Anda di halaman 1dari 11

Iman menurut Istilah Dalam buku Ensiklopedi Iman (2016) karya Syaikh Abdul Majid Az-Zandani,

definisi iman menurut istilah syara' adalah iman terkadang diartikan sebagai tashdiq (memercayai) seperti
makna linguistiknya.
Dalam firman Allah SWT surah Yusuf ayat 7: Artinya: Engkau tentu tidak akan percaya kepada kami
sekalipun kami berkata benar."
Al Quran menyebutkan tentang iman dengan menggunakan lafal yaqin (meyakini) yang didukung oleh
bukti-bukti sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 4. Artinya: "Dan mereka
yakin dengan adanya hari akhirat."
Dalam firman Allah SWT surah lain, yakni Surah Al-An'am ayat 75. Artinya: "Dan demikianlah kami
memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia
termasuk orang-orang yang yakin."
Ada ulama yang menyatakan iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Iman ini dinamakan juga ucapan
hati. Makna iman yang ada di dalam hati juga berati lawan dari kekafiran. Ada juga ulama yang
berpendapat bahwa iman adalah keyakinan yang terbentuk di dalam hati dan itu adalah makna iman yang
utama.
Kata iman dalam Al Quran dan As-Sunnah diartikan sebagai amal (aktivitas). Allah SWT berfirman
dalam surah Al Baqarah ayat 143. Artinya: "Dan Allah akan menyia-nyiakan imanmu." Maksud dari
imanmu adalah salatmu (wahai Muhammad) yang kau kerjakan ketika masih berkiblat ke arah Baitul
Maqdis. Iman merupakan keyakinan dalam hati yang dituturkan dengan lisan dan diamalkan dalam
perbuatan. Itulah pendapat mayoritas ulama.
1. Ustadz Khalid Basalamah
Menurut Ustadz Khalid Basalamah dalam tayangan YouTube Ya Habibana, pengertian  iman
adalah  mengikrarkan sesuatu dengan pikiran, mengucapkan dengan lisan, meyakini dalam hati,
dan mengaplikasikan dengan anggota tubuh.
Misalnya, beriman kepada Allah dan Rasul maka ucapkan syahadat, meyakini di dalam hati, dan
mengikrarkan dengan pikiran. Kemudian melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari
sesuai ketentuan-ketentuanNya.
2. Ustadz Adi Hidayat
Pengertian Iman menurut Ustadz Adi Hidayat dalam tayangan YouTube Al-Jaahada Channel.
Kata iman berasal dari kata Al-Amnu yang dalam bahasa Indonesia berarti aman, tentram, dan
tenang.
Iman memiliki korelasi dengan kata aman. Korelasi kedua kata tersebut dapat diartikan bilamana
meyakini Allah, maka akan diberikan ketenangan dalam jiwanya, aman dari kegelisahan dunia
dan ancaman di akhirat. Maka turunlah Quran Surat Al- An'am ayat 82 yang berbunyi sebagai
berikut:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka
itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." QS. Al-An'am
Ayat 82.
3. Menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih
Iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan aman dengan anggota badan.
Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan.
4. Menurut Ath Thahawi
Banyak di antara ulama madzhab Hanafi yang mengikuti definisi sebagaimana yang disebutkan
oleh Ath Thahawi. Iman adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
5. Ada pula yang mengatakan bahwa pengakuan dengan lisan adalah rukun tambahan saja dan
bukan rukun asli.
6. Sekte Al Karramiyah mengatakan bahwa iman itu hanya pengakuan dengan lisan saja.
7. Jahm bin Shafwan dan Abul Hasan Ash Shalihi berpendapat bahwa iman itu cukup dengan
pengetahuan yang ada di dalam hati.

Enam Pilar Keimanan


Dalam Islam, terdapat beberapa enam pilar keimanan yang dimiliki oleh orang muslim. Keenam
pilar tersebut disebut rukun iman  yang didasarkan pada ayat-ayat dalam Al Quran dan Hadist.
Berikut keenam rukun Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab Allah
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadar

Secara umum, kita mengenal bahwa pengertian iman itu mengandung arti percaya atau meyakini terhadap
sesuatu.
Dikutip lewat situs muslim.or.id, Imam Malik, Asy Syafi’i dan ahli hadist lain menyebutkan bahwa
pengertian iman ialah pembenaran hati, pengakuan lisan dan amal dari seluruh anggota badan. Dimana
seseorang yang beriman akan terlihat dari cara ia mengerjakan amalan ibadahnya.
Selain pengertian iman tadi, beberapa ulama juga berpendapat bahwa iman merupakan sebuah pengakuan
yang dilafalkan oleh lisan lalu dibenarkan dengan hati. Masih dilansir melalui situs muslim.or.id, Imam
Asy Syafi’I menyebut bahwasanya iman seseorang dapat bertambah jika senantiasa bersikap taat kepada
segala perintah Allah SWT ataupun berkurang karena melakukan perbuatan maksiat.
Pengertian Iman Tergambar dari Perkataan dan Perkataan Seseorang
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka kita bisa menyimpulkan bahwasanya pengertian iman
dalam pandangan agama Islam ialah meyakini atau mengakui sesuatu dengan lafal dan membenarkannya
dengan kesungguhan hati kemudian mengamalkannya dengan berkata baik atau berperilaku baik
sebagaimana perintah Allah SWT.
Hal ini sendiri telah dijelaskan oleh Al Imam Ibnul Qayyim sebagai berikut: “pokok keimanan memiliki
cabang yang banyak. Setiap cabang adalah bagian dari iman. Shalat adalah cabang keimanan, begitu
pula dengan zakat, haji, puasa dan amalan-amalan hati seperti malu, tawakal, ... jujur adalah cabang
iman".
Pernyataan Al Imam Ibnul Qayyim tadi juga didasarkan pada Rasulullah SAW yang juga telah
menjelaskan bahwasanya saat kita melakukan amalan baik sekecil apapun, hal tersebut bisa dianggap
sebagai bentuk iman atau ketaatan terhadap perintah Allah SWT. Sebagaimana yang telah disebutkan
dalam hadist berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh
sembilan, atau enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan “laa ilaaha illallah
(tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman”.
Dalam ajaran islam sendiri, kita mengenal adanya 6 rukun iman yang perlu untuk kita yakini. Yakni iman
kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para rasul,
iman kepada hari kiamat serta iman kepada qada dan qadar yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Rukun iman ada 6 yang mesti diyakini umat Islam. Iman dalam Islam merupakan dasar atau pokok
kepercayaan yang harus diyakini setiap muslim. Jika tak memiliki iman, seseorang dianggap tidak sah
menganut Islam.

Dalam buku Rukun Iman (2012), Hudarrohman menjelaskan bahwa iman menjadi sah ketika dilakukan
dalam tiga hal, yaitu iman yang diyakini dalam hati, kemudian diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan anggota badan. Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah SWT Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini
bahwa Allah itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau mendengar
suara-Nya. Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-
sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat juga dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang
tertuang dalam Alquran atau hadis.
2. Iman kepada Malaikat Allah SWT Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai
bahwa malaikat itu benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak
pernah melihat wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya. Perintah mengimani malaikat ini
tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 285: "Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya," (QS. Al-Baqarah [2]: 285). Baca juga: 10 Nama-Nama Malaikat
dan Tugasnya Menurut Agama Islam
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan
mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman,
petunjuk kebenaran dan kebahagiaan, baik itu di dunia maupun akhirat. Keberadaan kitab-kitab Allah
SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul
Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan
neraca [keadilan] supaya manusia dapat melaksanakan keadilan,” (QS.Al-Hadid [57]: 25). Dengan
beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara mutlak bahwa kitab-kitab itu
merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang wajib diikuti dan dilaksanakan. Dalam buku
Rukun Iman (2007) yang diterbitkan Universitas Islam Madinah, disebutkan bahwa beriman kepada kitab
Allah dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu beriman secara umum dan terperinci. Pertama, beriman
secara umum artinya meyakini bahwa Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-Nya. Jumlahnya,
tiada yang tahu kecuali Allah SWT sendiri. Kedua, beriman secara terperinci artinya mengimani kitab-
kitab yang disebutkan Allah SWT secara spesifik dalam Alquran, seperti Taurat, Injil, Zabur, Alquran,
serta Suhuf Ibrahim dan Musa.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan
mempercayai bahwa Allah benar-benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk
menyampaikan ajaran-Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan memperoleh hidayah dan
petunjuk. Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan tersesat. Keberadaan rasul Allah SWT ini tertera
dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 75: “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia,
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS.Al-Haj [22]:75). Baca juga: Tugas Rasul-
Rasul Allah SWT sebagai Penyampai Wahyu kepada Manusia
5. Iman kepada Hari Kiamat Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari
kehidupan di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di
padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka. Dalam surah Al-Infithar ayat 14 dan 15, Allah
SWT berfirman: “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.
Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat],” (QS. Al-Infithar [82]:14-15).
6. Iman kepada Qada dan Qadar Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa
Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik. Pertama, qada
merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan
ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya
dalam surah Al-Hadid ayat 22: “Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian,
melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid
[57]: 22). Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu
terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah menetapkan takdir
untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).
Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT
yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang
baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah
terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu. Dilansir dari NU Online, karena qada dan
qadar adalah perkara gaib, keduanya tidak bisa menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah
dengan takdirnya. Dengan beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus berikhtiar,
berusaha, dan mengupayakan potensinya agar dapat terwujud, serta produktif di kehidupan sehari-hari.
Rukun Iman terdiri dari enam poin. Keenam poin Rukun Iman yaitu:
1. Iman kepada Allah
Seseorang muslim harus percaya kepada Allah SWT sebagai suatu Zat yang tiada tandingan-
Nya. Ia wajib percaya bahwa Allah SWT adalah penguasa alam semesta dan tidak ada
duanya. Ia juga harus percaya bahwa semua makhluk menyembah Allah, tak hanya manusia,
melainkan juga hewan, tumbuhan, jin, hingga malaikat.
2. Iman kepada Malaikat
Allah SWT menciptakan malaikat untuk menjalankan tugas-Nya.  Tugas malaikat  untuk
mengatur seisi alam semesta. Mereka ibarat perantara Allah SWT kepada semua mahkluk-
Nya. Malaikat sendiri tidak seperti manusia, mereka tak memiliki nafsu, tak beranak, tak
punya orang tua, dan tidak memiliki jenis kelamin. Hikmah beriman kepada
malaikat  adalah manusia bisa meneladani sifat malaikat yang patuh dan taat kepada Allah
SWT.
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya
Allah SWT menyampaikan ajaran-Nya melalui wahyu yang diturunkan lewat malaikat.
Selanjutnya, malaikat akan menyampaikan wahyu tersebut kepada para rasul hingga
menjadi kitab. Dalam Islam, terdapat empat kitab suci yang wajib diimani yaitu kitab
Taurat, kitab Zabur, kitab Injil, dan Al-Quran. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa,
kitab Zabur kepada Nabi Daud, kitab Injil kepada Nabi Isa, dan Al-Quran diturunkan
kepada nabi sekaligus rasul terakhir, yakni Muhammad SAW.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
Selanjutnya, umat muslim wajib meyakini adanya nabi dan rasul. Total terdapat 25 nabi
yang dikenal dalam ajaran Islam. Sementara itu, rasul adalah nabi yang menerima wahyu
secara langsung dari Allah SWT lewat malaikat. Ada 10 rasul yang dikenal dalam agama
Islam.
5. Iman kepada Hari Akhir
Umat muslim wajib mengimani adanya hari kiamat atau hari akhir. Mereka wajib percaya
bahwa akhir dari kehidupan bukanlah kematian melainkan kiamat. Dalam ajaran Islam
sendiri terdapat dua jenis kiamat yaitu kiamat besar dan kiamat kecil. Nantinya, amalan
manusia akan ditimbang di hari akhir untuk menentukan apakah ia termasuk golongan yang
masuk surga atau neraka.
6. Iman kepada Takdir
Yang terakhir adalah iman kepada takdir. Agama Islam mengenal adanya takdir qadha dan
qadar. Umat muslim harus percaya bahwa takdir manusia telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Qadha berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum dunia tercipta, Allah sudah
menciptakan ketetapan tentang hidup, kebaikan, keburukan, dan kematian. Sementara, qadar
berarti ketentuan atau kepastian Allah yang mengatur segala yang akan terjadi, sedang
terjadi, dan telah terjadi.

Adapun dalil keenam dasar iman di atas ini ialah sabda Nabi kita Muhammad saw yang diriwayatkan oleh
sahabat Umar ra. sebagai yang terkutip oleh Imam Nawawi di dalam kitab arbain, ketika Gusti Nabi
Muhammad saw diminta menerangkan apakah iman itu? lantas beliau bersabda
 ‫أن تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه ورسله واليوم األخر وتؤمن بالقدر خيره وشره‬
Berimanlah kamu kepada Allah dan malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya dan utusan-utusan-Nya dan hari
Qiamat dan imanlah kamu pada kepastian Allah dalam baiknya dan buruknya. Oleh karenanya, barang
siapa yang beriman tetapi tidak berdasar pada enam hal tersebut, maka imannya tidak berguna dan tidak
menghasilkan apa-apa kecuali berdiam selamanya di dalam siksa neraka.

Oleh Rohmatul Izad Saat ini, masyarakat hidup dalam tradisi ilmiah dan segala aspek kehidupan ini
nyaris dipahami dari sudut pandang ilmu. Tentu saja, ini adalah pertanda bagi zaman ilmu pengetahuan di
mana mitos menjadi khayalan masa lalu yang tak pernah mendapat tempat. Orang bisa saja begitu mudah
mereduksi segala bentuk keyakinan mitos dari aspek-aspek mendasar ilmu pengetahuan, hingga
kesimpulan ini menjadi tanda ketidakberdayaan masa lalu yang begitu gelap. Iman kita adalah gambaran
sejarah yang nyaris tidak pernah pudar. Betapapun agak primitif untuk didefinisikan, namun ia
menghapus semua tatanan masa lalu yang bersifat mitologis. Andai saja sifat ilmiah dari zaman ini
dihapus, jenis keyakinan mana yang bukan mitos. Tanpa logika, iman begitu rapuh, ia bahkan mudah
menjadi pudar tanpa landasan empiris. Iman bukan sesuatu yang mudah untuk dijelaskan, jika ia adalah
bahan mentah bagi agama, maka kebenaran akan mengekspresikan tatanan yang lebih mendalam dari
semua itu. Jika agama mengajari kita kemampuan untuk menjelaskan pemikiran yang tak terpikirkan dan
mampu mengungkap hal-hal yang tak mudah dipahami, tentu rumusan kebahagiaan akan mudah
ditemukan. Kita terkadang dihadapkan dengan masalah-masalah yang tak mudah untuk dipecahkan,
menemukan tragedi yang tak masuk akal, dan hampir-hampir tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jika
semua orientasi kita berjalan melalui iman, entah bagaimana pun hidup ini terasa begitu mudah,
kegembiraan, kedamaian, dan tentu saja hasrat akan sesuatu yang sempurna dapat ditemukan.
ADVERTISEMENT Logika iman selalu menuntun kita pada hal-hal yang tidak logis, meski
kenyataannya akal sehat mempengaruhi spiritual kita. Orang cenderung mudah menjelaskan kebenaran
iman hanya ketika ia mengalaminya. Kontemplasi personal terhadap yang transenden adalah bentuk
ekspresi eksternal dunia luar yang tidak hanya menjelaskan kenyataan di luar dirinya, tetapi juga
ditemukan dimensi wujud yang merupakan bagian dari dirinya. Logika akal dan hati memang tidak bisa
dibandingkan, ia bukan merupakan dua wujud diri yang terpisah dan kontradiktif, meski kenyataannya
orang melihat logika iman terpusat pada hati, begitupun sebaliknya dengan logika akal. Tentu saja,
kenyataan ini bukan yang sesungguhnya, karena dimensi manusia merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan, ia bukan sesuatu yang terpisah antara daging fisik dan jiwa spiritual, melainkan bentuk
jalinan sinergi wujud yang utuh. Ini merupakan tafsir yang sangat rasional bagi tatanan iman betapapun
menyangkut hal-hal yang irasional. Klaim kebenaran tidak pernah keluar dari batas-batas kedirian kita,
karena bahasa memiliki keterbatasan. Ketika struktur logika akal tidak bisa memahami makna ilahiah,
maka pada saat itu kita mengalami kepastian yang jauh melampaui diri. Ini adalah saat di mana logika
menemukan kebenaran transenden. Justru makna ilahiah ditemukan saat logika menemukan batas-
batasnya dalam bahasa. ADVERTISEMENT Setiap zaman, iman selalu mewujud dalam kenyataan yang
begitu kompleks. Antara kepastian, keraguan, dan sikap kesalehan memiliki ciri khas yang tidak selalu
sama. Meski iman tidak selalu rasional, tetapi kenyataan sejarah membawa kita pada pemahaman bahwa
keinginan mereka untuk menumbuhkan sikap kebenaran selalu berharap mendapatkan pengakuan.
Penegasan ini menghasilkan bukti yang rasional, bahkan bersifat ilmiah jika dihadapkan secara
kontradiktif dengan mitos. Terkadang, pengalaman iman kita masih terasa cukup dangkal, kepercayaan
kita terhadap Tuhan harus diwujudkan dalam amalan-amalan kesalehan, karena hanya dengan ini konsep
dan pemikiran tentang Tuhan dapat diterima, paling tidak dapat diketahui. Terlalu banyak di antara kita
merasa kehilangan iman sejati, corak berpikir dan cara menjalani hidup melalui iman hampir tidak pernah
berkembang. Ini adalah warisan sejarah yang tampak konyol dalam kehidupan kita. Betapapun
kompleksnya hal-hal yang kita hadapi dalam hidup, iman kita masih masih terbelakang. Logika iman
yang selalu dipakai belum pernah sampai pada satu titik yang memuaskan. Arti kebahagiaan, kedamaian,
dan keabadian masih tampak begitu absurd di mata kita. Tak jarang justru banyak orang memperlihatkan
bentuk keimanannya yang saling bermusuhan, iman bukan saja tentang Tuhan dan kebenaran, tetapi ia
lebih merupakan gejolak fenomena diri yang selalu berperang dengan jenis keimanan yang lain. Apa arti
kedamaian sejati jika jenis keimanan masih selalu dipertentangkan. Di segala zaman, orang-orang
berpikir tentang Tuhan dengan cara yang mirip, karena watak kebenaran religius menunjukkan Tuhan
yang tak terbatas. Kita tidak pernah menemukan kata akhir untuk mengurainya, betapapun logika iman
menegaskan kesucian dan finalitas dalam kebenaran. Hari ini dan untuk selamanya ilmu pengetahuan
terobsesi dalam mengatasi dan menjelaskan realitas, mengendalikannya di bawah otoritas akal universal,
dan menemukan segala-galanya demi kemajuan, tetapi dialektika ruang dan waktu ini membatasinya
dengan keterbatasan sejarah dan kemewaktuan masa depan. Ini berakhir pada begitu banyak hal-hal yang
tidak terpecahkan. Melalui bentuk kepercayaan yang bagaimanapun, kita perlu menemukan sumber
kepastian, kepuasan, ketakjuban, dan keabadian dalam kontemplasi iman. Iman kita harus tercerahkan,
melalui logika dan tatanan akal yang sehat, kita perlu memiliki keterbukaan pikiran untuk menghargai
kebenaran yang mungkin tidak pernah kita bayangkan, semua agama dan jenis keimanan tidak perlu
dipertentangkan. Perang suci lintas iman merupakan noda sejarah bagi segala keimanan. Ia bukan sebuah
prestasi melainkan ketidakbertanggungjawaban atas logika iman yang kita miliki. Di atas segala-galanya,
“Tuhan” bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami.

Beriman kepada Allah yang pertama Mama hati menjadi tenang mendapat bimbingan dari Allah
subhanahu wa ta'ala diampuni dosanya dan mendapat pahala besar diberi kemudahan hidup mencegah
perbuatan Syirik rasa syukur bertambah ketaatan kepada Allah bertambah mendapat kebahagiaan
sesungguhnya 
Hikmah rukun iman kepada malaikat 1 meniru sifat malaikat yang taat beribadah kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala selalu melakukan perbuatan baik dan menghindari dosa mempercayai adanya
kehidupan baru setelah didunia mempercayai rezeki dari Allah 

1. Semangat berbuat kebaikan karena ada malaikat yang melihat


2. Memperkuat rasa iman dan taqwa terhadap Allah SWT
3. Menghindari keinginan berbuat dosa
4. Menjadi semakin yakin akan pertolongan dari Allah SWT
5. Takjub akan kebesaran dan keagungan Allah SWT
6. Membuat sadar keberadaan alam ghaib yang tidak terlihat mata
7. Selalu yakin akan ada pertolongan Allah SWT melalui malaikatNya
8. Berlomba-lomba dalam hal kebaikan
9. Membentuk sikap jujur dan amanah serta mendorong diri untuk selalu berbuat kebaikan
10. Kesempurnaan iman ketika yakin akan keberadaan malaikat.

Hikmah Beriman Kepada Kitab Allah


Semua yang diperintahkan Allah kepada makhluk-Nya tidak lain adalah untuk kebaikan mereka sendiri.
Berikut ini adalah beberapa hikmah beriman kepada kitab Allah:

 Memperkuat keimanan kepada Allah SWT


 Mengetahui bagaimana berperilaku yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
 Mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena dalam kitab suci
dijelaskan tentang bagaimana cara berperilaku, baik sebagai makhluk sosial maupun individu.
 Hidup manusia menjadi tertata karena adanya pedoman yang bersumber pada kitab suci.
 Memupuk sikap toleransi karena kitab-kitab Allah selalu memberikan penjelasan tentang
penanaman sikap toleransi. Artinya kita harus selalu menghormati dan menghargai pemeluk
agama lain.
 Menambah ilmu pengetahuan, karena kitab Allah selain berisi perintah dan larangan juga berisi
pokok-pokok ilmu pengetahuan.
 Memberikan pengetahuan sejarah tentang kehidupan orang-orang terdahulu agar menjadi
pelajaran hidup yang berharga bagi umat manusia saat ini.
 Menumbuhkan sikap optimis untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan dunia akhirat.

ada beberapa hikmah beriman kepada rasul diantaranya adalah:

1. Memiliki akidah yang benar, orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada rasul Allah
SWT sudah pasti memiliki akidah yang benar karena menyakini rukun iman.
2. Rajin beribadah karena seseorang yang telah beriman kepada rasul Allah dengan benar, pasti akan
gemar menjalankan ibadah.
3. Menjadi pemimpin yang berani dalam membela kebenaran seperti sikap para rasul.
4. Terhindar dari perbuatan yang sesat
5. Menumbuhkan sifat sabar dan kasih sayang sesama makhluk hidup.

Berikut beberapa hikmah beriman kepada hari akhir yang dapat dipetik umat Muslim.
1. Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah SWT
Beriman kepada hari akhir berarti memercayai bahwa segala perbuatan yang dilakukan di dunia, baik
maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, umat Muslim yang
mengamalkannya akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT agar lebih dekat dengan-Nya.
2. Senantiasa Beramal Saleh

Perbesar
Ilustrasi beriman kepada hari akhir. Foto: Medium
Seorang hamba yang beriman kepada hari akhir akan senantiasa beramal saleh. Misalnya menjalani sholat
lima waktu, memperbanyak sholat sunnah, dzikir, puasa, dan sebagainya. Karena mereka yakin bahwa
setelah hari akhir pasti ada hari pembalasan di mana semua perbuatan selama di dunia akan dibalas oleh
Allah SWT.
3. Berbuat Baik kepada Sesama
Tidak hanya mempererat hubungan dengan Allah SWT, beriman kepada hari akhir juga mengingatkan
seorang Muslim untuk memerhatikan hablu minannas, hubungan antarsesama manusia. Hubungan ini
perlu diperhatikan agar keseimbangan hidup dapat terjaga.
4. Muncul Rasa Takut Berbuat Maksiat
Akan muncul rasa takut ketika berbuat maksiat selama di dunia. Mereka akan menjauhi kemaksiatan
karena takut tidak bisa mempertanggungjawabkannya saat hari akhir telah tiba. Karena itu, umat Muslim
akan lebih berha-hati dalam berperilaku agar perbuatannya tidak membawanya merasakan azab Allah
SWT.
5. Mempersiapkan Diri dengan Baik
 
Tidak ada seorang pun kecuali Allah SWT yang tahu kapan hari akhir tiba. Karena itu, seorang Muslim
yang beriman kepada hari akhir akan mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin untuk
menghadapinya. Dengan penuh kesungguhan, umat Muslim akan memperbaiki amal ibadahnya agar
membawa bekal yang cukup saat kelak hari akhir tiba.
Berikut ini hikmah beriman kepada qada dan qadar yang perlu kamu ketahui:
 
1.Termasuk orang beriman
Untuk masuk ke dalam golongan orang beriman tentu harus memiliki rasa iman kepada qada dan qadar.
Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu berkata,
 
"Engkau benar." Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, "Beritahukan
kepadaku tentang Iman." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Engkau beriman kepada
Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan
kepada takdir yang baik maupun yang buruk." Orang tadi berkata, "Engkau benar." (HR. Muslim, no. 8).
 
2. Lebih banyak bersyukur
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Ilustrasi. Hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah membuat muslim lebih banyak bersyukur.
Mereka yang beriman kepada qada dan qadar adalah orang yang akan lebih banyak bersyukur. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
 
"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa
kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (An-Nahl 16:53)
 
3. Sabar
Hikmah kepada qada dan qadar selanjutnya adalah meningkatkan kesabaran. Seorang muslim akan
menyadari bahwa segala sesuatunya yang terjadi adalah ketetapan dari Allah SWT dan hanya Allah yang
mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
 
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-
gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di
permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap
orang yang bersabar dan banyak bersyukur." (Asy-Syura : 32-33).
 
Lihat juga:Bacaan Doa setelah Salat Wajib
4. Selalu berusaha
Keimanan kepada qada dan qadar membuat seseorang akan selalu berusaha melakukan yang terbaik.
Dengan usaha dari seorang manusia, maka Allah akan memberikan jalan yang ringan baginya.
 
Allah Maha Adil pada setiap hal yang dilakukan oleh hamba-Nya. Allah berfirman dalam At Taubah ayat
105.
 
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
 
5. Terhindar dari sifat sombong
Hikmah selanjutnya yang akan didapatkan dari beriman kepada qada dan qadar adalah terhindar dari sifat
sombong.
 
Segala yang terjadi pada kita, baik maupun buruk adalah ketetapan dari Allah sehingga sudah seharusnya
kita tidak bersifat sombong.
 
Allah Ta'ala berfirman,
 
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri." (QS. Luqman:18)
 
6. Selalu berharap kepada Allah
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Ilustrasi. Hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah selalu berharap pada Allah an diberi ketenangan
Tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah SWT seseorang yang beriman kepada qada dan qadar
karena ia percaya bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi tiap orang yang beriman. Allah
ta'ala berfirman,
 
"Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf [12]:
87).
 
7. Jiwa yang tenang
Beriman kepada qada dan qadar akan membuat jiwa menjadi lebih tenang. Hidupnya akan jauh dari
kesusahan. Bahkan meski ujian yang ia hadapi sangat sulit, namun keyakinannya pada takdir Allah akan
membuatnya selalu merasa tenang dan damai.
 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
 
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (Qs. ar-Ra'du: 28).
 
8. Lebih tawakal
Hikmah beriman kepada qada dan qadar yang terakhir adalah lebih tawakal. Kita akan menjadi lebih
ikhlas dan rela menerima setiap keputusan Allah SWT. Allah berfirman,
 
"Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman" (QS. Al-
Maidah : 23).
 
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah yang mencukupinya" (QS. Ath-Thalaq: 3).
 
Baca artikel CNN Indonesia "8 Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar" selengkapnya di sini:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210224141901-284-610366/8-hikmah-beriman-kepada-
qada-dan-qadar.
 
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
Rukun Iman beserta hikmahnya bagi kehidupan.
1. Iman kepada Allah
Hikmah mman kepada Allah di antaranya membuat hati kita lebih tenang, diberi kemudahan hidup,
mendapat kebahagiaan sesungguhnya, dan mencegah perbuatan syirik.
2. Iman kepada malaikat Allah
Hikmah dari iman kepada malaikat yaitu membuat kita semakin semangat dalam berbuat kebaikan,
menghindari kegiatan maksiat, senaniasa berbuat baik, dan menjadi yakin pada pertolongan Allah melalui
malaikat-Nya.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Hikmah iman kepada kitab-kitab Allah di antaranya mengetahui pedoman hidup yang harus dijalankan,
mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta memupuk sikap toleransi.
4. Iman kepada rasul Allah
Hikmah rukun iman keempat yakni pada rasul Allah yaitu menjadikan teladan sifat-sifat yang dimiliki
para rasul, dan menjadikan kisah para rasul sebagai ibrah atau pelajaran.
Selain itu, hikmah lain dari iman kepada rasul yakni memunculkan kecintaan kepada para Rasul atas
pengorbanan mereka untuk agama.
5. iman kepada hari akhir
Hikmah iman kepada hari akhir yaitu selalu berbuat baik dan benar, selalu beramal saleh, dan
mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk hari akhir.
6. Iman kepada qada dan qadar
Hikmah iman kepada qada dan qadar yaitu mendorong sikap seimban antara optimisme dan tawakal dan
melatih diri untuk lebih bersyukur dan bersabar kepada Allah.
 
https://www.nu.or.id/post/read/88697/menalar-iman
https://www.nu.or.id/post/read/88697/menalar-iman
https://islam.nu.or.id/post/read/40564/dasar-iman-dan-islam
https://www.suara.com/news/2021/06/24/123554/pengertian-iman-menurut-para-ulama?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/17/193000569/pengertian-iman-menurut-istilah?
page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Iman%20merupakan%20kepercayaan,alam%20semesta
%20dan%20segala%20isinya.
https://kumparan.com/behttps://cdn.tirto.id/da53e412af7b6beec360f544c511ecd2/img/nightmode.689546
4.pngrita-update/pengertian-iman-dalam-pandangan-agama-islam-1uxrYtCZJnj/full
https://tirto.id/pengertian-rukun-iman-dan-penjelasan-6-aspeknya-dalam-agama-islam-gays#top
https://www.suara.com/news/2021/06/07/144811/rukun-iman-pengertian-penjelasan-lengkap-hikmah-
keutamaan?page=all
https://isubogor.pikiran-rakyat.com/saksama/pr-452018809/mengenal-6-rukun-iman-dan-hikmahnya-
bagi-kehidupan
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210224141901-284-610366/8-hikmah-beriman-kepada-
qada-dan-qadar
https://www.haibunda.com/parenting/20210323184538-61-200699/4-hikmah-beriman-kepada-qada-dan-
qadar-kenalkan-pada-anak-bun

Anda mungkin juga menyukai