OLEH KELOMPOK 5:
Almaqfira (22210196)
Yulanda (21910065)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena dengan rahmat- Nya makalah dengan judul “Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan” dapat diselesaikan.
Penulis
ii
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh iman terhadap kehidupan.
Pengumpulan Data Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi
didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari
informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas. Hasil yang diperoleh dalam makalah
ini yaitu Iman merupakan pembenaran di dalam hati, menerima semua ajaran
yang dibawa Rasulullah Saw yaitu dengan mengaku melalui lisan yakni
mengucapkan dua kalimat syahadat, sedangkan perbuatan dengan anggota badan
yakni amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota
badan lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai kemampuannya. Dari
pengertian iman secara syari’at dan hakikat, imam Ghazali membagi iman
manusia kepada tiga tingkatan: Iman Taqlidi ( Imannya orang-orang awam ),
Imanu Istidlali ( Imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam ) dan Imanut Tahqiqi /
Arifi ( Imannya orang-orang ahli makrifat). Sedangkan tingkatan iman menurut
Imam Ghazali adalah Imanul abidin, Imanun Mukhlisin, Imanul Arifin. kemudian
Para Ulama membagi hakikat iman dalam 5 tingkatan, yaitu: Iman Al Wasithu,
Iman Al Ma’sum, Iman Al Makbul, Iman Al Maukuf, Iman Al Mardud.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
LITERASI REVIEW.........................................................................................................3
A. Penelitian Terdahulu..............................................................................................3
B. Metode Penelitian...................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Iman........................................................................................................4
B. Macam-Macam Iman.................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman memiliki pengaruh signifikan dalam meluruskan kepribadian seseorang
dan membersihkan dirinya dari kecenderungan pada kebejatan atau kekejian. Ia
menjadi stimulus terkuat yang membuat seseorang untuk menjauhi berbagai
bentuk perilaku kejahatan dan hal-hal terlarang, di samping menjadi motifator
terbesar yang menggugahnya untuk memperbanyak berbagai bentuk kebajikan
dan kebaikan, seseorang mukmin sejati dengan demikian akan menjauhkan diri
dari berbagai kenistaan dan dosa sebab ia meyakini dengan keyakinan yang teguh
bahwa Allah maha memperhatikan dirinya dalam segala situasi dan kondisinya.
Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk
dalam golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi
semata, tapi dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua
ituakan lebih mudah dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita
sebut dengan orang-orang beriman.
1
harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa memaknai
kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin
kami pecahkan yaitu, apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam
kehidupan.
C. Tujuan Penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai,
adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan.
2
LITERASI REVIEW
A. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian maka terlebih dahulu peneliti akan mengamati
dan memahami dari penelitian yang relevan, kemudian di jadikan acuan untuk
melihat seberapa besar pengaruh variable penelitian. Penelitian yang di anggap
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Shofaussamawati (2016), Iman dalam konteks kehidupan sosial
sebagaimana yang terekam dalam literature hadits memiliki jangkauan
yang luas dan ruang lingkup yang tak terbatas. Ini tersirat dari informasi
hadits bahwa iman memiliki 63 atau 73 lebih bagian (cabang). Dapat
dikatakan bahwa iman meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia.
Karena sejatinya semua amal perbuatan seorang muslim didahului oleh
niat untuk berbuat. Sedangkan niat adalah komunikasi manusia dengan
Tuhan di dalam hati berkenaan dengan motivasi dan tujuan perbuatannya.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kualitiatif yang menggunakan metode studi pustaka.
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari bahasa Arab, Iman berasal dari kata “ ”ايمان, dan
merupakan bentuk masdhar (kata jadian) dari fi’il madhi “ ”امنyang menurut
bahasa berarti membenarkan dan mempercayakan. Sedangkan menurut istilah,
iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan hati itu diikrarkan
dengan lisan berupa syahadat, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara
nyata.
Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah Swt, syekh Husain
bin Audah al-awaisyah menyebutkan bahwa “iman adalah keyakinan dalam hati,
ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh. Amal perbuatan
dengan segala macamnya, baik amalan hati maupun amalan anggota tubuh
termasuk hakikat keimanan”.
Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapan yang
disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasi dengan
Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah
kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah
nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa dilandasi
dengan sunnah adalah bid'ah (Al-Islam, 1999a).
4
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah :“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman
kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.” (Q.S. An Nisa : 136).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa bila kita ingkar kepada Allah,
maka kita akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan
merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah
sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
5
B. Macam-Macam Iman
Di dalam kitab tafsir Ruhul Bayan disebutkan bahwa pengertian iman secara
hakikat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 16 : “
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik “.
Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali membagi
iman manusia kepada tiga tingkatan: Iman Taqlidi ( Imannya orang-orang awam ),
Imanu Istidlali ( Imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam ) dan Imanut Tahqiqi /
Arifi ( Imannya orang-orang ahli makrifat.
1. Taqlidi
2. Istidlali
3. Tahqiqi / Arifi
Dari ketiga tingkatan iman ini dapatlah kita ketahui bahwa hanya
orang-orang ahli makrifatlah atau orang-orang ahli hakekatlah yang
dikatakan benar-benar telah beriman kepada Allah. Adapun imannya
orang-orang awam dan imannya orang-orang ahli ilmu kalam adalah
beriman secara syari’at, namun secara hakikat mereka belum beriman
kepada Allah, disebabkan karena ketiadaan ilmu dan ketidaktahuan
mereka.
7
1) Iman Al Wasithu, yaitu iman yang dimiliki oleh para malaikat, dimana
tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan tidak pula bertambah.
2) Iman Al Ma’sum yaitu iman yang dimiliki oleh para Nabi dan Rosul
Allah SWT. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan akan
selalu bertambah ketika wahyu datang kepadanya.
3) Iman Al Makbul yaitu iman yang dimiliki oleh muslim dimana iman
tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan akan
berkurang jika melakukan maksiat.
4) Iman Al Maukuf yaitu iman yang dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman
yang ditangguhkan dimana jika berhenti melakukan bid’ah maka iman
akan diterima, diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan yang
sejenisnya.
5) Iman Al Mardud yaitu iman yang ditolak, dimana iman ini yang dimiliki
oleh orang-orang musrik, murtad , munafik dan kafir dan sejenisnya.
1. Iman
Seperti yang telah penulis bahas diatas, Iman artinya percaya atau
yakin. Sedangkan menurut istilah Iman adalah membenarkan dan
meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan
amal. Sehingga, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
kalau Allah SWT itu ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaan yang melekat kepada-Nya, mengakuinya dengan ikrar
secara lisan, dan memwujudkannya dengan bukti secara amal atau
tindakan.
8
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas.
Apabila seseorang mengaku dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin
yang sempurna. Sebab, ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan
2. Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja dalam Bahasa Arab yaitu alima
yang artinya memperoleh hakikat imu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang
dalam bentuk jamak adalah um, artinya ialah memahami sesuatu dengan
hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Dengan keyakinan
inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu
yang kaya, namun miskin dalam mengamalkannya manak, ilmunya itu sia-
sia. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah
sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu,
banyak dipengaruhi oleh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu.
3. Amal
Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki
keterkaitan yang erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan
seseorang yang dilakukan dengan penuh hati. Sehingga orang yang
beriman harus menjalankan amalan keislaman, seperti shalat, puasa, haji,
zakat, dan lain-lain.
10
ilmu itu diamalkan akan lebih bernilai kepada kita dan orang lain disekitar
kita.
Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Quran Surah Al Anfal
ayat 2, dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman.
َت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن ْ َاِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل
ْ َت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي
Pertama bergetar yang beriman ialah. Dalam ayat di atas dikatakan bahwa
ciri orang hatinya, apabila disebut nama Allah. Bagaimana hati manusia bisa
bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya memberikan satu hati
kepada manusia. Di hati itu terkumpul tsejuta rasa. Apa yang mengambil tempat
terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar kepada hal tersebut.
Jadi apabila hati sebagian besar diisi dengan harta, atau diisi dengan
kekuasaan dan jabatan, maka itulah yang akan membuat hati bergetar, sementara
orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga pabila
disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya.
Yang kedua ciri orang yang beriman ialah, apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud?
Ada dua ayat yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang
11
diciptakan Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka
bertambahlah keimanannya.
Yang ketiga, ciri-ciri orang beriman ialah dia berserah diri hanya kepada
Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah.
bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah.
Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal.
Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.
Yang kelima, orang yang beriman ialah orang yang menginfakkan sebagian
hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki sesunggunya bukan
milik kita sebenarnya. Namun, bagi manusia yang beriman harta bisa menjadi
milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan
Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita
terhadap Allah.
12
1. Syirik
Lawan dari sikap tawadhu adalah takbur atau sombong, yaitu sikap
yang menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya
itu orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang
dari orang yang dianggap statusnya lebih rendah darinya. Sifat sombong
adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. untuk bersujud kepada
Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia dari Adam,
karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 34:
ۤ
َ ۗ َواِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ا ْس ُج ُدوْ ا اِل ٰ َد َمفَ َس َجد ُْٓوا آِاَّل اِ ْبلِي
َْس اَ ٰبى َوا ْستَ ْكبَ َۖر َو َكانَ ِمنَ ْال ٰكفِ ِر ْين
13
Karena kesombongannya itulah Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan
karena kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun
kepada Allah SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong
adalah induk dosa-dosa.
3. Khianat
َٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ُخوْ نُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل َوتَ ُخوْ نُ ْٓوا اَمٰ ٰنتِ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
4. Berbohong
14
5. Jaza'
Lawan dari sifat sabar adalah jaza yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S
Ibrahim: 21 dan QS. Al-Ma'arijat: 19-22:
ق هَلُوعًا () ِإ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعًا () َوِإ َذا َم َّسهُ ْال َخ ْي ُر َمنُوعًا
َ ِِإ َّن اِإْل ْن َسانَ ُخل
15
dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat
alFatihah ayat 1-7 .
16
5. Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama dan akan
meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.
7. Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus
maju karena membela kebenaran.
8. Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya
kehidupan yang baik, adil dan makmur.
17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya. Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar
yaitu iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda, menanamkan
semangat berani menghadapi maut, menanamkan sikap “self help” dalam
kehidupan, memberikan katentraman jiwa dan lain sebagainya.
Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita perlu menyadari
akan sebuah kekuatan yang tidak akan pernah bisa kita kalahkan, yaitu kekuatan
Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan ini kita tidak bisa terlepas dari yang
namanya Allah, yang merupakan hal mutlak dalam hidup kita. Namun, hal ini
tidak akan bisa disadari oleh orang-orang yang tidak percaya, atau tidak yakin
akan Allah, yang kemudian kita sebut debagai orang yang tidak beriman.
Orang yang beriman adalah orang yang percaya dan yakin akan Allah SWT.
Baik yakin akan keberadaan Allah, akan ajaran Allah, maupun yakin akan wahyu
yang diturunkan-Nya. Namun, keyakinan kita atau iman kita tentunya tidak hanya
diyakini dengan hati. namun juga diikrarkan dengan lisan dan wujudkan dengan
tindakan amal saleh. Sehingga, keimanan itu tidak menjadi hal yang tinggal dihati
semata.
Untuk mewujudkan keimanan, kita perlu yang namanya ilmu dan amal. yang
kemudian mengikat iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan yang utuh. Yang
dimana untuk menjalani keimanan dalam bentuk ajaran Islam, kita butuh ilmu
akan ajaran tersebut. Yang kemudian kita wujudkan dalam bentuk amal saleh
18
dalam kehidupan kita. Ketika kita bisa mewujudkan Iman dalam bentuk tindakan
amal saleh, maka disinilah letak dari hakikat sebuah iman, yang kemudian bisa
menuntun kehidupan kita ke arah yang diridhai Allah SWT.
B. Saran
Ketika kita mampu untuk mewujudkan keimanan dalam kehidupan kita,
maka hidup ini akan lebih berarti untuk orang lain, maupun untuk diri kita sendiri.
Namun, untuk mewujudkan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
karena akan ada hal-hal yang kemudian bisa merusak bahkan meniadakan iman
Sehingga, untuk menghindari hal tersebut, penulis akan memberikan beberapa
saran agar bisa mempertahankan iman kita, antara lain:
1. Menjalankan segala perintah Allah, baik yang wajib seperti shalat, puasa
ramadhan, dan zakat, maupun yang sunnah seperti puasa senin kamis.
3. Menjalankan semua amalan saleh dengan benar baik secara ilmu maupun
secara pelaksanaannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, M. S. (1987). Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’an
al-Hadis Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal.
Bandung: Bulan Bintang.
https://www.academia.edu/9341707/Iman_dan_Pengaruhnya_dalam_Kehidupan
20