Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini
sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan
diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib
pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa.
Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa
adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.
Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan
umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim.
Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak
mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis
mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena
arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya sikap
pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah
mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan
bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya,
dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau
asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan
berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi
agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang
semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari
binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan
analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari
keimanannya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Iman dan Taqwa?
2. Bagaimanakah ciri - ciri orang yang beriman dan bertaqwa?
3. Bagaimana cara untuk mencapai ketaqwaan?
4. Hal – hal apa saja yang dapat membatalkan keimanan?
5. Apa korelasi keimanan dan ketaqwaan?
6. Apa saja unsur - unsur ketaqwaan?
7. Apa saja jaminan bagi orang – orang yang bertaqwa?
8. Apa saja kah tingkatan iman?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas PAI dan juga untuk
membuat kita lebih memahami lagi tentang agama islam dalam konteks iman dan taqwa.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
khusunya penyusun dan umumnya pembaca tentang apa itu iman dan taqwa dalam
pandangan islam.

1.4 METODE PENELITIAN


Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti e-book, web, dan perangkat media massa yang dapat dipertanggungjawabkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Iman


Definisi Iman menurut bahasa Arab , artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, iman
artinya membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.
Sedangkan menurut akidah, iman adalah “ikatan hati”, artinya seseorang yang beriman
mengikatkan hati dan perasaannya dengan suatu kepercayaan yang dimilikinya dan tidak lagi
ditukarkan dengan kepercayaan lain.
Para imam dan ulama mendefinisikan istilah iman,: “Iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”(Imam Ali bin Abi Talib)
“Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkan
dengan rukun-rukun.(Iman-al Ghazali)
2.1.1.1 Rukun Iman
1. Iman kepada Allah SWT.
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab – kitab
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadhar
2.1.2 Pengertian Taqwa
Pengertian Taqwa adalah derajat derajat tertinggi di sisi Allah yang dicapai setelah orang
beriman melaksanakan perintah dan larangan Allah SWT. Bisa dipahami sebagai sikap taat
mengerjakan peintah dan menjauhi larangan-Nya. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan
tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum mampu dalam menerapkan arti kata Taqwa serta
mengaplikasikan sepenuhnya dalam kehidupan beragama.

3
TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf :
1. Ta = TAWADHU’ artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada aturan Allah
SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri.
2. Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik
ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari
Allah SWT, harus di syukuri dengan hati yang lapang dada.
3. Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang
bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah
SWT.

Beberapa ulama mendifinisikan beberapa versi asal kata dan makna dari taqwa sendiri, diantaranya
:

 Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar
terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.
 Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT.
 Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat
syetan.
 Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga
apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal
ini.
Sebagaimana firman-Nya: “Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan
sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam.”
(Al-Imron) :
Allah SWT menegaskan di dalam al-Quran bahwa umat Islam adalah generasi terbaik dan
menjadi contoh kepada umat lain di bumi ini. Hakikat ini dibuktikan generasi Rasulullah dan
sahabat selepasnya janji Allah itu benar apabila mereka benar-benar berpegang teguh pada ajaran
Islam. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud:

4
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.”
(Al-Hujurat:13)

“Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah.” (An Nisa: 131)
Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya. Baginda bersabda yang
artinya: “Aku berwasiat kepada kamu semua supaya bertaqwa kepada Allah, serta dengar dan
patuh kepada pemimpin walaupun dia seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya sesiapa yang
hidup selepas aku kelak, dia akan melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu
berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk selepasku.”
(Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan Majah)
Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah. Orang-orang yang
bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah. Firman Allah SWT yang artinya: “Wahai
seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang
perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat:
13).
Kemuliaan bukan terletak semata-mata dia lelaki atau perempuan, kehebatan suku bangsa
dan warna kulit, namun karena ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang
senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azab-Nya, ihsan

5
dalam beribadah, khusyuk dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga
menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa.

2.2.1 Ciri-ciri Orang yang Beriman Menurut Al-Quran


‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang
mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia’. (Qs. Al-Anfal
ayat 2-4)
Berdasarkan ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa tanda-tanda orang yang beriman adalah :

1. Bergetar hatinya mendengar nama Allah. Karena dia takut kepada Allah, dia
tau siapa dia dimata Allah, dia tahu akan adzab Allah, dia takut karna Allah
melihat apapun yang dia kerjakan dan kagum akan segala kekuasaan yang Allah
miliki.
2. Bertambah imannya saat mendengar ayat Alquran. Saat ia mendengar ayat-ayat
Alquran di lantunkan dia tahu akan makna yang terkandung di dalamnya dan
menjadikan ayat-ayat Alquran tersebut sebagai pedoman hidup dan
menjadikannya bertambah yakin akan Allah sebagai Tuhan Semesta Alam.
3. Bertawakal kepada Allah SWT. Dia percaya penuh bahwa Allah akan
memberikan yang terbaik terhadap segala usaha yang telah dia lakukan.
4. Khusyu’ dalam mendirikan shalat.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyuk dalam salatnya, (Qs. Al-Mu’minum ayat 1-2)
5. Berzakat dan Bersedekah dengan ikhlas. Sedekah merupakan amalan yang
tidak akan putus pahalanya selama kita melakukannya dengan ikhlas, tanda
orang beriman apabila dia suka menafkahkan hartanya di jalan Allah secara
ikhlas.

6
6. Amanah. Orang yang amanah adalah orang yang menepati janji dan takut akan
adzab Allah di akhirat nanti dan akan dimintai pertanggungjawabannya.
7. Menjaga kemaluannya. Maksudnya adalah menjaga kemaluan terhadap orang
yang tidak halal, seperti pelacuran atau prostitusi, zina dan lainnya
8. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh
Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-
Nya“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata. “ (QS.33:36)

2.2.2 Ciri-ciri Orang yang Bertaqwa Menurut Al-Quran


Taqwa menjadi kriteria penilaian Allah terhadap kemuliaan manusia. Manusia dinilai
mulia oleh Allah bukan berdasarkan rupa, pintar bodoh, kaya miskin, asal usul, suku bangsa dan
sebagainya, melainkan hanya dari ketaqwaannya
“....Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal” (Al Hujuraat (49) : 13)
Sangat sering kita mendengar anjuran dalam tausiah atau khotbah untuk menjadi manusia
yang bertaqwa. Menurut Al-Qur’an ada sedikitnya 10 ciri atau kebiasaan yang menjadikannya
orang yang bertaqwa :
1. Bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf kepada sesama
manusia
2. Mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit
3. Bisa menahan amarah
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain
5. Senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik
Kelima ciri di atas diambil dari surat Al-Qur’an - Ali ‘Imran (3) : 133 – 135 sebagai berikut:

7
 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menukai
orang-orang yang berbuat kebajikan”.
 “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Al-Qur’an - Ali ‘Imran (3)
: 133 – 135)

6. Selalu menepati janji


“Bukan demikian, sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa”.( Ali Imran (3) : 76)
7. Bersabar dalam menerima cobaan
“ .... Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang yang bertaqwa”. (Al Baqarah (2)
: 177)

Surah dan ayat Al-Qur’an tersebut di atas (Al Baqarah : 177) secara keseluruhan merupakan
‘Pokok Pokok Kebajikan’ dan merupakan kriteria terinci mengenai orang yang bertaqwa.
8.Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi
“Negeri akhirat itu, kamijadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang
yang bertaqwa”. (Al Qashash (28) : 83)
9. Selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dengan menggunakan akal
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya”. (Al Ahzab (33) : 41)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

8
menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
(Ali Imran (3) : 190 – 191)
Berzikir (mengingat Allah) itu itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
shalat wajib dan sunnah, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, mendengarkan siaran-siaran tausiah,
menghadiri majelis taklim, pengajian, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
10. Selalu berhati-hati dalam setiap tindakan karena takut terhadap azab Allah
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan
penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut
akan (tibanya) hari kiamat.” (Al An biyaa’ (21) : 48 – 49)

2.3 Langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai ketaqwaan


1. Mu’ahadah Mu’ahadah
Berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahwa dia akan selalu beribadah
kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia
membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada
Engkau kami mohon pertolongan.”
2. Muraqabah Muraqabah
Berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa Allah
swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa saja.
3. Muhasabah
“Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan
setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesung-
guhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun yang kamu kerjakan.” (Al Quran surat Al Hasyr:
18)
Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan
amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridha Allah atau apakah amalnya
dicampuri sifat riya.
4. Mu’aqabah Mu’aqabah
Ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan ataupun
kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu

9
muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan memudaratkan, sebaliknya
bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan
melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat dalam Islam, orang yang paling
bijaksana ialah orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.

5. Mujahadah
Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila
seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-
amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya
melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius
dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya
dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya.

2.4 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN IMAN


Pembatal iman atau "nawaqidhul iman" adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman
sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:

1. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang muslim.
Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu);
sebagian mereka adalah pemimpin bagi pemimpin yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesung-guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zhalim." (Al-Maidah: 51)
2. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.
Allah SWT berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu,
dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi
agama bagimu." (Al-Maidah: 3)
3. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau
mengamalkannya.
Allah SWT berfirman: "Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang telah

10
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa." (As-Sajdah: 22)
4. Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur'an atau agama Islam
Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, 'Sesung-guhnya kami
hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Apakah dengan
Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
5. Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan-kekhususanNya
Allah SWT berfirman: "Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tak lain hanyalah
kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan
kita selain masa', dan mereka sekali-kali tidak mempu-nyai pengetahuan tentang
itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (Al-Jatsiyah: 24)
6. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.
Allah SWT berfirman: "Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi
Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Barangsiapa yang enggan dari menyembahNya dan menyombongkan diri, nanti
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadaNya. Adapun orang-orang yang
beriman dan berbuat amal shalih, maka Allah akan menyempurnakan pahala
mereka dan me-nambah untuk mereka sebagian dari karuniaNya. Adapun orang-
orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka
dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka,
pelindung dan penolong selain daripadaNya." (An-Nisa': 172-173)

2.5 Hubungan antara Iman dan Taqwa


Berbicara tentang hubungan iman, takwa dan islam kita merujuk kepada salah satu ayat
Al-Qur’an yang artinya adalah “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepadaNya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama islam” (Ali Imran ayat 102). Pada ayat tersebut Allah memperlihatkan
kedekatan-Nya dengan hamba-Nya yang beriman dengan memanggil mereka dengan huruf nida’

11
yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan “Hai”, dengan cara ini menunjukkan
kedekatan antara yang memanggil dan yang dipanggil, yaitu orang-orang yang beriman.
Kepada mereka yang telah beriman Allah memerintahkan agar selalu menjaga/memelihara
keimanannya dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, kenapa Allah memerintahkan untuk
memelihara keimanan? Karena keimanan seseorang bisa mengalami masa pasang surut, keimanan
akan mengalami masa pasang di sa’at mereka sering menghadiri majlis zikir bersama orang-orang
sholeh dan mendengarkan pengajian, atau seperti yang sering kita saksikan diawal Ramadhan
keimanan manusia mengalami pasang sehingga masjid ramai jama’ahnya lalu seiring berjalan
waktu jema’ah berkurang dengan surutnya keimanan mereka, surutnya keimanan mereka tatkala
mereka secara sadar atau tidak sadar telah meninggalkan majlis zikir atau mereka telah bergabung
dengan orang-orang jauh dari tuntunan Allah.
Maka Allah menggingatkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa, karena ketakwaan
adalah alat control terhadap perilaku seseorang didalam hidupnya untuk memperbanyak amal
kebaikan dan selalu berupaya menghindari semua bentuk perbuatan yang akan mengundang dosa.
Tidak ada dalam rumus kehidupan seorang beriman yang melakukan perbuatan yang melanggar
aturan Allah melainkan ketakwaan itu sudah dicabut didalam dirinya.
Di akhir ayat Allah berpesan” janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama islam”. Yang di maksudkan adalah menjalan rukun islam dengan memetik buah dari
keislamannya, dengan Syahatain akan menghasilkan jiwa yang merdeka dari penghambaan kepada
selain Allah , dengan sholat akan berbuah introspeksi diri dan menjauhkan diri dari perbuatan keji
dan mungkar, dengan berpuasa akan menghasilkan jiwa-jiwa yang bertakwa yang selalu waspada
menjaga diri dari perbudakan hawa nafsu, dengan zakat (infak, sedeqah, wakaf dll) akan
menghasilkan jiwa-jiwa yang bersyukur akan nikmat Allah serta peduli terhadap perderitaan
hamba-hamba Allah yang sedang berada dibawah garis kefaqiran dan kemiskinan dan dengan
melaksanakan haji akan menghasilkan jiwa-jiwa yang rela berkorban dengan harta, jauh dari
keluarga dan mengorbankan waktu bertamu kerumah Allah SWT.
Dengan demikian tidaklah sempurna keimanan dan ketakwaan seseorang melainkan dia
telah betul-betul beragama islam dalam pengertian menjalankan syari’at islam secara kaffah, serta
ikut menda’wahkan kebenaran islam dengan sikap dan prilaku sehari-hari yang mencerminkan
keislamannya.

12
2.6 Unsur-unsur Ketaqwaan
Kita sering mendengar pengertian taqwa, yang biasa diartikan oleh beberapa orang; ”Takut
kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.”
Berikut ini ada empat unsur taqwa sebagai berikut :
1. Takut kepada Allah
Takut kepada Allah, dalam artian kita menanamkan rasa bahwa Allah itu mutlak adanya,
Esa, dimana gerak kita selalu terlihat oleh-Nya. Taqwa jenis ini merupakan tingkatan awal, dalam
hal ini Allah berfirman :
 “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan”. (QS. 24:52)
2. Menjalankan perintah Al Qur’an
Setelah kita melaui proses pertama, barulah kita beranjak pada tahapan yang kedua yaitu
menjalankan perintah al-Qur`an dan menjauhi apa yang jelas-jelas di larang dalam kitab-Nya. Al-
Qur`an surat al-Isra: 9 menjelaskan:
 ”Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
3. Mempersiapkan diri untuk Hari Akhir
Tingkatan ketiga yaitu mempersiapkan untuk hari Akhir. Tahapan taqwa ini merupakan
tolak ukur dimana kita melakukan semua aktifitas di dunia ini dalam rangka mempersiapkan diri
untuk bertemu dengan-Nya. Membuktikan ketaqwaan kita secara tepat untuk melangkah pada fase
kehidupan ke-3 dan seterusnya (alam barzah dan akhirat).
“Tidak seorangpun di antara kalian kecuail diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah.
Kemudian ia menoleh ke kanan, maka ia tidak melihat sesuatu melainkan apa yang pernah
dilakukannya (di dunia). Ia pun menoleh ke kiri, maka ia tidak melhat sesuatu melainkan apa
yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia menoleh ke depan, maka ia tidak melhat sesuatu

13
melainkan neraka di depan wajahnya. Karena itu, jagalah diri kalian dari neraka meski dengan
sebutir kurma.”
4. Ikhlas menerima apa yang ada
Tahapan terakhir, setelah kita melakukan proses taqwa di atas, kita harus menyertakan rasa
rela. Rela di sini dalam artian kita sepenuhnya ridha (ikhlas) dengan ketetapan Allah yang
digariskan kepada kita baik lahir maupun batin, rela pada kuantitas bentuk materi yang sedikit.
“Barang siapa meninggalkan dunia (wafat) dengan membawa keikhlasan karena Allah swt.
saja, ia tidak menyekutukan Allah sedikitpun, ia melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat,
maka ia telah meninggalkan dunia ini dengan membawa ridha”.
Bersyukur juga harus kita perhatikan, mengapa? Karena begitu sedikit manusia yang
bersyukur, banyak dari mereka menganggap syukur hanya dengan kalimat al-hamdulillah namun
tak banyak dari mereka mengetahui cara bersyukur.
 “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih” (QS. 34:13)
 “Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-
benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. 29:69)
2.7 Jaminan Allah Bagi Orang - Orang yang Bertaqwa
Ini adalah janji Allah yang pasti tepat dan pasti ditunaikan-Nya. Ia tidak terhingga nilainya
yang tidak dapat diukur dengan mata uang di dunia ini. Di antara janji-janji Allah kepada mereka
yang memiliki sifat taqwa ini ialah:
1. Terpimpin
Mereka mendapat pimpinan daripada Allah. Ini jelas sekali melalui firman Allah:
"Allah menjadi (Pemimpin) Pembela bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al Jasiyah: 19)
2. Terlepas dari kesusahan
Mereka dapat terlepas daripada kesusahan. Bukan artinya mereka tidak mendapat susah
atau tidak ditimpa ujian tetapi setelah kesusahan dan ujian, mereka akan selamat. Walaupun ada
berbagai rintangan dalam ujian itu, ia sementara waktu saja. Setelah itu Allah akan lepaskan dari
ujian dan rintangan itu dengan menghadiahkan berbagai macam nikmat.
3. Rezeki
Di dunia akan diberi rezeki yang tidak tahu dari mana sumber datangnya. Diberi rezeki
yang tidak terduga dan dirancang. Ini jelas dalam firman Allah:

14
"Dan akan diberi rezeki sekira-kira tidak diketahui dari mana sumbernya." (At Thalaq: 3)

4. Kerja dipermudah
Kerja-kerja orang yang bertaqwa itu dipermudahkan Allah. Ini jelas dalam firman Allah:
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dipermudahkan Allah segala urusannya."
(At Thalaq: 4)
5. Diberi berkat [barokah]
Dia diberi berkat daripada langit dan bumi. Berkat pada hartanya, pada kesihatan badannya,
pada ilmunya, pada anak-anak dan zuriatnya, pada isterinya, pada suaminya, pada sahabat handai
dan jiran, pada gurunya, berkat dakwahnya, berkat ajarannya, berkat pimpinannya dan sebagainya.
Ini jelas dalam firman Allah:
"Jikalau penduduk sebuah kampung (atau sebuah negara) itu beriman dan bertaqwa,
Tuhan akan bukakan berkat daripada langit dan bumi." (Al Aíraf: 96)
6. Amalan diterima
Amal ibadah orang yang bertaqwa diterima oleh Allah. Kalau begitu amal ibadah orang [yg
sekadar] Islam tidak diterima. Orang Islam [yg tidak bertaqwa] akan masuk Neraka dulu. Oleh
yang demikian, hanya amal ibadah orang yang bertaqwa sahaja yang diterima oleh Allah. Ini jelas
dalam firman Allah:
"Sesungguhnya amal ibadah yang diterima Allah ialah dari orang yang bertaqwa." (Al
Maidah: 27)
7. . Dosa diampunkan
Dosanya diampunkan. Dalam ayat tadi juga ada sambungannya: "Wahai mereka yang
beriman, hendaklah kamu takut kepada Allah. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata
yang teguh; nescaya Allah akan membaiki amalan-amalan kamu dan akan mengampun
bagimu dosa-dosa kamu." (Al Ahzab: 70-71)
8. Terlepas dari tipu daya syaitan
Orang bertaqwa itu akan terlepas dari tipu daya syaitan. Dalam Al Quran ada disebutkan
tentang hal ini.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang yang bertaqwa apabila mereka ditimpa was-was
dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahan mereka." (Al A'raf: 201)

15
9. Terhindar dari Neraka
Orang bertaqwa terhindar daripada Neraka. Ertinya tentulah dia masuk Syurga sebab di
Akhirat tidak ada tiga tempat. Kalau terlepas daripada Neraka, bermakna ke Syurgalah dia.
Firman Allah Taala:
"Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, bagi mereka Syurga yang mengalir
di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya." (Ali Imran: 198)

2.8 Tingkatan Iman


1. Imanul abidin: Imannya ahli ibadah, orang yang beribadah kepada Allah karena
mengharap surga dan takut neraka
2. Imanun muhibbin: Imannya seorang yang beribadah karena rasa cinta kepada
Allah.
3. Imanun Mukhlisin: imannya seorang yang ikhlas, tapi keiklasanya masih di aku,
aku sudah beramal sekian banyak, sudah shodaqoh sekian banyak, dzikir sekian
banyak, aku bisa sholat rajin. Aku-aku inilah yang menyebabkan sumber
kesombongan.
4. Imanul Arifin: Imannya seorang yang ikhlas/seorang yang arif dan bijaksana,
dalam beribadah tidak mengharapkan apa-apa, hanya mengharapkan Ridho dari
Allah dan di dalam ikhlas itu tidak merasa ikhlas, karena ikhlasnya billah (yang
menggerakkan Allah)“wamaa romaita idz romaita wa lakinnaallaha
roma” dan “laa haula wala kuata ila billah”.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara harfiyah, iman adalah percaya, yakin terhadap sesuatu, pengertian iman yang
bersifat harfiyah ini memungkinkan mempercayai yang haq maupun yang bathil, mempercayai
kebenaran atau kesesatan. Secara terminologis, iman berdasarkan Sabda Rasulullah saw.yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah didefinisikan dengan keyakinan dalam hati (tashdiqun bil qalbi),
diikrarkan dengan lisan (qaulun bil lisaan) dan diwujudkan dengan amal perbuatan (‘amalun bil
arkan). Iman tersebut dapat diimplementasikan dengan : iman kepada Allah SWT, iman kepada
Malaikat-malaikat-Nya, iman kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-rasul-Nya, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada Qadha’ dan Qadhar. Iman dalam implementasinya harus
menumbuhkan 2 sikap minimal dalam diri seseorang yaitu : (1.) Al-Aman yaitu jiwa nya terasa
aman sehingga tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup dan
(2.) Al-Amanah, yakni sikap jujur dan dapat dipercaya oleh siapapun, bisa mengemban amanah
dari orang lain, karena “ sesungguhnya orang yang beriman orang yang amanah, orang yang
memelihara kejujuran, selalu memelihara bersatunya kata, hati, dan perbuatan”. Namun
dalam pembentukan iman tentunya memerlukan metodologi berupa prinsip-prinsip diantaranya :
prinsip pembinaan berkesinambungan, prinsip internalisasi dan individuasi, prinsip sosialisasi,
prinsip konsistensi dan koherensi, dan prinsip integrasi. Dan nantinya diharapkan akan
membentuk seseorang yang beriman, dimana ditandai dengan tanda-tanda :

- Jika disebut nama Allah SWT, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya serta jika dibacakan ayat al-Qur’an maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (Al-Anfal : 2)
- Senantiasa tawakkal yaitu kerja keras disertai dengan doa (Ali Imran : 120, Al-
Maidah : 12)
- Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaanya ( Al-Anfal: 3)
- Menafkahi rezeki yang diterimanya (Al-Anfal : 3 dan Al-Mu’minun: 4)
- Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al-
Mu’minun: 3)

17
- Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mu’minun: 6)
- Berjihad di jalan Allah SWT dan suka menolong (Al-Anfal: 74)
- Tidak meninggalkan pertemuan sebelum minta izin (Al-Nur : 62)

Untuk iman sendiri berpengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Diantaranya yaitu
berupa manfaat :

- Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda


- Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
- Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan
- Iman memberikan ketentraman jiwa
- Iman mewujudkan kehidupan yang baik
- Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
- Iman mencegah penyakit

Taqwa adalah derajat tertinggi di sisi Allah (Al-Hujurat: 13) yang dicapai setelah orang
beriman melaksanakan perintah dan larangan Allah SWT. Bisa dipahami sebagai sikap taat
mengerjakan peintah dan menjauhi larangan-Nya.

Ternyata keimanan dan ketaqwaan ini berhubungan yang sifatnya komplementer baik
berhubungan dengan Hablun minallah maupun hablun minan naas, dimana tidak dapat
dipisahkan antara keduanya. Di dalam kehidupan kita harus menjaga iman kita agar tetap kuat
dan stabil oleh karna itu kita butuh taqwa untuk menjaga perilaku kita agar sesuai dengn ajaran
Allah dan rasul sehingga kita dapat menjaga iman kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Luth, Thohir dkk. 2012 Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya. Pusat
Pembinaan Agama UB : Malang
 “IMAN DAN TAQWA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT”, Oleh: Prof. DR. K. H. Achmad
Mudlor, SH.v
 Labay,Mawardi.2000.Zikir dan Do’a Iman Pengaman Dunia.Jakarta:Al Mawardi Prima

19

Anda mungkin juga menyukai