Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKIDAH ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Widiya Nanda Syarif NIM C30121007

2. Helmalia putrid NIM C30121008

3. Irman NIM C30121009

4. Fadila NIM C30121010

5. Ayu Astuti Nugroho NIM C30121011

6. Meita Gania Salsabila NIM C30121012

7. Musdalifa NIM C30121013

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………...........…………… ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………..……………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………...………………………….. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………..………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………….………………… 1

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………… 2.

1.4 Metode Penuliasan………………………………………………… 2

1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………….… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………… 3

A. Pengertian Iman…………………………………………………… 3

B. Rukun Iman……………………………………………………..… 3

C. Proses Terbentuknya Iman……………………………………...…… 6

D. Tantangan Orang yang Beriman di Era Modern…………...………… 6

E. Ciri-ciri Orang yang Beriman…………….………………………… 8

BAB III PENUTUP……………………………….……………………………… 9

3.1 Kesimpulan………………………...………………………………… 9

3.2 Kritik dan Saran……………………………………………………… 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah
sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua? Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya
iman yg disertai dgn amal shaleh yg dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun
masyarakat ke arah itu. “Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn
pahala yg lbh baik dari apa yg telah mereka kerjakan.” Dengan iman umat Islam generasi
pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang
benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para
umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan
rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung
tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali persaudaraan iman. Namun setelah redup
cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun
menjadi masyarakat yg penuh dgn kebohongan kesombongan kekerasan individualisme
keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran. “Yang demikian itu adl krn sesungguhnya
Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yg telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu
kaum sehingga kaum itu merubah apa yg ada pada diri mereka sendiri?..”

Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal yg
berkaitan dgn topik tersebut di atas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:

1) Pengertian Iman

2) Rukun Iman

3) Proses Terbentuknya Iman

4) Tantangan Orang yang Beriman di Era Modern

5) Ciri-ciri Orang yang Beriman

1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar,
yakni membuat tugas yang diberikan oleh dosen, akan pemenuhan dari kewajiban itupula
tidak lepas ari banyaknya manfaat yang bisa didapatkan. Yaitu kita dapat mengetahui apa
pengertian dari iman, rukun Iman, proses terbentuknya iman, tantangan orang yang beriman
di era modern, dan cirri-ciri orang yang beriman

1.4 Metode Penulisan


Penulis memakai metode studi literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini.Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab
penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan
dibagi berdasarkan sub bab yang berkaitan dengan pengertian iman, karakteristik iman dan
tingkatan iman. Terakhir, bab penutup terdiri atas saran dan kesimpulan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat
dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau
salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang
bernamamanusia.

Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan menurut
syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap dalam hati
dan dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu hadis Nabi yang
berikut ini “Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam
hatimu dan dibuktikan kebenarannya dengan amal”.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa: “Iman secara bahasa berasal dari
kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua
masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama ditunjukkan kepada Tuhan,
karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan
ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua
dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman) adalah mereka memasuki
dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan”.

Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan referensi
bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan penuh terhadap
suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna iman seseorang
kalau hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal perbuatan.

Sedangkan menurut Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan:


“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah swt Dan Rasul-
Rasul-Nya (atas mereka keselematan)”. Dan menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan
oleh al-Kalabadzy: ”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah
pembenaran”.

Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para pakar sepakat bahwa
iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota
badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya
menempatkan sebagai kelengkapan saja.

3
B. RUKUN IMAN
Rukun iman ada 6 yang mesti diyakini umat Islam. Iman dalam Islam merupakan dasar
atau pokok kepercayaan yang harus diyakini setiap muslim. Jika tak memiliki iman,
seseorang dianggap tidak sah menganut Islam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan
Umar bin Khattab RA, ketika malaikat Jibril menyaru menjadi seorang laki-laki, ia
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: " ... 'Beritahukan kepadaku tentang Iman'
Rasulullah SAW menjawab 'Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang
baik maupun yang buruk.' Orang tadi [Jibril] berkata, 'Engkau benar'," (H.R. Muslim).

Hadis di atas menjelaskan enam rukun Iman yang mesti diyakini seorang muslim sebagai
berikut:
1. Iman pada adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa.
2. Iman pada adanya malaikat Allah SWT.
3. Iman pada adanya kitab-kitab Allah SWT.
4. Iman pada adanya rasul-rasul Allah SWT.
5. Iman pada adanya hari kiamat.
6. Iman pada qada dan qadar

Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Iman kepada Allah SWT


Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini bahwa Allah
itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau
mendengar suara-Nya. Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui
sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat juga dilakukan
dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang tertuang dalam Alquran atau hadis.

2. Iman kepada Malaikat Allah SWT


Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa malaikat itu
benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak
pernah melihat wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya. Perintah
mengimani malaikat ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 285:
"Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-
rasul-Nya," (QS. Al-Baqarah [2]: 285).

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT


Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
menurunkan kitab kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk
kebenaran dan kebahagiaan, baik itu di dunia maupun akhirat. Keberadaan kitab-kitab
Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca [keadilan]
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan,” (QS.Al-Hadid [57]: 25).
Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara mutlak
bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang

4
wajib diikuti dan dilaksanakan. beriman kepada kitab Allah dapat dilakukan dengan
dua hal, yaitu beriman secara umum dan terperinci.
 Pertama, beriman secara umum artinya meyakini bahwa Allah SWT
menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya. Jumlahnya, tiada yang tahu kecuali
Allah SWT sendiri.
 Kedua, beriman secara terperinci artinya mengimani kitab-kitab yang
disebutkan Allah SWT secara spesifik dalam Alquran, seperti Taurat, Injil,
Zabur, Alquran, serta Suhuf Ibrahim dan Musa.

4. Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT


Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
benar-benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk
menyampaikan ajaran-Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan
memperoleh hidayah dan petunjuk. Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan
tersesat. Keberadaan rasul Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 75:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS.Al-Haj [22]:75).

5. Iman kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari kehidupan
di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari kubur,
dikumpulkan di padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka. Dalam surah
Al-Infithar ayat 14 dan 15, Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.


Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat],” (QS. Al-Infithar
[82]:14-15).

6. Iman kepada Qada dan Qadar


Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah
menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik. Pertama, qada
merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.
Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia
menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan
sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-
Hadid [57]: 22).

qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan
Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-
Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan
yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan
sebelumnya itu. karena qada dan qadar adalah perkara gaib, keduanya tidak bisa
menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah dengan takdirnya. Dengan
beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus berikhtiar, berusaha, dan

5
mengupayakan potensinya agar dapat terwujud, serta produktif di kehidupan sehari-
hari.

C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN


Spermatozoid dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan
yang digariskan ajaran Allah merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar
makanan yang dimakan berasal dari rezeki halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup
seseorang ibu yang telah hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang
mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan
sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang
dikandungnya. Oleh karena itu jika seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi
mukmin yang muttaqin, maka suami istri hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai
dengan yang dikehendaki Allah. Benih Iman yang dibawa sejak dalam kandungan
memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak
disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula
halnya dengan iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang, akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat,pendidikan maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca,
tanah, air dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-
anak. Tingkah laku yang baik maupun buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan
diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan
tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda; “setiap anak lahir membawa fitrah. Orang
Tuanya yang berperan menjadikan anaknya tersebut menjadi yahudi, Nasrani atau majusi.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Seseorang yang
menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah harus
diperkenalkan sedini mungkin seseuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal
sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi anak beriman, jika kepada
mereka tidak diperkenalkan al-Quran. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan,
seseorang bisa saja semula benci beubah menjadi senang. Seorang harus dibiasakan untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya
agar kelak setelah menjadi dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Allah.

D. TANTANGAN ORANG YANG BERIMAN DI ERA MODERN


1) Munculnya fenomena pergaulan antar mereka yang jauh dari tuntunan syarlat
Islam,bergandengan tangan,berpelukan bahkan jauh lebih dari ltu dianggap

6
sesuatu yang lumrah,hldup hura-hura, pulang larut malam menjadi hal yang
blasa,sehingga dapat dikatakan bebas gaul atau gaul bebas. Sementara ada
sebaglan pemuda yang memakal sarung pecl berangkat ke masjid,menuju majiis
ta'Tim dikatakan sok alim,nda maunya dan lain sebagainya. Islam tidak antipati
dengan sebuah pergaulan/ukhuwah,Islam mengajarkan kepada kita untuk bergaul
kepada siapapun bahkan kepada non muslim sekalipun sebagalmana Firman-
Nya"Allah clptakan manusia laki-laki dan perempuan,bersuku- suku dan
berbangsa-bangsa-bangsa agar saling mengenal".Islam mengajarkan kepada kita
dengan tiga ukhuwah agar hidup ini damai,ukhuwah Islamiyah(hubungan saudara
se-lman),ukhuwah basyariyah(hubungan kemasyarakatan) dan ukhuwah
wathonlyah(hubungan dengan para pemimpin).Kita ketahul bersama bahwa
dilingkungan kita adalah dan umurmya,strata dan latar belakangnya,bahkan
agama serta keyakinannya.Kalau kita tidak bisa menjaga maka hancurlah
peradaban ini.Terkait dengan GAUL BEBAS dikalangan remaja inl sungguh
sangat mengkhawatirkan,sebuah catatan dari BKKBN dikatakan bahwa hampir
2,4 juta wanita usia remaja setiap tahun melakukan aborsi,inl barangkall
merupakan fenomena Bebas Gaul yang sudah tidak dilandasi dengan ajaran Islam
yang benar.Mau jadi opa negeri ini jika para generasi muda Islam tidak dapat
menghindari hal tersebut.Dalam Alqur'an Surat perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk.
2) Media dan dunia intertaint,gemerlapnya dunia hiburan yang didukung dengan
media membuat kita umumnya dan para generasi muda dapat terlena olehnya,
sebunh catntan hampir 90'% tayangan yang ada kurang mendidik dan kurang
bermanfaat untuk membangun generasi islami yang cerdas,dan yang lebih
membahayakan lagi terhadap perkembangan pola pikir anak, dapat kita ihat
mereka lebih hafal dengan lagu-lagu orang dewasa,cara bicara orang dewasa
bahkan tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa,mereka lebih hafal dengan
para seleb daripada lokoh dan pejuang agama Islam,mereka lebih hafal tema
sinetron percintaan dari pada menghafal Al-qur'an dan membaca buku pelajaran.
Jadi tidak aneh Jika generasi muda dan anak-anak lebih hafal ratusan judul lagu
dan sinetron dari pada mendalami ajaran Islam yang fundamen,Seperti juga
tayangan hiburan dengan kosturm yang tidak sesuai dengan adat ketimuran dan
agama Islarm,gaya hidup. pergaulan hidup modern,perbuatan kurang balk bahkan
tidak terpuji hampir sudah mengakar dikalangan generasi muda.Ini menjadi
tantangan berat generasi muda Islom sebagai agen perubahan untuk melakukan
sebuah Inovasi agar generasi Islam dapal terselamatkan.Sebagai umat Islam
seharusnya Ingat dan sadar bahwa hidup inl hanya sekall,dan kehidupan ini adalah
sendau gurau,sebagalmana Firman Allah SWT dalam surat Al-An'am 32 yang
artinyn 'Dan tiadalah kehidupan dunia inl selain dari main-main dan sendau gurau
belaka. Dan sungguh kampung akherat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa,maka tidaklah kamu memahaminya".
3) Kemajuan Teknologi saat inl sebagal penunjang kebutuhan hidup tidak dapat di
elakkan oleh semua orang dari yang muda hingga tua.Majunya teknolagl tidak
dapat kita hadang.justru harus kita manfaatkan untuk sesualu yang yang positif.
Akan menjadi salah jika kemajuan bidang teknologi tersebut untuk memfitnah
orang,menghancurkan karakter crang. sebagaimana majunya berbagal media

7
soslal yang didukung dengan teknologi android.Akan menjadi peluang bagl
generasi Islam yang dapat menguasai teknologi tersebut agar dapat digunakan
sebagal media da wah,bisnis dan sharing ilmu agama dan tentunya sesuatu yang
bermanfaat.
4) Gaya hidup,mungkin kita masih Ingat sebuah fenomena tentang jilboobs,mungkin
kebanyakan masih ingat dan pernah menjadl trend dikalangan muslimah.Jilboobs
sendiri adalah gaya pakalan muslimah yang menggunakan jilbab namun dibalut
dengan pakaian yang kelihatan ketat,sehingga menonjolkan sebuah benda yang
berada tepat didepan dan belakang.Kita menjadi bingung, sebenemya mereka itu
menutup aurat ataukah membentuk aurat ?. Fenomena tersebut merupakan salah
satu dari gaya hidup yang amburadul dan masih di diikuti oleh kalangan
ramaja,dan masih banyak lagi gaya hldup amburadul yang dapat kita saksikan saat
Inl.

E. CIRI-CIRI ORANG YANG BERIMAN


Adapun ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa menurut Al-Quran adalah sebagai berikut
1) Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur'an,
maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
2) Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah
Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
3) Tertib dalam pelaksanaan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al- Anfal: 3,
dan al- Mu'minun: 2,7). (iaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Al-
Anfal: 3) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Al-Mu'minun:
1) (iaitu) orang-orang yang khusyu 'dalam sembahyangnya (Al-Mu'minun: 2)
4) Menghindari yang tidak bermanfaat (al- Mu'minun: 3) dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (tindakan dan tindakan) yang tidak berguna
5) Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu'minun: 4) .dan orang
-orang yang menunaikan zakat
6) Menjaga kehormatannyadan orang-orang yang menjaga kemaluannya
7) Memelihara amanah dan menepati janji (al- Mu'minun: 8) Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 8. Berjihad di jalan
Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74.) Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepadaorang-orang muhajirin), mereka
itulah orang- orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan
rezeki (nikmat) yang mulia

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkataan iman yang berarti ‘membenarkan’ itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.” Iman itu
ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan
sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga
disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan
sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan
oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”

Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat
dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau
salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang
bernama manusia.

3.2 Kritik dan Saran


Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai