4. Perbedaan Mukmin, Kafir dan Munafik dan Ciri-ciri Orang Beriman Menurut
Alqur’an
a. Perbedaan mukmin, kafir dan munafik
Dalam kehidupan beragama dikenal ketagori yang amat popular,yaitu
mukmin,munafik,dan kafir. Seseorang di sebut mukmin jika yang bersangkutan mempercai
adanya tuhan ,hari akhir,malaikat,rasul atau utusannya,kitab-kitab allah,serta qodho dan
qodharnya. Sedangkan disebut manafik manakalah setiap orang tidak mampu menyelaraskan
antara apa yang di ucapkan dengan yang dijalaninya sendiri. Adapun kafir adalah orang yang
tidak beriman,ingkar,tidak mempercayai adanya tuhan,dan seterusnya. Ada kolompok
mukmin,munafik dan juga kafir.dianggapnya bahwa sebutan masing-masing kategori itu
disandang oleh orang yang berbeda-beda.ada kelompok orang yang disebut mukmin,sebagian
munafik,dan lainnya kafir.kecuali mukmin,sebutan kedua lainnya dianggap rendah.orang
akan marah disebut sebagai munafik dan kafir.sebuttan itu dirasakan tidak
mengenakkan,merendahkan,dan buruk.bahwa ketiga ketegori tersebut sebenarnya bisa jadi
terdapat pada diri seseorang.ketika didalam hati saya terpanggil untuk berbuat jujur,adil,dan
berkemanusiaan,maka saya merasakan,keimanan saya berhasil terpilihara. Atas dasar
panggilan keimanan,saya merindukan kebaikkan,kejujuran dan kemanusiaan .
Namun pada saat lainnya,apa yang saya katakana sendiri ternyata tidak mampu saya
laksanakan.antara apa yang saya pikirkan,katakana,dan lakukan ternyata berbeda.perbedaan
itu kadangkalah sedemikian jauh.merasakan hal ini,saya sadar bahwa sebenarnya,saya sedang
berada dalam keadaan munafik.apa yang saya katakana baik,dan orang lain saya ajak untuk
menjalankannya,ternyata saya sendiri tidak berhasil melakukan kebaikan itu.secara jujur pada
saat yang semikian itu sebenarnya saya dalam keadaan munafik.maka artinya,pada suatu saat
saya tergolong mukmin,dan pada saat lainnya,say amunafik.pada saat berbeda lagi saya
ternyata juga tidak mampu menghindari perbuatan hati yang terlarang dan buruk,yaitu
minsalnya ujub,riya,sombong,hasut,permusuhan,mengadu domba,dan juga melakukan
perbuatan jahat yaiyu menfitnah.perbuatan hati saya itu sebenarnya pantas disebut ingkar atau
kafir.pengertian kafir adalah menutup atau kafaro,yaitu menutup keimanan yang ada pada diri
saya sendiri,yang seharusnya selalu saya pelihara atau jauhkan darisifat tercela di maksud
menghindari atau menjega penyakit hati yang sebenarnya menjadi musu diri sendiri itu
ternyata buksn pekerjaan mudah.tidak semua orang ysn sebenarnya memiliki sifat pelupa dan
salah.tak kalah sedang mengikuti hawa nafsu yang menjelakakan itu,sesorang tidak mudah
diingatkan,bahkan marah.apa yang dilakukan dianggapnya benar,padahal keliru dan bahkan
salah besar. Penyakit hati itu bisa didirita oleh siapa saja dan sebenarnya sangat
berbahaya,oleh karena akan memasukan bersangkutan kejurang neraka.Oleh karena itu,umat
manusia,tidak terkecuali kaum muslim,sebenarnya sudah selalu menghadapi musuh itu sangat
berat ditaklukkan oleh karena berada pada diirinyasendiri.Nabi sepulang dari perang badar
mengingatkan kepada para sahabat dan pasukannya tentang musuh yang akan dihadapi,dan
lebih besar dibanding perang yang baru saja dijalanin.oleh karena itu,tampa mencaripun
musuh itu sudah ada,dan bahkan sudah sangat sulit dikalahkan.Musuh yang dimaksudkan itu
adalah hawa nafsu yang ada pada diri masing-masing orang wallahu a’lam.
6. Rukun Iman
Iman menurut bahasa Arab artinya percaya. Sedangkan menurut Al-Jurjani dalam At-
Takrifat, secara bahasa, iman adalah membenarkan dengan hati. Sementara menurut syariat,
iman adalah meyakini dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Adapun 'berdasarkan
dalil' artinya keimanan harus dibangun di atas dalil, bukti, dan argumen yang kuat.
Keyakinan dalam hati dan pengakuan lisan itu harus sejalan. Menurut sejumlah
ulama, dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, perbuatan bukan bagian dari iman. Karena
perbuatan itu timbul dari iman itu sendiri. Iman dan Islam itu tidak dapat dipisahkan. Maka
dari itu, jika seorang yang mengaku Islam tapi tidak iman, berarti ia tidak akan mendapatkan
faedah di akhirat nanti.
Begitu juga sebaliknya, jika ia beriman tetapi tidak Islam, dalam agama Islam
menyebutkan ia tidak akan selamat dari siksa neraka yang amat pedih.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwasannya rukun iman terdiri dari enam poin. Rukun
iman termasuk pondasinya Islam. Yang tentu saja harus diyakini semua umat, sesuai dengan
urutannya yang benar.
1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah menjadi urutan pertama dan poin terpenting dalam Islam. Allah SWT
maha besar, Dia pencipta semua yang ada di alam semesta ini. Dia pula yang menguasai
segala isi alam semesta, akhirat, dan lainnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT, hanya
Allah yang maha Esa, tidak ada duanya.
Meyakini Allah tidak hanya melalui kata-kata, tapi juga dibutuhkan bukti. Dari amal
perbuatan, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua makhluk
diwajibkan menyembah Allah, tak hanya manusia semata, melainkan hewan, tumbuhan, jin,
hingga malaikat.
2. Iman kepada malaikat.
Allah dalam memberikan tugas untuk mengatur seluruh isi alam, melalui malaikat-
malaikatnya. Beriman dan meyakini malaikat sebagai utusan Allah menjadi rukun iman
kedua.
Para malaikat bertugas sebagai perantara Allah juga tertuang pada Alquran surah An Nahl
ayat 2, yang berarti “Allah menurunkan para malaikat untuk membawa wahyu dengan
perintah-Nya kepada siapa yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu:
“Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya.
Allah menuliskan ajaran-Nya melalui perantara wahyu yang diturunkan lewat malaikat.
Wahyu tersebut tertuang pada kitab-kitab ajaran Islam. Kitab itu diturunkan kepada para
Rasul, untuk kemudian dilanjutkan ke seluruh umat Islam. Agar dapat diamalkan seluruh
umat sampai kiamat kelak.
Kitab-kitab ini sebagai pedoman dan pegangan umat di kala para rasul sudah wafat. Dengan
berpedoman teguh pada kitab-kitab Allah, niscaya manusia bisa selamat dari siksa api neraka.
Segala pertanyaan dan aturan Islam sudah tertuang di dalam kitab-kitab Allah tersebut.
Adapun kitab yang perlu diimanin oleh umat Islam terdiri 4 kitab.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
Malaikat Jibril menyampaikan pada Nabi dan Rasul keempat kitab suci, yaitu Taurat, Zabur,
Injil dan Al Quran. Kitab Taurat diturunkan pada Nabi Musa, kita Zabur kepada Nabi Daud,
kitab Injil kepada Nabi Isa, dan terakhir kitab suci Alquran diturunkan kepada nabi sekaligus
Rasul terakhir, yakni Muhammad SAW.
Umat Islam mengimani bahwa ada 25 Nabi yang diyakini. Selain itu, nabi terakhir yang
diyakini adalah Nabi Muhmmad SAW.
5. Iman kepada hari akhir.
Umat Islam diwajibkan percaya akan adanya hari akhir atau yang sering disebut dengan
kiamat. Di mana setiap harinya, waktu demi waktu, manusia sibuk berurusan dengan urusan
dunia. Akhir perjalanan manusia bukanlah kematian, melainkan kiamat itu sendiri.
Di hari akhir nanti, semua manusia akan dikumpulkan. Dibangkitkan bagi mereka yang telah
mati. Segala amal perbuatan manusia ditimbang. Di manakah ia layak ditempatkan, surga
atau neraka. Tak ada satu orang pun yang akan lolos dari 'timbangan' amal.
Meyakini adanya hari kiamat, maka manusia bisa menjadi lebih baik, mengumpulkan banyak
pahala, sebagai saku atau simpanan di hari akhir kelak. Juga, manusia dapat lebih berserah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
6. Iman kepada takdir (Qadha dan Qadar).
Allah memiliki ketetapan, kehendak, dan keputusan atas semua makhluk ciptaan-Nya. Dua
kata ini kerap disandingkan jadi satu, karena Qadha dan Qadar memang tidak bisa
terpisahkan. Namun menurut arti dan maknanya, dua kata punya perbedaan.
Seperti yang sudah tertuang pada Quran surah Al Hajj ayat 70, yang artinya: “Apakah kamu
tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi?, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”
- Qadha.
Menurut bahasa, Qadha berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum dunia tercipta,
Allah sudah punya ketetapan. Dia tuliskan pada kitab Lauh Mahfuz. Baik tentang hidup,
kebaikan, keburukan, dan kematian.
- Qadar.
Menurut bahasa, Qadar berarti ketentuan atau kepastian Allah. Sementara berdasarkan istilah,
Qadar berarti penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah. Termasuk yang sedang
terjadi, akan terjadi, dan belum terjadi.
Hubungan Qada dan Qadar tidak bisa dipisahkan, karena Qada merupakan rencana dan Qadar
adalah perwujudan atau kenyataan. Dua kata ini juga dikenal sebagai takdir oleh Allah SWT.
REFERENSI