Ada beberapa sifat batuan yang sangat berguna dengan resistivitas atau konduktivitas
listriknya Dan yang paling penting adalah jenis cairan dan berapa porositasnya. Metode
elektromagnetik adalah metode geofisika yang memanfaatkan sifat dari gelombang elektro untuk
eksplorasi air tanah, studi kerak bumi, gunung api, dan penentuan porositas. Metode
elektromagnetik dapat dibedakan menjadi dua yaitu dominwaktu dan domin-frekuensi. Perbedaan
dari kedua metode ini adalah, pada frequency-domain electromagnetic (FDEM), pengukuran data
dilakukan dengan merekam kehadiran sinyal sumber yang dipancarkan pada frekuensi tertentu.
Sedangkan pada time-domain electromagnetic (TDEM), pengukuran data yang merupakan fungsi
waktu dilakukan sesaat setelah sinyal dari sumber dimatikan
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospek geofisika adalah metode
elektromagnetik (EM), biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Metode
elektromagnetik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik
baik yang berasal dari alam (natural source) maupun sumber buatan (artificial source). Pada
metode EM, parameter yang diukur merupakan respon terhadap radiasi elektromagnetik yang
diterima oleh sensor atau receiver. Perubahan komponen-komponen medan magnet akibat variasi
konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Konsep penjalaran
gelombang elektroagnetik di bumi dapat dipahami sebagai proses induksi elektromagnetik.
Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkan pemancar disebut sebagai medan
primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang
mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung
pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya,
serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah pengamatan VLF dilakukan pengukuran
terhadap resultan medan primer dan medan sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan
tersebut tergantung pada perubahan medan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik
benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan.
Pada saat gelombang primer masuk ke dalam medium, gaya gerak listrik (ggl) induksi akan
muncul dengan frekuensi yang sama, namun fasenya tertinggal 900. Dalam pengukurannya, alat
T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan elipstisitas dari pengukuran komponen in-
phase dan out-of-phase medan magnet vertikal terhadap komponen horizontalnya. Besarnya sudut
tilt (%) akan sama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phasenya, sedangkan besarnya
eliptisitas ε (%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya. Jika medan magnet
horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hz, maka besar sudut yang diberikan adalah:
Instrumentasi
Instrumen VLF yang dibahas adalah produk dari IRIS Instrument dengan nama produk T-
VLF BRGM. Instrumen ini terdiri dari dua unit, unit sensor dan unit console/T-Unit. Unit sensor
adalah penerima gelombang radio dengan jangkauan frekuensi 10 – 30 kHz yang dilengkapi
dengan automatic gain dan digital filtering. Pengukuran dilakukan secara otomatis dan dikontrol
oleh microprocessor. Pada unit sensor terdapat tiga sensor magnetik X, Y, dan Z yang saling tegak
lurus satu sama lain. Terdapat dua inklinometer pada sensor X dan sensor Y untuk mengkoreksi
posisi miring dan memungkinkan sensor untuk memperoleh data yang direferensikan pada bidang
horizontal nyata dan bidang vertikal nyata. Unit sensor ini mampu mengukur dua frekuensi secara
bersamaan.
Mode Pengukuran
Mode tilt angle digunakan untuk memperkirakan struktur konduktif maupun kontak
geologi seperti zona alterasi, patahan, atau dyke konduktif. Dalam mode ini disarankan untuk
memilih pemancar yang letaknya sejajar dengan strike target dengan toleransi 45 derajat. Dalam
konfigurasi tersebut, medan magnet primer yang tegak lurus terhadap struktur akan menimbulkan
fluks yang maksimum sehingga mendapatkan anomali yang paling jelas.
Mode Resistivity
Mode resistivity digunakan untuk memperkirakan struktur dyke resistif dan mendelineasi
unit geologi dengan pemetaan resistivitas. Dalam mode ini dianjurkan untuk memilih pemancar
yang letaknya tegak lurus dari strike target: medan elektrik mempunyai variasi amplitude yang
lebih tinggi dibanding dengan medan magnetik dan harus tegak lurus terhadap struktur supaya
mendapatkan anomali yang jelas.
Metode VLF umumnya digunakan sebagai survey pendahuluan untuk mengidentifikasi area
anomali untuk diteliti lebih lanjut setelahnya menggunakan metode geofisika lainnya atau
pengeboran
Pengukuran VLF sensitif terhadap interferensi lokal seperti keberadaan pipa besi, power-
line, pagar besi, dan benda konduktif lainnya.
Interpretasi metode ini pada dasarnya kualitatif.
Efek topografi mempengaruhi data dan sukar untuk dihilangkan.
Pemancar VLF rentan terhadap mati listrik atau maintenance tidak terjadwal.
Kondisi ionosfer berpotensi mempengaruhi kualitas data
2. Kedalaman Penetrasi
Kedalaman yang dapat dicapai dikontrol oleh sebuah besaran yang dinamakan electrical skin
depth. Skin depth bergantung pada resistivitas batuan utama dan frekuensi gelombang yang
digunakan. Besarnya skin depth dihitung dengan formula:
Dengan:
δ = Skin Depth
Hukum Faraday
Menyatakan hubungan antara jumlah listrik yang digunakandengan massa zat yang
dihasilkan baik di katoda maupun anoda pada proseselektrolisis.
Bunyi Hukum Faraday 1 : "Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding
dengan kuat arus listrik yang mengalir pada elektrolisistersebut"
sementara
Bunyi Hukum faraday 2 : "Massa dari macam-macam zat yangdiendapkan pada masing-masing
elektroda oleh sejumlah arus listrik yang samabanyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen
masing-masing zat tersebut"
M = massa zat dalam grame = berat ekivalen dalam gram = berat atom : valensii = kuat arus dalam
Amperet = waktu dalam detikF = Faraday. Faraday menyimpulkan bahwa Satu faraday adalah
jumlah listrik yang diperlukan untuk menghasilkan satu ekivalen zat pada elektroda. Muatan 1
elektron = 1,6 x 10-19 Coulomb. 1 mol elektron = 6,023 x 1023 eletron. Muatan untuk 1 mol
eletron = 6,023 . 1023 x 1,6 . 10 -19 = 96.500 Coulomb = 1faraday
Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan hambatan
tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi. Arus induksi dan
ggl induksi hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi. Hukum Lenz menjelaskan
mengenai arus induksi, yangberarti bahwa hukum tersebut berlaku hanya kepada rangkaian
penghantar yang tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865), yang
sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi. Hukum Lenz menyatakan bahwa:
“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks”.
Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam kumparan, dan
arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri. Penerapan Hukum Lenz adalah pada
arah arus induksi. Magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh
kumparan. Fluks magnetik utama yang menembus kumparan dengan arah ke bawah akan
bertambah pada saat kutub utara magnet didekatkan kumparan. Arah induksi juga dapat diketahui
dengan menerapkan Hukum Lenz.
Hukum Biot-Savart merupakan konsep awal untuk menentukan besarnya medan magnet
yang dari adanya arus listrik pada sebuah konduktor. Apapun bentuk konduktor tersebut, misalkan
sebuah kawat, lempengan, maupun bola dengan kuat arus berapa pun akan dapat ditentukan kuat
medan magnetnya dengan menggunakan Hukum Biot-Savart. Namun untuk konduktor dengan
bentuk yang lebih rumit, seperti misalnya kawat melingkar akan sulit jika harus menggunakan
Hukum Biot-Savart. Hal ini karena dalam Hukum Biot-Savart menggunakan perhitungan integral,
sehingga untuk konduktor dengan bentuk yang rumit akan sulit untuk diselesaikan persamaanya.
Oleh karena itu, alternatif perhitungan kuat medan magnet yang dihasilkan dari arus listrik dapat
menggunakan persamaan Hukum Ampere.