Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Aulia Rahmawati

NIM : 190102026

Kelas : 6A

TARJAMAH FAURIYAH 2 (INDO – ARAB)

Segala pemirsa kali ini kita akan berbiara tentang iman. Iman biasa ditermahkan dengan percaya,
tapi percaya itu apa? Dari segi bahasa percaya berarti pembenaran hati terhadap apa yang
didengar oleh telinga begitu kata ulama. Kita garis bawahi pembenaran hati memang apa yang
di imani bisa jadi tidak diketahui bahkan sementara pakar berkata iman menyangkut sesuatu
yang tidak terjangkau oleh nalar kalau telah terjangkau maka tidak lagi dinamai iman.
Betapapun iaman adalah pembenaran hati, apakah seorang yang beriman harus baru dinamai
beriman kalau dia telah mengamalkan apa yang dperintahkan agama banyak ulama yang
mengatakan demikian akan tetapi ada juga yang berkata tidak iman berdiri sendiri
kesempurnaannya adalah apabila seseorang telah mengamalkan tuntunan-tuntunan agama iman
khususnya pada tahap-tahap awal selalu disertai oleh tanda tanya sementara pakar
menngibaratkan bahwa yang beriman bagaikan berada ditengah lautan nun jauh disana dlihatnya
pulau yang dia tuju tetapi dalam perjalanannya itu dia mengalami ombak dan gelombang
sehingga timbul tanda tanya dalam hatinya apakah dapat sampai dipulau harapan nah itulah
iman. Demikian juga yang bercinta kata mereka selalu ada tanda tanya dalam hatinya sebelum
mereka mengikat ikatan perkawinan. Saudara betapapun iman selalu pada tahap-tahap awalnya
didahului oleh semacam keraguan tidak usah khawatir akan keraguan dulu sahabat-sahabat nabi
ada yang berkata pada nabi “ wahai nabi kami mendapatkan didalam hati kami pertanyaan-
pertanyaan yang kami tidak sanggup untuk mengutarakannya kepada kamu, kami khawatir
mengutarakannya kepada kamu” apakah kamu telah mendapatkan ? apakah kamu telah
mendapatakan pertanyaan-pertanyaan yang telah menggelisahkan hatimu? “benar wahai nabi”
lalu nabi bersabda ‫ ذلك محبوب إيمان‬itulah subtansi iman yakni pada tahap-tahap awal keimanan,
bahkan kalau kita membaca ayat-ayat dalam al-qur’an kita akan menemukan bahwa nabi ibrahim
pun sebelum mencapai puncak keimanan dan keyakianan beliau itu pernah bertanya pada
Tuhannya “Ya Allah tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan yang mati. Allah
“apakah kamu belum percaya?” sudah percaya tapi saya bertanya supaya lebih mantap lagi hati
saya. Demikian hadis semacam keraguan sehingga dalam riwayat nabi bersabda bahwa kita lebih
wajar ragu dibanding dengan nabi ibrahim. Saudara Allah memberikan kepada kita kebebasan
untuk nurani kita untuk bertanya-bertanya tidak uasah khawatir itu juga sebabnya sementara
ilmuan berkata itulah sebabnya bahwa orang awam sering kali keimanannya lebih kuat dari pada
ulama para cendekiawan pada tahap-tahap awal keimanan mereka karena mereka bertanya-
bertanya mereka itu dengan pengetahuannya melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang
memerlukan jawaban sehingga ada semacam keraguan berbeda dengan orang-orang yang tidak
memiliki pengetahuan. Betapapun jika seseorang memilki keraguan itu maka dia hendaknya
berusaha mencari jawaban-jawaban yang memuaskan hatinya sehingga akan mencapai puncak
keimanan sehingga puncak keimanan itulah yang dinamai yakin keyakianan. Saudara karena itu
sekali lagi banyak ulama dan pakar pada awal-awal masa mereka, mereka itu mengajukan aneka
tanda dan akhirnya mereka menemukan jawabannya dan ketika mereka menemukan jawabnnya
disitulah mereka mencapai iman yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai