Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG IMAN

Disusun Untuk memenuhi Tugas Kelompok pada mata Kuliah Ilmu Tauhid.

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Puli Taslim Nst,MA.

Disusun oleh:

1. Annum Batubara : 23010061


2. Innas Mutiah : 23010085
3. Muzzammil Khoiri : 23010069
4. Putri Maharani : 23010086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

MANDAILING NATAL

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan atas Rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, dan
berkat karuniaNya, sehingga makalah yang berjudul “Iman” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah Ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok 10 pada mata
kuliah “ Ilmu Tauhid”.

Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca. Penulis
mengucapkan terima kasih pada Bapak “Drs.Puli Taslim, M.A”, selaku Dosen mata kuliah
Ilmu Tauhid. Berkat tugas yang diberikan ini membuat wawasan penulis menjadi bertambah
dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, seperti manusia
yang hakekatnya tidak luput dari kesalahan. Penulis memohon maaf atas kesalahan,
kekurangan, dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan.Oleh karena itu ,diharapkan
saran dan kritik untuk penulis dalam memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

Panyabungan,27 September 2023

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..i

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar belakang………………………………………………………...i
B. Rumusan masalah……………………………………………………..i
C. Tujuan…………………………………………………………………i

BAB II PEMBAHASAN.

A.Hubungan Iman dan Islam……………………………………………...i

B.Rukun Iman……………………………………………………………..i

C.Manfaat Iman bagi kehidupan…………………………………………..i

D.Sifat-sifat orang beriman dan hal yang meningkatkan keimanan……….i

E.Hal-hal yang dapat merusak dan membatalkan iman……………………i

BAB III PEMBAHASAN.

A.Kesimpulan………………………………………………………………i

B.Saran……………………………………………………………………..i

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...i
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Secara Bahasa,iman berarti membenarkan (tashdiq),sementara menurut istilah adalah


mengucapkan dengan lisan,membenarkan dalam hati dan mengamalkan perbuatannya 1.
Menurut Drs. Zainudin dalam bukunya Pahala Dalam Islam, iman adalah percaya dalam hati
dan mengikrarkan dengan lisan, serta melaksanakan dengan anggota badan. Adapun unsur-
unsur iman di sini adalah mempercayai adanya Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
para Rasul-Nya, Hari Kiamat, dan Qadar Allah, baik dan burukya dari Allah 2. Pada dasarnya
setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan tentang adanya dzat yang Maha Kuasa,
yang dalam istilah agama disebut Tuhan. Fitrah manusia tersebut adalah fitrah beragama
tauhid yang dijadikan oleh Allah swt pada saat manusia itu diciptakan3.

Tidak bisa disangkal lagi, bahwa keimanan merupakan inti agama, terlebih agama
islam. Persoalan iman ini sangat penting, bukan hanya karena masalah tersebut berkaitan
dengan esensi dan eksistensi islam sebagai agama, tetapi juga karena perbincangan mengenai
konsep ini menandai titik awal dari semua pemikiran teologi di antara orang-orang Islam
masa awal.

Dengan memperhatikan aspek sejarah keimanan, bahwa perselisihan atas makna kata
tersebut (iman) merupakan perselisihan intern pertama yang terjadi di antara orang-orang
islam, yang mengakibatkan masyarakat muslim terpecah menjadi beberapa sekte, dan aliran
yang berbeda-beda dalam menafsirkan term iman dalam al-Qur’an dan Sunnah, sehingga satu
sama lain saling mengkafirkan. Kelompok yang mula-mula masuk ke dalam gelanggang ini
adalah khawarij. Walaupun awal kemunculannya sebagai gerakan politik, namun kemudian
beralih menjadi gerakan teologi. Kelompok ini menafsirkan iman yang menekankan bahwa
siapa saja yang melakukan dosa besar ia telah menjadi kafir4.

1
MTsN Nganjuk.web official (2021),Literasi Ramadhan “Iman”.
2
Zainuddin, Pahala Dalam Islam, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1992, hlm. 1
3
Nasruddin Razaq, Dienul Islam , Bandung: PT al-Ma’arif, cet. ke5, 1982, h. 77.
4
Adeng Muchtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern, Bandung: Pustaka Setia, cet.
ke-1, 2005, hlm. 85.
B. Rumusan Masalah.

1.Bagaimana Hubungan Iman dan Islam?.

2.Apa saja Rukun Iman itu?.

3.Apa Manfaat Iman Bagi kehidupan?.

4.Apa saja sifat-sifat orang beriman,dan apa saja yang dapat meningkatkan keimanan?.

5.Apa saja Hal yang merusak,atau membatalkan Iman?.

C.Tujuan.

1.Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Iman dan Islam.

2.Untuk mengetahui apa saja rukun iman itu.

3.Untuk mengetahui manfaat-manfaat iman bagi kehidupan.

4.Untuk mengetahui sifat-sifat orang beriman,dan hal-hal yang dapat meningkatkan


keimanan.

5.Untuk mengetahui apa saja yang merusak dan membatalkan iman.


BAB II

PEMBAHASAN.

A.Hubungan Iman dan Islam.

Kata islam sebagaimana diketahui berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang
artinya berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah. Orang yang melakukan demikian
selanjutnya disebut muslim.

Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang
diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan untuk
melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti ini, karena
menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya, namun beriman
kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang terhadap setan
orang diharuskan mengafirinya.

Hal ini misalnya terlihat pada ayat:

‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقى اَل اْنِفَص اَم َلَها وَهَّلل‬
‫َسِم يٌع َع ِليٌم‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Oleh karena itu, manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman
dan islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan
identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati,
sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.

B.Rukun Iman.

Secara harfiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat


tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan yang
mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan tersebut.

Allah berfirman dalam QS. Al- Baqarah,2 : ayat 177,yaitu:

‫َلْيَس اْلِبَّر َأْن ُتَو ُّلوا ُوُجوَهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِر ِب َو َلِكَّن اْلِبَّر َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو اْلَم اَل ِئَك ِة َو اْلِكَتاِب َو الَّنِبِّييَن‬

Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat,
Kitab- kitab, Nabi-nabi….”
Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah,
Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi.

Qadha adalah rencana ,sedangkan Qadar adalah perwujudan atau kenyataan,yang


hubungan keduanya tak dapat dipisahkan,adanya Qadha dan Qadar dijelaskan dalam Al-
Quran, surah Al-Ahzab ayat 38:

‫َّما َك اَن َع َلى ٱلَّن ِبِّى ِمْن َح َر ٍج ِفيَم ا َفَر َض ٱُهَّلل َلُهۥۖ ُس َّنَة ٱِهَّلل ِفى ٱَّلِذيَن َخ َلْو ۟ا ِمن َقْبُلۚ َو َك اَن َأْم ُر ٱِهَّلل َقَد ًر ا َّم ْق ُدوًر ا‬

Artinya: “Tidak ada satu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah
baginya.(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya kepada nabi-nabi yang
telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.

Rukun iman ada 6.Wujud keimanan yang terakhir adalah percaya bahwa Allah sudah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluknya,walaupun begitu bukan
berarti kita bermalas-malasan dan hanya berdiam diri saja,manusia tetap harus berusaha dan
berikhtiar dalam mencapai sesuatu.

B.Manfaat Iman bagi kehidupan,

Pada dasarnya,setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan akan adanya


dzat yang Maha Kuasa,yaitu fitrah beragama tauhid yang dijadikan Allah Subhanahu
Wata’ala pada saat manusia itu diciptakan.berikut kami sudah rangkum manfaat-manfaat
Iman yang sudah kami kutip dari beberapa sumber,yaitu:

 Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa.


 Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama dan akanmeningkatkan tali
persaudaraan dengan-Nya.
 Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain.
 Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena
membela kebenaran.
 Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan
yang baik, adil dan makmur.
 Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai
khalifah di muka bumi.
 Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.
 Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.
C.Sifat-sifat orang beriman,dan hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan.

Orang beriman ialah orang yang mengiqrarkan sesuatu dengan pikiran,mengucapkan


dengan lisan,meyakini dengan hati,dan melaksanakan dengan anggota tubuh 5.Dan berikut
sudah kami rangkum sifat-sifat orang beriman:

 Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah
karena cobaan.
 Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.
 Senang mencari dan menambah ilmu
 Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang dikerjakannya
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyai semangat
yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
 Sederhana dan selalu menjaga kebersihan.
 dan masih banyak lagi.

Keimanan juga harus dibarengi dengan hal-hal yang bermanfaat yang dapat
meningkatkan keimanan dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu
Wata’ala,diantaranya:

 Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna
dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kuasa-Nya. Semakin tinggi ilmu
pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya, maka semakin bertambah
tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada Allah SWT.
 Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan
kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang merancang,
menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah
 Senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-Nya.

D.Hal-hal yang merusak dan membatalkan keimanan.

Keimanan kita kepada Allah adalah bahwa kita percaya dan takut kepada Allah,dan
kita wajib melaksanakan yang diperintahkan-Nya yang disampaikan melalui perantaraan
Malaikat Jibril ke Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan meninggalkan semua
larangannya dan Rasulnya,dan sepatutnya kita harus mengetahui apa saja hal-hal yang
merusak,memutus,atau bahkan membatalkan keimanan kita kepada Allah Subhanahu
Wata’ala yang sudah kami kutip dari berbagai sumber yang di antaranya:

1. Berbuat kesyirikan. Syirik adalah menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu atau
menyamakan Allah dengan yang lain (menyembah selain Allah). Perbuatan syirik
adalah perbuatan sia-sia dan bertentangan dengan ajarann islam. Orang yang
menyembah selain Allah di sebut musyrik. Allah SWT sangat mengutuk perbuatan
syirik, karena sangat merendahkan Allah SWT dan tidak akan mendapat ampunan
dari Alloh SWT. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 48: Yang artinya :
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang

5
Khalid Basamalah,(2021) Yahanana Official YouTube Channel:Pengertian Iman,dan Taqwa kepada Allah.
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S An-
Nisa 48).

2. Berkeras hati. Berkeras hati untuk mendatangi tempat – tempat tertentu yang kurang
membawa manfaat, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadits. Dari Abu
Hurairah Rasulullah bersabda “jangan berkeras hati untuk berpergian kecuali untuk
menuju tiga buah masjid, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha”

3. Mendatangi tukang ramal. Mendatangi dengan membenarkan tukang ramal dalam


segala hal dengan keyakinan bahwa tukang ramal itu mengetahui segala sesuatu,
maka hal tersebut hukumnya haram dan termasuk golongan orang kafir
(murtad/keluar dari Islam), segala amal ibadahnya tidak diterima. “Barang siapa
mendatangi tukang ramal lalu bertanya sesuatu, maka sholat yang dia kerjakan selama
empat puluh hari tidak diterima” (HR. Muslim)
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari keterangan materi-materi diatas kita tahu bahwa Islam dan Iman berhubungan
dan sangat kental,dikarenakan iman ialah dasar atau akar,maka Islam adalah pohonnya,dan,
keduanya melekat satu sama lain,begitu juga tentang rukun-rukun,sifat-sifat keimanan,dan
hal-hal yang merusak atau bahkan membatalkan (keluar) dari iman.Dan mudah-mudahan isi
dari makalah juga materi ini berguna untuk kita semua dan terutama untuk penulis sendiri dan
juga menambah wawasan kita semua yang membaca akan materi penjelasan ini.

B.Saran

Demikianlah Makalah kami ini,penulis mewakili pihak-pihak yang terlibat dalam


pembuatan makalah ini,meminta maaf atas kekurangan,dan kesalahan baik ia dari segi
penulisan,nama,narasumber dan juga bacaan pemakalah kami,mohon kiranya kami
dimaafkan,kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan kekurangan.dan juga
penulis mewakili kelompok 3 dan pihak-pihak yang ikut berkontribusi,mengucapkan terima
kasih kepada bapak Dosen pengampu,yang sudah memberi referensi dan menyebabkan di
rilisnya makalah ini,dan juga kepada Teman-teman sekalian,kami mengucapkan Terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Adeng Muchtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern, Bandung:
Pustaka Setia, cet. ke-1, 2005, hlm. 85.

Khalid Basamalah,(2021) Yahanana Official YouTube Channel:Pengertian Iman,dan Taqwa


kepada Allah.

MTsN Nganjuk.web official (2021),Literasi Ramadhan “Iman”.


Nasruddin Razaq, Dienul Islam , Bandung: PT al-Ma’arif, cet. ke5, 1982, h. 77.
Zainuddin, Pahala Dalam Islam, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1992, hlm. 1

Anda mungkin juga menyukai