Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Akidah Pokok, Cabang dalam Islam (Ilmu Kalam)”

Disusun oleh : Kelompok 6


Hendriyono
M. Ngaliwardani
Al-Hidayat
Dwi Ariyanti
Siti Masitoh
As Farita

Dosen Pembimbing :
Muhamad Yahya, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BATURAJA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT. Karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah kami kali
ini membahas “Akidah Pokok, Cabang dalam Islam (Ilmu Kalam)”.

Penulisan makalah kami ini adalah merupakan salah satu tugas Mata Kuliah. Kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam kelancaran
penyusunan makalah kami ini.

Makalah yang penulis susun ini memang masih jauh dari kata sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan pembaca yang membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah kami ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Baturaja, November 2022


penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah ................................................................................................... 2
B. Aqidah Pokok.......................................................................................................... 3
C. Aqidah Cabang........................................................................................................ 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang besar ini patut
kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan
kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita sebagai pemakalah tidak ingin menanyakan
“sejak kapan kita masuk islam” karena jawaban dari pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling
mendasar. Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan adalah “sudah sejauh
manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?” pertanyaan inilah yang
paling penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan ini yang
nantinya sangat menentukan kualitas keislaman dan ketaqwaan kita.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita rumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian akidah itu?
2. Apa itu akidah pokok dan akidah cabang dalam islam?

C. Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita simpulkan tujuan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah akidah ilmu kalam.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai mata kuliah akidah ilmu
kalam.
3. Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akidah
Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan- ‘aqidatan. Artinya
simpul, ikatan atau perjanjian. Jadi aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kuat didalam hati
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Para ulama’ mendefinisan aqidah
sebagai“sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah”
diartikan sebagai : “wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” Sedangkan
secara terminologi akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh
oleh orang yang mempercayainya. dan dalam hal ini Allah SWT telah mejelaskan melalui
firman-Nya dalam surah Al-Ikhas ayat satu dan dua. Yang artinya “ Katakanlah Dia-Lah Allah,
Yang Maha Esa. Allah Adalah Tuhan Yang Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-
Ikhlas ([112]: 1-2)
Dalam surah Al-Ikhlas ayat satu dan dua di atas telah di beritakan atau di jelaskan bahwa, kita
di suru untuk meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan hanya satu-satunya Tuhan
yang patut di sembah oleh seluruh umat manusia dan untuk umat Nabi Muhammad pada
khususnya. Dan Allah juga tuhan yang berdiri sendiri, yang tidak bergantung pada satu apapun.
Dia Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Allah
SWT, yang pernah kita kenal, seperti Tuhan matahari, tuhan patung atau berhala, tuhan kayu
pada pohon yang besar yang di yakaini kekeramatnya.
Akidah islam adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya dan hari akhir juga pada qadha’ dan qadar baik-buruk dari Allah SWT. Dan ini yang
di sebut aqida-aqida pokok dalam ajaran agama islam. Iman inin sendiri bermakna pembenaran
yang pasti, yang sesuai dengan kenyataan yang mencul dari dalil dan bukti. Pasti artinya seratus
persen kebenaranya atau kekakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta
artinya hal yang di imani tersebut memang benar adanya, bukan di ada-adakan (missal:
keberadaan Allah, kebenaran Al-Qur’an Dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut
memiliki hujjah/dalil tertentu. Tanpa dalil sebenarnya tidak aka ada pembenaran yang bersifat
pasti.
Suatu dalil untuk masalah iman, adakalahnya bersifat ‘aqli dan atau naqli, bergantung
pada perkara yang di imani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/akal maka
dalil keimanannya bersifat ‘aqli namun, jika di luar jangkauan panca indra maka ia di dasarkan
pada dalil naqli. Hanya saja perlu di ingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga di
2
tetapkan dengan jalan ‘aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut di lakukan melalui
penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh di jadikan sebagai
sumber dalil naqli. Oleh karna itu, semua dalil tentang akidah pada dasarnya di sandarkan pada
metode ‘aqliyah.
Dan dalam hal ini Menurut Hasan Al-Banna, aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Dan Menurut Abu Bakar
Jabir Al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia baik secara akal, dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta
diyakini keshahihannya dan keberadaannya secara pasti.
Menurut imam safi’I berkata:
Ketahuailah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil
untuk makrifat kepada Allah SWT. Artinya berfikir adalah melakukan penalaran dan
perenungan qalbu dalam kondisi orang berfkir tersebut di tuntut untuk makrifat kepada Allah.
Dengan cara seperti itu, ia bias sampai pada makrifat terhadap hal-hal yang ghaib dari
pengamatannya dengan indra dan ini merupakan satu keharusan. Hal ini merupakn suatu
kewajiban dalam bidang ushuluddin.[1]

B. Aqidah Pokok
Akidah pada masa Nabi masih dapat dipertahankan, yaitu ada akida pokok dan akidah cabang,
dan dalam pembahasan akidah pokok yaitu Rukun Iman antara lain:
a. Iman kepada Allah
Ketika kita mengaku sebagai umat islam dan telah mengucapkan dua kalimat syahadat ataupun
kita sbagai umat islam islam keturunan. Wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita. Dialah
Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya.
Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan. Tiada sesuatu yang
menyamai-Nya. Yang Esa tentang ketuhana-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuata-Nya. Yang
hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada. Yang Mendengar Dan Melihat. Dan
Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Perihalnya apabila Ia menghendaki sesuatu yang Ia
Sabdakan: “ jadilah”! maka jadilah sesuatu itu. Dan Dia mengetahuai segala yang mereka
kerjakan. Yang bersabda dan memiliki segala sifat kesempurnaan. Yang suci dari sifat mustahil
dan segala kekurangan. Dialah yang menjadikan segala sesuatu menurut kemauan dan
kehendak-Nya. Segala sesuatu ada di tangan-Nya dan pada-Nya akan kembali. Namun perlu

3
di perhatikan bahwa Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai oleh
akal dalam hal kepercayaan.
Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai ke pengertian tentang Dzat Allah Dan
hubungannya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah engkau membicarakan
hal itu. Tak ada kesangsian tentang adanya. “ adakah orang ragu tentang Allah.? Yang
menciptakan langit dan bumi”? (QS Ibrahim :10). Memang Al-Qur’an telah menutup pintu
pemikiran dalam membicarakan hal yang tak mungkin tercapai oleh akal dengan firmanya yang
berbunyi: “ tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya”. (QS Syura: 11). Diapun telah menjelaskan
bahwa kekuatan akal itu terbatas dan bahwa dia meliputi semua manusia, dalam Firma-Nya
“Dia tahu segala yang ada di muka dan di belakang mereka sedang pengetahuan mereka tak
mungkin mendalaminya”. (QS Thaha: 110 ). Bagi oranmg mukmin memadailah bila mereka
memikirkan segala makhluk-Nya, guna membuktikan adanya, kekuasaan dan kebijaksanaan-
Nya.

a. Iman kepada Malaikat- Malaikat Allah


Kita wajib percaya, Allah itu mempunyai malaikat yang bersayap, ada yang dua, ada yang tiga
dan ada yang empat. Dan mereka adalah hamba yang di muliakan yang tidak pernah menentang
Allah akan perintah-Nya dan mereka senantiasa mengerjakan apa yang di perintahkan. Mereka
tidak makan dan minum. Tak berjodoh dan tidur, dan sepanjang masa tidak putus-putusnya
mereka mengkuduskan Tuhan. Dan masing-masing daripada mereka mempunyai kedudukan
atau tugas tertentu. Ada yang memikul Arsy Tuhan ada yang menjadi utusan seperti jibril dan
mikail dan ada yang mengamati serta mencatat (amal manusia), seperti yang telah di tegaskan
oleh Allah dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman Allah yang di
bawa oleh utusan yang mulia (jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan
tinggi di sisi Allah, pemilik ‘arsy, yang ditaati disana (alam malaikat) lagi di percaya (QS at-
Takwir: 19-21)” Kita tidak boleh menggambarkan tentang malaikat kecuali dengan apa yang
di terapkan oleh syara’/ketentuan. Namun perlu di perhatikan juga oleh Allah kita tidak di
tuntut untuk mengetahui hakikat malaikat, kita hanya di perintahkan agar percaya akan adanya.
Adapun para nabi, mereka pernah melihatnya dalam rupa manusia ataupun lain-lainya. Tentang
hal ini beritanya telah mutawattir (meyakinkan) namun kita tidak boleh menggambarkan
tentang malaikat, kecuali dengan daras keterangan dari nabi SAW. Yang sampai kepada kita
dengan pemberitaan yang meyakinkan. “dan tiada seorangpun yang mengetahuai hakikat
tentara (malaikat) Tuhanmu sdelaian Dia” (QS muddatstsir: 31)

