lebih baik. Saya mencoba memberikan
gambaran akan pentingnya perjalanan hidup ini tidak menjadi sia-sia.
Setelah itu, saya membuat kontrak belajar yang saya sesuaikan dengan
materi pelajaran yang ada. misalnya: materi tentang Kurban dan Akikah.
Dalam hal ini, saya menggunakan tiga metode, yakni: Ceramah dan Tanya
Jawab, Diskusi sambil Bermain dan Demonstrasi”.62

Jamaludin Sebagai salah satu siswa dan sebagai satu-satunya sumber data

yang peneliti ambil dari siswa/siswi yang ada, menceritakan bagaimana proses

pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran yang yang menurutnya sangat

memberikan dampak terhadap pemahaman siswa/siswi yang ada. Bahkan proses

61 Observasi dikelas X MA Ubung, 05 September 2018


62 Arifi Musa, wawancara ,MA Ubung, 05 September 2018
48

pembelajaran yang ada tidak monoton dan membuat para siswa/siswi yang ada

tidak bosan dalam belajar. Jamaludin mengungkapkan, bahwa:

“Saya dan teman-teman yang lain terkadang bosan dengan beberapa guru
yang ada terkait proses pembelajaran yang ada, terkadang sampai salah
satu teman tertidur saat dijelaskan. Bagi kami sederhana saja, proses
pembelajaran pada dasarnya tidak boleh dibawa ke dalam keadaan serius,
harus ada proses pembelajaran yang membuat saya dan teman-teman yang
lain senang dan mudah memahamai materi pembelajaran. Dalam pelajaran
fikih, yang diajarkan oleh Pak Arifin sebagian besar (dominan) merasa
senang dan mudah dipahami, karena terkadang materi pelajaran diajarkan
melalui proses bermain sambil berdiskusi, bahkan terkadang langsung
mengadakan praktik.”

Lebih lanjut Guru Fikih menjelaskan arti penting dalam mengadakan

variasi metode pembelajaran, bahwa penggunaan variasi metode dalam proses

pembelajaran merupakan kunci dalam keberhasilan pembelajaran. Karena hal ini

berkaitan dengan membangun emosional yang baik antara para guru dan

siswa/siswi yang ada.63

1. Metode Ceramah dan Tanya Jawab

Metode ceramah adalah metode yang berupaya mentrasfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik yang belajar dan diharapkan para peserta

didik bisa menangkap dan mengetahui apa yang telah disampaikan oleh guru.

Dengan demikian segala sesuatu yang akan dipelajari bisa disampaikan secara

sistematis. Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan

oleh guru, sebuah metode dasar dalam menerapan metode-metode yang lain.

Bagi Guru Fikih (Pak Arifin) metode ini sangat penting dalam memberikan

63 Observasi kelas X di MA Ubung ,5 September


49

pemahaman teori kepada siswa/siswi yang ada, setelah itu para siswa/siswi

diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang ada ketika masih

belum memahami.64

Lebih lanjut Guru fiqih di MA NW Ubung menjelaskan:

“Metode ceramah adalah metode yang wajib digunakan oleh setiap guru
termaksud saya. Seperti biasa sebelum melakukan aktivitas belajar yang
panjang di dalam kelas maka materi pelajaran terlebih dahulu saya
sampaikan dengan berceramah dan menjelaskan hal-hal yang mendasar
mengenai pelajaran yang akan disampaikan tersebut. Sehingga peserta
didik mendapat pemahaman awal, kemudia baru itu saya mulai
menerapkan metode-metode yang lain.”65

Mata pelajaran fikih mengenai Qurban dan Aqikah pada dasarnya tidak

hanya membutuhkan teori saja, juga harus digandeng dengan praktiknya.

Metode ceramah adalah menerangkan teori-teori dan konsep-konsep yang baik

dalam pemahaman dan pelaksanaannya, terlebih lagi materi ini harus dipahami

dengan baik oleh siswa/siswi yang ada. Dalam kontek ini, Arifin selaku guru

fikih menjelaskan dengan hati-hati dan seksama agar siswa tidak kebingungan

dan salah penapsiran terhadap materi yang disampaikan, seperti halnya yang

dijelaskan, bahwa:

“Pelajaran Fikih mengenai materi-materi yang krusial terhadap


persoalan hidup seperti Qurban dan Aqikah adalah materi yang perlu
kehati-hatian dalam menyampaikannya, karena tidak hanya saya takut
terhadap penapsiran yang salah, juga nantinya praktiknya juga salah.
Sehingga materi ini bagi saya adalah materi yang harus diselesaikan
dengan baik guna menghindari hal-hal yang tidak saya inginkan.
Bahkan materi ini saya kelompokkan menjadi tiga bagian, yakni
memberikan pemahaman kepada siswa/siswi terlebih dahulu kemudian

64Observasi kelas X di MA Ubung, 12 September 2018


65Arifi Musa, wawancara , 12 September 2018
50

mereka bertanya, para siswa/siswi kemudian mendiskusikan beberapa


poin-poin penting yang dibarengi dengan bermain. Dan yang terakhir
adalah demonstrasi atau mempraktikkan materi tersebut”.66

Jamaludin dalam hal ini membenarkan apa yang disampaikan oleh Guru

Fikih, bahwa adanya praktiknya yang dilakukan setelah mendapatkan materi

dikelas, hal ini dilakukan secara kelompok, dan masing-masing kelompok

memiliki tugas masing-masing untuk dibawa sebagai bahan praktik.

“Setelah materi, baik benda mati maupun hidup secara kelompok


diberikan tugas untuk membawa bahan praktik, seperti ayam, pisau
untuk memotong. selesai diberikan pencerahan awal, kami kemudian
ditugaskan untuk membuat kelompok sesuai dengan materi yang ada,
setelah itu kami membuat lingkaran dan berdiskusi dengan teman
kelompok. Pak Arifin mengarahkan dan membimbing kami ketika kami
kebingungan, beliau mengajak kami belajar sambil bermain”.67

2. Metode Diskusi sambil Bermain

Metode diskusi sambil bermail dalam hal ini adalah upaya kolaborasi

metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu,

metode ini adalah bagian dari memberikan pemahaman kepada siswa akan

pentingnya bahagia atau senang dalam belajar, karena hal tersebut dapat

berdampak signifikan terhadap motivasi belajar siswa, hal ini didasarkan pada

penjelasan Guru Fikih, bahwa:

“Metode diskusi sambil bermain dalam proses pembelajaran ini adalah


bentuk kolaborasi, saya rasa metode ini dominan digunakan oleh setiap
guru yang ada. Hal ini dikarenakan muncul kesenangan di dalam diri
siswa/siswi dalam belajar. Selain itu, metode ini menumbuhkan rasa
percaya diri siswa dengan motivasi yang cukup baik. Siswa terlihat lebih

66Jamaludin, wawancara ,12 September 2018


67 Observasi dikelas X MA Ubung, 12 September 2018
51

aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah yang saya tawarkan,


terlebih lagi pembelajaran Qurban dan Akikah adalah pembelajaran
yang harus melibatkan kenyakinan yang kuat, agar dalam setiap
pelaksanaannya tidak ada keragu-raguan sama sekali. Pelaksaan Qurban
(menyembelih hewan) dan berqurban (menyerahkan hewan) serta
pelaksanaan akikah tidak mudah untuk melakukannya. Sehingga
siswa/siswi harus dibekali dengan teori (yang diambil dari Hadits dan
Al-Qur’an) serta praktiknya harus memiliki keyakinan kuat terhadap
esensinya”.68

Selain itu, Jamaludin juga menceritakan tentang proses pembelajaran

yang didapatkan mengenai materi Qurban dan Aqikah, bahwa:

“Saya dan temen-temen itu merasakan adanya sebuah perbedaan dalam


hal pembelajaran Qurban dan Aqikah, secara praktik materi ini mudah
dilakukan, hanya saja membutuhkan sebuah kenyakinan kuat bahwa
hasil dari apa yang kita lakukan itu halal dalam agama. Karena ketika
menyembelih sesuatu, tidak hanya sekedar menyembelih namun harus
memiliki dasar yang kuat. saya saja maupun temen-temen yang lain
tidak berani untuk melakukan hal tersebut. Dan praktik dalam
pembelajaran Qurban sangat penting bagi saya agar tidak sembarangan
menyembelih hewan Qurban”.

Secara teori dalam pembelajaran Qurban dan Aqikah, Jamaludin juga

menceritakan bahwa Guru Fikih memberikan penjelasan dengan perlahan dan

pasti, artinya materi yang diajarkan harus mampu dipahami dengan baik, agar

pada konteks praktiknya tidak salah. Sejalan dengan ini, Guru Fikih juga

mengambarkan akan pentingnya sebuah pemahaman dasar bagi para

siswa/siswi guna menjadi pondasi yang kuat dalam melaksanakan praktiknya.

68 Jamaludin, wawancara di MA Ubung, 12 September 2018


52

3. Metode Demonstrasi

Jamaludin dalam hal ini menceritkan bahwa demonstrasi dalam

pembelajaran Fikih mengenai Qurban dan Aqikah dilakukan pasca belajar teori

dan mendiskusikan masalah-masalah yang ada. Bahan-bahan praktik yang

ditugaskan secara kelompok dikumpulkan menjadi satu dan dibawa ke tempat

praktik (samping mushola).

“Secara kelompok kami dibawa kesamping mushola oleh pak arifin


untuk melakukan praktik Qurban (menyembih hewan) dan Akiqah, kami
diajarkan tata cara menyembih hewan dan apa yang harus kita ucapkan
sebelum menyembelih agar apa yang kita sembelih tidak masuk dalam
kategori tidak sah secara agama. Oleh karena itu, bagi kami ini adalah
praktik yang penting untuk dilakukan dan dipahami agar kami tidak
sembarangan dalam menyembih sesuatu”.69

Guru fikih dalam hal ini menjelaskan kepada peneliti mengenai esensi

dalam pelaksanaan Qurban dan Akiqah ini, bahwa:

“Saya rasa semua orang bisa menyembelih hewan, hanya saja proses
penyembelihan itu tidak sembarangan dilakukan, bahkan banyak orang
juga tidak berani melakukannya karena terkadang ada keraguan dalam
dirinya. Ketika keraguan muncul, maka terkadang dapat berdampak
pada sah dan tidak sahnya dalam menyembelih. Oleh karenanya, saya
merasa perlu untuk memberikan praktik secara langsung kepada siswa
dalam hal menyembelih, selain guna tidak memiliki keraguan,
diharapkan para siswa bisa memahami esensi dalam hal tersebut.
Bahkan bagi saya, praktik ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam
pembelajaran, agar siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman teori di
dalam kelas saja.”70

Metode demonstrasi pada dasarnya adalah aplikasi dari teori yang

didapatkan di dalam kelas, karena guru fikih dalam hal ini menganggap sebagai

69 Arifin Musa, wawancara di MA Ubung, 12 September 2018

70 Observasi dikelas X MA, 19 September 2018


53

tindakan yang dapat mengutuhkan pemahaman siswa secara lebih baik. Pada

metode ini, guru fikih mengajak seluruh siswa untuk mempraktik teori yang

didapatkan dalam kelas, dan objek yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan

tugas masing-masing siswa. seperti yang dijelaskan oleh Jamaludin, bahwa;

“Setelah beberapa pertemuan di dalam kelas, Guru Fikih mengajak


siswa untuk mengadakan praktik bagaimana tata cara pelaksaan Qurban,
dab biasanya praktik ini dilakukan setelah materi di dalam kelas selesai.
Dalam pelaksanaan metode demonstrasi ini, para siswa bergiliran untuk
melakukannya, sesuai dengan absen, bahkan terkadang di acak oleh
Guru Fikih. Tidak hanya sekali, mungkin ini untuk lebih memastikan
bahwa siswa sudah benar dalam tata cara pelaksanaan Qurban dan
Akiqah, guru fikih mengadakan praktik selama dua kali”.
C. Dampak Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran FIkih) dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

1. Tumbuhnya proses pembelajaran yang aktif

Penerapan variasi metode pembelajaran yang secara efektif dilakukan

ternyata berdampak signifikan terhadap tumbuhnya proses pembelajaran yang

aktif. Siswa secara individu dan kelompok lebih memiliki respon yang kuat

terhadap materi yang dipelajari. Bahkan secara dominan, siswa memiliki

tingkat respon yang baik, baik pada materi yang diajarkan maupun hubungan

antara materi dengan kehidupan yang dijalani. hal ini digambarkan oleh Guru

Fikih ketika melakukan variasi-variasi metode pembelajaran, siswa/siswi

seakan-akan selalu menunggu untuk melakukan proses pembelajaran.

“Saya melihat pada diri siswa/siswi yang biasa diam di dalam kelas,
akhirnya berani untuk melontarkan pertanyaan, berani untuk
mengeluarkan pendapat serta lebih aktif belajar. Sehingga terkadang
siswa saya lepas untuk berdiskusi maupun yang lainnya, saya hanya
sekedar memantau atau mengamati dan membimbing mereka ketika ada
54

pertanyaan yang masih kurang jelas maupun ketika masih belum


memahami materi yang akan dibahas”.71

Sisi lain, proses pembelajaran yang aktif merupakan harapan setiap guru

dalam memberikan pemahaman dan mencapai tujuan pembelajaran yang

optimal, dengan menggunakan variasi metode pembelajaran, guru pada

dasarnya memudahkan siswa/siswi dalam mengeksplorasi setiap ide dan

gagasan yang dimiliki. Lebih lanjut guru fikih menjelaskan, bahwa:

“Kemungkinan-kemungkinan positif yang muncul dari setiap proses


pembelajaran adalah bagian yang ingin dicapai, karena kemungkinan-
kemungkinan tersebut dapat memberikan manfaat kepada siswa/siswi,
dan memudahkan guru dalam menyampaikan informasi dari setiap
materi yang ada, karena satu sisi juga, guru tidak terlalu kesulitan dalam
hal tersebut. Misalnya, kemungkinan yang muncul adalah dominan
siswa/siswi aktif dalam berperan dari setiap proses pembelajaran”.72

Jamaludin dalam hal ini menyampaikan bahwa munculnya peran serta

siswa/siswi yang lebih aktif ketika guru menggunakan berbagai macam cara

mengajar, terlebih lagi cara mengajar yang mengajak siswa/siswi lebih

merasakan bahagia untuk belajar. Lebih lanjut Jamaludin menjelaskan, bahwa:

“Saya bersama teman-teman yang lain merasa bahagia ketika guru


mengajak kami belajar sambil bermain, bahkan ketika praktik
dilakukan. Karena ada terkadang teman-teman kami tidak suka dan
kurang mampu memahami materi, hanya dengan belajar sambil bermain
dan praktik secara langsung, mereka cepat dan mudah memahaminya.
Dalam mata pelajaran fikih, apalagi masalah Qurban dan Akiqah, kami
tidak hanya membutuhkan belajar dalam kelas saja, juga membutuhkan
praktik secara langsung”. 73

71 Arifin Musa, wawancara , MA Ubung ,19 September 2018

72Jamaludin, wawancara MA Ubung , 19 September 2018


73 Arifin Musa, wawancara ,MA Ubung, 19 September 2018
55

Dari sisi lain, proses pembelajaran di kelas maupun di lapangan,

mengajarkan arti penting sebuah keseimbangan ilmu, artinya ilmu di dalam

kelas adalah dasar dalam menjadikan siswa lebih memahami secara utuh

mengenai materi yang diajarkan, sedangkan pada praktiknya siswa didorong

untuk mampu mengaplikasikan dengan baik ilmu yang sudah didapatkan di

dalam kelas, sehingga kemampuan ini mengindikasikan aktifnya siswa dalam

menerima dan merespon proses pembelajaran. Dengan demikian, ilmu yang

didapatkan siswa tidak setengah-tengah, yang dalam hal ini Guru Fikih

menerangkan bahwa siswa harus diberikan pemahaman yang utuh, yakni secara

teori dan praktik langung, terutama pembahasan-pembahasan krusial dalam

mata pelajaran fikih.

Lebih lanjut, Guru Fikih menjelaskan bahwa;

“Keaktifan siswa di dalam kelas didasarkan pada proses pembejaran


yang lebih menyenangkan, siswa tidak secara monoton duduk di dalam
kelas, namun diberikan ruang bebas dalam mengaktifkan pemahaman
teori yang didapatkan. Sehingga ini akan menyeimbangkan kemampuan
siswa dan akan lebih berdampak pada pemahaman yang utuh dan kuat.
Karena jika tidak seperti itu proses pembelajaran yang dilakukan, ilmu
yang didapatkan di dalam kelas bisa saja dilupakan dengan mudah. dan
ketika proses pembelajaran yang seperti itu saya terapkan, siswa saat ini
lebih aktif dan berubah lebih responsif”.

Jamaludin sendiri menjelaskan bahwa;

“Persoalan aktif dan tidaknya sebenarnya menurut saya tergantung pada


diri siswa, karena kesempurnaan dalam proses pembelajaran itu sulit
untuk dicapai. Hanya saja, saya dan temen-temen itu membutuhkan
sentuhan yang berbeda, kami terkadang bosan harus duduk di kelas terus
menerus, terlebih lagi terkadang guru dalam menjelaskan materi terlalu
rumit sehingga membosankan. Dalam pembelajaran fikih ini, saya
merasa memiliki semangat dalam belajar, tidak hanya itu, ada beberapa
56

mata pelajaran juga yang membuat saya semakin semangat, dan itu
karena ada proses pembelajaran yang berbeda-beda. Saya merasa
bahagia ketika diajarkan praktiknya, dalam setiap mata pelajaran yang
ada. Karena dengan begitu saya dan teman-teman yang lain mudah
memahaminya. Sehingga itu yang membuat kami semakin aktif dalam
belajar”

2. Siswa/siswi memiliki semangat belajar yang kuat

Semangat belajar adalah hasil dari upaya pembelajaran yang kreatif,

yang hal ini didasari oleh metode pembelajaran yang bervariasi, dan guru

adalah kunci utama dalam membentuk karakter dan semangat belajar

siswa/siswi. Arifin dalam hal ini menggambarkan bahwa penerapan metode

pembelajaran yang kreatif sangat berdampak pada semangat belajar

siswa/siswi. Lebih lanjut Guru Fikih menjelaskan, bahwa:

“Ada perbedaan tersendiri ketika saya menerapkan variasi metode


pembelajaran dengan tidak menggunakan sama sekali. Hal ini saya
buktikan ketika materi yang terkadang hanya menggunakan ceramah,
siswa/siswi kelihatan secara dominan tidak responsif dan aktif, hanya
siswa/siswi yang sudah biasa mengeluarkan pendapat dan tidak malu
bertanya yang kelihatan aktif. Berbeda halnya ketika saya menerapkan
metode pembelajaran yang saya sebutkan tadi, ada dominasi responsif
dan aktif yang muncul, bahkan ada kesempatan yang sama antara yang
sudah terbiasa dengan yang tidak terbiasa. Oleh karenanya pembelajaran
semester ini, saya selalu menggunakan variasi metode pembelajaran,
dan siswa/siswi merasa lebih semangat dan bahagia ketika proses itu
saya lakukan”.74

Semangat belajar yang dirasakan oleh siswa secara sederhana pada

dasarnya mengacu pada metode pembelajaran seorang guru, mulai dari gerak

tangan, mimik, nada, ruang yang digunakan, media dan lainnya. Seperti yang

74 Arifin Musa , wawancara ,MA Ubung, 19 September 2018


57

dijelaskan oleh Jamaludin, bahwa; Pembelajaran adalah upaya penyampaian

informasi yang dapat mengupayakan siswa memiliki kemampuan dan dapat

memahami dengan baik informasi yang disampaiak.

Lebih lanjut, Jamaludin menerangkan bahwa;

“Saya merasakan proses pembelajaran yang baik ketika guru tidak


monoton dalam mengadakan pembelajaran. Bagi saya, guru tidak boleh
mengandalkan ceramah saja, karena siswa juga membutuhkan proses
pendewasaan yang lebih baik, karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang cepat dalam memahami informasi atau materi yang
dipelajari. begitu juga yang saya rasakan, pembelajaran hanya diruang
kelas saja, tidak berdampak pada semangat yang kuat dalam diri saya.
Namun, Guru Fikih yang lebih banyak materi praktiknya membuat saya
memiliki semangat dalam setiap proses pembelajaran. Terlebih lagi pada
mata pelajaran Qurban dan Akiqah ini, karena ini adalah tindakan yang
akan kita lakukan dalam kehidupan ini”.

Paparan data di atas yang mengacu pada penelitian ini, yakni penerapan

variasi metode pembelajaran terhadap meningkatkatkan motivasi belajar siswa

dengan dampak yang muncul terhadap penerapan variasi metode pembelajaran

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variasi metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru fikih lebih menekankan pada keseimbangan antara teori

dan praktik. Artinya guru fikih tidak hanya menggunakan satu metode dalam

satu pembelajaran, melainkan lebih dari itu. Dengan demikian, pembelajaran

yang menggandengkan aspek kebahagiaan dan kesenangan siswa dalam proses

pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran akan berdampak

signifikan. Selain itu, penerapan variasi metode pembelajaran berdampak

signifikan terhadap siswa, yang mana cendrung akan lebih responsif terhadap

proses belajar di dalam kelas maupun di luar kelas.


58

BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata Pelajaran FIkih) dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Variasi pada dasarnya adalah penggunaan berbagai bentuk metode gaya

mengajar, baik dalam bentuk penggunaan media pembelajaran maupun metode

interaksi antara guru dengan siswa. 75 Dengan demikian, variasi adalah bagian

penting dalam proses belajar-mengajar, yang nantinya diharapkan sebagai upaya

dalam menumbuhkan perhatian siswa, menumbuhkan pikiran positif siswa

terhadap guru, dan sebagai upaya dalam melibatkan siswa dalam berpartisipasi

dengan berbagai bentuk kegiatan proses pembelajaran.76 Hal ini sejalan dengan

paradigma Guru Fikih dalam mengadakan variasi metode pembelajaran, yakni

sebagai jalan dalam memberikan kesempatan kepada siswa/siswi dalam

berpartisipasi aktif terhadap setiap materi yang disampaikan. Terlebih lagi,

penerapan variasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi akan

memudahkan siswa/siswi dalam memahaminya, karena secara langsung

dibenturkan dengan teori dari materi yang ada. Misalnya materi mengenai Qurban

dan Akiqah, ketika dihadapkan dengan praktiknya maka siswa/siswi secara

langsung mengerti dan memahami esensi dari teori tersebut.

75 Buchari Alma, dkk. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar
(Bandung: Alfabeta,2014) h. 48
76 Zainal Asril. Micro Teaching,(Jakarta:Rajawali Pers.2016) h, 87
59

1. Metode Ceramah dan Tanya Jawab

Metode ceramah merupakan bagian dari metode awal dalam proses

pembelajaran, karena metode ini merupakan metode pembuka dalam

menyampaikan informasi kepada siswa/siswi di dalam kelas. Selain itu, metode

ini merupakan cara dalam menyajikan informasi secara lisan oleh guru kepada

siswa.77 Bahkan metode secara lisan ini secara umumnya mengikuti secara pasif

oleh siswa/siswi yang ada.78 Guru fikih menegaskan bahwa metode ini adalah

metode pembuka dalam proses belajar mengajar. Selain itu, metode ini adalah

bagian dari upaya awal dalam menentukan metode-metode pembelajaran

selanjutnya, terlepas dari kerangka pembelajaran yang telah ditentukan, tanpa

metode ini siswa/siswi akan merasa kebingungan terhadap materi yang

disajikan. Oleh karenanya, metode ceramah ini pada dasarnya dominan

digunakan oleh guru dalam memberikan informasi atau pemahaman awal

kepada siswa/siswi.

Sejalan dengan penjelasan ini, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

metode ceramah adalah rangkaian pengenalan awal yang disampaikan secara

langsung melalui lisan yang dibarengi dengan materi-materi yang telah

ditentukan. Penerapan metode ceramah sebagai metode pembelajaran awal juga

dianggap oleh siswa (Jamaludin) sebagai hal yang mendasar, sebuah metode

perkenalan materi-materi yang nantinya akan membuka cakrawala berpikir

77Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia. 2012 h. 299
78Buchari Alma, dkk. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar
(Bandung Alfabeta,2014) h. 49
60

siswa/siswi, sehingga tidak tabu terhadap informasi yang disampaikan ketika

dibenturkan dengan metode yang lainnya. Selain itu, metode ini satu sisi adalah

upaya mentransfer informasi yang sistematis secara langsung dan sederhana

(dikemas dalam bahasa yang ringan). Penggunaan metode ini oleh guru guru

fikih sebagai bentuk pengajaran pada pentingnya pondasi dasar dalam

memahami dan menganalisis materi. Pasca ini kemudian guru memberikan

kesempatan kepada siswa/siswi untuk bertanya terhadap materi yang belum

jelas. Bahkan ini terkadang guru fikih memberikan hadiah sebagai bentuk

penghargaan kepada siswa/siswi yang memiliki pertanyaan berbobot dan

menarik. Karena dengan memberikan penghargaan, siswa/siswi akan merasa

lebih semangat untuk belajar.

2. Metode Diskusi sambil Bermain

Metode diskusi diartikan sebagai pertukaran informasi, pendapat dan

unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud mendapatkan pengertian

bersama yang lebih jelas dan cermat tentang permasalahan atau topik yang

sedang dibahas.79 Sedangkan metode bermain adalah metode yang digunakan

oleh guru dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif dalam

kelompok.80 Sejalan dengan ini, guru fikih menganggap metode diskusi sambil

bermain adalah upaya dasar dalam mewujudkan motivasi belajar siswa/siswi,

karena dengan metode ini semua siswa dapat mengambil bagiannya masing-

79Buchari Alma. Guru Profesional (Bandung Alfabeta,2014) , h.51-52


80Moch. Agus Krisno Budiyanto. Sintaks 45 metode pembelajaran (Malang: UMM Pers,
2016), h. 129
61

masing dalam menyampaikan ide atau gagasannya. Dengan demikian, metode

diskusi sambil bermain adalah sebuah metode gabungan dalam memberikan

suasana belajar yang lebih aktif melalui pertukaran informasi dari satu orang ke

yang lainnya maupun dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain. 81

Secara umum metode bermain atau permainan dapat diartikan sebagai

suatu aktivitas yang menyenangkan, ringan, bersifat kompetitif atau kedua-

duanya. Permainan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak

maupun orang dewasa. Dengan bermain anak siswa dapat mengenal lingkungan

dan dirinya, belajar tentang aturan-aturan kehidupan masyarakat, menirukan

dan menemukan pikiran-pikiran dan hubungan-hubungan yang berarti. Dengan

demikian, bermain merupakan cara belajar yang menyenangkan, karena dengan

bermain anak didik belajar sesuatu tanpa mempelajarinya. Apa yang dipelajari

ini disimpan dalam pikirannya dan akan dipadukan menjadi satu kesatuan

dengan pengalaman-pengalaman lain yang kadang-kadang tanpa disadarinya.

Diskusi sambil bermain yang diterapkan oleh guru fikih bagi siswa

adalah suatu harapan besar, yang mana metode ini merupakan metode yang

dapat memberikannya kesempatan besar dalam mengeluarkan pendapat.

Bahkan penerapan variasi ini membuat siswa memiliki perubahan, terutama

dalam hal belajar.82

81 Arifin Musa , wawancara, MA Ubung, 19 September 2018

82 Jamaludin, wawancara ,MA Ubung 19 September 2018


62

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,

baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang

relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.83 Selain itu,

metode demonstrasi dalam pembelajaran dianggap sebagai suatu cara mengajar

yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau

pengoperasian peralatan barang atau benda.84

Sejalan dengan penjelasan di atas, guru fikih memaknai metode

demonstrasi adalah metode praktik, sebuah metode yang membekali

siswa/siswi terhadap teori yang dipelajari di dalam kelas. Selain itu, metode ini

adalah metode pelaksanaan dari tata cara dalam melakukan sesuatu yang

diinginkan oleh teori tersebut, misalnya adalah Qurban dan Akiqah. Sehingga

demikian, metode demostrasi dapat disimpulkan sebagai upaya dalam

mempraktikkan teori yang dipelajari di dalam kelas, terlebih lagi pada materi-

materi yang secara langsung harus dibenturkan dengan praktik.

Lebih lanjut guru fikih dalam hal ini menjelaskan bahwa dalam

pelaksanaan metode demonstrasi ini, siswa/siswi diajarkan secara langsung

mengenai tata cara Qurban dan Akiqah, misalnya harus menghadap kemana,

niat seperti apa, apa yang harus dibaca dan yang lainnya, tanpa mengetahui hal-

83Moch. Agus Krisno Budiyanto. Sintaks 45 Metode Pembelajaran Dalam Student


Centered Learning (scl), (Malang: UMM Press, 2016), h. 106
84Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 313
63

hal yang seperti ini, berdampak pada tidak sahnya dalam memotong hewan

Qurban dan Akiqah. Selain itu, pada pelaksanaan praktik ini, siswa diberikan

kesempatan secara perorangan dalam memotong hewan qurban, siswa yang

lainnya memperhatikan tata cara pelaksanaannya.

Siswa menganggap metode demostrasi ini adalah metode akhir dalam

menunjukkan aplikasi dari teori yang dipelajari di dalam kelas, atau metode

demonstrasi ini adalah metode peragaan teori, karena tidak selamanya orang

bisa karena teori, dan tidak selamanya pula orang pandai karena praktik, dan

hanya keseimbanganlah (teori dengan praktik) yang dapat membuat siswa atau

orang lain menjadi bisa.

B. Dampak Penerapan Penerapan Variasi Metode Pembelajaran (Mata

Pelajaran FIkih) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

1. Tumbuhnya proses pembelajaran yang aktif.

Pembelajaran yang aktif sebagai hasil dari upaya penerapan variasi

metode pembelajaran merupakan hal yang diharapkan dan sebagai tujuan

proses pembelajaran yang diinginkan oleh guru. Guru Fikih menegaskan bahwa

upaya membentuk dan membangun keaktifan siswa/siswi di dalam kelas harus

dilandaskan pada metode pengajaran yang dipakai. Dengan penggunaan metode

diharapkan siswa/siswi dapat dengan baik menerima, memahami dan mampu

mempraktikkan secara maksimal, sehingga proses pembelajaran yang baik

dapat terwujud.
64

Tumbuhnya proses pembelajran yang aktif juga tidak terlepas dari

keberterimanya siswa/siswi terhadap proses penerapan metode pembelajaran.

Memberikan motivasi dengan gaya pembelajaran yang kreatif juga menjadi

dasar dari pembelajaran yang aktif. Motivasi merupakan suatu dorongan yang

timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang

berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu

lebih baik dari keadaan sebelumnya.85 Hakekat motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung. Dengan demikian, tumbuhnya

pembelajaran yang aktif dari diri siswa/siswi merupakan dorongan yang

bersumber dari guru dengan penggunaan variasi metode pembelajaran yang

baik, dan dalam diri siswa/siswi.

Siswa (Jamaludin) menegaskan bahwa proses pembelajaran yang aktif

adalah umpan balik dari penerapan variasi metode pembelajaran, siswa/siswi

yang ada merasakan adanya dorongan yang kuat, yang tidak hanya dilandaskan

pada kewajibab dalam setiap tugas yang diberikan oleh guru, juga didasarkan

pada proses pembelajaran yang lebih menyenangkan. Terlebih lagi guru mampu

memberikan stimulus yang dapat merangsang siswa/siswi untuk mengeluarkan

ide atau gagasan dalam memecahkan masalah yang ada.

85Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,


(Jakarta: Bumi Aksara, 2017), Cet. Ke- 15, h. 9
65

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

belajar memiliki dampak signifikan terhadap proses pembelajaran, dampak

yang mengarah pada keaktifan siswa dalam setiap merespon materi-materi yang

disampaikan. Siswa (Jamaludin) secara sadar memiliki motivasi belajar yang

kuat dengan adanya motode-metode pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Bahkan guru fikih dalam hal ini lebih mudah dan tidak terlalu mengalami

kesulitan dan membangkitkan keaktifan siswa/siswi ketika menerapkan variasi-

variasi metode pembelajaran yang lebih menyenangkan.

2. Siswa/siswi memiliki semangat belajar yang kuat

Semangat belajar yang kuat dirasakan oleh siswa, semangat yang

didasarkan pada metode belajar yang digunakan oleh guru fikih, yakni metode

belajar yang mampu memberikan motivasi belajar yang kuat. Hal ini sejalan

dengan indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai hasrat dan keinginan

untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan

dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar,adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.86 Oleh karena itu,

siswa (Jamaludin) menegaskan arti penting dari sebuah proses belajar

mengajar, bahwa pembelajaran yang menoton hanya menggunakan metode

ceramah, berpengaruh besar terhadap proses belajar yang membosankan.

86Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan


(Jakarta:Bumi Aksara,2017) h. 23
66

Berbeda halnya dengan penggunaan metode pembelajaran yang tidak monoton,

selain membangun semangat belajar yang kuat, juga berdampak pada

mudahnya siswa/siswi memahami makna dari materi yang dijelaskan.

Munculnya semangat belajar pada diri siswa/siswi, guru fikih dalam hal

ini juga memiliki semangat dalam mengajar, sebuah semangat yang dirasakan

sebagai hasil dari variasi metode pembelajaran yang digunakan. Guru fikih

menjelaskan bahwa dominasi perkembangan siswa di dalam kelas adalah lebih

kepada semangat belajar yang semakin kuat. Selain itu, semangat belajar yang

tumbuh adalah sebuah dorongan yang datang dari diri siswa itu sendiri, dan

guru harus bersifat sebagai pendorong secara terus menerus hingga mencapai

tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, memberikan motivasi sebagai wujud

dalam mendorong siswa tidak boleh berhenti, karena pendidikan adalah wadah

untuk semakin mendewasakan siswa.

Semangat yang kuat sebagai dampak signifikan bagi siswa, juga

merupakan corak dalam menentukan masa depan MA, sehingga MA dalam hal

ini memiliki harapan besar pada setiap guru dalam menciptakan suasana belajar

yang lebih baik dan produktif, guna menumbuhkan semangat siswa dalam

belajar. Guru Fikih sendiri memiliki pandangan yang luas terhadap proses

belajar yang lebih baik, bahwa proses belajar pada dasarnya harus didasarkan

pada perspektif siswa, karena siswa memiliki cara tersendiri dalam

menumbuhkan semangat di dalam dirinya dalam belajar. Sehingga demikian,


67

proses pembelajaran dalam mata pelajaran fikih, satu sisi saya dasarkan pada

keinginan siswa.
68

BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut;

1. Dalam penerapan variasi metode pembelajaran ini, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat tiga variasi metode pembelajaran yang dipakai

oleh guru fikih, yakni: a) Metode Ceramah dan Tanya Jawab. Guru fikih

dalam menggunakan metode ceramah mengajarkan pada pentingnya pondasi

dasar dalam memahami dan menganalisis materi. Pasca menyampaikan

materi, Guru Fikih kemudian memberikan kesempatan kepada siswa/siswi

untuk bertanya terhadap materi yang belum jelas, dalam tanya jawab ini

terkadang guru fikih memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada

siswa/siswi yang memiliki pertanyaan berbobot dan menarik. Karena dengan

memberikan penghargaan, siswa/siswi akan merasa lebih semangat untuk

belajar.

b) Metode Diskusi sambil Bermain. Metode diskusi sambil bermain

adalah sebuah metode gabungan dalam memberikan suasana belajar yang lebih

aktif melalui pertukaran informasi dari satu orang ke yang lainnya maupun dari

kelompok yang satu ke kelompok yang lain. Metode diskusi sambil bermain

yang diterapkan oleh Guru Fikih adalah suatu harapan besar, yang mana

metode ini merupakan metode yang dapat memberikannya kesempatan besar


69

dalam mengeluarkan pendapat. Bahkan penerapan variasi ini membuat siswa

memiliki perubahan di dalam dirinya, terutama dalam hal belajar.

c) Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi ini mengajarkan secara

langsung mengenai tata cara Qurban dan Akiqah, misalnya harus menghadap

kemana, niat seperti apa, apa yang harus dibaca dan yang lainnya, tanpa

mengetahui hal-hal yang seperti ini, berdampak pada tidak sahnya dalam

memotong hewan Qurban dan Akiqah. Selain itu, pada pelaksanaan praktik ini,

siswa diberikan kesempatan secara perorangan dalam memotong hewan qurban,

siswa yang lainnya memperhatikan tata cara pelaksanaannya.

2. Penerapan metode belajar memiliki dampak signifikan terhadap proses

pembelajaran, dampak yang mengarah pada keaktifan siswa dalam setiap

merespon materi-materi yang disampaikan. Siswa secara sadar memiliki

motivasi belajar yang kuat dengan adanya motode-metode pembelajaran yang

lebih menyenangkan. Bahkan guru fikih dalam hal ini lebih mudah dan tidak

terlalu mengalami kesulitan dan membangkitkan keaktifan siswa/siswi ketika

variasi-variasi metode pembelajaran yang lebih menyenangkan diterapkan.

Proses belajar mengajar memiliki arti penting bahwa pembelajaran

yang menoton hanya menggunakan metode ceramah, berpengaruh besar

terhadap proses belajar yang membosankan. Berbeda halnya dengan

penggunaan metode pembelajaran yang tidak monoton, selain membangun

semangat belajar yang kuat, juga berdampak pada mudahnya siswa/siswi

memahami makna dari materi yang dijelaskan.


70

B. Saran

1. Bagi Madrasah Aliyah (MA) Ubung

a. Pihak Madrasah hendaknya meningkatkan kualitas tenaga pengajarnya

dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh

lembaga perguruan tinggi yang ada.

b. Madrasah hendaknya menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan

stake holder dengan mensosialisasikan lembaga sehingga mendapatkan

juga bantuan dana dari masyarakat sekitar untuk menunjang pendidikan.

2. Bagi Guru

a. Perlu ditingkatkan lagi upaya dalam memotivasi peserta didik dalam

belajar agar lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya.

b. Terus berusaha dalam berinovasi sehingga proses belajar mengajar bisa

berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.


71

Daftar Pustaka

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung: Pustaka Setia,

Bimo Walgito. 2010. Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir, Yogyakarta: Andi.

Daryanto dan Muhammad Farid. 2015. Bimbingan Konseling: Panduan Guru BK dan
Guru Umum, Yogyakarta: Gava Media.

Deni Febrini. 2011. Bimbingan Konseling, Yogyakarta: Teras.

Irawan Soehartono. 2015. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.

Ismail Thoib.2019. Pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam, Mataram:Insan Madani


Institut

Moeljono Notosoedirjo dan Latipun. 2007. Kesehatan Mental: Kondep dan


Penerapan, Malang: UMM Press.

Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram 2017.

Sudarwan Danim. 2013. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D,Bandung: Alfabeta.

_________ 2014. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Sri Helmi Hayati. 2013. Remaja dan Probelmatikanya: Meningkap Berbagai


Persoalan Kenakalan Remaja, Narkoba, dan Penyimpangan Seksual,
Yogyakarta: Beranda.

Syifa’ Minhatun Nisa’. Peran Bimbingan Konseling Islam dalam Mengatasi


Kenakalan Siswa (Student Delenquency) di MA Miftahul Huda Tayu-Pati,
72

Siti Maesaroh. 2013 Penerapan Metode Pembelajaran Terhadap Minat dan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam

Sudjana. 1997 Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Zainal Asril. 2016. Micro Teaching Disertai Dengan Pedoman Pengalaman


Lapangan. Jakarta: Rajawali Press.

Buchari Alma dkk. 2014. Guru Profesional:Menguasai Metode dan Terampil


Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Moh Uzer Usma.2017. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosda Karya

moch. Agus Krisno Budianto.2016. Sintaks 45 Metode Pembelajaran dalam student


cetered learing. Malang:UMM Press

Ramayulis. 2012 Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Kalam Mulia

Hamzah B Uno. 2017. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis dibidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman.2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Raja Grafindo


Persada

Sudarwan Danim.2013. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia

Irawan Suhartono. 2015. Metode Penelitia Sosial:Suatu Teknik Penelitian Bidang


Kesejahtraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
73

Daftar Riwayat Hidup

A. Identitas Diri

Nama :Muhammad Ridho Ardianzyah

Tempat/Tanggal Lahir :Aik Ara 12 Oktober 1994

Alamat Rumah :Aik Ara Desa Ubung Kec Jonggat Kab Lombok

Tengah Prov NTB

Nama Ayah :Supardi

Nama Ibu :Mauizah

B. Riwayat Pendidikan

1. SD/MI :Lulus di SDN Aik Ara tahun 2007

2. SMP/MTs :Lulus di MTs Putra Al-Islahuddiny Kediri tahun 2010

3. SMA/MA : Lulus di MA Putra Al-Islahuddiny Kediri tahun 2013

C. Riwayat Pekerjaan,Guru PAI di SDN Aik Ara

D. Prestasi/Penghargaan

E. Pengalaman Organisasi, Lembaga Karang Taruna Desa Ubung

F. Karya Ilmiah

Mataram 12-12-2019

Muhammad Ridho Ardianzyah


74
75
76
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai