Anda di halaman 1dari 38

Tugas Eksplorasi Cebakan Mineral

(Metode Geofisika)

Meilanny DKP/22116026

2017
1. Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics (CSAMT)

Controlled source audio-frequency magnetotellurics (CSAMT) merupakan


salah satu metode geofisika yang merupakan metode hasil pengembangan metode
terdahulu magnetotellurics (MT). Metode CSAMT merupakan teknik sounding
elektromagnetik dengan resolusi tinggi. Metode CSAMT diperkenalkan oleh
Goldstein (1971) dan Strangway (1975) tujuannya adalah untuk menyelesaikan
permasalahan audio-frequency magnetotellurics (AMT), yaitu digunakannya sumber
alami dan ketidakstabilannya.

Metode MT/AMT merupakan suatu teknik explorasi yang terkenal digunakan


untuk mengukur fluktuasi pada medan listrik dan medan magnet alami pada jangkauan
frekuensi yang luas. Fluktuasi ini berasal dari ionosper yang berhubungan dengan
aktivitas matahari pada cakupan frekuensi rendah dan dunia yang luas dengan
aktivitas hujan badai serta petir pada cakupan frekuensi yang lebih tinggi. Teknik ini
tidak membutuhkan sumber buatan dan pemancar (transmitter). Bagaimanapun,
keuntungannya kecil dengan rendahnya magnitude dan kemampuan memvariasikan
sinyal alami.

Controlled source audio-frequency magnetotellurics (CSAMT) menggunakan


pasangan elektroda yang tetap atau looping horizontal dengan menggunakan sumber
signal buatan. CSAMT memiliki teknik sumber alami yang hampir sama dengan
magnetotellurics (MT) dan audio-frequency magnetotellurics (AMT). dengan
perbedaan utamanya pada CSAMT itu sendiri menggunakan signal buatan.
Sumbernya memiliki signal yang stabil, serta menghasilkan hasil yang memiliki
tingkat presisi yang tinggi dan lebih cepat dalam menentukan objek dan menghasilkan
pewarnaan yang sesuai, meskipun dengan sumber yang dikontrol dapat juga
menimbulkan kesulitan dalam hal menginterpretasi akibat penambahan efek dari
sumber dan akibat kesalahan penempatan peralatan pada saat survey dilakukan. Tetapi
pada kenyataannya dilapangan kondisi-kondisi akibat kesalahan teknis bukanlah
menjadi suatu masalah yang berarti dan dapat diatasi, metode ini telah
membuktikannya dengan cara dapat memetakan mantel bumi secara efektif pada
kisaran kedalaman 20 2000 meter.
CSAMT biasanya terdiri dari pasangan elektroda dipole yang tetap, dimana
jarak keduanya antara 1 2 km, bahkan dapat mencapai 2 4 km jika diinginkan.
Frekuensi yang dibutuhkan serta digunakan antara 0.125 8.000 Hz, umumnya
digunakan dilapangan menggunakan frekuensi berkisar 16 8.000 Hz. Pada CSAMT
ini menggunakan prinsip Hukum Maxwell dimana medan magnet (H) diubah menjadi
listrik (E). dimana terdapat dua buah komponen medan listrik (E) yang dibutuhkan
yaitu Ex dan Ey, sedangkan terdapat tiga komponen untuk medan magnet (H) yang
dibutuhkan yaitu Hx, Hy dan Hz.

Dasar teori dari metode CSAMT adalah persamaan maxwell, yang merupakan
persamaan umum yang dapat mendeskripsikan sifat gelombang elektromagnetik
(Zonge and Hughes, 1991).
Terdapat 4 parameter dalam gelombang elektromagnetik, yaitu :

E = Intensitas Medan Listrik (V/m)

D = Rapat Fluks Medan Listrik (C/m2)

B = Intensitas Medan Magnet (A/m)

H = Rapat Fluks Medan Magnet (Wb/m2)

Sedangkan persamaan Maxwell terdiri atas 4 persamaan, khusus pada ruang


vakum dan berlaku juga pada medium udara (Zonge and Hughes, 1991). Ke empat
persamaan tersebut Yaitu;

Hukum Faraday menyatakan bahwa perubahan medan magnet terhadap waktu


menginduksi adanya medan listrik. Begitu pula yang terjadi pada Hukum Ampere,
bahwa medan magnet tidak hanya terjadi karena adanya sumber berupa arus listrik,
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh medan listrik yang berubah terhadap waktu
sehingga menginduksi adanya medan magnet. Hukum Coulomb menyatakan bahwa
medan listrik disebabkan oleh adanya muatan listrik sebagai sumbernya.sedangkan
Hukum Kekontinyuan Fluks menyatakan bahwa tidak ada medan magnet monopol.
Besarnya nilai medan listrik dan medan magnet induksi bergantung pada nilai intrinsik
batuan berupa (permitivitas), (permeabilitas) dan (konduktifitas) yang
dihubungkan dengan persamaan berikut :
Metode CSAMT menggunakan transmitter yang berhubungan dengan sumber
sinyal dengan jarak yang dapat divariasikan. Sedangkan metode natural field sumber
sinyalnya pada hakekatnya terletak pada jarak yang sangat jauh sehingga dapat
diasumsikan sebagai gelombang bidang, sehingga cukup sederhana untuk perhitungan
matematika dan kepentingan interpretasi. Asumsi ini juga dapat digunakan pada
Metode CSAMT dengan jarak yang jauh (Farfield Zone), namun asumsi ini tidak lagi
berlaku jika jarak pengukuran transmitter dan sumber sinyal pada metode CSAMT
terlalu dekat (Nearfield Zone dan Transition Zone), sehingga pada keadaan ini akan
menimbulkan permasahan yang cukup sulit dalam perhitungan matematika maupun
kepentingan interpretasi.

Di dalam Metode CSAMT, suatu receiver (Rx) berfungsi untuk mengukur


medan listrik dan medan magnet yang orthogonal dengan medan listrik, diinduksi oleh
medan elektromagnetik yang dipancarkan dari arus listrik melalui kawat dipole yang
ditanam oleh transmitter (Tx1 & Tx2).

Pada penempatan pengukuran, medan listrik terukur sebagai tegangan (mV)


antara dua titik kawat dipole yang ditanam, sedangkan medan magnet dalam mG(nT)
diukur oleh induksi kumparan yang ditempatkan secara horizontal pada tanah (coil
magnetic). Dan juga yang harus diukur adalah phase relatif antara medan listrik dan
medan magnet yang terukur.

Pada pengukuran titik sounding untuk mengetahui struktur resistivity dengan


variasi kedalaman, ada dua jenis metode sounding yaitu : Geometric Sounding.
Semakin panjang dipole pengukuran yang digunakan, maka kedalaman investigasi
lebih dalam. Contohnya adalah pengukuran resistivity dengan Metode Shclumberger.
Pengukuran dilakukan dengan memvariasikan panjang transmitter (AB) dan receiver
(MN). Parametric Sounding. Semakin rendah frekuensi medan elektromagnetik, maka
semakin dalam penetrasi medan elektromagnetik. Biasanya disebut dengan skin
depth sesuai dengan persamaan dibawah ini :

a. Skin Depth

Medan elektromagnetik akan teratenuasi ketika melewati lapisan konduktif,


jarak maksimum yang dapat dicapai oleh medan elektromagnetik saat menembus
lapisan konduktif ini dinamakan skin depth (d) (Griffith, 1999). Nilai skin depth
dipengaruhi oleh resistifitas bahan dan frekuensi yang digunakan.(Zonge and Hughes,
1991).

= resistivity dalam ohm-m

f = frekuensi dalam Hz

b. Effective Depth Penetration

Effective Depth Penetration (D) adalah kedalaman yang dapat dicapai saat
dilakukan survei CSAMT. Nilai D ini dapat ditulis sesuai dengan persamaan 2.9
(Zonge and Hughes, 1991).

c. Persamaan Cagniard

Dari hasil pengukuran Metode CSAMT didapatkan data berupa nilai medan
listrik dan medan magnet. Untuk mendapatkan nilai resistivitas batuan, dapat
digunakan persamaan resistivitas Cagniard yang ditunjukkan pada persamaan 2.10
(Zonge and Hughes, 1991).

d. Near Field dan Far Field (Zona Dekat dan Zona Jauh)

Persamaan nilai resistivitas yang didapat dengan menggunakan sumber dipole


listrik pada zona dekat dan zona jauh berbeda. Perbedaan ini diakibatkan karena
adanya faktor geometri pada zona dekat dan zona jauh (>3 ). Persamaan berikut

menunjukkan nilai resistivitas yang didapat dengan menggunakan sumber dipole


listrik horizontal (Zonge and Hughes, 1991).

Demikian pula dengan menggunakan sumber dipol magnet vertikal, persamaan


resistivitas pada zona dekat dan zona jauh berbeda yang dikarenakan faktor geometri.
Persamaan berikut menunjukkan nilai resistivitas dengan menggunakan sumber dipol
magnet vertikal (Zonge and Hughes, 1991).

Berikut merupakan contoh data yang mengandung zona jauh (far field) , zona
transisi (transision zone), dan zona dekat (near field)
Pada setiap pengukuran semua metode geofisika tidak lah selalu menghasilkan
data yang sempurna, tidak ter kecuali metode CSAMT ini. Data yang dihasilkan dapat
mengandung noise. Noise tersebut dapat diakibatkan dari alam ataupun teknis
dilapangan. Zonge membagi noise pada pengukuran metode CSAMT menjadi 5
macam, yaitu :

1. Kesalahan operator (operator error)


Kesalahan ini disebabkan oleh human error. Kesalahan ini dapat berupa kesalahan
yang disebabkan oleh pengguna alat, dimana operator tersebut salah memasang
kabel-kabel, serta kesalahan menentukan konfigurasi medan magnet dan medan
listrik.
2. Gangguan instrumentasi alat (instrumentation noise)
Kesalahan ini meliputi kesalahan pada komponen alat itu sendiri seperti impedansi
yang rendah pada receiver, serta pemasangan kabel sambungan yang kurang
sempurna.
3. Gangguan lingkungan (cultural noise)
Gangguan ini disebabkan oleh lingkungan daerah pengukuran, dimana pada
lintasan pengukuran terdapat power line atau jaringan kabel bertegangan tinggi, hal
ini dapat mempengaruhi kualitas data medan magnet dan medan listrik yang
terukur. Cara menghindari gangguan ini adalah dengan men desain pengukuran
yang baik, serta menggunakan filter yang digunakan pada frekuensi noise yaitu 50
Hz dan 60 Hz yang merupakan noise frekuensi jaringan listrik.
4. Atmospheric & telluric noise
Gangguan ini bersifat alami artinya bersumber dari alam yang disebabkan oleh
aktifitas atmosfer dan arus telurik di dalam bumi. kasus noise yang bersumber dari
atmosfer dapat berupa petir yang sifatnya memiliki frekuensi tinggi dan tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadinya, untuk mengatasinya digunakan low pass filter.
Sedang untuk noise aktifitas telurik di dalam bumi yaitu dapat berupa arus bumi
dengan frekuensi dc hingga 1 Hz, dapat diatasi dengan menolak sinyal pada
frekuensi tersebut.
5. Gangguan angin (wind noise)
Gangguan ini juga bersifat alami, dimana tidak dapat diprediksi kapan angin
tersebut terjadi, gangguan ini dapat menyebabkan goncangan atau getaran yang
dapat mempengaruhi kestabilan antena medan magnet, yang berakibat data medan
magnet yang dihasilakan kurang maksimal untuk mencegahnya antena medan
magnet tersebut harus dikubur didalam tanah, agar terhindar dari getaran atau
goncangan akibat angin tersebut.

Keuntungan dari Metode CSAMT adalah :


Pada Metode CSAMT memiliki sinyal yang lebih kuat terutama bila
dibandingkan dengan medan alami yang lemah pada batasan 1000 Hz ~ 3000
Hz, keadaan ini sering menyulitkan untuk memperoleh data yang berkwalitas
dengan menggunakan Metode AMT.
Mempunyai sinyal yang koheren sehingga meningkatkan keefektifan
pemrosesan sinyal untuk menghilangkan noise.
Survei dengan menggunakan Metode CSAMT lebih cepat dan lebih ekonomis
(murah).

Kekurangan Metode CSAMT bila dibandingkan Metode AMT adalah :

Diperlukannya pemancar (transmitter) pada Metode CSAMT.


Kemungkinan jarak yang dekat antara transmitter (Tx) dengan receiver (Rx)
sehingga menimbulkan efek near field.
Pengukuran yang tidak menggunakan konfigurasi Tensor secara penuh
menghasilkan informasi yang lebih sedikit.
Umumnya berkaitan pada pembatasan kekuatan transmitter sehingga kedalam
investigasi lebih dangkal.
2. Metode Induced Polarization (IP)

Dalam memetakan sumber daya di dalam permukaan bumi, berbagai macam


metode geofisika dapat diterapkan. Salah satu metode geofisika tersebut adalah
metode resistivitas atau metode geolistrik tahanan jenis yakni metode yang digunakan
untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi berdasarkan kontras
resistivitasnya. Teori utama metode resistivitas adalah Hukum Ohm: Arus yang
mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan tegangan (V) yang terukur dan
berbanding terbalik dengan resistansi (R) medium

V= I.R
Metode resistivitas ini, dibagi menjadi dua yakni mapping dan sounding.
Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan
mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal, metode
yang biasa digunakan adalah metode IP dengan konfigurasi dipole-dipole. Sedangkan
metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas batuan di
bawah permukaan bumi secara vertikal, metode yang biasa dilakukan adalah metode
VES dengan konfigurasi Schlumberger.
Pengukuran dengan metode IP biasa digunakan untuk keperluan pemetaan,
sehingga digunakan konfigurasi dipoledipole. Dalam konfigurasi dipole-dipole,
elektroda arus dan elektroda potensial bergerak bersama-sama, sehingga diperoleh
harga tahanan jenis semu secara lateral (horizontal). Dengan konfigurasi dipole-dipole
akan diperoleh pseudosection dari parameter resistivitas, metal factor
dan chargaebility pada setiap lintasannya.

Metode IP (Induced Polarization) dilakukan pertama kali oleh Conrad


Schlumberger, 1960 dan disebut sebagai provoked polarization. Metode IP mengukur
adanya polarisasi didalam suatu medium karena pengaruh arus listrik yang
melewatinya, dimana polarisasi banyak terjadi pada medium yang mengandung
mineral logam. Metode IP mengamati beda potensial yang terjadi setelah arus listrik
yang kita alirkan dihentikan. Sehingga metode IP sangat cocok digunakan untuk
eksplorasi mineral logam karena keberadaan mineral logam dapat dideteksi sesuai
dengan sifat fisika yang dimiliki, misalnya nilai Chargeability yang besar.

Prinsip dasar metode IP, arus dialirkan ke dalam tanah melalui elektrode arus
dan mengukur potensi dengan elektrode potensial. Jika arus listrik diputus, seharusnya
potensial atau tegangan terukur akan langsung berharga nol. Dalam kenyataannya
tegangan tidak langsung berharga nol, tetapi ada selang waktu beberapa saat untuk
tegangan menuju nol. Kejadian inilah yang dinamakan efek polarisasi terinduksi,
sedang mediumnya (dalam hal ini adalah batuan) dinamakan medium atau batuan
polarisabel.

Kelebihan metode IP dibandingkan dengan metode yang lain, adalah dapat


dideteksi adanya mineral mineral sulfida yang letaknya tersebar dan tak
teratur (disseminated). Dengan demikian maka metode ini cocok sekali digunakan
untuk melokalisir dan memperoleh cadangan mineral sulfida yang berasosiasi dengan
bijih besi, emas, dan bijih logam yang lainnya. Pengukuran IP dapat dilakukan dengan
2 domain, yakni:

1. Frequency domain
2. Time domain

Frequency Domain

Prinsip: mengukur perbedaan respon batuan yang mengandung mineral


konduktif/ tidak dengan pemberian impedansi pada 2 frekuensi yang berbeda
(frekuensi rendah dan frekuensi tinggi)
Respon yang diberikan:

Tidak terdapat mineral konduktif : nilai selalu sama pada tiap freq

Terdapat mineral konduktif : nilai < pada freq tinggi ; nilai > pada freq
rendah
Parameter nilai yang didapatkan : Resistivitas & PFE

(Desain IP Frequency Domain)


Time Domain

Prinsip: mengukur waktu peluruhan muatan listrik pada batuan ketika arus
listrik diinjeksikan dan ketika arus listrik dihentikan

Respon yang diberikan

Tidak terdapat mineral konduktif : waktu peluruhan relatif cepat

Terdapat mineral konduktif : waktu peluruhan relatif lebih lama

Parameter nilai yang didapatkan :

(Resistivitas & Chargeability)


3. Metoda Magnetotellurik (Mt)

Survey geofisika terutama dimaksudkan untuk memperoleh informasi


mengenai distribusi parameter-parameter fisik bawah permukaan seperti kecepatan
gelombang elastik, rapat massa, kemagnetan, kelistrikan dan lain lain dari hasil
pengukuran efeknya di permukaan bumi atau tempat lain yang dapat dijangkau
(lubang bor atau tambang bawah tanah). Dalam survey geofisika menggunakan
metoda elektromagnetik (EM) sifat fisik yang relevan adalah konduktivitas atau
resistivitas (tahanan-jenis) batuan.

Beberapa studi menunjukkan adanya kaitan erat antara tahanan-jenis dengan


porositas, kandungan fluida (air atau gas) dan temperatur formasi batuan. Pengaruh
masing-masing faktor tersebut terhadap tahanan-jenis formasi batuan sangat kompleks
karena dapat saling tumpang-tindih (overlap). Namun secara umum porositas tinggi
yang disertai kandungan gas biasanya dicirikan oleh tahanan-jenis yang relatif lebih
tinggi. Sebaliknya jika fluidanya berupa air dengan temperatur tinggi seperti dijumpai
di daerah prospek geotermal maka hal tersebut dapat berasosiasi dengan daerah
bertahanan jenis rendah. Dengan demikian pada taraf tertentu metoda EM dapat
digunakan untuk keperluan eksplorasi sumber daya alam seperti mineral, minyak dan
gas bumi, geotermal serta untuk keperluan studi permasalahan lingkungan.
Metoda magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metoda eksplorasi
geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM tersebut
ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks sehingga spektrum
frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz - 104Hz). Pada frekuensi yang cukup rendah
(kurang dari 1 Hz), solar wind yang mengandung partikel-partikel bermuatan listrik
berinteraksi dengan medan magnet permanen bumi sehingga menyebabkan variasi
medan EM. Variasi pada jangkah frekuensi audio (audio frequency band, di atas 1 Hz)
terutama disebabkan oleh aktivitas meteorologis berupa petir. Petir yang terjadi di
suatu tempat menimbulkan gelombang EM yang terperangkap antara ionosfer dan
bumi (wave guide) dan menjalar mengitari bumi. Kebergantungan fenomena listrik
magnet terhadap sifat kelistrikan terutama konduktivitas medium (bumi) dapat
dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi menggunakan metoda MT.
Hal ini dilakukan dengan mengukur secara simultan variasi medan listrik (E)
dan medan magnet (H) sebagai fungsi waktu. Informasi mengenai konduktivitas
medium yang terkandung dalam data MT dapat diperoleh dari penyelesaian persamaan
Maxwell menggunakan model-model yang relatif sederhana. Pada dekade 50-an untuk
pertama kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov (1950),
Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953) dan Wait
(1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian metoda ini masih
relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lainnya.

Pengolahan Data Mt

Pengolahan data MT dimaksudkan untuk mengekstraksi fungsi transfer antara


medan listrik dan medan magnet dalam domain frekuensi yang mengandung informasi
mengenai distribusi tahanan-jenis bawah permukaan. Pada tahap pra-pengolahan data,
data mentah yang telah direkam mengalami proses editing dan demultiplexing untuk
menggabungkan data dari setiap kanal yang sama (elektrik atau magnetik) untuk
masing-masing jangkah frekuensi (LF, MF dan HF). Data tersebut adalah keluaran
dari sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan listrik terukur.
Proses gain recovery ditujukan untuk mengembalikan faktor perbesaran atau
amplifikasi yang telah digunakan. Disamping itu, pada proses tersebut harga tegangan
listrik terukur dikonversikan kedalam satuan yang biasa digunakan (mV/km untuk
medan listrik dan nano Tesla atau gamma untuk medan magnet).

Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual (seleksi
visual) maupun otomatis dengan menetapkan nilai minimal korelasi data yang dapat
diterima. Korelasi yang dimaksud adalah korelasi silang (cross-correlation) antara
medan listrik dan medan magnet yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri
waktu (time series) disimpan dalam file di disket. Pada tahap analisa spektral,
transformasi seri waktu tiap kanal ke dalam domain frekuensi menghasilkan spektrum
daya dan juga spektrum silang (power- dan cross-spectra). Seleksi data dalam domain
frekuensi didasarkan pada koherensinya.

Pemodelan Dan Interpretasi (MT)

Interpretasi kualitatif didasarkan pada penampang tahanan-jenis semu


(pseudosection), peta tahanan-jenis semu pada beberapa periode, peta total
conductance serta peta-peta yang menampakkan hasil analisa tensor seperti diagram
polar, vektor induksi dan sebagainya. Interpretasi kuantitatif didasarkan atas hasil
pemodelan 1-D dan 2-D. Pemodelan dimaksudkan untuk mengekstraksi informasi
yang terkandung dalam data untuk memperkirakan distribusi tahanan-jenis bawah
permukaan melalui model-model. Model yang paling sederhana adalah model 1-D
dimana tahanan-jenis bervariasi hanya terhadap kedalaman (z). Model 1-D biasanya
direpresentasikan oleh model berlapis horisontal, yaitu model yang terdiri dari
beberapa lapisan dimana tahanan-jenis tiap lapisan homogen. Dalam hal ini parameter
model adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan.

Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang
memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan asumsi tertentu pemodelan 1-D
dapat pula diterapkan pada data yang dianggap mewakili kecenderungan lokal atau
struktur secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode.
Pemodelan 1-D menggunakan kurva sounding TE-mode didasarkan atas anggapan
bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh
diskontinuitas lateral tegak lurus jurus.

Teknik forward modelling dilakukan dengan menghitung respons dari suatu


model untuk dibandingkan dengan data impedansi (tahanan-jenis semu dan fasa)
pengamatan. Dengan cara coba-coba (trial and error) dapat diperoleh suatu model
yang responsnya paling cocok dengan data, sehingga model tersebut dapat dianggap
mewakili kondisi bawah permukaan. Teknik inverse modelling memungkinkan kita
memperoleh parameter model langsung dari data.

Metoda inversi Bostick (Jones, 1983) merupakan cara yang cepat dan mudah
untuk memperkirakan variasi tahanan-jenis terhadap kedalaman secara langsung dari
kurva sounding tahanan-jenis semu. Metode ini diturunkan dari hubungan analitik
antara tahanan-jenis, frekuensi dan kedalaman investigasi atau skin depth. Namun
perlu diingat bahwa metoda ini bersifat aproksimatif sehingga hanya dapat dilakukan
sebagai usaha pemodelan dan interpretasi pada tahap pendahuluan.

Dalam metoda inversi kuadrat terkecil (least-square), model awal dimodifikasi


secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya cocok dengan data. Adanya
aproksimasi atau linearisasi fungsi non-linier antara data dan parameter model
menyebabkan metode tersebut sangat sensitif terhadap pemilihan model awal. Oleh
karena itu model awal biasanya ditentukan dari hasil pemodelan tak-langsung atau
hasil inversi Bostick.
Kecenderungan terakhir menunjukkan bahwa metode inversi tidak hanya
ditujukan untuk menentukan satu model saja melainkan sejumlah besar model yang
memenuhi kriteria data (misalnya, metode Monte-Carlo). Estimasi statistik dari
model-model yang diperoleh digunakan untuk menentukan solusi metoda inversi.
Kecenderungan baru tersebut terutama ditunjang dengan tersedianya komputer pribadi
(PC) dan workstations yang dilengkapi dengan processor berkecepatan tinggi. Profil
tahanan-jenis 1-D beberapa titik amat dalam satu lintasan dapat digunakan sebagai
model awal untuk pemodelan 2-D. Penyelesaian persamaan yang berlaku untuk medan
listrik dan medan magnet pada kasus ini menggunakan metoda beda hingga (finite
difference) atau metoda elemen hingga (finite element). Hasil perhitungan dapat
ditampilkan dalam bentuk penampang tahanan-jenis semu maupun kurva sounding
untuk TE-mode dan TM-mode.
4. Metode Geofisika Potensial Diri (Self Potential)

Metode potensial diri (self potential/SP) pertama kali ditemukan oleh Robert
Fox ketika berusaha menemukan endapan tembaga sulfida di Cornwall, Inggris pada
tahun 1830. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan elektroda plat tembaga yang
dihubungkan dengan suatu galvanometer.

Metode SP ini mulai digunakan sejak 1920 sebagai salah satu metode untuk
eksplorasi logam dasar, lebih khusus lagi untuk mendeteksi adanyha suatu badan bijih.
Beberapa mineral yang mungkin di prospeksi dengan metode SP adalah Pirit, Pirhotit,
Grafit, Kalkopirit, Kovelit, Bornit, Kalkosit, Antrasit, dan Galena karena mineral-
mineral tersebut dapat berfungsi sebagai konduktor. Sedangkan Sfalerit karena bersifat
nonkonduktor maka mineral ini tidak dapat diprospeksi dengan metode SP.

Saat ini, metode SP tidak hanya digunakan untuk eksplorasi logam dasar saja
tetapi berkembang untuk investigasi air tanah dan panas bumi. Metode ini dapat
digunakan untuk pemetaan geologi seperti delineasi zona rekahan dan near-surface
fault.
Secara umum, peralatan yang digunakan pada metoda potensial diri ini terdiri dari
elektroda, kabel, dan voltmeter. Elektroda yang digunakan terbuat seperti tabung
panjang yang diisi dengan larutan CuSO4 dengan porosnya terbuat dari dari tembaga.
Tipe lainnya dikenal dengan elektroda Calomel yang diisi oleh KCl-HgCl 2 (lihat
Gambar A.1). Voltmeter digunakan sebagai penghubung elektroda-elektroda.

Dasar Teori

Potensial alami dapat terjadi akibat adanya perbedaan material, konsentrasi


larutan eletroktrolit dan atau adanya suatu aliran fluida. Beberapa kejadian lain adalah
terbentuknya potensial spontan (spontaneous potentials) seperti akibat adanya
perbedaan mineralisasi, reaksi elektrokimia, aktivitas geotermal, dan bioelektrik yang
dihasilkan oleh tumbuhan. Interpretasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan
memetakan potensial spontan tersebut.

Metode SP adalah metode yang pasif, beda potensial alami yang dihasilkan
oleh suatu material geologi di suatu daerah survey diukur diantara dua titik elektroda
di permukaan tanah. Beda potensial yang terukur mulai dari beberapa milivolt hingga
lebih dari satu volt. Positif dan negatif harga beda potensial adalah faktor yang penting
di dalam interpretasi anomali SP.
Pada tabel B.1. ditampilkan beberapa tipe umum untuk anomali SP dan sumber
geologi yang menghasilkan anomali tersebut. Tetapi sebagai tambahan, geometri dari
struktur geologi dapat juga memberikan anomali SP, sehingga sumber-sumber pada
tabel berikut hanya digunakan sebagai petunjuk.

Potensial alami terdiri dari dua komponen, komponen pertama bernilai konstan
dan tak berarah, sedangkan komponen berikutnya berfluktuasi dengan waktu.
Komponen konstan berhubungan dengan proses elektrokimia sedangkan komponen
variabel berhubungan dengan variasi dari berbagai proses, seperti induksi arus bolak
balik akibat adanya petir dan medan magnetik bumi. Di dalam eksplorasi mineral
kedua komponen tersebut dikenal dengan nama mineral potensial dan backgroud
potentials.

Terdapat tipe potensial elektrik yang diketahui yaitu :


1. Potensial elektrokinetik, disebabkan oleh aliran fluida
2. Potensial difusi, diakibatkan oleh pergantian larutan ionic dengan konsentrasi
berbeda
3. Potensial Nernst, terjadi ketika larutan yang berada di antara kedua konduktor
yang sama memiliki konsentrasi yang berbeda
4. Potensial mineral, dihasilkan dipermukaan akibat kontaknya dengan
permukaan medium lain

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya potensial spontan


dari mineral. Pengukuran lapangan mengindikasikan bahwa beberapa mineral harus
berada di dalam zona oksidasi agar anomali SP dapat muncul ke permukaan. Teori ini
menjelaskan bahwa badan bijih befungsi sebagai sel galvanic yang menghasilkan beda
potensial. Deskripsi teori ini dapat diperhatikan pada gambar 1 berikut.
Tetapi ada beberapa kelemahan dalam penjelasan teori ini. Sebagai contoh, Mineral
grafit, dikenal sebagai mineral yang dapat menghasilkan anomali SP, tetapi dalam
kenyataannya mineral grafit ini tidak berada di dalam zona oksidasi. Selain itu,
oksdasi intensif seperti yang terjadi pada kebanyakan mineral sulfida akan
menyebakan permukaan teratas dari badan bijih menjadi positif karena kehilangan
sejumlah elektron, tetapi dalam kenyataannya mineral sulfida ini menghasilkan
anomali negatif.

Hipotesis lain menyebutkan bahwa variasi pH di atas dan di bawah muka air tanah
dapat menyebabkan terjadinya aliran arus di sekitar sumber. Sebagai contoh, pH
larutan yang berada di atas badan bijih sulfida dan muka air tanah cenderung bersifat
asam (pH = 24) sedangkan larutan di bawah muka air tanah cenderung bersifat basa (
pH = 7-9). Adanya hubungan antara potensial minealisasi dengan variasi pH mungkin
saja terjadi, tetapi pada dasarnya, perbedaan nilai pH tidak akan menyebabkan
terjadinya perpindahan elektron yang akan menghasilkan aliran arus.

Teori yang disampaikan oleh (Sato and Mooney, 1960) menyebutkan bahwa terdapat
dua jenis setengah reaksi elektrokimia yang berlawanan tanda. Satu katoda berada di
atas muka air tanah sedangkan anoda berada di kedalaman tertentu. Reduksi di katoda
akan menyebabkan terjadinya penambahan jumlah elektron sedangkan reaksi oksidasi
di anoda akan menyebabkan hilangnya elektron. Zona mineral berfungsi sebagai
media yang mentransportasikan elektron dari anoda ke katoda. Metode self potensial
bertujuan untuk menentukan potensial oksidasi yang terjadi di antara dua larutan
setengah sel.
Beberapa nilai potensial untuk berbagai sumber seperti grafit ( > 500 mV), pyrit (100
200 mV) dan masif sulfida ( < 100 mV).
Teknik Pengukuran

Pengukuran dengan metode SP cukup sederhana, dua elektroda porous-


pot dihubungkan dengan multimeter dengan precisi tinggi dengan input impedansi
lebih dari 108 ohms dan kemampuan mengukur hingga ketelitian 1 mV. Tiap elektroda
dibuat dari plat tembaga yang berada di dalam larutan jenuh tembaga sulfat yang dapat
berhubungan dengan tanah dan menghasilkan listrik (gambar C.1). Selain itu, eletroda
seng di dalam larutan jenuh seng sulfat atau elektroda perak di dalam larutan jenuh
perak klorida, dapat digunakan untuk menggantikan tembaga dan larutan tembaga
sulfat.

Terdapat dua teknik pengukuran di lapangan, yaitu metode potensial


gradien dan metode potensial amplitudo.

Metode potensial gradien menggunakan dua elektoda yang terpisah secara


tetap dengan jarak 5 m atau 10 m. Hasil pengukuran perbedaan potensial dibagi
dengan spasi elektroda menghasilkan potensial gradien. Titik pergukuran adalah titik
tengah diantara kedua elektroda tersebut. Kedua elektoda berpindah dari satu titik ke
titik lainnya. Pada metode pengukuran ini yang perlu diperhatikan adalah pencatatan
polaritas potensial.
Pada metode potensial amplitudo, satu elektroda dibiarkan menjadi titik tetap
di base station yang berada diluar daerah mineralisasi dan mengukur perbedaan
potensial diantara kedua elektroda. Sedangkan elektroda lainnya selalu berpindah
sesuai lintasan pengukuran (leap-froged). Metode ini menghindari problem polaritas
dan akumulatif error. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah menjaga suhu larutan
elektrolit pada elektroda yang berpindah-pindah agar tetap sama dengan suhu pada
elektroda di base station. Koefisien suhu untuk tembaga-tembaga sulfat, sekitar 0,5
mV/0C sedangkan untuk elektroda perak-perak klorida sekitar 0,25 mV/0C.

Sensitivitas metode SP, untuk kedalaman maksimun adalah sekitar 60 100


meter, tergantung kedalaman badan bijih dan sifat overburdennya. Pengukuran SP
dapat juga dilakukan di atas air dengan tujuan pengukuran potensial streaming.
Elektroda ditempatkan di tempat khusus sehingga elektroda tersebut dapat terhubung
dengan air tanpa kehilangan larutan elektrolit dari dalam pots. Metode ini hanya dapat
dilakukan jika terdapat aliran arus (vertikal ataupun horizontal) meskipun sangat
sedikit (Ogilvy, 1969).

Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran (mV).
Jika gradien hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi (negatif ke positif
yang tinggi) terhadap zero level dapat dijadikan sebagai indikator anomali (titik
infleksi), lihat Gambar C.3.
Hasil dari survei potensial ini disajikan dalam bentuk peta isopotensial, dan
interpretasi dilakukan terhadap daerah anomali dengan menggunakan penampang
melintang yang memotong daerah anomali.

Koreksi Data

Survey potensial diri untuk daerah yang cukup luas (beberapa km 2) akan
memiliki kecenderungan regional, berdasarkan arus telluric, sekitar 100 km2.
Gradien regional ini kemungkinan akan mempengaruhi nilai potensial mineral. Untuk
menginterpretasi anomali yang dihasilkan, maka data hasil survey harus di koreksi
terlebih dahulu dengan data regional sehingga diperoleh anomali residual. Koreksi ini
tidak perlu dilakukan untuk daerah yang tidak begitu luas dan harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum pencocokan dengan topografi dilakukan.

Selain itu, ketinggian topografi atau perubahan elevasi akan berpengaruh juga
terhadap arus telluric. Kombinasi kedua efek terhadap anomali SP akan sulit
dilakukan tetapi secara umum koreksi terhadapnya dapat dilakukan (Yungul, 1950;
Bhattacharya dan Roy, 1981; Bhattacharya, 1986). Jika kemiringan permukaan daerah
survey > 200 maka SP anomali tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, dengan kata
lain posisi target (badan bijih) dapat berpindah. Sehingga bila dilakukan pemboran
pada posisi tersebut maka target (badan bijih) kemungkinan tidak dapat ditemukan. Di
dalam melakukan koreksi data baik regional maupun topografi maka anomali SP yang
berasal dari polarisasi individu badan bijih harus diisolasikan terlebih dahulu.

Jika anomali observed merupakan gabungan dari beberapa anomali yang


berasal dari beberapa sumber geologi yang berbeda (termasuk bentuk dan ukuran)
maka koreksi regional dan topografi tidak dapat dilakukan. Lokasi top badan bijih
ditentukan dengan perkiraan secara hati-hati dan dengan metode geofisika lainnya
ditentukan batas struktur geologi secara lebih tepat. Harus diperhatikan juga efek
bioelektrik yang dihasilkan oleh tumbuhan. Perjalanan survey dari daerah yang lapang
menuju daerah yang dipenuhi tumbuhan akan memberikan potensial negatif beberapa
ratus milivolt, sebanding dengan potensial mineral seperti endapan badan bijih sulfida.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka pengamatan lapangan harus dilakukan
selama survey SP .

Interpretasi Anomali

Secara umum, metode SP adalah metode kualitatif, sehingga tidak dapat


digunakan untuk memperkirakan secara kuantitatif bentuk dan volume anomali
maupun konsentrasi atau densitas massa bijih. Interpretasi anomali SP dilakukan
secara kualitatif berdasarkan :

1. Penampang amplitudo
2. Polaritas (positif atau negatif)
3. Pola kontur

Top dari badan bijih diasumsikan berada secara langsung di bawah potensial
minimum. Jika sumbu polarisasi (misalnya sumbu antara katoda dan anoda dari badan
bijih) memiliki kemiringan tertentu dari arah vertikal maka penampang akan
memberikan bentuk yang tidak simetris dengan arah kemiringan dan kutub positif
berada pada sisi yang curam (gambar E.1). Interpretasi badan bijih grafit di batuan
gneiss, seperti terlihat pada gambar E.3 adalah sebagai berikut. Model pertama adalah
dua badan bijih grafit yang terpisah pada struktur sinklin. Kutub positif dari badan
bjiih lebih dekat bila dibandingkan kutub negatif dan memberikan anomali SP dengan
dua minima. Model kedua adalah dua badan bijih grafit yang terpisah pada struktur
antiklin. Kutub negatif dari kedua badan bijih lebih dekat dibandingkan dengan kutub
positif, sehingga memberikan satu nilai negatif yang besar. Pemisah kedua minimal
sama dengan pemisah antara dua top badan bijih grafit.
Tahap interpretasi berikutnya adalah memperkirakan bentuk badan bijih
dengan bentuk geometri yang sudah dikenal pada umumnya yaitu bola (sphere) atau
tabung dengan asumsi arah polarisasi. Pendekatan langsung adalah dengan
memperhitungkan nilai potensial untuk model dan membandingkan dengan nilai
sebenarnya/observed. Model hasil pendekatan kemudian disesuaikan hingga dua
anomali yang berbeda mencapai batas tertentu (secara stasistik) telah ditentukan
sebelumnya.\
Sedangkan pendekatan yang lain yaitu pendekatan invers adalah dengan
memanipulasi data anomali hasil observasi hingga menghasilkan model. Metode ini
mungkin digunakan untuk memperkirakan ukuran dari bentuk/kondisi/struktur
geologi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa bentuk/kondisi/struktur geologi
memberikan suatu bentuk geometri yang sudah dikenal secara umum.
5. Metode Very Low Frequency (VLF)

Metode elektromagnetik VLF memanfaatkan medan elektromagnetik yang


dibangkitkan pemancar-pemancar grlombag radio VLF berdaya besar yang
dioperasikan untuk kepentingan komunikasi militer. Pada terminology komunikasi
radio, VLF adalah frekuensi radio pada 15 hingga 25 kHz, frekuensi VLF apabila
dibandingkan dengan frekuensi yang digunakan pada eksplorasi geofisika termasuk
dalam kelompok frekuensi tinggi. Gelombang elektromagnetik yang diradiasikan dari
sebuah pemancar VLF yang menjalar pada lapisan bumi berlapis dan diukur pada
permukaan bumi mempunyai komponen medan elektrik dan medan magnet yang
saling tegak lurus. Pemancar VLF mempunyai daya yang sangat besar sehingga
mampu menginduksi batuan yang jaraknya beratus-ratus kilometer jauhnya.

Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkan pemancar disebut


sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat
adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah.
Medan sekunder yang timbul bergantung pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik
benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-
benda tersebut. Pada daerah pengamatan VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan
medan primer dan medan sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan tersebut
tergantung pada perubahan medan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik
benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan.

Teori

Pada saat gelombang primer masuk ke dalam medium, gaya gerak listrik (ggl)
induksi akan muncul dengan frekuensi yang sama, namun fasenya tertinggal 90 0.
Dalam pengukurannya, alat T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan
elipstisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of-phase medan magnet
vertikal terhadap komponen horizontalnya. Besarnya sudut tilt (%) akan sama dengan
perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phasenya, sedangkan besarnya eliptisitas
(%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya. Jika medan magnet
horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hz, maka besar sudut yang
diberikan adalah:

Instrumentasi
Instrumen VLF yang dibahas adalah produk dari IRIS Instrument dengan nama
produk T-VLF BRGM. Instrumen ini terdiri dari dua unit, unit sensor dan unit
console/T-Unit. Unit sensor adalah penerima gelombang radio dengan jangkauan
frekuensi 10 30 kHz yang dilengkapi dengan automatic gain dan digital filtering.
Pengukuran dilakukan secara otomatis dan dikontrol oleh microprocessor. Pada unit
sensor terdapat tiga sensor magnetik X, Y, dan Z yang saling tegak lurus satu sama
lain. Terdapat dua inklinometer pada sensor X dan sensor Y untuk mengkoreksi posisi
miring dan memungkinkan sensor untuk memperoleh data yang direferensikan pada
bidang horizontal nyata dan bidang vertikal nyata. Unit sensor ini mampu mengukur
dua frekuensi secara bersamaan.

Mode Pengukuran

Mode Tilt Angle

Mode tilt angle digunakan untuk memperkirakan struktur konduktif maupun kontak
geologi seperti zona alterasi, patahan, atau dyke konduktif. Dalam mode ini
disarankan untuk memilih pemancar yang letaknya sejajar dengan strike target dengan
toleransi 45 derajat. Dalam konfigurasi tersebut, medan magnet primer yang tegak
lurus terhadap struktur akan menimbulkan fluks yang maksimum sehingga
mendapatkan anomali yang paling jelas.

Mode Resistivity

Mode resistivity digunakan untuk memperkirakan struktur dyke resistif dan


mendelineasi unit geologi dengan pemetaan resistivitas. Dalam mode ini dianjurkan
untuk memilih pemancar yang letaknya tegak lurus dari strike target: medan elektrik
mempunyai variasi amplitude yang lebih tinggi dibanding dengan medan magnetik
dan harus tegak lurus terhadap struktur supaya mendapatkan anomali yang jelas.

Limitasi Metode VLF

1. Kelemahan Metode VLF


Metode VLF umumnya digunakan sebagai survey pendahuluan untuk
mengidentifikasi area anomali untuk diteliti lebih lanjut setelahnya menggunakan
metode geofisika lainnya atau pengeboran

Beberapa kelemahan metode VLF antara lain:

Pengukuran VLF sensitif terhadap interferensi lokal seperti keberadaan pipa


besi, power-line, pagar besi, dan benda konduktif lainnya.
Interpretasi metode ini pada dasarnya kualitatif.
Efek topografi mempengaruhi data dan sukar untuk dihilangkan.
Pemancar VLF rentan terhadap mati listrik atau maintenance tidak terjadwal.
Kondisi ionosfer berpotensi mempengaruhi kualitas data

2. Kedalaman Penetrasi
Kedalaman yang dapat dicapai dikontrol oleh sebuah besaran yang
dinamakan electrical skin depth. Skin depth bergantung pada resistivitas batuan utama
dan frekuensi gelombang yang digunakan. Besarnya skin depth dihitung dengan
formula:
Dengan:

= Skin Depth

= resistivitas batuan penutup

= frekuensi pemancar (Hz)

DAFTAR PUSTAKA

Alrizki, Satriya. Geophysical Method in Mining Exploration Guest Lecture HMGF


UGM 4 April 2015
Jones, A.G., 1983, On the equivalence of the Nible tt and Bostick
transformation in the magnetotelluric method, J. Geophys., 53, 72 - 73.

Pellerin, L., Hohmann, G.W., 1990, Transient electromagnetic inversion : A remedy


for magnetotelluric static shifts, Geophysics, 55, 1242 - 1250.

Perdana, Adiya Wira., Metode Controlled Source Audio Frequency Magnetotelluric (Csamt)
Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah A Dengan Data Pendukung Metode Magnetik
Dan Geolistrik, Universitas Indonesia, 2011.
Ranganayaki, R.P., 1984, An interpretive analysis of magnetotelluric data, Geophysics,
49, 1730 - 1748.

Sternberg, B.K., Washburne, J.C., Pellerin, L., 1988, Correction for the static shift in
maagnetotellurics using transient electromagnetic soundings, Geophysics, 53,
1459 - 1468.

Suyanto, Imam. Eksplorasi Batu Besi Dengan Metode Polarisasi Terinduksidi Ujung
Langit, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat
Vozoff, K., 1972, The magnetotelluric method in the exploration of sedimentary
basins, Geophysics, 37, 98 - 141.

Vozoff, K., 1991, The magnetotelluric method, in Electromagnetic methods in applied


geophysics, Vol. 2 Application, M.N. Nabighian (ed.), SEG Publishing.

http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/metode-induced-polarization/ . Diakses tanggal 27 April


2017

http://www.pusdiklat-minerba.esdm.go.id/index.php/kerjasama/item/353-metode-
geofisika-potensial-diri-self-potential . Diakses tanggal 27 April 2017

https://hendragrandis.files.wordpress.com/2010/01/mt_teks1.pdf . Diakses tanggal 28


April 2017

http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/metode-very-low-frequency-vlf/. Diakses tanggal 28


April 2018

http://nursina.blogspot.co.id/2012/11/metode-very-low-frequency-vlf_7.html.

Diakses tanggal 29 April 2017

Anda mungkin juga menyukai