Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN

OLEH KELOMPOK 5:

Elsa Julianti (22210165)

Ewit Rahmawati Ramadan (22210150)

Almaqfira (22210196)

Muhammad Ikram Kawa (22210186)

Yulanda (21910065)

Rasta Anugrah (21910047)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena dengan rahmat- Nya makalah dengan judul “Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan” dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW yang telah membebaskan manusia dari kehidupan jahiliyah melaui risalah
Islam. Penulis makalah ini selain dimaksudkan untuk manambah wawasan dan
untuk memenuhi tugas AIK.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan


yang belum penulis ketahui, sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Namun, penulis tetap berharap semoga karya penulis
dapat bermanfaat.

Kendari, 5 November 2022

Penulis

ii
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh iman terhadap kehidupan.
Pengumpulan Data Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi
didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari
informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas. Hasil yang diperoleh dalam makalah
ini yaitu Iman merupakan pembenaran di dalam hati, menerima semua ajaran
yang dibawa Rasulullah Saw yaitu dengan mengaku melalui lisan yakni
mengucapkan dua kalimat syahadat, sedangkan perbuatan dengan anggota badan
yakni amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota
badan lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai kemampuannya. Dari
pengertian iman secara syari’at dan hakikat, imam Ghazali membagi iman
manusia kepada tiga tingkatan: Iman Taqlidi ( Imannya orang-orang awam ),
Imanu Istidlali ( Imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam ) dan Imanut Tahqiqi /
Arifi ( Imannya orang-orang ahli makrifat). Sedangkan tingkatan iman menurut
Imam Ghazali adalah Imanul abidin, Imanun Mukhlisin, Imanul Arifin. kemudian
Para Ulama membagi hakikat iman dalam 5 tingkatan, yaitu: Iman Al Wasithu,
Iman Al Ma’sum, Iman Al Makbul, Iman Al Maukuf, Iman Al Mardud.

Kata kunci: iman, pengaruh iman, macam-macam iman, hubungan iman.

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

ABSTRAK........................................................................................................................iii

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

LITERASI REVIEW.........................................................................................................3

A. Penelitian Terdahulu..............................................................................................3

B. Metode Penelitian...................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................4

A. Pengertian Iman........................................................................................................4

B. Macam-Macam Iman.................................................................................................6

C. Hubungan Iman, Ilmu, Dan Amal..............................................................................8

D. Karakteristik Dan Sifat Orang Beriman...................................................................11

E. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Dan Meniadakan Iman.............................................12

F. Manfaat Dan Pengaruh Iman Bagi Kehidupan.........................................................15

PENUTUP.......................................................................................................................18

A. Kesimpulan.............................................................................................................18

B. Saran........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman memiliki pengaruh signifikan dalam meluruskan kepribadian seseorang
dan membersihkan dirinya dari kecenderungan pada kebejatan atau kekejian. Ia
menjadi stimulus terkuat yang membuat seseorang untuk menjauhi berbagai
bentuk perilaku kejahatan dan hal-hal terlarang, di samping menjadi motifator
terbesar yang menggugahnya untuk memperbanyak berbagai bentuk kebajikan
dan kebaikan, seseorang mukmin sejati dengan demikian akan menjauhkan diri
dari berbagai kenistaan dan dosa sebab ia meyakini dengan keyakinan yang teguh
bahwa Allah maha memperhatikan dirinya dalam segala situasi dan kondisinya.

Dengan banyaknya masalah yang menimpah negeri ini, terkadang membuat


sebagian orang tersadar akan sebuah kekuatan yang memiliki kehendak yang luar
biasa, yaitu ALLAH SWT. Sehingga, disamping mereka melakukan
penanggulangan bencana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka juga
meminta bantuan kepada Sang Pemiliki alam semesta.

Namun, tidak sedikit pula yang tidak menyadarinya, yang memandang


semua bencana ini secara teoritis yang berlebihan sehingga membuat semua Ilmu
Pengertahuan itu sebagai solusi akan bencana ini. Dan membuat mereka lupa
akansuatu kekuatan yang mengenggam semua alam semesta.

Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk
dalam golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi
semata, tapi dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua
ituakan lebih mudah dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita
sebut dengan orang-orang beriman.

Maka daripada itu, kami akan memberikan penjelasan mengenai apakah


pengaruh iman dalam kehidupan. Dan kemudian sampai ke pertanyaan mengenai
apa itu iman?, apa hubungan iman, ilmu, dan amal?, untuk menjadi orang beriman
itu, karakteristiknya bagaimana?, dan apa saja yang bisa merusak iman?. Dengan

1
harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa memaknai
kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin
kami pecahkan yaitu, apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam
kehidupan.

C. Tujuan Penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai,
adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan.

2
LITERASI REVIEW

A. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian maka terlebih dahulu peneliti akan mengamati
dan memahami dari penelitian yang relevan, kemudian di jadikan acuan untuk
melihat seberapa besar pengaruh variable penelitian. Penelitian yang di anggap
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Shofaussamawati (2016), Iman dalam konteks kehidupan sosial
sebagaimana yang terekam dalam literature hadits memiliki jangkauan
yang luas dan ruang lingkup yang tak terbatas. Ini tersirat dari informasi
hadits bahwa iman memiliki 63 atau 73 lebih bagian (cabang). Dapat
dikatakan bahwa iman meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia.
Karena sejatinya semua amal perbuatan seorang muslim didahului oleh
niat untuk berbuat. Sedangkan niat adalah komunikasi manusia dengan
Tuhan di dalam hati berkenaan dengan motivasi dan tujuan perbuatannya.

2. David Subhi (2020), Keimanan dan keislaman saling mempengaruhi


prilaku manusia, semakin kuat landasan keimanan, dari unsur efistemologi
dan ontologi sangat mempengaruhi keislaman seseorang. Keimanan dan
keislaman satu rangka yang tidak dapat di pisahkan, keduanya saling
menguatkan. Jika keduanya lemah maka semangat pengabdian akan
berbalik menjadi pengingkaran kepada Allah disitu kekufuran akan terjadi.
Allah telah banyak memberikan sarana, berupakan pikiran, hati, hikmah
untuk meneguhkan keimanan seseorang, sarana akal manusia yang kritis
bersifat analisis dapat menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan
pertentangan, dengan jalan bertanya, berdialog membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kualitiatif yang menggunakan metode studi pustaka.

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari bahasa Arab, Iman berasal dari kata “ ‫”ايمان‬, dan
merupakan bentuk masdhar (kata jadian) dari fi’il madhi “‫ ”امن‬yang menurut
bahasa berarti membenarkan dan mempercayakan. Sedangkan menurut istilah,
iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan hati itu diikrarkan
dengan lisan berupa syahadat, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara
nyata.

Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah Swt, syekh Husain
bin Audah al-awaisyah menyebutkan bahwa “iman adalah keyakinan dalam hati,
ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh. Amal perbuatan
dengan segala macamnya, baik amalan hati maupun amalan anggota tubuh
termasuk hakikat keimanan”.

Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapan yang
disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasi dengan
Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah
kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah
nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa dilandasi
dengan sunnah adalah bid'ah (Al-Islam, 1999a).

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)


sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Sedangkan unsur-
unsur keimanan yang perlu diketahui adalah unsur kafir, unsur munafik dan unsur
fasik. Ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.

4
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah :“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman
kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.” (Q.S. An Nisa : 136).

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa bila kita ingkar kepada Allah,
maka kita akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan
merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah
sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan Keimanan pada keesaan Allah


yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan
tauhid praktis.

 Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat,


keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat,
Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,
persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis
tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-
satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
 Tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid
teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih
menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah
adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata
dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan
langkah.

5
B. Macam-Macam Iman
Di dalam kitab tafsir Ruhul Bayan disebutkan bahwa pengertian iman secara
hakikat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 16 : “
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik “.

Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali membagi
iman manusia kepada tiga tingkatan: Iman Taqlidi ( Imannya orang-orang awam ),
Imanu Istidlali ( Imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam ) dan Imanut Tahqiqi /
Arifi ( Imannya orang-orang ahli makrifat.

1. Taqlidi

Taqlid menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu qalada,


yuqalidu, taqlidan, yang berarti mengulangi, meniru dan mengikuti. Para
ulama ushul memberikan defenisi taqlid dengan “mengikuti pendapat
seseorang mujtahid atau ulama tertentu tanpa mengetahui sumber dan cara
pengambilan pendapat tersebut. Orang yang bertaqlid disebut mukallid.
(Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 323).

2. Istidlali

Secara bahasa kata berasal dari kata Istadalla artinya: minta


petunjuk, memperoleh dalil, menarik kesimpulan. Menurut Imam Abdul
Hamid Hakim, istidlal adalah mencari dalil yang tidak ada pada nash
Alquran dan al-Sunnah, tidak ada pada Ijma dan tidak ada pada Qiyas.
Definisi di atas menunjukan bahwa seorang mujtahid dalam memutuskan
sesuatu keputusan hukum hendaklah mendahulukan Alquran, kemudian al-
Sunnah, lalu al-Ijma selanjutnya Alqiyas. Dan jika Ia tidak menemukan
6
pada Alquran, al-Sunnah, Al-Ijma danQiyas, maka hendaklah mencari
dalil lain (Istidlal)

3. Tahqiqi / Arifi

Yaitu imannya para ahli makrifat dan Hakikat. Mereka beriman


kepada Allah dengan pembuktian melalui penyaksian kepada Allah.
Sebagai perumpamaan: Apabila kamu masuk ke dalam rumah, maka kamu
akan melihat dan menyaksikan Zaid itu dengan pandangan mata kamu.
Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan iman yang
sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui
penyaksian mata hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang
kesalahan.

Dari ketiga tingkatan iman ini dapatlah kita ketahui bahwa hanya
orang-orang ahli makrifatlah atau orang-orang ahli hakekatlah yang
dikatakan benar-benar telah beriman kepada Allah. Adapun imannya
orang-orang awam dan imannya orang-orang ahli ilmu kalam adalah
beriman secara syari’at, namun secara hakikat mereka belum beriman
kepada Allah, disebabkan karena ketiadaan ilmu dan ketidaktahuan
mereka.

Sedangkan tingkatan iman menurut Imam Akl-Ghozali adalah :

1) Imanul abidin: Imannya ahli ibadah, Imannya seorang yang beribadah


karena rasa cinta kepada Allah.

2) Imanun Mukhlisin: imannya seorang yang ikhlas, tapi keiklasanya masih


di aku.

3) Imanul Arifin: Imannya seorang yang ikhlas/seorang yang arif dan


bijaksana.

Para Ulama membagi hakikat iman dalam 5 tingkatan, yaitu:

7
1) Iman Al Wasithu, yaitu iman yang dimiliki oleh para malaikat, dimana
tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan tidak pula bertambah.
2) Iman Al Ma’sum yaitu iman yang dimiliki oleh para Nabi dan Rosul
Allah SWT. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan akan
selalu bertambah ketika wahyu datang kepadanya.
3) Iman Al Makbul yaitu iman yang dimiliki oleh muslim dimana iman
tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan dan akan
berkurang jika melakukan maksiat.
4) Iman Al Maukuf yaitu iman yang dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman
yang ditangguhkan dimana jika berhenti melakukan bid’ah maka iman
akan diterima, diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan yang
sejenisnya.
5) Iman Al Mardud yaitu iman yang ditolak, dimana iman ini yang dimiliki
oleh orang-orang musrik, murtad , munafik dan kafir dan sejenisnya.

C. Hubungan Iman, Ilmu, Dan Amal


Ketika membahas masalah hubungan antara suatu hal dengan hal yang
lainnya, maka tentunya pertama kita harus memahami hal tersebut satu persatu.
agar bisa menemukan kesamaan yang bisa menghubungkan hal-hal tersebut.
Begitu pula dalam mencari hubungan antara Iman, Ilmu, dan Amal.

1. Iman

Seperti yang telah penulis bahas diatas, Iman artinya percaya atau
yakin. Sedangkan menurut istilah Iman adalah membenarkan dan
meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan
amal. Sehingga, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
kalau Allah SWT itu ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaan yang melekat kepada-Nya, mengakuinya dengan ikrar
secara lisan, dan memwujudkannya dengan bukti secara amal atau
tindakan.

8
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas.
Apabila seseorang mengaku dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin
yang sempurna. Sebab, ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan

2. Ilmu

Kata ilmu berasal dari kata kerja dalam Bahasa Arab yaitu alima
yang artinya memperoleh hakikat imu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang
dalam bentuk jamak adalah um, artinya ialah memahami sesuatu dengan
hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Dengan keyakinan
inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu
yang kaya, namun miskin dalam mengamalkannya manak, ilmunya itu sia-
sia. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah
sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu,
banyak dipengaruhi oleh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu.

3. Amal

Secara bahasa Amal berasal dari Bahasa Arab yang berarti


perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang
patut. Menurut istilah, amal saleh adalah perbuatan baik yang memberikan
manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala di akhirat.
Pengertian amal dalam Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap tindakan
kebajikan yang diridhahi Allah SWT. dengan demikian, amal dalam Islam
tidak hanya terbatas pada ibadah seperti shalat dan puasa semata. Mulai
dari berdagang, belajar, bahkan berpolitik merupakan tindakan amal
selama semua itu dijalakan selaras dengan ridha Allah SWT.
9
Islam memandang bahwa amal adalah manifestasi keimanan
seseorang kepada Allah SWT. Islam bukan sekedar keyakinan, melainkan
amalan salch menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian
aturan-aturan Allah SWT. Sedangkan amal saleh yang dilakukan tampa
keimanan kepada Allah SWT akan tidak bernilai disisi-Nya. Dari
penjelasan diatas mengenai Iman. Ilmu, dan Amal, dapat ditarik benang
merah yang bisa menghubungkan mereka. Sehingga bisa membuktikan
kalau Iman. Ilmu, dan Amal merupakan tiga kesatuan yang utuh yang tida
bisa dipisahkan satu sama yang lainnya.

Beriman yang berarti meyakini kebenaran Allah SWT dan


Rasulullah SAW, harus dijalani dengan penuh ketaatan untuk
melaksanakan ajaran Islam. Untuk menjalankan ajaran Islam, terlebih
dahulu kita perlu memahami ajaran Islam tersebut dengan benar, sehingga
tidak menyimpang dari apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.
Sehingga kemudian muncul keterkaitan antara Iman dan Ilmu yang
dimana dengan adanya Ilmu, Iman kita akan lebih mantap. dan dengan
adanya Iman, Ilmu kita bisa lebih terkontrol dan tidak membuat kita
menjadi orang yang sombong akan Ilmu kita.

Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki
keterkaitan yang erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan
seseorang yang dilakukan dengan penuh hati. Sehingga orang yang
beriman harus menjalankan amalan keislaman, seperti shalat, puasa, haji,
zakat, dan lain-lain.

Namun, untuk mejalankan amalan islam, tentunya kita perlu ilmu


tentang ajaran islam tersebut. Sehingga, amalan yang kita lakukan akan
berjalan sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dan akan
menekan yang nama.y Bid'ah dalam ibadah. Selain itu juga, amalan yang
dilandasi dengan ilmu akan lebih bernilai, begitu pula sebaliknya ketika

10
ilmu itu diamalkan akan lebih bernilai kepada kita dan orang lain disekitar
kita.

D. Karakteristik Dan Sifat Orang Beriman


Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama
halnya dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta
badak yang diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan
yang dimiliki oleh binatang tersebut.

Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Quran Surah Al Anfal
ayat 2, dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman.

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن‬ ْ َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي‬

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila


disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka."

Pertama bergetar yang beriman ialah. Dalam ayat di atas dikatakan bahwa
ciri orang hatinya, apabila disebut nama Allah. Bagaimana hati manusia bisa
bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya memberikan satu hati
kepada manusia. Di hati itu terkumpul tsejuta rasa. Apa yang mengambil tempat
terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar kepada hal tersebut.

Jadi apabila hati sebagian besar diisi dengan harta, atau diisi dengan
kekuasaan dan jabatan, maka itulah yang akan membuat hati bergetar, sementara
orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga pabila
disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya.

Yang kedua ciri orang yang beriman ialah, apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud?
Ada dua ayat yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang

11
diciptakan Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka
bertambahlah keimanannya.

Yang ketiga, ciri-ciri orang beriman ialah dia berserah diri hanya kepada
Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah.
bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah.
Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal.
Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.

Yang keempat, ciri-ciri orang yang beriman ialah ia mendirikan shalat.


Mendirikan shalat maksudnya melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya
kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasi dari shalat yang dimaksudkan ialah dengan sikap dan


perbuatan. Manusia akan dipertanyakan shalatnya jika dalam hidup hanya bisa
mencuri harta orang lain. Seusai shalat sifat tamaknya jalan lagi. Bukan shalat
seperti ini yang dimaksud. Shalat tidak semata-mata menyembah Allah tanpa ada
maksud lain dari hal tersebut. Dirikanlah shalat sehingga shalat itu dapat
membekas dalam kehidupan sehari-hari.

Yang kelima, orang yang beriman ialah orang yang menginfakkan sebagian
hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki sesunggunya bukan
milik kita sebenarnya. Namun, bagi manusia yang beriman harta bisa menjadi
milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.

E. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Dan Meniadakan Iman


Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang menjadi
larangan Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita kepada
Allah, sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah maka
keyakinan kita akan Allah itu dapat berkurang atau diragukan.

Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan
Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita
terhadap Allah.
12
1. Syirik

Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan,


dan secara terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah
dalam hal hal yang merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada
selain Allah di samping berdoa kepada Allah, mempersembahkan ibadah
kepada selain Allah Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa
besar, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-
Nisa: 48:

‫هّٰلل‬ َ ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يَ ْغفِ ُر اَ ْن يُّ ْش َر‬


ِ ‫ك لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِا ِ فَقَ ِد ا ْفت ٰ َٓرى اِ ْث ًما ع‬
‫َظ ْي ًما‬ َ ِ‫ك بِ ٖه َويَ ْغفِ ُر َما ُدوْ نَ ٰذل‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,


dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah. Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."

2. Takabbur atau Sombong

Lawan dari sikap tawadhu adalah takbur atau sombong, yaitu sikap
yang menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya
itu orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang
dari orang yang dianggap statusnya lebih rendah darinya. Sifat sombong
adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. untuk bersujud kepada
Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia dari Adam,
karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 34:
ۤ
َ ۗ ‫َواِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ا ْس ُج ُدوْ ا اِل ٰ َد َمفَ َس َجد ُْٓوا آِاَّل اِ ْبلِي‬
َ‫ْس اَ ٰبى َوا ْستَ ْكبَ َۖر َو َكانَ ِمنَ ْال ٰكفِ ِر ْين‬

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para


Malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis: ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang
yang kafir."

13
Karena kesombongannya itulah Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan
karena kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun
kepada Allah SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong
adalah induk dosa-dosa.

3. Khianat

Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat


yang sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat
dibenci oleh Allah SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan
Rasul-Nya. Oleh sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk
mengkhianati Allah, Rasul dan amanh mereka sendiri, sebagaimana
Firman-Nya dalam Q.S. Al Anfal: 27:

َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ُخوْ نُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل َوتَ ُخوْ نُ ْٓوا اَمٰ ٰنتِ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui."

4. Berbohong

Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan


dari shidiq. Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak
mungkin jadi pembohong. Rasulullah ditanya oleh para sahabat "apakah
ada orag mukmin yang penakut? Nahi bersabda: "Ada". Beliau ditanya
lagi: "apakah ada orang mukmin yang kikir? Nabi menjawab "Ada".
Kemudian ditanya lagi: "Apakah ada orang mukmin yang pembohong?
Nabi menjawab: "Tidak Ada".(HR. Malik).

Seorang mukmin harus menjauhi segala menjauhi segala bentuk


kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian
palsu. fitnah, gunjing atau bentuk-bentuk lainnya.

14
5. Jaza'

Lawan dari sifat sabar adalah jaza yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S
Ibrahim: 21 dan QS. Al-Ma'arijat: 19-22:

َ ‫َس َوا ٌء َعلَ ْينَا َأ َج ِز ْعنَا َأ ْم‬


ٍ ‫صبَرْ نَا َما لَنَا ِمن َّم ِح‬
‫يص‬

Artinya: "...sama saja bagi kita, Apakah kita mengeluh ataukah


bersabar. sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri".

‫ق هَلُوعًا () ِإ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعًا () َوِإ َذا َم َّسهُ ْال َخ ْي ُر َمنُوعًا‬
َ ِ‫ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ ُخل‬

Artinya: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah


lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia
mendapat kebaikan ia Amat kikir". Ketidaksabaran dengan segala
bentuknya adalah sifat yang tercela Orang yang dihinggapi sifat ini, bila
menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah goyah,
berputus asa dan mundur dari medan perjuangan.

F. Manfaat Dan Pengaruh Iman Bagi Kehidupan


Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada
kehidupan manusia.

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan


Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak
menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup
menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian
menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang
memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul, jampi-jampi

15
dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat
alFatihah ayat 1-7 .

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran,
karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya
bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal
hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS 4 (al-Nisa’):78 [4:78] Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan {319}, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan :
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan {320} sedikitpun.

3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam


kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena
kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan
melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan
memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS 11 (Hud):6 [11:6] Dan tidak
ada suatu binatang melata {709} pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya {710}. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata
(Lauh mahfuzh

4. Iman dapat menimbulkan dan memberikan ketentraman jiwa

16
5. Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama dan akan
meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.

6. Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain

7. Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus
maju karena membela kebenaran.

8. Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya
kehidupan yang baik, adil dan makmur.

9. Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya


sebagai khalifah di muka bumi.

10. Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.

11. Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.

17
PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya. Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar
yaitu iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda, menanamkan
semangat berani menghadapi maut, menanamkan sikap “self help” dalam
kehidupan, memberikan katentraman jiwa dan lain sebagainya.

Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita perlu menyadari
akan sebuah kekuatan yang tidak akan pernah bisa kita kalahkan, yaitu kekuatan
Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan ini kita tidak bisa terlepas dari yang
namanya Allah, yang merupakan hal mutlak dalam hidup kita. Namun, hal ini
tidak akan bisa disadari oleh orang-orang yang tidak percaya, atau tidak yakin
akan Allah, yang kemudian kita sebut debagai orang yang tidak beriman.

Orang yang beriman adalah orang yang percaya dan yakin akan Allah SWT.
Baik yakin akan keberadaan Allah, akan ajaran Allah, maupun yakin akan wahyu
yang diturunkan-Nya. Namun, keyakinan kita atau iman kita tentunya tidak hanya
diyakini dengan hati. namun juga diikrarkan dengan lisan dan wujudkan dengan
tindakan amal saleh. Sehingga, keimanan itu tidak menjadi hal yang tinggal dihati
semata.

Untuk mewujudkan keimanan, kita perlu yang namanya ilmu dan amal. yang
kemudian mengikat iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan yang utuh. Yang
dimana untuk menjalani keimanan dalam bentuk ajaran Islam, kita butuh ilmu
akan ajaran tersebut. Yang kemudian kita wujudkan dalam bentuk amal saleh
18
dalam kehidupan kita. Ketika kita bisa mewujudkan Iman dalam bentuk tindakan
amal saleh, maka disinilah letak dari hakikat sebuah iman, yang kemudian bisa
menuntun kehidupan kita ke arah yang diridhai Allah SWT.

B. Saran
Ketika kita mampu untuk mewujudkan keimanan dalam kehidupan kita,
maka hidup ini akan lebih berarti untuk orang lain, maupun untuk diri kita sendiri.
Namun, untuk mewujudkan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
karena akan ada hal-hal yang kemudian bisa merusak bahkan meniadakan iman
Sehingga, untuk menghindari hal tersebut, penulis akan memberikan beberapa
saran agar bisa mempertahankan iman kita, antara lain:

1. Menjalankan segala perintah Allah, baik yang wajib seperti shalat, puasa
ramadhan, dan zakat, maupun yang sunnah seperti puasa senin kamis.

2. Menjauhi segala yang menjadi larangan Allah SWT.

3. Menjalankan semua amalan saleh dengan benar baik secara ilmu maupun
secara pelaksanaannya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, M. S. (1987). Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’an
al-Hadis Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal.
Bandung: Bulan Bintang.

Shofaussamawati (2016). IMAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL. Riwayah: Jurnal


Studi Hadis Volume 2 Nomor 2 2016.

David Subhi (2020). KEIMANAN: IMAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM.


Mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

https://www.academia.edu/9341707/Iman_dan_Pengaruhnya_dalam_Kehidupan

Syafe’I, R. (2000). Al-Hadist. Bandung: Pustaka Setia.

20

Anda mungkin juga menyukai