4
b. Iman kepada kitab-kitab Allah
Kita wajib percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada Rasul-rasulnya untuk
memperbaiki manusia tentang urusan dunia dan agama mereka. Seperti yang telah di paparkan
dalam firman Allah SWT. “ kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa (QSal-Baqarah: 2)” Diantara kitab-kitab itu, ialah Zabur kepada Nabi
Daud, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Al-Qur’an pada Nabi Muhammad
yang menjadi penutup sekalian Nabi alaihimus shalatu was salam. Dan bahwa A-Qur’an adalah
firman Allah dan kitab terakhir yang diturunkan, yang memuat apa yang tidak termuat pada
lainnya, mengenai syariat, budi luhur dan kesempurnaan hukum. Kita wajib percaya akan hal
yang dibawa oleh Nabi s.a.w yang mutawir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang wajib
kitapercayai hanyalah yang tegas-tegas saja, dengan tak boleh menambah-nambah keterangan
yang sudah tegas-tegas itu. Dengan keterangan berdasarkan pertimbangan, (perkiraan), kerana
firman Allah : “Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran” (QS.Yunus:36). Adapun syarat yang benar tentang kepercayaan, dalamhal ini ialah
jangan ada sesuatu yang mengurangi Keagungan dan Keluruhan Tuhan, dengan
mempersamakannya dengan makhluk. Sehingga andaikata terdapat kalimat-kalimat yang
kesan pertama, mengarah kepada arti yang demikian, meskipun berdasarkan berita yang
mutawir (meyakinkan), maka wajiblahn orang mengabaikan makna yang tersurat dan
menyerahkan tafsir arti yang sebenarnya kepada Allah dengan kepercayaan bahwa yang yang
terkesan pertama pada pikiran bukanlahyang dimaksudkan, atau dengan takwil yang
berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima. Dan sebagai orang muslim patutlah kita
bersyukur karna dari kitab-kitab Allah yang lain hanya Al-Qur’an yang di jaga atau di pelihara
sendiri oleh Allah SWT. seperti yang telah di jelaskan dalam Al-Qur’an itu sendiri yang artinya
“ sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya. (QS al-Hijr: 9)”

c. Iman kepada Rasul-Rasul Allah


Kita wajib percaya bahwa Allah Yang Maha Bijaksana telah mengutus para Rasul untuk
memberi petunjuk umat manusia akan jalan yang lurus. Mereka adalah pembawa berita yang
gembira dan peringatan, agar bagi manusia tiada. Alasan atau membantah pada Allah setelah
diutusnya para Rasul. Para Rasul itu adalah manusia seperti kita: makan, minum dan pergi ke
pasar, yang telah dipilih oleh Allah, menjadi utusannya dan mengistemewakan mereka dengan
diberi wahyu. Mereka adalah orang –orang yang jujur, terpercaya menyampaikan tugas mereka
dan cerdas, dapat memahami dan memahamkan. Mereka adalah manusia yang mengalami yang
5
biasa dialami oleh orang lain selahi tak mengurangi kehormatan meraka dalam martabat
mereka yang luhur. Diantara para Rasul yang tersebut nama mereka dalam Quran adalah:
Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Ayyub, Syu’aib,
Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariyah, Yahya, Isa dan
Muhammad ‘alaihimus-shalatu wassalam. Seperti yang telah di jelaskan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul (QS Ali Imran: 144)” Dan ada Rasul-rasul yang tidak dan
ada rasul-rasul yang tidak di beritakan oleh Allah kepada kita. Tiada umat yang terdahulu
melainkan perna kedatangan nabi. Seorang muslim beriman dan percaya bahwa Allah SWT
telah memilih diantara umat manusia. Allah SWT telah mengutus para nabi serta rasul untuk
membawa kabar gembira kepada umat manusia tentang kenikmatan abadi yang telah di
sediakan bagi mereka yang beriman dan yang telah memperingatkan kepada mereka yang telah
berbuat musyrik (kekufuran). Merekapun member teladan dan tingkah laku yang baik dan
mulia pada manusia, antar lain dalam bentuk ibadah yang benar, akhlak yang terpuji serta
istiqomah (berpegang teguh) pada ajaran Allah SWT.
Dan Allah telah mengokohkan mereka cengan beberapa pembuktian dan segala macam
mu’jijat yang nya adalah Namun perlu di ketahuai dan perlu menjadi perhatian adalah suatu
kebenaran, bahwa kekuasaan Allah dapat menghadirkan hal-hal yang menyimpang dari hokum
kebiasaan yang pernah berlaku bagi para nabi untuk menguatkan penugasaan dan penundukkan
lawan-lawan mereka dan tanda kebenaran mereka terhadap mereka yang mengingkari misalnya
apa yang di sebut dalam Al-Qur’an : yang tak membakar nabi Ibrahim,tongkat nabi musa yang
berubah menjadi ular. Nabi isa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Dan di turunkan
Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW dan lain sebagainyayang tersebut dal;am beberapa
ayat dan semua itu wajib di imankan.

d. Iman Kepada Hari Kiamat


“Jika bumi di goncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah
mengeluarkanbeban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya, ‘mengapa bumi
jadi begini.? Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesunggunya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (QS al-Zalzalah: 1-5)”
Sebagai seorang muslim yang taqwa sudah wajiblah Kita untuk yakin dan percaya akan
datangnya hari kiamat, yaitu hari dimana akhir dari dunia ini, karna ini adalah salah satu point
penting untuk mengokohkan keimanan kita kepada Allah SWT. Seperti dalam hadist
Rasulullah SAW, bersabda dalam shahih muslim, “ketika jibril menanyakan kepada rasulullah
6
tentang iman, Rasulullah menjawab, “hendaknya engkau mengimani Allah, para Malaikat-
Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, juga Hari kiamat. Hendaklah engkau mengimani
Qadar yang baik dan buruk (dari Allah)” (HR Muslim)” Hal tentang adanya hari akhir atau hari
kiamat dan segala yang terjadi tentang kerusakan alam ini, telah di beritakan oleh rasulullah
SAW dengan riwayat mutawatir tentang kebangkitan dari dalam kubur, pengumpulan di
padang mahsyar, pemeriksaan dan hari pembalasanm. Maka Allah member keputusan tentang
perbuatan orang lalu ada yang masuk neraka selama-lamanya dan tidak keluar daripadanya,
yaitu orang-orang kafirdan orang-orang musyrik dan ada yang masuk kemudian keluar dari
neraka, yaitu orang-orang mukmin yang berbuat dosa. Dan ada yang masuk surge dan kekal,
yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar. Adapun waktu dan tanda-tanda hanya Allah
SWT yang tahu kapan akan terjadinya hari akhir tersebut. Seperti Allah SWT telah berfirman
dalam Al-Qur’an. Yang artinya: “mereka bertanya kepadamu tentang hari kiamat, “kapankah
terjadinya?” katakanlah, “ sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi
Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat
itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan
datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba” mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahinya. Katalkanlah, “sesungguhnya pengetahuan tentang hari
kiamat itu ada di sisi Allah namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS al-A’raf:
187)”

e. Iman kepada Qada dan Qadar


“ketika jibril menanyakan kepada rasulullah tentang iman, Rasulullah menjawab,
“hendaknya engkau mengimani Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya,
juga Hari kiamat. Hendaklah engkau mengimani Qadar yang baik dan buruk (dari Allah)” (HR
Muslim)”
Sebagia orang islam sudah sewajibnya kita percaya bahwa Allahlah yang telah menciptakan
segala sesuatu dan Dialah yang telah menyuruh dan melarang, Dan perintah Allah adalah
kepastian yang telah ditentukan. Dan bahwanya Allah telah menentukan segala sesuatu
sebelum Dia menciptakan segala kejadian dan mengatur segala yang ada dengan pengetahuan,
ketentuan, kebijaksanaan dan kehendaknya. Adapun segala yang dilakukan manusia itu
semuanya atas Qadla’ dan Qadarnya. Sedang manusia sendiri hanya dapat berikthiar. Seperti
firman Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an yang artinya: “sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri
mereka. (QS ar-Ra’du: 11)” Dengan demikian, maka segala ketentuan adalah dari Allah dan
7
usaha adalah bagian manusia. Perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan hasil
uasaha sendiri. Tetapi ditilik dari segi kekuasaan Allah, perbuatan manusia itu adalah ciptaan
Allah. Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya berupa rizki dan
lain-lain.

C. Aqidah Cabang
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab umat islam mulai terjadi
perpecahan. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan
khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir
yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi
persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan yang
berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan
keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang
sebelumnya terkunci.
Maka lahirlah cabang-cabang aqidah yang pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek
rukun iman, diantaranya :

a. Masalah Tuhan
Dalam masalah zat tuhan muncul pendapat yang menggambarkan tuhan dengan sifat-sifat
bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan,
apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal ini muncul 2 golongan yang
berpendapat berbeda :
· Pertama : golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia
adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-EsakanTuhan
dengan mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.
· Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diwakili oleh golongan Ay’ariyah
dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-
Esaan-Nya.

b. Masalah Kitab-Kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim
(kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-
8
Qur’an adalah Qadim bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan
bahwa Al-Qur’an tidak Qadim karena Al-Qur’an itu makhluk (diciptakan).
c. Masalah Nabi dan Rasul
Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul
adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama’
mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat
menjadi Rasul sebanyak 313 orang.

d. Masalah Hari Kiamat


Para ulama’ telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal yang terjadi
didalamnya, hanya saja mereka ikhtilaf tentang apa yang akan yang dibangkitkan. Ada yang
berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan meliputi jasmani dan rohani, dan pendapat kedua
mengatakan bahwa yang dibangkitkan adalah rohnya saja.

e. Masalah Takdir
Dalam masalah taqdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang
berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami
dan memperaktekkannya.
· Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun buruk
semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai sangkut pautnya dalam
hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia. Allah akan memberi pahala
kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah menggunakan kodrat yang diberikan
Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya
karena kodrat yang diberikan digunakn untuk jalan keburukan.
· Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai I’tiqod yang bertolak belakang dengan I’tiqod
kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena
segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab
seluruhnya yang menentukan adalah Allah. Pendapat Jabariyyah ini dianggap menyimpang
oleh golongan Ahlussunnah Waljama’ah. Memang semuanya ini ditentukan oleh Allah tetapi
Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai
keharusan untuk berusaha.
· Ketiga : sebenarnya I’tiqod Ahlussunnah Waljama’ah merupakan perpaduan dari I’tiqod
Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam ini memang telah ditentukan oleh
Allah, namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar terlebih dahulu. Seperti
9
firman Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Qur’an yang artinya: “sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri
mereka. (QS ar-Ra’du: 11)”.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang
yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqa’id (jama’ akidah) adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2. Akidah pokok adalah aqidah umata islam yang masih terpelihara dan masih murni sebagai
mana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul Iman.
3. Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar
bin Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan
khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari
Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya peristiwa ini hanya sebuah
permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga
melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa
ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya,
karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci.
Maka lahirlah cabang-cabang akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing
aspek rukun iman.

B. Saran
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfat, Masan. dkk. 1997. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas 1. Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Ikandar, Arief B. (ed.) . 2012 . Matei Dasar Islam, Islam mulai dari akar. Bogor: Al Azhar
Press
Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. ISBN. 2009. Himpunan Putusan Tarjih, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Djogjakarta: Gramasurya
https://.Fara-cantika.blogspot.com/?m0

12

Anda mungkin juga menyukai