Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fatimatuzzahra

NIM : 210103040197
Jurusan : Psikologi Islam 21-C
Mata Kuliah : Tafsir ayat-ayat akidah
Dosen Pengampu : Abqary, S.Ag. , M. Ag.
Tugas : Ulangan Tengah Semester.

Tafsir surah Al-Nisa ayat 136 tentang pegangan kepercayaan umat Islam.
Di dalam Quran surah An-nisa (3) ayat 136 ini memaparkan mengenai seruan Allah
swt kepada orang-orang beriman agar mereka tetap dalam keimanan dan senantiasa
memelihara, menjaga, dan menguatkan iman.. Keimanan adalah keyakinan yang kokoh di
dalam hati dan tidak akan berubah bagaimanapun keadaan yang dilalui. Jadi meskipun orang
yang beriman itu di siksa di dalam hati , dianiaya , ditindas bahkan jika di bunuh sekalipun
maka ia akan tetap beriman dan mati di dalam keimanan. Iman bisa bertambah , berkurang
dan tercabut dari hati seseorang. Apabila iman tercabut dari hati seseorang maka orang
tersebut tidak lagi disebut orang beriman atau disebut kafir. Maksud dari kata beriman di sini
adalah kita sebagai seorang muslim seharusnya tidak hanya beriman pengakuan di mulut saja
hendaknya keimanan itu terus di tingkatkan terus menerus.
Iman seharusnya di pupuk sejak dini yaitu sejak masih bayi oleh orang tua. Allah swt
memupuk iman seseorang yaitu dengan memberinya cobaan. Banyak orang yang mengaku
beriman, tetapi ketika diberi cobaan mereka tidak tahan menerima cobaan tersebut.
Jika iman tidak ada di dalam hati seseorang maka ia akan melakukan pengrusakkan-
pengrusak kan di muka bumi ini . Dengan tetap beriman maka akan terpeliharalah diri dari
keburukan. Keburukan paling buruk di hidup adalah kekufuran (kafir) . Kita sebagai seorang
muslim sudah seharusnya menjaga iman kita dan juga iman orang yang ada di sekitar kita
Pada permulaan ayat ini sama dengan permulaan ayat sebelum ini yaitu Allah swt
menyeru kepada orang-orang beriman dan bukan kepada semua orang. Allah hanya menyeru
orang- orang beriman saja karena akan ada kewajiban yang di sampaikan Allah setelah
seruan tersebut. Seruan tersebut yaitu seruan untuk beriman sesuai yang disebutkan di ayat
tersebut dan kewajiban tersebut hanya orang yang beriman saja yang mau melakukannya.
Pada awal ayat ini Allah memanggil hal yang paling penting dari diri kita yaitu keimanan
yang ada pada diri kita. Tujuannya adalah supaya bangkit semangat iman kita dan dengan
semangat iman itu kita akan menjalankan kewajiban dengan mudah.
Selanjutnya pada ayat tersebut dijelaskan bahwa “ Tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya” kata “kitab” di dalam bait tersebut mengacu kepada Al-Quran
maksudnya adalah kita bukan di perintahkan beriman hanya kepada kitab yang Allah turun
kan kepada Rasulullah SAW saja yaitu Al-Quran tetapi kita juga harus mengimani kitab-kitab
yang sebelumnya yang telah di turunkan kepada rasul-Nya yaitu seperti Injil, Zabur, dan
Taurat.
Konteks orang beriman di dalam surah ini di tunjukkan oleh sebagian pendapat yaitu
orang tersebut yaitu orang beriman tetapi ada hal yang kurang dalam keimanan mereka
sehingga di dalam ayat ini di perintahkan untuk menyempurnakan imannya dengan cara
mengasah, mempertahankan dan mengasuh iman mereka agar imannya semakin kuat setiap
harinya. Pendapat lainnya juga menjelaskan bahwa ayat ini di tunjukkan kepada orang-orang
munafik yang keimanannya memang masih sangat lemah.
Thabathaba’i mengemukakan pemdapat tentang konteks orang beriman di sini sedikit
berbeda yaitu menurutnya berpendapat bahwa iman itu di tunjukkan kepada orang beriman
dan harus sesuai rincian yang telah disebutkan di ayat ini. Rincian yang telah di sebut oleh
ayat ini berkaitan satu sama lainnya dan mengharuskan jika beriman kepada satu iman maka
iman yang lain harus diimani juga.
Yang terakhir di singgung pada bait ayat ini yaitu mengenai ancaman yang di
tunjukan untuk orang yang tidak mau beriman ( kafir) dan orang yang meninggalkan
keimanannya yaitu bahwa mereka itu sudah sangat sesat dan telah keluar dari jalan petunjuk
serta menjauh dari tujuan sejauh-jauhnya.
Di dalam ayat ini meskipun hanya menyebutkan iman kepada Allah , rasul , malaikat ,
kitab- kitab, dan hari akhir tetapi tidak ada penyebutan tentang iman kepada takdir
maksudnya bukan berarti bahwa takdir itu tidak wajib dipercayai. Bukan berarti hanya lima
hal tersebut yang menjadi rukun iman yang di tuntut untuk mempercayainya. Pada ayat lain
dan Hadits Shahih banyak yang menjelaskan dan menegaskan adanya takdir Allah serta
menetapkan takdir sebagai salah satu hal yang harus diimani.
Di dalam ayat ini juga menyimpan ajaran kepada kaum muslim yang mengingatkan
kepada enam hal dalam rukun iman , yang mana hal tersebut merupakan pegangan
kepercayaan dari umat Islam dan sudah wajib hukumnya bagi umat muslim untuk
mempercayai hal tersebut. Namun perlu diingat bahwa bukan hanya keenam rukun iman
yang populer saja yang perlu Diimani, Masih banyak lainnya karena semua yang di
sampaikan oleh Rasulullah baik melalui Al-Quran maupun Sunnah atau Hadits harus kita
imani.

Referensi:
Hamka . 1989. Tafsir Al-Azhar Jilid 2. Jakarta : Pustaka Nasional PT. LTD Singapura.
Quraish, M. 2002. Tafsir Al-Mishbah : Pesan,Kesan,dan Keserasian Al—Quran Volume 2.
Jakarta: Penerbit Lentera Hati.

Az-Zuhli, Wahbah. 2016. Tafsir Al-Munir jilid 3. Jakarta: Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai